• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dian Masniari, S.Hum. Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dian Masniari, S.Hum. Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Ilmu Sejarah dalam Penyusunan

Skripsi : Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan

Budaya Universitas Indonesia

Dian Masniari, S.Hum

Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Univesitas Indonesia, Jakarta 13740, Indonesia

E-mail : dian.masniari@gmail.com Abstrak

Penelitian ini membahas pencarian informasi mahasiswa Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia dalam memenuhi kebutuhan sumber informasi sejarah untuk penyusunan skripsi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan lima informan. Model penelitian ini menggunakan gabungan model perilaku pencarian informasi Ellis dan Intervening Variable milik Wilson. Hasil dari penelitian ini adalah mahasiswa program studi Ilmu Sejarah menggunakan arsip berbagai jenis, buku, jurnal, narasumber, dan internet. Lokasi yang paling sering dikunjungi adalah Perpustakaan Universitas, Perpustakaan Nasional dan Arsip Nasional Indonesia. Perilaku pencarian informasi dengan enam tahapan dari Ellis tidak semuanya dilakukan informan. Hambatan yang dihadapi adalah personal, interpersonal hingga lingkungan.

Kata kunci : sumber informasi, perilaku pencarian informasi, kebutuhan informasi

Information Seeing Behavior of Historical Science in Thesis Writing : Case Study in Bachelor Degree of Historical Science, Faculty of Humanity Universitas Indonesia

Abstract

This research analyzes information seeking behavior of students of Historical Science in Faculty of Humanities, University of Indonesia in complete the needs of historical information sources in thesis writing. This research uses qualitative descriptive method, by using five informants. This research also combines information seeking behavior model of Ellis and intervening variables of Wilson. The results shows that historical science’s students use various archives for data that they need as primary source, books, journals, resource persons, and internet. Location which is often visited by informants are UI’s library, national library, national archive of Indonesia. Informants not use all stages of the six stages in information seeking behavior. The informants also face personal, interpersonal and environmental barriers.

(2)

Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Ilmu Sejarah dalam Penyusunan

Skripsi : Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan

Budaya Universitas Indonesia

Dian Masniari

Pemerhati Ilmu Perpustakaan dan Informasi

This research analyzes information seeking behavior of students of Historical Science in Faculty of Humanities, University of Indonesia in complete the needs of historical information sources in thesis writing. This research uses qualitative descriptive method, by using five informants. This research also combines information seeking behavior model of Ellis and intervening variables of Wilson. The results shows that historical science’s students use various archives for data that they need as primary source, books, journals, resource persons, and internet. Location which is often visited by informants are UI’s library, national library, national archive of Indonesia. Informants not use all stages of the six stages in information seeking behavior. The informants also face personal, interpersonal and environmental barriers.

Keywords : information source, information seeking behavior, information needs

Penelitian ini membahas pencarian informasi mahasiswa Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia dalam memenuhi kebutuhan sumber informasi sejarah untuk penyusunan skripsi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan lima informan. Model penelitian ini menggunakan gabungan model perilaku pencarian informasi Ellis dan Intervening Variable milik Wilson. Hasil dari penelitian ini adalah mahasiswa program studi Ilmu Sejarah menggunakan arsip berbagai jenis, buku, jurnal, narasumber, dan internet. Lokasi yang paling sering dikunjungi adalah Perpustakaan Universitas, Perpustakaan Nasional dan Arsip Nasional Indonesia. Perilaku pencarian informasi dengan enam tahapan dari Ellis tidak semuanya dilakukan informan. Hambatan yang dihadapi adalah personal, interpersonal hingga lingkungan.

Kata kunci : sumber informasi, perilaku pencarian informasi, kebutuhan informasi

Pendahuluan

Informasi menjadi sebuah kebutuhan khusus baik untuk menyelesaikan sebuah permasalahan tertentu, pengembangan diri maupun tuntutan sehari-hari. Pencarian informasi setiap individu berbeda-beda bergantung oleh kebutuhan informasi individu dalam setiap pekerjaannya. Kebutuhan informasi tersebut akan muncul sejalan dengan permasalahan yang dialami oleh individu dan dia memiliki keinginan untuk menyelesaikannya. Mahasiswa Program

(3)

Studi Ilmu Sejarah tingkat akhir tidak terlepas dari adanya kebutuhan informasi. Kebutuhan ini didasarkan untuk mendukung segala aktivitas penulisan skripsi yang sedang dijalankannya. Proses penulisan skripsi menuntut mahasiswa untuk memiliki kemandirian dalam mencari sumber referensinya.

Sejarah sebagai ilmu pengetahuan erat dengan masa lampau yang diteliti lebih lanjut dan berguna sebagai ilmu pengetahuan bagi masa sekarang. Berbeda dengan ilmu-ilmu lainnya, Ilmu Sejarah mendalami kejadian-kejadian dan tokoh-tokoh masa lalu. Penelitian dan penulisan skripsi di bidang Ilmu Sejarah berperan untuk mengungkapkan kembali informasi mengenai sejarah maupun peristiwa terdahulu melalui penggambaran dengan menggunakan sumber sejarah. Menurut Kasdi (2011), sumber sejarah merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai media, bahan untuk merekonstruksi, menggambarkan, menuliskan, mengisahkan, kembali sejarah yang telah terjadi. Tanpa adanya sumber sejarah, peneliti tidak dapat, mendeskripsikan, merefleksikan dan merekonstruksi kenyataan sejarah pada masa lalu.

Sumber informasi yang bersifat sejarah yang kebanyakan sulit didapatkan dan hanya bisa diakses di lembaga kearsipan nasional maupun daerah dan perpustakaan tertentu yang memilikinya. Koleksi sumber sejarah yang menyimpan informasi yang dibutuhkan tersebut beberapa diantaranya adalah informasi yang bersifat jarang, langka dan rahasia. Penggunaan sumber sejarah oleh mahasiwa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan karena menjadi sebuah permasalahan. Mahasiswa harus merogoh kocek lebih banyak untuk mendapatkannya, birokrasi-birokrasi yang sulit yang harus dilewati sebelum mendapatkannya.. Faktor seperti akses yang memadai dan sumber referensi penunjang yang sesuai menjadi hal yang mempengaruhi mahasiswa agar dapat menggunakan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya.

Penggunaan sumber-sumber yang beragam dan perilakunya di kalangan mahasiswa Ilmu Sejarah sebagai bahan penyelesaian tugas dan penulisan skripsi menjadi sesuatu hal yang sangat menarik untuk dikaji. Perlu diketahui bahwa dalam penulisan tugas akhir atau skripsi dalam studi Ilmu Sejarah sangat mementingkan sumber asalnya dan di kalangan dosen, peneliti dan sejarawan sering terjadi perdebatan mengenai keaslian dan validitas sumber sejarah yang dipakainya dalam penelitian dan penulisan skripsi. Ketidakmampuan mahasiswa dalam mencari sumber-sumber sejarah akan mempengaruhi lamanya jangka waktu untuk penulisan skripsi mereka.

Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan penelitian yang dilaksanakan penulis, yaitu bagaimana perilaku informasi mahasiswa Strata Satu (S1) program studi Ilmu Sejarah dalam memenuhi kebutuhan informasi penulisan skripsinya? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

a. Menjelaskan gambaran kebutuhan informasi dan pencarian informasi mahasiswa program studi ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dibutuhkan mahasiswa program studi Ilmu Sejarah dalam rangka penulisan skripsi

c. Mengindentifikasi hambatan yang dihadapi dalam memenuhi kebutuhan informasi mahasiswa program studi ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

(4)

Informasi dan Kebutuhan Informasi

Kebutuhan informasi tidak kalah pentingnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Menurut Wilson (1981) kebutuhan manusia dibagi ke dalam tiga kategori yaitu:

1. Physiological needs, such as the need for food, water, shelter etc;

2. Affective needs (sometimes called psychological or emotional needs) such as the need for attainment, for domination etc.;

3. Cognitive needs, such as the need to plan, to learn a skill etc.

Dari uraian di atas kebutuhan dibagi menjadi kebutuhan fisiologis, afektif dan kognitif.

Physiological need merupakan kebutuhan paling dasar. Kebutuhan fisiologis harus dipenuhi karena kebutuhan ini berperan untuk mempertahankan hidup secara fisik sepeti makanan, air, rumah, dan lain-lain. Affective needs kadang disebut kebutuhan fisiologis atau kebutuhan emosi misalnya kebutuhan untuk mencapai cita-cita, kebutuhan untuk mendominasi dan lain-lain. Sedangkan cognitive needs adalah kebutuhan yang muncul dari keinginan sendiri untuk mengetahui sesuatu seperti kebutuhan untuk mempelajari suatu keterampilan. Ketiga kebutuhan tersebut saling berhubungan, kebutuhan kognitif dapat mendorong menimbulkan kebutuhan afektif dan juga sebaliknya. Kulthau (1993) menjelaskan bahwa informasi dibutuhkan karena adanya gap (kesenjangan) antara informasi yang dimiliki oleh seseorang dengan informasi yang seharusnya dimiliki oleh orang tersebut untuk mendukung kegiatannya sehari-hari.

Perilaku Pencarian Informasi

Wilson (2000) menjelaskan bahwa perilaku pencarian informasi (Information Seeking Behaviour) merupakan bagian dari perilaku informasi (Information Behaviour). Perilaku informasi (Information Behaviour) merupakan keseluruhan perilaku manusia yang berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku penemuan dan penggunaan informasi baik secara aktif maupun secara pasif. Sedangkan perilaku penemuan informasi adalah upaya menemukan informasi dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tersebut. Dalam proses memenuhi kebutuhan informasi dari berbagai aspek tersebut.Wilson menggabungkan teorinya dengan Ellis (dalam Wilson, 1999), bahwa dalam melakukan kegiatan perilaku penemuan Informasi seseorang memiliki pola-pola dan tahapan tertentu sebagai berikut:

Gambar 1 : Model Perilaku Pencarian Informasi menurut Ellis Hambatan dalam Pencarian Informasi

Hambatan menjadi bagian dari proses pencarian informasi yang dilakukan oleh individu. Hambatan yang terjadi dalam proses pemenuhan kebutuhan informasi dan proses penemuan informasi ini disebut sebagai Intervening Variable (Wilson:1997) dari perilaku penemuan

(5)

informasi, tapi Wilson mencoba memisahkan variabel ini menjadi tiga sesuai dengan kebutuhan informasi yang terdiri dari:

1. Hambatan Personal

Yang dimaksud dengan hambatan personal adalah faktor yang menghambat pencarian informasi yang berasal dari dalam diri si pencari informasi itu sendiri.

Ø Hambatan kognitif dan psikologis Disonansi kognitif yang merupakan gangguan ini terkait dengan motivasi individu dalam berperilaku. Disonansi ini merupakan adanya konflik dalam kognisi individu sehingga membuat individu merasa tidak nyaman, akibatnya mereka akan berupaya memecahkan konflik tersebut dengan satu atau beberapa jalan penyelesaian.

Ø Tekanan selektif, yaitu keadaan dimana seseorang akan cenderung terbuka dengan gagasan yang sejalan dengan minat, kebutuhan, dan sikap mereka. Dan ketika mereka dihadapkan pada informasi yang tidak sejalan dengan hal yang mereka inginkan maka mereka akan menutup diri. Johnson dan Macrae (dalam Wilson:1999) menemukan bahwa orang cenderung akan lebih memilih mengarahkan pencarian informasinya menuju informasi yang sesuai dengan stereotip kelompok mereka daripada yang tidak sesuai dengan stereotip mereka.

Ø Tingkat pendidikan dan dasar pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang atau pengguna akan mempengaruhi hasil dan proses penemuan informasi informasinya.

Ø Karakteristik emosional yaitu hambatan yang berkaitan dengan kondisi emosional dan mental seseorang ketika menemukan informasi, faktor emosional juga terkait dengan suasana hati (mood) ketika menemukan informasi (Wilson:1997) .

Ø Variabel demografis merupakan Perilaku penemuan informasi dipengaruhi juga oleh atribut sosial kelompok (karakteristik demografis dan status sosial ekonominya).

2. Hambatan Sosial/ Interpersonal/ Role Related

Hambatan sosial/interpersonal terjadi saat seseorang harus berhubungan dengan orang lain dalam proses pencarian informasi atau interaksi hubungan antar pribadi diperlukan untuk memperoleh akses ke macam sumber informasi lain.

Ø Kesenjangan Komunikasi, yaitu hambatan ini dapat terjadi ketika terjadi kesenjangan antara komunikator dengan komunikan, sehingga apa yang diinginkan oleh komunikan tidak dapat terpenuhi. Menurut Wilson, hambatan dan permasalahan yang muncul pada interpersonal adalah ketika sumber informasi adalah seorang individu. Hal yang menjadi hambatan adalah bagaimana perilaku, dan kemampuan dari orang yang akan menjadi sumber informasi apakah menyenangkan atau tidak, bisa memenuhi kebutuhan informasi pengguna atau tidak, seperti kata Boogers et al (Wilson: 1997)

3. Hambatan Lingkungan dan sekitarnya

Penelitian menunjukan bahwa situasi mendesak dalam kegiatan pencarian informasi dapat menimbulkan elemen yang menjadi bagian dari hambatan untuk melanjutkan kegiatan. Lingkungan yang lebih luas dapat menimbulkan masalah dalam kegiatan pencarian informasi.

Ø Keterbatasan waktu. Menurut Cameron, (Wilson:1997) terbatasnya waktu untuk melakukan pertukaran informasi menjadi hambatan dan penghalang dalam penemuan informasi.

(6)

Ø Hambatan geografis. Lokasi yang jauh dari sumber informasi dapat menjadi hambatan geografis, sehingga memerlukan waktu yang lama untuk bisa mengaksesnya.

Ø Hambatan yang berkaitan dengan karaktetristik sumber informasi. Yang Karakteristik sumber informasi menurut menurut Wilson (1997) adalah akses, kredibilitas sumber informasi untuk menimbulkan kepercayaan dan saluran komunikasi yang digunakan sumber informasi.

Ø Halangan Nilai Ekonomi. Persoalan ekonomi yang berhubungan dengan perilaku penemuan informasi berada pada dua kategori: keekonomisan biaya dan nilai waktu. Hal ini mungkin juga berpengaruh pada proses penemuan informasi itu sendiri atau berakibat langsung (Wilson : 1997).

Metode Penelitian Sejarah

Metodologi sejarah adalah suatu ilmu yang membicarakan tentang cara, yaitu cara untuk mengetahui bagaimana mengetahui peristiwa yang terjadi dimasa lampau. Metodologi sejarah juga berarti sebagai suatu prosedur atau metode yang digunakan untuk menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Metode penelitian sejarah pada prinsipnya bertujuan untuk menjawab enam pertanyaan (5 W dan 1 H) yang merupakan elemen dasar penulisan sejarah, yaitu what (apa), when (kapan), where (dimana), who (siapa), why (mengapa), dan how (bagaimana). Metode penelitian sejarah menurut Nogroho Notosusanto terdiri atas empat bagian, yaitu :

a)Heuristik (Menemukan), kegiatan diarahkan pada penjajakan, pencarian, dan pengumpulan sumber-sumber yang akan diteliti, baik yang terdapat dilokasi penelitian, temuan benda maupun sumber lisan. Mengumpulkan sumber yang diperlukan dalam penulisan ini merupakan pekerjaan pokok yang dapat dikatakan tidak mudah, sehingga diperlukan kesabaran.

b)Verifikasi (Kritik Sumber), pada tahap ini, sumber yang telah dikumpulkan pada kegiatan heuristik yang berupa; buku-buku yang relevan dengan pembahasan yang terkait, maupun hasil temuan di lapangan tentang bukti-bukti dilapangan tentang pembahasan. Salah satu tujuan yang dapat diperoleh dalam tahapan kritik ini adalah otentitas (authenticity).

1. Kritik Ekstern, umumnya menyangkut keaslian atau keautentikan bahan yang digunakan dalam pembuatan sumber sejarah, seperti prasasti, dokumen, dan naskah. 2. Kritik Intern, merupakan penilaian keakuratan atau keautentikan terhadap materi

sumber sejarah itu sendiri.

c)Interpretasi, kegiatan yang dilakukan setelah melalui tahapan kritik sumber, kemudian dilakukan interpretasi atau penafsiran terhadap fakta sejarah yang diperoleh dari arsip, buku-buku yang relevan dengan pembahasan, maupun hasil penelitian langsung di lapangan.

d)Historiografi atau penulisan sejarah merupakan tahapan akhir dari seluruh rangkaian dari metode sejarah. Tahapan heuristik, kritik sumber, serta interpretasi, kemudian dielaborasi sehingga menghasilkan sebuah historiografi.

Metode Penelitian

Untuk memahami kebutuhan dan perilaku pencarian informasi mahasiswa Ilmu Sejarah dalam penelitian skripsinya, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan berupa angka-angka melainkan melalui naskah wawancara, catatan lapangan dan lainnya (Yin, 2006). Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan

(7)

mencocokan realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif. Untuk mendapatkan deskripsi yang tepat dan cukup dari semua aktivitas kebutuhan informasi hingga proses perilaku pencarian informasi tersebut maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yang bersifat studi kasus. Menurut Bogdan dan Bikien (1982), studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.. Kasus-kasus dibatasi oleh aktivitas dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan Dalam penelitian kualitatif, informan tidak digunakan sebagai generalisasi dari populasinya melainkan mewakili informasinya. Teknik untuk mengumpulkan informasi dari informan yang telah dipilih adalah melalui wawancara dengan jenis wawancara semi terstruktur. Dalam rangka untuk lebih memahami tentang kebutuhan informasi dan perilaku informasi penelitian sejarah dalam konteks pembuatan skripsi mereka, peneliti memutuskan untuk bertanya melalui wawancara semi terstruktur. Untuk menentukan informan, peneliti menggunakan kriteria sebagai berikut :

1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah yang sedang menyusun skripsi.

2. Aktif menggunakan layanan arsip, perpustakaan dan pusat dokumentasi dan informasi dalam memenuhi sumber penyusunan skripsinya.

3. Memiliki informasi yang berguna, berkaitan dengan tujuan penelitian. 4. Bersedia menjadi informan.

Peneliti menggali informasi hingga memperoleh data jenuh dalam wawancara yang dilakukan. Adapun tahapan yang dilakukan dalam proses menganalisis data secara lebih rinci adalah sebagai berikut :

a. Inventarisasi data, yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi sebanyak-banyaknya. b. Kategorisasi data, yaitu dalam tahap ini data-data disusun berdasarkan rumusan masalah

dan tujuan yang disusun sebelumnya.

c. Penafsiran data yang sudah dikategorikan, dikumpulkan dan diinterpretasikan.

Penarikan kesimpulan berdasarkan analisa dan penafsiran yang dibuat, ditarik kesimpulan yang berguna serta implikasi-implikasi, dan saran-saran untuk kebijakan selanjutnya.

Analisis dan Interpretasi Data

Sebelum sampai pada tahap analisa data, akan diperkenalkan profil informan dengan maksud agar diketahui sekilas latar belakang informan yang menjadi narasumber dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini berjumlah lima orang dengan profil dan judul skripsi sebagai berikut.

No Nama

Samaran

Judul Skripsi Angkatan

1 Par jo Dampak Perkembangan Bursa Efek Jakarta : Deregulasi bagi Pasar Modal

Indonesia 1987-1997

2009

2 Melin Pengaruh Gereja Santa Maria de Fatima terhadap Masyarakat Keturunan

China di Glodok 1955-1970

2009

3 Dita Petrov Affair & Kebijakan Pembendungan Komunisme pada Masa

Pemerintahan Perdana Menteri Robert Menzies 1949-1955

(8)

4 Fian Kota Baru Yogyakarta 1942-1950 2008

5 Tituk Sejarah Kelompok Musik AKA tahun 1967-1974 2009

Tabel 1. Profil Informan Penelitian

Peneliti sengaja memilih empat orang informan yang berfokus kepada Sejarah Indonesia sebagai topik skripsinya dengan subjek penelitian yang berbeda. Sedang seorang informan dengan topik skripsi sejarah Australia sebagai pembanding sumber informasi yang digunakan dan perilaku pencarian informasi.

Kebutuhan Informasi, Pola Perilaku Pencarian Informasi dan Hambatan dalam Pencarian Informasi yang dialami Mahasiswa Ilmu Sejarah

Kebutuhan informasi dari informan adalah sumber sejarah, yaitu sumber yang dapat digunakan untuk membantu menjawab pertanyaan penelitian apa, kapan, siapa, dan bagaimana (Gottschalk, 1986).

A. Arsip

Sumber sejarah adalah segala sesuatu yang ditinggalkan oleh manusia dari aktifitasnya di masa lalu, baik yang dituliskan maupun diucapkan, dalam bentuk landscape ataupun artefak, benda-benda seni, photo maupun film. Dalam bahasa teknis yurisdis, sumber-sumber informasi ini disebut sebagai arsip. (Margana, 2011). Arsip merupakan rekaman sejarah suatu bangsa. Seperti yang dikatakan Quintana dalam Widiawati (2002) “archives are the most faithful reflection of the history of a people and thus constitute the most explicit memory of nations ”. Sebagai sumber primer dalam penelitian dan penulisan sejarah, arsip merupakan komponen yang utama bahkan begitu besarnya peran arsip dalam penulisan sejarah sehingga terdapat pemahaman bahwa apabila tidak ada dokumen (arsip) maka tidak ada sejarah (no document no history). Namun jenis arsip yang digunakan informan berbeda-beda jenisnya satu dengan yang lain. Jenis arsip yang digunakan informan antara lain adalah sebagai berikut :

Ø Laporan, berupa laporan yang dibuat oleh lembaga pemerintah atau lembaga non pemerintah.

Ø Surat dan Dokumen pemerintah dan kompilasinya yang terdiri dari risalah instansi pemerintah baik surat-surat pribadi maupun surat-surat resmi yang dibuat oleh pemerintah.

Ø Surat kabar, artikel sejaman sesuai dengan subjek penelitian dapat dijadikan sumber yang berharga bagi peneliti sejarah.

Ø Catatan pribadi yang dibuat oleh seorang individu yang menceritakan pengalamannya yang ia pandang penting untuk dicatat.

B.Buku Teks

Buku penunjang menjadi salah satu bahan dalam sumber informasi penyusunan skripsi. Informan mendapatkan buku sebagai sumber informasi karena ketersediaannya, lokasi terdekat dan faktor kemudahan dalam perolehannya. Namun buku penunjang yang digunakan dijadikan bahan pegangan untuk mendapatkan sumber asli berupa arsip. Buku penunjang juga harus ditinjau kembali berdasarkan pengarang dan tahun terbitnya.

(9)

C.Jurnal Ilmiah

Jurnal ilmiah adalah publikasi hasil-hasil penelitian atau riset atau kajian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Jurnal khusus untuk bidang Sejarah dan bidang lainnya yang berkaitan dengan topik skripsi banyak membantu informan dalam penulisan skripsinya. Jurnal yang digunakan informan lebih kepada jurnal dengan topik yang sama untuk mendukung argumen informan dalam penulisan skripsi.

D. Individu

Sumber informasi yang berupa individu juga dijadikan sumber yang bermanfaat bagi mahasiswa dalam hal ini sebagai sumber lisan. Si Pelisan atau sumber lisan bertanggung jawab atas kebenaran kejadian yang dikisahkannya, sehingga informasi lisannya itu dapat dipergunakan sebagai sumber dalam penulisan sejarah. Dari semua informan, empat orang melakukan wawancara dan diskusi kepada narasumber terkait yang merupakan saksi mata kejadian tertentu ataupun orang-orang yang terlibat di kejadian tertentu. Sumber individu ini juga membantu informan dalam hal pemberian dokumen dan sumber referensi lain terkait topik mereka.

E. Internet

Penggunaan sumber informasi tidak sebatas manusia manusia maupun sumber informasi formal. Bentuk sumber informasi lainnya yang sedang berkembang mengikuti perkembangan teknologi saat ini adalah media internet. Akses internet yang dilakukan hanya untuk mendapatkan data tambahan dan informasi pelengkap.

Lokasi Perolehan Informasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga informasi yang pertama dan paling sering dikunjungi semua informan adalah Perpustakaan Universitas Indonesia karena lokasinya yang terdekat. Perpustakaan UI menyediakan koleksi sejarah seperti buku dan jurnal yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi. Tidak hanya itu, informan juga menggunakan skripsi yang memiliki topik yang sama dengan topik mereka. Namun koleksi yang ada di Perpustakaan UI tidak cukup untuk memenuhi sumber informasi penulisan utuk skripsi mereka. Informan juga mendatangi Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Arsip Nasional Indonesia (ANRI) dan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD). Hal ini berkaitan dengan ketersediaan koleksi yang ada di lembaga tersebut. Untuk sumber informasi utama lainnya, informan rela mengunjungi perpustakaan tertentu yang jauh sekalipun namun memiliki sumber informasi yang sesuai karena sumber informasi tersebut tidak terdapat di perpustakaan dan lembaga informasi dan karsipan terdekat.

Perilaku Pencarian Informasi

Starting merupakan aktivitas-aktivitas yang memicu kegiatan awal pencarian informasi yang mengacu pada pola pencarian berdasarkan topiknya. Seluruh informan memilih topik skripsinya berdasarkan minat mereka.

Chaining, dalam tahap ini pengguna informasi menggunakan catatan kaki dan rujukan dari materi (literatur) untuk menemukan sumber informasi lain yang membahas topik yang sama dengan kebutuhannya. Namun untuk bahan berupa arsip koran, sumber harus dicari secara manual satu persatu.

(10)

Browsing merupakan tahapan dimana pengguna informasi melakukan pencarian informasi semi terarah atau semi terstruktur yang mengarah kepada informasi yang dibutuhkan. Untuk penelitian Sejarah pada lembaga tertentu, informan harus mencari sendiri sumber informasi yang dibutuhkannya terutama arsip berupa artikel majalah ataupun koran.

Differentiating, pada tahap ini pengguna informasi menilai dan memilih sumber informasi yang relevan dengan kebutuhan informasi. Dalam hal ini informan memiliki kemampuan untuk membedakan mana sumber informasi yang dibutuhkannya.

Monitoring yaitu kegiatan pemantauan terhadap informasi dengan topik yang serupa. Dari seluruh informan hanya dua orang yang melakukan tahapan ini. Hal ini dikarena topik skripsi mereka banyak dikaji sehingga mudah untuk mendapatkan referensi terbaru untuk topik yang sama.

Extracting yaitu mengutip atau merangkum informasi yang relevan sesuai dengan topik permasalahan. Informan akan mengambil informasi untuk menguatkan argument dan pembuktian dalam skripsi mereka.

Verifying, merupakan proses pengecekan ulang terhadap informasi yang telah didapatkan. Dalam hal ini informan harus memiliki kemampuan untuk menganalisis sumber informasi yang didapatkannya. Terkadang, informan juga membutuhkan orang lain untuk membantu verifikasi sumber.

Ending tahapan dimana pengguna informasi mengakhiri pencarian, biasanya disertai dengan berakhirnya suatu penelitian.

Hambatan dalam Pencarian Informasi

Dapat dipastikan bahwa setiap orang akan menghadapi hambatan dalam proses pencarian informasi. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan intervening variable atau variabel penghambat bisa terjadi karena sifat pencari informasi itu sendiri, faktor lain yang ada disekitarnya seperti faktor sosial atau faktor lingkungan. Bisa saja ketiga faktor ini secara bersamaan menjadi penghalang seseorang dalam proses pencarian informasinya. Namun bisa saja salah satu faktor yang menjadi halangan.

1.Hambatan Personal

Hambatan personal muncul dari informan Melin dan Fian karena adanya keraguan saat mencari sumber dan ketika mereka berhadapan dengan lembaga informasi. Sumber informasi berupa arsip, tidak serta merta dapat diperoleh dengan mudah. Arsiparis membutuhkan waktu lama untuk mencari arsip topik tertentu. Tidak adanya kesepakatan dengan lembaga kearsipan untuk mendapatkan arsip yang dipesan sesuai kebutuhan. Ketidakpastian terhadap perolehan arsip ini membuat karakter personal informan terganggu dan menghambat dalam proses pencarian informasi.

2.Hambatan Sosial/ Interpersonal/ Role Related

Terdapat dua jenis hubungan sosial yang menjadi penghambat dalam penelitian ini. Hambatan antar individu terjadi ketika sumber informasi yang dibutuhkan adalah individu atau hubungan antar individu dibutuhkan untuk mendapatkan akses menuju sumber informasi

(11)

(Wilson 1999). Orang yang dibutuhkan informasinya sebagai narasumber dalam penelitian informan dan orang yang menjadi penghubung kepada sumber informasi yaitu arsiparis dan pustakawan.

Seluruh informan mengatakan bahwa pustakawan dan arsiparis mempunyai peran penting sebagai faktor kunci menuju sumber informasi dan merupakan bagian dari akses. Selama proses pencarian informasi yang dilakukan, tidak ditemukan peran serta peran positif pustakawan dan arsiparis untuk membantu informan mendapatkan sumbernya. Mulai dari pencarian hingga menentukan nilai dan isi sumber. Tanggapan dan kepekaan pustakawan dan arsiparis terhadap layanan akses informasi menjadi hal yang penting bagi peneliti sejarah untuk mendapatkan sumber informasi.

3.Hambatan Lingkungan dan sekitarnya

Dari beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa situasi dan kondisi lokasi kegiatan pencarian informasi merupakan faktor penghambat berlangsungnya pencarian informasi.

a. Keterbatasan waktu. Dalam hal ini yang menjadi hambatan adalah jam operasional dari lokasi sumber informasi.

“Aku datang pertama kali ke ANRI jam tiga sore, ga tau kalau setengah empat udah tutup. Pernas itu tutupnya juga jam enam, tapi jam setengah enam juga udah sepi”

(Melin)

“Perpustakaan UI itu official tutupnya jam tujuh tapi jam enam aja udah sepi” (Parjo) b. Hambatan geografis adalah hambatan jarak antar lokasi dari lembaga informasi yang menyediakan sumber informasi yang dibutuhkan. Lokasi yang jauh dari lembaga informasi dan sumber informasi menjadi halangan bagi seluruh informan.

Gua carinya di Jatinangor. Dari rumah gua di Pamulang ke sana aja udah empat jam belum lagi disananya. (Tituk)

c. Hambatan yang berkaitan dengan karaktetristik sumber informasi

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan, hal yang paling menjadi hambatan adalah akses dan saluran komunikasi.

“Untuk sumber bahan sih yang repot karena pake bahasa Inggris Australia. Itukan beda banget dari Inggris asli”. (Dita)

“Yang paling susah itu bahasanya Belanda sama Jawa jadi lama di ngartiin sumbernya doank”. (Fian)

Selain masalah bahasa, akses terhadap ketersediaan informasi menjadi masalah tersendiri. Seluruh informan dengan topik Sejarah Indonesia mengeluhkan akses yang harus mereka hadapi saat berada di lembaga informasi. Kata kunci yang digunakan, kebanyakan adalah kata kunci yang bersifat popular.

Hambatan akses terhadap sumber informasi juga terjadi di Perpustakaan Universitas Indonesia.

“OPAC UI, disitu tulisannya ada tapi di raknya ga ada.Masalah keteraturan koleksi itu yang sebel kadang kita buang-buang waktu buat cari itu”. (Parjo)

(12)

d. Halangan Ekonomi

Persoalan ekonomi yang berhubungan dengan perilaku penemuan informasi berada pada dua kategori: Keekonomisan biaya dan nilai waktu. Untuk mendapatkan sumber informasi yang dibutuhkan, informan harus mengeluarkan banyak uang dan menghabiskan banyak waktu.

“Kalo di Pernas. potokopinya mahal 1500 selembar, disana ga boleh moto arsipnya, ongkosnya gede banget. Sekarang kan udah jamannya internet ya, Kalo perputakaan Kompas `kan ada ya sekarang filenya bisa diakses internet softkopinya cuma mahal banget ya harganya sekitar tujuh ribu lima ratus satu kliping kalo mau di print A4 harganya lima ribu satu kliping tok. Jadi kalo klipingnya bersambung,mati aja”. (Tituk) Nilai waktu adalah efisiensi waktu yang digunakan pengguna informasi dalam mencari sumber informasi yang dibutuhkan. Berikut ungkapan dari informan mengenai efisiensi waktu dalam pencarian informasi:

“Aku udek-udek sendiri koran tahun 1950-an yang udah kuning ga karuan. Lembaran pertama masih semangat sampai ke tengah, tapi pas sampai belakang udah ga berani karena korannya rapuh. Tiga jam cuma dapet enam artikel yang berhubungan sama topik aku” (Melin)

4.Perbandingan Teori Perilaku Pencarian Informasi Ellis dan Metode Penelitian Sejarah Dari hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa metode penelitian sejarah dan teori perilaku pencarian yang telah dijabarkan Ellis memiliki kesamaan. Berbeda dengan metode penelitian dalam bidang ilmu lainnya, metode penelitian Sejarah lebih menekankan kepada pengelolaan sumber informasi berupa arsip dan dokumen menjadi deskripsi kejadian sejarah. Pada saat memulai pencarian dengan telah menemukan topik yang diminati, informan melakukan tahapan heuristik (menemukan). Tahapan ini dilakukan dengan dengan tahapan browsing, chaining dan monitoring pada teori pencarian informasi Ellis. Verifikasi atau kritik sumber, dilakukan pada tahapan differentiating, extracting, dan verifying. Pada metode penelitian sejarah dilakukan analisis mendalam terhadap sumber melalui kritik intern dan kritik ekstern, sehingga sebuah sumber dapat dinilai apakah memiliki kelayakan untuk digunakan atau tidak.

Pada tahapan interpretasi dan historiografi pada metode penelitian sejarah, dilakukan analisa mendalam terhadap sumber informasi berdasarkan oleh peneliti sejarah sehingga didapatkan sebuah deskripsi kejadian sejarah. Sumber informasi sejarah yang digunakan lebih digunakan untuk mendukung argumentasi peneliti dan keterangan kejadian. Metode penelitian sejarah dan teori perilaku pencarian informasi ellis, tidak harus dilakukan secara bertahap. Keduanya menjadi siklus yang terus berputar hingga informan sebagai peneliti sejarah merasa informasi yang didapatkannya sudah cukup untuk dijadikan sumber informasi skripsi yang layak.

Kesimpulan dan Saran

Dari hasil penelitian, mengenai kebutuhan dan perilaku pencarian informasi mahasiswa program studi Ilmu Sejarah yang dilakukan, didapatkan kesimpulannya sebagai berikut.

1. Kebutuhan informasi

Kebutuhan informasi mahasiswa program studi Ilmu Sejarah dalam penulisan skripsi bergantung kepada topik yang mereka pilih. Berdasarkan sumber informasi dan lokasi sumber informasi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan penulisan skripsi yaitu : Arsip, buku

(13)

penunjang, jurnal ilmiah dan individu, Sumber primer yang digunakan informan adalah arsip berupa koran, artikel majalah, surat keputusan dan dokumen-dokumen pemerintah maupun swasta pada masa tertentu yang kebanyakan berada di Lembaga negara seperti Perpustakaan Nasional dan Arsip Nasional Republik Indonesia. Arsip-arsip tertentu tersedia di lembaga kearsipan terkait namun topik-topik tertentu dibutuhkan arsip asli yang letaknya berada di pencipta arsip. Buku-buku penunjang lainnya dan jurnal ilmiah digunakan sebagai sumber sekunder, bahan tersebut dapat dicari di Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, perpustakaan lainnya dan internet.

Sumber informasi individu berupa wawancara dan diskusi orang yang menjadi narasumber dan saksi mata yang terlibat dalam kejadian tertentu, menjadi data tambahan dalam mendeskripsikan peristiwa yang menjadi topik penelitian informan. Penggunaan internet oleh informan dilakukan sebagai alat bantu penelusuran terhadap keberadaan sumber lainnya yang lebih utama. Internet lebih banyak digunakan menjadi sumber pendukung.

2. Perilaku pencarian informasi

Dalam melakukan pencarian informasi berdasarkan teori Ellis, tidak semua informan melakukan tahap starting, chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying,

secara berurutan. Untuk tahap browsing, pada awalnya dilakukan di perpustakaan pusat UI, namun informan rela mencari sumber informasi hingga ke beberapa tempat dan letaknya jauh. Tahap, differentiating dan extracting, secara tidak langsung dilakukan bersamaan pada perilaku pencarian informan. Tidak semua informan melakukan tahapan chaining dan monitoring. Tahapan chaining tidak dilakukan karena sumber informasi berupa artikel majalah dan koran tidak menyediakan daftar sitasi. Sering kali informan mencari sendiri artikel yang sesuai dengan kebutuhannya. Tahapan monitoring sulit dilakukan informan karena sumber informasi yang mereka dapatkan bersifat retrospektif. Pemantauan yang dilakukan merupakan hasil dari kajian dan terbitan terbaru mengenai topik yang sama. Pengecekan keaslian sumber yang digunakan, informan melakukan komparasi terhadap berbagai sumber informasi telah didapatkan dan mengkonfirmasikan kepada narasumber atau orang yang ahli dibidangnya.

3. Hambatan-hambatan

Dalam melakukan pencarian informasinya, informan mengalami hambatan yang berasal dari dalam dirinya (personal), antar personal (interpersonal), dan lingkungan. Hambatan yang dirasakan informan dalam pencarian informasinya antara lain :

a. Hambatan yang dialami informan secara personal tidak banyak ditemui kecuali rasa pesimis dan malas dalam menemukan sumber informasi. Rasa pesimis dan malas dalam pencarian informasi muncul karena birokrasi yang dihadapi dan tidak tersedianya sumber informasi yang dibutuhkan terutama arsip.

b. Hambatan interpersonal yang dirasakan seluruh informan adalah saat menghadapi pustakawan dan arsiparis. Pustakawan dan arsiparis sebagai perantara menuju sumber informasi, terkadang tidak mengetahui kepentingan informan, tidak peka terhadap kebutuhan informasi dan tidak dapat mengidentifikasi kebutuhan sumber informasi. Hambatan lainnya adalah saat menhadapi narasumber, namun informan masih mampu untuk menghadapi hambatan ini.

c. Hambatan lingkungan dan sekitarnya yang terdiri atas keterbatasan waktu, geografis, karakteristik sumber informasi dan halangan ekonomi menjadi hambatan terbesar dalam pencarian sumber informasi. Halangan terbesar yang dirasakan informan adalah

(14)

mahalnya biaya yang harus dibayar dari sumber informasi yang dibutuhkan dan kesulitannya menerjemahkan sumber dari bahasa asing.

5.2Saran

1. Perpustakaan Universitas Indonesia, Perpustakaan Nasional, dan Arsip Nasional Republik Indonesia Indonesia mempunyai peranan penting sebagai pengolah dan penyedia sumber informasi di bidang penelitian dan penulisan sejarah. Perlu dipertimbangkan adanya pengolahan sumber-sumber sejarah secara digital secara terpadu dan tersosialisasi sehingga memudahkan dalam proses pencarian dan temu kembali. Pengembangan layanan akses dapat dilakukan dengan mendigitalisasi arsip dan koran dalam bentuk web sehingga memudahkan proses penelusuran dan pencarian sumber informasi yang sesuai dengan cepat dan dapat dijangkau dimana saja.

2. Dibutuhkan pustakawan dan arsiparis referensi yang mempunyai kompetensi dan dibidang Ilmu Sejarah yang membantu dalam proses pencarian sumber sejarah dan mendeskripsikan isi sumber informasi sejarah yang tersedia.

3. Universitas Indonesia dan Program Studi Ilmu Sejarah perlu melakukan koordinasi dengan Perpustakaan Nasional, lembaga kearsipan, pusat dokumentasi dan informasi. Koordinasi bisa dilakukan dengan merekomendasikan sumber-sumber informasi sejarah yang dibutuhkan sivitas akademika sebagai penunjang dalam penelitian dan penulisan skripsi dan mengevaluasi ketersediaan sumber informasi dan akses terhadap sumber informasi sejarah yang ada.

Daftar Acuan

Artikel Ichwan Azhari Sang Pemburu Arsip Yang Tangguh. (2007). Harian Kompas edisi 31 Oktober 2007. Diakses dari http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/1347-pemburu-arsip-sejarah pada tanggal 4 Apri 2013.

Bogdan, R. C., & Biklen, S. K. (1982). Qualitative research for education: An introduction to theory and methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Ellis, D. (1993). Modelling The Information-Seeking Patterns of Academic Researcher: A Grounded Theory Approach. Library Quarterly.

Kasdi, Aminuddin. (2005). Memahami Sejarah. Surabaya : Unesa University Press. Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. : edisi Kedua. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Kuhlthau, CC. (1993). Seeking Meaning : A Process Approach to Library and Information Services, Norwood, N.J. : Ablex.

Margana, Sri. (2011) Arsip sebagai Sumber Penelitian Sejarah : Arsip VOC sebagai Fokus Kajian. Makalah Seminar Nasional Kearsipan pada Sekolah Pasca Sarjana tanggal 10 Desember 2011.

Notosusanto, Nugroho. (1998). Norma–Norma Dasar Penelitian Sejarah. Jakarta: Penerbit Sedjarah ABRI.

Wilson, T.D., (1981). On User Studies and Information Needs, Journal of Librarianship, 37(1), 3-15, diakses tanggal 20 Maret 2013, tersedia pada http://informationr.net/tdw/ publ/papers/1981infoneeds.html

(15)

Wilson, T.D. (1997). Information Behaviour: An Interdisciplinary Perspective Information Processing and Management, 33(4). p.551-572. Diakses pada tanggal 12 Februari 2013, 02:13. http://informationr.net/tdw/publ/papers/1999JDoc.html

Wilson, T.D. (1999). Models In Information Behaviour Research. The Journal of Documentation, 55(3). Diakses pada tanggal 12 February 2013, 02:13. http://informationr.net/tdw/publ/papers/1999JDoc.html

Wilson, T.D. (2000). Human Information Behaviour. Information Science 3(20). 2000. Diakses

pada tanggal 12 February 2012, 02:13.

http://informationr.net/tdw/publ/papers/2005SIGUSE.html

Gambar

Gambar  1 : Model Perilaku Pencarian Informasi menurut Ellis  Hambatan dalam Pencarian Informasi

Referensi

Dokumen terkait

Pada indikator perilaku seksual sedang, sebanyak 14% responden remaja tunagrahita membenarkan bahwa hubungan seks boleh dilakukan remaja sebagai ekspresi cinta yang

Sehingga peneliti dalam menyusun proposal thesis ini mengambil Judul “Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping (Peta Konsep) Untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil

Fungsi dari perusahaan game ini menjadi wadah bagi para developer game sehingga perlu juga memahami aktivitas para developer game untuk menciptakan ruang kerja

SRIYANA : Perbandingan Hasil Belajar Matematika Antara Penerapan Tes Formatif Pilihan Ganda Alternatif dan Uraian Terstruktur Pada Pokok Bahasan Bangun Datar

(2) Verifikasi data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2) dilakukan untuk memperoleh bukti formil melalui pertemuan di desa yang dihadiri oleh unsur dari

Karakterisitik tipologi pantai secara umum memiliki kesamaan yakni berpasir. Tipologi pantai berpasir dapat dibedakan menjadi dua yaitu: pantai berpasir hitam dan pantai

Penelitian ini bertujuan untuk membuat triasetin (glyceryl triacetate) dengan menggunakan bahan baku soap gliserin yang merupakan limbah pabrik sabun dengan memakai

dapat berjalan. Sequence diagram aplikasi.. Pada sequence diagram sistem aplikasi pengendalian komputer, admin dapat melakukan input data admin dan pengguna baru pada website.