• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GANJA TERHADAP PERILAKU REMAJA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT (Studi Kasus Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH GANJA TERHADAP PERILAKU REMAJA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT (Studi Kasus Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya)"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupate n Nagan Raya)

SKRIPSI

Di Ajukan

OLEH

HASFERIZARTI JERBA 08c20210003

PROGRAM STUDI ILMU SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULAB OH – ACEH B ARAT

(2)

1 1.1 Latar Belakang

Penyalahgunaan Narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang) di Indonesia telah menjadi ancaman nasional yang perlu diperhatikan secara seksama dan multidimensional, baik ditinjau dari segi mikro (keluarga) dan makro (ketahanan nasional) yang meningkat dewasa ini, semakin mengkhawatirkan dengan dampak buruk ekonomi dan sosial yang semakin besar.

Salah satu kelompok yang rentan untuk ikut terbawa arus adalah para remaja, hal ini disebabkan karena mereka memiliki karakteristik tersendiri yang unik dan labil, sedang pada taraf mencari identitas, mengalami masa transis i dari remaja menuju dewasa dan sebagainya. Masa remaja ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum menemukan jati diri, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan.

Dalam perspektif psikologi perkembangan masa remaja memang masa yang berbahaya, karena pada masa ini seseorang mengalami masa transisi atau peralihan dari masa kehidupan anak-anak menuju kedewasaan yang sering ditandai dengan krisis kepribadian. Perkembangan masa remaja merupakan proses perubahan yang berhubungan dengan hidup dan kejiwaan remaja (individu) yang perubahan perubahan tersebut melahirkan tingkah laku.(Elibrahim, 2011, h. 4)

Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Hampir

(3)

keseluruhan dari remaja masih sekolah, sekolah menegah pertana, sekolah menengah atas dan perguruan tinggi.

Penyalahgunaan narkoba biasanya diawali dengan pemakaian pertama pada usia remaja, melalui bujukan dan tekanan seseorang atau teman sebaya, dan didorong oleh rasa ingin tahu atau ingin mencoba sehingga mereka mau menerimanya, selanjutnya tidak sulit menerima tawaran berikutnya, dari pemakaian sekali kemudian beberapa kali dan akhirnya menjadi ketergantungan terhadap zat yang digunakan Martono dan Joewana, 2006, h. 1)

Karena bahaya ketergantungan, penggunaan dan peredaran narkoba maka oleh pemerintah di cantumkan dalam Undang-undang, yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997, tentang narkotika, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang psikotropika. Penggolongan jenis-jenis narkoba berikut didasarkan pada perundang-undangan yang berlaku.

Penyalahgunaan ganja ternyata berpengaruh pada Pribadi/individu, keluarga dan lingkungan masyarakat serta bangsa dan negara. Keseluruhan dari aspek bahayanya merupakan ancaman, yang akan berdampak terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (Ugan T. Aceng, 2008, h. 72-75).

Hal yang sama juga terjadi di salah satu Gampong pada Provinsi Aceh, tepatnya pada Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya. Pemakai narkoba jenis ganja yang sering dijumpai para remaja, yang pada umumnya adalah para pelajar. Pada jam-jam pelajaran di sekolah baik di tingkat SLTP maupun SLTA, kerap ditemui pelajar yang bolos mereka mencari tempat-tempat yang sepi untuk memakai ganja ini. Bahkan ada juga yang berani di jalanan umum tanpa takut terlihat oleh orang lain. Biasanya para pelajar tidak

(4)

sendiri mereka mengajak temannya dua atau tiga orang bahkan lebih untuk sama-sama menikmati ganja tersebut.

Para remaja yang seharusnya diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi pembangunan baik dalam keluarga, maupun dalam masyarakat Gampong Rameuan dan juga Aceh nantinya malah menjadi “pesakitan” yang harus segera mendapat perhatian dan penanggulangan untuk direhabilitasi namun terkait dengan hal ini perlu adanya kerjasama berbagai pihak baik dari keluarga, masyarakat, aparatur Gampong serta penegak hukum demi menyelamatkan putra-putri Aceh, khususnya Gampong Rameuan dari kehancuran yang disebabkan oleh ganja.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis terdorong untuk melakukan suatu penelitian dengan judul” Pengaruh Ganja Terhadap Remaja dalam kehidupan bermasyarakat, studi kasus pada Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya”

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena langkah ini akan menentukan ke mana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah pada hakikatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui penelitian (Soehartono, 2008, h. 23). Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh ganja terhadap perilaku remaja dalam kehidupan bermasyarakat di Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya?

(5)

Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh ganja terhadap perilaku remaja dalam kehidupan bermasyarakat di Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.

2. Untuk mengetahui Faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku remaja di Gampong Rameuan Kabupaten Nagan Raya memakai ganja.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai, peneliti be rharap dapat mengambil beberapa manfaat yaitu sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah dengan sistematis dan metodologis sebagai wacana baru guna memperka ya aspek kognitif, akademisnya, agar menjadi masukan bagi perpustakaan jurusan ilmu sosiologi mengingat minimnya wacana seperti ini, dan juga sebagai referensi bagi penulis dan bagi pihak-pihak lain yang ingin melakukan penelitian ini lebih lanjut.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dapat memberikan kontribusi mengenai data dan informasi yang dapat membantu peneliatan lebih lanjut dari peneliti-peneliti lainnya terutama mengenai pengaruh ganja terhadap remaja dalam kehidupan bermasyarakat.

(6)

1.5 Sistematika Pembahasan Bab I : Pendahuluan.

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika pembahasan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas mengenai landasan teori sebagai pijakan dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan acuan teori teori yang relevansi dengan hal yang diteliti.

Bab III : Metodologi Penelitian

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data serta jadwal penelitian. Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang ditemui dilapangan, yang menyangkut dengan penelitian serta relevansi dengan landasan teori sebagai pijakan serta pembahasan mengenai hasil penelitian keseluruhan.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian secara keseluruhan dan berisi saran-saran untuk kedepan.

(7)

6 2.1 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Lydia Harlina Martono dkk, dengan dukungan WHO (World Health Organization) – SEARO (South East Asia Region) tahun 1987-2000, dengan judul Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba berbasis sekolah, dalam penelitian ini disebutkan, penggunaan narkoba biasanya diawali dengan pemakaian pertama pada us ia SD atau SMP, SMA dan PT.

Selanjutnya hasil kajian yang dilakukan oleh Ugan T. aceng dengan judul bahaya Napza bagi remaja, dalam penelitiannya menyebutkan Napza merupakan ancaman bagi kaum remaja, karena remaja berusia 14-16 tahun sedang mengalami proses perkembangan fisik, psikologis maupun sosial yang pesat yang dapat menjadi pencetus remaja mencoba menggunakan dan bahkan kecanduan Napza.

2.2 Pengertian Narkoba

Narkoba merupakan istilah yang sering dipakai untuk narkotika dan obat berbahaya. Narkoba merupakan sebutan bagi bahan yang tergolong narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Disamping lazim dinamakan narkoba, bahan-bahan serupa biasa juga disebut dengan nama lain, seperti NAZA (Narkotika, alkohol, dan Zat Adiktif lainnya) dan NAPZA (Narkotika,Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya). (Witarsa, 2006, h. 34).

(8)

Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/o tak sehingga bilamana di salah gunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial. Karena itu Pemerintah memberlakukan Undang-Undang untuk penyalahgunaan narkoba yaitu Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang psikotropika dan Undang Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang narkotika.

Berdasarkan Undang- undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, zat yang dimaksud dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan

Golongan psikotropika adalah zat atau obat baik alami maupun sintetis namun bukan narkotika yang berkhasiat aktif terhadap kejiwaan (psikoaktif) melalui pengaruhnya pada susunan syaraf pusat sehingga menimbulkan perubahaan tertentu pada aktivitas mental dan perilaku. narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang akan menyebabkan perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa sakit dan dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi).

Jenis narkotika yang sering disalahgunakan adalah morfin, heroin (putauw), petidin, termasuk ganja atau kanabis, mariyuana, hashis dan kokain. Sedangkan jenis psikotropika yang sering disalahgunakan adalah amfetamin, ekstasi, shabu, obat penenang seperti mogadon, rohypnol, dumolid, lexotan, pil koplo, BK, termasuk LSD, mushroom.

(9)

Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko yang oleh masyarakat disebut berbahaya yaitu kecanduan (adiksi).

Berikut ini beberapa gambar narkotika yang sering disalahgunakan. Gambar 1. Methadone

Methadone termasuk kedalam narkotika golongan 2, dan digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Gambar 2. Kodein

Kodein termasuk kedalam narkotika golongan 3, termasuk garam/turunan dari opium/candu, efeknya lebih lemah dari pada heroin, penggunaannya untuk pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

(10)

Gambar 3. Heroin

Heroin termasuk kedalam narkotika golongan 1, dibuat secara semisintetis digunakan sebagai media pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta sangat berpotensi mengakibatkan ketergantungan, dan masih banyak lagi narkotika jenis yang lain seperti ekstasi, shabu-shabu, ampetamin, morfin, dan kokain.

Zat adiktif lainnya disini adalah bahan/zat bukan narkotika & psikotropika seperti alkohol/etanol atau metanol, tembakau, gas yang dihirup (inhalansia) maupun zat pelarut (solven). Sering kali pemakaian rokok dan alkohol terutama pada kelompok remaja (usia 14-20 tahun) harus diwaspadai orangtua karena umumnya pemakaian kedua zat tersebut cenderung menjadi pintu masuk penyalahgunaan narkoba lain yang lebih berbahaya.

Narkotika, yaitu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau tanaman baik sintesis maupun semi yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri. Menurut Undang-Undang

(11)

Nomor 22 Tahun 1997, narkotika dibagi menurut potensi yang menyebabkan ketergantungannya, yaitu :

1. Narkotika golongan 1 seperti, Heroin, Kokain dan Ganja. Puta uw adalah Heroin tidak murni berupa bubuk.

2. Narkotika golongan 2 seperti, Morfin, Petidin, dan Metodon. 3. Narkotika golongan 3 seperti, Kodein.

Psikotropika, yaitu zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada perubahan mental dan perilaku.

1. Psikotropika golongan 1 seperti, MDMA (ekstasi), LSD dan STP.

2. Psikotropika golongan 2 seperti, Amfetamin, Metamfetamin (Sabu), Fensiklidin dan Retalin.

3. Psikotropika golongan 3 seperti, Pentobarbital dan Flunitrazepan.

4. Psikotropika golongan 4 seperti, Diazepam, K lobazam, Fenobarbital, Klorazepam, K lordiazepoxide dan N itrazepam (N ipam, pil KB/Koplo, DUM, MG, Lexo, Rohyp, dan lain- lain).

Zat Psiko-aktif lain, yaitu zat atau bahan lain bukan narkotika dan psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak. Tidak tercantum dalam perundang-undangan tentang narkotika dan psikotropika yang sering disalah gunakan seperti, Alkohol, Inhalansia/Solven, N ikotin, dan Kafein. (Lydia Harlina Martono, et. all. 2006, h. 6)

Berikut ini data tindakan pidana narkoba di Provinsi Aceh terhitung sejak tahun 2007 sampai 2011

(12)

DATA TINDAK PIDANA NARKOBA PROVINSI ACEH TAHUN 2007 - 2011 Tabel 1. Jumlah Kasus Narkoba Berdasarkan Jenis, 2007-2011

No Kasus Tahun Jumlah

2007 2008 2009 2010 2011 1 Ganja 605 401 405 316 325 2.052 2 Heroin 18 18 3 Hashish 0 4 Kokain 0 5 Kodein 0 6 Morfin 0 7 Ekstasi 1 4 5 8 Shabu(meth) 134 185 218 250 325 1.112 9 Daftar G 0 10 Benzodiazepine 0 11 Barbiturate 0 12 Ketamine 0 13 Miras 13 6 2 21 Jumlah 753 614 625 566 650 3.208

Sumber : Direktorat Tindak Pidana Narkoba Aceh, Maret 2013

Tabel 2. Jumlah Kasus Narkoba Berdasarkan Penggolongan, 2007-2011

No Tahun Kasus Jumlah

Kultivasi Produksi Distribusi Konsumsi

1 2007 40 0 411 302 753 2 2008 17 0 385 393 795 3 2009 19 0 424 367 810 4 2010 8 0 424 347 779 5 2011 10 0 455 382 847 Jumlah 94 0 2.099 1.791 3.984 % 2,36% 0,00% 52,69% 44,95% 100,00 % Sumber : Direktorat Tindak Pidana Narkoba Aceh, Maret 2013

Tabel 3. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Kelompok Usia, 2007-2011

No Tahun Kelompok Usia Jumlah

<16 16-19 20-24 25-29 >30 1 2007 6 88 324 305 456 1.173 2 2008 1 61 195 205 333 795 3 2009 2 44 179 214 371 810 4 2010 3 47 176 200 353 779 5 2011 7 67 189 226 358 847 Jumlah 19 307 1.063 1.150 1.871 4.410 % 0,43% 6,96% 24,10% 26,08% 42,43% 100,00 % Sumber : Direktorat Tindak Pidana Narkoba Aceh, Maret 2013

(13)

Tabel 4. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Pendidikan, 2007-2011

No Tahun Pendidikan Jumlah

SD SMP SMA PT 1 2007 152 259 747 21 1.179 2 2008 75 242 453 25 795 3 2009 144 273 390 33 810 4 2010 89 236 416 38 779 5 2011 83 274 463 27 847 Jumlah 513 1.284 2.469 144 4.410 % 11,63% 29,12% 55,99% 3,27% 100,00%

Sumber : Direktorat Tindak Pidana Narkoba Aceh, Maret 2013

Tabel 5. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Pekerjaan, 2007-2011

No Tahun Pekerjaan PNS POL/ TNI SWT WST TAN I BRH Mahas iswa PLJ PNG 1 2007 25 23 333 243 254 39 49 123 90 2 2008 10 19 178 251 134 21 32 101 49 3 2009 15 23 168 296 14 34 28 73 29 4 2010 17 14 138 283 107 47 38 100 35 5 2011 10 10 137 327 142 40 43 80 51 Jumlah 77 89 954 1.40 0 781 181 190 477 254 % 1,75 % 2,02 % 21,6 7% 31,8 0% 55,9 9% 17,7 4% 4,11% 10,8 3% 5,77 % Sumber : Direktorat Tindak Pidana Narkoba Aceh, Maret 2013

2.2.1 Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA Oleh Remaja 1. Faktor sosial

Faktor sosial yang sering dikatakan berpengaruh pada penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya yaitu tekanan hidup dan etika kebudayaan

2. Faktor pribadi

Faktor ini yang paling menentukan seseorang terjerumus atau tidak kedalam penyalahgunaan NAPZA, yaitu

a. Rasa ingin tahu

(14)

c. Ketidaktahuan d. Kesadaran diri e. Berontak f. Pelarian g. Kompulsi h. Merusak diri

i. Agar diterima oleh kelompok (Ugan T. Aceng 2008, h. 55)

2.2.2 Pengertian Ganja

Ganja termasuk kedalam jenis narkotika, ganja adalah tanaman perdu dengan nama latinnya Cannabis sativa, Mempunyai bentuk daun menyerupai daun singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu halus. Tanaman ganja biasanya dipotong kecil-kecil, dikeringkan dan dicampur dengan tembakau dan digulung menjadi rokok. Tumbuhan ini di Indonesia banyak tumbuh di daerah Aceh, Sumatra dan Jawa. Nama lain dari ganja yang lebih dikenal yaitu, Mariyuana, Grass, Pot, Weed, Tea, Mary Jane, dan Cimeng. (Widharto, 2007, h. 7).

(15)

Ganja mengandung sejenis bahan kimia yang disebut Tetrahyldrocannabinol (THC), bahan ini bersifat racun dan dapat mempengaruhi suasana hati, penglihatan dan pendengaran. Kadar THC tertinggi terdapat pada bunga ganja yang mulai mekar. Daun ganja biasanya digunakan sebagai bumbu penyedap masakan. Ganja dianggap sipemakai sebagai narkoba yang aman dibandingkan dengan putauw dan shabu.

Namun kenyataannya jika menggunakan ganja pikiran menjadi lamban, sering kali pemakai ganja mencari obat-obatan yang lebih keras dan lebih mematikan, akibat-akibat lain dari pemakaian ganja antara lain kehilangan konsentrasi, menurunnya daya ingat, meningkatnya denyut nadi, keseimbangan dan koordinasi tubuh yang buruk, ketakutan dan rasa panik, despresi, kebingunggan dan halusinasi. (Widharto 2007, h.7).

2.2.3 Dampak Ganja

Efek yang dihasilkan ganja jika salah digunakan, antara lain: 1. Denyut jantung atau nadi lebih cepat.

2. Mulut dan tenggorokan kering.

3. Merasa lebih santai, banyak berbicara dan bergembira. 4. Sulit mengingat sesuatu kejadian.

5. Kesulitan kinerja yang membutuhkan konsentrasi, reaksi yang cepat dan koordinasi.

6. Kadang-kadang menjadi agresif bahkan kekerasan.

7. Bilamana pemakaian dihentikan dapat diikuti dengan kepala, mual yang berkepanjangan, rasa letih/capek.

(16)

9. Berkeringat, berfantasi dan nafsu makan bertambah.

Cara penggunaannya dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.

Dampak ganja dapat menyebabkan berbagai efek samping pada setiap pengguna baik yang menggunakannya secara kasual ataupun pengguna jangka panjang. Beberapa gejala dari gangguan- gangguan ini meliputi hal- hal seperti gangguan tidur, gangguan mengingat, gangguan koordinasi motorik, kesulitan dalam memahami pembicaraan atau memahami situasi dan peristiwa, halusinasi, pikiran atau perasaan yang cenderung paranoid, serta serangan panik. Sementara beberapa dari masalah ini mungkin tidak terlihat serius (serta tidak menimbulkan kematian), namun semua hal itu dapat menyebabkan masalah jangka panjang dan akan membuat gangguan pada kondisi dan situasi sosial.

1. Dampak sosial gangguan belajar

Penggunaan ganja dapat mengganggu proses belajar, berpikir kritis dan fungsi kognitif terkait lainnya selama 24 jam setelah dosis terakhir diambil. Studi tersebut dilakukan dengan cara mengamati siswa sebelum, selama dan setelah mereka menggunakan ganja. Hasil yang dite mukan bahwa setelah mengkonsumsi ganja siswa jauh lebih mungkin menderita masalah memori, kesulitan berkonsentrasi dan penurunan dalam pemahaman dan keterampilan kognitif. Efek ini mungkin jauh lebih parah pada pengguna jangka panjang dikarenakan adanya perubahan yang terjadi pada otak ketika mengkonsumsi ganja dalam jangka waktu yang lama.

(17)

2. Dampak sosial gangguan motivasi

Salah satu efek utama yang disebabkan karena ganja adalah kurangnya motivasi. Ganja dapat menyebabkan penggunanya untuk menjadi mudah terganggu/distracted, dan meskipun mereka dapat membuat rencana yang sangat kreatif, mereka bisa dengan mudah melupakannya atau tidak cukup termotivasi untuk melakukannya. Secara fisik memang tidak ada yang salah, tetapi secara mental adanya gangguan motivasi pada pengguna. Pecandu kemudian dapat mengalami apa yang dikenal sebagai Sindrom Motivasi, di mana mereka kehilangan motivasi tentang semua aspek dalam kehidupan mereka, seperti sekolah, kerja, keluarga dan berkurangnya tanggung jawab.

3. Dampak sosial gangguan perilaku sosial

Secara sosial, dampak sosial yaitu kurangnya motivasi dapat menyebabkan beberapa masalah yang cukup serius. Bagi yang sudah bekerja, gangguan motivasi akan dapat menyebabkan penurunan performa dalam kinerja, masalah disiplin atau mungkin dapat berakhir dengan terminasi. Bagi yang bersekolah/pelajar, kurangnya motivasi dapat menyebabkan masalah dalam proses belajar dan performa secara umum. Persahabatan juga dapat terancam, karena kurangnya motivasi untuk bersahabat dengan orang lain selain orang-orang yang menghisap ganja. http://www.apakabardunia.com/2012/10.

2.3 Pengaruh Ganja

Pemakaian ganja mempengaruhi 3 aspek sosial didalam kehidupan, diantaranya:

(18)

Mampu merubah kepribadian korban secara drastis, seperti berubah menjadi pemurung, pemarah, bahkan melawan terhadap apapun dan siapapun, Menimbulkan sikap masa bodoh sekalipun terhadap dirinya sendiri, seperti tidak lagi memperhatikan pakaian, tempat dimana dia tidur dan lain sebagainya, Semangat belajar menjadi demikian menurun dan suatu ketika bisa saja korban bersikap seperti orang gila karena reaksi dari zat yang digunakan karena pandangannya terhadap norma- norma masyarakat, terhadap adat, budaya, dan ketentuan agama sudah sedemikian longgar, bahkan kadang-kadang pupus sama sekali, tidak segan-segan menyiksa diri, karena ingin menghilangkan rasa nyeri atau sifat ketergantungan terhadap obat bius, Menjadi pemalas dan hidup santai. 2. Terhadap keluarga

Tidak segan mencuri uang atau bahkan menjual barang-barang di rumah yang bisa diuangkan, tidak lagi menjaga sopan santun di rumah, bahkan melawan kepada orang tua, kurang menghargai harta milik di rumah, seperti mengendarai kendaraan tanpa memperhitungkan rusak atau menjadi hancur sama sekali, mencemarkan nama keluarga.

3. Terhadap Masyarakat

Berbuat yang tidak senonoh dengan orang lain, yang tidak saja berakibat terhadap diri yang berbuat melainkan mendapat hukuman masyarakat yang berkepanjangan, mengambil milik orang lain demi memperoleh uang, mengganggu ketertiban umum, kebut-kebutan sehingga menimbulkan kecelakaan dan bahaya terhadap orang lain, bertindak kriminal, pada umumnya korban sudah kehilangan harga diri dan perasaan, hingga tega berbuat apa saja demi

(19)

mendapatkan apa yang dia inginkan seperti berkelahi, mencuri, memeras, menodong, merampok bahkan membunuh.

4. Terhadap Bangsa dan Negara

Merusak generasi muda sebagai pewaris Bangsa yang seyogyanya yang siap menerima tongkat estafet generasi dalam meneruskan cita-cita Bangsa dan tujuan nasional, hilangnya rasa patriotisme dan rasa cinta tanah air yang pda gilirannya mudah mudah dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan yang menjadi anacaman terhadap ketahanan nasional dan stabilitas nasional. (Lydia Harlina Martono, et. all. 2006, h. 8).

2.4 Perilaku

2.4.1 Pengertian Pe rilaku

Perilaku adalah segala sesuatu yang diperbuat oleh seseorang atau pengalaman. Ada dua jenis perilaku manusia, yakni perilaku normal dan perilaku abnormal. Perilaku normal adalah perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya, sedangkan parilaku abnormal adalah perilaku yang tidak bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya, dan tidak sesuai dengan norma- norma sosial yang ada. Perilaku abnormal ini juga biasa disebut perilaku menyimpang atau perilaku bermasalah. (Kartono dalam Darwis 2006, h. 43).

Apabila anak dapat melaksanakan tugas perilaku pada masa perkembangannya dengan baik, anak tersebut dikatakan berperilaku normal. Masalah muncul apabila anak berperilaku tidak sesuai dengan tugas perkembangannya. Anak yang berperilaku diluar perilaku normal disebut anak yang berperilaku menyimpang (child deviant behavior). Perilaku anak

(20)

menyimpang memiliki hubungan dengan peyesuaian anak tersebut dengan lingkungannya. (Kartono dalam Darwis 2006, h. 65)

Perilaku anak bermasalah atau menyimpang ini muncul karena penyesuaian yang harus dilakukan anak terhadap tuntutan dan kondisi lingkungan yang baru. Berarti semakin besar tuntutan dan perubahan semakin besar pula masalah penyesuaian yang dihadapi anak tersebut. (Hurlock 2004, h. 39).

2.4.2 Teori Perubahan perilaku

Berikut ini beberapa teori mengenai perubahan perilaku, Mead dalam Doyle P Jhonson, (1986: 9-10) seorang tokoh sosiologi K lasik mengungkapkan “ Organisme terus menerus terlibat dalam usaha penyesuain diri dengan lingkungannya dan bahwa melalui proses ini bentuk atau karakteristik organisme mengalami perubahan yang terus menerus”, lebih lanjut Mead menegaskan “perilaku dijelaskan menurut gerak-gerak refles yang dipelajari atau yang sudah menjadi kebiasaan, ransangan-ransangan lingkungan, atau proses psikologis yang pada prinsipnya semua itu dapat diukur secara empiris,…Pikiran atau kesadaran muncul dalam proses tindakan, namun demikian, individu- individu tidak bertindak sebagai organism yang terasing, sebaliknya,tindakan-tindakan mereka saling berhubungan tergantung”.

Menurut cooley dalam (Doyle 1986: 27) mengemukakan bahwa “ individu dan masyarakat saling berhubungan secara organis, tidak dapat dimengerti tanpa ada yang lain. Suatu gaya hidup atau pola-pola perilaku seseorang tidak merupakan hasil dari insting atau karakteristik biologis yang ditransmisikan lewat keturunan, sebaliknya susunan biologis manusia mudah dibentuk dan tidak terbatas dan dapat dikembangkan dengan berbagai cara,…tetapi perkembangan

(21)

individu sebagai seorang manusia sebagai suatu kepribadian tersendiri berbentuk perilaku tertentu merupakan hasil pengaruh warisan social yang ditranmisikan melalui komunikasi manusia”.

Thomas dalam (Doyle 1986: 33), seorang ahli sosiologi klasik lainnya mengemukakan”Faktor-faktor biologis dan psikologis yang dibawa sejak lahir, yang menjelaskan perilaku manusia. Hal ini tercermin misalnya, dalam seperangkat kemauan yang cukup terkenal itu yang diperlihatkan dalam the polish peasant: 1). Keinginan akan pengalaman baru, 2). Keinginan akan penghargaan, 3), keinginan akan penguasaan, 4). Keinginan akan keamanan,..Dalam hal ini perilaku secara bertahap dibentuk oleh lingkungan social budayanya”

Beberapa teori perubahan perilaku. (Soekidjo Notoatmodjo 2003: 185) Yaitu:

1. Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR)

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.

Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti

(22)

disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme.

2. Teori Festinger (Dissonance Theory)

Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Teori ini sebenarnya sama dengan konsep imbalance (tidak seimbang). Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan keadaan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu maka berarti sudah tidak terjadi ketegangan diri lagi dan keadaan ini disebut consonance (keseimbangan).

(23)

Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat 2 elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi adalah pengetahuan, pendapat, atau keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda / bertentangan didalam diri individu sendiri maka terjadilah dissonance.

3. Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :

a. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi memenuhi kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif. Misalnya orang mau membuat jamban apabila jamban tersebut benar-benar menjadi kebutuhannya.

b. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya, dengan tindakan-tindakannya, manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar. Misalnya orang dapat

(24)

menghindari penyakit demam berdarah karena penyakit tersebut merupakan ancaman bagi dirinya.

c. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam peranannya dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari- hari tersebut seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi.

Pengambilan keputusan yang mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang singkat. Misalnya bila seseorang merasa sakit kepala maka secara cepat tanpa berpikir lama ia akan bertindak untuk mengatasi rasa sakit tersebut dengan membeli obat di warung dan meminumnya, atau tindakan-tindakan lain.

d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi. N ilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku itu dapat merupakan "layar" dimana segala ungkapan diri orang dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah, senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.

Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut kebutuhannya. O leh sebab itu didalam kehidupan manusia, perilaku itu tampak terus- menerus dan berubah secara relatif.

(25)

4. Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces). Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang. Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu, yakni :

a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku. Stimulus ini berupa penyuluhan-penyuluhan atau informasi-informasi sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan. Misalnya seseorang yang belum ikut KB (ada keseimbangan antara pentingnya anak sedikit dengan kepercayaan banyak anak banyak rezeki) dapat berubah perilakunya (ikut KB) kalau kekuatan pendorong yakni pentingnya ber-KB dinaikkan dengan penyuluhan-penyuluhan atau usaha- usaha lain.

b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penaha n tersebut. Misalnya contoh tersebubt diatas, dengan memberikan pengertian kepada orang tersebut bahwa anak banyak rezeki, banyak adalah kepercayaan yang salah maka kekuatan penahan tersebut melemah dan akan terjadi perubahan perilaku pada orang tersebut.

c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Seperti contoh diatas, penyuluhan KB yang berisikan memberikan pengertian

(26)

terhadap orang tersebut tentang pentingnya ber-KB dan tidak benarnya kepercayaan anak banyak, rezeki banyak, akan meningkatkan kekuatan pendorong dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan.

2.4.3 Penyimpangan Perilaku Akibat Ganja

Dalam perspektif sosiologi perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah kerana dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Secara umum perilaku menyimpang dapa t diartikan sebagai tingkah laku yang melanggar atau bertentangan dengan aturan normatif dan pengertian normatif maupun dari harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan.

Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulakan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang. Menurut Lemert penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan secara terus- menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar lalu lintas,buang sampah sembarangan d an lain lain. (Robert M.Z Lawang, 2005, h. 55)

Sedangkan penyimpangan seksunder yakni perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, tawuran dan lain- lain. (Kamanto Sunarto, 2006, h. 78). perilaku menyimpang tidak berarti dari

(27)

norma-norma tertentu. Konsep perilaku menyimpang ini juga perlu dibedakan dari perilaku yang kurang diinginkan dan dari peranan yang menyimpang.

Karena tidak semua tingkah laku yang tidak diinginkan menyimpang dari aturan-aturan normatif, dan dilain pihak dan belum tentu perilaku menyimpang dari aturan normatif itu tidak diinginkan. Perilaku menyimpang disebut sebagai salah satu penyakit masyarakat atau penyakit sosial. Penyakit sosial atau penyakit masyarakat adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma- norma umum, adat- istiadat, hukum formal, atau tidak bisa diintegrasikan dalam pola tingkah- laku umum. Disebut sebagai penyakit masyarakat karena gejala sosialnya yang terjadi ditengah masyarakat itu meletus menjadi ”penyakit”. Dapat disebut pula sebagai struktur sosial yang terganggu fungsinya. (Soerjono Soekanto 2006, h. 65).

Dampak yang ditimbulkan sebagai akibat perilaku penyimpangan sosial, baik terhadap pelaku maupun terhadap orang lain pada umumnya adalah bersifat negatif. Demikian pula, menurut pandangan umum, perilaku menyimpang dianggap merugikan masyarakat. Namun demikian, perilaku menyimpang tidak serta merta selalu membawa dampak yang negatif.

Untuk mengatur ketertiban dan kepatuhan terhadap norma kehidupan bermasyarakat diperlukan suatu norma hukum. (Hoeber dalam Schoorl 2000, h.80) menyebutkan empat fungsi dasar hukum sebagai sarana kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu :

1. Untuk menetapkan hubungan-hubungan antar anggota masyarakat, dengan menunjukan jenis-jenis perilaku apa saja yang diperbolehkan dan yang dilarang.

(28)

2. Menentukan pembagian kekuasaan dan merinci siapa saja yang mewakili kewenangan untuk melakukan pemaksaan, serta siapa saja yang harus mentaatinya. Sekalipun memilihkan sanksi-sanksi yang tepat dan efektif

3. Menyelesaikan sikap sengketa dan memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi kehidupan yang berubah, dengan cara merumuskan kembali hubunga n-hubungan antar anggota masyarakat. Apabila fungsi- funsgi ini dijalankan dengan benar dan konsekuen, dapat diharapkan perilaku manusia dan tata kehidupam masyarakat akan sesuai dengan kaidah, norma, nilai dan aturan yang berlaku secara universal.

Namun demikian untuk menjalankan fungsi hukun tersebut menurut (Parsons 2004, h.98) terdapat beberapa masalah penting yang harus diselesaikan terlebih dahulu, yaitu :

1. Masalah legitimasi, yang berkaitan dengan landasan bagi pentaatan kepada peraturan.

2. Masalah interpretasi, yang menyangkut masalah penetapan hak dan kewajiban individu melalui proses penerapan peraturan.

3. Masalah sanksi, berkaitan dengan penegasan sanksi-sanksi yang akan timbul apabila terdapat pentaatan atau pelanggaran peraturan, serta menegaskan siapa yang berhak menerapkan sanksi tersebut.

4. Masalah yirisdiksi, yaitu berkaitan dengan penetapan garis kewenangan tentang siapa yang akan berhak menegakan norma-norma

(29)

hukum dan apa saja yang akan diatur oleh norma hukum tersebut (perbuatan, orang, golongan dan peranan).

Keempat masalah ini menjadi amat penting, karena produk hukum yang berupa peraturan hukum harus memenuhi dan menjamin rasa keadilan masyarakat.

Penyimpangan bukanlah suatu yang melekat pada perilaku tertentu melainkan dikarenakan oleh definisi sosial. Menurut Lemert (dalam Sunarto, 2004, h, 80) penyimpangan yang disebabkan oleh pemberian cap/ label dari masyarakat kepada seseorang yang kemudian cenderung akan melanjutkan penyimpangan tersebut. Penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua maca m, yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder.

Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan terus- menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar rambu lalu lintas, bua ng sampah sembarangan, dan lain- lain.

Penyimpangan sekunder yakni perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, dan lain- lain.

Penyimpangan sosial mau tidak mau kerap sekali terjadi, bahkan peristiwa ini terjadi disekitar kita tanpa kita sadari misalkan saja kasus penggunaan ganja oleh para remaja yang pada umumnya adalah pelajar yang kerap terjadi di Gampong Rameuan, Kabupaten Nagan Raya. Penyimpangan dapat dikatagorikan penyimpangan yang bersifat negatif.

(30)

Dalam penyimpangan sosial negatif, sang pelaku bertindak kearah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk serta mengganggu sistem sosial. Tindakan dan pelakunya akan dicela dan tidak diterima oleh masyarakat bobot penyimpangan sosial dapat diukur menurut kaidah yang dilanggar.

2.5 Remaja

Berikut beberapa difenisi remaja menurut para ahli. Berbicara masalah generasi muda tidak lepas dari kata remaja, para pemuda pemudi yang beranjak tumbuh dewasa, pada masa transisi ini mereka sering dikatakan sebagai generasi muda. Remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Banyak tokoh yang memberikan definisi mengenai remaja.

Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Sifat transisi atau peralihan karena remaja belum me mperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. DeBrun; rice dalam (M.N ur Elibrahim 2011, h. 1) Masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. (Sri Rumini & Siti Sundari 2004. h. 53)

Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun

(31)

perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. (Zakiah Darajat 1990, h. 23)

Hal senada diungkapkan oleh (Santrock 2003, h. 26) bahwa Remaja diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun. (Deswita, 2006, h. 192)

2.6 Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah kelompok manusia yang tersebar, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan kecil. J. L. Gilin dalam (H. Hartomo et.all 2001, h. 88)

Masyarakat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi, yang memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterikatan dalam mencapai tujuan bersama. Masyarakat sekelompok manusia yang telah lama bertempat tinggal di suatu daerah tertentu dan mempunyai aturan (undang-undang) yang mengatur tata hidup mereka, untuk menuju kepada tujuan yang sama. (H. Hartomo. et.all. 2001, h. 90)

(32)

Dari definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan, masyarakat adalah kelompok manusia yang bertempat tinggal di suatu wilayah yang saling berinteraksi, dan memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut serta adanya keterikatan untuk mencapai tujuan bersama.

(33)

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Sesuai dengan masalah yang penulis ajukan, maka penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi alami.

Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat, post propositivisme (Pendapat yang menuju ke lebih logis, benar), digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. (Sugiyono 2011, h. 9). Sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2001, h. 3). Bertujuan untuk membantu menjelaskan karakteristik objek dan subjek penelitian. (Arikunto 1998, h. 88)

Adapun tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. (Nazir, 2005, h. 54).

(34)

Tujuan penelitian adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta- fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. (Emzir 1999, h. 63)

Adapun Sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mengidentifikasikan fenomena sosial kehidupan remaja yang berhubungan dengan ganja di dalam hidup bermasyarakat di Gampong Rameuan, Kabupaten Nagan Raya.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue, Kabupaten Nagan Raya. Peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian karena melihat ketimpangan dalam masyarakat khususnya perilaku remaja Ramean yang menggunakan ganja, sehingga berpengaruh dalam hidup bermasyarakat.

3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah dari data primer dan sekunder Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. (Sugiyono 2011, h. 225).

3.3.2 Informan Penelitian

Dalam menentukan informan pada penelitian ini, peneliti tidak menetapkan jumlah informan namun informan yang ada nantinya terbagi dalam

(35)

informan kunci dan informan biasa. Data yang diperoleh dari informan dikumpulkan dan dihubungkan, kemudian data tersebut dikelompokkan berdasarkan permasalahan yang mencuat, jadi penelitian ini bersifat induktif.

Peneliti memilih Informan guna mendapat informasi lebih dalam dan akurat mengenai hal yang akan di bahas, sedangkan informan dipilih melalui Snowball sampling.

Snowball sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awal nya jumlah sumbernya sedikit lama–lama menjadi besar, Hal ini dilakukan karena karena dari sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberi data yang memuaskan, maka peneliti mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. (Sugiyono 2011, h. 219).

Pemilihan informan bedasarkan pertimbangan atas jawaban-jawaban informan yang mengarah pada jawaban yang sama dengan kata lain mencapai pada titik jenuh sehingga dilakukan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini menempatkan peneliti sebagai instrumen penelitian.

Untuk kelengkapan data yang menjadi informan pada penelitian ini berjumlah dua puluh lima informan, yang terdiri dari:

1. Keuchik Gampong Rameuan, peneliti menetapkan Keuchik sebagai informan inti karena Keuchik merupakan pimpinan dalam Gampong yang harus dan dianggap lebih mengetahui mengenai permasalahan yang terjadi di dalam Gampong.

2. Tokoh masyarakat 2 (dua) orang, Tuha peut 3 (tiga) orang, masyarakat biasa 6 (enam) orang yang merupakan bagian dari masyarakat secara luas dalam penelitian ini, yang dimintai tanggapannya sebagai orang tua,

(36)

keluarga maupun orang yang menilai dan menanggapi fenomena yang terjadi di Gampong.

3. Remaja sebanyak 13 (tiga belas) informan sebagai bagian dari masyarakat dalam penelitian ini yang melihat, mengalami serta menanggapi persoalan ini.

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data a. Pengamatan (Observasi)

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu teknik pengamatan, yaitu pengamatan yang berperan serta atau pengamatan yang terlibat. Pengamatan terlibat adalah pengamatan yang dilakukan sambil sedikit banyak berperan serta dalam kehidupan orang yang diteliti. Pengamatan terlibat mengikuti orang-orang yang diteliti dalam kehidupan sehari- hari mereka lakukan, kapan, dengan siapa, dan dalam keadaan apa, dan menanyai mereka mengenai tindakan mereka. Becker et.al., dalam (Mulyana, 2001, h. 162).

Dalam penelitian ini dengan kata lain peneliti mengadakan observasi langsung terhadap remaja di sekitar obyek penelitian, peneliti juga melakukan percakapan yang tidak direncanakan dan tidak formal. Tetapi percakapan dan pembicaraan tersebut dapat diambil sebagai data yang dapat mendukung penelitian yang sedang diteliti. Dengan adanya pengamatan secara terlibat peneliti diharapkan dapat memahami, mempelajari, menjelaskan, dan menganalisis apa yang mereka lakukan dalam kehidupan keseharian, dan peneliti dapat beradaptasi dan berkomunikasi dengan informan yang diteliti.

(37)

b. Wawancara mendalam

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara mendalam dan tidak terstrukrur artinya wawancara dilakukan tidak disusun sedemikian rupa tetapi dilakukan secara kualitatif dan berlangsung secara alami dan menjurus pada persoalan penelitian. Dalam hal ini informan tidak diarahkan tetapi jawaban diserahkan kepada informan, biarpun berkembang namun sesuai dengan keinginan informan. Wawancara mendalam juga dilakukan peneliti terhadap orang yang berhubungan dengan fenomena seperti Keuchik, Guru SMP Rameuan, serta beberapa tokoh masyarakat dan remaja setempat.

c. Dokumentasi.

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah lalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan misal, catatan harian, Sejarah kehidupan, biografi, cerita, peraturan dan kebijakan. Berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain- lain. Atau karya-karya monumental dari seseorang misalnya film, patung, gambar dan lain- lain. (Sugiyono 2011, h. 240). Dokumentasi digunakan sebagai pelengkap dari penggunaan observasi dan wawancara dalam penelitian ini.

3.4 Instrumen Penelitian

Penelitian yang menggunakan metode kualitatif, adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alami, maka peneliti adalah sebagai instrumen kunci. (Moleong 2002, h. 4).

Penggunaan peneliti sebagai instrumen penelitian guna mendapatkan data yang valid dan realible. Namun untuk membantu kelancaran dalam pelaksanaannya, peneliti juga didukung oleh instrumen pembantu seperti:

(38)

 Panduan wawancara: Berfungsi untuk mempermudah penulis dalam mengajukan pertanyaan kepada informan, dengan begitu kegiatan wawancara akan lebih terarah.

 Pulpen: Berfungsi untuk menulis data yang ditemukan dalam wawancara.  Buku catatan: Berfungsi untuk mencatat semua percakapan dalam

wawancara.

Adapun instrumen yang di gunakan dalam observasi, yaitu Panduan observasi berfungsi agar mempermudah peneliti dalam melakukan pengamatan berupa lembar pengamatan (check list) yaitu untuk membantu peneliti dalam melakukan pengukuran terhadap aspek perilaku remaja, pengamatan terhadap penggunaan ganja, pengamatan terhadap kehidupan bermasyarakat di Rameuan dan pengamatan bentuk perhatian pemerintah Gampong.

Adapun instrumen yang digunakan dalam dokumentasi adalah: Camera. Pendokumentasian memakai insrumen ini penting dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, sekligus untuk mengetahui data-data yang belum lengkap, sehingga mudah dalam mencari data selanjutnya.

Penggunaan peneliti sebagai instrumen penelitian guna mendapatkan data yang valid dan realible. Namun untuk membantu kelancaran dalam pelaksanaannya, peneliti juga didukung oleh instrumen pembantu seperti panduan wawancara. Adapun langkah-langkah penyusunan wawancara yaitu, peneliti melakukan hal- hal sebagai berikut:

 Menetapkan informan yang ingin diwawancarai

 Menyiapkan topik-topik masalah yang akan jadi pembicaraan  Membuka atau mengawali wawancara

(39)

 Melangsungkan wawancara

 Mengkonfirmasikan intisari dar wawancara dan mengakhirinya  Menuliskan wawancara ke dalam catatan lapangan

 Mengindentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah peneliti peroleh.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode analisis data yang terdapat tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif (Miles dan Huberman1984, h.21-23), yaitu:

3.5.1 Reduksi Data

Reduksi data berujuk pada proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, abstraksi dan pentranformasian” data mentah” yang terjadi dalam catatan-catatan tertulis. Reduksi data terjadi secara kontinu melalui kehidupan suatu proyek yang diorientasikan secara kualitatif. (Emzir 2010, h. 129)

3.5.2 Model Data (Data Display)

Setelah data direduksi, selanjutnya melakukan kegiatan analisis data yaitu model data. Model sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun ysng memperbolehkan pendeskrepsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. Sedangkan model dalam kehidupan sehari- hari berbeda-beda, dari pengukur bensin, surat kabar, sampai layar komputer. Melihat sebuah tayangan membantu kita memahami apa yang terjadi dan melakukan sesuatu analisis lanjutan atau tindakan didasarkan pada pemahaman tersebut. Penyajian data melalui uraian singkat dalam bentuk teks naratif sehingga memudahkan peneliti untuk memahami yang sedang terjadi saat ini. (Emzir, 2010, h. 131).

(40)

3.5.3 Penarikan dan Verifikasi Kesimpulan

Langkah ketiga dari aktivitas analisis data adalah penarikan dan verifikasi kesimpulan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai memutuskan apakah makna sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kusal dan proposisi-proposisi. (Emzir 2010, h. 133),

Peneliti melakukan perumusan pada kesimpulan-kesimpulan sebagai temuan sementara yang dilakukan dengan cara mensintesiskan semua data yang terkumpul. Dan data akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya, tetapi apabila bukti-bukti data serta temuan di lapangan yang peneliti temukan pada tahap awal konsisten serta valid maka kesimpulan yang didapat adalah kredibel. Dan kesimpulan itu berupa temuan yang bersifat deskripsi atau gambaran mengenai pengaruh Ganja terhadap perilaku remaja dalam kehidupan bermasyarakat di Gampong Rameuan yang masih remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

3.6 Pengujian Kredibilitas Data

Uji kredibilitas data atau kepercayaan data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan, perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif serta membercheck. Digunakan uji ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lebih mendalam mengenai subyek penelitian. (Sugiyono 2008, h. 270)

3.6.1 Peningkatan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan, dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa dapat direkam secara pasti dan sistematis. Yaitu peneliti

(41)

membaca referensi baik dari buku atau hasil penelitian yang lain serta dokumentasi-dokumentasi terkait dengan hal yang diteliti, sehingga dengan pengetahuan yang peneliti dapat nantinya dari hasil membaca tersebut berguna untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar atau salah. (Sugiyono 2011, h. 272).

3.6.2 Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kreabilitas data ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dari berbagai sumber, peneliti mengecek data baik dari informan kunci dan informan biasa, bacaan referensi dan lain sebagainya, dilakukan dengan berbagi teknik yang berbeda-beda guna mendapat informasi dan dilakukan pada berbagai waktu yang memungkinkan jawaban tidak berdasarkan pada ke lelahan dan lain sebagainya. Wiersma dalam (Sugiyono 2011, h. 273),

3.6.3 Mengadakan Membercheck

Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada penerima data untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Peneliti perlu mengadakan membercheck dalam penelitian ini guna mengetahui informasi yang diperoleh dan yang akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan. (Sugiyono 2011, h. 276)

3.7 Jadwal Penelitian

Adapun jadwal penelitian tentang pengaruh ganja terhadap perilaku remaja dalam kehidupan bermasyarakat, pada Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya, selama enam bulan atau satu semester.

(42)

TABEL JADWAL PENELITIAN

No Kegiatan Bulan

7 8 9 10 11 12 1 Persiapan Kebutuhan untuk proses di lapangan

Perizinan √

Pemilihan beberapa orang sebagai informan √ Pemilihan instrumen yang digunakan dalam

penelitian √

2 Penelitian

Mengamati kegiatan remaja yang memakai ganja pada gampong Ramean Kabupaten

Nagan Raya √

Mengamati faktor yang melatarbelakangi remaja memakai ganja khususnya di

Gampong Rameuan √

3

Pengolahan data dan pembuatan laporan hasil

penelitian √

(43)

42 4.1 Letak Geografis

Gampong Rameuan adalah salah satu Gampong yang terdapat di Kabupaten Nagan Raya tepatnya di Kecamatan Suka Makmue. Luas Gampong Rameuan kurang lebih 20KM/Segi, dan terbagi beberapa Dusun yaitu Dusun Suak Trieng, Dusun Rameuan dan Dusun Lampoh Teube. Adapun bahasa yang mereka pergunakan sehari- hari adalah Bahasa Aceh, selain itu mereka juga dapat berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia apabila mereka berhadapan dengan etnis lain.

Tabel 6

Data luas wilayah Gampong Rameuan.

Gampong Luas wilayah Kebun Sawah Pemukiman

Rameuan 20Km/segi 50Ha 25Ha 25Ha

Sumber: Profil Gampong Rameuan 2013

4.1.1 Penduduk

Gampong Rameuan memiliki kepadatan penduduk sebanyak 549 jiwa, dengan banyak jumlah kepala keluarga 165 KK. Dengan perincian dapat dilihat dalam table berikut ini :

(44)

Tabel 7

Klasifikasi penduduk Gampong Rameuan berdasarkan Jurong/Dusun

No Jurong/Dusun Jumlah KK Laki-Laki Perempuan Jumlah (Jiwa) 1 Suak Trieng 78 128 123 251 2 Rameuan 35 63 56 119 3 Lampoh Teube 52 91 88 179 Total 165 282 267 549

Sumber: Profil Gampong Rameuan, 2013

Tabel 8. Data Jumlah Penduduk Menurut Golongan Usia

No U r a i a n Jenis Kelamin Jumlah

(jiwa) Lk Pr 1. 0 bulan – 12 bulan 10 11 21 2. 13 bulan – 04 tahun 12 15 27 3. 05 tahun – 06 tahun 14 24 38 4. 07 tahun – 12 tahun 21 30 51 5. 13 tahun – 15 tahun 31 31 62 6. 16 tahun – 18 tahun 34 22 56 7. 19 tahun – 25 tahun 33 24 57 8. 26 tahun – 35 tahun 32 21 53 9. 36 tahun – 45 tahun 21 20 41 10. 46 tahun – 50 tahun 21 20 41 11. 51 tahun – 60 tahun 20 19 39 12. 61 tahun – 75 tahun 18 15 33 13. Diatas 75 tahun 15 15 30 T O T A L 282 267 549

Sumber: Profil Gampong Rameuan, 2013

Jika dilihat dari segi pendidikan, masyarakat Gampong Rameuansekarang ini secara keseluruhan tampak adanya perkembangan dalam bidang pendidikan, terlebih lagi dengan adanya sarana pendidikan seperti SD/sederat, SLTP/sederajat, SLTA/sederajat, naiknya antusias masyarakat di bidang pendidikan terlihat dari kenginanan untuk melanjutkan menimba ilmu sampai pada jenjang perguruan

(45)

tinggi, ini satu hal yang sangat patut diberi apresiasi positif bagi kelangsungan pembangunan pendidikan di Aceh, khususnya masyarakat Gampong Rameuan.

Dari data di atas dapat dilihat banyaknya yang bekerja, namun tampak perbedaan jumlah yang bekerja sebagai remaja dibandingkan dengan yang bekerja di bidang lain. Dalam hal ini penulis menetapkan informan menurut klasifikasi menurut pekerjaan sehingga nanti akan dapat memberikan data tingkat pengaruh Narkoba pada remaja Gampong Rameuan

4.1.2 Hasil Penelitian

Data ini diambil untuk mengetahui sejauh mana pemahaman informan dalam memahami pengaruh ganja terhadap perilaku remaja dalam hidup bermasyarakat.

Pada umumnya masyarakat Gampong Rameuan mengerti dan memahami pengaruh ganja terhadap perilaku remaja, hal ini didukung oleh Bapak Muhammad Isa, selaku keuchik Rameuan yang menyatakan,

“Sebahagian besar masyarakat Gampong Rameuan ini sudah mengerti dan memahami pengaruh ganja terhadap perilaku remaja, yang dapat merusak diri sendiri seperti perubahan sel otak, juga berpengaruh terhadap orang lain karena perilaku yang susah ditebak seperti lekas marah, kebut kebutan motor sehingga meresahkan masyarakat”

Hasil Wawancara: Muhammad Isa, Keuchik Rameuan (20 Agustus 2013)

Masyarakat Gampong Rameuan sebahagian paham pengaruh ganja terhadap perilaku remaja, hal ini terlihat dari banyak jumlah informan sebanyak

(46)

enam belas orang dari dua puluh lima informan yang menyatakan hal tersebut, salah seorang tokoh masyarakat, Rameuan yang menyatakan,

“Remaja yang memakai ganja itu memang terlihat dari perilaku mereka setelah mengisap ganja seperti terlalu banyak bicara, ngawur, berhalusinasi, mata merah, selera makannya meningkat”.

Hasil Wawancara: Zulkifli, Tokoh masyarakat Rameuan (22 Agustus 2013) Hal lainnya juga diungkapkan oleh salah seorang remaja siswa SLTP Rameuan “Pengaruh ganja terhadap perilaku remaja menurut saya sangat besar, selain merusak saraf juga membuat kecanduan sehingga mengesampingkan norma yang ada demi mendapatkan ganja, seperti melawan orang tua, mencuri”

Hasil Wawancara: Efendi, remaja Gampong Rameuan (4 Agustus 2013).

Terdapat kasus Azhar seorang remaja rameuan yang mengkonsumsi ganja melakukan tindakan mencuri ayam demi mendapatkan uang untuk membeli ganja. Perilaku remaja ini jelas telah meresahkan masyarakat serta berpengaruh buruk terhadap kehidupan dalam bermasyarakat.

Sedangkan M. Akmal mengatakan “Sepengatahuan saya pengaruh ganja terhadap perilaku remaja memang sangat mengkhawatirkan, selain membahayakan diri sendiri juga bisa membahayakan orang lain, seperti jika sudah kecanduan dan butuh ganja tetapi tidak punya uang maka jalan apapun akan ditempuh si pemakai yang sudah kecanduan melawan orang tua, mencuri misalnya”.

(47)

Dari data yang diperoleh bahwa pemakaian Ganja oleh Remaja, sangat berpengaruh pada perilaku si remaja sendiri seperti yang diungkapkan oleh salah seorang informan masyarakat Rameuan yang menyatakan,

“Saya pribadi melihat sendiri pengaruh ganja terhadap perilaku putra sulung saya ketika saya mulai mencurigai kalau ia memakai ganja, sifat lekas marah yang tidak dapat dijelaskan, kurang berbicara dengan orang lain, kehilangan minat padahal dulunya ia paling hobi olah raga, malas mengurus diri, juga malas beribadah padahal biasanya rajin, akhirnya ketahuan kalau ia memakai ganja ”. Hasil Wawancara: Halimah Masyarakat Rameuan, (6 September 2013)

Dari data yang diperoleh bahwa pengaruh ganja terhadap perilaku remaja dalam hidup bermasyarakat pada umumnya remaja yang memakai ganja kurang berinteraksi dengan masyarakat, mereka lebih suka kumpul dengan sesama pemakai ganja. Berikut ungkapan salah seorang informan yang menyatakan hal tersebut.

“Ganja memang sangat berpengaruh terhadap perilaku remaja dalam hidup bermasyarakat, pada umumnya mereka kurang berinteraksi dengan masyarakat, tidak ada yang namanya tegur sapa, mata merah, banyak bicara ngawur, suka buat resah masyarakat karena kebut kebutan sepeda motor, entah bagaimana generasi kita di masa depan nanti”.

Hasil Wawancara: Fatimah, masyarakat Rameuan (3 September 2013)

Salah seorang tokoh masyarakat, Rameuan lainnya menyatakan, “Dalam hidup bermasyarakat pasti terdapat aturan, norma serta interaksi dengan semua tetapi bagi remaja yang memakai ganja, hal ini sering dikesampingkan”.

Hasil Wawancara: Hafnidar, Tokoh masyarakat Rameuan, (6 September 2013) Dari data yang diperoleh perilaku remaja gampong Rameuan yang memakai ganja mereka lebih agresif dan mudah marah sehingga dapat

(48)

menimbulkan kekerasan hal ini di sebabkan oleh umur mereka yang masih muda mengkonsumsi ganja sehingga emosi jadi tidak terkontrol.

Hal ini juga dikemukakan oleh salah seorang remaja Gampong Rameuan yang menyatakan,

“Ganja sangat berpengaruh pada kehidupan perilaku remaja gampong Rameuan, karena selain merusak diri sendiri, mereka lebih agresif, gampang marah, kehilangan minat, juga merusak keluarga dengan melawan orang tua, lekas marah, acuh tidak acuh terhadap anggota keluarga, tidak memperdulikan perasaan orang lain dan juga masyarakat di sekitarnya dengan perilaku juga bisa menimbulkan kekerasan karena mereka masih muda dan labil dalam emosi”

Hasil Wawancara: Jafar, remaja Rameuan (26 September 2013).

Hal ini juga senada yang dikemukakan oleh salah seorang tokoh masyarakat, Rameuan yang menyatakan,

“Akibat dari pemakaian Ganja oleh remaja Rameuan, perilaku nya jadi tidak teratur, melawan oarang tua dan dan membuat resah warga Gampong”.

Hasil Wawancara: Nya`Man, Tuha Peut Rameuan, (26 September 2013)

Dari data yang diperoleh mengenai faktor yang mempengaruhi remaja Gampong Rameuan memakai ganja bahwa selalu terdapat alasan yang mendasari remaja khususnya untuk melakukan segala sesuatu, baik itu berasal dari diri sendiri maupun orang lain, begitu pula beberapa hal yang melatarbelakangi remaja di Gampong Rameuan memakai ganja.

Berikut ini beberapa alasan yang melatarbelakangi remaja memakai ganja, seperti yang diungkapkan oleh salah seorang masyarakat Rameuan yang menyatakan,

“Salah satu yang menyebabkan remaja memakai Ganja menurut saya pada dasarnya karena rasa ingin tahu dan ikut ikutan, karena masa remaja sering kali

(49)

dipenuhi oleh rasa ingin tahu dan mencoba segala sesuatu tanpa alasan yang jelas”.

Hasil Wawancara Syarifah Humaira, Masyarakat Rameuan, (27 September 2013) Banyak hal yang mempengaruhi remaja rameauan menggunakan Ganja salah satunya karena ikut ikutan dan tidak mendapat perhatian keluarga. Berikut pernyataan yang dikemukakan oleh salah seorang informan.

“Saya pribadi sering memperhatikan remaja Rameuan yang memakai ganja, pertama cuma ikut ikutan teman, asyik ngumpul sama teman ketimbang di rumah “setia kawan” itu istilah mereka, sehingga untuk menunjukkan solidaritasnya mereka ikut memakai ganja, hal ini terungkap dari tiga remaja teman saya yang memang keluarganya tidak akur”

Hasil Wawancara Efendi, remaja Rameuan, (27 September 2013)

Hal ini juga dikemukakan oleh salah seorang Guru di salah satu SLTP di Rameuan yang menyatakan,

“Banyak hal yang mempengaruhi perilaku remaja rameauan menggunakan Ganja menurut saya, seperti karena ketidaktahuan tentang ganja yang dapat menimbulkan dampak negatif yang bisa berakibat fatal, seperti ketidaktahuan akibatnya terhadap fisik, mental moral, masa depan, keluarga, kehidupan bermasyarakat juga bangsa serta kehidupan diakhirat”.

Hasil Wawancara: Mahdalena Guru di Rameuan, (26 September 2013)

Iklan ternyata juga mempunyai pengaruh besar dalam menetukan kebiasaan merokok seseorang terutama remaja, sebagian remaja mengkonsumsi merek rokok yang paling sering diiklankan yang mengakibatkan remaja menganggap merokok itu menarik dan ingin mencobanya, jika remaja sudah

Gambar

Gambar 1. Methadone
Gambar 3. Heroin
Tabel 2. Jumlah Kasus Narkoba Berdasarkan Penggolongan, 2007-2011
Tabel 5. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Pekerjaan, 2007-2011
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada tahap ini akan ditentukan hal-hal apa saja yang dibutuhkan, meliputi kebutuhan input, proses dan output sehingga sistem yang dikembangkan dapat mengatasi

Silabus merupakan rencana juga, namun sudah lebih menjurus kepada hal- hal yang lebih khusus yaitu rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran atau tema

Langkah pertama dalam mengevaluasi anak dengan edema adalah untuk memastikan apakah anak tersebut menderita sindrom nefrotik atau tidak, karena hipoalbuminemia dapat terjadi

Nama Pekerjaan : Paket Pekerjaan Pengadaan Bekal Kantor (Pengadaan Alat tulis Kantor dan alat Kebersihan Polres) lelang ulang Polres Musi Banyuasin

botol BOD ( botol Winkler) dan pipet tetes. Kemudian tentukan lokasi pengambilan air sampel. Setelah itu ambil air sampal menggunakan botol BOD namun jangan samapai terjadi

Metode pelaksanaan dari penerapan ipteks ini terdiri dari beberapa kegiatan utama yaitu; Sosialisasi, Pelatihan pengolahan kerupuk kepala udang, Pengolahan kerupuk

Penelitian terdahulu oleh Pransiska Panjaitan (2014) hasilnya menunjukkan bahwa Pelaksanaan audit operasional telah memadai karena audit operasional dilaksanakan oleh auditor