• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KONSISTENSI MUTU DAN RENDEMEN CRUDE PALM OIL (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT TANJUNG SEUMANTOH PTPN I NANGGROE ACEH DARUSSALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KONSISTENSI MUTU DAN RENDEMEN CRUDE PALM OIL (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT TANJUNG SEUMANTOH PTPN I NANGGROE ACEH DARUSSALAM"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

Muhammad Arif Hidayat : Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh Ptpn I Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

SEUMANTOH PTPN I NANGGROE ACEH DARUSSALAM

MUHAMMAD ARIF HIDAYAT

050308021

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009

(2)

Muhammad Arif Hidayat : Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh Ptpn I Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

SEUMANTOH PTPN I NANGGROE ACEH DARUSSALAM

SKRIPSI Oleh :

MUHAMMAD ARIF HIDAYAT

050308021

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009

(3)

Muhammad Arif Hidayat : Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh Ptpn I Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

SEUMANTOH PTPN I NANGGROE ACEH DARUSSALAM

SKRIPSI Oleh :

MUHAMMAD ARIF HIDAYAT 050308021/TEKNIK PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009

(4)

Muhammad Arif Hidayat : Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh Ptpn I Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Nama : Muhammad Arif Hidayat

NIM : 050308021

Depatemen : Teknologi Pertanian Program Studi : Teknik Pertanian

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si)

Ketua Anggota

(Ainun Rohanah STP, M.Si)

Mengetahui,

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Ketua Departemen Teknologi Pertanian

(5)

Muhammad Arif Hidayat : Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh Ptpn I Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Nanggroe Aceh Darussalam, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan AINUN ROHANAH.

Persaingan sektor industri hulu berbasis kelapa sawit dihadapkan pada tantangan yang semakin ketat. Dengan ketatnya persaingan pasar bebas pada saat ini, maka diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan mutu dan rendemen CPO. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi konsistensi mutu CPO (kadar asam lemak bebas dan kadar air) dan rendemen produksi selama bulan April dan bulan September periode 2005 sampai 2008 serta menganalisis faktor-faktor penyebab rendahnya mutu dan rendemen CPO di pabrik kelapa sawit dengan menggunakan control chart dan diagram sebab-akibat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu dan rendemen CPO selama bulan April dan bulan September periode 2005 sampai 2008 dinilai tidak konsisten. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh dari bahan baku, proses pengolahan dan kondisi mesin atau peralatan selama proses pengolahan kelapa sawit di pabrik.

Kata Kunci : CPO, Kadar Air, Asam Lemak Bebas, Rendemen

ABSTRACT

MUHAMMAD ARIF HIDAYAT: The Analysis of Quality Consistency and Yield of Crude Palm Oil (CPO) at the Oil Palm Factory of Tanjung Seumantoh PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam, supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and AINUN ROHANAH.

The competition for the sector of the primary industry based on oil palm was pointed in the increasingly tight challenge. With the strictness of competition of free market at this time, effort was needed to be increased on quality and yield of CPO. This research was aimed at evaluating the consistency of the CPO quality (free fatty acid and moisture) and the yield of production during April and September of 2005 to 2008 period as well as to analyse the cause factors of the low level of quality and yield of CPO at the oil palm factory using control chart and cause-effect diagram.

Results of the research showed that the quality and the yield of CPO during April and September of 2005 to 2008 period were inconsistent. This matter was caused by the influence of raw material, processing procedure and machinery condition during oil palm processing at the factory.

(6)

ii

Penulis dilahirkan di Langsa pada tanggal 20 Desember 1987 dari ayah Muhammad Jalil Hanafiah dan ibu Darnilawati. Penulis merupakan putra kedua dari empat bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 3 Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian, sebagai asisten praktikum di Laboratorium Teknik Pertanian dan sebagai anggota organisasi Agriculture Technology Moslem.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh PT. Perkebunan Nusantara I di Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang dari tanggal 17 Juli sampai 16 Agustus 2008,.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Konsistensi Mutu dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si dan Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, September 2009

(8)

iv

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRACT ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 4 Kegunaan Penelitian ... 5 Batasan Penelitian ... 5 TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kelapa Sawit ... 6

Pengolahan Kelapa Sawit ... 7

Karakteristik Mutu CPO ... 8

Pengendalian Mutu CPO ... 11

Pendekatan Sistem ... 15

Teknik Kendali Mutu ... 16

Peta Pengendali (Control Chart) ... 17

Diagram Sebab-Akibat ... 19

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

Bahan dan Alat Penelitian ... 22

Bahan ... 22

Alat ... 22

Metode Penelitian ... 22

Prosedur Penelitian ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Data berdasarkan Control Chart I-MR ... 27

Control Chart I-MR ALB ... 28

Control Chart I-MR Kadar Air ... 38

Control Chart I-MR Rendemen ... 46

Lingkungan Perkebunan PT. Perkebunan Nusantara I ... 57

Penyusunan Diagram Sebab-Akibat Mutu dan Rendemen Produksi CPO ... 59

Kadar ALB ... 59

Kadar Air ... 62

Rendemen ... 63

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 67

Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(9)

v

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Standar kematangan buah ... 12

2. Standar nasional kualitas minyak sawit ... 13

3. Kandungan bahan-bahan yang merusak kualitas minyak kelapa sawit ... 13

(10)

vi

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Control chart ... 18

2. Diagram sebab-akibat ... 21

3. Control chart I-MR ALB bulan April 2005 ... 28

4. Control chart I-MR ALB bulan September 2005 ... 29

5. Control chart I-MR ALB bulan April 2006 ... 31

6. Control chart I-MR ALB bulan September 2006 ... 32

7. Control chart I-MR ALB bulan April 2007 ... 33

8. Control chart I-MR ALB bulan September 2007 ... 34

9. Control chart I-MR ALB bulan April 2008 ... 35

10. Control chart I-MR ALB bulan September 2008 ... 36

11. Control chart I-MR kadar air bulan April 2005 ... 38

12. Control chart I-MR kadar air bulan September 2005 ... 39

13. Control chart I-MR kadar air bulan April 2006 ... 40

14. Control chart I-MR kadar air bulan September 2006 ... 41

15. Control chart I-MR kadar air bulan April 2007 ... 42

16. Control chart I-MR kadar air bulan September 2007 ... 43

17. Control chart I-MR kadar air bulan April 2008 ... 44

18. Control chart I-MR kadar air bulan September 2008 ... 45

19. Control chart I-MR rendemen bulan April 2005 ... 46

20. Control chart I-MR rendemen bulan September 2005 ... 48

(11)

No. Hal.

22. Control chart I-MR rendemen bulan September 2006 ... 51

23. Control chart I-MR rendemen bulan April 2007 ... 52

24. Control chart I-MR rendemen bulan September 2007 ... 54

25. Control chart I-MR rendemen bulan April 2008 ... 55

(12)

viii

1. Bagan alir penelitian ... 71

2. Diagram sebab-akibat kadar ALB CPO tinggi ... 72

3. Diagram sebab-akibat kadar air CPO tinggi ... 73

4. Diagram sebab-akibat rendemen CPO rendah ... 74

5. Kadar ALB, kadar air, dan rendemen produksi bulan april dan september periode 2005-2008... 75

6. Standar mutu CPO (ALB dan kadar air) di PKS Tanjung Semantoh ... 75

7. Target perusahaan atau RKAP (rencana kerja anggaran perusahaan) untuk perolehan rendemen di PKS Tanjung Seumantoh ... 75

8. Data ALB bulan april ... 76

9. Data ALB bulan september ... 78

10. Data kadar air bulan april ... 80

11. Data kadar air bulan september ... 82

12. Data rendemen bulan april... 84

13. Data rendemen bulan september ... 86

14. Data curah hujan ... 88

15. Peta lokasi kebun ... 89

(13)

1 Latar Belakang

Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit.

Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng.

Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang dewasa ini sangat diminati untuk dikelola atau ditanam, baik oleh pihak BUMN, perkebunan swasta nasional dan asing, maupun petani (perkebunan rakyat). Daya tarik penanaman kelapa sawit terletak pada keuntungan yang berlimpah karena kelapa sawit masih merupakan andalan sumber minyak nabati dan bahan agroindustri. Saat ini, produksi CPO (crude palm oil) Indonesia sekitar 17 juta ton per tahun. Dengan produksi ini, Indonesia adalah produsen minyak kelapa terbesar di dunia, berhasil menggeser kedudukan Malaysia yang produksinya mencapai 16 juta ton CPO per tahun, meskipun ada juga kebun-kebun kelapa sawit yang merupakan investasi perusahaan swasta Malaysia di Indonesia (Sukamto, 2008).

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu sumber minyak nabati yang pada saat ini telah menjadi komoditas pertanian utama dan unggulan di Indonesia,

(14)

baik sebagai sumber pendapatan bagi jutaan keluarga petani, sebagai sumber devisa negara, penyedia lapangan kerja, maupun sebagai pemacu pertumbuhan perekonomian, serta sebagai pendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir berbasis minyak kelapa sawit. Oleh karena itu, agar kelapa sawit tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal, maka perlu dilakukan proses pengolahan kelapa sawit mulai dari tandan buah segar (TBS) hingga dihasilkannya CPO.

Kebutuhan atau permintaan CPO dunia saat ini terus meningkat. Hal ini disebabkan dengan bertambahnya jumlah penduduk yang mengakibatkan kebutuhan akan bahan baku berbasis CPO tersebut terus meningkat. Permintaan CPO dunia pada dasawarsa 1983-1992 sebesar 87,7 juta ton, sementara pada tahun 2005 permintaannya melambung hingga 25 juta ton per tahun. Indonesia sebagai salah satu produsen CPO, pada tahun 2005 memproduksi sebesar 13 juta ton CPO, yang artinya Indonesia pada tahun 2005 telah memenuhi 52% kebutuhan total CPO dunia. Selanjutnya pada tahun 2010, produksi CPO Indonesia diprediksikan mencapai 18,8 juta ton (Sukamto, 2008).

Indonesia yang saat ini berperan sebagai produsen terbesar di dunia tentunya harus dapat menciptakan daya komparatif dan kompetitif yang tinggi dalam persaingan perdagangan bebas internasional. Hal ini tentunya dilakukan bukan hanya sebatas meningkatkan kuantitas CPO yang diproduksi per tahunnya tetapi juga harus diiringi dengan pengawasan terhadap kualitas CPO itu sendiri.

Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu, standar mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Dalam hal ini standar mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional. Mutu CPO dapat ditentukan dari beberapa parameter atau

(15)

karakteristik, dua diantaranya adalah banyak atau sedikitnya kadar air, dan kadar asam lemak bebas (ALB) yang terkandung di dalam CPO. Pada setiap aktivitas produksi, suatu pabrik harus menjaga mutu dari produk yang dihasilkan. Dengan kata lain, harus memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Persaingan sektor industri dihadapkan pada tantangan yang semakin ketat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik itu industri penghasil barang maupun jasa. Agar suatu perusahaan dapat berkembang atau bertahan hidup, perusahaan tersebut harus menghasilkan produk (barang/jasa) yang mutunya lebih baik, lebih murah, dan pelayanannya lebih baik dari pesaingnya. Semua ini dilakukan dalam upaya memberikan kepuasan kepada konsumen, sehingga meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan.

Dengan ketatnya persaingan pasar bebas di dunia saat ini, maka diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan produksi dan mutu CPO. Mutu menjadi faktor utama dalam pengambilan keputusan konsumen sebelum membeli barang dan jasa, akibatnya mutu merupakan faktor utama dalam keberhasilan suatu produk di pasaran. Pengendalian mutu sangat diperlukan dalam memproduksi suatu barang untuk menjaga kestabilan mutu.

Rendahnya mutu CPO sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pasca panen atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Pengawasan mutu panen dan mutu TBS sangat menentukan besarnya kehilangan dan rendemen minyak. Pemanenan yang tidak tepat pada waktunya akan menghasilkan tandan mentah yang nantinya akan menghasilkan kerugian berupa rendemen yang rendah. Untuk itu diperlukan suatu analisis konsistensi mutu dan rendemen CPO, yang mana

(16)

dengan analisis ini nantinya akan diketahui apakah suatu proses masih dalam batas kontrol atau tidak. Di samping itu, dengan analisis ini nantinya juga akan diperoleh suatu informasi berupa faktor-faktor penyebab penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO. Selanjutnya faktor-faktor penyebab masalah tersebut diinterpretasikan ke dalam bentuk diagram sebab-akibat atau diagram tulang ikan (fishbone diagram). Dengan demikian, control chart dan diagram sebab-akibat ini dapat digunakan untuk mencari akar persoalan dari masalah penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO sebagai pedoman dalam perbaikan di masa mendatang. Dengan begitu, tingkat efisiensi dan efektivitas produksi CPO dapat ditingkatkan dan mutu maupun rendemen CPO yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu CPO di pabrik ataupun standar spesifikasi pelanggan (konsumen CPO) dan berada dalam batas kontrol kendali.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengevaluasi konsistensi mutu CPO (kadar ALB dan kadar air) dan rendemen produksi dalam beberapa periode yang berbeda (bulan April dan bulan September 2005, bulan April dan bulan September 2006, bulan April dan bulan September 2007, bulan April dan bulan September 2008) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Tanjung Seumantoh PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam.

2. Untuk menganalisis atau mencari faktor-faktor penyebab timbulnya masalah rendahnya (penyimpangan) mutu CPO dan rendemen produksi.

(17)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai syarat untuk melaksanakan ujian sarjana di Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi pihak PKS Tanjung Seumantoh PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) Nanggroe Aceh Darussalam dalam mengambil langkah untuk meningkatkan kualitas produksi serta mampu memberikan masukan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan terutama yang berkaitan dengan upaya pencapaian kualitas produk.

3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkannya seperti pelaku agribisnis kelapa sawit.

Batasan Penelitian

Penelitian dibatasi untuk menganalisis konsistensi mutu CPO yang dihasilkan berdasarkan parameter kadar air dan ALB serta rendemen produksi dengan menggunakan control chart I-MR untuk mengetahui apakah mutu CPO dan rendemen produksi berada dalam batas pengendali statistik pada bulan April dan bulan September periode 2005-2008. Data informasi harian mutu CPO dan rendemen produksi yang digunakan pada penelitian ini berasal dari 25 sampel hari pengolahan yang diambil setiap bulan April dan bulan September selama periode 2005-2008. Dalam penelitian ini, penggunaan diagram sebab-akibat hanya digunakan untuk mencari akar penyebab penyimpangan mutu CPO dan rendemen produksi. Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup PKS Tanjung Seumantoh PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam.

(18)

6 Gambaran Umum Kelapa Sawit

Menurut sejarahnya, kelapa sawit berasal dari Afrika. Namun, pendapat lain mengatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Latin atau Amerika Selatan. Sebagian kelapa sawit yang ada di Indonesia merupakan keturunan dari Bourbon (Mauritius) dan Amsterdam yang dikirim ke Kebun Raya Bogor pada tahun 1848. Pembenihan selanjutnya dilakukan di Deli, Sumatera Utara. Dari sinilah populasi kelapa sawit mulai tersebar di seluruh wilayah Indonesia (Sukamto, 2008).

Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging perbuahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28% (Departemen Perindustrian, 2007).

Secara garis besar buah kelapa sawit terdiri dari serabut buah (pericarp) dan inti (kernel). Serabut buah kelapa sawit terdiri dari tiga lapis yaitu lapisan luar

atau kulit buah yang disebut pericarp, lapisan sebelah dalam disebut mesocarp atau pulp dan lapisan paling dalam disebut endocarp. Inti kelapa sawit terdiri dari

(19)

lapisan kulit biji (testa), endosperm dan embrio. Mesocarp mengandung kadar minyak rata-rata sebanyak 56%, inti (kernel) mengandung minyak sebesar 44%, dan endocarp tidak mengandung minyak. Minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya adalah merupakan senyawa yang tidak larut dalam air (Pasaribu, 2004).

Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal dari buah (mesokarp) berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai CPO. Sedangkan minyak yang kedua berasal dari inti kelapa sawit, tidak berwarna, dikenal sebagai minyak inti kelapa sawit atau palm kernel oil (PKO). Di samping minyak, buah kelapa sawit juga menghasilkan bahan padatan yang berupa sabut, cangkang (tempurung), tandan buah kosong kelapa sawit. Bahan padatan ini dapat dimanfaatkan untuk sumber energi, pupuk, makanan ternak, dan bahan untuk industri (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Pengolahan Kelapa Sawit

Tandan buah segar beserta brondolannya diangkut dari kebun ke tempat pengolahan. Tandan buah tersebut dimasukkan pertama kali ke dalam ketel perebus. Dengan tujuan untuk mencegah kenaikan kadar ALB serta memudahkan untuk pengolahan selanjutnya. Setelah direbus, selanjutnya buah sawit tersebut dirontokkan dari tandannya dengan alat penebah. Proses selanjutnya adalah pemisahan bagian buah dari biji sawit (digesting) dengan menggunakan mesin peremas. Yang perlu dijaga dalam proses ini adalah jangan sampai daging buah menjadi bubur karena akan menyulitkan proses selanjutnya. Sesudah proses

digesting maka proses selanjutnya adalah pengempaan dengan menggunakan

(20)

namun masih belum murni. Sesudah tahap ini minyak sawit selanjutnya dimasukkan ke dalam mesin pemurnian (Syamsulbahri, 1996).

Operasi panen, angkut dan olah (PAO) adalah merupakan subsistem dari satu sistem operasi PAO. Maka hambatan yang terjadi pada setiap subsistem akan saling mempengaruhi satu sama lain. Ketiga subsistem operasi tersebut waktu dan kegiatannya berbeda-beda dan setiap subsistem punya tujuan sendiri-sendiri. Sistem panen dimaksudkan untuk mencapai produksi TBS/ha yang optimal dengan menghindarkan pemotongan buah mentah, menghindarkan buah matang ketinggalan tidak terpanen dan harus mengutip brondolan secara bersih. Sistem angkut dimaksudkan untuk mencapai kapasitas angkut dan mengirim semua buah pada hari itu juga sehingga pabrik tidak mengalami stagnasi kekurangan buah untuk diolah. Selanjutnya sistem olah dimaksudkan untuk mencapai kapasitas yang optimal dan mengekstraksi minyak semaksimal mungkin dengan rendemen yang tinggi dan mutu yang baik serta menjaga angka kehilangan produksi (losses) minyak serendah mungkin. Sasaran akhir dari sistem koordinasi PAO adalah mencapai produktivitas minyak sawit dan inti sawit per hektar yang tinggi dengan mutu yang sesuai dengan permintaan pasar dengan biaya produksi yang rendah (Risza, 1994).

Karakteristik Mutu CPO

Berikut ini adalah pengertian dari beberapa karakteristik mutu :

1. ALB adalah salah satu indikator mutu minyak. ALB terbentuk karena terjadinya proses hidrolisa minyak.

2. Kadar air adalah bahan yang menguap yang terdapat dalam minyak sawit pada pemanasan 105 °C. Kadar air tinggi di atas 0,1% membantu hidrolisis.

(21)

Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan.

3. Kadar kotoran adalah bahan-bahan tak larut dalam minyak, yang dapat disaring setelah minyak dilarutkan dalam suatu pelarut pada kepekatan 10%. (Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian, 1995).

ALB adalah faktor mutu yang paling cepat berubah selama proses terjadi. Tingginya ALB ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Kenaikan kadar ALB ditentukan dari saat tandan dipanen sampai diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk menekan kadar ALB sekaligus untuk menaikkan rendemen minyak. ALB dapat diminimalkan dengan cara perebusan langsung TBS setelah pemetikan, dengan kata lain TBS tersebut jangan disimpan terlalu lama karena enzim yang bekerja di dalam kelapa sawit dapat meningkatkan kadar ALB. Faktor-faktor yang mempercepat pembentukan ALB setelah tandan dipotong dan sebelum direbus yaitu :

1. Banyak buah yang rusak 2. Banyak buah yang lepas 3. Lamanya pengangkutan 4. Tingkat kematangan buah

5. Pengumpulan buah yang tertunda

Mutu CPO juga dipengaruhi oleh kadar air yang terkandung dalam minyak. Cara meminimalkannya adalah dengan cara melakukan perlakuan yang baik terhadap alat-alat proses yang berhubungan langsung dengan pengolahan (Karib, 2004).

(22)

Rendemen minyak adalah persentase minyak dalam tandan buah yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain pengolahan, terutama yang mempengaruhi adalah tipe buah dan teknik pemanenan. Rendemen minyak di pabrik sangat dipengaruhi oleh derajat kematangan tandan buah. Beberapa faktor yang menyebabkan rendemen minyak di bawah standar adalah :

• Tandan yang dipanen tidak memenuhi kriteria matang panen

• Areal panen (kapveld) yang tidak habis dipanen mengakibatkan beralihnya fraksi buah ke tingkat yang lebih rendah, misalnya dari fraksi 3 menjadi fraksi 5

• Tandan buah tidak habis terangkut seluruhnya ke pabrik pada hari panen tersebut

• Brondolan bercampur kotoran-kotoran, seperti debu, tanah, pasir, batu, dan lain-lain

• Persentase buah memar tinggi

• Adanya minyak yang hilang dalam air sterilisasi

• Adanya minyak yang masih tertahan pada tandan buah kosong yang telah dipipil

• Adanya minyak yang masih tertahan pada sabut dan cangkang • Minyak yang tidak dapat dipisahkan dari air selama penjernihan (PT. Perkebunan Nusantara I, 1996).

(23)

Pengendalian Mutu CPO

Akhir-akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan dunia. Berbagai industri, baik pangan maupun non pangan, banyak yang menggunakannya sebagai bahan baku. Berdasarkan peranan dan kegunaan minyak sawit itu, maka mutu minyak sawit harus diperhatikan sebab sangat menentukan harga dan nilai komoditas ini (Tim Penulis PS, 1994).

Persaingan ekspor minyak sawit dengan Malaysia, mengakibatkan produk CPO Indonesia harus memiliki mutu yang sesuai dengan persyaratan perdagangan internasional. Untuk itu, kegiatan penanganan panen kelapa sawit dan pengolahannya menjadi CPO hendaknya dilakukan secara terintegrasi (Junaran, 1995).

Tujuan dari pengendalian proses mutu minyak kelapa sawit ialah untuk mencegah terjadinya gangguan keseimbangan yang dapat mempengaruhi terhadap kelancaran kelangsungan proses lanjutan, sehingga dapat dicapai mutu yang diharapkan konsumen. Gangguan dapat terjadi karena pengaruh bahan baku atau oleh perlakuan proses pengolahan yang dapat terjadi mulai dari awal proses sampai dengan pada akhir proses (Hanafiah, 1994).

Aspek mutu sangat penting dan harus diperhatikan selama proses produksi dan pemasaran minyak sawit mulai dari lapangan sampai diperolehnya minyak sawit, pelaksanaan pengangkutan dan penimbunannya di pelabuhan, pelaksanaan pengapalan (baik untuk domestik maupun ekspor) serta jika memungkinkan sampai dengan penerimaan oleh konsumen. Secara umum mutu berarti spesifikasi yang diharapkan konsumen. Pengendalian terutama dilakukan terhadap faktor

(24)

penyebab timbulnya kehilangan atau kerugian minyak. Hal-hal yang mempengaruhi mutu produk yaitu :

1. Bahan baku

2. Pengangkutan panen dan perlakuan terhadap tandan serta kebersihan panen

3. Keadaan dalam pabrik yang meliputi kondisi proses (suhu dan tekanan kerja) dan tingkat keausan alat

4. Penanganan dan penimbunan produk (Hanafiah, 1994).

Selain kondisi proses pabrik, mutu CPO juga dipengaruhi oleh derajat kematangan buah yang dapat diketahui melalui sortir buah sebelum diolah. Agar proses di pabrik dapat berjalan dengan efektif dan efisien maka perlu ditetapkan standar kematangan buah yang dipanen.

Tabel 1. Standar kematangan buah

No. Fraksi Buah Persyaratan Sifat Fraksi Jumlah

Brondolan

1 Fraksi 00 (F-00) 0,00% Sangat mentah Tidak ada

2 Fraksi 0 (F-0) < 5,00% Mentah 1-12,5% buah

luar

3 Fraksi 1 (F-1) 0,00% Kurang mentah 12,5-25% buah

luar

4 Fraksi 2 (F-2) > 90,00% Matang 25-50% buah

luar

5 Fraksi 3 (F-3) 0,00% Matang 50-75% buah

luar

6 Fraksi 4 (F-4) < 3,00% Lewat matang 75-100% buah

luar

7 Fraksi 5 (F-5) < 2,00% Terlalu matang Buah dalam ikut

memberondol

8 Brondolan 9,50% - -

9 Tandan Kosong 0,00% - -

(25)

Dengan terpenuhinya persyaratan kematangan buah, diharapkan produk minyak dan inti sawit memiliki kualitas yang baik. Sebagai acuan untuk mengetahui kualitas produksi yang dihasilkan, perlu ditetapkan standar kualitas minyak dan inti sawit.

Tabel 2. Standar kualitas minyak sawit

No. Karakteristik Batasan 1 Kadar asam lemak bebas (%) < 3,50 2 Kadar air (%) < 0,10 3 Kadar kotoran (%) < 0,01 4 Deterioritation of Bleachability index > 2,40 (Pahan, 2008).

Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah dan tingkat kecepatan pengangkutan buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu yang akan diperoleh sangat ditentukan faktor ini. Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan ALB minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah (Fauzi, 2003).

Tabel 3. Kandungan bahan-bahan yang merusak kualitas minyak kelapa sawit

Bahan Sangat Rendah (%) Rendah (%) Sedang (%) Tinggi (%) Sangat Tinggi (%) ALB < 2,0 2,0 – 2,7 2,8 – 3,7 3,8 – 5,0 > 5,0 Kadar air < 0,1 0,1 – 0,19 0,2 – 0,39 0,4 – 0,6 > 0,6 Kadar kotoran < 0,005 0,005 – 0,001 0,01 – 0,025 0,026 – 0,05 > 0,05 (Setyamidjaja, 2006).

(26)

Hubungan antara rendemen dan kadar ALB minyak dengan derajat kematangan adalah seperti pada tabel :

Tabel 4. Hubungan rendemen, ALB dan derajat kematangan

Fraksi Rendemen Minyak (%) ALB Minyak (%) 0 16,0 1,6 1 21,4 1,7 2 22,1 1,8 3 22,2 2,1 4 22,2 2,6 5 21,9 3,8

Dapat dikatakan bahwa tandan yang dikehendaki adalah dari fraksi 2 dan 3, yaitu rendemennya tinggi, sedangkan ALB cukup rendah. Fraksi 1 menghasilkan ALB rendah, tetapi rendemennya juga agak rendah, dengan demikian dapat dikatakan buah kurang matang. Fraksi 0 atau 00 tidak disukai karena mentah. Fraksi 4 dan 5 adalah lewat matang, walaupun rendemennya tinggi, namun ALB juga tinggi (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Kelapa sawit dengan mutu prima (SQ, Special Quality) seperti yang dihasilkan Malaysia mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2% pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5% FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendeman minyak 22,1%-22,2% (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7%-2,1% (terendah) (Liang, 2009).

Untuk setiap proses pengolahan selalu ditemukan unit pengolahan yang mendapat perhatian penuh dalam pengawasan dan pengoperasiannya. Jika terdapat kelengahan dapat menyebabkan efisiensi pengolahan yang menurun, kualitas produksi akan semakin jelek, dan terjadinya stagnasi. Produk utama kelapa sawit ialah minyak sawit dan inti sawit yang kualitasnya disesuaikan dengan selera konsumen. Konsumennya ialah para industri hilir yang pada

(27)

umumnya mengolah minyak sawit dan inti sawit menjadi barang jadi atau setengah jadi. Unit pengolahan yang kritis ialah unit yang mudah mengalami gangguan keseimbangan dan besar artinya terhadap kelangsungan proses. Gangguan dapat terjadi akibat dari bahan baku atau perlakuan pengolahan, yang boleh terjadi pada awal, tengah, dan pada akhir proses. Tahapan kritis pada pengolahan kelapa sawit ; stasiun rebusan, pemipilan, pengepressan, klarifikasi, pemecah biji, pemisahan inti dan cangkang dan pengeringan inti (Naibaho, 1996).

Pendekatan Sistem

Pendekatan adalah suatu cara untuk menangani suatu masalah. Pendekatan sistem terhadap suatu masalah adalah untuk menangani suatu masalah dengan mempertimbangkan semua aspek yang terkait dengan masalah itu dan mengkonsentrasikan perhatiannya kepada interaksi antara aspek-aspek yang terkait dari permasalahan tersebut.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa ada tujuh langkah yang perlu diambil dalam usaha memecahkan masalah dengan mempergunakan alat utama yang ilmiah, langkah-langkah itu adalah :

1. Mengetahui inti daripada persoalan yang dihadapi, dengan perkataan lain mendefinisikan perihal yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya 2. Mengumpulkan fakta dan data yang relevan

3. Mengolah fakta dan data tersebut

4. Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh

5. Memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah dengan matang

(28)

7. Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat daripada keputusan yang telah diambil

(Eriyatno, 2003).

Untuk dapat menyelesaikan permasalahan dengan pendekatan sistem, harus diawali dengan cara berpikir sistemik. Berpikir sistemik adalah cara pandang terhadap suatu kejadian dengan memikirkan seluruh interaksi antar unsur atau variabel dalam batas lingkungan tertentu, sehingga melalui berpikir kesisteman dan pendekatan sistem ini kita akan dapat melihat permasalahan dengan prespektif yang lebih menyeluruh, yang mencakup struktur, pola dan proses serta keterkaitan antara komponen-komponen atau kejadian-kejadian yang ada padanya, jadi tidak hanya kepada kejadian yang tunggal yang langsung dihadapi.

Berdasarkan prespektif yang luas ini kita akan dapat mengidentifikasi seluruh rangkaian sebab-akibat yang ada dalam permasalahan tersebut dan menentukan dimana sebaiknya kita harus memulai tindakan pemecahannya (Tunas, 2007).

Teknik Kendali Mutu

Peningkatan kualitas adalah suatu metodologi pengumpulan dan analisis data kualitas, serta menentukan dan menginterpretasikan pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem industri, untuk meningkatkan kualitas produk, guna memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Dalam konteks pembahasan tentang analisis data untuk peningkatan proses dengan menggunakan teknik-teknik statistika, terminologi kualitas didefenisikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakterisitik kualitas dari suatu produk (barang atau jasa) yang dihasilkan, agar memenuhi

(29)

kebutuhan yang telah dispesifikasikan. Dengan demikian pengertian kualitas dalam konteks peningkatan proses adalah bagaimana baiknya kualitas suatu produk (barang atau jasa) itu memenuhi spesifikasi dan toleransi yang ditetapkan oleh bagian desain dan pengembangan dari suatu perusahaan (Gaspersz, 2001).

Kendali mutu dilakukan dengan tujuan mewujudkan mutu yang sesuai dengan syarat-syarat yang dituntut oleh konsumen. Langkah pertama dalam kendali mutu adalah mengetahui apakah sebenarnya yang dimaksudkan oleh konsep tersebut. Standar produksi dan analisis data serta sejenisnya sangat penting dalam kendali mutu. Jika kita mempelajari sembarang produk, kita menemukan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi produksinya, termasuk bahan baku, peralatan, metode kerja, dan pekerja. Tidak mungkin membuat produk lain yang persis sama dengannya. Mutu produk selalu bervariasi dengan luas. Untuk mencari faktor-faktor penyebab yang penting itu, Kaoru Ishikawa menciptakan diagram sebab dan akibat (Ishikawa, 1992).

Peta Pengendali (Control Chart)

Salah satu teknik statistik untuk gugus kendali mutu adalah teknik yang digunakan untuk pengumpulan data. Salah satu teknik untuk mengumpulkan data adalah control chart. Control chart ini memberikan gambaran mengenai gejala stabilitas dalam suatu proses. Analisis statistik dilakukan atas dasar matematik untuk mencapai pengendalian. Sasaran akhir dari suatu proses produksi adalah membuat barang atau suku cadang yang sesuai dengan spesifikasi yang tertulis. Matematika yang diterapkan pada control chart menggunakan kurang lebih tiga standar deviasi sambil mengembangkan pengendalian batas atas dan batas bawah (Ingle, 1989).

(30)

Control chart adalah metode statistik yang membedakan adanya variasi

atau penyimpangan karena sebab umum dan karena sebab khusus. Penyimpangan yang disebabkan oleh sebab khusus biasanya berada di luar batas pengendalian, sedang yang disebabkan oleh sebab umum biasanya berada dalam batas pengendalian. Biasanya 80% hingga 85% penyimpangan disebabkan oleh adanya sebab umum. Sedangkan antara 15% hingga 20% disebabkan oleh adanya sebab khusus. Control chart tersebut juga digunakan untuk mengadakan perbaikan kualitas proses, menentukan kemampuan proses, membantu menentukan spesifikasi-spesifikasi yang efektif, menentukan kapan proses dapat dijalankan sendiri, dan kapan dibuat penyesuaiannya, dan menemukan penyebab dari tidak diterimanya standar kualitas tersebut.

Karakteristik yang diselidiki

Batas Pengendalian Atas Garis Pusat Batas Pengendalian Bawah 0 Nomor sampel

Gambar 1. Control chart

Peta pengendali statisistik mendeteksi adanya sebab khusus dalam ketidaksesuaian yang terjadi. Apabila data sampel berada di luar batas pengendali, maka data sampel tersebut disebut berada di luar batas pengendali statistik (out of

statistical control). Sebaliknya, apabila data sampel berada di dalam batas

(31)

stasistik (in statistical control). Proses yang berada dalam batas pengendali statistik tersebut dikatakan berada dalam kondisi stabil dengan kemungkinan adanya variasi yang disebabkan oleh sebab umum. Namun demikian, kondisi in

statistical control tersebut tidak selalu identik dengan kepuasan pelanggan.

Demikianlah, batas pada peta pengendali statistik berbeda dengan batas-batas spesifikasi. Pada beberapa situasi, proses tidak berada dalam pengendali statistik tetapi tidak memerlukan tindakan karena telah memenuhi spesifikasi. Pada kondisi lain, proses yang in statistical control justru membutuhkan tindakan karena spesifikasi produk tidak tercapai (Ariani, 2005).

Pembuatan peta kontrol I (Individual) dan MR (Moving Range = Range Bergerak) diterapkan pada proses yang menghasilkan produk relatif homogen atau proses yang bersifat batch seperti industri kimia, misalnya cairan kimia, kandungan mineral dalam air, makanan, dll (Gaspersz, 2001).

Diagram Sebab-Akibat

Kaoru Ishikawa memperkenalkan diagram sebab-akibat di Jepang, sehingga disebut juga dengan diagram Ishikawa. Karena bentuk struktur diagram tersebut menyerupai tulang ikan, sehingga sering juga disebut diagram tulang ikan. Di ujung garis horizontal, suatu masalah ditampilkan. Masing-masing cabang mengarah ke garis utama yang mewakili penyebab masalah utama yang mungkin. Cabang-cabang yang mengarah ke suatu masalah adalah faktor-faktor yang berpengaruh pada masalah tersebut. Diagram tersebut mengidentifikasi penyebab-penyebab yang paling mungkin dari suatu masalah sehingga selanjutnya kumpulan data dan analisis dapat dipecahkan (Evans and William, 2005).

(32)

Diagram sebab-akibat yaitu diagram yang menunjukkan sebab-akibat yang berguna untuk mencari atau menganalisis sebab-sebab timbulnya masalah sehingga memudahkan cara mengatasinya. Kegunaan analisis sebab-akibat yaitu : - Untuk mengenal penyebab yang penting

- Untuk memahami semua akibat dan penyebab - Untuk membandingkan prosedur kerja

- Untuk menemukan pemecahan yang tepat

- Untuk memecahkan hal apa yang harus diilakukan - Untuk mengembangakan proses

Langkah-langkah membuat diagram sebab-akibat :

Langkah 1: Gambarlah sebuah garis horizontal dengan suatu tanda panah pada ujung sebelah kanan dan suatu kotak di depannya. Akibat atau masalah yang ingin dianalisis ditempatkan di dalam kotak tersebut.

Langkah 2: Tulislah penyebab utama (manusia, bahan, mesin dan metoda) dalam kotak yang ditempatkan sejajar dan agak jauh dari garis panah utama. Hubungkan kotak tersebut dengan garis panah yang miring ke arah garis panah utama. Kadang-kadang mungkin, atau mungkin diperlukan untuk menambahkan lebih dari empat macam penyebab utama.

Langkah 3: Tulislah penyebab kecil pada diagram tersebut di sekitar penyebab utama, yang penyebab kecil tersebut mempunyai pengaruh terhadap penyebab utama. Hubungkan penyebab kecil tersebut dengan sebuah garis panah dari penyebab utama yang bersangkutan

(33)

Gambar 2. Diagram sebab-akibat

(34)

22 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PKS Tanjung Seumantoh PTPN I, Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam pada bulan Mei sampai bulan Juni 2009.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data informasi harian kualitas CPO (ALB dan kandungan air) dan rendemen produksi dalam beberapa periode yang berbeda (bulan April dan bulan September 2005, bulan April dan bulan September 2006, bulan April dan bulan September 2007, bulan April dan bulan September 2008) dan data lainnya yang diperlukan selama penelitian.

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat tulis, komputer, dan software Statistic minitab 14.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan secara sistematis yakni mencari informasi dan pengetahuan dari berbagai media (bibliografi) dan juga dari para stakeholder. Disamping itu, penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yang merupakan sebuah studi untuk mengadakan perbaikan terhadap suatu keadaan terdahulu. Teknik yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah:

(35)

1. Pengumpulan data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data variabel yaitu data ALB, kadar air dan rendemen produksi CPO. Untuk keseragaman dan kemudahan dalam pengolahan data, maka data yang diambil adalah berasal dari 25 sampel hari pengolahan pada bulan April dan bulan September selama periode 2005-2008. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode-metode sebagai berikut.

1.1 Literatur

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data serta teori-teori yang berhubungan dengan kelapa sawit khususnya mengenai aspek mutu dan rendemen produksi minyak kelapa sawit serta teori-teori yang berhubungan dengan masalah pengendalian kualitas statistik.

1.2 Pengamatan (Observasi)

Tahap observasi merupakan tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data sebagai obyek penelitian. Data yang dibutuhkan adalah data ALB, kadar air dan rendemen produksi CPO di PKS Tanjung Seumantoh PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam.

1.3 Wawancara

Pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara atau tanya jawab dengan stakeholder yang terkait. Stakeholder disini meliputi baik dari tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi ataupun dengan tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Metode ini digunakan untuk mendukung akurasi data.

(36)

2. Analisis Data

Pada tahap ini dilakukan analisis data penelitian dengan menggunakan

control chart I-MR dengan bantuan software statistik minitab 14. Control chart

ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO dalam beberapa periode yang berbeda (bulan April dan bulan September 2005, bulan April dan bulan September 2006, bulan April dan bulan September 2007, bulan April dan bulan September 2008). Kemudian dilakukan penyusunan diagram sebab-akibat untuk mencari atau menganalisis sebab-sebab timbulnya masalah penyimpangan tersebut.

Prosedur Penelitian

Dalam tahap ini dilakukan pengolahan data yang diperoleh dengan tahapan sebagai berikut :

1. Melakukan tahap pengumpulan data yang sudah tersedia dari lapangan yang relevan dengan penelitian.

2. Menganalisis data mutu dan rendemen produksi CPO yang diperoleh

dengan menggunakan control chart I-MR.

3. Mengevaluasi konsistensi mutu dan rendemen produksi CPO untuk

mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO dalam beberapa periode yang berbeda (bulan April dan bulan September 2005, bulan April dan bulan September 2006, bulan April dan bulan September 2007, bulan April dan bulan September 2008) serta membandingkannya dengan standar mutu CPO di pabrik ataupun standar spesifikasi konsumen.

(37)

4. Memformulasikan masalah/faktor-faktor penyebab utama yang menyebabkan penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO dan menentukan ruang lingkup permasalahan dengan cara melakukan penelusuran informasi dari data-data lain yang mendukung dan wawancara atau tanya jawab dengan pihak-pihak terkait (stakeholder), khususnya pihak-pihak yang berperan langsung dalam sistem manajemen mutu produksi.

5. Mentransformasikan masalah atau faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO tersebut ke dalam suatu model diagram sebab-akibat.

(38)

26

PT. Perkebunan Nusantara – I (Persero) merupakan satu-satunya BUMN Perkebunan yang berdomisili di Nanggroe Aceh Darussalam. PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) adalah Perusahaan milik negara yang berbentuk Perseroan dan terletak di Nanggroe Aceh Darussalam serta memiliki 4 unit fasilitas pabrik karet dan 3 unit pabrik kelapa sawit dan 1 unit pabrik inti sawit.

PKS Tanjung Seumantoh merupakan salah satu unit pabrik kelapa sawit yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara I dalam menunjang hasil produksi dan hasil pengolahan minyak sawit dengan kualitas yang baik sehingga dapat bersaing di pasar internasional. Ini semua tidak terlepas dari sumber daya manusia dan sumber daya alam dalam mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi. PKS Tanjung Seumantoh dibuka dan diresmikan pada tanggal 19 Februari 1980. Pada saat ini, kapasitas terpasang PKS adalah 30 ton TBS/jam dan dipakai untuk mengolah TBS sendiri dan TBS Pihak III/pembelian serta titip olah. PKS Tanjung Seumantoh merupakan suatu daerah strategis yang terletak di wilayah kawasan Kuala Simpang – Aceh Tamiang.

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu untuk mengevaluasi konsistensi mutu CPO (kadar ALB dan kadar air) dan rendemen produksi dalam beberapa periode yang berbeda (bulan April dan bulan September 2005, bulan April dan bulan September 2006, bulan April dan bulan September 2007, bulan April dan bulan September 2008) serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan mutu dan rendemen CPO di PKS Tanjung Seumantoh PT. Perkebunan Nusantara I, maka penguraian tentang hasil dan pembahasan ini difokuskan pada analisis data yang diperoleh di

(39)

lapangan dengan menggunakan control chart kemudian dirangkaikan dengan formulasi problematika penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO untuk selanjutnya diinterpretasikan ke dalam diagram sebab-akibat. Untuk lebih jelasnya dapat diikuti dalam uraian berikut.

Analisis Data Mutu dan Rendemen CPO PKS Tanjung Seumantoh

Persaingan sektor industri dihadapkan pada tantangan yang semakin ketat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya industri hilir berbasis CPO. Dengan ketatnya persaingan pasar bebas di dunia saat ini, maka diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan produksi dan mutu CPO. Oleh karena itu, untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan mutu CPO di PKS Tanjung Seumantoh PT. Perkebunan Nusantara I, maka diperlukan suatu analisis konsistensi mutu dan rendemen produksi CPO yang dihasilkan PKS Tanjung Seumantoh.

Dari pengamatan yang dilakukan di PKS Tanjung Seumantoh PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam, data yang diperoleh (data variabel) yakni berupa kadar ALB, kadar air dan rendemen produksi CPO dalam beberapa periode yang berbeda (bulan April dan bulan September 2005, bulan April dan bulan September 2006, bulan April dan bulan September 2007, bulan April dan bulan September 2008) yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan control chart. Oleh karena data variabel tersebut berasal dari suatu proses yang bersifat homogen atau

batch, maka sesuai dengan pernyataan Gaspersz (2001), control chart yang sangat

(40)

Control chart I (Individual) dan control chart MR (Moving Range)

merupakan dua control chart yang saling membantu dalam mengambil keputusan mengenai kualitas proses. Control chart I merupakan control chart untuk melihat apakah proses masih berada dalam batas pengendalian atau tidak. Sedangkan

control chart MR digunakan untuk mengetahui tingkat keakurasian atau

variabilitas proses.

Control chart I-MR kadar ALB

1. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2005

Gambar 3. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2005

Dari gambar di atas terlihat bahwa control chart I dalam Gambar 3. menunjukkan batas pengendalian atas (UCL = upper control limit) sebesar 4,68%, batas pengendalian bawah (LCL = lower control limit) sebesar 2,84%, dan rata-rata ( ) sampel kadar ALB sebesar 3,76%. Sedangkan pada control chart MR menunjukkan batas pengendalian atas sebesar 1,14%, batas pengendalian bawah

25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 4.5 4.0 3.5 3.0 Observation (days) Indi vi dual v al ue ( % ) _ X=3.76 UCL=4.68 LCL=2.84 25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 1.00 0.75 0.50 0.25 0.00 Observation (days) M ov ing range ( % ) __ MR=0.35 UCL=1.14 LCL=0

(41)

sebesar 0, dan rata-ratanya sebesar 0,35%. Dari control chart I-MR di atas terlihat bahwa seluruh data sampel kadar ALB berada dalam batas pengendalian statistik (in statistical control). Ini berarti kadar ALB selama bulan April 2005 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang stabil atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali.

Apabila dilihat secara keseluruhan, kadar ALB pada bulan April 2005 terkendali secara statistik. Rata-rata kadar ALB pada bulan April 2005 adalah 3,76%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), keseluruhan data kadar ALB pada bulan ini masih berada di bawah standar. Namun bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 5%), 100% data kadar ALB pada bulan April 2005 mampu memenuhi spesifikasi konsumen. 2. Control chart I-MR ALB bulan September 2005

Gambar 4. Control chart I-MR kadar ALB bulan September 2005

25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 4.5 4.0 3.5 3.0 Observation (days) Indi vi dual v al ue ( % ) _ X=3.70 LCL=3.06 UCL=4.34 25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 1.2 0.9 0.6 0.3 0.0 Observation (days) M ov ing range ( % ) __ MR=0.24 UCL=0.78 LCL=0 1 1 1

(42)

Dari gambar di atas pada control chart I terlihat bahwa sampel kadar ALB pada hari pengolahan ke-17 (4,71%) berada di luar batas pengendalian atas. Sedangkan pada control chart MR di atas terlihat bahwa sampel ke-17 (MR=1,05%) dan 18 (MR=1,20%) berada di luar batas pengendalian atas. Ini disebabkan adanya perubahan yang besar dalam ukuran variasi. Sampel ke-17 berada di luar batas pengendalian atas disebabkan oleh adanya variasi yang besar antara sampel kadar ALB pada hari pengolahan ke-16 (3,66%) dan 17 (4,71%) yang dapat dilihat pada control chart I. Sedangkan sampel ke-18 berada di luar batas pengendalian atas disebabkan oleh adanya variasi yang besar antara sampel kadar ALB pada hari pengolahan ke-17 (4,71%) dan 18 (3,51%) yang dapat dilihat pada control chart I. Variasi yang besar tersebut disebabkan oleh rendahnya mutu sampel kadar ALB pada hari pengolahan ke-17 yaitu sebesar 4,71%. Ini berarti kadar ALB selama bulan September 2005 tidak terkendali secara statistik.

Kadar ALB pada bulan September 2005 ini tidak terkendali secara statistik. Namun, secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa 100% data kadar ALB pada bulan ini mampu memenuhi standar spesifikasi konsumen (< 5%). Rata-rata kadar ALB pada bulan ini adalah 3,70%, kualitasnya lebih baik dibandingkan bulan April 2005 yang rata-ratanya sebesar 3,76%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan ini terdapat 8% data kadar ALB yang memenuhi standar mutu. Rata-rata kadar ALB pada bulan ini masih berada di bawah standar mutu kadar ALB di pabrik.

(43)

3. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2006

\

Gambar 5. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2006

Dari gambar di atas pada control chart I terlihat bahwa sampel ALB pada hari pengolahan ke-11 (2,62%) berada di luar batas pengendalian bawah (2,76%). Walaupun berada di luar batas pengendalian bawah, tetapi tidak memerlukan tindakan perbaikan (tidak dianggap menyimpang). Karena pada analisis ini, kualitas ALB dalam CPO dikatakan baik bila kadar ALB-nya semakin rendah. Sehingga pada kondisi ini kualitas sampel ALB pada hari pengolahan ke-11 dianggap baik. Sedangkan pada control chart MR terlihat bahwa seluruh data sampel kadar ALB berada dalam batas pengendalian statistik. Sehingga berdasarkan control chart I-MR diatas dapat disimpulkan bahwa kadar ALB selama bulan April 2006 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang stabil atau konsisten.

25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 Observation (days) Indi vi dual v al ue ( % ) UCL=4.27 LCL=2.76 _ X=3.52 25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Observation (days) M ov ing range ( % ) __ MR=0.28 UCL=0.93 LCL=0 1

(44)

Rata-rata kadar ALB pada bulan April 2006 adalah 3,52%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan April 2006 ini terdapat 56% data kadar ALB yang memenuhi standar mutu. Rata-rata kadar ALB pada bulan ini masih berada di bawah standar mutu kadar ALB di pabrik. Sedangkan bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 5%), dapat dikatakan bahwa 100% data kadar ALB pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Kadar ALB pada bulan April 2006 jauh lebih baik dan mengalami peningkatan kualitas yang signifikan dari bulan April 2005 dan bulan September 2005.

4. Control chart I-MR kadar ALB bulan September 2006

Gambar 6. Control chart I-MR kadar ALB bulan September 2006

Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel kadar ALB pada hari pengolahan ke-7 (4,27%) berada di luar batas pengendalian atas. Sedangkan pada

25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 4.4 4.0 3.6 3.2 Observation (days) Indi vi dual V al ue ( % ) UCL=4.24 LCL=3.17 _ X=3.70 25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 0.60 0.45 0.30 0.15 0.00 Observation (days) M ov ing range ( % ) __ MR=0.20 UCL=0.66 LCL=0 1

(45)

control chart MR terlihat bahwa tidak ada titik yang berada di luar batas

pengendalian. Sehingga dapat simpulkan bahwa meskipun variabilitas kadar ALB masih terkendali, namun terdapat penyimpangan kadar ALB pada bulan ini. Ini berarti kadar ALB selama bulan September 2006 tidak terkendali secara statistik.

Rata-rata kadar ALB pada bulan September 2006 adalah 3,70%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan ini terdapat 16 % kadar ALB yang memenuhi standar mutu. Rata-rata kadar ALB pada bulan ini masih berada di bawah standar mutu kadar ALB di pabrik. Bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 5%), 100% kadar ALB pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Mutu kadar ALB pada bulan ini masih rendah bila dibandingkan dengan kadar ALB pada bulan April 2006.

5. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2007

Gambar 7. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2007

25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 4.00 3.75 3.50 3.25 3.00 Observation (days) Indi vi dual v al ue ( % ) _ X=3.55 UCL=4.07 LCL=3.03 25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Observation (days) M ov ing range ( % ) UCL=0.64 LCL=0 __ MR=0.19 1 1

(46)

Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel kadar ALB pada hari pengolahan ke-8 (4,16%) berada di luar batas pengendalian atas. Sedangkan pada

control chart MR terlihat bahwa sampel ke-9 (MR=0,73%) berada di luar batas

pengendalian atas. pada berada di luar pengendalian atas. Ini berarti kadar ALB selama bulan April 2007 tidak terkendali secara statistik atau tidak konsisten serta variabilitasnya tidak terkendali.

Rata-rata kadar ALB pada bulan April 2007 adalah 3,55%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan ini terdapat 48% data kadar ALB yang memenuhi standar mutu. Rata-rata kadar ALB pada bulan ini masih berada di bawah standar mutu kadar ALB di pabrik. Bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 5%), 100% data kadar ALB pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen.

6. Control chart I-MR kadar ALB bulan September 2007

Gambar 8. Control chart I-MR kadar ALB bulan September 2007

25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 6 5 4 3 2 Observation (days) Indi vi dual v al ue ( % ) _ X=3.86 UCL=5.68 LCL=2.05 25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 Observation (days) M ov ing range ( % ) UCL=2.23 LCL=0 __ MR=0.68

(47)

Dari control chart I-MR di atas terlihat bahwa seluruh data sampel kadar ALB berada dalam batas pengendalian statistik. Ini berarti kadar ALB selama bulan September 2007 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang stabil atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali.

Rata-rata kadar ALB pada bulan September 2007 adalah 3,86%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan ini terdapat 36% data kadar ALB yang memenuhi standar mutu. Rata-rata kadar ALB pada bulan ini masih berada di bawah standar mutu kadar ALB di pabrik. Bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 5%), 92% data kadar ALB pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen.

7. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2008

Gambar 9. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2008

25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 4.0 3.5 3.0 2.5 Observation (days) Indi vi dua l va lue ( % ) _ X=3.32 UCL=3.97 LCL=2.68 25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Observation (days) M ovi ng ra nge ( % ) UCL=0.79 LCL=0 __ MR=0.24 1

(48)

Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel kadar ALB pada hari pengolahan ke-23 (4%) berada di luar batas pengendalian atas. Sedangkan pada

control chart MR terlihat bahwa tidak ada titik yang berada di luar batas

pengendalian. Sehingga dapat simpulkan bahwa meskipun variabilitas kadar ALB masih terkendali, namun terdapat penyimpangan kadar ALB pada bulan ini. Ini berarti kadar ALB selama bulan April 2008 tidak terkendali secara statistik.

Rata-rata kadar ALB pada bulan April 2008 adalah 3,32%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan ini terdapat 80% data kadar ALB yang memenuhi standar mutu. Rata-rata kadar ALB pada bulan ini dapat memenuhi standar mutu kadar ALB di pabrik. Bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 5%), 100% data kadar ALB pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen.

8. Control chart I-MR kadar ALB bulan September 2008

Gambar 10. Control chart I-MR kadar ALB bulan September 2008

25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 4.2 3.9 3.6 3.3 3.0 Observation (days) Indi vi dual v al ue ( % ) _ X=3.48 UCL=3.94 LCL=3.01 25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 0.60 0.45 0.30 0.15 0.00 Observation (days) M ov ing range ( % ) UCL=0.57 LCL=0 __ MR=0.17 1 1

(49)

Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel kadar ALB pada hari pengolahan ke-3 (4,20%) berada di luar batas pengendalian atas dan sampel kadar ALB pada hari pengolahan ke-24 (2,90%) berada di luar batas pengendalian bawah. Walaupun sampel kadar ALB ke-24 berada di luar batas pengendalian bawah, tetapi tidak memerlukan tindakan perbaikan (tidak dianggap menyimpang). Karena pada analisis ini, mutu kadar ALB dalam CPO dikatakan baik bila kadar ALB-nya semakin rendah. Sehingga pada kondisi ini mutu sampel ALB pada hari pengolahan ke-24 dianggap baik. Sedangkan pada control chart MR terlihat bahwa tidak ada titik yang berada di luar batas pengendalian. Sehingga dapat simpulkan bahwa meskipun variabilitas kadar ALB masih terkendali, namun terdapat penyimpangan kadar ALB pada bulan ini. Ini berarti kadar ALB yang selama bulan September 2008 tidak terkendali secara statistik.

Rata-rata kadar ALB pada bulan September 2008 adalah 3,48%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan ini terdapat 60% data kadar ALB yang memenuhi standar mutu. Rata-rata kadar ALB pada bulan ini dapat memenuhi standar mutu kadar ALB di pabrik. Bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 5%), 100% data kadar ALB pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Dapat disimpulkan bahwa mutu kadar ALB pada bulan ini lebih rendah dibandingkan bulan April 2008. Namun bila dibandingkan bulan September pada tahun sebelumnya, mutu kadar ALB pada bulan ini lebih baik.

(50)

Control chart I-MR kadar air

1. Control chart I-MR kadar air bulan April 2005

Gambar 11. Control chart I-MR kadar air bulan April 2005

Dari control chart I-MR di atas terlihat bahwa seluruh data sampel kadar air berada dalam batas pengendalian statistik. Ini berarti kadar air selama bulan April 2005 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang stabil atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali.

Rata-rata kadar air pada bulan April 2005 adalah 0,238%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 0,5%), 100% data kadar air pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen.

25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 0.30 0.25 0.20 0.15 Observation (days) Indi vi dual v al ue ( % ) _ X=0.238 UCL=0.319 LCL=0.157 25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 0.100 0.075 0.050 0.025 0.000 Observation (days) M ov ing range ( % ) __ MR=0.030 LCL=0 UCL=0.099

(51)

2. Control chart I-MR kadar air bulan September 2005

Gambar 12. Control chart I-MR kadar air bulan September 2005

Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel kadar air pada hari pengolahan ke-17 (0,379%) berada di luar batas pengendalian atas. Sedangkan pada control chart MR terlihat bahwa tidak ada titik yang berada di luar batas pengendalian. Sehingga dapat simpulkan bahwa meskipun variabilitas kadar air masih terkendali, namun terdapat penyimpangan kadar air pada bulan ini. Ini berarti kadar air selama bulan September 2005 tidak terkendali secara statistik.

Rata-rata kadar air pada bulan September 2005 adalah 0,285%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 0,5%), 100% data kadar air pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Mutu kadar air pada bulan September

25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 0.40 0.35 0.30 0.25 0.20 Observation (days) Indi vi dual val ue ( % ) _ X=0.285 UCL=0.378 LCL=0.191 25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 0.100 0.075 0.050 0.025 0.000 Observation (days) M ov ing range ( % ) UCL=0.115 LCL=0 __ MR=0.035 1

(52)

2005 mengalami penurunan dibandingkan bulan April 2005 yang rata-rata kadar airnya sebesar 0,238%.

3. Control chart I-MR kadar air bulan April 2006

Gambar 13. Control chart I-MR kadar air bulan April 2006

Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel kadar air pada hari pengolahan ke-19 (0,358%) berada di luar batas pengendalian atas. Sedangkan pada control chart MR terlihat bahwa tidak ada titik yang berada di luar batas pengendalian. Sehingga dapat simpulkan bahwa meskipun variabilitas kadar air masih terkendali, namun terdapat penyimpangan kadar air pada bulan ini. Ini berarti kadar air selama bulan April 2006 tidak terkendali secara statistik.

Rata-rata kadar air pada bulan April 2006 adalah 0,262%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 0,5%), 100% data kadar air pada bulan ini

25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 0.35 0.30 0.25 0.20 0.15 Observation (days) Indi vi dual v al ue ( % ) _ X=0.262 UCL=0.350 LCL=0.173 25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 0.100 0.075 0.050 0.025 0.000 Observation (days) M ov ing range ( % ) UCL=0.109 LCL=0 __ MR=0.033 1

(53)

mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Mutu kadar air pada bulan April 2006 mengalami penurunan dibandingkan bulan April 2005 yang rata-rata kadar airnya sebesar 0,238%.

4. Control chart I-MR kadar air bulan September 2006

Gambar 14. Control chart I-MR kadar air bulan September 2006

Dari control chart I-MR di atas terlihat bahwa seluruh data sampel kadar air berada dalam batas pengendalian statistik. Ini berarti kadar air selama bulan September 2006 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang stabil atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali.

Rata-rata kadar air pada bulan September 2006 adalah 0,285%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 0,5%), 100% data kadar air pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Mutu kadar air pada bulan September

25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 0.40 0.35 0.30 0.25 0.20 Observation (days) Indi vi dual v al ue ( % ) _ X=0.285 UCL=0.401 LCL=0.168 25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 0.16 0.12 0.08 0.04 0.00 Observation (days) M ov ing range ( % ) __ MR=0.044 UCL=0.143 LCL=0

(54)

2006 mengalami penurunan dibandingkan bulan April 2006 yang rata-rata kadar airnya sebesar 0,262%.

5. Control chart I-MR kadar air bulan April 2007

Gambar 15. Control chart I-MR kadar air bulan April 2007

Dari control chart I-MR di atas terlihat bahwa seluruh data sampel kadar air berada dalam batas pengendalian statistik. Ini berarti kadar air selama bulan April 2007 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang stabil atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali.

Rata-rata kadar air pada bulan April 2007 adalah 0,366%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 0,5%), 100% data kadar air pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen.

25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 0.5 0.4 0.3 0.2 Observation (days) Indi vi dual v al ue ( % ) _ X=0.366 UCL=0.503 LCL=0.228 25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 0.16 0.12 0.08 0.04 0.00 Observation (days) M ov ing range ( % ) UCL=0.169 LCL=0 __ MR=0.052

(55)

6. Control chart I-MR kadar air bulan September 2007

Gambar 16. Control chart I-MR kadar air bulan September 2007

Dari control chart I-MR di atas terlihat bahwa seluruh data sampel kadar air berada dalam batas pengendalian statistik. Ini berarti kadar air selama bulan September 2007 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang stabil atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali.

Rata-rata kadar air pada bulan September 2007 adalah 0,365%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 0,5%), 100% data kadar air pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Mutu kadar air pada bulan September 2007 mengalami penurunan dibandingkan bulanSeptember 2006 yang rata-rata kadar airnya sebesar 0,285%.

25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 Observation (days) Indi v idual v al ue ( % ) _ X=0.365 UCL=0.560 LCL=0.170 25 23 21 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 0.24 0.18 0.12 0.06 0.00 Observation (days) M ov ing r ange ( % ) UCL=0.240 LCL=0 __ MR=0.073

Gambar

Tabel 1. Standar kematangan buah
Tabel 2. Standar kualitas minyak sawit
Tabel 4. Hubungan rendemen, ALB dan derajat kematangan
Gambar 1. Control chart
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kepala Sekolah .....

Contoh : jika site-site gagal dalam sebuah sistem terdistribusi, site lainnya dapat melanjutkan operasi jika data telah direplikasi pada beberapa sitev. —

Pengembangan VCD Dalam Pembelajaran Koreografi Pada Mahasiswa Semester II Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar.. Seni Tari FSP

Untuk kajian QSAR dalam penelitian ini digunakan analisis regresi multilinear dengan data log (1/IC 50 ) sebagai variabel tidak bebas, sedangkan data muatan bersih atom pada

Pada penulisan ilmiah ini akan diterapkan sebuah sistem jaringan area lokal yang diatur oleh kebijakan yang dibuat yang disesuaikan dengan keperluan mengkondisikan lingkungan kerja

Hak-hak anak diatur didalam Konvensi Hak Anak yang menjadi acuan perlindungan hak anak secara internasional.Di Indonesia perlindungan terhadap hak-hak anak diatur dalam UU No 23

urethra Cooper, 1979. Proper placement of the catheter tip is aided by palpation per rectum. After the cuff is inflated, each vesicular gland is identified, and the contents are

m em pert anggungjaw abkan secara jelas keberadaan sebagian milik para det eni ant ara lain berupa uang, dan barang2 lainnya yang t elah disebut para det eni dalam