PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA TENTANG PRINSIP REDUCE DAN REUSE DALAM MENGGUNAKAN BOTOL
AIR MINUM SEBAGAI PENGGANTI AIR MINUM DALAM KEMASAN DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2017
SKRIPSI
Oleh :
MERY CHRISTIYANI NIM. 131000627
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA TENTANG PRINSIP REDUCE DAN REUSE DALAM MENGGUNAKAN BOTOL
AIR MINUM SEBAGAI PENGGANTI AIR MINUM DALAM KEMASAN DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2017
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
MERY CHRISTIYANI NIM. 131000627
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul
―Pengetahuan Sikap dan Tindakan Mahasiswa Tentang Prinsip Reduce dan Reuse dalam Menggunakan Botol Air Minum Sebagai Pengganti Air Minum Dalam Kemasan di Universitas Sumatera Utara Tahun 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
pernyataan ini saya siap menanggung risiko atau sanksi pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap karya
saya ini.
Medan, Oktober 2017
ABSTRAK
Air minum dalam kemasan merupakan produk yang sering dikonsumsi sehari-hari. Konsumsi air minum dalam kemasan secara terus-menerus akan berdampak terhadap pencemaran lingkungan, karena kemasan plastik membutuhkan waktu yang lama untuk terdegradasi secara sempurna. Material botol kemasan bisa terurai bila terkena panas dan akan mencemari sehingga tidak aman bagi kesehatan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan pengetahuan sikap dan tindakan mahasiswa tentang prinsip reduce dan reuse dalam menggunakan botol air minum sebagai pengganti air minum dalam kemasan di universitas sumatera utara tahun 2017.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional dan
menggunakan data primer yang diperoleh dari responden yaitu mahasiswa yang menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara dengan instrument kuesioner. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 200 orang.
Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa pengetahuan mahasiswa tentang prinsip reduce dan reuse dalam menggunakan botol air minum sebagai pengganti air minum dalam kemasan yang berkategori baik berjumlah 101 mahasiswa (50,5%). Sikap mahasiswa yang mendukung berjumlah 116 mahasiswa (58,0%). Tindakan mahasiswa yang berkategori baik hanya ada 24 mahasiswa (12,0%).
Berdasarkan hasil penelitian, sebaiknya pihak Universitas Sumatera Utara menambahkan media berisi informasi tentang dampak negatif kemasan plastik, misalnya dalam bentuk poster di kantin-kantin yang berada di lingkungan kampus. Selain itu, diharapkan agar Universitas Sumatera Utara dapat menghimbau mahasiswa untuk membawa botol air minum sehingga produksi plastik AMDK dapat diminimalisir.
Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Air Minum Dalam Kemasan, Mahasiswa
ABSTRACT
Packaged drinking water is a product that is often consumed daily. Continuously consumed of packaged drinking water will effect on environmental pollution, since plastic package takes a long time to degrade completely. Packaged bottle material can decompose when exposed to heat and will contaminate water so it is not safe for health.
The purpose of this research is to describe the knowledge, attitude, and behavior of students about the principle of reduce and reuse in using drinking water bottle as a substitute for packaged drinking water at the university of north sumatera in 2017.
This research is descriptive with cross sectional design and using primary data obtained from respondents which are students studying at North Sumatera University using questionnaire. The number of sample in this study is 200 people.
The results of this research show that the students' knowledge about the reduce and reuse principles in using drinking water bottle as a substitute for packaged drinking water in good category are 101 students (50.5%). Student attitude supporting the use of drinking water bottle are 116 students (58.0%). Student behavior in good category are only 24 students (12.0%).
Based on the results it is expected that, North Sumatera University adds media containing information about the negative effect of packaged drinking water, for example poster form at canteens located in campus environment. In addition, it is expected that the North Sumatra University encourages students to bring standard bottle for drinking water rather than plastic bottle.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
kasih, bimbingan dan penyertaan-Nya, skripsi dengan judul ” Pengetahuan
Sikap dan Tindakan Mahasiswa tentang Prinsip Reduce dan Reuse dalam Menggunakan Botol Air Minum sebagai Pengganti Air Minum Dalam Kemasan di Universitas Sumatera Utara Tahun 2017” dapat diselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr.dr Taufik Ashar, M.K.M. selaku Kepala Departemen Kesehatan
Lingkungan dan Dosen Penguji II dalam penulisan skripsi ini.
4. Ir. Indra Chahaya S,Msi. selaku Dosen Pembimbing I dalam penulisan skripsi
ini.
5. dr.Surya Dharma,MPH. selaku Dosen Pembimbing II dalam penulisan skripsi
6. Dra. Nurmaini, M.K.M, Ph.D. selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan
banyak masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen serta Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
8. Seluruh anggota cleaning service di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
9. Teristimewa untuk keluarga, Ayah M. Lumban Gaol, Amd dan Ibu N.
Hutagaol, S.Pd yang senantiasa memberikan doa dan dukungan serta
senantiasa memberikan semangat kepada penulis selama menjalani masa
perkuliahan.
10. Untuk adik-adikku (Salomo, Tia Ningsih, Oktafiana) terima kasih atas doa,
kasih sayang, perhatian, motivasi serta dukungan dalam bentuk apapun
kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini
11. Para sahabat ISJ (Juniman, Elvina, Sanny, Rika, Dina). Teman biasa (Ratna,
Meilita, Lisandy). Teman seperjuangan semasa kuliah (Nelvitriana Sitepu)
Adik terkasih (Putri Dwi Sormin, Raja Aldon). Kelompok kecil Thea Trixie
(Kak Shinta, Margaretha, Deby, Juniarta, Siska, Rani) terima kasih atas
dukungan, bantuan, motivasi, semangat dalam penyelesaian skripsi dan
kebersamaannya selama ini.
12. Keluarga Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia
(ISMKMI) , keluarga sebenang biru civitas GMKI FKM USU, kelompok
sebutkan satu persatu yang selalu memberikan semangat dan bantuan kepada
penulis.
Masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena
itu diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan serta
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca. Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkati dan memberikan
perlindungan kepada kita semua. Amin.
Medan, Oktober 2017
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii ABSTRAK ... iv ABSRACT ... v KATA PENGANTAR ... vi DAFTAR ISI ... ix DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.3.1 Tujuan Umum ... 5 1.3.2 Tujuan Khusus ... 6 1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Lingkungan ... 8
2.1.1 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan ... 8
2.2 Sampah ... 9
2.2.1 Sampah dan Kesehatan ... 10
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sampah... 11
2.3 Plastik ... 11
2.3.1 Jenis Dan Sifat Plastik ... 13
2.3.2 Bahaya Kemasan Plastik ... 19
2.4 Konsep Minimasi Penggunaan Plastik Dengan Prinsip 3R (Reduce Reuse Recycle) ... 25
2.4.1 Mengurangi (Reduce)... 26
2.4.2 Guna Ulang (Reuse) ... 27
2.5 Perilaku ... 27
2.5.1 Pengetahuan ... 27
2.5.2 Sikap ... 30
2.5.3 Tindakan ... 32
2.6 Kerangka Konsep ... 33
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 34
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 34
3.2.2 Waktu Penelitian ... 34
3.3 Populasi dan Sampel ... 34
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 35
3.5 Definisi Operasional... 35
3.6 Instrumen dan Aspek Pengukuran ... 36
3.6.1 Instrumen... 36
3.6.2 Aspek Pengukuran ... 36
3.7 Teknik Pengolahan Data ... 38
3.8 Analisis Data ... 40
BAB IV HASIL 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42
4.2 Karakteristik Responden ... 45 4.3 Pengetahuan Responden ... 46 4.4 Sikap Responden ... 48 4.5 Tindakan Responden ... 49 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ... 53 5.2 Pengetahuan Responden ... 54 5.3 Sikap Responden ... 55 5.4 Tindakan Responden ... 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 60
6.2 Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden Di Universitas Sumatera Utara Tahun 2017 ... 45 Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan di Universitas Sumatera
Utara Tahun 2017 ... 46 Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Sikap Responden di Universitas
Sumatera Utara Tahun 2017... 48 Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Tindakan di Universitas Sumatera
Utara Tahun 2017 ... 49 Tabel 4.10 Distribusi Kategori Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Di
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 65
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 70
Lampiran 3 Surat Pernyataan Telah Melaksanakan Penelitian ... 71
Lampiran 4 Dokumentasi Wawancara... 72
Lampiran 5 Master Data ... 73
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mery Christiyani
Tempat Lahir : Kuala Tungkal Tanggal Lahir : 04 Maret 1996
Suku Bangsa : Batak
Agama : Kristen
Nama Ayah : M. Lumban Gaol
Suku Bangsa Ayah : Batak
Nama Ibu : N. Hutagaol
Suku Bangsa Ibu : Batak
Pendidikan Formal
1. Tahun 2001 - 2007 : SD Negeri No. 52 Pematang Pauh 2. Tahun 2007 - 2010 : SMP Negeri 1 Tungkal Ulu
3. Tahun 2010 – 2013 : SMA Negeri Titian Teras H.A.Sayoeti 4. Tahun 2013 – 2017 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Plastik adalah salah satu bahan yang sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Mulai dari peralatan makan, peralatan minum, TV, pipa paralon,
pembungkus makanan maupun pembungkus minuman. Penggunaan plastik yang
tidak sesuai persyaratan dan juga berlebihan dapat menimbulkan berbagai
gangguan kesehatan dan juga mencemari lingkungan (Karuniastuti, 2013).
Bahan plastik disukai karena memiliki banyak kelebihan, diantaranya
lebih ringan dan kuat, mudah dibentuk dan mudah diwarnai. Seiring dengan
peningkatan penggunaan plastik, semakin banyak pula produksi sampah plastik
yang dihasilkan dari tahun ke tahun. Salah satu produk yang memakai plastik
sebagai bahan dasarnya adalah air minum dalam kemasan. Penggunaan bahan
plastik pada botol air minum kemasan hanya sekali pakai, sementara
penguraiannya membutuhkan waktu ratusan tahun. Air minum dalam kemasan
setelah dikonsumsi, sampahnya cenderung dibuang sembarangan. Sampahnya
dapat mencemari lingkungan seperti selokan,sungai, dan laut (Syamsiro,2013).
Lingkungan hidup adalah salah satu faktor utama dalam kelangsungan
hidup manusia. Pengelolaan lingkungan hidup yang baik adalah salah satu cara
manusia untuk berinteraksi dengan lingkungan untuk mempertahankan kehidupan
dan mencapai kesejahteraannya. Namun yang sering terjadi, manusia tidak
mampu memperhatikan atau mempertahankan kondisi lingkungan dengan baik
Lingkungan mengandung sumber daya alam yang dibutuhkan semua
organisme termasuk manusia, baik untuk kebutuhan dasar maupun diatas
kebutuhan dasar (industrialisasi). Secara alamiah lingkungan dapat lingkungan
mempunyai mekanisme membersihkan dirinya dengan terjadinya berbagai siklus
di alam. Modernisasi yang didukung oleh industrialisasi memberikan beban yang
cukup berat terhadap lingkungan, seperti pengotoran lingkungan oleh sampah
plastik (Slamet,2000).
Kuantitas dan kualitas sampah dipengaruhi oleh kegiatan dan taraf hidup
masyarakat. Salah satu faktornya adalah jumlah penduduk. Semakin banyak
penduduk maka sampah yang dihasilkan akan semakin banyak. Kemudian faktor
sosial ekonomi. Semakin tinggi pendapatan masyarakat, semakin banyak jumlah
per kapita sampah yang dibuang. Faktor kemajuan teknologi juga akan menambah
jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin
beragam (Slamet,2009)
Menurut Indonesia Solid Waste Association (2014), Indonesia
memproduksi sampah sekitar 5,4 juta ton per tahun.Sementara berdasarkan data
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) sekitar 13% dari sampah
di Jakarta 6000 ton perhari adalah sampah plastik. Sekitar 50 miliar botol plastik
digunakan setiap tahun diseluruh dunia. Selain itu, 17 juta barel minyak
digunakan untuk memproduksi botol-botol setiap tahun. Bahan bakar sebanyak itu
dapat digunakan sebagai bahan bakar satu juta mobil sepanjang tahun.
Menurut Wung dalam Amri (2014), peningkatan produksi air minum
kemasan. Kampanye anti botol air hampir tidak ada dibandingkan dengan
Amerika Serikat dan Eropa yang sangat menentang kemasan air plastik.
Botol air minum kemasan tak jarang digunakan kembali oleh orang untuk
diisi dengan air minum isi ulang. Botol air minum kemasan setidaknya maksimal
digunakan hanya dua kali, tidak lebih. Hal itu disebabkan oleh material botol
kemasan yang akan terurai bila terkena panas seperti dari cahaya matahari.
Dampaknya air yang ada didalam akan tercemar dan tidak aman bagi kesehatan
(Surono,2014).
Hal lain yang bisa ditimbulkan dari botol plastik ini adalah sampah. Jika
setiap kali kita keluar rumah lalu kehausan dan membeli air mineral, maka
sampah botol plastik akan semakin banyak. Apabila kita buang sampah di tempat
sampah di kota mungkin akan diambil oleh pihak dinas kebersihan atau pemulung
lalu akan didaur ulang, akan tetapi bagaimana saat sedang jalan-jalan seperti ke
desa atau ke gunung. Banyak dari masyarakat yang masih apatis dengan
membuang sampah sembarangan termasuk membuang botol air mineral. Lalu
botol tersebut dibuang begitu saja atau terkubur dalam tanah. Botol plastik ini
butuh berpuluh tahun untuk terdekomposisi secara alami.
Mengubur sampah botol bukanlah solusi. Selain susah terdekomposisi,
beberapa jenis plastik justru akan mencemari tanah dan air apabila
terdekomposisi. Ada juga yang membakar botol plastik karena dirasa langkah ini
cukup praktis, namun membakar plastik adalah hal yang sangat berbahaya. Asap
pembakaran plastik bersifat karsinogenik dan beberapa jenis plastik akan
Menurut Surono (2014), beberapa jenis plastik yang relatif aman
digunakan sebagai kemasan pangan adalah PP, HDPE, LDPE, dan PET.
Keamanan kemasan dapat dikenali dari logo atau tulisan yang tertera, misalnya ,
tulisan ‗aman untuk makanan‘ atau for food use / food grade. Logo atau tulisan atau kode plastik tersebut biasanya dicetak timbul pada kemasan plastik. Secara
umum sebaiknya kemasan plastik tidak digunakan untuk pangan yang bersifat
asam, mengandung lemak atau minyak, terutama dalam keadaan panas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Setyowati (2013), di Dusun
Kedesen, Desa Kradenan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang tentang
Pengetahuan Dan Perilaku Ibu Rumah Tangga Dalam Pengelolaan Sampah
Plastik, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara
tingkat pengetahuan ibu rumah tangga dengan perilaku mengelola sampah plastik.
Menurut penelitian Fadli (2012), menunjukkan bahwa sebagian besar
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara memiliki
pengetahuan yang baik terhadap plastik, namun tindakan untuk mengurangi
penggunaan plastik masih kurang baik. Banyak dari mahasiswa yang masih
memilih plastik sebagai kemasan makanan.
Pada survey awal yang dilakukan penulis, ditemukan bahwa kesadaran
mahasiswa di Universitas Sumatera Utara dalam menggunakan botol air
minum masih kurang. Terbukti dengan masih banyaknya mahasiswa membeli
air minum dalam kemasan yang banyak dijual di kantin ataupun sekitaran
kampus, yang mengakibatkan semakin banyaknya jumlah sampah botol plastik
ada juga sampah botol plastik yang dibuang tidak pada tempatnya sehingga
merusak estetika. Kurangnya kesadaran mahasiswa akan pentingnya
mengurangi penggunaan kemasan plastik turut menyumbang semakin besarnya
produksi plastik, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Tingkat pengetahuan setiap mahasiswa Universitas Sumatera Utara tentunya
berbeda-beda mengenai dampak penggunaan air minum dalam kemasan. Hal
itu akan mempengaruhi sikap dan tindakan dari mahasiswa dalam hal
penggunaan botol air minum sebagai pengganti air minum dalam kemasan.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang
Pengetahuan Sikap dan Tindakan Mahasiswa Tentang Prinsip Reduce dan
Reuse Dalam Menggunakan Botol Air Minum Sebagai Pengganti Air Minum Dalam Kemasan di Universitas Sumatera Utara Tahun 2017.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan diteliti
adalah untuk mengetahui Pengetahuan Sikap dan Tindakan Mahasiswa Tentang
Prinsip Reduce dan Reuse Dalam Menggunakan Botol Air Minum Sebagai
Pengganti Air Minum Dalam Kemasan di Universitas Sumatera Utara Tahun
2017
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Pengetahuan Sikap dan Tindakan Mahasiswa Tentang
Pengganti Air Minum Dalam Kemasan Di Universitas Sumatera Utara Tahun
2017
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik (jenis kelamin, jumlah uang saku,status tempat
tinggal, suku) mahasiswa di Universitas Sumatera Utara Tahun 2017.
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden mengenai prinsip reduce dan
reuse dalam menggunakan botol air minum sebagai pengganti air minum dalam kemasan di Universitas Sumatera Utara Tahun 2017.
3. Untuk mengetahui sikap mahasiswa tentang prinsip reduce dan reuse dalam
menggunakan botol air minum sebagai pengganti air minum dalam kemasan di
Universitas Sumatera Utara Tahun 2017.
4. Untuk mengetahui tindakan mahasiswa tentang prinsip reduce dan reuse dalam
menggunakan botol air minum sebagai pengganti air minum dalam kemasan di
Universitas Sumatera Utara Tahun 2017.
1. 4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi tentang gambaran karakteristik mahasiswa dalam
menggunakan botol air minum sebagai pengganti air minum dalam kemasan di
Universitas Sumatera Utara Tahun 2017.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang akan melanjutkan penelitian ini
3. Sebagai wujud penerapan dan pengembangan ilmu yang diperoleh penulis
selama mendapat pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan berkembang luas dari pengertian sanitasi
lingkungan seperti yang diistilahkan oleh Winslow yaitu sanitation of
environment dalam definisi Kesehatan Masyarakat (Public Health). Menurut Azwar dalam Sarudji (2010), Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu dan
keterampilan untuk mengendalikan semua faktor lingkungan fisik di sekitar
manusia yang diperkirakan akan menimbulkan gangguan atau akan menimbulkan
kerugian pada perkembangan fisik manusia, kesehatan ataupun kelangsungan
hidup manusia.
Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang
berhubungan dengan berbagai bentuk kehidupan, substansi, kekuatan, dan kondisi
di sekitar manusia yang dapat memengaruhi aspek kesehatan dan kesejahteraan
manusia (Sarudji,2010).
2.1.1 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang no 36 tahun 2009
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Limbah cair
b. Limbah padat
c. Limbah gas
e. Binatang pembawa penyakit f. Zat kimia yang berbahaya
g. Kebisingan yang melebihi ambang batas
h. Radiasi sinar pengion dan non pengion
i. Air yang tercemar
j. Udara yang tercemar
k. Makanan yang terkontaminasi
2. 2Sampah
Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2008
tentang pengelolaan sampah, yang dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah dapat
diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat biologis dan kimianya, sebagai berikut:
1. Sampah yang membusuk, seperti sisa makanan,daun, sampah kebun, pertanian,
dan lainnya
2. Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam, dan
lainnya.
3. Sampah yang berupa debu/abu
4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah dari
industri yang mengandung zat-zat kimia
Sampah yang dapat membusuk dalam bahasa Inggris disebut garbage,
yaitu sampah yang bisa membusuk karena aktivitas mikroorganisme. Proses
pembusukan sampah ini menghasilkan gas metan dan gas H2S yang bersifat
lingkungan, sampah ini dapat dijadikan pupuk karena bisa terurai dengan
sempurna.
Sampah yang tidak membusuk disebut juga refuse. Terdiri dari
kertas-kertas, plastik, logam, gelas, karet, dan lainnya yang sukar untuk membusuk.
Sampah ini dapat didaur ulang dan dimanfaatkan kembali. Sampah yang
berbentuk abu merupakan hasil dari pembakaran. Sampah ini dapat dimanfaatkan
untuk mendatarkan tanah atau penimbunan. Sampah yang berbahaya adalah
sampah yang karena sifat kimiawi,fisika dan mikrobiologinya dapat menyebabkan
penyakit yang tidak reversibel ataupun berpotensi menimbulkan penyakit
(Slamet,2009).
2.2.1 Sampah dan Kesehatan
Sampah yang mudah membusuk (garbage) adalah sumber makanan lalat
dan tikus yang merupakan vektor penyakit. Lalat sangat peka terhadap rangsangan
bau busuk ataupun amis. Sehingga lalat-lalat ini berdatangan dan mencari sumber
bau tersebut. Begitupula dengan tikus, dengan adanya sampah ini tikus
berkesempatan untuk mendapatkan makanan disana. Tikus dikenal sebagai
pembawa penyakit pes dan juga leptospirosis yang dikhawatirkan dapat ditularkan
kepada manusia saat tikus tersebut menjamah makanan manusia.
Sampah juga dapat menjadi sumber infeksi. Sampah tercampur dengan
kotoran manusia yang berasal dari penderita yang infeksius. Bisa juga melalui air
yang terkontaminasi sampah infeksius. Sampah yang terdapat pada selokan atau
badan air sepertii tanah dan air tanah didalamnya. Hasil penguraian dari sampah
yang menyebabkan tersumbatnya saluran. Pembuangan sampah yang tidak sesuai
persyaratan kesehatan masyarakat/lingkungan seperti model open dumping
berpotensi mencemar yang ada didalam sampah akan terbawa oleh lindi
(leachate) sampai akhirnya mencapai tanah (Sarudji,2010)
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sampah
Sampah sangat dipengaruhi oleh taraf hidup masyarakat. Beberapa
diantaranya adalah (Slamet,2009) :
1. Jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk maka akan semakin
banyak pula sampah yang dihasilkan. Pengelolaan sampah harus berpacu
dengan laju pertambahan penduduk.
2. Sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat maka
semakin banyak pula jumlah sampah yang dibuang. Kualitas sampah semakin
beragam dan semakin banyak yang tidak dapat terurai. Kenaikan kesejahteraan
ini berbanding lurus dengan dengan peningkatan pembangunan, jumlah
transportasi yang terus meningkat dengan konsekuensi bertambahnya volume
dan jenis sampah.
3. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menambah jumlah dan kualitas
sampah yang dihasilkan. Hal ini disebabkan pemakaian bahan baku yang
semakin beragam dan cara pengepakan yang beragam pula.
2.3 Plastik
Plastik terbagi atas dua yaitu alamiah dan sintetik. Plastik alamiah terbuat
dari bahan tanaman dan hewan, seperti damar dan berbagai getah yang diolah
hidup jika dibandingkan dengan plastik sintetik. Plastik sintetik terdiri dari fenol
formaldehid atau lebih dikenal dengan nama bakelit dan berbagai turunannya, polyester resin dengan segala modifikasinya. Diantara semua jenis ini yang terkenal adalah serat terylene dan dacron (bahan busana). Sementara dari jenis
vinyl, terutama polyvinyl klorida (PVC) yang lebih dikenal dengan sebagai pipa paralon.
Jenis polietilene juga merupakan plastik sintetik yang penting. Umumnya
diproduksi sebagai hasil sampingan batu bara (fenol) dan minyak bumi serta gas
alam (natural gas). Di Amerika Serikat dan Eropa, teknologi plastik mulai melejit
tahun 1940 dan sejak itu berkembang semakin pesat. Plastik memiliki keunggulan
yang dapat disesuaikan dengan keperluan sesuai dengan sarana teknologi dan ilmu
pengetahuan yang berkembang. Namun, sebagai bahan nonalamiah atau sintetik
pada umumnya plastik memiliki sifat tidak larut dalam air, bahkan kedap air, dan
tidak berkarat. Akibatnya plastik tidak mengalami daur ulang (recycle) secara
alamiah (Anies,2015).
Dalam kehidupan sehari-hari penggunaan plastik sangat populer
dikalangan masyarakat. Barang dari jenis plastik sangat mudah dijumpai dan
menjadi pilihan konsumen. Daya tarik plastik ini terletak pada penggunaannya
yang fleksibel, ringan, dan tampilannya yang memikat. Mulai dari wadah
makanan, botol minum, kantong plastik, dan peralatan makan. Kini banyak
konsumen yang menggunakan plastik sebagai pengemas makanan ataupun
tergantung dari bahan kimia penyusunnya, jenis makanan yang dibungkus (asam,
berlemak), lama kontak dan suhu makanan saat disimpan (Rahma, 2009).
Menurut data statistik persampahan domestik Indonesia oleh Indonesia
Solid Waste Association (2013) menyebutkan jenis sampah plastik yang dihasilkan adalah sebesar 5.4 juta ton per tahun atau 14 persen dari keseluruhan
produksi sampah. Berdasarkan data tersebut, plastik telah menggeser sampah jenis
kertas dengan jumlah produksi 3.6 juta ton per tahun atau 9 persen dari total
produksi sampah.
2.3.1 Jenis dan Sifat Plastik
Jenis – jenis plastik menurut Koswara dalam Sya‘diah (2014) adalah
sebagai berikut :
1. PET — Polyethylene Terephthalate
Biasanya, pada bagian bawah dari kemasan botol plastik, tertera logo daur
ulang dengan angka 1 di tengahnya dan tulisan PETE atau PET (polyethylene
terephthalate) di bawah segitiga. Pada dunia pertekstilan PET biasa disebut dengan polyester. Jenis PET ini biasa dipakai untuk botol plastik yang
jernih/transparan/tembus pandang seperti pada botol air mineral, botol jus, dan
hampir semua botol minuman lainnya. Tidak dipergunakan untuk air hangat
apalagi panas. Pada jenis ini, disarankan hanya untuk satu kali pemakaian dan
tidak digunakan untuk mewadahi pangan dengan suhu lebih besar dari 600 C,
sebab akan membuat lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan
Di dalam proses pembuatan PET, digunakan bahan yang disebut dengan
antimoni trioksida, yang dapat berbahaya bagi para pekerja yang berhubungan dengan pengolahan ataupun daur ulangnya, karena antimoni trioksida masuk ke
dalam tubuh melalui sistem pernafasan, yaitu akibat menghirup debu yang
mengandung senyawa tersebut. Terkontaminasi senyawa ini dalam periode
yang lama akan mengalami iritasi kulit dan saluran pernafasan.
2. HDPE — High Density Polyethylene
a. Pada umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur
ulang dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density
polyethylene) di bawah segitiga.
b. Sering dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, galon air minum,
dan lain-lain.
c. HDPE adalah salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena
kemampuannya untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik
berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya.
d. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras hingga semifleksibel,
buram dan lebih tahan terhadap bahan kimia dan kelembapan, melunak pada
suhu 750 Celcius.
3. V — Polyvinyl Chloride
Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di
tengahnya, serta tulisan V — V itu berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis
a. Plastik ini dapat ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol, sulit di daur ulang .
b. PVC mengandung DEHA yang bisa bereaksi dengan makanan yang bungkus dengan plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan langsung dengan
makanan tersebut karena DEHA lumer pada suhu 150 Celcius.
c. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dibungkus dengan
plastik ini memiliki potensi bahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.
d. Plastik jenis ini sebaiknya tidak dipakai untuk mewadahi pangan yang
mengandung lemak/minyak, alkohol dan dalam kondisi panas.
e. Dianjurkan mencari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak
mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari polietilena
atau bahan-bahan yang alami (sebagai contoh daun pisang ).
4. LDPE — Low Density Polyethylene
Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE
(low density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari
minyak bumi), biasa jenis ini dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan
botol-botol yang lembek.
a. Memiliki sifat mekanis kuat, fleksibel, kedap air tetapi tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Jenis ini dapat melunak pada suhu
700 C.
b. Barang berbahan LDPE ini sulit untuk dihancurkan, akan tetapi baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan
5. PP — Polypropylene
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, dan tulisan PP
(polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terkhusus untuk
yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat
menyimpan makanan, botol minum dan botol minum untuk bayi.
b. Karakteristik jenis ini adalah botol transparan yang tidak jernih atau
berawan, keras tetapi fleksibel. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan
daya tembus uap rendah, tahan terhadap lemak, minyak, stabil terhadap suhu
tinggi dan cukup mengkilap. Melunak pada suhu 1500 derajat Celcius.
c. Dapat ditemukan dengan kode angka 5 pada barang berbahan plastik untuk
menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman.
6. PS — Polystyrene
a. Terdapat logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, dan tulisan PS
(polystyrene) ditemukan tahun 1839, oleh Eduard Simon, seorang apoteker
dari Jerman, secara tidak sengaja.
b. Terdapat dua jenis PS, yaitu yang kaku dan lunak/berbentuk foam.
c. PS yang kaku biasanya jernih seperti kaca, kaku, getas, mudah terpengaruh
lemak dan pelarut (seperti alkohol), mudah dibentuk, melunak pada suhu
950C. Sebagai contoh : wadah plastik bening berbentuk kotak untuk wadah
makanan.
d. PS yang lunak memiliki bentuk seperti busa, biasanya berwarna putih,
lunak, mudah terpengaruh lemak dan pelarut lain (seperti alkohol). Bahan
styrofoam. Biasanya digunakan sebagai wadah makanan atau minuman sekali pakai.
e. Kemasan styrofoam sebaiknya tidak digunakan dalam microwave.
f. Kemasan styrofoam yang rusak/berubah bentuk sebaiknya tidak digunakan
untuk mewadahi makanan berlemak/berminyak terutama dalam keadaan
panas.
g. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan
styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan.
h. Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap
kendaraan dan bahan konstruksi gedung.
i. Bahan jenis ini harus dihindari, sebab selain berbahaya bagi kesehatan otak,
dapat mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada
masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf, bahan ini juga sulit
didaur ulang. Apabila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses panjang
dan waktu yang lama.
j. Dapat dikenali dengan kode angka 6, tetapi bila tidak tertera kode angka
tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar
(cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan
mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga.
7. OTHER
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan OTHER
Other (SAN/styrene acrylonitrile, ABS - acrylonitrile butadiene styrene, PC-
b. Bisa ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum
olahraga, alat-alat rumah tangga, peralatan makan bayi dan juga pada plastik
kemasan.
c. PC - Polycarbonate ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita (sippy
cup).
d. Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan
dan minuman yang berpotensi untuk merusak sistem hormon, kromosom
pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas.
e. Dianjurkan tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun minuman
karena Bisphenol-A bisa berpindah ke dalam minuman atau makanan jika
suhunya dinaikkan karena pemanasan. Untuk mensterilkan botol susu,
sebaiknya direndam saja dalam air mendidih dan tidak direbus atau
dipanaskan dengan microwave. Botol yang sudah retak sebaiknya tidak
digunakan lagi.
f. SAN dan ABS mempunyai resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan
suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan.
g. Terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, dan
penyaring kopi.
h. SAN dan ABS adalah salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk
digunakan.
Menurut Saptono dalam Sya‘diah (2014) plastik dilihat dari sifatnya terbagi atas dua yaitu:
Pada jenis plastik ini mengalami perubahan yang bersifat irreversible.
Pada suhu tinggi plastik termoset dapat berubah menjadi arang. Hal ini karena
struktur kimianya bersifat 3 dimensi dan cukup kompleks. Pemakaian termoset
pada industri pangan terutama dalam pembuatan tutup botol. Plastik tidak akan
kontak langsung dengan produk karena tutup selalu diberi lapisan perapat yang
juga memiliki fungsi sebagai pelindung.
Sebagai contoh poliviniliden klorida, akrilik yang sering digunakan
untuk botol-botol minuman, politetra fluoroetilen (PTFE) yang terkandung
pada peralatan dapur seperti Teflon dan Ediblefilm dari amilosa pati jagung
untuk kemasan permen dan sosis yang dapat dimakan.
2. Plastik Termoplastik
Sebagian besar polimer yang dipakai untuk mengemas atau kontak
dengan bahan makanan adalah dari jenis termoplastik. Plastik ini dapat berubah
menjadi lunak apabila dipanaskan dan dapat mengeras lagi setelah dingin. Hal
ini dapat terjadi berulang - ulang tanpa ada perubahan khusus. Termoplastik
termasuk turunan etilena (CH2 = CH2). Diberi nama plastik vynil karena
mengandung gugus vynil (CHz=CHz) atau polyolefin. Salah satu contohnya
adalah plastik kresek.
2.3.2 Bahaya Kemasan Plastik
Dalam memilih jenis kemasan, perlu diperhatikan faktor kemananan.
Penggunaan plastik sebagai pengemas pangan banyak dipergunakan karena
keunggulannya seperti bentuknya yang fleksibel sehingga mudah dibentuk
transparan atau tembus pandang, mudah diberi label, dapat dikreasikan dalam
beraneka warna, bisa diproduksi secara massal, harganya relatif lebih murah
dan terdapat berbagai jenis pilihan bahan dasar plastik. Dalam dua dasawarsa
terakhir, kemasan plastik mengungguli kemasan kaleng dan gelas dan
mendominasi industri makanan di Indonesia. Jumlah plastik yang digunakan
untuk mengemas, menyimpan dan membungkus makanan mencapai 53%
khusus untuk kemasan luwes, sedangkan untuk kemasan kaku mulai digunakan
untuk minuman.
Bahan kemasan plastik tersusun dari polimer-polimer, yaitu dari bahan
mentah berupa monomer, juga mengandung bahan aditif yang diperlukan untuk
memperbaiki sifat fisiko kimia plastik tersebut, dan disebut komponen non
plastik. Kemasan plastik memiliki kelebihan karena sifatnya yang kuat, ringan
inert, tidak berkarat, bersifat termoplastik (heat seal) serta dapat diberi warna.
Aspek negatif kemasan plastik adalah apabila monomer-monomer bermigrasi
kedalam bahan makanan yang dikemas, akan bersifat karsinogenik sehingga
makan yang dikonsumsi tidak memenuhi kaidah kemanan pangan atau food
safety.
Jenis plastik tertentu (misalnya PE,PP,PVC) tidak tahan terhadap panas,
berpotensi melepaskan migran berbahaya yang berasal dari sisa monomer dari
polimer sehingga ini merupakan kelemahan dalam pemilihan kemasan plastik
apabila tidak mempertimbangkan aspek keamanan pangan, dan plastik juga
Pada penjual makanan jajanan (street food), penggunaan kantung kresek
seringkali dengan tidak tepat, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dari
para penjual makanan jajanan bahwa bahan dasarnya berasal dari daur ulang
berbagai jenis plastik, sehingga penggunaannya untuk pembungkus makanan
dalam keadaan panas, seperti untuk bakso,bakmi,bubur,gorengan, akan
membantu migrasi bahan kimia plastik ke dalam makanan.
Penggunaan microwave, wadah plastik untuk memanaskan lauk, apabila
tidak memenuhi syarat food grade, maka monomer-monomer plastik akan ikut
bermigrasi dan bercampur dengan makanan dan memberikan efek
karsinogenik. Migrasi ini dipengaruhi oleh luas permukaan yang kontak dengan
makanan, kecepatan migrasi, jenis bahan plastik dan suhu serta lamanya
kontak. Semakin panas bahan makanan yang dikemas, semakin tinggi peluang
terjadinya migrasi zat-zat plastik kedalam makanan. Salah satu contoh dari zat
aditif adalah diotil ptalat (DOP). DOP menyimpan zat benzen suatu larutan
kimia yang sulit dicerna dalam saluran pencernaan manusia.
Benzen tidak bisa dikeluarkan melalui feses atau urin. Akibatnya zat ini semakin lama semakin menumpuk dan terbalut oleh lemak tubuh, memicu
munculnya penyakit kanker. Menurut hasil penelitian aditif platik dibutil ptalat
(DBP) dan DOP pada PVC termigrasi cukup banyak ke dalam minyak zaitun,
minyak jagung, minyak biji kapas dan minyak kedelai. DOP adalah zat aditif
populer yang digunakan dalam proses plastisasi. Konsumsi DOP pada industri
PVC mencapai 50-60% dari total produksi plasticizer. DOP memberikan
yang paling murah diantara sekitar 300 plasticizer yang dikembangkan, karena
prosesnya yang sederhana.
Selain plastik, styrofoam atau plastik busa juga banyak digunakan untuk
mengemas makanan terutama untuk makanan cepat saji. Kelebihan styrofoam
yaitu tahan lama, praktis dan mampu mencegah kebocoran, mampu
mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, serta
mempertahankan kesegaran.Hasil kajian Divisi Keamanan Pangan Jepang pada
Juli 2001 menyatakan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat
berbahaya, dapat menyebabkan endokrin disrupter (EDC), yaitu penyakit yang
terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi
manusia akibat bahan karsinogen dalam makanan. Hasil berbagai penelitian
yang telah dilakukan sejak tahun 1930-an, diketahui bahwa stiren, bahan dasar
styrofoam, bersifat mutagenik (mampu mengubah gen) dan potensial karsinogen yang sifatnya akumulatif sehingga dampaknya akan terasa setelah
waktu yang panjang. Semakin lama waktu pengemasan dengan styrofoam dan
semakin tinggi suhu, semakin besar pula migrasi bahan-bahan yang bersifat
toksik tersebut kedalam makanan.
Semakin tinggi suhu makanan, semakin banyak komponen yang
mengalami migrasi, masuk dan bercampur dengan makanan. Semakin lama
produk disimpan, batas maksimum komponen-komponen yang bermigrasi
semakin terlampaui, sehingga informasi batas ambang waktu kadaluwarsa bagi
produk yang dikemas plastik perlu diinformasikan secara jelas dan lengkap
(AMDK) berbahan baku polivinil khlorida dan kopolimer akrilonitril perlu
disimpan di tempat yang bebas dari panas matahari, untuk mencegah lepasnya
monomer-monomer plastik. Penjaja AMDK dijalanan menjajakannya dibawah
terik matahari yang mengakibatkan suhu semakin tinggi dan memperbesar
peluang terjadinya migrasi zat-zat berbahaya plastik kedalam bahan yang
dikemas. Demikian juga apabila menyimpan AMDK terlalu lama didalam
mobil pada siang hari yang terik sebaiknya tidak diminum lagi (Surono,2014).
Bahan kimia yang dapat bermigrasi dari kemasan plastik ke dalam
pangan dan berpotensi menimbulkan efek terhadap kesehatan antara lain
adalah:
1. Polyvinyl Chloride (PVC)
Dalam jangka panjang dapat menyebabkan kanker, cacat lahir,
perubahan genetik, bronkitis kronik, ulcer, penyakit kulit, tuli, gangguan
penglihatan, gangguan pencernaan dan disfungsi hati.
2. Phthalates
Merupakan bahan yang memberikan sifat lembut dan fleksibel pada
polimer PVC. Efek kesehatan jangka panjang yang ditimbulkan adalah
endocrine disruption, terkait dengan asma, efek terhadap perkembangan dan reproduktif. Limbah medis yang mengandung PVC dan phthalates yang
dibakar dapat melepaskan dioksin dan merkuri sehingga bisa mempengaruhi
kesehatan masyarakat yang berada disekitarnya dalam jangka waktu yang lama,
termasuk kanker, cacat lahir, perubahan hormon, penurunan jumlah sperma,
3. Polycarbonate yang mengandung Bisphenol A
Paparan Bisphenol A dalam kadar rendah dan jangka waktu yang
panjang dapat menyebabkan kanker, gangguan fungsi imunitas, pubertas yang
muncul dini, obesitas, diabetes, dan hiperaktivitas.
4. Polystyrene
Secara akut dapat mengiritasi mata, hidung, tenggorokan, menyebabkan
pusing dan ketidaksadaran. Jika bermigrasi ke dalam pangan akan terakumulasi
dalam jaringan lemak. Studi menunjukkan adanya peningkatan kanker limfatik
dan hematopoietik bagi pekerja yang terpapar.
5. Polyethylene
Dicurigai karsinogen pada manusia.
6. Polyester
Bahan ini secara akut dapat menyebabkan iritasi pada mata dan saluran
pernafasan serta ruam kulit akut.
7. Urea-Formaldehyde
Biasanya melamin palsu terbuat dari urea yang mengandung formalin
dengan kadar tinggi. Bahan urea tidak tahan panas dan dapat melepaskan
formalin yang menjadi kontaminan pangan saat terkena panas. Formalin
dicurigai sebagai karsinogen. Formalin dapat menyebabkan cacat lahir dan juga
perubahan genetik. Menghirup formalin dapat menyebabkan batuk,
pembengkakan tenggorokan, mata berair, gangguan pernafasan, sakit kepala,
8. Polyurethane Foam
Dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan bronkitis, batuk,
gangguan kulit dan mata. Polyurethane Foam juga dapat melepas toluen
diisosianat yang menyebabkan gangguan paru berat. 9. Acrylic
Secara akut dapat menyebabkan gangguan pernafasan, diare, mual,
lemah, dan sakit kepala
10. Tetrafluoroethylene
Secara akut dapat mengiritasi mata, hidung, tenggorokan, serta dapat
menyebabkan gangguan pernafasan (POM,2012)
2.4 Konsep Minimasi Penggunaan Plastik dengan Prinsip 3R (Reduse, Reuse dan Recycle)
Pengelolaan sampah di Indonesia masih menggunakan paradigma lama,
yaitu kumpul-angkut-buang. Source reduction (reduksi mulai dari sumbernya)
atau pemilahan sampah dengan baik tidak pernah berjalan dengan baik. Meskipun
telah ada usaha-usaha yang dilakukan seperti pengomposan ulang dan daur ulang,
akan tetapi hal itu masih terbatas dan tidak sustainable (Damanhuri,2007).
Konsep 3R adalah sebuah pendekatan dalam upaya mengurangi sampah
mulai dari sumbernya sampai di akhir pemusnahannya. Menurut Undang –
Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah prioritas utama
yang harus dilakukan semua pihak adalah mengurangi sampah semaksimal
pengolahan (treatment) maupun pengurungan (landfilling). Pengurangan
sampah melalui 3R yaitu:
a. Pembatasan (reduce) : mengupayakan limbah yang dihasilkan bisa sesedikit
mungkin.
b. Guna-ulang (reuse) : bila limbah pada akhirnya terbentuk, maka usahakan
limbah dapat dimanfaatkan secara langsung.
c. Daur-ulang (recycle) : residu atau limbah yang tersisa atau yang tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung, kemudian diproses agar dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku ataupun sumber enersi.
2.4.1 Mengurangi (Reduce)
Reduce adalah upaya pembatasan adanya sampah sebelum barang yang digunakan menjadi sampah. Salah satu contoh pengurangan botol plastik dari
air minum dalam kemasan adalah dengan membawa botol air minum sendiri.
Sehingga penggunaan plastik untuk pembuatan air minum dalam kemasan bisa
dikurangi. Bagi produsen langkah yang dapat dilakukan adalah menerima
pengembalian produk bekas pengemas, menggunakan bahan baku atau
menghasilkan produk yang berasal dari hasil daur-ulang serta mengupayakan
penggunaan dan pengembangan teknologi daur-ulang (Damanhuri,2016)
Setiap orang dapat mengupayakan pengurangan sampah dengan cara
merubah pola hidup konsumtif. Perubahan gaya hidup yang dahulunya sering
kali menghasilkan banyak sampah menjadi mengurangi dan sedikit sampah.
Sehingga volume sampah dapat dikurangi sebelum ke tempat pembuangan
2.4.2 Guna Ulang ( Reuse )
Reuse adalah upaya yang dilakukan bila limbah atau sampah tersebut dapat dimanfaatkan kembali tanpa mengalami proses atau transformasi baru,
misalnya botol minuman kembali menjadi botol minuman. Botol minuman
dipakai ber-ulang dari produsen minuman ke konsumen setelah melalui proses
pencucian dan pengisian minuman. Langkah ini dapat menghemat energi dan
juga biaya yang dikeluarkan sedikit (Damanhuri,2010).
Upaya penggunaan kembali yang dapat dilakukan sehari-hari adalah
dengan membawa botol air minum sendiri. Hal ini dapat mengurangi sampah
botol plastik yang dihasilkan apabila kita membeli AMDK. Upaya membawa
botol air minum juga lebih aman bagi kesehatan dan lingkungan.
2.5 Perilaku
Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2012) perilaku merupakan
resopons atau reaksi seseorang terhadap stimulus yang diberikan (rangsangan
dari luar). Perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
lalu organisme tersebut merespons. Teori Skinner disebut teori ―S-O-R‖ atau Stimulus Organisme Respons. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, yang dapat diamati secara langsung ataupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar.
2.5.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan memiliki enam tingkatan yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu dapat diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali
(recall) sesuatu yang telah diterima. Pada tingkat ini , merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur orang tahu apa
yang dipelajari adalah dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya. Misalnya, dapat menyebutkan tanda-tanda
kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
2. Memahami (comprehension)
Dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan dengan benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintrerpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah memahami objek atau materi harus bisa
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Contohnya bisa menjelaskan
mengapa harus makan-makanan yang bergizi.
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Contohnya bisa
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan (problem solving cycle) di
dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (analysis)
Analisis merupakan kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,
dan masih ada kaitan satu sama lain. Kemampuan analisis bisa di lihat dari
penggunaan kata kerja, misalnya dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan lainnya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis merujuk pada suatu kemampuan meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Contohnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, bisa
menyesuaikan, dan sebagainya.
6. Evaluasi (evaluation)
Hal ini berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasar
pada suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada. Contohnya, bisa membandingkan antara anak yang
cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi.
Pengukuran pengetahuan bisa dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang hendak diukur dari subjek penelitian
atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau kita ukur
2.5.2 Sikap
Sikap adalah reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap objek atau stimulus. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu, dalam kehidupan sehari-hari
adalah reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut
Newcomb, seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap adalah
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, melainkan predisposisi
tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan reaksi tertutup, bukan reaksi terbuka.
Sikap adalah kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu
sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo,2012).
Allport dalam Notoatmodjo (2012), mengatakan bahwa sikap
mempunyai tiga komponen pokok yaitu:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi yang dilakukan kepada suatu objek
3. Kecendrungan untuk bertindak
Komponen ini membentuk sikap yang utuh (total attitude). Peranan
penting dalam penentuan sikap adalah pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan
emosi. Contohnya, seorang ibu mendengar tentang penyakit polio
(penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan akan
membuat ibu berpikir dan berusaha agar anaknya tidak terkena polio. Saat ibu
berpikir komponen emosi dan keyakinan turut bekerja sehingga ibu berniat
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:
1. Menerima (receiving)
Menerima adalah saat subjek mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan objek. Sebagai contoh, sikap orang terhadap gizi bisa dilihat dari
kesediaan dan perhatian orang tersebut terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.
2. Merespons (responding)
Apabila ditanya memberikan jawaban, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang telah diberikan adalah indikasi dari sikap. Dengan
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang telah diberikan, terlepas
dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah orang tersebut menerima ide yang
disampaikan.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah indikasi sikap tingkat tiga. Contohnya, seorang ibu yang mengajak ibu
yang lain untuk menimbang anaknya ke posyandu atau berdiskusi tentang gizi,
adalah bukti si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas pilihan yang telah diambil dengan segala resiko
adalah sikap yang paling tinggi. Contohnya, seorang ibu mau menjadi akseptor
KB, walaupun mendapat tentangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.
Untuk mengukur sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dengan cara menanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan
2.5.3 Tindakan
Tindakan adalah saat seorang mengetahui stimulus atau objek,
kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui,
selanjutnya ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang telah
diketahui atau disikapinya. Untuk mewujudkan suatu tindakan diperlukan
adanya fasilitas dan juga faktor dukungan dari pihak lain. Tindakan mempunyai
beberapa tingkatan, yaitu:
1. Respons terpimpin (guided response)
Melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh
adalah indikator tindakan tingkat pertama. Sebagai contoh, seorang ibu bisa
memasak sayur dengan benar, mulai dari mencuci hingga terhidang di meja
makan.
2. Mekanisme (mecanism)
Bila seseorang telah dapat melakukan dengan benar secara otomatis, itu
sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah berada pada tindakan tingkat
kedua. Contohnya, seorang ibu yang mengimunisasikan bayinya pada
umur-umur tertentu, tanpa menunggu ajakan orang lain.
3. Adopsi (adoption)
Merupakan praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Maksudnya adalah, tindakan sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
dari tindakan itu. Misalnya, ibu bisa memilih dan memasak makanan yang
bergizi dengan memakai bahan-bahan yang murah dan sederhana
2.6 Kerangka Konsep Karakteristik responden Jenis kelamin Jumlah uang saku Status tempat tinggal Suku Pengetahuan tentang “Reduce Reuse”
Sikap tentang “Reduce Reuse”
Tindakan ―Mahasiswa dalam menggunakan botol air minum sebagai pengganti air minum dalam kemasan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross
sectional yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Mahasiswa Tentang Prinsip Reduce Dan Reuse Dalam
Menggunakan Botol Air Minum Sebagai Pengganti Air Minum Dalam
Kemasan Di Universitas Sumatera Utara Tahun 2017.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Universitas Sumatera Utara
3.2.1 Waktu penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari – Juli 2017.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh Mahasiswa di
Universitas Sumatera Utara.
3.3.2 Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 200 sampel. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah bersifat cluster sampling,
dimana sepuluh fakultas dalam Universitas Sumatera Utara yaitu Fakultas
Fakultas Pertanian, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Dan Fakultas Keperawatan dipilih
untuk dijadikan sampel dalam penelitian yang berjudul Pengetahuan Sikap
Dan Tindakan Mahasiswa Tentang Prinsip Reduce Dan Reuse Dalam
Menggunakan Botol Air Minum Sebagai Pengganti Air Minum Dalam
Kemasan Di Universitas Sumatera Utara Tahun 2017.
Sampel pada tiap-tiap cluster diambil secara accidental , yaitu setiap
mahasiswa yang ditemui oleh peneliti di kawasan fakultas yang terpilih di
Universitas Sumatera Utara, yang bersedia menjadi responden itulah yang
menjadi sampel dalam penelitian ini.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada mahasiswa
Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner
yang telah dipersiapkan sebelumnya.
3.5 Defenisi Operasional
Untuk memberikan arahan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan
makna atau defenisi operasional, sebagai berikut:
1. Karakteristik responden adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
mahasiswa Universitas Sumatera Utara Tentang Penggunaan Botol Air Minum
Sebagai Pengganti Air Minum Dalam Kemasan.
a. Jenis kelamin adalah kategori mahasiswa Universitas Sumatera Utara
yang didasarkan pada :
2. Perempuan
b. Jumlah uang saku adalah besaran kuantitatif untuk pengeluaran
sehari-hari mahasiswa Universitas Sumatera Utara sebagai responden. Jumlah
uang saku dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu:
1. < Rp 500.000
2. Rp 500.000 – Rp 1.000.000
3. >Rp 1.000.000
c. Status tempat tinggal adalah kategori mahasiswa Universitas Sumatera
Utara yang didasarkan pada dua kategori, yaitu:
1. Kos
2. Rumah
d. Suku adalah sesuatu yang menjadi karakteristik individu berdasarkan
etnis. Suku dibedakan menjadi lima kategori yaitu:
1. Batak
2. Jawa
3. Minang
4. Tionghoa
5. Nias
2. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui atau yang dipelajari mahasiswa
Universitas Sumatera Utara tentang prinsip Reduce dan Reuse Dalam
Menggunakan Botol Air Minum Sebagai Pengganti Air Minum Dalam
3. Sikap adalah pendapat atau pandangan mahasiswa Universitas Sumatera Utara
tentang prinsip Reduce dan Reuse Dalam Menggunakan Botol Air Minum
Sebagai Pengganti Air Minum Dalam Kemasan.
4. Tindakan adalah perbuatan yang dilakukan mahasiswa Universitas Sumatera
Utara tentang prinsip Reduce dan Reuse Dalam Menggunakan Botol Air
Minum Sebagai Pengganti Air Minum Dalam Kemasan.
3.6 Instrumen dan Aspek Pengukuran 3.6.1 Instrumen
Alat untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang telah dipersiapkan
sebelumnya oleh Peneliti.
3.6.2 Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban
responden terhadap pertanyaan dan kuesioner yang disesuaikan dengan skor. Nilai
yang tertinggi dikumpulkan dikategorikan menjadi tiga tingkat (Arikunto, 2006)
yaitu:
1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai > 75% dari seluruh skor yang
ada.
2. Nilai sedang, apabila responden mendapat nilai 45% – 75 % dari seluruh skor
yang ada.
3. Nilai kurang, apabila responden mendapat nilai < 45% dari seluruh skor yang
ada.
Dalam hal ini pengukuran pada pengetahuan, sikap, dan tindakan dapat
1. Pengetahuan
Pengetahuan diukur melalui pertanyaan dengan jumlah 15
pertanyaan. Skala pengukuran dilakukan dengan skala Thurstone.
Pengetahuan berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden
terhadap semua pertanyaan yang diberikan dengan jawaban benar
mendapat nilai = 1 dan jawaban salah mendapat nilai = 0. Dari seluruh
pertanyaan didapatkan total nilai sebesar 15. Berdasarkan Arikunto (2006),
aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah yang ada dapat
diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu:
a. Tingkat pengetahuan baik, apabila responden mendapat nilai > 75% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 15 yaitu >12.
b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila responden mendapat nilai 45% – 75 %
dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 15 yaitu 7-12.
c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila responden mendapat nilai < 45% dari
nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 15 yaitu <7.
2. Sikap
Sikap dapat diukur dengan 10 pertanyaan yang menggunakan skala
Guttman. Responden yang menjawab ―setuju‖ diberi skor 1 dan ―tidak setuju‖ diberi skor 0 pada pertanyaan positif nomor 2,4,7,8,10 sedangkan pada pertanyaan negatif nomor 1,3,5,6,9 apabila menjawab ―setuju‖ diberi skor 0 dan ―tidak setuju‖ diberi skor 1. Sehingga total skor tertinggi yang dapat dicapai oleh responden adalah 10.
Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 2
kategori:
a. Sikap mendukung, apabila responden mendapat nilai >50% dari nilai tertinggi
seluruh pertanyaan dengan total nilai 10 yaitu >5.
b. Sikap tidak mendukung, apabila responden mendapat nilai , <50% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 10 yaitu <5.
3. Tindakan
Tindakan dapat diukur dengan 7 pertanyaan dimana jawaban
tertinggi mendapat nilai = 3, dan jawaban terendah mendapat nilai = 1.
Total skor tertinggi = 21 dan skor terendah = 3. Berdasarkan jumlah nilai
yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori :
a. Tindakan baik, apabila responden mendapat nilai >75% dari nilai tertinggi
seluruh pertanyaan dengan total nilai 21 yaitu >15.
b. Tindakan sedang, apabila responden mendapat nilai 45-75% dari nilai tertinggi
seluruh pertanyaan dengan total nilai 21 yaitu 9-15.
c. Tindakan kurang, apabila responden mendapat nilai <45% dari nilai tertinggi
seluruh pertanyaan dengan total nilai 21 yaitu <9.
3.7 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dengan bantuan
komputer dalam pengolahan data yang pelaksanaannya dilakukan dengan