• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA TENTANG PRINSIP REDUCE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA TENTANG PRINSIP REDUCE"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA TENTANG PRINSIP REDUCE DAN REUSE DALAM MENGGUNAKAN BOTOL

AIR MINUM SEBAGAI PENGGANTI AIR MINUM DALAM KEMASAN DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN 2017

SKRIPSI

Oleh :

MERY CHRISTIYANI NIM. 131000627

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(2)

PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA TENTANG PRINSIP REDUCE DAN REUSE DALAM MENGGUNAKAN BOTOL

AIR MINUM SEBAGAI PENGGANTI AIR MINUM DALAM KEMASAN DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

MERY CHRISTIYANI NIM. 131000627

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

―Pengetahuan Sikap dan Tindakan Mahasiswa Tentang Prinsip Reduce dan Reuse dalam Menggunakan Botol Air Minum Sebagai Pengganti Air Minum Dalam Kemasan di Universitas Sumatera Utara Tahun 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas

pernyataan ini saya siap menanggung risiko atau sanksi pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap karya

saya ini.

Medan, Oktober 2017

(4)
(5)

ABSTRAK

Air minum dalam kemasan merupakan produk yang sering dikonsumsi sehari-hari. Konsumsi air minum dalam kemasan secara terus-menerus akan berdampak terhadap pencemaran lingkungan, karena kemasan plastik membutuhkan waktu yang lama untuk terdegradasi secara sempurna. Material botol kemasan bisa terurai bila terkena panas dan akan mencemari sehingga tidak aman bagi kesehatan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan pengetahuan sikap dan tindakan mahasiswa tentang prinsip reduce dan reuse dalam menggunakan botol air minum sebagai pengganti air minum dalam kemasan di universitas sumatera utara tahun 2017.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional dan

menggunakan data primer yang diperoleh dari responden yaitu mahasiswa yang menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara dengan instrument kuesioner. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 200 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa pengetahuan mahasiswa tentang prinsip reduce dan reuse dalam menggunakan botol air minum sebagai pengganti air minum dalam kemasan yang berkategori baik berjumlah 101 mahasiswa (50,5%). Sikap mahasiswa yang mendukung berjumlah 116 mahasiswa (58,0%). Tindakan mahasiswa yang berkategori baik hanya ada 24 mahasiswa (12,0%).

Berdasarkan hasil penelitian, sebaiknya pihak Universitas Sumatera Utara menambahkan media berisi informasi tentang dampak negatif kemasan plastik, misalnya dalam bentuk poster di kantin-kantin yang berada di lingkungan kampus. Selain itu, diharapkan agar Universitas Sumatera Utara dapat menghimbau mahasiswa untuk membawa botol air minum sehingga produksi plastik AMDK dapat diminimalisir.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Air Minum Dalam Kemasan, Mahasiswa

(6)

ABSTRACT

Packaged drinking water is a product that is often consumed daily. Continuously consumed of packaged drinking water will effect on environmental pollution, since plastic package takes a long time to degrade completely. Packaged bottle material can decompose when exposed to heat and will contaminate water so it is not safe for health.

The purpose of this research is to describe the knowledge, attitude, and behavior of students about the principle of reduce and reuse in using drinking water bottle as a substitute for packaged drinking water at the university of north sumatera in 2017.

This research is descriptive with cross sectional design and using primary data obtained from respondents which are students studying at North Sumatera University using questionnaire. The number of sample in this study is 200 people.

The results of this research show that the students' knowledge about the reduce and reuse principles in using drinking water bottle as a substitute for packaged drinking water in good category are 101 students (50.5%). Student attitude supporting the use of drinking water bottle are 116 students (58.0%). Student behavior in good category are only 24 students (12.0%).

Based on the results it is expected that, North Sumatera University adds media containing information about the negative effect of packaged drinking water, for example poster form at canteens located in campus environment. In addition, it is expected that the North Sumatra University encourages students to bring standard bottle for drinking water rather than plastic bottle.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas

kasih, bimbingan dan penyertaan-Nya, skripsi dengan judul ” Pengetahuan

Sikap dan Tindakan Mahasiswa tentang Prinsip Reduce dan Reuse dalam Menggunakan Botol Air Minum sebagai Pengganti Air Minum Dalam Kemasan di Universitas Sumatera Utara Tahun 2017” dapat diselesaikan dengan baik.

Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr.dr Taufik Ashar, M.K.M. selaku Kepala Departemen Kesehatan

Lingkungan dan Dosen Penguji II dalam penulisan skripsi ini.

4. Ir. Indra Chahaya S,Msi. selaku Dosen Pembimbing I dalam penulisan skripsi

ini.

5. dr.Surya Dharma,MPH. selaku Dosen Pembimbing II dalam penulisan skripsi

(8)

6. Dra. Nurmaini, M.K.M, Ph.D. selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan

banyak masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen serta Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

8. Seluruh anggota cleaning service di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

9. Teristimewa untuk keluarga, Ayah M. Lumban Gaol, Amd dan Ibu N.

Hutagaol, S.Pd yang senantiasa memberikan doa dan dukungan serta

senantiasa memberikan semangat kepada penulis selama menjalani masa

perkuliahan.

10. Untuk adik-adikku (Salomo, Tia Ningsih, Oktafiana) terima kasih atas doa,

kasih sayang, perhatian, motivasi serta dukungan dalam bentuk apapun

kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini

11. Para sahabat ISJ (Juniman, Elvina, Sanny, Rika, Dina). Teman biasa (Ratna,

Meilita, Lisandy). Teman seperjuangan semasa kuliah (Nelvitriana Sitepu)

Adik terkasih (Putri Dwi Sormin, Raja Aldon). Kelompok kecil Thea Trixie

(Kak Shinta, Margaretha, Deby, Juniarta, Siska, Rani) terima kasih atas

dukungan, bantuan, motivasi, semangat dalam penyelesaian skripsi dan

kebersamaannya selama ini.

12. Keluarga Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia

(ISMKMI) , keluarga sebenang biru civitas GMKI FKM USU, kelompok

(9)

sebutkan satu persatu yang selalu memberikan semangat dan bantuan kepada

penulis.

Masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena

itu diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan serta

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para

pembaca. Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkati dan memberikan

perlindungan kepada kita semua. Amin.

Medan, Oktober 2017

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii ABSTRAK ... iv ABSRACT ... v KATA PENGANTAR ... vi DAFTAR ISI ... ix DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.3.1 Tujuan Umum ... 5 1.3.2 Tujuan Khusus ... 6 1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Lingkungan ... 8

2.1.1 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan ... 8

2.2 Sampah ... 9

2.2.1 Sampah dan Kesehatan ... 10

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sampah... 11

2.3 Plastik ... 11

2.3.1 Jenis Dan Sifat Plastik ... 13

2.3.2 Bahaya Kemasan Plastik ... 19

2.4 Konsep Minimasi Penggunaan Plastik Dengan Prinsip 3R (Reduce Reuse Recycle) ... 25

2.4.1 Mengurangi (Reduce)... 26

2.4.2 Guna Ulang (Reuse) ... 27

2.5 Perilaku ... 27

2.5.1 Pengetahuan ... 27

2.5.2 Sikap ... 30

2.5.3 Tindakan ... 32

2.6 Kerangka Konsep ... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 34

3.2.2 Waktu Penelitian ... 34

3.3 Populasi dan Sampel ... 34

(11)

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.5 Definisi Operasional... 35

3.6 Instrumen dan Aspek Pengukuran ... 36

3.6.1 Instrumen... 36

3.6.2 Aspek Pengukuran ... 36

3.7 Teknik Pengolahan Data ... 38

3.8 Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42

4.2 Karakteristik Responden ... 45 4.3 Pengetahuan Responden ... 46 4.4 Sikap Responden ... 48 4.5 Tindakan Responden ... 49 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ... 53 5.2 Pengetahuan Responden ... 54 5.3 Sikap Responden ... 55 5.4 Tindakan Responden ... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 60

6.2 Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden Di Universitas Sumatera Utara Tahun 2017 ... 45 Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan di Universitas Sumatera

Utara Tahun 2017 ... 46 Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Sikap Responden di Universitas

Sumatera Utara Tahun 2017... 48 Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Tindakan di Universitas Sumatera

Utara Tahun 2017 ... 49 Tabel 4.10 Distribusi Kategori Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Di

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 65

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 70

Lampiran 3 Surat Pernyataan Telah Melaksanakan Penelitian ... 71

Lampiran 4 Dokumentasi Wawancara... 72

Lampiran 5 Master Data ... 73

(15)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mery Christiyani

Tempat Lahir : Kuala Tungkal Tanggal Lahir : 04 Maret 1996

Suku Bangsa : Batak

Agama : Kristen

Nama Ayah : M. Lumban Gaol

Suku Bangsa Ayah : Batak

Nama Ibu : N. Hutagaol

Suku Bangsa Ibu : Batak

Pendidikan Formal

1. Tahun 2001 - 2007 : SD Negeri No. 52 Pematang Pauh 2. Tahun 2007 - 2010 : SMP Negeri 1 Tungkal Ulu

3. Tahun 2010 – 2013 : SMA Negeri Titian Teras H.A.Sayoeti 4. Tahun 2013 – 2017 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Plastik adalah salah satu bahan yang sering kita jumpai dalam kehidupan

sehari-hari. Mulai dari peralatan makan, peralatan minum, TV, pipa paralon,

pembungkus makanan maupun pembungkus minuman. Penggunaan plastik yang

tidak sesuai persyaratan dan juga berlebihan dapat menimbulkan berbagai

gangguan kesehatan dan juga mencemari lingkungan (Karuniastuti, 2013).

Bahan plastik disukai karena memiliki banyak kelebihan, diantaranya

lebih ringan dan kuat, mudah dibentuk dan mudah diwarnai. Seiring dengan

peningkatan penggunaan plastik, semakin banyak pula produksi sampah plastik

yang dihasilkan dari tahun ke tahun. Salah satu produk yang memakai plastik

sebagai bahan dasarnya adalah air minum dalam kemasan. Penggunaan bahan

plastik pada botol air minum kemasan hanya sekali pakai, sementara

penguraiannya membutuhkan waktu ratusan tahun. Air minum dalam kemasan

setelah dikonsumsi, sampahnya cenderung dibuang sembarangan. Sampahnya

dapat mencemari lingkungan seperti selokan,sungai, dan laut (Syamsiro,2013).

Lingkungan hidup adalah salah satu faktor utama dalam kelangsungan

hidup manusia. Pengelolaan lingkungan hidup yang baik adalah salah satu cara

manusia untuk berinteraksi dengan lingkungan untuk mempertahankan kehidupan

dan mencapai kesejahteraannya. Namun yang sering terjadi, manusia tidak

mampu memperhatikan atau mempertahankan kondisi lingkungan dengan baik

(17)

Lingkungan mengandung sumber daya alam yang dibutuhkan semua

organisme termasuk manusia, baik untuk kebutuhan dasar maupun diatas

kebutuhan dasar (industrialisasi). Secara alamiah lingkungan dapat lingkungan

mempunyai mekanisme membersihkan dirinya dengan terjadinya berbagai siklus

di alam. Modernisasi yang didukung oleh industrialisasi memberikan beban yang

cukup berat terhadap lingkungan, seperti pengotoran lingkungan oleh sampah

plastik (Slamet,2000).

Kuantitas dan kualitas sampah dipengaruhi oleh kegiatan dan taraf hidup

masyarakat. Salah satu faktornya adalah jumlah penduduk. Semakin banyak

penduduk maka sampah yang dihasilkan akan semakin banyak. Kemudian faktor

sosial ekonomi. Semakin tinggi pendapatan masyarakat, semakin banyak jumlah

per kapita sampah yang dibuang. Faktor kemajuan teknologi juga akan menambah

jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin

beragam (Slamet,2009)

Menurut Indonesia Solid Waste Association (2014), Indonesia

memproduksi sampah sekitar 5,4 juta ton per tahun.Sementara berdasarkan data

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) sekitar 13% dari sampah

di Jakarta 6000 ton perhari adalah sampah plastik. Sekitar 50 miliar botol plastik

digunakan setiap tahun diseluruh dunia. Selain itu, 17 juta barel minyak

digunakan untuk memproduksi botol-botol setiap tahun. Bahan bakar sebanyak itu

dapat digunakan sebagai bahan bakar satu juta mobil sepanjang tahun.

Menurut Wung dalam Amri (2014), peningkatan produksi air minum

(18)

kemasan. Kampanye anti botol air hampir tidak ada dibandingkan dengan

Amerika Serikat dan Eropa yang sangat menentang kemasan air plastik.

Botol air minum kemasan tak jarang digunakan kembali oleh orang untuk

diisi dengan air minum isi ulang. Botol air minum kemasan setidaknya maksimal

digunakan hanya dua kali, tidak lebih. Hal itu disebabkan oleh material botol

kemasan yang akan terurai bila terkena panas seperti dari cahaya matahari.

Dampaknya air yang ada didalam akan tercemar dan tidak aman bagi kesehatan

(Surono,2014).

Hal lain yang bisa ditimbulkan dari botol plastik ini adalah sampah. Jika

setiap kali kita keluar rumah lalu kehausan dan membeli air mineral, maka

sampah botol plastik akan semakin banyak. Apabila kita buang sampah di tempat

sampah di kota mungkin akan diambil oleh pihak dinas kebersihan atau pemulung

lalu akan didaur ulang, akan tetapi bagaimana saat sedang jalan-jalan seperti ke

desa atau ke gunung. Banyak dari masyarakat yang masih apatis dengan

membuang sampah sembarangan termasuk membuang botol air mineral. Lalu

botol tersebut dibuang begitu saja atau terkubur dalam tanah. Botol plastik ini

butuh berpuluh tahun untuk terdekomposisi secara alami.

Mengubur sampah botol bukanlah solusi. Selain susah terdekomposisi,

beberapa jenis plastik justru akan mencemari tanah dan air apabila

terdekomposisi. Ada juga yang membakar botol plastik karena dirasa langkah ini

cukup praktis, namun membakar plastik adalah hal yang sangat berbahaya. Asap

pembakaran plastik bersifat karsinogenik dan beberapa jenis plastik akan

(19)

Menurut Surono (2014), beberapa jenis plastik yang relatif aman

digunakan sebagai kemasan pangan adalah PP, HDPE, LDPE, dan PET.

Keamanan kemasan dapat dikenali dari logo atau tulisan yang tertera, misalnya ,

tulisan ‗aman untuk makanan‘ atau for food use / food grade. Logo atau tulisan atau kode plastik tersebut biasanya dicetak timbul pada kemasan plastik. Secara

umum sebaiknya kemasan plastik tidak digunakan untuk pangan yang bersifat

asam, mengandung lemak atau minyak, terutama dalam keadaan panas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Setyowati (2013), di Dusun

Kedesen, Desa Kradenan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang tentang

Pengetahuan Dan Perilaku Ibu Rumah Tangga Dalam Pengelolaan Sampah

Plastik, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara

tingkat pengetahuan ibu rumah tangga dengan perilaku mengelola sampah plastik.

Menurut penelitian Fadli (2012), menunjukkan bahwa sebagian besar

mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara memiliki

pengetahuan yang baik terhadap plastik, namun tindakan untuk mengurangi

penggunaan plastik masih kurang baik. Banyak dari mahasiswa yang masih

memilih plastik sebagai kemasan makanan.

Pada survey awal yang dilakukan penulis, ditemukan bahwa kesadaran

mahasiswa di Universitas Sumatera Utara dalam menggunakan botol air

minum masih kurang. Terbukti dengan masih banyaknya mahasiswa membeli

air minum dalam kemasan yang banyak dijual di kantin ataupun sekitaran

kampus, yang mengakibatkan semakin banyaknya jumlah sampah botol plastik

(20)

ada juga sampah botol plastik yang dibuang tidak pada tempatnya sehingga

merusak estetika. Kurangnya kesadaran mahasiswa akan pentingnya

mengurangi penggunaan kemasan plastik turut menyumbang semakin besarnya

produksi plastik, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Tingkat pengetahuan setiap mahasiswa Universitas Sumatera Utara tentunya

berbeda-beda mengenai dampak penggunaan air minum dalam kemasan. Hal

itu akan mempengaruhi sikap dan tindakan dari mahasiswa dalam hal

penggunaan botol air minum sebagai pengganti air minum dalam kemasan.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang

Pengetahuan Sikap dan Tindakan Mahasiswa Tentang Prinsip Reduce dan

Reuse Dalam Menggunakan Botol Air Minum Sebagai Pengganti Air Minum Dalam Kemasan di Universitas Sumatera Utara Tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan diteliti

adalah untuk mengetahui Pengetahuan Sikap dan Tindakan Mahasiswa Tentang

Prinsip Reduce dan Reuse Dalam Menggunakan Botol Air Minum Sebagai

Pengganti Air Minum Dalam Kemasan di Universitas Sumatera Utara Tahun

2017

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Pengetahuan Sikap dan Tindakan Mahasiswa Tentang

(21)

Pengganti Air Minum Dalam Kemasan Di Universitas Sumatera Utara Tahun

2017

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik (jenis kelamin, jumlah uang saku,status tempat

tinggal, suku) mahasiswa di Universitas Sumatera Utara Tahun 2017.

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden mengenai prinsip reduce dan

reuse dalam menggunakan botol air minum sebagai pengganti air minum dalam kemasan di Universitas Sumatera Utara Tahun 2017.

3. Untuk mengetahui sikap mahasiswa tentang prinsip reduce dan reuse dalam

menggunakan botol air minum sebagai pengganti air minum dalam kemasan di

Universitas Sumatera Utara Tahun 2017.

4. Untuk mengetahui tindakan mahasiswa tentang prinsip reduce dan reuse dalam

menggunakan botol air minum sebagai pengganti air minum dalam kemasan di

Universitas Sumatera Utara Tahun 2017.

1. 4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi tentang gambaran karakteristik mahasiswa dalam

menggunakan botol air minum sebagai pengganti air minum dalam kemasan di

Universitas Sumatera Utara Tahun 2017.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang akan melanjutkan penelitian ini

(22)

3. Sebagai wujud penerapan dan pengembangan ilmu yang diperoleh penulis

selama mendapat pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Lingkungan

Kesehatan Lingkungan berkembang luas dari pengertian sanitasi

lingkungan seperti yang diistilahkan oleh Winslow yaitu sanitation of

environment dalam definisi Kesehatan Masyarakat (Public Health). Menurut Azwar dalam Sarudji (2010), Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu dan

keterampilan untuk mengendalikan semua faktor lingkungan fisik di sekitar

manusia yang diperkirakan akan menimbulkan gangguan atau akan menimbulkan

kerugian pada perkembangan fisik manusia, kesehatan ataupun kelangsungan

hidup manusia.

Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang

berhubungan dengan berbagai bentuk kehidupan, substansi, kekuatan, dan kondisi

di sekitar manusia yang dapat memengaruhi aspek kesehatan dan kesejahteraan

manusia (Sarudji,2010).

2.1.1 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang no 36 tahun 2009

hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:

a. Limbah cair

b. Limbah padat

c. Limbah gas

(24)

e. Binatang pembawa penyakit f. Zat kimia yang berbahaya

g. Kebisingan yang melebihi ambang batas

h. Radiasi sinar pengion dan non pengion

i. Air yang tercemar

j. Udara yang tercemar

k. Makanan yang terkontaminasi

2. 2Sampah

Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2008

tentang pengelolaan sampah, yang dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan

sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah dapat

diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat biologis dan kimianya, sebagai berikut:

1. Sampah yang membusuk, seperti sisa makanan,daun, sampah kebun, pertanian,

dan lainnya

2. Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam, dan

lainnya.

3. Sampah yang berupa debu/abu

4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah dari

industri yang mengandung zat-zat kimia

Sampah yang dapat membusuk dalam bahasa Inggris disebut garbage,

yaitu sampah yang bisa membusuk karena aktivitas mikroorganisme. Proses

pembusukan sampah ini menghasilkan gas metan dan gas H2S yang bersifat

(25)

lingkungan, sampah ini dapat dijadikan pupuk karena bisa terurai dengan

sempurna.

Sampah yang tidak membusuk disebut juga refuse. Terdiri dari

kertas-kertas, plastik, logam, gelas, karet, dan lainnya yang sukar untuk membusuk.

Sampah ini dapat didaur ulang dan dimanfaatkan kembali. Sampah yang

berbentuk abu merupakan hasil dari pembakaran. Sampah ini dapat dimanfaatkan

untuk mendatarkan tanah atau penimbunan. Sampah yang berbahaya adalah

sampah yang karena sifat kimiawi,fisika dan mikrobiologinya dapat menyebabkan

penyakit yang tidak reversibel ataupun berpotensi menimbulkan penyakit

(Slamet,2009).

2.2.1 Sampah dan Kesehatan

Sampah yang mudah membusuk (garbage) adalah sumber makanan lalat

dan tikus yang merupakan vektor penyakit. Lalat sangat peka terhadap rangsangan

bau busuk ataupun amis. Sehingga lalat-lalat ini berdatangan dan mencari sumber

bau tersebut. Begitupula dengan tikus, dengan adanya sampah ini tikus

berkesempatan untuk mendapatkan makanan disana. Tikus dikenal sebagai

pembawa penyakit pes dan juga leptospirosis yang dikhawatirkan dapat ditularkan

kepada manusia saat tikus tersebut menjamah makanan manusia.

Sampah juga dapat menjadi sumber infeksi. Sampah tercampur dengan

kotoran manusia yang berasal dari penderita yang infeksius. Bisa juga melalui air

yang terkontaminasi sampah infeksius. Sampah yang terdapat pada selokan atau

badan air sepertii tanah dan air tanah didalamnya. Hasil penguraian dari sampah

(26)

yang menyebabkan tersumbatnya saluran. Pembuangan sampah yang tidak sesuai

persyaratan kesehatan masyarakat/lingkungan seperti model open dumping

berpotensi mencemar yang ada didalam sampah akan terbawa oleh lindi

(leachate) sampai akhirnya mencapai tanah (Sarudji,2010)

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sampah

Sampah sangat dipengaruhi oleh taraf hidup masyarakat. Beberapa

diantaranya adalah (Slamet,2009) :

1. Jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk maka akan semakin

banyak pula sampah yang dihasilkan. Pengelolaan sampah harus berpacu

dengan laju pertambahan penduduk.

2. Sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat maka

semakin banyak pula jumlah sampah yang dibuang. Kualitas sampah semakin

beragam dan semakin banyak yang tidak dapat terurai. Kenaikan kesejahteraan

ini berbanding lurus dengan dengan peningkatan pembangunan, jumlah

transportasi yang terus meningkat dengan konsekuensi bertambahnya volume

dan jenis sampah.

3. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menambah jumlah dan kualitas

sampah yang dihasilkan. Hal ini disebabkan pemakaian bahan baku yang

semakin beragam dan cara pengepakan yang beragam pula.

2.3 Plastik

Plastik terbagi atas dua yaitu alamiah dan sintetik. Plastik alamiah terbuat

dari bahan tanaman dan hewan, seperti damar dan berbagai getah yang diolah

(27)

hidup jika dibandingkan dengan plastik sintetik. Plastik sintetik terdiri dari fenol

formaldehid atau lebih dikenal dengan nama bakelit dan berbagai turunannya, polyester resin dengan segala modifikasinya. Diantara semua jenis ini yang terkenal adalah serat terylene dan dacron (bahan busana). Sementara dari jenis

vinyl, terutama polyvinyl klorida (PVC) yang lebih dikenal dengan sebagai pipa paralon.

Jenis polietilene juga merupakan plastik sintetik yang penting. Umumnya

diproduksi sebagai hasil sampingan batu bara (fenol) dan minyak bumi serta gas

alam (natural gas). Di Amerika Serikat dan Eropa, teknologi plastik mulai melejit

tahun 1940 dan sejak itu berkembang semakin pesat. Plastik memiliki keunggulan

yang dapat disesuaikan dengan keperluan sesuai dengan sarana teknologi dan ilmu

pengetahuan yang berkembang. Namun, sebagai bahan nonalamiah atau sintetik

pada umumnya plastik memiliki sifat tidak larut dalam air, bahkan kedap air, dan

tidak berkarat. Akibatnya plastik tidak mengalami daur ulang (recycle) secara

alamiah (Anies,2015).

Dalam kehidupan sehari-hari penggunaan plastik sangat populer

dikalangan masyarakat. Barang dari jenis plastik sangat mudah dijumpai dan

menjadi pilihan konsumen. Daya tarik plastik ini terletak pada penggunaannya

yang fleksibel, ringan, dan tampilannya yang memikat. Mulai dari wadah

makanan, botol minum, kantong plastik, dan peralatan makan. Kini banyak

konsumen yang menggunakan plastik sebagai pengemas makanan ataupun

(28)

tergantung dari bahan kimia penyusunnya, jenis makanan yang dibungkus (asam,

berlemak), lama kontak dan suhu makanan saat disimpan (Rahma, 2009).

Menurut data statistik persampahan domestik Indonesia oleh Indonesia

Solid Waste Association (2013) menyebutkan jenis sampah plastik yang dihasilkan adalah sebesar 5.4 juta ton per tahun atau 14 persen dari keseluruhan

produksi sampah. Berdasarkan data tersebut, plastik telah menggeser sampah jenis

kertas dengan jumlah produksi 3.6 juta ton per tahun atau 9 persen dari total

produksi sampah.

2.3.1 Jenis dan Sifat Plastik

Jenis – jenis plastik menurut Koswara dalam Sya‘diah (2014) adalah

sebagai berikut :

1. PET — Polyethylene Terephthalate

Biasanya, pada bagian bawah dari kemasan botol plastik, tertera logo daur

ulang dengan angka 1 di tengahnya dan tulisan PETE atau PET (polyethylene

terephthalate) di bawah segitiga. Pada dunia pertekstilan PET biasa disebut dengan polyester. Jenis PET ini biasa dipakai untuk botol plastik yang

jernih/transparan/tembus pandang seperti pada botol air mineral, botol jus, dan

hampir semua botol minuman lainnya. Tidak dipergunakan untuk air hangat

apalagi panas. Pada jenis ini, disarankan hanya untuk satu kali pemakaian dan

tidak digunakan untuk mewadahi pangan dengan suhu lebih besar dari 600 C,

sebab akan membuat lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan

(29)

Di dalam proses pembuatan PET, digunakan bahan yang disebut dengan

antimoni trioksida, yang dapat berbahaya bagi para pekerja yang berhubungan dengan pengolahan ataupun daur ulangnya, karena antimoni trioksida masuk ke

dalam tubuh melalui sistem pernafasan, yaitu akibat menghirup debu yang

mengandung senyawa tersebut. Terkontaminasi senyawa ini dalam periode

yang lama akan mengalami iritasi kulit dan saluran pernafasan.

2. HDPE — High Density Polyethylene

a. Pada umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur

ulang dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density

polyethylene) di bawah segitiga.

b. Sering dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, galon air minum,

dan lain-lain.

c. HDPE adalah salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena

kemampuannya untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik

berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya.

d. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras hingga semifleksibel,

buram dan lebih tahan terhadap bahan kimia dan kelembapan, melunak pada

suhu 750 Celcius.

3. V — Polyvinyl Chloride

Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di

tengahnya, serta tulisan V — V itu berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis

(30)

a. Plastik ini dapat ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol, sulit di daur ulang .

b. PVC mengandung DEHA yang bisa bereaksi dengan makanan yang bungkus dengan plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan langsung dengan

makanan tersebut karena DEHA lumer pada suhu 150 Celcius.

c. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dibungkus dengan

plastik ini memiliki potensi bahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.

d. Plastik jenis ini sebaiknya tidak dipakai untuk mewadahi pangan yang

mengandung lemak/minyak, alkohol dan dalam kondisi panas.

e. Dianjurkan mencari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak

mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari polietilena

atau bahan-bahan yang alami (sebagai contoh daun pisang ).

4. LDPE — Low Density Polyethylene

Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE

(low density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari

minyak bumi), biasa jenis ini dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan

botol-botol yang lembek.

a. Memiliki sifat mekanis kuat, fleksibel, kedap air tetapi tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Jenis ini dapat melunak pada suhu

700 C.

b. Barang berbahan LDPE ini sulit untuk dihancurkan, akan tetapi baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan

(31)

5. PP — Polypropylene

a. Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, dan tulisan PP

(polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terkhusus untuk

yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat

menyimpan makanan, botol minum dan botol minum untuk bayi.

b. Karakteristik jenis ini adalah botol transparan yang tidak jernih atau

berawan, keras tetapi fleksibel. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan

daya tembus uap rendah, tahan terhadap lemak, minyak, stabil terhadap suhu

tinggi dan cukup mengkilap. Melunak pada suhu 1500 derajat Celcius.

c. Dapat ditemukan dengan kode angka 5 pada barang berbahan plastik untuk

menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman.

6. PS — Polystyrene

a. Terdapat logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, dan tulisan PS

(polystyrene) ditemukan tahun 1839, oleh Eduard Simon, seorang apoteker

dari Jerman, secara tidak sengaja.

b. Terdapat dua jenis PS, yaitu yang kaku dan lunak/berbentuk foam.

c. PS yang kaku biasanya jernih seperti kaca, kaku, getas, mudah terpengaruh

lemak dan pelarut (seperti alkohol), mudah dibentuk, melunak pada suhu

950C. Sebagai contoh : wadah plastik bening berbentuk kotak untuk wadah

makanan.

d. PS yang lunak memiliki bentuk seperti busa, biasanya berwarna putih,

lunak, mudah terpengaruh lemak dan pelarut lain (seperti alkohol). Bahan

(32)

styrofoam. Biasanya digunakan sebagai wadah makanan atau minuman sekali pakai.

e. Kemasan styrofoam sebaiknya tidak digunakan dalam microwave.

f. Kemasan styrofoam yang rusak/berubah bentuk sebaiknya tidak digunakan

untuk mewadahi makanan berlemak/berminyak terutama dalam keadaan

panas.

g. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan

styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan.

h. Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap

kendaraan dan bahan konstruksi gedung.

i. Bahan jenis ini harus dihindari, sebab selain berbahaya bagi kesehatan otak,

dapat mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada

masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf, bahan ini juga sulit

didaur ulang. Apabila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses panjang

dan waktu yang lama.

j. Dapat dikenali dengan kode angka 6, tetapi bila tidak tertera kode angka

tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar

(cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan

mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga.

7. OTHER

a. Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan OTHER

Other (SAN/styrene acrylonitrile, ABS - acrylonitrile butadiene styrene, PC-

(33)

b. Bisa ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum

olahraga, alat-alat rumah tangga, peralatan makan bayi dan juga pada plastik

kemasan.

c. PC - Polycarbonate ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita (sippy

cup).

d. Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan

dan minuman yang berpotensi untuk merusak sistem hormon, kromosom

pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas.

e. Dianjurkan tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun minuman

karena Bisphenol-A bisa berpindah ke dalam minuman atau makanan jika

suhunya dinaikkan karena pemanasan. Untuk mensterilkan botol susu,

sebaiknya direndam saja dalam air mendidih dan tidak direbus atau

dipanaskan dengan microwave. Botol yang sudah retak sebaiknya tidak

digunakan lagi.

f. SAN dan ABS mempunyai resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan

suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan.

g. Terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, dan

penyaring kopi.

h. SAN dan ABS adalah salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk

digunakan.

Menurut Saptono dalam Sya‘diah (2014) plastik dilihat dari sifatnya terbagi atas dua yaitu:

(34)

Pada jenis plastik ini mengalami perubahan yang bersifat irreversible.

Pada suhu tinggi plastik termoset dapat berubah menjadi arang. Hal ini karena

struktur kimianya bersifat 3 dimensi dan cukup kompleks. Pemakaian termoset

pada industri pangan terutama dalam pembuatan tutup botol. Plastik tidak akan

kontak langsung dengan produk karena tutup selalu diberi lapisan perapat yang

juga memiliki fungsi sebagai pelindung.

Sebagai contoh poliviniliden klorida, akrilik yang sering digunakan

untuk botol-botol minuman, politetra fluoroetilen (PTFE) yang terkandung

pada peralatan dapur seperti Teflon dan Ediblefilm dari amilosa pati jagung

untuk kemasan permen dan sosis yang dapat dimakan.

2. Plastik Termoplastik

Sebagian besar polimer yang dipakai untuk mengemas atau kontak

dengan bahan makanan adalah dari jenis termoplastik. Plastik ini dapat berubah

menjadi lunak apabila dipanaskan dan dapat mengeras lagi setelah dingin. Hal

ini dapat terjadi berulang - ulang tanpa ada perubahan khusus. Termoplastik

termasuk turunan etilena (CH2 = CH2). Diberi nama plastik vynil karena

mengandung gugus vynil (CHz=CHz) atau polyolefin. Salah satu contohnya

adalah plastik kresek.

2.3.2 Bahaya Kemasan Plastik

Dalam memilih jenis kemasan, perlu diperhatikan faktor kemananan.

Penggunaan plastik sebagai pengemas pangan banyak dipergunakan karena

keunggulannya seperti bentuknya yang fleksibel sehingga mudah dibentuk

(35)

transparan atau tembus pandang, mudah diberi label, dapat dikreasikan dalam

beraneka warna, bisa diproduksi secara massal, harganya relatif lebih murah

dan terdapat berbagai jenis pilihan bahan dasar plastik. Dalam dua dasawarsa

terakhir, kemasan plastik mengungguli kemasan kaleng dan gelas dan

mendominasi industri makanan di Indonesia. Jumlah plastik yang digunakan

untuk mengemas, menyimpan dan membungkus makanan mencapai 53%

khusus untuk kemasan luwes, sedangkan untuk kemasan kaku mulai digunakan

untuk minuman.

Bahan kemasan plastik tersusun dari polimer-polimer, yaitu dari bahan

mentah berupa monomer, juga mengandung bahan aditif yang diperlukan untuk

memperbaiki sifat fisiko kimia plastik tersebut, dan disebut komponen non

plastik. Kemasan plastik memiliki kelebihan karena sifatnya yang kuat, ringan

inert, tidak berkarat, bersifat termoplastik (heat seal) serta dapat diberi warna.

Aspek negatif kemasan plastik adalah apabila monomer-monomer bermigrasi

kedalam bahan makanan yang dikemas, akan bersifat karsinogenik sehingga

makan yang dikonsumsi tidak memenuhi kaidah kemanan pangan atau food

safety.

Jenis plastik tertentu (misalnya PE,PP,PVC) tidak tahan terhadap panas,

berpotensi melepaskan migran berbahaya yang berasal dari sisa monomer dari

polimer sehingga ini merupakan kelemahan dalam pemilihan kemasan plastik

apabila tidak mempertimbangkan aspek keamanan pangan, dan plastik juga

(36)

Pada penjual makanan jajanan (street food), penggunaan kantung kresek

seringkali dengan tidak tepat, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dari

para penjual makanan jajanan bahwa bahan dasarnya berasal dari daur ulang

berbagai jenis plastik, sehingga penggunaannya untuk pembungkus makanan

dalam keadaan panas, seperti untuk bakso,bakmi,bubur,gorengan, akan

membantu migrasi bahan kimia plastik ke dalam makanan.

Penggunaan microwave, wadah plastik untuk memanaskan lauk, apabila

tidak memenuhi syarat food grade, maka monomer-monomer plastik akan ikut

bermigrasi dan bercampur dengan makanan dan memberikan efek

karsinogenik. Migrasi ini dipengaruhi oleh luas permukaan yang kontak dengan

makanan, kecepatan migrasi, jenis bahan plastik dan suhu serta lamanya

kontak. Semakin panas bahan makanan yang dikemas, semakin tinggi peluang

terjadinya migrasi zat-zat plastik kedalam makanan. Salah satu contoh dari zat

aditif adalah diotil ptalat (DOP). DOP menyimpan zat benzen suatu larutan

kimia yang sulit dicerna dalam saluran pencernaan manusia.

Benzen tidak bisa dikeluarkan melalui feses atau urin. Akibatnya zat ini semakin lama semakin menumpuk dan terbalut oleh lemak tubuh, memicu

munculnya penyakit kanker. Menurut hasil penelitian aditif platik dibutil ptalat

(DBP) dan DOP pada PVC termigrasi cukup banyak ke dalam minyak zaitun,

minyak jagung, minyak biji kapas dan minyak kedelai. DOP adalah zat aditif

populer yang digunakan dalam proses plastisasi. Konsumsi DOP pada industri

PVC mencapai 50-60% dari total produksi plasticizer. DOP memberikan

(37)

yang paling murah diantara sekitar 300 plasticizer yang dikembangkan, karena

prosesnya yang sederhana.

Selain plastik, styrofoam atau plastik busa juga banyak digunakan untuk

mengemas makanan terutama untuk makanan cepat saji. Kelebihan styrofoam

yaitu tahan lama, praktis dan mampu mencegah kebocoran, mampu

mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, serta

mempertahankan kesegaran.Hasil kajian Divisi Keamanan Pangan Jepang pada

Juli 2001 menyatakan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat

berbahaya, dapat menyebabkan endokrin disrupter (EDC), yaitu penyakit yang

terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi

manusia akibat bahan karsinogen dalam makanan. Hasil berbagai penelitian

yang telah dilakukan sejak tahun 1930-an, diketahui bahwa stiren, bahan dasar

styrofoam, bersifat mutagenik (mampu mengubah gen) dan potensial karsinogen yang sifatnya akumulatif sehingga dampaknya akan terasa setelah

waktu yang panjang. Semakin lama waktu pengemasan dengan styrofoam dan

semakin tinggi suhu, semakin besar pula migrasi bahan-bahan yang bersifat

toksik tersebut kedalam makanan.

Semakin tinggi suhu makanan, semakin banyak komponen yang

mengalami migrasi, masuk dan bercampur dengan makanan. Semakin lama

produk disimpan, batas maksimum komponen-komponen yang bermigrasi

semakin terlampaui, sehingga informasi batas ambang waktu kadaluwarsa bagi

produk yang dikemas plastik perlu diinformasikan secara jelas dan lengkap

(38)

(AMDK) berbahan baku polivinil khlorida dan kopolimer akrilonitril perlu

disimpan di tempat yang bebas dari panas matahari, untuk mencegah lepasnya

monomer-monomer plastik. Penjaja AMDK dijalanan menjajakannya dibawah

terik matahari yang mengakibatkan suhu semakin tinggi dan memperbesar

peluang terjadinya migrasi zat-zat berbahaya plastik kedalam bahan yang

dikemas. Demikian juga apabila menyimpan AMDK terlalu lama didalam

mobil pada siang hari yang terik sebaiknya tidak diminum lagi (Surono,2014).

Bahan kimia yang dapat bermigrasi dari kemasan plastik ke dalam

pangan dan berpotensi menimbulkan efek terhadap kesehatan antara lain

adalah:

1. Polyvinyl Chloride (PVC)

Dalam jangka panjang dapat menyebabkan kanker, cacat lahir,

perubahan genetik, bronkitis kronik, ulcer, penyakit kulit, tuli, gangguan

penglihatan, gangguan pencernaan dan disfungsi hati.

2. Phthalates

Merupakan bahan yang memberikan sifat lembut dan fleksibel pada

polimer PVC. Efek kesehatan jangka panjang yang ditimbulkan adalah

endocrine disruption, terkait dengan asma, efek terhadap perkembangan dan reproduktif. Limbah medis yang mengandung PVC dan phthalates yang

dibakar dapat melepaskan dioksin dan merkuri sehingga bisa mempengaruhi

kesehatan masyarakat yang berada disekitarnya dalam jangka waktu yang lama,

termasuk kanker, cacat lahir, perubahan hormon, penurunan jumlah sperma,

(39)

3. Polycarbonate yang mengandung Bisphenol A

Paparan Bisphenol A dalam kadar rendah dan jangka waktu yang

panjang dapat menyebabkan kanker, gangguan fungsi imunitas, pubertas yang

muncul dini, obesitas, diabetes, dan hiperaktivitas.

4. Polystyrene

Secara akut dapat mengiritasi mata, hidung, tenggorokan, menyebabkan

pusing dan ketidaksadaran. Jika bermigrasi ke dalam pangan akan terakumulasi

dalam jaringan lemak. Studi menunjukkan adanya peningkatan kanker limfatik

dan hematopoietik bagi pekerja yang terpapar.

5. Polyethylene

Dicurigai karsinogen pada manusia.

6. Polyester

Bahan ini secara akut dapat menyebabkan iritasi pada mata dan saluran

pernafasan serta ruam kulit akut.

7. Urea-Formaldehyde

Biasanya melamin palsu terbuat dari urea yang mengandung formalin

dengan kadar tinggi. Bahan urea tidak tahan panas dan dapat melepaskan

formalin yang menjadi kontaminan pangan saat terkena panas. Formalin

dicurigai sebagai karsinogen. Formalin dapat menyebabkan cacat lahir dan juga

perubahan genetik. Menghirup formalin dapat menyebabkan batuk,

pembengkakan tenggorokan, mata berair, gangguan pernafasan, sakit kepala,

(40)

8. Polyurethane Foam

Dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan bronkitis, batuk,

gangguan kulit dan mata. Polyurethane Foam juga dapat melepas toluen

diisosianat yang menyebabkan gangguan paru berat. 9. Acrylic

Secara akut dapat menyebabkan gangguan pernafasan, diare, mual,

lemah, dan sakit kepala

10. Tetrafluoroethylene

Secara akut dapat mengiritasi mata, hidung, tenggorokan, serta dapat

menyebabkan gangguan pernafasan (POM,2012)

2.4 Konsep Minimasi Penggunaan Plastik dengan Prinsip 3R (Reduse, Reuse dan Recycle)

Pengelolaan sampah di Indonesia masih menggunakan paradigma lama,

yaitu kumpul-angkut-buang. Source reduction (reduksi mulai dari sumbernya)

atau pemilahan sampah dengan baik tidak pernah berjalan dengan baik. Meskipun

telah ada usaha-usaha yang dilakukan seperti pengomposan ulang dan daur ulang,

akan tetapi hal itu masih terbatas dan tidak sustainable (Damanhuri,2007).

Konsep 3R adalah sebuah pendekatan dalam upaya mengurangi sampah

mulai dari sumbernya sampai di akhir pemusnahannya. Menurut Undang –

Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah prioritas utama

yang harus dilakukan semua pihak adalah mengurangi sampah semaksimal

(41)

pengolahan (treatment) maupun pengurungan (landfilling). Pengurangan

sampah melalui 3R yaitu:

a. Pembatasan (reduce) : mengupayakan limbah yang dihasilkan bisa sesedikit

mungkin.

b. Guna-ulang (reuse) : bila limbah pada akhirnya terbentuk, maka usahakan

limbah dapat dimanfaatkan secara langsung.

c. Daur-ulang (recycle) : residu atau limbah yang tersisa atau yang tidak dapat

dimanfaatkan secara langsung, kemudian diproses agar dapat dimanfaatkan

sebagai bahan baku ataupun sumber enersi.

2.4.1 Mengurangi (Reduce)

Reduce adalah upaya pembatasan adanya sampah sebelum barang yang digunakan menjadi sampah. Salah satu contoh pengurangan botol plastik dari

air minum dalam kemasan adalah dengan membawa botol air minum sendiri.

Sehingga penggunaan plastik untuk pembuatan air minum dalam kemasan bisa

dikurangi. Bagi produsen langkah yang dapat dilakukan adalah menerima

pengembalian produk bekas pengemas, menggunakan bahan baku atau

menghasilkan produk yang berasal dari hasil daur-ulang serta mengupayakan

penggunaan dan pengembangan teknologi daur-ulang (Damanhuri,2016)

Setiap orang dapat mengupayakan pengurangan sampah dengan cara

merubah pola hidup konsumtif. Perubahan gaya hidup yang dahulunya sering

kali menghasilkan banyak sampah menjadi mengurangi dan sedikit sampah.

Sehingga volume sampah dapat dikurangi sebelum ke tempat pembuangan

(42)

2.4.2 Guna Ulang ( Reuse )

Reuse adalah upaya yang dilakukan bila limbah atau sampah tersebut dapat dimanfaatkan kembali tanpa mengalami proses atau transformasi baru,

misalnya botol minuman kembali menjadi botol minuman. Botol minuman

dipakai ber-ulang dari produsen minuman ke konsumen setelah melalui proses

pencucian dan pengisian minuman. Langkah ini dapat menghemat energi dan

juga biaya yang dikeluarkan sedikit (Damanhuri,2010).

Upaya penggunaan kembali yang dapat dilakukan sehari-hari adalah

dengan membawa botol air minum sendiri. Hal ini dapat mengurangi sampah

botol plastik yang dihasilkan apabila kita membeli AMDK. Upaya membawa

botol air minum juga lebih aman bagi kesehatan dan lingkungan.

2.5 Perilaku

Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2012) perilaku merupakan

resopons atau reaksi seseorang terhadap stimulus yang diberikan (rangsangan

dari luar). Perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,

lalu organisme tersebut merespons. Teori Skinner disebut teori ―S-O-R‖ atau Stimulus Organisme Respons. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia, yang dapat diamati secara langsung ataupun yang tidak dapat diamati

oleh pihak luar.

2.5.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra

(43)

Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan memiliki enam tingkatan yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu dapat diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali

(recall) sesuatu yang telah diterima. Pada tingkat ini , merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur orang tahu apa

yang dipelajari adalah dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan, dan sebagainya. Misalnya, dapat menyebutkan tanda-tanda

kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

2. Memahami (comprehension)

Dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan dengan benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintrerpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah memahami objek atau materi harus bisa

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Contohnya bisa menjelaskan

mengapa harus makan-makanan yang bergizi.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Contohnya bisa

(44)

menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan (problem solving cycle) di

dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (analysis)

Analisis merupakan kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,

dan masih ada kaitan satu sama lain. Kemampuan analisis bisa di lihat dari

penggunaan kata kerja, misalnya dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan lainnya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merujuk pada suatu kemampuan meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Contohnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, bisa

menyesuaikan, dan sebagainya.

6. Evaluasi (evaluation)

Hal ini berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasar

pada suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada. Contohnya, bisa membandingkan antara anak yang

cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi.

Pengukuran pengetahuan bisa dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang hendak diukur dari subjek penelitian

atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau kita ukur

(45)

2.5.2 Sikap

Sikap adalah reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

terhadap objek atau stimulus. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu, dalam kehidupan sehari-hari

adalah reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut

Newcomb, seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap adalah

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan pelaksanaan motif tertentu.

Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, melainkan predisposisi

tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan reaksi tertutup, bukan reaksi terbuka.

Sikap adalah kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu

sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo,2012).

Allport dalam Notoatmodjo (2012), mengatakan bahwa sikap

mempunyai tiga komponen pokok yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek

2. Kehidupan emosional atau evaluasi yang dilakukan kepada suatu objek

3. Kecendrungan untuk bertindak

Komponen ini membentuk sikap yang utuh (total attitude). Peranan

penting dalam penentuan sikap adalah pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan

emosi. Contohnya, seorang ibu mendengar tentang penyakit polio

(penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan akan

membuat ibu berpikir dan berusaha agar anaknya tidak terkena polio. Saat ibu

berpikir komponen emosi dan keyakinan turut bekerja sehingga ibu berniat

(46)

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:

1. Menerima (receiving)

Menerima adalah saat subjek mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan objek. Sebagai contoh, sikap orang terhadap gizi bisa dilihat dari

kesediaan dan perhatian orang tersebut terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2. Merespons (responding)

Apabila ditanya memberikan jawaban, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang telah diberikan adalah indikasi dari sikap. Dengan

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang telah diberikan, terlepas

dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah orang tersebut menerima ide yang

disampaikan.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah indikasi sikap tingkat tiga. Contohnya, seorang ibu yang mengajak ibu

yang lain untuk menimbang anaknya ke posyandu atau berdiskusi tentang gizi,

adalah bukti si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas pilihan yang telah diambil dengan segala resiko

adalah sikap yang paling tinggi. Contohnya, seorang ibu mau menjadi akseptor

KB, walaupun mendapat tentangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

Untuk mengukur sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung dengan cara menanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan

(47)

2.5.3 Tindakan

Tindakan adalah saat seorang mengetahui stimulus atau objek,

kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui,

selanjutnya ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang telah

diketahui atau disikapinya. Untuk mewujudkan suatu tindakan diperlukan

adanya fasilitas dan juga faktor dukungan dari pihak lain. Tindakan mempunyai

beberapa tingkatan, yaitu:

1. Respons terpimpin (guided response)

Melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh

adalah indikator tindakan tingkat pertama. Sebagai contoh, seorang ibu bisa

memasak sayur dengan benar, mulai dari mencuci hingga terhidang di meja

makan.

2. Mekanisme (mecanism)

Bila seseorang telah dapat melakukan dengan benar secara otomatis, itu

sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah berada pada tindakan tingkat

kedua. Contohnya, seorang ibu yang mengimunisasikan bayinya pada

umur-umur tertentu, tanpa menunggu ajakan orang lain.

3. Adopsi (adoption)

Merupakan praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Maksudnya adalah, tindakan sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran

dari tindakan itu. Misalnya, ibu bisa memilih dan memasak makanan yang

bergizi dengan memakai bahan-bahan yang murah dan sederhana

(48)

2.6 Kerangka Konsep Karakteristik responden  Jenis kelamin  Jumlah uang saku  Status tempat tinggal  Suku Pengetahuan tentang “Reduce Reuse”

Sikap tentang “Reduce Reuse”

Tindakan ―Mahasiswa dalam menggunakan botol air minum sebagai pengganti air minum dalam kemasan

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross

sectional yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Mahasiswa Tentang Prinsip Reduce Dan Reuse Dalam

Menggunakan Botol Air Minum Sebagai Pengganti Air Minum Dalam

Kemasan Di Universitas Sumatera Utara Tahun 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Universitas Sumatera Utara

3.2.1 Waktu penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari – Juli 2017.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh Mahasiswa di

Universitas Sumatera Utara.

3.3.2 Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 200 sampel. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah bersifat cluster sampling,

dimana sepuluh fakultas dalam Universitas Sumatera Utara yaitu Fakultas

(50)

Fakultas Pertanian, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Dan Fakultas Keperawatan dipilih

untuk dijadikan sampel dalam penelitian yang berjudul Pengetahuan Sikap

Dan Tindakan Mahasiswa Tentang Prinsip Reduce Dan Reuse Dalam

Menggunakan Botol Air Minum Sebagai Pengganti Air Minum Dalam

Kemasan Di Universitas Sumatera Utara Tahun 2017.

Sampel pada tiap-tiap cluster diambil secara accidental , yaitu setiap

mahasiswa yang ditemui oleh peneliti di kawasan fakultas yang terpilih di

Universitas Sumatera Utara, yang bersedia menjadi responden itulah yang

menjadi sampel dalam penelitian ini.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada mahasiswa

Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner

yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.5 Defenisi Operasional

Untuk memberikan arahan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan

makna atau defenisi operasional, sebagai berikut:

1. Karakteristik responden adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

mahasiswa Universitas Sumatera Utara Tentang Penggunaan Botol Air Minum

Sebagai Pengganti Air Minum Dalam Kemasan.

a. Jenis kelamin adalah kategori mahasiswa Universitas Sumatera Utara

yang didasarkan pada :

(51)

2. Perempuan

b. Jumlah uang saku adalah besaran kuantitatif untuk pengeluaran

sehari-hari mahasiswa Universitas Sumatera Utara sebagai responden. Jumlah

uang saku dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu:

1. < Rp 500.000

2. Rp 500.000 – Rp 1.000.000

3. >Rp 1.000.000

c. Status tempat tinggal adalah kategori mahasiswa Universitas Sumatera

Utara yang didasarkan pada dua kategori, yaitu:

1. Kos

2. Rumah

d. Suku adalah sesuatu yang menjadi karakteristik individu berdasarkan

etnis. Suku dibedakan menjadi lima kategori yaitu:

1. Batak

2. Jawa

3. Minang

4. Tionghoa

5. Nias

2. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui atau yang dipelajari mahasiswa

Universitas Sumatera Utara tentang prinsip Reduce dan Reuse Dalam

Menggunakan Botol Air Minum Sebagai Pengganti Air Minum Dalam

(52)

3. Sikap adalah pendapat atau pandangan mahasiswa Universitas Sumatera Utara

tentang prinsip Reduce dan Reuse Dalam Menggunakan Botol Air Minum

Sebagai Pengganti Air Minum Dalam Kemasan.

4. Tindakan adalah perbuatan yang dilakukan mahasiswa Universitas Sumatera

Utara tentang prinsip Reduce dan Reuse Dalam Menggunakan Botol Air

Minum Sebagai Pengganti Air Minum Dalam Kemasan.

3.6 Instrumen dan Aspek Pengukuran 3.6.1 Instrumen

Alat untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang telah dipersiapkan

sebelumnya oleh Peneliti.

3.6.2 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban

responden terhadap pertanyaan dan kuesioner yang disesuaikan dengan skor. Nilai

yang tertinggi dikumpulkan dikategorikan menjadi tiga tingkat (Arikunto, 2006)

yaitu:

1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai > 75% dari seluruh skor yang

ada.

2. Nilai sedang, apabila responden mendapat nilai 45% – 75 % dari seluruh skor

yang ada.

3. Nilai kurang, apabila responden mendapat nilai < 45% dari seluruh skor yang

ada.

Dalam hal ini pengukuran pada pengetahuan, sikap, dan tindakan dapat

(53)

1. Pengetahuan

Pengetahuan diukur melalui pertanyaan dengan jumlah 15

pertanyaan. Skala pengukuran dilakukan dengan skala Thurstone.

Pengetahuan berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden

terhadap semua pertanyaan yang diberikan dengan jawaban benar

mendapat nilai = 1 dan jawaban salah mendapat nilai = 0. Dari seluruh

pertanyaan didapatkan total nilai sebesar 15. Berdasarkan Arikunto (2006),

aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah yang ada dapat

diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu:

a. Tingkat pengetahuan baik, apabila responden mendapat nilai > 75% dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 15 yaitu >12.

b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila responden mendapat nilai 45% – 75 %

dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 15 yaitu 7-12.

c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila responden mendapat nilai < 45% dari

nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 15 yaitu <7.

2. Sikap

Sikap dapat diukur dengan 10 pertanyaan yang menggunakan skala

Guttman. Responden yang menjawab ―setuju‖ diberi skor 1 dan ―tidak setuju‖ diberi skor 0 pada pertanyaan positif nomor 2,4,7,8,10 sedangkan pada pertanyaan negatif nomor 1,3,5,6,9 apabila menjawab ―setuju‖ diberi skor 0 dan ―tidak setuju‖ diberi skor 1. Sehingga total skor tertinggi yang dapat dicapai oleh responden adalah 10.

(54)

Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 2

kategori:

a. Sikap mendukung, apabila responden mendapat nilai >50% dari nilai tertinggi

seluruh pertanyaan dengan total nilai 10 yaitu >5.

b. Sikap tidak mendukung, apabila responden mendapat nilai , <50% dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 10 yaitu <5.

3. Tindakan

Tindakan dapat diukur dengan 7 pertanyaan dimana jawaban

tertinggi mendapat nilai = 3, dan jawaban terendah mendapat nilai = 1.

Total skor tertinggi = 21 dan skor terendah = 3. Berdasarkan jumlah nilai

yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori :

a. Tindakan baik, apabila responden mendapat nilai >75% dari nilai tertinggi

seluruh pertanyaan dengan total nilai 21 yaitu >15.

b. Tindakan sedang, apabila responden mendapat nilai 45-75% dari nilai tertinggi

seluruh pertanyaan dengan total nilai 21 yaitu 9-15.

c. Tindakan kurang, apabila responden mendapat nilai <45% dari nilai tertinggi

seluruh pertanyaan dengan total nilai 21 yaitu <9.

3.7 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dengan bantuan

komputer dalam pengolahan data yang pelaksanaannya dilakukan dengan

Gambar

Tabel 4.1   Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden di  Universitas Sumatera Utara Tahun 2017
Tabel 4.2  Distribusi Responden Menurut Pengetahuan di Universitas  Sumatera Utara Tahun 2017
Tabel 4.3  Distribusi Responden berdasarkan Sikap Responden di  Universitas Sumatera Utara Tahun 2017
Tabel 4.4   Distribusi  Responden  Menurut  Tindakan  di  Universitas  Sumatera Utara Tahun 2017
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa FKM USU yang mengendarai sepeda motor dalam pengendalian pencemaran udara di

Nina Deviana : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Mahasiswa Mengenai Kosmetik Mengandung Merkuri (Hg) Di Akademi Kebidanan Hafsyah Medan Tahun 2009, 2009. USU Repository © 2009..

memberikan kemudahan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penggunaan Pestisida dengan Tingkat Keracunan

sikap positif melakukan tindakan perawatan organ reproduksi, = 0,006 berarti ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan tindakan perawatan organ reproduksi

Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan antara sikap tentang bahaya rokok dengan tindakan pencegahan merokok pada pelajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri VIII

Perlu adanya Penelitian lanjutan untuk melihat adanya pengaruh tingkat pengetahuan terhadap sikap dan Tindakan swamedikasi maag pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Hubungan antara Pengetahuan tentang Perubahan Lingkungan dengan Sikap Peserta Didik dalam Pengelolaan Sampah Metode 3R (Reuse, Reduce, Recycle) di SMAN 1

PENUTUP Kesimpulan Merujuk pada hasil kajian dan telaahan yang diselenggarakan pada guru dan siswa SD Negeri Siayuh terkait dengna gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan guru dan