• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh tingkat pengetahuan terhadap sikap dan tindakan Swamedikasi maag pada mahasiswa non-kesehatan Program S1 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh tingkat pengetahuan terhadap sikap dan tindakan Swamedikasi maag pada mahasiswa non-kesehatan Program S1 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP SIKAP DAN TINDAKAN SWAMEDIKASI MAAG PADA MAHASISWA NON- KESEHATAN PROGRAM S1 UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi ( S.Farm. )

Program Studi Farmasi

Oleh:

Fingki Irnawati NIM : 188114012

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2022

(2)

i

Persetujuan Pembimbing

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP SIKAP DAN TINDAKAN SWAMEDIKASI MAAG PADA MAHASISWA NON- KESEHATAN PROGRAM S1 UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

Skripsi yang diajukan oleh:

Fingki Irnawati NIM : 188114012

Telah disetujui oleh

Pembimbing

(Dr. apt Yosef Wijoyo, M.Si) Tanggal : 26 Oktober 2022

(3)

ii

Pengesahan Skripsi Berjudul

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP SIKAP DAN TINDAKAN SWAMEDIKASI MAAG PADA MAHASISWA NON- KESEHATAN PROGRAM S1 UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

Oleh:

Fingki Irnawati NIM : 188114012

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Pada Tanggal : 26 Oktober 2022

Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

(Dr. apt. Dewi Setyaningsih)

Panitia Penguji : Tanda Tangan

1. apt. T.B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D. (...)

2. apt. Putu Dyana Christasani M.Sc. (………)

3. Dr. apt Yosef Wijoyo, M.Si (………)

(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka dengan mengikuti ketentuan sebagaimana layaknya karya ilmiah. Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 20 Agustus 2022

Fingki Irnawati

(5)

iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Fingki Irnawati

Nomor Mahasiswa : 188114012

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP SIKAP DAN TINDAKAN SWAMEDIKASI MAAG PADA MAHASISWA NON- KESEHATAN PROGRAM S1 UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me- ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Atas kemajuan teknologi informasi, saya tidak berkeberatan jika nama, tanda tangan, gambar atau image yang ada di dalam karya ilmiah saya terindeks oleh mesin pencari (search engine), misalnya google.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 20 Januari 2023 Yang menyatakan

( Fingki Irnawati)

(6)

v DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Keaslian Penelitian ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Pengetahuan ... 6

2. Sikap ... 8

3. Tindakan ... 8

4. Definisi Swamedikasi ... 8

(7)

vi

5. Tujuan Swamedikasi ... 8

6. Faktor yang mempengaruhi swamedikasi ... 9

7. Kondisi yang diperbolehkan untuk melakukan swamedikasi ... 9

8. Keuntungan dan kerugian swamedikasi ... 9

B. Obat ... 10

1. Pengertian Obat dan Obat yang diperbolehkan untuk Swmedikasi ... 10

C. Maag ... 11

1. Pengertian, penyebab dan gejala maag ... 1

2. Jenis-jenis maag ... 11

3. Terapi dan pengobatan maag ... 12

D. Landasan Teori ... 12

E. Hipotesis Penelitian ... 13

BAB III METODE PENELITIAN ... 14

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 14

B. Variabel Penelitian ... 14

C. Bahan dan Materi Penelitian ... 15

D. Alat dan Instrumen Penelitian ... 17

E. Tata cara Penelitian ... 17

F. Pengambilan Data ... 19

G. Pengolahan Data ... 19

H. Analisis Hasil ... 20

I. Hasil Pengujian Kuesioner ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

A. Karakteristik Responden Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ... 25

B. Penggalian Informasi Awal tentang Swamedikasi ... 26

C. Pengetahuan Mahasiswa Program S1 non-kesehatan Universitas Sanata Dharma ... 30

(8)

vii

D. Gambaran Sikap Dan Tindakan Responden Dalam Melakukan

Swamedikasi Maag ... 37

E. Uji Regresi Linear Sederhana ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

1. Kesimpulan ... 44

2. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Daftar Penelitian Terdahulu dan Bukti Keaslian Penelitian ... 3 Tabel II. Kategori Penliaian Skala Guttman ... 21 Tabel III. Kategori Penilaian Skala Likert ... 21 Tabel IV . Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Variabel Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Dengan Nilai Cronbach Alpha ... 23 Tabel V. Karakteristik Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ... 25 Tabel VI. Konfirmasi Kepada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Mengenai Riwayat Melakukan Swamedikasi Maag ... 27 Tabel VII. Kategori Pengetahuan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma mengenai Penyakit Maag dan Swamedikasi Maag ... 30 Tabel VIII. Frekuensi Jawaban Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Terkait Pengetahuan Tentang Penyakit Maag dan Swamedikasi Maag ... 32 Tabel IX. Frekuensi Jawaban dan Kecenderungan Sikap Mahasiswa Universitas Sanata Dharma terhadap pernyataan mengenai swamedikasi Penyakit Maag... 37 Tabel X. Frekuensi dan Kecenderungan Tindakan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma terhadap pernyataan mengenai swamedikasi Penyakit Maag ... 40

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar I. Distribusi Nilai Pengetahuan Responden Mengenai Penyakit Maag ... 31 Gambar VI. Output Uji Regresi Linear Sederhana Pengaruh Tingkat Pengetahuan Terhadap Sikap Swamedikasi Maag. ... 42 Gambar VII. Output Uji Regresi Linear Sederhana Pengaruh Tingkat Pengetahuan Terhadap Tindakan Swamedikasi Maag. ... 43

(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Uji Validitas Kuesioner ... 51

Lampiran II. Hasil Uji Pemahaman Bahasa ... 55

Lampiran III. Nilai Reliabilitas Pengetahuan ... 56

Lampiran IV. Nilai Reliabilitas Sikap ... 57

Lampiran V. Nilai Reliabilitas Tindakan ... 58

Lampiran VI. Ethical Clearance ... 59

Lampiran VII. Surat Permohonan Izin Penelitian Dan Pengambilan Data ... 60

Lampiran VIII. Surat Izin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma ... 61

Lampiran IX. Informed Consent Dan Kuesioner Penelitian ... 62

Lampiran X. Contoh Kuesioner yang Telah Diisi ... 63

(12)

xi ABSTRAK

Swamedikasi merupakan suatu upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengobati keluhan penyakit ringan tanpa pergi ke dokter. Maag merupakan salah satu penyakit yang dapat dilakukan swamedikasi. Dalam pengobatannya diperlukan pengetahuan, sikap dan tindakan yang benar.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan terhadap sikap dan tindakan swamedikasi maag pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional dengan teknik sampling probability sampling. Responden dalam penelitian ini berjumlah 366 orang. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner. Analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, dilanjutkan analisis pengaruh dengan menggunakan metode Regresi Linear Sederhana.

Didapatkan karakteristik responden dalam penelitian ini responden yang paling banyak berpartisipasi adalah usia 20-24 tahun (326 responden). Dan responden terbanyak adalah dari kalangan perempuan yakni sebesar 62,8%. Diketahui gambaran tingkat pengetahuan Mahasiswa dalam swamedikasi maag masuk dalam kategori “Baik” yakni sebesar (87,7%). Sikap Mahasiswa dalam swamedikasi maag sebagian besar memiliki sikap positif yakni sebesar 85%. Tindakan Mahasiswa dalam swamedikasi maag sebagian besar memiliki tindakan positif yakni sebesar 74%. Berdasarkan hasil output dari uji regresi linear sederhana yang telah dilakukan, diketahui bahwa tingkat pengetahuan hanya memiliki pengaruh sebesar 15% terdadap sikap swamedikasi dan 16,9% terdadap tindakan swamedikasi maag.

Kata Kunci : Swamedikasi, Maag, Pengetahuan, Sikap, Tindakan

(13)

xii ABSTRACT

Self-medication is an effort made by the community to treat minor ailments without going to the doctor. Gastritis is a disease that can be self- medicated. In the treatment required the right knowledge, attitude and action. The purpose of this study was to determine the effect of the level of knowledge on the attitudes and actions of gastric self-medication in Sanata Dharma University students in Yogyakarta.

This research is a quantitative analytic research with a cross-sectional research design with probability sampling technique. Respondents in this study amounted to 366 people. Data was collected using a questionnaire. The analysis used is descriptive statistical analysis, followed by influence analysis using the Simple Linear Regression method.

The characteristics of the respondents in this study were the respondents who participated the most, aged 20-24 years (326 respondents). And most of the respondents were women, namely 62.8%. It is known that the description of the level of knowledge of students in ulcer self-medication is included in the "Good"

category, namely (87.7%). The attitude of students in self-medicating ulcers mostly has a positive attitude, which is equal to 85%. Most of the students' actions in self-medication for ulcers had a positive action of 74%. Based on the output results from the simple linear regression test that has been carried out, it is known that the level of knowledge only has an effect of 15% on self-medication attitudes and 16.9% on self-medication for ulcers.

Keywords: Self-medication, Maag, Knowledge, Attitude, Action

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Di Indonesia kesadaran untuk menjaga kesehatan masih sangat rendah khususnya kesehatan lambung. Lambung merupakan organ tubuh tempat penyimpanan dan pencernaan makanan. Didalamnya terdapat berbagai enzim yang berfungsi melindungi lambung, bila terjadi ketidakseimbangan enzim-enzim tersebut maka akan terjadi peradangan (gastritis/maag) yang ditandai dengan rasa nyeri ulu hati, mual, muntah dan lain-lain (Sidri and Rahayunita, n.d.). Menurut WHO sendiri di Indonesia angka kejadian gastritis/maag di beberapa daerah juga cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Berdasarkan sebuah studi penelitian yang dilakukan di Universitas

‘Aisyiyah Yogyakarta tentang kejadian gastritis pada mahasiswa yang tinggal di kos dan bersama keluarga. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil data karakteristik berdasarkan Usia, sebagian besar responden termasuk kategori 19 tahun (34,2%), sebagian besar responden termasuk kategori perempuan (77,2%), tinggal di kos (71,9%). Hasil dari penelitian tersebut adalah ditemukan Perbedaan kejadian Gastritis pada mahasiswa keperawatan yang tinggal di kos dan tinggal bersama keluarga, dengan nilai significancy pada hasil menunjukan (p = 0,000 < 0,05). Nilai rata-rata lebih besar pada mahasiswa kos sehingga diambil kesimpulan mahasiswa kos memiliki resiko terkena gastritis lebih tinggi(Milasari, 2017).

Mahasiswa cenderung lebih sering terkena gastritis. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor misalnya jauh dari orang tua sehingga tidak teraturnya pola makan, gaya hidup dan salah satunya yaitu meningkatnya aktivitas tugas perkuliahan sehingga mahasiswa tidak sempat untuk mengatur pola makannya dan malas untuk makan (Rakhmawatie and Anggraini, 2010). Hal ini sejalan

(15)

2

dengan penelitian dari (Milasari, 2017) bahwa banyak dari mahasiswa khususnya yang tinggal di rumah kos memilih makanan yang siap saji, mudah didapat dan diolah menjadi makanan sehari-hari mereka, makanan yang pedas atau asam juga banyak menjadi pilihan makanan yang disukai pada kalangan mahasiswa. Kebiasaan menyukai makanan yang pedas ataupun asam bisa menyebabkan resiko terjadinya gastritis (Miller, 2009). Dampak dari pola makan yang kurang sehat akan membuat lambung sulit beradaptasi.

Mahasiswa yang terkena maag juga akan sulit dalam berkonsentrasi baik dalam pelajaran maupun pekerjaan, hal ini disebabkan oleh rasa nyeri dan sakit dari maag yang mengganggu ( Rohmawati, 2016).

Salah satu cara agar mahasiswa dapat mengatasi sakitnya adalah peningkatan kemampuan mahasiswa untuk menolong dirinya sendiri, terutama untuk masalah kesehatan yang tidak berat dalam bentuk pengobatan sendiri.

Swamedikasi menjadi penting karena jika penyakit dibiarkan atau bila tindakan swamedikasi yang dilakukan tidak tepat maka akan menimbulkan masalah baru yakni tidak sembuhnya penyakit. Pengobatan sendiri hanya boleh menggunakan obat yang termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas dan sesuai keterangan yang tercantum pada kemasannya. Maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh tingkat pengetahuan terhadap sikap dan tindakan swamedikasi maag terkhusus pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, untuk melihat keterkaitan antara pengetahuan, sikap dan tindakan dalam pengobatan sendiri yang dilakukan oleh mahasiswa.

B. Rumusan Masalah

1. Berapa tinggi ukuran tingkat pengetahuan swamedikasi maag pada Mahasiswa Non-Kesehatan Program S1 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ?

2. Apakah terdapat pengaruh tingkat pengetahuan terhadap sikap Mahasiswa Non- Kesehatan Program S1 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam melakukan swamedikasi maag ?

(16)

3

3. Apakah terdapat pengaruh tingkat pengetahuan pada tindakan Mahasiswa Non-Kesehatan Program S1 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam melakukan swamedikasi maag ?

C. Keaslian penelitian

Keaslian penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu yang mempunyai karakteristik yang relatif sama dalam hal tema kajian, namun berbeda dalam hal kriteria subjek, jumlah dan posisi variabel penelitian atau metode analisis yang digunakan. Penelitian lain yang memiliki karakteristik hampir sama antara lain :

Tabel I. Daftar Penelitian Terdahulu dan Bukti Keaslian Penelitian No. Judul Penelitian Perbedaan 1. Tingkat Pengetahuan dan

Perilaku Swamedikasi Maag Pada Mahasiswa Thailand di Malang

Tujuan penelitian ini untuk mengatahui tingkat pengetahuan dan perilaku Swamedikasi Mahasiswa Thailand di Malang. Jenis penelitiannya adalah penelitian lapangan (field research ) dengan rancangan penelitian deskriptif kualitatif, dilakukan di beberapa kampus di Malang pada bulan Maret 2020 (The, 2020)

2. Studi Komparasi Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa Keperawatan Universitas

‘Aisyiyah Yogyakarta Berdasarkan Tempat Tinggal

Tujuan penelitian ini untuk Mengetahui adanya perbedaan kejadian gastritis pada mahasiswa keperawatan yang tinggal di kos dengan yang tinggal bersama keluarga. Populasi dalam sampel ini adalah seluruh mahasiswa keperawatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang berjumlah 760 mahasiswa. Analisa data menggunakan Mann Withney U-Test (Milasari, H., 2017)

3. Kejadian Gastritis Berdasarkan Aspek Promosi Kesehatan Dan Pola Makan, Ketepatan Swamedikasi Maag Pada Pelajar Sekolah Menengah Atas Negeri Non Kesehatan Di Kecamatan Pontianak Selatan Periode 2019

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan swamedikasi maag pada pelajar sekolah menengah atas negeri non kesehatan di Kecamatan Pontianak Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara kepada 320 responden siswa sekolah menengah atas negeri non kesehatan di Kecamatan Pontianak Selatan. (Lady, 2019)

(17)

4 4. Swamedikasi Penyakit

Maag Pada Mahasiswa Bidang Kesehatan Di Universitas Muhammadiyah Surakarta

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan swamedikasi maag dan kerasionalan penggunaan obat maag pada mahasiswa Ilmu Kesehatan dan Kedokteran.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional dengan pendekatan deskriptif.

(Lestari 2014) 5. Hubungan Pengetahuan Dan

Sikap Swamedikasi Maag Pada Mahasiswa Universitas Advent Indonesia

Tujuan penelitian ini untuk melihat adanya hubungan pengetahuan yang akan mempengaruhi sikap dalam melakukan swamedikasi maag. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, analisis data menggunakan uji spearman’s rho dengan sig 2 tailed = 0.718(Roring, 2022)

6. Gambaran Swamedikasi Penggunaan Obat Gastritis Di Apotek Kimia Farma Sutoyo Malang

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran swamedikasi penggunaan obat gastritis di Apotek Kimia Farma Sutoyo Kota Malang. Merupakan penelitian observasional yang bersifat deskriptif Metode yang digunakan adalah metode Accidental sampling dan dilakukan pada masyarakat yang membeli obat di Apotek Kimia Farma Sutoyo Malang (Widyayanti, 2018) 7. Tingkat Pengetahuan

Masyarakat Tentang Swamedikasi Penyakit Maag Di Apotek “X” Desa Sitiarjo

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang swamedikasi penyakit maag di Apotek X desa Sitiarjo.

Respondennya adalah masyarakat desa Sitiarjo, Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2019 (Safitri 2019)

Berdasarkan uraian tersebut, maka walau telah ada penelitian sebelumnya tentang pengaruh tingkat pengetahuan dengan swamedikasi maag namun tetap berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan. Dengan demikian, maka topik penelitian yang peneliti lakukan ini benar-benar asli.

D. Tujuan Penelitian Tujuan Umum :

Memberikan Gambaran Tentang Pengaruh Tingkat Pengetahuan terhadap Sikap dan Tindakan Mahasiswa Non-Kesehatan Program S1 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam melakukan Swamedikasi Maag.

(18)

5 Tujuan Khusus :

1. Mengukur Tingkat Pengetahuan Swamedikasi Maag pada Mahasiswa Non-Kesehatan Program S1 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2. Menganalisis Ada atau tidak adanya Pengaruh Tingkat Pengetahuan

Terhadap Sikap Mahasiswa Non-Kesehatan Program S1 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam melakukan Swamedikasi Maag 3. Menganalisis ada atau tidak adanya Pengaruh Tingkat Pengetahuan

Terhadap Tindakan Mahasiswa Non-Kesehatan Program S1 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam melakukan Swamedikasi Maag

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis : Sebagai penyedia informasi dan referensi tambahan pada bidang kesehatan, terkhusus swamedikasi terhadap maag pada mahasiswa.

2. Manfaat praktis : Sebagai gambaran bagi tenaga kesehatan dalam pelayanan obat dengan tujuan swamedikasi dan juga promosi kesehatan mengenai swamedikasi maag.

(19)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka

1. Pengetahuan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014), pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar tersebut dipengaruhi beberapa faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor lain berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya. Pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya(Notoatmodjo, 2012). Menurut Suherman dkk (2018) hingga saat ini di tengah masyarakat seringkali dijumpai berbagai masalah dalam penggunaan obat. Diantaranya ialah kurangnya pemahaman tentang penggunaan obat tepat dan rasional, penggunaan obat bebas secara berlebihan, serta kurangnya pemahaman tentang cara menyimpan dan cara membuang obat dengan benar. Berdasarkan hal tersebut maka pengetahuan sangat penting untuk menentukan apa yang harus dilakukan dalam swamedikasi.

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah seseorang mengamati sesuatu (Notoatmodjo, 2010). Oleh sebab itu merupakan tingkat pengetahuan yang paling awal. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,

(20)

7

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan lain sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan/menggambarkan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut (Notoatmodjo, 2010).

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah paham tentang suatu objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui tersebut pada situasi tertentu (Notoatmodjo, 2010).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan serta mencari hubungan antara komponen- komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang Ia diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau mengelompokkan, dan membuat urutan terhadap pengetahuan atas objek tersebut (Notoatmodjo, 2010).

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun sesuatu yang baru dari hal-hal yang telah ada (Notoatmodjo, 2010).

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menerapkan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

(21)

8

sendiri dengan tujuan memperbaiki sesuatu hal(Notoatmodjo, 2010).

2. Sikap

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2014, arti kata sikap adalah tokoh atau bentuk tubuh. Contoh: sikapnya tegap. Arti lainnya dari sikap adalah perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian, keyakinan. sikap merupakan tanggapan reaksi seseorang terhadap objek tertentu yang bersifat positif atau negatif yang biasanya diwujudkan dalam bentuk rasa suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek tertentu.

3. Tindakan

Tindakan menurut KBBI, 2014 adalah sesuatu yang dilakukan (Perbuatan) yang dilaksanakan untuk mengatasi sesuatu. Maka tindakan adalah suatu perbuatan, perilaku, atau aksi yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya guna mencapai tujuan tertentu. Tindakan merupakan suatu perbuatan yang dilakukan setelah menyatakan sikap.

4. Definisi Swamedikasi

Upaya yang masyarakat untuk mengobati/menyembuhkan diri sendiri dikenal dengan istilah swamedikasi. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan (Departemen Kesehatan RI, 2007). Pengobatan sendiri atau swamedikasi merupakan perilaku mengkonsumsi obat sendiri berdasarkan diagnosis terhadap gejala sakit yang dialami. Swamedikasi masuk dalam “self care”

yang artinya dilakukan untuk mencegah dan atau mengatasi penyakit yang dialami (Brata et al., 2016).

5. Tujuan Swamedikasi

Swamedikasi memiliki tujuan untuk membantu masyarakat dalam mengatasi penyakit ringan yang jika dilakukan dengan benar akan menghemat baik waktu maupun biaya dalam pengobatan pada fasilitas kesehatan(Lei et al., 2018). Lingkup swamedikasi dibatasi pada penyakit ringan seperti batuk, flu (influenza), demam, nyeri, sakit maag,

(22)

9

kecacingan, diare, biang keringat, jerawat, kadas/kurap, ketombe, kudis, kutil, luka bakar, luka iris dan luka serut(Departemen Kesehatan RI, 2007).

6. Faktor yang mempengaruhi Swamedikasi

Faktor utama yang mendasari perilaku swamedikasi adalah biaya pengobatan yang mahal, kurangnya pendidikan dan pengetahuan dalam bidang kesehatan. Swamedikasi memberikan solusi murah, cepat, dan nyaman dalam mengatasi penyakit ringan jika dilakukan berdasarkan penggunaan obatan rasional (Sitindaon, 2020). Ada pula faktor seperti pengalaman sakit sebelumnya dan rekomendasi dari teman dan keluarga berdasarkan sakit yang pernah diderita juga mendasari seseorang melakukan swamedikasi(Ha et al., 2019). Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Farizal, 2016)Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah pengalaman pribadi, referensi orang lain, faktor biaya, kemudahan proses dan iklan di televisi. Lalu faktor yang paling banyak adalah pengalaman pribadi sebanyak 67%.

7. Kondisi yang diperbolehkan untuk melakukan Swamedikasi

Swamedikasi dapat beresiko jika pelaku tidak mengenali gangguan pengobatan sendiri secara serius dan penggunaan obat yang kurang tepat.

Swamedikasi hanya menangani penyakit-penyakit ringan, tidak untuk penyakit serius. Penyakit yang bisa ditangani dengan swamedikasi diantaranya adalah : Alergi, Anemia, Asma, Batuk, Biang Keringat, Demam, Dermatitis, Diare, Faringitis, Influenza, Insomnia, Jerawat, Kaki Atlet, candida Vaginitis, Kapalan, Ketombe, Konstipasi, Luka Bakar, Muntah, Obesitas, Penyakit Periodontal, Psoriasis, Sakit Kepala, Sinusitis, Wasir, Xerostomia(Nurochman et al., 2015).

8. Keuntungan dan kerugian swamedikasi

Swamedikasi jika dilakukan dengan benar dan rasional maka akan memberi keuntungan yakni membantu menjaga/memulihkan kesehatan tanpa bantuan dokter, menghemat waktu dan biaya dibanding pengobatan

(23)

10

dengan dokter dan penebusan resep pada fasilitas kesehatan(Sitindaon, 2020)

Pengobatan sendiri memiliki sejumlah risiko potensial misalnya diagnosis diri yang salah, kegagalan untuk mencari nasihat medis yang tepat dengan segera, pilihan terapi yang salah, kegagalan untuk mengenali risiko farmakologis khusus, Efek samping yang jarang namun parah, kegagalan untuk mengenali atau mendiagnosis sendiri kontraindikasi, interaksi, peringatan dan tindakan pencegahan(WHO, n.d.)

B. Obat

1. Pengertian Obat

Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.

Obat terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat wajib apotek, narkotika dan psikotropika (Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992).

1. Obat yang dapat digunakan untuk swamedikasi

Sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan No.

919/MenKes/PER/X/1993 tentang kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep, antara lain : Tidak dikontraindikasikan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan lanjut usia diatas 65 tahun; pengobatan sendiri dengan obat dimaksudkan untuk tidak memberikan risiko lebih lanjut terhadap penyakitnya; dalam penggunaannya tidak diperlukan alat atau cara khusus yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, seperti injeksi; obat yang digunakan memiliki risiko efek samping minimal dan dapat dipertanggungjawabkan khasiatnya untuk pengobatan sendiri. Obat yang digunakan dalam swamedikasi harus didukung dengan informasi tentang

(24)

11

bagaimana cara penggunaan obat; efek terapi yang diharapkan dari pengobatan dan kemungkinan efek samping yang tidak diharapkan; bagaimana efek obat tersebut dimonitoring;

interaksi yang mungkin terjadi; perhatian dan peringatan mengenai obat; lama penggunaan; dan kapan harus menemui dokter (Departemen Kesehatan RI, 2007).

C.Maag

1. Pengertian, Penyebab dan Gejala Maag

Gastritis atau biasa disebut dengan penyakit maag merupakan proses inflamasi atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa lambung(Sidri, 2019).

Gastritis biasanya diawali dengan pola makan yang tidak baik dan tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif disaat asam lambung meningkat. Selain itu pilihan makanan pedas makanan asam atau terlalu manis juga dapat memicu munculnya maag. Peningkatan asam lambung diluar batas normal akan menyebabkan terjadinya iritasi dan kerusakan pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan jika peningkatan asam lambung ini dibiarkan saja maka kerusakan lapisan lambung atau penyakit gastritis akan semakin parah (Irianty et al., 2020).

2. Jenis-Jenis Maag

● Maag Akut

Maag akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial.

Pada maag ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil mukosa edema, merah dan terjadi erosi kecil dan pendarahan (Price dan Wilson, 2005). Maag akut terdiri dari beberapa tipe yaitu maag stress akut, maag erosif kronis, dan maag eosinofilik. Semua tipe maag akut mempunyai gejala yang sama.

(25)

12

● Maag Kronik

Maag kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat menahan sering bersifat multifaktor dengan perjalanan klinik bervariasi (Price dan Wilson, 2005). Penyebab utama dari gastritis adalah iritasi, infeksi, dan reaksi autoimun.

Infeksi biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus, sedangkan iritasi dapat didasari oleh banyak hal misalnya karena obat-obatan, minuman beralkohol, sekresi asam lambung yang berlebihan, muntah kronis/menahun, atau meminum racun. Mekanisme kerusakan mukosa pada lambung disebabkan karena ketidakseimbangan faktor-faktor pencernaan seperti asam lambung, pepsin dengan produksi mukus, bikarbonat dan aliran darah (Jajuli and Sinuraya, 2018).

3. Terapi dan pengobatan Maag

Pengobatan pada penyakit maag dikelompokkan menjadi beberapa bagian diantaranya antasida, antagonis reseptor H2 dan penghambat pompa proton, pemberian terapi farmakologi dengan mengurangi kekuatan asam, dan terapi intervensi (pembedahan antirefluks dan terapi endoskopi) (Dipiro, et al., 2008).

F. Landasan Teori

Gastritis atau biasa disebut dengan penyakit maag merupakan proses inflamasi atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa lambung. Didalam lambung terdapat berbagai enzim yang berfungsi melindungi lambung, bila terjadi ketidakseimbangan enzim-enzim tersebut maka akan terjadi peradangan (gastritis/maag) yang ditandai dengan rasa nyeri ulu hati, mual, muntah dan lain-lain (Sidri, 2019).

Upaya yang masyarakat untuk mengobati/menyembuhkan diri sendiri dari penyakit yang tergolong ringan dikenal dengan istilah swamedikasi. Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat

(26)

13

untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan(Departemen Kesehatan RI, 2007). Dalam melakukan praktik pengobatan sendiri, dibutuhkan tingkat pengetahuan yang cukup guna menghindari kemungkinan seperti penggunasalahan obat serta kegagalan terapi dikarenakan karena penggunakan yang tidak sesuai (Hidayati et al., 2017).

Pada beberapa penelitian didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan berpengaruh pada sikap dan tindakan swamedikasi seseorang.

Hal ini seperti pada penelitian Suherman dkk (2018).Sehingga sebagaimana hasil pada penelitian tersebut, pada penelitian ini peneliti akan mengukur pengaruh tingkat pengetahuan terhadap tindakan swamedikasi yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

G. Hipotesis Penelitian

1) H0 = Tidak terdapat Pengaruh tingkat pengetahuan dengan sikap dan tindakan swamedikasi maag pada mahasiswa Non-Kesehatan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2) Ha = Terdapat pengaruh antara tingkat pengetahuan terhadap sikap dan tindakan swamedikasi maag pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

(27)

14 BAB III

METODE PENELITIAN 1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional yaitu penelitian yang mempelajari korelasi antara paparan atau faktor risiko (independent) dengan akibat atau efek (dependent), dengan pengumpulan data dilakukan bersamaan secara serentak dalam satu waktu antara faktor risiko dengan efeknya (point time approach), artinya semua variabel baik variabel independen maupun variabel dependen diobservasi pada waktu yang sama(Masturoh, 2018). Penelitian ini bertujuan untuk melihat Pengaruh Tingkat Pengetahuan Terhadap Sikap dan Tindakan Swamedikasi Maag pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma

2. Variabel Tergantung : Sikap dan tindakan Mahasiswa Non-Kesehatan Program S1 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Definisi Operasional

a. Tingkat Pengetahuan Swamedikasi : Tingkat Pengetahuan merupakan ukuran sejauh mana pengetahuan responden tentang swamedikasi penyakit maag yang tepat untuk dilakukan. Tingkat pengetahuan yang diukur dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dari Mahasiswa Non-Kesehatan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang turut menjadi responden sehingga nantinya diketahui tingkat pengetahuannya termasuk dalam kategori tinggi, sedang atau rendah.

(28)

15

b. Sikap : sikap merupakan respon yang diberikan responden terhadap suatu hal/sesuatu yang diungkapkan dalam bentuk setuju/tidak setuju, pernah/tidak pernah, atau dalam respon positif/negatif.

Sikap dalam penelitian ini adalah respon yang diberikan oleh Mahasiswa Non-Kesehatan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang turut menjadi responden sehingga nantinya diketahui sikap mahasiswa termasuk dalam kategori positif atau negatif.

c. Tindakan ; tindakan merupakan langkah yang diambil oleh responden setelah menyatakan sikap terhadap suatu hal. Dalam hal ini melakukan/tidak melakukan swamedikasi. Tindakan dalam penelitian ini adalah respon yang diberikan oleh Mahasiswa Non- Kesehatan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang turut menjadi responden sehingga nantinya diketahui tindakan mahasiswa termasuk dalam kategori positif atau negatif.

3. Bahan Materi Penelitian

Menurut Sugiyono, 2011 populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasinya adalah Mahasiswa aktif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjumlah (7.495) orang dari 17 jurusan aktif non-Kesehatan Program S1. Jumlah mahasiswa tersebut didapat berdasarkan laman website PDDikti Kemendikbud yang diakses pada 20 Februari 2022.

Menurut Sugiyono 2011 “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”Sehingga sampel merupakan bagian dari populasi yang ada, sehingga untuk pengambilan sampel harus menggunakan cara tertentu yang didasarkan oleh pertimbangan-pertimbangan yang ada. Peneliti mengambil sampel

(29)

16

dengan metode Probability Sampling dengan jumlah responden sebanyak (365) orang. Ukuran sampel ditentukan dengan menggunakan rumus:

n = 𝑍²𝑝 (1−𝑝)𝑁

𝑑² (𝑁−1)+𝑍² 𝑝(1−𝑝)

keterangan:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

Z = Derajat kepercayaan (biasanya pada tingkat 95% = 1,96)

p = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak diketahui proporsinya, ditetapkan 50% (0,50)

d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan: 10% (0,10);

5% (0,5)

n = 1,96

2 .0,50 (1−0,50)7.495 0,052(7.495−1)+1,962.0,50(1−0,50)

Berdasarkan perhitungan maka sampel yang digunakan minimal sebesar 365,47 atau 365 responden. Sampel akan diambil dari mahasiswa aktif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang menempuh program S1 dan berasal dari Program Studi Non- Kesehatan ( Farmasi ). Pemilihan responden sebanyak 365 orang dari 7.495 mahasiswa akan dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner yang telah diberi kriteria tertentu. Kriteria tersebut antara lain harus merupakan mahasiswa aktif Sanata Dharma, bersedia mengisi kuesioner, dan juga memuat kriteria inklusi dan eksklusi dimana :

Kriteria Inklusi :

- Mahasiswa Aktif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - Berasal dari Program Studi Non-Kesehatan (Non-Farmasi)

(30)

17 - Pernah/sedang menderita sakit maag

- Pernah/sedang melakukan swamedikasi pada penyakit maag Kriteria eksklusi :

- Menolak menjadi responden/menolak berpartisipasi dalam penelitian - Adanya hambatan Etis

- Tidak menyelesaikan pengisian kuesioner

Mahasiswa yang memenuhi kriteria penelitian akan dapat digunakan sebagai responden dan datanya dapat digunakan. Sedangkan mahasiswa yang tidak memenuhi kriteria penelitian, maka akan dikecualikan dari responden dan datanya tidak akan digunakan dalam penelitian.

4. Alat atau Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Kuisioner.

Kuesioner adalah cara pengumpulan informasi dalam jumlah besar yang

relatif murah, cepat dan efisien yang dapat diisi baik secara offline maupun online. kuesioner memberikan urutan pertanyaan yang logis, mengarahkan ke suatu pokok berikutnya. Memberikan format standar pencatatan fakta, komentar dan sikap. suatu tempat sehingga pengolahan data dapat diolah dengan mudah.

5. Tata cara Penelitian

a. Permohonan Izin dan Kerjasama

Perizinan dimulai dengan meminta surat izin penelitian dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang selanjutnya akan diserahkan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.

b. Permohonan Izin Ethical Clearance

Permohonan izin Ethical Clearance untuk memastikan bahwa penelitian telah memenuhi syarat-syarat etis yang dibutuhkan dalam penelitian yang menyangkut manusia sebagai subjek penelitian. Surat kelaikan etik akan didapatkan dari komisi etik penelitian kesehatan Universitas Respati Yogyakarta.

(31)

18 c. Penelusuran data dan populasi

Penelusuran bertujuan untuk mengetahui jumlah populasi mahasiswa aktif Universitas Non-Kesehatan Program S1 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelusuran dilakukan dengan mengakses Web PDDIKTI Kemendikbud tanggal 20 Februari 2022.

d. Pembuatan Informed Consent

Responden diminta untuk mengisi nama dan menandatangani informed consent yang berisi kesediaan responden untuk menjadi bagian dari penelitian.

e. Pembuatan Kuesioner

Kuesioner yang dibuat adalah kuesioner tertutup dengan jawaban yang telah tersedia. Pengisian terdiri atas 3 sub bagian dimana bagian pertama memuat identitas diri, bagian kedua mengenai informasi awal tentang swamedikasi maag dan pengetahuan responden mengenai penyakit maag dan terapi swamedikasi, dan bagian ketiga tentang sikap dan tindakan swamedikasi yang ditempuh.

f. Tahap Pengujian Kuesioner

1. Uji Validitas: Uji validitas pada penelitian ini adalah validitas isi (content validity) untuk melihat menilai kerasionalan dari pertanyaan kuesioner yang digunakan dengan menggunakan professional judgement. Proses uji validitas dilakukan oleh ahli farmasi dalam bidang kesehatan masyarakat. Dalam uji validitas ini, jumlah pertanyaan yang akan diuji adalah sebanyak 33 pertanyaan.

2. Uji pemahaman Bahasa: Uji pemahaman bahasa digunakan untuk mengetahui apakah bahasa yang digunakan peneliti untuk menyusun pertanyaan kuesioner dapat dipahami oleh responden dan memastikan bahwa peneliti dan responden memiliki persepsi yang sama dalam memahami pertanyaan

(32)

19

dalam kuesioner. Uji pemahaman bahasa akan dilakukan kepada responden yang memiliki kriteria mirip dengan responden penelitian yaitu mahasiswa Program S1 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Uji Reliabilitas: Uji reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan konsistensi dari suatu hasil pengukuran jika pengukuran tersebut dilakukan secara berulang (Surahman et al., 2016). Uji reliabilitas ini menggunakan teknik Cronbach Alpha dengan menggunakan bantuan program SPSS. Kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Alfian dan Putra, 2017).

g. Pengambilan data

Penyebaran data kuesioner secara online dengan platform google form pada mahasiswa aktif Universitas Sanata Dharma yang telah mengisi informed consent dan memenuhi kriteria.

h. Pengolahan data

1. Editing : Memastikan bahwa data yang diperoleh dari responden penelitian masuk dalam kriteria inklusi, kemudian data tersebut dipindahkan ke file Microsoft Excel.

2. Coding : Coding merupakan kegiatan pemberian kode berupa angka pada data yang terdiri dari beberapa kategori. Melakukan pengkodean terhadap data yang sudah dikumpulkan.

3. Input : Pemasukan data ke dalam tabel dan mengolahnya dengan komputer.

4. Cleaning : Data yang telah dimasukkan ke dalam komputer dikoreksi kembali untuk memastikan kebenaran data, setelah data akurat kemudian data dapat dianalisa.

(33)

20 i. Analisis Hasil

Analisis data adalah sebuah proses pemeriksaan, pembersihan, transformasi dan pemodelan data dengan tujuan menemukan informasi yang berguna, menginformasikan kesimpulan dan mendukung pengambilan keputusan. Analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif yang dilanjutkan dengan analisis pengaruh dengan uji regresi linear sederhana.

1.Analisis Statistik deskriptif

Statistika deskriptif bertujuan untuk memberikan ringkasan dari sampel data dan tidak menggunakan data untuk membuat kesimpulan atas populasi. Karakteristik dari responden penelitian dipresentasikan berdasarkan jenis kelamin dan usia. Rumus yang digunakan adalah :

𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑎𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑡𝑖𝑘 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑎𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑡𝑖𝑘

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑥 100%

a. Skala Pengukuran Guttman

Pada Kuesioner bagian kedua digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan, skala yang digunakan adalah skala Guttman dengan pertanyaan yang telah tersedia jawabannya berupa pernyataan “Benar”,

“Salah”, dan “Tidak tahu”. Maka model penyajian datanya akan ditunjukan sebagai berikut :

Nilai kumulatif: jumlah nilai dari setiap pernyataan yang merupakan jawaban dari total 365 responden. Persentase: nilai kumulatif item dibagi dengan frekuensinya dikali 100%. Skala pengukuran Guttman adalah 1 untuk angka terbesar dan 0 untuk angka terkecil.

• Jumlah kumulatif terbesar = 365 x 1 = 365

• Jumlah kumulatif terkecil = 365 x 0 = 0

• Nilai % terbesar = 100%

• Nilai % terkecil = (365:1095) x 100% = 33,33 %

• Nilai rentang = 100%-33,33% = 66,67% : 3 = 22,22%

Sehingga diperoleh kategori penilaian:

(34)

21

Tabel II. Kategori Penliaian Skala Guttman

No % Kategori

1 77,78% - 100% Baik

2 55,56% - 77,77% Cukup

3 33,33% - 55,55% Kurang

b. Skala pengukuran Likert

Pada Kuesioner bagian kedua digunakan untuk mengukur sikap dan tindakan, skala yang digunakan adalah skala Likert dengan pertanyaan yang telah tersedia jawabannya berupa pernyataan “Sangat Tidak Setuju”, “Tidak Setuju”, “Netral”, “Setuju”, dan “ Sangat Setuju”. Maka penyajian datanya akan ditunjukan sebagai berikut :

Skala pengukuran Likert adalah 5 untuk angka terbesar dan 1 untuk angka terkecil.

• Jumlah kumulatif terbesar = 365 x 5 = 1825

• Jumlah kumulatif terkecil = 365 x 1 = 365

• Nilai persentase terbesar = 100%

• Nilai persentase terkecil = (365:1825) x 100% = 20%

• Nilai rentang = 100%-20% = 80% : 5 = 16%

Maka kategori penilaiannya adalah sebagai berikut : Tabel III. Kategori Penilaian Skala Likert

No % Kategori

1 20% - 36% Sangat Buruk

2 37% - 52% Buruk

3 53% - 68% Cukup

4 69% - 84% Baik

5 85% - 100% Sangat Baik

(35)

22

Sikap “Setuju”, dan “ Sangat Setuju” akan digambarkan sebagai sikap dan tindakan positif responden terhadap pernyataan yang diberikan, sedangkan “Sangat Tidak Setuju” dan “Tidak Setuju” akan digambarkan sebagai sikap dan tindakan negatif yang diberikan responden terhadap pernyataan yang diberikan, keterangan positif dan negatif akan digunakan untuk menilai sikap dan tindakan.

2. Uji Regresi linear Sederhana

Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y) Pengerjaan uji Regresi Linear Sederhana ini dapat menggunakan alat bantu yaitu SPSS dengan taraf kepercayaan 95%.

g. Hasil Pengujian Kuesioner A. Uji Validitas Kuesioner

Uji Validitas ini dilakukan dengan cara Peneliti melakukan revisi sebanyak tiga kali. Dari hasil pemeriksaan expert Judgment pertama Peneliti diberi saran dan revisi serta masukan berupa perubahan penggunaan kata yang lebih efektif dan lebih umum digunakan dalam masyarakat, selanjutnya berkas yang telah direvisi dikirimkan kembali kepada Validator pertama. Kemudian berkas kuesioner disetujui dan dinyatakan “Valid dan Layak” untuk digunakan sebagai media pengambilan data oleh validator pertama.

Bukti penandatanganan lembar validitas dan surat kelayakan terlampir pada lampiran I.

Selanjutnya berkas kuesioner dalam bentuk online (google form) dan softfile yang sudah diuji oleh expert Judgment pertama dikirimkan kepada validator kedua untuk melihat kesesuaian isi. Hasil uji validator kedua diberi saran berupa opsi untuk memberi trademark atau gambar pada merk obat pada google form untuk beberapa pernyataan. selanjutnya berkas yang telah direvisi dikirimkan kembali kepada Validator kedua dan kuesioner dinyatakan “Valid dan Layak”

(36)

23

untuk digunakan sebagai media pengambilan data oleh validator kedua. Bukti penandatanganan lembar validitas dan surat kelayakan terlampir pada lampiran I.

B. Uji Pemahaman Bahasa

Uji pemahaman Bahasa dilakukan pada lima orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, serta memiliki kriteria mirip dengan responden penelitian yaitu mahasiswa Program S1 Non- kesehatan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Responden diminta untuk memberi garis bawah atau lingkaran pada kata yang tidak dipahami, kemudian memberi tanda tangan apabila sudah memahami bahasa yang digunakan dalam kuesioner. Dari hasil pengujian tidak terdapat kata yang digaris bawahi atau dilingkari, serta semua penerima kuesioner menyatakan memahami Bahasa yang digunakan dalam kuesioner, dan dapat menjawab pertanyaan pada kuesioner tersebut dengan baik. Bukti pemahaman Bahasa dapat dilihat pada surat pernyataan yang sudah ditandatangani pada lampiran II.

C. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas ini menggunakan data dari tiga puluh orang orang yang memiliki karakteristik mirip dengan responden yang dibutuhkan. Uji reliabilitas ini menggunakan standar pengukuran dengan taraf kepercayaan 95% Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel IV . Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Variabel Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Dengan Nilai Cronbach Alpha

Variabel Nilai Cronbach Alpha Keterangan

Pengetahuan 0,690 Reliabel

Sikap 0,642 Reliabel

Tindakan 0,611 Reliabel

(37)

24

Berdasarkan uji reliabilitas yang dilakukan menunjukan angka >0,6 yang berarti reliabel, yang terlampir pada lampiran III, IV, V. Hasil tersebut menunjukan bahwa jawaban yang diberikan oleh responden adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Sehingga keseluruhan komponen kuesioner dikatakan reliabel atau handal dan dapat digunakan untuk mengukur variabel yang sama secara berulang(Alfian dan Putra, 2017).

(38)

25 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin.

Responden dalam penelitian ini berjumlah minimal 365 orang.

Pengambilan data ini dilakukan dengan cara pengisian kuesioner secara online melalui media google form. Dari hasil pengambilan data tersebut diperoleh responden yang mengisi google form sebanyak 391 orang dan yang memenuhi kriteria sebagai responden atau pernah melakukan swamedikasi adalah 366 orang responden.

Tabel IV. Karakteristik Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin.

Karakteristik Parameter N = 366 %

Usia <20 tahun 40 11 %

20-24 tahun 326 89 %

Jenis Kelamin Laki-laki 136 37,2 %

Perempuan 230 62,8%

1. Usia

Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada mahasiswa aktif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sebanyak 366 responden yang berpartisipasi dalam pengisian kuesioner penelitian, dan telah memenuhi kriteria sebagai responden. Menurut data yang diperoleh pada Tabel. IV, diperoleh jumlah responden berumur <20 tahun sebanyak 40 orang responden, usia 20-24 tahun sebanyak 326 orang responden, dan berusia

>25 tahun sejumlah 0 orang responden. Berdasarkan hasil tersebut diketahui responden memiliki rentang umur berkisar antara 19-24 tahun, dimana usia tersebut merupakan rentang usia untuk Mahasiswa S1 di Universitas Sanata Dharma dan merupakan kategori usia remaja. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang sedang menjalani perkuliahan

(39)

26

masuk dalam kategori usia produktif (18-24 tahun) yang mana memiliki kerentanan terhadap sakit maag (Depkes RI, 2009). Menurut Fahrur (2009), Mahasiswa cenderung memiliki pola makan dan pola tidur yang tidak teratur, sering merasa tertekan dan memiliki stress berat karena mengerjakan tugas kuliah yang sangat banyak sehingga sangat rentan terserang penyakit maag. Pernyataan tersebut sesuai dengan data dimana banyak mahasiswa yang memiliki penyakit maag dan memiliki kerentanan terhadap penyakit maag.

2.Jenis Kelamin

Responden yang paling banyak berpartisipasi dalam penelitian ini adalah perempuan yakni sejumlah 230 Responden, sedangkan responden laki-laki adalah sejumlah 136 responden. Hal ini sesuai dengan data PDDikti yang diakses pada 31 Agustus 2022, dimana mahasiswa yang terdaftar di Universitas Sanata Dharma lebih banyak berjenis kelamin perempuan. Jenis kelamin juga ikut menentukan tingkat partisipasi.

Perempuan sendiri biasanya lebih banyak memiliki waktu luang dibanding laki-laki untuk mengisi kuesioner. Selain itu ada beberapa laki-laki menolak untuk mengisi kuesioner dengan alasan tidak begitu paham dan tidak terbiasa melakukan swamedikasi. Menurut Panero dan Persico (2016), perempuan lebih memiliki pengetahuan tentang obat dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan lebih cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan pengobatan.

B. Penggalian Informasi Awal mengenai Swamedikasi

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan kuesioner yang dibagi atas empat sub-bagian, dimana pada bagian pertama memuat data diri dari responden, bagian kedua mengenai informasi awal swamedikasi, bagian ketiga mengenai pengetahuan dan bagian keempat mengenai sikap dan Tindakan swamedikasi. Pada penggalian informasi awal swamedikasi didapat data sebagai berikut.

(40)

27

Tabel V. Konfirmasi Kepada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Mengenai Riwayat Melakukan Swamedikasi Maag

Pertanyaan Keterangan Persentase (%)

Pernahkah anda melakukan

pengobatan sendiri (*tanpa ke dokter) saat mengalami sakit maag

?

Pernah 100%

Tidak Pernah 0%

Obat apa yang anda gunakan saat sakit maag?

Antasida 93,2%

Obat Lainnya 6,8%

Dimana biasanya anda mendapat obat tersebut

?

Apotek 69,9%

Warung 19,4%

Toko Obat 6,8%

Lainnya 3,9%

Apa alasan anda melakukan

pengobatan sendiri ?

Menghemat Waktu 18,9%

Menghemat Biaya 14,5%

Bisa ditangani Sendiri 64,8%

Jawaban Lainnya 2,6%

Dari mana anda mengetahui informasi mengenai obat tersebut ?

Iklan di Televisi/Sosial Media

36,6%

Pernah diberitahu dokter, perawat, apoteker, dll.

31,4%

Keluarga 24,9%

Pengalaman Pribadi 20,5%

Tetangga/kenalan 15,8%

Jawaban lainnya 0,3%

Berdasarkan pertanyaan nomor satu diketahui bahwa sebanyak 366 orang (100%) responden pernah melakukan swamedikasi, sedangkan tidak ada responden yang tidak pernah melakukan swamedikasi. Dari hasil tersebut diketahui banyak mahasiswa yang melakukan swamedikasi dibanding yang tidak melakukan swamedikasi. Berdasarkan pernyataan Fahrur (2009) yang mengatakan mahasiswa cenderung sangat rentan terkena penyakit maag karena kesibukan serta pola makan dan pola tidur

(41)

28

yang tidak bagus. Selain itu mahasiswa merupakan individu yang sibuk sehingga kurang memiliki waktu untuk datang berobat ke dokter. Maka dari itu kebanyakan mahasiswa lebih sering melakukan pengobatan sendiri. Hal ini sesuai pula dengan pernyataan Pirade (2018) yakni tingginya tingkat pengetahuan (mahasiswa) dapat menimbulkan kecenderungan untuk melakukan pengobatan sendiri terhadap keluhan penyakit yang ringan.

Berdasarkan pertanyaan nomor dua diketahui sebanyak 210 (57,4%) responden menggunakan obat dengan merek dagang promag, sebanyak 103 (28,1%) Responden menggunakan obat dengan merk dagang Mylanta, sebanyak 28 (7,7%) responden menggunakan merek dagang polysilane, dan sisanya memilih menggunakan obat dari dokter maupun obat herbal. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lady (2019) bahwa dalam melakukan swamedikasi, orang lebih cenderung menggunakan antasida, hal ini disebabkan antasida adalah golongan obat maag yang dijual bebas di pasaran dan tersedia dalam berbagai sediaan. Sehingga sangat mudah diperoleh dipasaran dan mudah untuk dibawa kemana-mana.

Berdasarkan pertanyaan nomor tiga diketahui bahwa sebanyak 256 (69,9%) responden memperoleh obat untuk swamedikasi dari Apotek, sebanyak 71 (19,4%) memperoleh dari warung, sebanyak 25 (6,8%) Memperoleh dari toko obat, dan sisanya memperoleh dari tempat lain seperti rumah sakit, toko obat herbal, dibuat sendiri dan lain-lain. Dari hasil tersebut diketahui bahwa mahasiswa sendiri lebih banyak membeli obat di apotek. Hal ini disebabkan saat akan membeli obat mereka akan mencari tempat menjual obat yang paling lengkap dan dapat dipastikan obat yang mereka perlukan tersedia disana, dan apotek merupakan penyedia obat yang paling lengkap. Hal ini sesuai dengan penelitian Rizal (2019) dimana tempat membeli obat bebas yang paling populer bagi para responden adalah apotek.

(42)

29

Berdasarkan pertanyaan keempat diketahui alasan dari pengobatan yang dilakukan oleh responden adalah sebanyak 237 (64,8%) responden merasa penyakit masih tergolong ringan sehingga bisa ditangani sendiri.

Sebanyak 69 (18,9%) responden memilih melakukan swamedikasi karena merasa swamedikasi lebih menghemat waktu mereka. Sebanyak 53 (14,5%) responden merasa dengan melakukan swamedikasi dapat menghemat biaya yang mereka keluarkan, dan sisanya memiliki alasan lain seperti menghindari ketergantungan obat atau merasa cocok dengan obat yang dipilih dan lain-lain. Dari hasil tersebut lebih banyak responden melakukan swamedikasi karena merasa penyakit yang mereka derita masih dapat ditangani sendiri. Sehingga hal tersebut sesuai dengan definisi swamedikasi yakni swamedikasi biasanya hanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan dan bukan untuk penyakit berat (Departemen Kesehatan RI, 2007).

Berdasarkan pertanyaan nomor lima diketahui bahwa responden mengetahui informasi mengenai obat yang digunakan untuk swamedikasi paling banyak dari iklan di televisi/social media dengan jumlah sebanyak 134 (36,6%), pernah diberi tahu oleh tenaga kesehatan sebanyak 115 (31,4%), dari keluarga responden sebanyak 91 (24,9%), pengalaman pribadi sebanyak 75 (20,5%) , tetangga/kenalan sebanyak 58 (15,8%), dan satu orang dari bisnis sendiri. Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa televisi/social media memiliki pengaruh besar dalam memberikan pengetahuan atau informasi terkait swamedikasi. Iklan yang ditampilkan di televisi maupun media sosial memiliki kontribusi besar dalam membujuk mahasiswa dalam memilih obat, hal ini karena iklan yang ditayangkan akan diputar secara berulang-ulang dan akhirnya akan mensugesti orang yang melihatnya untuk membeli obat tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian Andrawati (2016) yang mengatakan iklan obat mempunyai kontribusi dalam membujuk atau mengingatkan masyarakat dalam memilih suatu produk obat. Salah satu cara untuk merebut perhatian masyarakat bukan saja iklan sebagai sarana informasi tetapi

(43)

30

juga sebagai sebuah hiburan, yaitu menimbulkan perasaan gembira bagi siapapun yang melihatnya, sehingga konsumen tertarik untuk membeli.

C. Pengetahuan Mahasiswa Program S1 non-kesehatan Universitas Sanata Dharma

Menurut Notoatmodjo dalam Yuliana (2017), pengetahuan adalah hasil indera manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Jadi pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh oleh seseorang melalui panca indera. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya pengalaman, media massa, media elektronik, kerabat dekat, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012). Dari hasil perolehan data didapat hasil sebagai berikut.

Tabel VI. Kategori Pengetahuan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma mengenai Penyakit Maag dan Swamedikasi Maag

Kategori Frekuensi (N=366) Persentase (%)

Baik 321 87,7%

Cukup 41 11,2%

Kurang 4 1,09%

Dari hasil perhitungan menggunakan skala Guttman kategori dalam pengetahuan dalam penelitian ini dibagi atas tiga bagian yakni kategori “Baik” 77,78% - 100%, kategori “Cukup” 55,56% - 77,77%, dan kategori “Kurang” 33,33% - 55,55%. Berdasarkan tabel.V diperoleh bahwa Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang masuk dalam kategori “Baik” terkait pengetahuan tentang swamedikasi Maag yakni sebesar 87,7% (321 responden). Pada gambar V. diketahui bahwa rata-rata nilai yang diperoleh responden berkisar di angka 8,4 poin dari poin maksimal yakni 10 poin.

(44)

31

Gambar V. Distribusi Nilai Pengetahuan Responden Mengenai Penyakit Maag dan Swamedikasi Maag

Pada buku (Budiman & Riyanto, 2014) berpendapat bahwa tingkat intelektual atau pengetahuan seseorang akan semakin tinggi dengan bertambahnya umur seseorang tersebut. Menurut penelitian dari Dharmawati & Wirata (2016), terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan, karena tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

Pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan data yang diperoleh dimana pada penelitian mengenai tingkat pengetahuan mengenai swamedikasi maag pada mahasiswa non-kesehatan Universitas Sanata Dharma termasuk dalam kategori “Baik” dan melebihi dari separuh responden yakni sekitar 87,7%. Hal ini menunjukan bahwa responden sendiri sudah memiliki pengetahuan yang baik dalam hal swamedikasi maag, sehingga sangat memungkinkan untuk responden melakukan swamedikasi untuk keluhan maag ringan yang masih dapat ditangani sendiri.

(45)

32

Frekuensi Jawaban Responden Terkait Pengetahuan tentang Swamedikasi Maag.

Tabel VII. Frekuensi Jawaban Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Terkait Pengetahuan Tentang Penyakit Maag dan Swamedikasi Maag

No. Pertanyaan Jawaban N=366 (%)

1.

F

Penyakit maag merupakan suatu peradangan lapisan dalam perut berupa rasa nyeri dan panas pada lambung.

Benar 331 90,4

Salah 27 7,4

Tidak Tahu 8 2,2

2.

F

Penyakit Maag dapat disebabkan oleh luka terbuka dalam lapisan lambung.

Benar 281 76,8

Salah 68 18,6

Tidak Tahu 17 4,6

3.

F

Makan makanan terlalu pedas atau asam dapat memperparah penyakit maag.

Benar 315 86,1

Salah 47 12,8

Tidak Tahu 4 1,1

4.

F

Gejala penyakit maag antara lain rasa mual dan nyeri.

Benar 305 83,3

Salah 55 15

Tidak Tahu 6 1,6

5.

F

Promag (antasida) adalah obat yang digunakan untuk mengatasi maag.

Benar 304 83,1

Salah 50 13,7

Tidak Tahu 12 3,3

6.

UF

Promag (antasida) adalah obat yang tidak bisa dibeli tanpa resep dokter.

Benar 67 18,3

Salah 282 77

Tidak Tahu 17 4,6

7.

UF

Dosis obat yang diminum tidak penting untuk diperhatikan.

Benar 39 10,7

Salah 323 88,3

Tidak Tahu 4 1,1

8.

UF

Saat mengalami maag dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan pedas dan asam.

Benar 48 13,1

Salah 316 86,3

Tidak Tahu 2 0,5

9.

UF

Terlambat makan dan pola makan yang tidak teratur tidak berpengaruh pada penyakit maag.

Benar 76 20,8

Salah 289 79

Tidak Tahu 1 0,3

10.

UF

Pengetahuan tentang Informasi cara pemakaian obat maag tidak penting untuk diperhatikan.

Benar 34 9,3

Salah 329 89,9

Tidak Tahu 3 0,8

1. Penyakit maag merupakan suatu peradangan lapisan dalam perut berupa rasa nyeri dan panas pada lambung.

Pertanyaan nomor satu menggambarkan definisi dari penyakit maag, jawaban kuesioner menunjukan bahwa sebanyak 90,4% (331 orang) responden mengetahui definisi dari sakit maag. Berdasarkan hasil tersebut

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya pengaruh tingkat pengetahuan tentang swamedikasi batuk terhadap tindakan swamedikasi batuk pada masyarakat di Kelurahan Grobogan

Berdasarkan hasil “ Analisis Kepuasan Mahasiswa Pada Kualitas Pelayanan Sekretariat Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta” maka penulis memberikan saran

jasa yang paling penting bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma.. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui

Saran peneliti kepada mahasiswa Prodi BK angkatan 2011 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta agar bisa mempertahankan sikap perilaku konsumtifnya yang berada di frekuensi yang

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PERBEDAAN SIKAP MAHASISWA TERHADAP PERILAKU

Pertama, pengintegrasian pendidikan keanekaragaman suku dengan mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma dari segi materi perkuliahan, sikap sosial,

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : EVALUASI TINGKAT KESADARAN KEAMANAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta terhadap tindakan swamedikasi acne