• Tidak ada hasil yang ditemukan

ICD X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ICD X"

Copied!
662
0
0

Teks penuh

(1)

CHAPTER I. 1``

PENYAKIT-PENYAKIT INFEKSI DAN

PARASIT TERTENTU

Bab ini berisi penyakit-penyakit yang umumnya dikenal sebagai penyakit menular.

Hal-hal penting pada bab ini:

Bab ini adalah satu dari bab-bab terbesar ICD-10, terbagi atas 21 blok, dengan kategori berkisar dari A00 to B99.Dari 200 kategori yang tersedia, 171 telah digunakan. Terdapat lima eksklusi yang berada pada level bab.

Penggunaan modifier “certain” atau “tertentu” pada judul menunjukkan bahwa beberapa penyakit infeksi dan parasit diklasifikasikan di tempat lain.

Perhatikan bahwa terdapat beberapa pengecualian terhadap eksklusi. Mereka berhubungan dengan tetanus obstetri dan neonatus, sifilis kongenital, infeksi gonokokus perinatal, serta penyakit HIV obstetrik dan neonatus.

Terdapat sebuah aturan mengenai dugaan asal-usul infeksi atau bukan infeksi pada diare, yang tergantung pada negara tempat diare ini didapatkan. Aturan ini hanya berlaku kalau tidak ada penjelasan mengenai apakah diare ini asalnya infeksi atau bukan. Kalau diare dianggap bukan infeksi, kodenya K52.9 (pada bab Penyakit-penyakit Sistem Pencernaan). Kalau diare dianggap infeksi, ia dikode pada bab I.

Ketika mengkode tuberkulosis, kategori A15-A16 menunjukkan apakah tuberkulosis ini telah dipastikan dan metode apa yang digunakan untuk pemastiannya, misalnya pemeriksaan sputum di bawah mikroskop, atau x-ray dada.

Blok B20-B23 memiliki catatan di bagian awal tentang penggunaan subkategori karakter ke-4. Kategori ini disediakan untuk penggunaan opsi kalau tidak mungkin dilakukan pengkodean ganda.

Blok B50- B64 menyediakan pedoman melalui catatan inklusi dan eksklusi mengenai tindakan yang diambil dalam kasus infeksi plasmodium campuran..

Kode-kode B90-B94 codes digunakan kalau kondisi yang diobati merupakan sekuel dari penyakit infeksi

B95-B97 merupakan blok kode tambahan yang memungkinkan organisme infeksi dicatat sebagai penyebab kondisi yang diklasifikan terutama pada bab lain. Kode-kode tidak boleh digunakan untuk kondisi perimer/utama, karena mereka adalah kode tambahan atau pelengkap. Gunakan kode tambahan, bila perlu, untuk identifikasi antibiotika yang kuman itu

resisten (U80-U89)

Mencakup: Penyakit-penyakit yang umumnya dianggap menular Kecuali: Carrier atau diduga carrier penyakit menular (Z22.-)

Infeksi lokal tertentu – lihat bab tentang sistem tubuh

Penyakit infeksi dan parasit yang mempersulit kehamilan, persalinan dan nifas [kecuali tetanus obstetri dan penyakit human immunodeficiency virus (HIV)] (O98.-).

Penyakit infeksi dan parasit yang khusus pada masa perinatal [kecuali tetanus neonatorum, sifilis kongenital, infeksi gonokokus perinatal dan penyakit HIV perinatal] (P35-P39).

(2)

Bab ini berisi blok-blok sebagai berikut:

Penyakit-penyakit akibat bakteria, chlamydia, dan rickettsia A00-A09 Penyakit infeksi usus

A15-A19 Tuberculosis

A20-A28 Penyakit bakteri zoonotik tertentu A30-A49 Penyakit bakteri lainnya

A50-A64 Infeksi dengan penularan terutama melalui hubungan seksual A65-A69 Penyakit akibat spirochaeta lainnya

A70-A74 Penyakit lain akibat chlamydia A75-A79 Rickettsioses

Penyakit-penyakit akibat infeksi virus

A80-A89 Infeksi virus sistem syaraf pusat

A90-A99 Demam akibat virus asal-arthropoda dan demam berdarah akibat virus

B00-B09 Infeksi virus yang khas dengan lesi kulit dan membran mukosa

B15-B19 Hepatitis virus

B20-B24 Penyakit human immunodeficiency virus [HIV] B25-B34 Penyakit virus lainnya

Penyakit-penyakit akibat jamur, protozoa, cacing, dan kutu

B35-B49 Mikosis

B50-B64 Penyakit akibat protozoa

B65-B83 Penyakit akibat cacing (helminthiases) B85-B89 Pediculosis, acariasis dan infestasi lainnya Hal-hal lain sehubungan dengan penyakit infeksi dan parasit

B90-B94 Sequelae penyakit-penyakit infeksi dan parasit B95-B97 Bakteria, virus dan agen infeksi lainnya

B99 Penyakit-penyakit menular lainnya

Penyakit-penyakit infeksi pada usus (A00-A09)

A00 Cholera

Cholera adalah infeksi akut yang melibatkan semua bagian usus halus, khas dengan berak encer yang sangat banyak, muntah, kejang otot, dehidrasi, oliguria, dan pingsan. Penularannya melalui makan dan minum bahan yang tercemar dengan kotoran orang yang terinfeksi Vibrio cholerae serogroup 01.

Masa inkubasi adalah 1-3 hari, yang bisa memberikan gejala ringan atau berat, disusul oleh diare mendadak tanpa nyeri yang bisa mencapai 1 liter/jam. Kehilangan cairan dan elektrolit akibat toksin kuman ini merupakan penyebab gejala yang lebih berat. Pengobatan terutama dengan mengganti cairan dan elektrolit sesegera mungkin, dan antibiotika.

A00.0 Cholera akibatVibrio cholerae01, biovar cholerae Cholera klasik

A00.1 Cholera akibatVibrio cholerae01, biovar eltor Cholera El Tor

A00.9 Cholera, tidak dijelaskan

(3)

Salmonella adalah penyebab utama penyakit diare di seluruh dunia. Kelompok yang menyerang manusia dan adalahSalmonella typhi, S. paratyphi A, B, dan C, serta S. sendai.

Salmonella typhi dan S. paratyphi menyebabkan demam tifoid dan paratifoid yang khas dengan demam, lemah, nyeri perut, dan kulit kemerahan. Keadaan ini disebut juga demam usus (‘enteric fever’). Penularannya melalui makanan yang tercemar oleh kotoran atau urin penderita, menembus dinding usus ke kelenjar limfe dan masuk ke aliran darah.

Masa inkubasi 8-14 hari, dan gejala diawali oleh demam, sakit kepala, nyeri sendi, radang tenggorokan, konstipasi, anoreksia, nyeri dan nyeri tekan perut. Gejala ini bisa diikuti dysuria, batuk kering, dan epistaxis. Suhu tubuh 39-40oC selama 10-14 hari, menurun pada minggu ketiga.

Gejala sistem syaraf pusat adalah delirium, stupor, atau koma.

Nekrosis jaringan usus bisa terjadi, di samping ulkus, perdarahan dan perforasi usus. Kuman yang beredar di darah menyebabkan infeksi organ seperti osteomyelitis, endocarditis, meningitis, abses jaringan lunak, glomerulonefritis, dan radang daerah reproduksi.

A01.0 Typhoid fever

Infeksi oleh Salmonella typhi A01.1 Paratyphoid fever A

A01.2 Paratyphoid fever B A01.3 Paratyphoid fever C

A01.4 Paratyphoid fever, tak dijelaskan Infeksi olehS. paratyphiNOS A02 Infeksi salmonella lainnya

Termasuk: Infeksi atau keracunan makanan olehSalmonellaselainS. typhidanS. paratyphi

A02.0 Salmonella enteritis Salmonellosis

A02.1 Salmonella septicaemia A02.2† Infeksi salmonella terlokalisir

meningitis salmonella (G01*), pneumonia salmonella (J17.0*), arthritis salmonella (M01.3*), osteomyelitis salmonella (M90.2*),

penyakit tubulo-interstitial ginjal salmonella (N16.0*) A02.8 Infeksi salmonella lain yang dijelaskan

A02.9 Infeksi salmonella, tidak dijelaskan

A03 Shigellosis

Shigellosis adalah infeksi akut usus akibat Shigella, yang tersebar di seluruh dunia. Jenis yang paling umum adalah Shigella flexneri (B) dan S. sonnei (D), disusul oleh S. boydii (C) dan yang paling ganas, S. dysenteriae (A). Penyebarannya melalui makanan yang tercemar oleh kotoran. Disentri basiler akibat Shigella paling umum pada anak-anak di daerah endemi, sedangkan orang dewasa agak lebih tahan terhadap serangannya.

Shigella menembus mukosa kolon dan ujung ileum, menyebabkan sekresi lendir, hiperemia, infiltrasi lekosit, edema, dan ulkus dangkal mukosa. Gejalanya berupa diare encer yang disusul gejala disentri berupa sakit perut, mual dan muntah, serta berak bercampur lendir, darah dan pus. Pengobatan dengan penggantian cairan tubuh dan pemberian antibiotika.

A03.0 Shigellosis akibat S. dysenteriae; Group A [dysentery Shiga-Kruse] A03.1 Shigellosis akibat Shigella flexneri; Group B

A03.2 Shigellosis akibat Shigella boydii; Group C A03.3 Shigellosis akibat Shigella sonnei; Group D A03.8 Shigellosis lain

(4)

A03.9 Shigellosis, tidak dijelaskan; disentri basiler NOS A04 Infeksi usus akibat bakteri lainnya

Escherichia coli biasanya tinggal di saluran pencernaan. Kalau pembatas anatomis yang menghalanginya rusak, ia menyebar ke struktur sekitar atau memasuki aliran darah. Situs yang paling sering diserang E. coli adalah saluran kemih yang dimasuki dari luar; di samping yang dari dalam seperti hati dan empedu, peritoneum, kulit, dan paru-paru.

Kecuali: keracunan makanan akibat bakteri (A05.-); enteritis tuberkulosa (A18.3)

A04.0 InfeksiE. colienteropathogenik A04.1 InfeksiE. colienterotoxigenik A04.2 InfeksiE. colienteroinvasif

A04.3 InfeksiE. colienterohaemorrhagik A04.4 InfeksiE. colilain pada usus;

Enteritis Escherichia coli NOS A04.5 Enteritis Campylobacter

A04.6 Enteritis akibatYersinia enterocolitica

Kecuali: yersiniosis extraintestinum (A28.2) A04.7 Enterokolitis akibatClostridium difficile

Keracunan makanan akibatClostridium difficile

A04.8 Infeksi usus akibat bakteri lain yang dijelaskan A04.9 Infeksi usus akibat bakteri, tidak dijelaskan;

Enteritis bakteri NOS

A05 Keracunan makanan akibat bakteri lainnya, nec

Keracunan makanan oleh enterotoksin (racun yang menyerang usus) kuman menyebabkan gastroenteritis, misalnya akibat V. cholerae atau non-cholerae, E. coli, staphylococcus, Clostridium. botulinum, Cl. perfringens, salmonella, dsb.

Keracunan stafilokokus menyebabkan muntah, diare, sakit perut, kadang-kadang demam dan sakit kepala. Keracunan Cl. botulinum memberi gejala syaraf yang dimulai dari kelemahan syaraf kepala, lalu diikuti syaraf spinal. Gejala antara lain mual, muntah dan sakit perut, disusul mulut kering, diplopia, blepharoptosis dan penurunan refleks pupil.

Keracunan makanan oleh Cl. perfringens biasanya ringan, namun sakit perut, diare berat, penumpukan gas dan perut kembung bisa menyebabkan kolaps.

Kecuali: keracunan makanan dan infeksi akibatsalmonella(A02.-) infeksi E. coli (A04.0-A04.4); listeriosis (A32.-);

efek toxik makanan beracun (T61-T62) A05.0 Keracunan makanan akibat staphylococcus A05.1 Botulismus

Keracunan makanan klasik akibatClostridium botulinum

A05.2 Keracunan makanan akibatCl. perfringens[Cl. welchii]; Enteritis necroticans; Pig-bel

A05.3 Keracunan makanan akibatVibrio parahaemolyticus

A05.4 Keracunan makanan akibatBacillus cereus

A05.8 Keracunan makanan akibat kuman lain yang dijelaskan A05.9 Keracunan makanan akibat kuman, tidak dijelaskan

A06 Amoebiasis

Amoebiasis adalah infeksi kolon oleh protozoaEntamoeba histolytica. Biasanya tanpa gejala, tapi bisa berupa diare ringan sampai disentri. Penularan melalui kontak makanan dengan kotoran

(5)

manusia. Bentuknya bisa berupa trofozoit hidup yang mudah mati, atau kista yang sangat menular. Kista akan menghasilkan trofozoit di usus halus yang kemudian dibawa ke kolon, cecum dan appendix.

Trofozoit menembus mukosa kolon, membentuk abses-abses kecil yang kemudian menyatu dan merusak jaringan sehingga terjadi perdarahan, edema dan ulkus. Mereka bisa dibawa vena porta ke hati dan membentuk abses hati, atau menyebar ke paru-paru dan pleura kanan. Penularan melalui darah bisa mencapai paru-paru, perikardium dan otak. Gejala bisa berupa diare atau konstipasi, kembung, nyeri perut, berak berlendir dan berdarah, dan nyeri tekan di hati. Pengobatan mencakup kemoterapi dan penggantian darah, cairan dan elektrolit.

Termasuk:: infeksi akibat Entamoeba histolytica

Kecuali: penyakit usus lain akibat protozoa (A07.-) A06.0 Disentri amubik akut;

Amubiasis akut, Amubiasis usus NOS A06.1 Amubiasis usus kronis A06.2 Kolitis amuba non-disentri A06.3 Amuboma usus;

Amuboma NOS

A06.4 Abses hati akibat amuba; Amubiasis hati

A06.5† Abses paru-paru akibat amoeba (J99.8*); Abses paru (dan hati)

A06.6† Abses otak amuba (G07*);

Abses amuba otak (dan hati) (dan paru-paru) A06.7 Amubiasis kulit

A06.8 Infeksi amuba di situs lain; Appendisitis amuba, Balanitis amuba † (N51.2*) A06.9 Amubiasis, tak dijelaskan

A07 Penyakit usus akibat protozoa lainnya

Penyakit protozoa usus lain balantidiasis, giardiasis, dan kriptosporidiosis. Balantidiasis akibatBalantidium coli menyebabkan ulkus dinding usus, diare, dan disentri. Giardiasis (lambliasis) akibat Giardia lamblia menyebabkan gangguan penyerapan lemak sehingga timbul diare. Kriptosporidiosis akibat Cryptosporidia berupa diare akut tapi berlangsung singkat. Isospora dan protozoa lain juga dapat menimbulkan gejala pada saluran pencernaan.

A07.0 Balantidiasis Disentri balantidia A07.1 Giardiasis [lambliasis] A07.2 Cryptosporidiosis A07.3 Isosporiasis

Infeksi Isospora belli dan I. hominis; Coccidiosis usus

Isosporosis usus

A07.8 Penyakit usus akibat protozoa lain yang dijelaskan Trichomoniasis usus

Sarkositosis Sarkosporidiosis

A07.9 Penyakit usus akibat protozoa, tidak dijelaskan Diare flagellata

(6)

Kolitis protozoa, diare protozoa, disentri protozoa. A08 Infeksi usus oleh virus dan infeksi lain yang dijelaskan

Virus adalah parasit terkecil, partikel molekul intrasel, yang memiliki inti asam nukleat dan dilapisi protein, yang tergantung pada sel (bakteri, tanaman, hewan) untuk reproduksi. Virus group enterik terbagi atas kategori poliomyelitis, coxsackievirus, echovirus dan enterovirus, dan virus gastroenteritis epidemik. Kategori terakhir ini yang memberikan gejala pada saluran pencernaan berupa mual dan muntah, dan bisa berupa rotavirus, “Norwalk” agents, astrovirus, adenovirus tipe 40 dan 41, calicivirus, dan agen-agen mirip coronavirus.

Kecuali: Influenza yang melibatkan saluran pencernaan (J10.8, J11.8) A08.0 Enteritis akibat rotavirus

A08.1 Gastroenteropati akut akibat Norwalk agent; Enteritis virus dengan struktur kecil bulat A08.2 Enteritis adenovirus

A08.3 Enteritis virus lainnya

A08.4 Infeksi usus oleh virus, tidak dijelaskan

Enteritis NOS, gastroenteritis NOS, gastroenteropati NOS akibat virus. A08.5 Infeksi usus lain yang dijelaskan

A09 Diare dan gastroenteritis dan kolitis yang berawal dari infeksi atau tidak jelas Kecuali: akibat bakteri, protozoa, virus dan agen infeksi lain yang dijelaskan (A00-A08)

diare non-infektif (see noninfectious) (K52.9) diare non-infektif neonatus (P78.3)

A09.0 Gastroenteritis dan kolitis lain dan tidak dijelaskan yang asalnya menular Kataralis usus

Diare: akut berdarah, akut encer, disenteri, epidemik Diare menular

Kolitis menular atau septik: NOS, hemoragik Enteritis menular atau septik: NOS, hemoragik A09.0 Gastroenteritis dan kolitis asalnya tidak jelas

Tuberkulosis (A15-A19)

Tuberkulosis (TB) adalah infeksi akut atau kronis akibat Mycobacterium tuberculosis, dan kadang-kadang olehM. bovis. Penyakit ini khas dengan keseimbangan antara ketahanan tubuh dan infeksi, fokus infeksi (di dalam atau di luar paru-paru) bisa aktif kembali kapan saja, dan sering setelah periode laten yang cukup lama. Fokus TB memiliki tuberkel berisi sel-sel raksasa dan epitelioid, cenderung fibrosis, dan perkejuan (caseation) yaitu nekrosis yang tidak mencair.

Infeksi dengan menghirup bulir cairan (droplet) yang dikeluarkan batuk dan mengering di udara. Piring dan sprei juga sumber penularan yang penting. Pada M. bovis, susu sapi menjadi sumber penyebaran. Pekerja laboratorium bisa terinfeksi melalui inokulasi langsung.

Tubuh yang belum disensitisasi tidak memiliki pertahanan terhadap TB. Infeksi biasa dimulai pada paru-paru bagian bawah dan tengah, kuman menyebar ke kelenjar limfe, terus ke aliran darah dan seluruh tubuh. Dalam 4-10 minggu timbul hipersensitivitas tuberkulin, area pneumonitis kecil, perbanyakan kuman dihambat, dan infeksi terhenti.

Perkembangan infeksi selanjutnya tergantung pada usia dan intensitas kontak. Kasus yang paling menular adalah yang sputumnya mengandung kuman. Infeksi paling mudah mengenai bayi, disusul oleh anak-anak dan remaja. Pada usia tua kemungkinan terinfeksi kembali meningkat. Termasuk:: infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis dan M. bovis

Kecuali: sequel TB (B90.-), TB kongenital (P37.0)

pneumokoniosis dengan TB (J65), silicotuberculosis (J65) A15 TB pernafasan, dipastikan secara bakteriologis dan histologis

(7)

A15.0 TB paru, dipastikan oleh mikroskopis sputum dengan atau tanpa kultur. Bronkiektasia TB, fibrosis paru TB, pneumonia TB , pneumothoraks TB, dipastikan oleh mikroskopis sputum dengan atau tanpa kultur

A15.1 TB paru, dipastikan oleh kultur saja

Kondisi pada A15.0, dipastikan oleh kultur saja A15.2 TB paru, dipastikan secara histologis

Kondisi pada A15.0, dipastikan secara histologis

A15.3 TB paru, dipastikan melalui cara yang tidak dijelaskan

Kondisi pada A15.0, dipastikan tapi tidak jelas secara bakteriologis atau histologis A15.4 TB kelenjar limfe intratoraks, dipastikan secara bakteriologis dan histologis

TB kelenjar limfe hilus, mediastinum, trakheobronkus, dipastikan secara bakteriologis dan histologis

Kecuali: dinyatakan primer (A15.7)

A15.5 TB larings, trakhea, glottis dan bronkus, dipastikan secara bakteriologis dan histologis

TB bronkus, glottis, larings, trakhea, dipastikan secara bakteriologis dan histologis

A15.6 Pleuritis TB, dipastikan secara bakteriologis dan histologis

TB pleura, empyema TB, dipastikan secara bakteriologis dan histologis

Kecuali: TB pernafasan primer, dipastikan bakteriologis dan histologis (A15.7) A15.7 TB pernafasan primer, dipastikan secara bakteriologis dan histologis

A15.8 TB pernafasan lain, dipastikan secara bakteriologis dan histologis TB mediastinum, nasofarings, hidung, sinus hidung,

dipastikan secara bakteriologis dan histologis

A15.9 TB pernafasan yang tidak dijelaskan, dipastikan secara bakteriologis dan histologis

A16 TB pernafasan, tidak dipastikan secara bakteriologis atau histologis A16.0 TB paru, secara bakteriologis dan histologis negatif.

Bronkiektasia TB, fibrosis paru TB, pneumonia TB , pneumothoraks TB, secara bakteriologis dan histologis negatif.

A16.1 TB paru, pemeriksaan bakteriologis dan histologis tidak dilakukan

Kondisi pada A16.0, pemeriksaan bakteriologis dan histologis tidak dilakukan A16.2 TB paru, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis

TB paru, bronkiektasia TB, fibrosis paru TB, pneumonia TB , pneumothoraks TB, NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis)

A16.3 TB kelenjar limfe intratoraks, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis

TB kelenjar limfe hilus, intratoraks, mediastinum, trakheobronkus, NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis) Kecuali: dinyatakan primer (A15.7)

A16.4 TB larings, trakhea, glottis dan bronkus, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis

TB bronkus, glottis, larings, trakhea,

NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis) A16.5 Pleuritis TB, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis

TB pleura, empyema TB, pleuritis TB,

NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis)

Kecuali: TB pernafasan primer, dipastikan bakteriologis dan histologis (A15.7) A16.7 TB pernafasan primer, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis

(8)

TB pernafasan primer NOS Kompleks TB primer

A16.8 TB pernafasan lain, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis TB mediastinum, nasofarings, hidung, sinus hidung,

NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis)

A16.9 TB pernafasan yang tidak dijelaskan, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis

TB pernafasan NOS Tuberkulosis NOS

A17† TB sistem syaraf A17.0† Meningitis TB(G01*)

TB meningen, leptomeningitis TB A17.1† Tuberkuloma meningen (G07*) A17.8† TB lain sistem syaraf

Meningoensepfalitis TB (G05.0*), myelitis TB (G05.0*),

Tuberkuloma otak atau medulla spinalis, TB otak atau medulla spinalis (G07*), Abses TB otak (G07*),

Polyneuropathy TB (G63.0*)

A17.9† TB sistem syaraf, tidak dijelaskan (G99.8*)

A18 TB organ lain A18.0† TB tulang dan sendi

TB panggul (M01.1*), TB lutut (M01.1*), arthritis TB (M01.1*), TB kolom vertebra (M49.0*)

Synovitis TB (M68.0*), tenosynovitis TB (M68.0*) Mastoiditis TB (H75.0*),

Osteitis TB (M90.0*), osteomyelitis TB (M90.0*), nekrosis TB tulang (M90.0*), A18.1 TB sistem genitourinarius

TB ginjal † (N29.1*), TB ureter † (N29.1*), TB bladder † (N33.0*),

TB organ genital pria † (N51.-*), TB cervix † (N74.0*),

Pelvic inflammatory disease TB wanita † (N74.1*) A18.2 Limfadenopati perifer TB,

Adenitis TB

Kecuali: Adenopati trakheobronkus TB, TB kelenjar limfe intratoraks (A15.4, A16.3)

TB kelenjar limfe mesenterik dan retroperitoneum (A18.3), A18.3 TB usus, peritoneum, dan kelenjar mesenterika

Asites TB, TB kelenjar limfe retroperitoneum Peritonitis TB† (K67.3*)

TB anus dan rektum†, TB usus (halus, besar)†, enteritis TB† (K93.0*), A18.4 TB kulit dan jaringan subkutis

Erythema induratum TB, scrofuloderma Lupus exedens, lupus vulgaris NOS, Lupus vulgaris kelopak mata† (H03.1*), Kecuali: lupus erythematosus (L93.-),

(9)

A18.5† TB mata

Episcleritis TB † (H19.0*),

Keratitis interstitialis TB (H19.2*), keratoconjunctivitis TB † (H19.2*) Iridocyclitis TB † (H22.0*),

Chorioretinitis TB † (H32.0*),

Kecuali: lupus vulgaris kelopak † (A18.4) A18.6 TB telinga

Otitis media TB (H67.0*)

Kecuali: TB mastoiditis (A18.0†) A18.7† TB kelenjar adrenal (E35.1*),

Penyakit Addison pada TB A18.8 TB organ lain yang dijelaskan:

TB kel. tiroid † (E35.0*), TB perikardium † (I32.0*), TB endokardium † (I39.8*), TB miokardium † (I41.0*), Arteritis serebri TB† (I68.1*) TB esofagus † (K23.0*)

A19 TB miliaris

Termasuk: TB disseminata, TB generalisata, poliserositis TB A19.0 TB miliaris akut pada situs tunggal yang disebutkan A19.1 TB miliaris akut pada situs ganda

A19.2 TB miliaris akut, tidak dijelaskan A19.8 TB miliaris lainnya

A19.9 TB miliaris, tidak dijelaskan

Penyakit kuman zoonotik tertentu (A20-A28)

Penyebab: kuman yang biasa hidup pada hewan dan kemudian ditularkan ke manusia A20 Plague

Plague adalah penyakit infeksi akut berat yang dikenal sebagai epidemi Black Death pada abad pertengahan, akibatYersinia (Pasteurella) pestis yang masuk melalui gigitan kutu tikus terinfeksi, diikuti demam, delirium dan muntah. Jenis yang menonjol adalah bubonic dengan pembesaran padat kelenjar limfe aksilla atau perineum yang sangat nyeri, kulit di atasnya merah, hati dan limpa membesar, gelisah dan bingung, dengan kematian 60% dalam 3-5 hari Bentukpneumonic (pada kelenjar limfe paru-paru) plague menyebabkan batuk darah dan dapat membunuh penderitanya dalam 48 jam.

Termasuk: infeksi akibat Yersinia pestis A20.0 Bubonic plague

A20.1 Cellulocutaneous plague A20.2 Pneumonic plague A20.3 Plague meningitis A20.7 Septicaemic plague

A20.8 Bentuk-bentuk lain plague Plague abortif

Plague asimptomatik Pestis minor

(10)

A21 Tularaemia

Tularemia adalah penyakit infeksi akut yang biasanya khas dengan lesi ulseratif lokal, gejala sistemik yang menonjol, dan keadaan seperti demam tifus, bakteremia, dan pneumonia. Penyebabnya Francisella (Pasteurella, Brucella) tularensis yang memasuki tubuh melalui makanan, inokulasi, atau kontaminasi. Ia bisa menembus kulit yang utuh. Type A yang ganas hidup pada kelinci, dan type B yang lebih jinak hidup pada tikus.

Empat jenis klinis tularemia adalah ulceroglandular (87%) dengan lesi utama di tangan dan jari, oculoglandular dengan infeksi pada mata dan radang pada kelenjar limfe di sisi tubuh yang sama, glandular dengan limfadenitis regional, mungkin akibat termakan, dan jenis tifoid dengan nyeri perut dan demam. Gejalanya nyeri kepala berat, demam tinggi dan pembesaran kelenjar limfe. Kematian 6% pada kasus yang tidak diobati.

Termasuk: deer-fly fever, infeksi akibatFrancisella tularensis, rabbit fever A21.0 Ulceroglandular tularaemia

A21.1 Oculoglandular tularaemia Ophthalmic tularaemia A21.2 Pulmonary tularaemia A21.3 Gastrointestinal tularaemia

Abdominal tularaemia A21.7 Generalized tularaemia

A21.8 Bentuk-bentuk lain tularaemia A21.9 Tularaemia, tidak dijelaskan

A22 Anthrax

Disebabkan olehBacillus anthracis, anthrax sangat menular pada hewan ternak. Infeksi pada manusia biasanya melalui kulit, selain menelan dan menghirup sporanya. Pada infeksi kulit timbul papula, vesikula dan eksudasi. Bisa terjadi limfadenopati, lemah, myalgia, sakit kepala, demam, mual dan muntah. Jenis pernafasan paling berbahaya karena spora dengan cepat memperbanyak diri, diikuti oleh nekrosis pada kelenjar limfe paru-paru, dan menyebar ke meningen dan otak. Termasuk: infeksi akibat Bacillus anthracis

A22.0 Anthrax kulit

Karbunkel ganas, pustula ganas A22.1 Anthrax pernafasan

Anthrax inhalasi Penyakit Ragpicker Penyakit Woolsorter A22.2 Anthrax gastrointestinum A22.7 Septikaemia anthrax

A22.8 Bentuk-bentuk lain anthrax Meningitis anthrax † (G01*) A22.9 Anthrax, tidak dijelaskan

A23 Brucellosis

Brucellosis disebabkan oleh Brucella melitensis (kambing dan domba), B. suis (caribou), dan B. canis (anjing). Infeksi terjadi akibat menelan susu atau produk susu (butter dan keju) hewan terinfeksi. Penyakit ini khas dengan stadium demam akut dengan sedikit tanda lokal, dan stadium kronis dengan demam naik turun (undulant fever), lemah, dan keringatan, namun jarang membawa kematian.

(11)

A23.0 Brucellosis akibat B. melitensis A23.1 Brucellosis akibat B. abortus A23.2 Brucellosis akibat B. suis A23.3 Brucellosis akibat B. canis A23.8 Brucellosis lain

A23.9 Brucellosis, tidak dijelaskan

A24 Glanders and melioidosis

Glanders disebabkan oleh Pseudomonas mallei, yaitu bakteri kuda, dengan gejala demam tinggi dan radang kelenjar limfe. Melioidosis disebabkan oleh Ps. pseudomallei melalui kulit yang lecet; jarang secara langsung dari hewan atau pasien yang terinfeksi. Gejala yang paling umum pada infeksi pernafasan akut adalah pneumonia nekrotikans. Pada infeksi septikemik, bisa terjadi kebingungan, sesak nafas, faringitis, demam tinggi, dan sianosis, serta nyeri hebat pada otot. Kematian biasanya <10%.

A24.0 Glanders

Infeksi akibat Pseudomonas mallei Malleus

A24.1 Melioidosis akut dan fulminant Melioidosis: pneumonia, septicaemia A24.2 Melioidosis subakut dan kronis A24.3 Melioidosis lain

A24.4 Melioidosis, tidak dijelaskan

Infeksi Pseudomonas pseudomallei NOS; Penyakit Whitmore

A25 Rat-bite fevers – demam gigitan tikus

Terdapat dua jenis demam yang timbul setelah gigitan tikus ini, yaitu spirillosis dan streptobacillosis. Spirillosis disebabkan oleh Spirillum minus, yang menimbulkan radang di tempat gigitan 10 hari kemudian, setelah luka gigitan itu sembuh, diikuti oleh demam berulang dan limfadenitis regional. Jenis streptobacillosis disebabkan oleh Streptobacillus moniliformis, yang menimbulkan gejala 10 hari setelah gigitan berupa demam menggigil, muntah, sakit kepala, dan nyeri punggung dan sendi.

A25.0 Spirillosis Sodoku

A25.1 Streptobacillosis

Erythema arthritik epidemik, Demam Haverhill,

Streptobacillary rat-bite fever A25.9 Rat-bite fever, tidak dijelaskan

A26 Erysipeloid

Erysipeloid adalah infeksi akut kulit akibat Erysipelothrix rhusiopathiae yang biasa menyerang babi. Infeksi sering melalui luka pada tangan yang mengolah jaringan hewan ini. Gejala berupa sembab lokal yang mengganggu pekerjaan selama 2-3 minggu.

A26.0 Cutaneous erysipeloid; Erythema migrans A26.7 Erysipelothrix septicaemia

A26.8 Bentuk-bentuk lain erysipeloid A26.9 Erysipeloid, tidak dijelaskan A27 Leptospirosis

(12)

Leptospirosis adalah infeksi akibat Leptospira yang hidup pada hewan piaraan atau liar, yang menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. Kontak terjadi melalui urine, jaringan tubuh, dan tanah atau air. Gejala sakit kepala, nyeri otot, demam dan menggigil pada fase leptospiremia; disusul oleh fase imun. Pada infeksi berat bisa terjadi jaundice, azotemia (terdapatnya urea dan komponen nitrogen lain di darah), perdarahan, gangguan kesadaran dan demam. Gejala pada ginjal berupa proteinuria, pyuria, dan hematuria.

A27.0 Leptospirosis icterohaemorrhagica

Leptospirosis akibatL. interrogansserovar icterohaemorrhagiae A27.8 Bentuk-bentuk lain leptospirosis

A27.9 Leptospirosis, tidak dijelaskan

A28 Penyakit bakteri zoonotik lain, not elsewhere classified A28.0 Pasteurellosis

A28.1 Cat-scratch disease Cat-scratch fever

A28.2 Extraintestinal yersiniosis

Kecuali: enteritis akibatY. enterocolitica(A04.6) plague (A20.-)

A28.8 Penyakit bakteri zoonotik lain yang dijelaskan, not elsewhere classified A28.9 Penyakit bakteri zoonotik, tidak dijelaskan

Penyakit bakteri lainnya (A30-A49)

A30 Leprosy [Hansen's disease]

Lepra adalah penyakit infeksiMycobacterium leprae, diduga sangat menular tapi keganasannya rendah dan menyukai daerah tubuh yang lebih sejuk seperti kulit, membran mukosa dan syaraf perifer. Lesi kulit dan lesi syaraf perifer mendominasi penemuan klinis awal. Lepra dibagi menurut derajat imunitas penderitanya.

Lepra indeterminata sulit didiagnosa. Lesi awal pada kulit biasanya berupa makula berbatas kabur, agak pucat atau kemerahan dengan diameter 1-2 cm. Ini adalah radang tidak khas yang melibatkan pembuluh darah, kelenjar keringat dan sebasea, folikel rambut, dan syaraf kulit. Lesi ini cenderung sembuh spontan, tapi bisa pula menjadi tiga bentuk, yaitu lepra tuberkuloid (TT), lepromatosa (LL), dan borderline (dimorpheus).

Lepra TT khas dengan lesi kulit yang awalnya terlokalisir pada kulit atau syaraf perifer. Lesi kulit cenderung besar berbatas tegas, berjumlah satu atau beberapa, tidak berasa, dan tidak simetris. Respons radang sangat aktif, dengan sel-sel epitelioid dan sel-sel Langhan mirip dengan tuberkel yang dikelilingi banyak sel limfosit. Basil sedikit dan sulit ditemukan. Nekrosis kaseasi (perkejuan) dapat merusak bundel syaraf dengan akibat paralisis yang terfokus pada daerah tertentu. Pertahanan tubuh cukup tinggi dan kesembuhan spontan bisa terjadi; namun, syaraf perifer dapat rusak.

Lepra LL. adalah infeksi umum yang melibatkan kulit, mulut, hidung dan membran mukosa pada pernafasan atas, permukaan depan hidung, syaraf kulit dan perifer, sistem retikulo-endotel, kelenjar adrenal, dan testes. Seluruh permukaan tubuh bisa terlibat begitu luas, disertai oleh basilemia lepra berkadar tinggi. Makula paling banyak, disertai oleh papula, nodula, atau plak. Basil mudah ditemukan pada sampel jaringan. Resistensi pasien terhadap basil rendah, dan penyakit yang tidak diobati akan progresif.

Lepra borderline memiliki kombinasi gambaran klinis dan patologis TT dan LL, yaitu borderline-tuberkuloid (BT), mid-borderline (BB), dan borderline-lepromatosa (BL), tergantung pada jumlah relatif basil, limfosit, sel epitelioid, dan makrofag. Jenis borderline ini tidak stabil dan bisa berubah menjadi TT atau LL.

Lesi syaraf kulit sering menimbulkan anestesia pada lesi tersebut. Lesi pada serat syaraf yang lebih besar akan menyebabkan anestesi pada seluruh daerah yang disyarafinya. Anestesia ini

(13)

menyebabkan pasien tidak menyadari kerusakan yang terjadi pada anggota tubuh. Lepra juga bisa merusak hidung, daun telinga, alis mata, atau testis.

Termasuk: infeksi akibat Mycobacterium leprae

Kecuali: Sekuel lepra (B92) A30.0 Indeterminate leprosy

Lepra I

A30.1 Tuberculoid leprosy Lepra TT

A30.2 Borderline tuberculoid leprosy Lepra BT

A30.3 Borderline leprosy Lepra BB

A30.4 Borderline lepromatous leprosy Lepra BL

A30.5 Lepromatous leprosy Lepra LL

A30.8 Bentuk lain leprosy A30.9 Lepra, tidak dijelaskan

A31 Infeksi akibat mikobakteria lain

Kecuali : tuberculosis (A15-A19), leprosy (A30.-) A31.0 Infeksi mikobakterium pada paru-paru

Infeksi akibatM. avium,M. intracellulare[Battey bacillus],M. kansasii

A31.1 Infeksi mikobakterium pada kulit Buruli ulcer

Infeksi akibat M. marinum, M. ulcerans A31.8 Infeksi mikobakterium lainnya

A31.9 Infeksi mikobakterium, tidak dijelaskan Infeksi mikobakterium tidak khas NOS Mycobacteriosis NOS

A32 Listeriosis

Listeriosis disebabkan oleh Listeria monocytogenes dengan manifestasi yang bervariasi menurut patogenesis, situs, dan usia pasien. Infeksi terjadi melalui minum susu atau produk keju yang terinfeksi, atau kontak langsung. Pada orang dewasa, meningitis merupakan bentuk umum listeriosis, sedangkan endokarditis dan listeriosis typhoid (dengan bakteremia dan demam tinggi) jarang terjadi. Kontak pada konjungtiva bisa menyebabkan infeksi kelenjar mata dengan oftalmitis.

Termasuk: infeksi listeria melalui makanan

Kecuali: listeriosis neonatus (disseminata) (P37.2) A32.0 Listeriosis kulit

A32.1† Meningitis and meningoencephalitis listeria

Meningitis listeria (G01*); meningoencephalitis listeria (G05.0*) A32.7 Septikemia listeria

A32.8 Bentuk lain listeria

Endocarditis listeria † (I39.8*) Arteritis cerebri Listeria † (I68.1*), Listeriosis okuloglandular

(14)

A33 Tetanus neonatorum

Tetanus khas dengan spasme tonik berulang otot sadar, terjadi setelah luka, dan bisa terjadi pada prosedur kebidanan dan bayi baru lahir. Spasme otot rahang memberinya nama ‘lockjaw’ atau rahang terkunci. Penyebabnya exotoksin (tetanospasmin) Clostridium tetani, basil anaerob yang sporanya stabil bertahun-tahun, bisa terdapat di tanah dan kotoran binatang..

Tetanospasmin memasuki syaraf pusat melalui syaraf motorik atau aliran darah. Toksin berikatan pada sinaps dan menyebabkan kekakuan umum, dengan masa inkubasi 2-50 (biasanya 5-10) hari. Gejala yang paling sering kekakuan rahang sehingga sulit membuka mulut (trismus), di samping spasme otot muka sehingga terlihat seperti senyum terfiksir dengan alis mata naik (risus sardonicus). Kekakuan otot perut, leher dan punggung – malah opisthotonus – bisa terjadi. Spasme sfingter menyebabkan retensi urin dan konstipasi. Sensoris biasanya jernih, tapi koma bisa segera timbul setelah kejang.

A34 Tetanus obstetri

A35 Tetanus lain, Tetanus NOS

A36 Diphtheria

Difteri adalah penyakit menular akut akibat Corynebacterium diphtheriae, khas dengan pseudomembran fibrinosa pada mukosa pernafasan, dan kerusakan jaringan miokardium dan syaraf akibat eksotoksin. Difteri kulit juga umum terjadi. Tiga jenis C. diphtheriae, yaitu mitis, intermedius, dan gravis, yang menyebar melalui sekresi orang yang terinfeksi. Biasanya kuman bersarang di tonsil atau nasofarings. Jenis toksigenik menghasilkan eksotoksin yang mematikan sel-sel di sekitarnya dan sel-sel yang jauh karena dibawa oleh darah. Lesi patologis ditemukan di saluran nafas, orofarings, miokardium, sistem syaraf, dan ginjal.

Membran di daerah tonsil, bewarna abu-abu kotor, keras dan berfibrin, melekat dengan erat sehingga pembuangannya menyebabkan perdarahan. Edema larings dan farings bisa menyumbat pernafasan. Tanpa antitoksin bisa terjadi miokarditis dan kegagalan jantung, serta kelumpuhan otot mulut, rahang dan tenggorok (bulbar paralysis)

A36.0 Difteri farings

Angina membranosa difteri Difteri tonsil

A36.1 Difteri nasofarings A36.2 Difteri larings,

Laringotrakheitis difteri A36.3 Difteri kulit

Kecuali: erythrasma (L08.1) A36.8 Difteri lain

Konjungtivitis difteri† (H13.1*); miokarditis difteri† (I41.0*), polyneuritis difteri† (G63.0*)

A36.9 Diphtheria, tidak dijelaskan

A37 Whooping cough

Batuk rejan atau pertussis ini akut, sangat menular, khas dengan batuk paroksismal spasmodik (tiba-tiba dan terus-menerus) yang biasanya berakhir dengan inspirasi panjang, berbunyi dengan nada tinggi (“whoop”). Penyebabnya adalahBordetella pertussis. Bentuk yang lebih ringan disebabkan olehB. parapertussis.

Infeksi karena menghirup kuman yang disebarkan pasien lain ke udara. Pertussis bisa menyerang setiap usia, walaupun lebih dari separo berusia di bawah 2 tahun. Masa inkubasi 7-14 hari, penyakit berlangsung selama 6 minggu. Stadium kataralis berlangsung ringan, dengan batuk, air mata, dan tanda pilek lain. Stadium paroksismal terjadi setelah 10-14 hari, dengan 5 sampai

(15)

>15 batuk berturut-turut dengan cepat, diakhiri dengan pernafasan dalam dan berbunyi. Setelah beberapa pernafasan normal, paroksisma dimulai kembali. Stadium kataralis dan paroksismal awal sangat menular. Stadium penyembuhan terjadi setelah 4 minggu, batuk menurun frekuensi dan beratnya. Lama penyakit rata-rata 51 hari (3 minggu – 3 bulan).

A37.0 Whooping cough disebabkanBordetella pertussis

A37.1 Whooping cough disebabkanBordetella parapertussis

A37.8 Whooping cough disebabkan spesiesBordetellalain A37.9 Whooping cough, tidak dijelaskan

A38 Scarlet fever Skarlatina

Kecuali: sore throat akibat streptokokus

Skarlatina disebabkan Streptokokus group A yang membuat erythrotoxin, menyebabkan warna merah pada kulit. Gejala yang khas antara lain “circumoral pallor” yaitu kelihatan pucat di sekitar mulut karena muka sangat merah, lidah “strawberry” karena papilla menonjol pada lapisan merah terang, dan Pastia’s lines berupa garis merah gelap di lipatan kulit.

A39 Infeksi meningokokus

Meningokokus dapat menyebabkan infeksi pada meningen, adrenal, jantung, dan sebagainya. Ia juga menyebabkan bakteremia dengan sifat akut atau kronis.

A39.0† Meningitis meningokokus (G01*)

A39.1† Sindroma Waterhouse-Friderichsen (E35.1*); Adrenalitis haemoragika meningokokus Sindroma adrenal meningokokus

A39.2 Acute meningococcaemia A39.3 Chronic meningococcaemia

A39.4 Meningokokaemia, tidak dijelaskan; Bakteremia meningokokus NOS A39.5† Penyakit jantung meningokokus

Pericarditis meningokokus (I32.0*) Endocarditis meningokokus (I39.8*), Myocarditis meningokokus (I41.0*), Karditis meningokokus NOS (I52.0*) A39.8 Infeksi meningokokus lain

Encephalitis meningokokus meningokokus† (G05.0*) Konjunctivitis meningokokus† (H13.1*)

Retrobulbar neuritis meningokokus† (H48.1*) Arthritis meningokokus† (M01.0*)

Artritis pasca-meningokokus† (M03.0*) A39.9 Infeksi meningokokus , tidak dijelaskan

Penyakit meningokokus NOS

A40 Septikemia streptokokus

Septikemia adalah terdapatnya kuman di dalam darah (bakteremia) yang disertai oleh manifestasi klinis infeksi tersebut. Bakteremia umumnya, dan biasanya sementara, menyertai berbagai tindakan bedah (misalnya insisi abses); atau akibat kolonisasi kuman pada saluran infus atau kateter kandung kemih yang terpasang lama Demam hampir selalu menyertai septikemia, dengan awalnya menggigil. Erupsi pada kulit sering terjadi

(16)

infus, transfusi atau injeksi terapi (T80.2), immunisasi (T88.0), ketika melahirkan (O75.3), masa nifas (puerperal) (O85)

pada neonatus (P36.0-P36.1) pasca-prosedur (T81.4),

A40.0 Septikemia akibat streptokokus, group A A40.1 Septikemia akibat streptokokus, group B A40.2 Septikemia akibat streptokokus, group D A40.3 Septikemia akibat Streptococcus pneumoniae,

Septikemia pneumokokus

A40.8 Septikemia akibat streptokokus lainnya

A40.9 Septikemia akibat streptokokus, tidak dijelaskan

A41 Septikemia lain

Kecuali: melioidosis septikemik (A24.1), plague septikemik (A20.7) toxic shock syndrome (A48.3), bacteraemia NOS (A49.9)

setelah: abortus atau hamil ektopik atau mola (O03-O07, O08.0), infus, transfusi atau injeksi terapi (T80.2), immunisasi (T88.0), selama melahirkan (O75.3)

septikemia (akibat)(pada):

tularaemia (A21.7), anthrax (A22.7),Erysipelothrix(A26.7), yersiniosis extraintestinum (A28.2), listeria (A32.7),

meningokokus (A39.2-A39.4), streptokokus (A40.-), aktinomikotik (A42.7), gonokokus (A54.8),

herpesvirus (B00.7), kandida (B37.7),

puerperal (O85), neonatal (P36.-), pasca-prosedur (T81.4), A41.0 Septikemia akibatStaphylococcus aureus

A41.1 Septikemia akibat stafilokokus lain yang disebutkan Septikemia akibat stafilokokus koagulase-negatif A41.2 Septikemia akibat stafilokokus yang tidak dijelaskan A41.3 Septikemia akibatHaemophilus influenzae

A41.4 Septikemia akibat kuman anaerob Kecuali: gas gangrene (A48.0)

A41.5 Septikemia akibat organisme Gram-negative lain Septikemia Gram-negative NOS

A41.8 Septikemia lain yang dijelaskan A41.9 Septicaemia, tidak dijelaskan;

Septic shock

A42 Actinomycosis

Aktinomikosis adalah penyakit infeksi kronis yang khas dengan banyak sinus yang mengalirkan cairan dan disebabkan mikroorganisme gram positif anaerob yang sering terdapat pada gusi, tonsil, dan gigi, yaituActinomyces israelii..

Penyakit ini sering terdapat pada pria dewasa. Pada bentuk yang paling umum, cervicofacialis, tempat masuk utama adalah gigi yang membusuk. Bentuk lain adalah pulmonalis akibat terhirupnya sekresi mulut; dan abdominalis akibat pecahnya mukosa suatu divertikulum atau appendix. Lesi yang khas berupa daerah mengeras berisi abses kecil-kecil yang saling berhubungan dikelilingi oleh jaringan granulasi. Penyakit menyebar ke jaringan yang berdekatan, dan kadang-kadang melalui aliran darah.

(17)

Bentuk servikofasialis dimulai dengan bengkak di bawah mukosa mulut atau kulit leher. Area yang melunak akan menjadi sinus dengan fistula berisi cairan seperti ‘granul sulfur’ kuning, dengan diameter 1 mm. Pada bentuk pulmonalis, serangan diikuti oleh nyeri dada, demam, batuk produktif, dan perforasi dinding dada oleh saluran sinus. Bentuk abdominalis menyerang cecum, appendix, dan peritoneum; khas dengan nyeri, demam, muntah, diare atau konstipasi, dan kurus. Massa abdomen biasa terdapat, dan pada dinding bisa muncul sinus dan fistula. Bentuk generalisata disebabkan oleh septikemia, menyebar melalui darah ke kulit, vertebrae, otak, hati, ginjal, ureter dan organ pelvis (wanita).

Kecuali : Kecuali: actinomycetoma (B47.1) A42.0 Aktinomikosis pulmonalis

A42.1 Aktinomikosis abdominalis A42.2 Aktinomikosis servikofasialis A42.7 Septikemia aktinomikosis A42.8 Bentuk lain aktinomikosis A42.9 Aktinomikosis, tidak dijelaskan

A43 Nocardiosis

Nokardiosis adalah penyakit infeksi akut atau kronis yang menimbulkan granuloma dan nanah di seluruh tubuh, akibat Nocardia asteroides, suatu saprofit tanah. Organisme ini biasanya masuk melalui paru-paru, sering menyerang orang tua yang lemah. Penyebaran melalui aliran darah dan menimbulkan abses di otak, kadang-kadang di ginjal atau organ lain.

A43.0 Nokardiosis pulmonalis A43.1 Nokardiosis kulit A43.8 Bentuk lain nokardiosis A43.9 Nokardiosis, tidak dijelaskan

A44 Bartonellosis

DisebabkanBartonella bacilliformis dan hanya di Amerika Selatan, khas dengan anemia dan demam (demam Oraya) atau erupsi kulit yang kronis (Verruga peruana)

A44.0 Bartonellosis sistemik Demam Oroya

A44.1 Bartonellosis kulit dan mukosa kulit Verruga peruana

A44.8 Bentuk lain bartonellosis A44.9 Bartonellosis, tidak dijelaskan

A46 Erysipelas

Erisipelas adalah selulitis permukaan akibat Streptokokus  hemolitikus Group A, sering melibatkan muka, lengan atau tungkai. Selulitis adalah radang akut menyebar rata pada jaringan padat seperti kulit atau bawah kulit, jarang pada struktur yang lebih dalam, dan khas dengan hiperemia, infiltrasi lekosit, dan edema tanpa nekrosis atau pernanahan Lesi berbatas tegas, sembab, merah mengkilat, dan nyeri tekan; sering disertai oleh vesikel dan bulla. Garis-garis merah perifer dan limfadenopati regional kadang-kadang muncul; sedangkan demam tinggi, menggigil dan lesu umum terjadi. Erisipelas bisa muncul berulang dan menyebabkan limfedema kronis. Tempat masuk kuman bisa dari infeksi jamur pada sela jari kaki.

Kecuali : erisipelas nifas (O86.8)

(18)

Gas gangrene disebabkan oleh Clostridium perfringens dengan nekrosis pada otot dan selulitis, sering pada kaki. Penyakit Legionnnaires disebabkan oleh Legionella pneumophila, menyerang American Legion di Philadelphia tahun 1976, menyebabkan gejala pernafasan berupa pneumonia. Bentuk yang lebih ringan tidak menyebabkan pneumonia, cuma mirip flu.

TSS atau toxic shock syndrome khas dengan demam tinggi, muntah, diare, bingung, kulit merah, dan bisa syok; diduga akibat Staphylococcus aureus, sering pada wanita menstruasi akibat pemakaian tampon, atau laki-laki pascabedah. Muncul tahun 1978, menurut drastis tahun 1981 setelah penarikan beberapa jenis tampon dari pasaran. Demam purpura (kulit keunguan seperti lecet) Brazilia disebabkan oleh infeksi sistemikHemophilus aegyptus

Kecuali : actinomycetoma (B47.1) A48.0 Gas gangrene

Clostridial: cellulitis, myonecrosis A48.1 Penyakit Legionnaires

A48.2 Penyakit Legionnaires Nonpneumonic [demam Pontiac] A48.3 Toxic shock syndrome

Kecuali: septikemia NOS (A41.9), syok endotoxik NOS (R57.8) A48.4 Brazilian purpuric fever;

Infeksi sistemik Haemophilus aegyptius A48.8 Penyakit bakteri lain yang dijelaskan

A49 Infeksi bakteri, situs tidak dijelaskan Kecuali: infeksi meningokokus NOS (A39.9),

infeksi spirokhaeta NOS (A69.9) infeksi chlamydia NOS (A74.9), infeksi rickettsia NOS (A79.9),

bakteri penyebab penyakit yang diklasifikasikan pada bab lain (B95-B96), A49.0 Infeksi stafilokokus, tidak dijelaskan

A49.1 Infeksi streptokokus, tidak dijelaskan

A49.2 InfeksiHaemophilus influenzae, tidak dijelaskan A49.3 Infeksi Mycoplasma, tidak dijelaskan

A49.8 Infeksi bakteri lain dengan situs tidak dijelaskan A49.9 Infeksi bakteri, tidak dijelaskan;

Bacteraemia NOS

Infeksi yang terutama ditularkan hubungan seks (A50-A64)

Kecuali: penyakit human immunodeficiency virus [HIV] (B20-B24) uretritis nonspesifik and uretritis non-gonokokus (N34.1) penyakit Reiter's (M02.3)

A50 Sifilis kongenital

Sifilis (lues) adalah penyakit sistemik menular akibat spirochete Treponema pallidum, khas dengan stadium klinis dan laten (tanpa gejala) bertahun-tahun. T. pallidum bisa menyerang semua jaringan dan organ, atau ditularkan ibu ke janin melalui plasenta (sifilis kongenital). Sifilis dapat dideteksi oleh uji serologik sifilis (Serologic Tests for Syphilis - STS) pada wanita hamil sehingga penularan ke anak dapat dicegah.

Sifilis kongenital terbagi atas jenis dini, yang gejalanya muncul sebelum usia 2 tahun, dan jenis lanjut. Pada sifilis kongenital dini, lesi kulit berupa erupsi bullosa atau rash makula merah tembaga di telapak tangan dan kaki, dan papula di hidung, mulut dan daerah diaper. Berat badan

(19)

sulit naik, terlihat seperti orang tua, retak-retak di sekitar mulut (rhagades), hidung mengeluarkan sekret mukopurulenta atau bernoda darah, hati dan limpa membesar, dan limfadenopati umum. Bisa timbul meningitis, choroiditis (pada mata), hydrocephalus, kejang, atau retardasi mental. Pada 3 bulan pertama kelahiran bisa terjadi pseudoparalysis akibat osteochondritis (chondroepiphysitis). Gejala yang khas adalah Triad Hutchinson, yaitu (1) keratitis interstitialis yang dapat menyebabkan parut kornea, (2) insisor Hutchinson (insisor atas sempit dengan cekungan), dan (3) tuli syaraf akibat kerusakan NC VIII (n. auditorius).

Tahap laten bisa berlangsung seumur hidup. Stadium lanjut ditandai ulkus gusi yang dapat menyerang hidung, septum dan palatum durum, penonjolan os frontalis dan parietalis, tibia mirip pedang (saber shins), neurosifilis meningen atau otak, dan atrofi mata. Bisa juga terjadi gangguan perkembangan maksilla sehingga wajah mirip ‘bulldog’

A50.0 Sifilis kongenital dini, dengan gejala

Setiap kondisi sifilis kongenital yang dinyatakan dini atau muncul dalam waktu kurang dari dua tahun sejak lahir

Sifilis kongenital dini: kulit, mukokutan, viseral

Rhinitis, faringitis, laringitis, pneumonia: sifilitika kongenital dini Okulopati, osteokondrodistrofi: sifilitika kongenital dini

A50.1 Sifilis kongenital dini, latent

Sifilis kongenital tanpa manifestasi klinis, dengan reaksi serologis positif dan uji cairan spinal negatif, kurang dari dua tahun sejak lahir.

A50.2 Sifilis kongenital dini, tidak dijelaskan

Sifilis kongenital NOS kurang dari dua tahun sejak lahir A50.3 Okulopati sifilitika kongenital lanjut

Keratitis interstitialis sifilitika kongenital lanjut † (H19.2*) Okulopati sifilitika kongenital lanjut NEC† (H58.8*)

Kecuali: Triad Hutchinson (A50.5)

A50.4 Neurosifilis kongenital lanjut [neurosifilis juvenile] Dementia paralytica juvenilis

Juvenile: general paresis, tabes dorsalis, taboparetic neurosyphilis Meningitis† (G01*), encephalitis† (G05.0*): sifilitika kongenital lanjut Polyneuropathy† (G63.0*) sifilitika kongenital lanjut

Kecuali: Triad Hutchinson (A50.5)

A50.5 Sifilis kongenital lanjut lain dengan gejala klinis

Setiap kondisi sifilis kongenital yang dinyatakan lanjut atau muncul dua tahun atau lebih sejak lahir

Syphilitic saddle nose [pangkal hidung mencekung seperti sadel] Gigi atau triad Hutchinson

Clutton's joints† (M03.1*): [sendi lutut membengkak]

Artropati sifilitika† (M03.1*), osteokhondropati sifilitika† (M90.2*) Sifilis kardiovaskuler kongenital lanjut† (I98.0*),

A50.6 Sifilis kongenital lanjut, latent

Sifilis kongenital tanpa manifestasi klinis, dengan reaksi serologis positif dan uji cairan spinal negatif, dua tahun atau lebih sejak lahir

A50.7 Sifilis kongenital lanjut, tidak dijelaskan

Sifilis kongenital NOS dua tahun atau lebih sejak lahir A50.9 Sifilis kongenital, tidak dijelaskan

A51 Sifilis dini

T. pallidum masuk melalui membran mukosa atau kulit pada kontak seksual, termasuk orogenital, anorektum, ciuman atau kontak tubuh. Dalam beberapa jam ia mencapai kelenjar limfe

(20)

regional dan menyebar ke seluruh tubuh. Masa inkubasi biasanya 3-4 minggu. Gejala bisa muncul pada berbagai stadium tanpa didahului stadium yang lebih ringan, atau lama setelah infeksi awal.

Lesi primer muncul setelah 4 minggu berupa papula merah yang menjadi ulkus tanpa nyeri dengan dasar keras yang disebut chancre., dan pembesaran tanpa nyeri kelenjar limfe regional. Chancre primer terdapat di penis, anus, rektum; vulva, servix, dan perineum; di samping bibir, lidah, mukosa pipi, tonsil, atau jari. Penyembuhan disertai oleh jaringan parut dalam waktu4-8 minggu.

Sifilis sekunder berupa rash muncul 6-12 minggu setelah infeksi. Rash umumnya tersebar simetris, dapat menjadi makula, papula, pustula, atau skuamosa, sering sembuh tanpa parut, atau hanya dengan bekas-bekas bewarna hitam atau putih. Papula di perbatasan mukosa dan kulit, misalnya vulva, hipertrofi dengan permukaan datar, bewarna merah pucat atau abu-abu, yang disebut kondiloma latum. Selain kulit dan mukosa, terdapat pembesaran kelenjar limfe dimana-mana, disertai keterlibatan mata, tulang, sendi, meningen, ginjal, hati, dan limpa.

Penularan sangat mudah pada sifilis primer atau sekunder, tapi sukar pada sifilis tertier. Pada sifilis laten, infeksi kulit dan mukosa terjadi pada tahun pertama, lalu hilang bertahun-tahun atau seumur hidup. Kemunculan kembali sering dalam stadium tertier.

A51.0 Sifilis genital primer Syphilitic chancre NOS A51.1 Sifilis primer anus

A51.2 Sifilis primer di tempat lain

A51.3 Sifilis sekunder kulit dan membran mukosa Condyloma latum

alopecia sifilitika† (L99.8*), leukoderma sifilitika† (L99.8*), patch mukosa sifilitika A51.4 Sifilis sekunder lain

Meningitis sifilitika sekunder † (G01*),

iridosiklitis sifilitika sekunder † (H22.0*), okulopati sifilitika sekunder NEC† (H58.8*)

myositis sifilitika sekunder † (M63.0*), periostitis sifilitika sekunder † (M90.1*) pelvic inflammatory disease (PID) wanita sifilitika sekunder † (N74.2*),

limfadenopati sifilitika sekunder, A51.5 Sifilis dini, latent

Sifilis (didapat) tanpa manifestasi klinis, dengan reaksi serologis positif dan uji cairan spinal negatif, kurang dari dua tahun sejak infeksi

A51.9 Sifilis dini, tidak dijelaskan A52 Sifilis lanjut

Sifilis lanjut atau tertier terbagi secara klinis atas (1) sifilis tertier ringan pada kulit, tulang dan visera, (2) sifilis kardiovaskuler, dan (3) sifilis syaraf (neurosifilis). Sifilis tertier ringan memiliki lesi khas berupa gumma, yaitu reaksi granuloma kronis yang menyebabkan nekrosis dan fibrosis, dan ulkus tanpa nyeri yang membesar dan meninggalkan parut. Gumma terjadi di kulit, jaringan bawah kulit, submukosa, dan organ-organ dalam seperti lambung, paru-paru, hati, testis, atau khoroid mata. Pada keadaan lanjut bisa timbul artropati Charcot berupa kerusakan sendi tanpa nyeri, pembesaran tulang dan terbatasnya gerakan.

Sifilis kardiovaskuler menyebabkan timbulnya aneurisma aorta, penyempitan pangkal a. koronaria, insufisiensi katup aorta. Sifilis syaraf muncul sebagai neurosifilis meningovaskuler dengan berbagai gejala gangguan syaraf mulai dari sakit kepala sampai lumpuh. Khas disini adalah pupil Argyll Robertson, yaitu pupil kecil tidak beraturan yang bereaksi normal pada akomodasi atau rangsangan cahaya. Kerusakan medulla spinalis menimbulkantabes dorsalis (ataxia lokomotor) dengan nyeri, ataksia (kontrol gerakan berkurang), gangguan sensoris, dan hilangnya refleks tendon.

A52.0† Cardiovascular syphilis

Sifilis kardiovaskuler NOS (I98.0*)

Inkompetensi aorta (I39.1*), regurgitasi pulmonalis (I39.3*) sifilitika

(21)

Arteritis serebri (I68.1*), aneurisma aorta (I79.0*), aortitis (I79.1*), sifilitika A52.1 Neurosifilis simptomatik

Syphilitic parkinsonism† (G22*), Tabes dorsalis

Charcot's arthropathy† (M14.6*)

[sendi rusak karena nyeri di dalamnya tak bisa dirasakan pasien] Meningitis sifilitika lanjut † (G01*), encephalitis sifilitika lanjut † (G05.0*), Polyneuropathy sifilitika lanjut † (G63.0*),

Optic atrophy sifilitika lanjut † (H48.0*),

Retrobulbar neuritis sifilitika lanjut † (H48.1*) – radang n. opticus, Acoustic neuritis sifilitika lanjut † (H94.0*)

A52.2 Neurosifilis asimptomatik (tanpa gejala) A52.3 Neurosifilis, tidak dijelaskan

Gumma sifilis pada sistem syaraf pusat NOS Sifilis (lanjut) pada sistem syaraf pusat NOS Syphiloma pada sistem syaraf pusat NOS A52.7 Sifilis lanjut dengan gejala lainnya

Penyakit glomerulus pada syphilis† (N08.0*) Gumma (sifilitika), sifilis lanjut atau tertier:

semua tempat, kecuali yang diklasifikasikan pada A52.0-A52.3

Episcleritis sifilitika lanjut † (H19.0*), chorioretinitis sifilitika lanjut † (H32.0*), Okulopathy sifilitika lanjut NEC† (H58.8*), peritonitis sifilitika lanjut † (K67.2*) Leukoderma sifilitika lanjut † (L99.8*), bursitis sifilitika lanjut † (M73.1*),

Pelvic inflammatory disease (PID) wanita sifilitika lanjut † (N74.2*). Sifilis [stadium tidak dijelaskan] pada:

paru-paru† (J99.8*), hati† (K77.0*),

otot† (M63.0*), synovium† (M68.0*), tulang† (M90.2*) A52.8 Sifilis lanjut, latent

Sifilis (didapat) tanpa manifestasi klinis, dengan reaksi serologis positif fan uji cairan spinal negatif, dua tahun atau lebih sejak lahir.

A52.9 Sifilis lanjut, tidak dijelaskan A53 Sifilis lain dan tidak dijelaskan

A53.0 Sifilis, tidak dijelaskan dini atau lanjut Sifilis laten NOS

Reaksi serologis sifilis positif A53.9 Sifilis, tidak dijelaskan

Infeksi Treponema pallidum NOS Sifilis (didapat) NOS

Kecuali: sifilis NOS penyebab kematian pada usia <2 tahun (A50.2)

A54 Infeksi gonokokus

Gonorrhea adalah penyakit infeksi Neisseria gonorrhoeae pada epitel urethra, servix, rektum, farings, atau mata, yang dapat menyebabkan bakteremia dan komplikasi yang luas, dengan penyebaran biasanya melalui kontak seksual. Wanita sering merupakan “carrier” tanpa gejala selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Infeksi tanpa gejala juga sering terdapat pada orofarings dan rektum lelaki homoseksual.

Masa inkubasi pada laki-laki 2-14 hari, diikuti rasa tidak nyaman di urethra, dysuria, dan sekret bernanah dari muara urethra yang merah dan sembab. Sering berkemih (frequency) dan “tersesak” (urgency) muncul ketika infeksi makin ke pangkal urethra. Pada wanita masa inkubasi 7-21 hari, ringan; kadang-kadang dengan dysuria, sering berkemih, dan sekret vagina akibat nanah di

(22)

kelenjar Bartholini.. Infeksi sering pada servix dan organ reproduksi dalam, disusul urethra dan rektum, dengan komplikasi salpingitis. Gonorrhea rektum timbul akibat hubungan seks melalui anus, dan.faringitis gonorrhea akibat hubungan seks melalui mulut.

A54.0 Infeksi gonokokus pada saluran genitourinarius bawah tanpa abses kelenjar periuretra atau kelenjar aksesorius. Servisitis gonokokus NOS, vulvovaginitis gonokokus NOS Cystitis gonokokus NOS, urethritis gonokokus NOS, A54.1 Infeksi gonokokus pada saluran genitourinarius bawah

dengan abses kelenjar periuretra atau kelenjar aksesorius Abses gonokokus kelenjar Bartolini

A54.2 Pelviperitonitis gonokokus dan infeksi gonokokus lainnya

Prostatitis gonokokus † (N51.0*), orchitis atau epididymitis gonokokus † (N51.1*) Pelvic inflammatory disease [PID] gonokokus wanita † (N74.3*)

Kecuali: peritonitis gonokokus (A54.8) A54.3 Infeksi gonokokus pada mata

Konjungtivitis gonokokus† (H13.1*), iridocyclitis gonokokus † (H22.0*) Ophthalmia neonatorum akibat gonokokus

A54.4† Infeksi gonokokus pada sistem muskuloskeletonl

Arthritis gonokokus (M01.3*), synovitis atau tenosynovitis gonokokus (M68.0*) Bursitis gonokokus (M73.0*), osteomyelitis (M90.2*) gonokokus

A54.5 Faringitis gonokokus

A54.6 Infeksi gonokokus pada anus dan rektum A54.8 Infeksi gonokokus lainnya

Meningitis gonokokus † (G01*), abses gonokokus otak† (G07*), Perikarditis gonokokus † (I32.0*), endokarditis gonokokus † (I39.8*), Miokarditis gonokokus † (I41.0*), pneumonia gonokokus † (J17.0*), Peritonitis gonokokus † (K67.1*),

Septikemia gonokokus, dan lesi kulit gonokokus Kecuali: pelviperitonitis gonokokus (A54.2) A54.9 Infeksi gonokokus, tidak dijelaskan

A55 Limfogranuloma chlamydia (venereum)

Penyakit akibat chlamydia ini memiliki lesi primer sementara yang diikuti limfangitis suppuratif dan komplikasi lokal yang serius. Gejala awal biasanya limfadenopati inguinalis unilateral dengan nyeri tekan, kemudian membesar dan melekat ke struktur sekitar dan menyebabkan radang kulit setempat. Sinus-sinus kecil terbentuk dengan cairan purulenta atau mukopurulenta.

Bubo iklim atau tropis

Penyakit Durand-Nicolas-Favre Esthiomene

Lymphogranuloma inguinale

A56 Penyakit chlamydia lain yang ditularkan melalui hubungan seksual Termasuk: infeksi hubungan seksual akibatChlamydia trachomatis

Kecuali: lymphogranuloma chlamydia (A55), kondisi pada

A74.-pneumonia chlamydia neonatus (P23.1), konjungtivitis chlamydia neonatus (P39.1),

A56.0 Infeksi chlamydia pada saluran genitourinarius bawah Servisitis chlamydia, vulvovaginitis chlamydia

(23)

A56.1 Infeksi chlamydia pada pelviperitoneum dan organ genitourinarius lain Orchitis atau epididymitis chlamydia † (N51.1*)

Pelvic inflammatory disease [PID] chlamydia wanita † (N74.4*), A56.2 Infeksi chlamydia saluran genitourinarius, tidak dijelaskan A56.3 Infeksi chlamydia anus dan rektum

A56.4 Infeksi chlamydia farings

A56.8 Infeksi chlamydia melalui hubungan seksual pada tempat lain

A57 Chancroid

Penyakit lokal akut akibat Haemophylus ducreyi, khas dengan ulkus genital yang nyeri dan pernanahan kelenjar limfe inguinalis..

Ulcus molle

A58 Granuloma inguinale

Granuloma kronis akibat Donovania granulomatis, biasanya melibatkan genitalia dan mungkin disebabkan oleh kontak seksual.

Donovanosis

A59 Trikhomoniasis

Infeksi yang biasanya bersama gonorrhea ini disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, lebih sering pada wanita dengan akibat vaginitis, urethritis, dan cystitis.. Awal penyakit ditandai oleh cairan kuning kehijauan dan berbusa. Pada pria biasanya tanpa gejala, cairan uretra berbusa atau bernanah, dysuria dan frequency, dengan komplikasi epididymitis dan prostatitis.

Kecuali: trikhomoniasis usus (A07.8) A59.0 Trikhomoniasis urogenital;

Leukorrhoea (vaginalis); Prostatitis† (N51.0*) akibat T. vaginalis A59.8 Trikhomoniasis di tempat lain

A59.9 Trikhomoniasis, tidak dijelaskan

A60 Infeksi herpesviral [herpes simplex] anogenital

Herpes genitalis adalah infeksi kulit genital oleh herpes simplex virus (HSV), yang menyebar melalui hubungan seksual. Lesi muncul dalam 4-7 hari setelah kontak berupa lesi primer yang nyeri. Lesi sering menyerang preputium, glans dan batang penis; atau labia, clitoris, perineum, vagina dan cervix, serta pada rektum dan anus akibat anal sex.. Selain itu terjadi kelelahan umum, demam, dan sulit berkemih atau berjalan.

A60.0 Infeksi herpesvirus saluran genitalia dan urogenitalis

Infeksi herpesvirus saluran genital: wanita† (N77.0-N77.1*); pria† (N51.-*) A60.1 Infeksi herpesvirus kulit perianus dan rektum

A60.9 Infeksi herpesvirus anogenita;, tidak dijelaskan

A63 Penyakit hubungan seksual lain, tidak diklasifikasi di tempat lain Kecuali: molluscum contagiosum (B08.1), papilloma servix (D26.0)

Genital warts (condylomata acuminata, jerawat kelamin) disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) di daerah lembab pangkal preputium, muara uretra, dan batang penis; serta vulva, dinding vagina, servix. dan perineum. Munculannya berupa sembab kecil yang lembab, lunak, pink atau merah yang tumbuh dengan cepat dan bertangkai.

A63.0 Anogenital (venereal) warts

(24)

A64 Penyakit hubungan kelamin yang tidak dijelaskan Penyakit kelamin NOS

Penyakit akibat spirochaeta lainnya (A65-A69)

Kecuali: leptospirosis (A27.-); syphilis (A50-A53) A65 Sifilis nonvenereal

Bejel; sifilis endemic; Njovera

Sifilis endemik disebabkan oleh Treponema pallidum II, dimulai sejak kanak-kanak sebagai patch mukosa pipi, disusul oleh lesi papulosquamosa dan erosi di badan dan anggota. Periostitis tungkai bawah sering terjadi. Lesi gumma pada hidung dan palatum molle berkembang pada tingkat lanjut.

A66 Yaws

Termasuk: Bouba, framboesia (tropica), pian

Yaws disebabkan oleh T. pertenue sebagai granuloma atau makula di tempat inokulasi, biasanya tungkai bawah. Lesi telapak kaki berupa ulkus nyeri (“crab” yaws). Kesembuhan lesi diikuti oleh erupsi di muka, anggota, dan panggul. Lesi destruktif muncul pada stadium lanjut, yaitu periostitis (terutama tibia), exostosis maksilla bagian hidung, nodul disekitar sendi, lesi gumma kulit, dan ulkus mutilans di muka, terutama sekitar hidung (gangosa).

A66.0 Yaw, lesi awal Chancre of yaws;

Framboesia, awal atau primer; Mother yaw

Ulkus framboesia awal

A66.1 Yaw papillomata ganda dan “wet crab” Framboesioma

Pianoma;

Papilloma plantaris atau palmaris yaws A66.2 Lesi awal kulit lain pada yaws

Yaws kulit <5 tahun setelah infeksi;

Yaws (kulit) (makularis) (makulopapularis) (mikropapularis) (papularis) dini Framboeside pada yaws dini

A66.3 Hiperkeratosis pada yaws Ghoul hand

Worm-eaten soles

Hyperkeratosis, palmaris atau plantaris (dini) (lanjut) akibat yaws A66.4 Gummata dan ulkus pada yaws

Framboeside gummatosa

Yaws nodularis (bertukak) lanjut A66.5 Gangosa

Rhinopharyngitis mutilans A66.6 Lesi tulang dan kulit pada yaws

Ganglion, hydrarthrosis, osteitis, periostitis (hipertrofik): pada yaws (dini) (lanjut) Goundou, gumma tulang, osteitis atau periostitis gummatosa: pada yaws (lanjut) A66.7 Manifestasi lain yaws

(25)

Yaws mukosa A66.8 Yaws laten

Yaws tanpa gejala klinis, dengan serologis positif A66.9 Yaws, tidak dijelaskan

A67 Pinta [carate]

Disebabkan oleh T. carateum, pinta dimulai di tempat inokulasi sebagai papula kecil yang berkembang menjadi plak eritematosa, lalu menjadi patch di muka, leher dan anggota. Setelah beberapa tahun muncul patch kebiruan yang simetris di muka dan anggota serta tonjolan tulang, kemudian menjadi putih seperti vitiligo.

A67.0 Lesi primer pinta

Chancre (primer) atau papula (primer): dari pinta (carate) A67.1 Lesi intermedia pinta

Plak eritematosa, lesi hiperkromik, hiperkeratosis; pintids: dari pinta (carate) A67.2 Lesi lanjut pinta

Lesi kardiovaskuler† (I98.1*) dari pinta (carate)

Lesi kulit akromik, sikatriks, atau diskromik: dari pinta (carate) A67.3 Lesi campuran dari pinta

Lesi kulit akromik bercampur dengan hiperkromik dari pinta (carate) A67.9 Pinta, tidak dijelaskan

A68 Relapsing fevers – demam berulang

Relapsing fever adalah infeksi akut akibat spirochaeta jenis Borrelia yang ditularkan oleh kutu (tick atau lice). Masa inkubasi 3-11 hari, lalu menggigil, demam tinggi, takikardia, sakit kepala berat, muntah, nyeri otot dan sendi, dan sering meracau (delirium). Rash makula atau papula muncul di badan dan anggota; dan bisa disertai perdarahan konjungtiva, subkutis atau submukosa. Demam berlangsung 3-5 hari, sembuh dan berulang lagi 2-10 kali setiap 1-2 minggu. Jaundice, hepatomegaly, splenomegaly, myocarditis, dan kegagalan jantung bisa menyertainya. Kesembuhan terjadi setelah pasien memperoleh kekebalan alamiah.

Termasuk : Recurrent fever Kecuali : Lyme disease (A69.2) A68.0 Louse-borne relapsing fever

Relapsing fever akibatBorrelia recurrentis

A68.1 Tick-borne relapsing fever

Relapsing fever akibat spesiesBorrelia.selainBorrelia recurrentis

A68.9 Relapsing fever, tidak dijelaskan

A69 Infeksi spirochaeta lainnya

Infeksi Vincent adalah infeksi mulut tak menular akibat Bacillus fusiformis dan spirochaeta, dimulai dari papilla interdentin dan bisa merusak gusi secara langsung. Penyakit atau arthritis Lyme disebabkan olehBorrelia burgdorferi yang dibawa kutu Ixodes dammini dan sejenisnya. Penyakit ini dikenal tahun 1975, dengan lesi dini kulit, eritema kronis berpindah (erythema chronicum migrans = ECM), yang disusul oleh kelainan neurologis, jantung atau sendi.

A69.0 Stomatitis ulseratif nekrotikans [infeksi Vincent] Cancrum oris

Gangrene fusospirochaeta Noma

Stomatitis gangrenosa A69.1 Infeksi Vincent lainnya

Referensi

Dokumen terkait

Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi perasan buah jeruk siam banjar, semakin besar pula diameter zona hambat yang dihasilkan terhadap

Peran dan fungsi Komite Medik di rumah sakit adalah menegakkan etik dan mutu profesi medik.Yang dimaksud dengan etik profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik

Terhadap bangunan yang tidak dapat dibebani dengan Hak Tanggungan, maka dengan keluarnya UUJF dapat dibebani dengan Jaminan Fidusia, tetapi sampai saat ini belum

{ adalah; tidak boleh diletakkan di permulaan ayat, berpasangan dangan KSN/kata hubung} { Tidak digalakkan kata pemeri dalam ayat ringkas}.. Muhammad Ramli adalah

Secara umum terdapat beberapa ciri anak yang memiliki kelainan dan perlu pendeteksian di antaranya apabila pada usia 1-1,5 bulan bisa tersenyum secara spontan, anak usia 3 bulan

Bantu pasien dalam menentukan  pedoman atau piramida makanan yang  paling cocok dalam memenuhi

Ruang bakar ditempatkan antara kepala silinder dan bahan bakar.. mendapatkan campuran yang baik, bentuk nozzle dan arah injeksi merupakan faktor yang sangat menentukan.

DAUN: Daun berkulit, berwarna hijau pada lapisan atas dan hijau kekuningan pada bagian bawahnya dengan bercak-bercak hitam (ada juga yang tidak).. Bentuk: elips