• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paper Klp 4 - Becton Dickinson

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Paper Klp 4 - Becton Dickinson"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

I. Becton Dickinson

Becton Dickinson adalah perusahaan yang berkonsentrasi di bidang kesehatan. Produk-produk dari Becton Dickinson berupa :

a. alat alat kesehatan;

b. perlengkapan dan mesin yang menunjang kesehatan; dan

c. vaksin dan serum yang digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat.

Becton Dickinson juga melakukan penelitian dan pengembangan atas produknya agar semakin hari semakin baik kualitas dan penggunaannya oleh masyarakat.

Visi perusahaan untuk masa depan adalah menjadi perusahaan besar dengan kinerja tinggi serta memiliki konstribusi sosial yang besar dan menjadikan Becton Dickinson sebagai tempat kerja yang menyenangkan.

Nilai dan kompetensi utama adalah:

1. Kami menerima tanggung jawab individual 2. Kami memperlakukan sesama dengan hormat 3. Kami selalu meningkatkan kinerja

4. Kami melakukan apa yang benar

Komitmen Becton Dickinson untuk terus menerus mengembangkan fokusnya dalam area kunci sebagai berikut:

1. Organisasi yang sensitif terhadap keanekaragaman, meningkatkan penghargaan dan membangun sebuah budaya yang tanggap, menghargai dan menghormati perbedaan diantara kita dan mempengaruhi perbedaan kami untuk meningkatkan keuntungan kompetitif

2. Merekrut dan memperkerjakan orang–orang yang berbeda untuk mendapatkan kemampuan dan bakat yang terbaik dari mereka

(2)

3. Pelatihan, pengembangan dan pembimbingan semua kolega agar tercapai visi kami untuk menjadikan perusahaan terbaik.

4. Perencanaan sumber daya manusia mencocokkan kesempatan untuk dan mengawasi perkembangan setiap individu yang dapat mendorong kinerja, membangun sebagai pemimpin, dan mempengaruhi perbedaan.

5. membangun matrik/ukuran kesuksesan, mengukur perkembangan kami dan efektifitas kepemimpinan kami dalam tindak tanduk perilaku yang lurus dan sesuai dengan pedoman prinsip kami

II. Latar Belakang Kasus

Becton Dickinson, merupakan salah satu manufaktur terbesar supplies medis, yang mendominasi pasar suntikan dan jarum suntuikan. Pada tahun 1986, Becton Dickinson memperoleh hak khusus untuk mempatenkan suntikan yang baru di temukan oleh Charles B. Mitchell.

Tahun 1988, dengan melakukan beberapa penelitian, Becton Dickinson akhirnya memutuskan agar suntikan tersebut dipasarkan untuk melindungi lengan. Suntikan itu sebenarnya dapat digunakan untuk semua ukuran suntikan 1cc, 3 cc, 5 cc, dan 10 cc. Tetapi Perusahaan memutuskan memasarkan suntikan 3 cc untuk melindungi lengan. Suntikan 3 cc syringes di pasarkan 1988 dengan merek Safety-Lok Syringe Penggunaan suntikan 3 cc jumlahnya separuh suntikan yang biasa digunakan, tetapi meskipun ukurannya besar 5 cc dan 10 cc syringes lebih di sukai perawat ketika mengambil darah. Tetapi karena hanya Becton Dickinson yang memiliki lisensi paten dan harga dari produk suntikan tersebut mahal maka Hampir semua perawat di U.S tidak menggunakan suntikan dengan pengaman, termasuk Medical facility di mana Maryann Rockwood di kerjakan untuk mengambil darah yang terkena hepatitis B dan AIDS

(3)

Di tahun 1992, perawat Maryann Rockwood, menggunakan 5 cc syringe Becton Dickinson dan jarum untuk mengambil darah dari pasien yang di ketahui terinfeksi AIDS. Nyonya Rockwood bekerja di klinik yang menangani pasien AIDS dan dia bertugas untuk mengambil darah dari beberapa pasien. Setelah mengambil, dia mentransfer darah yang terkontaminasi AIDS tersebut untuk disterilkan ke dalam suatu tabung yang sering di sebut Vacutainer tube dengan karet pada pipa yang dia pegang dengan tangannya. Suatu saat dia mengalami kecelakaan, jarinya tertusuk jarum yang terkontaminasi AIDS. Akibatnya nyonya Maryann dinyatakan menderita HIV positif.

AIDS menjadi dilema kesehatan termasuk diantara para dokter dan perawat. Dokter yang melakukan pembedahan pada pasien AIDS dapat mudah tertusuk jarinya dengan pisau bedah, jarum, alat tusuk, sehingga dapat tertulari dengan virus tersebut. Risiko terbesar adalah perawat yang bertugas mengambil darah atau melakukan penyuntikan kepada pasien AIDS karena dapat dengan mudah tertusuk suntikan yang mereka gunakan. Di laporkan 80% pekerja kesehatan terkena virus HIV akibat dari suntikan.

Meskipun kekuatiran pada jarum suntik tinggi, Jarum suntik tidak hanya berisiko terhadap AIDS tetapi juga Hepatitis B. Tahun 1990 the Center for Disease Control (CDC) menaksirkan setiap tahun sekitar 12.000 pekerja kesehatan darahnya tertular dengan virus hepatitis B dan 250 meninggal. Seharusnya jumlahnya lebih, ditambah Hepatitis B dapat tertular dari jarum suntik. Selain itu kuman virus, bakteri, jarum dan infeksi parasit.sebagai racun obat atau penyebab lain yang disalurkan dari suntikan dan jarum.

Secara etika isu pelanggaran yang dilakukan BD adalah terjadinya ketidak seimbangan antara konsumen dan produsen, dalam memberikan perlindungan terhadap konsumen atas produk dari produsen. Tentu saja melanggar teori kontraktual, teori due care, dan teori biaya sosial.

(4)

Pembahasan Kasus Becton Dickinson & Needle Stick

PERTANYAAN

1. Apakah BD memiliki kewajiban untuk menyediakan jarum suntik pada semua ukuran pada tahun 1991 berdasarkan materi pada bab ini dan 4 prespektif Utilitas, Right, Justice dan Caring?

JAWABAN

1. Iya, Becton Dickinson memiliki kewajiban untuk menyediakan jarum suntik pada semua ukuran di tahun 1991 berdasarkan :

 Aspek utilitarian : tidak memberikan utilitas terbesar untuk orang terbanyak. Tidak memberikan kemanfaatan terbesar yaitu keselamatan dari banyak pekerja kesehatan yang berisiko terkena HIV dan Hepatitis. BD hanya mementingkan bisnisnya tanpa peduli keselamatan konsumennya, BD tetap memaksakan menjual produk mereka yang terbukti tidak direkomendasikan dan malah menghalangi produk dari produsen lain yang lebih aman.

 Aspek Right : hak positif, melanggar hak para pekerja kesehatan untuk mendapatkan keamanan dalam bekerja.

 Aspek Justice : Justice kapitalis: menghilangkan kesetaraan dan kesempatan bagi perusahaan lain untuk memasarkan produknya  Aspek Caring : hanya memproduksi ukuran 3 cc, sehingga

mengabaikankeamanan saat menggunakan ukuran 5 dan 10 cc (maka dapat dikatakan bahwa BD tidak peduli keselamatan pekerja kesehatan di rumah sakit secara keseluruhan).

(5)

Berdasarkan etika produksi dan pemasaran konsumen :

a. The contract view : yaitu bahwa hubungan antara perusahaan bisnis dengan konsumennya secara esensial adalah hubungan kontraktual . Dan dari sinilah terbentuk tanggung jawab moral. Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi produsen saat menghasilkan suatu produk, yaitu Reliability, Mantainability, Life service, dan Product Safety . Berkaitan dengan poin ke empat , yaitu product safety, bahwa produk yang dihasilkan harus memiliki tingkat penggunaan yang aman. Maka BD seharusnya memperhatikan keamanan dalam penggunaan jarum suntiknya. Hal ini lah yang tidak dipenuhi oleh BD.

b. The Due Care Theory : bahwa produsen memiliki keahlian dan pengetahuan yang lebih sehingga memiliki kewajiban untuk meyakinkan konsumen bahwa produk yang dihasilkan dalam kondisi yang seaman mungkin & konsumen mempunyai hak untuk kepastian tersebut. Tanggung jawab produsen harus meliputi 3 hal yaitu desain, produksi , dan informasi. BD melanggar teori ini karena hanya memproduksi 3cc, yang menunjukan atas ketidak pedulian pada keselamatan konsumen yang menggunakan 5cc dan 10cc.

c. The social cost theory : Produsen seharusnya membayar biaya terhadap segala kerugian dan mempunyai kewajiban terhadap semua risiko meskipun kerugian tersebut timbul di luar kerusakan dari produk yan tidak bisa diperkirakan atau pun dihilangkan. Maka BD seharusnya membayar ganti rugi atas kerugian yang dialami korban karena jarum suntik produksi mereka yang tidak aman.

(6)

PERTANYAAN

2. Apakah produsen produsen dapat dimintai tanggung jawabnya karena menggagalkan pemasaran produk demi mempertahankan paten, padahal kecelakaan kerja dapat dihindari apabila mereka memasarkan produknya?

JAWABAN

2. Iya, karena perusahaan tersebut harusnya memperhatikan keamanan produknya bagi pekerja. Serta harusnya dapat bersaing secara sehat dalam suatu industri yang sama.

PERTANYAAN

3. Evaluasi etika dari Becton Dickinson yang menggunakan sistem GPO pada akhir 90-an, apakah GPO melakukan Monopoli? Apakah hal-hal tersebut etis?

JAWABAN

3. Yang dilakukan GPO adalah monopoli penjualan alat suntik, dimana keputusan harga jual berada di tangan produsen dan konsumen tidak memiliki daya tawar dan mempunyai pilihan untuk membeli produk lain selain yang dijual oleh pihak GPO. Selama 7,5 tahun kontrak antara GPO dengan Becton Dickinson , menghalangi produsen alat suntik lain menjual ke rumah sakit dan ribuan pekerja kesehatan terinfeksi jarum suntik setiap tahunnya.

(7)

KESIMPULAN

1) Seharusnya pihak Becton Dickinson memperhatikan keamanan alat suntiknya, masing – masing jenis alat suntik sebaiknya memiliki standar keamanan yang sama. Serta memiliki tanggung jawab moral terhadap korban yang terkena dampak dari jarum suntik Becton Dickinson

2) Pihak FDA seharusnya mengeluarkan peraturan yang melindungi konsumen, salah satunya ialah dengan memperhatikan penggunaan alat suntik yang aman.

3) GPO seharusnya tidak melakukan monopoli dengan menghalangi produsen alat suntik lain menjual produknya ke rumah sakit.

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana penerapan program keselamatan pasien di rumah sakit-rumah sakit di DIY. 

432/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Rumah sakit harus membuat kebijakan mengenai jaminan kesehatan dan keselamatan kepada setiap petugas.. Rumah sakit harus membuat kebijakan dan program diklat

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disebut SMK3 Rumah Sakit adalah bagian dari manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan dalam

Sehubungan dengan pentinnya tenaga kesehatan untuk mengetahui dan memahami regulasi- regulasi pada manajemen rumah sakit dan keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu sistem

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disebut SMK3 Rumah Sakit adalah bagian dari manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan dalam

Jika suatu rumah sakit tidak terbentuk Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit K3RS, maka rumah sakit harus bertanggung jawab secara hukum, baik secara pidana yang diatur

Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien bahwa fasilitas pelayanan kesehatan rumah sakit harus menyelenggarakan keselamatan