• Tidak ada hasil yang ditemukan

Assalamu alaikum Wr. Wb.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Assalamu alaikum Wr. Wb."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 i

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa bahwasannya kami telah dapat menyusun Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019

Visi pembangunan 2005 – 2025 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan disegala bidang dengan struktur perkonomian yang kokoh berdasarkan keunggulan kompertitif.

Rencana Strategis (Renstra) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 merupakan pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menegah (RPJMN) tahap ke 3, yaitu memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif, perekonomian yang berbasis Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia, Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas serta kemampuan iptek. Renstra ini disusun dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal serta lingkungan strategis di wilayah Propinsi Lampung. Renstra Balai Besar POM ini merupakan turunan dari Renstra Badan POM RI Tahun 2015 – 2019 untuk mecapai tujuan yaitu meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat serta meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi, atau terciptanya iklim inovasi yang kondusif dalam rangka meningkatkan daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global.

Kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan pemikiran sehingga berhasil menyusun Rencana Strategis ini kami ucapkan terima kasih. Semoga dokumen ini bermanfaat bagi perkembangan pengawasan obat dan makanan di Propinsi Lampung.

Bandar Lampung, 10 Maret 2015 Kepala Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan Bandar Lampung

Drs. Sumaryanta, Apt. M.Si. NIP : 19620401 199203 1 001

(2)

ii Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 Halaman KATA PENGATAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR LAMPIRAN v BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Kondisi Umum 1 A. Wilayah Kerja 1

B. Tugas Pokok dan Fungsi 2

C. Struktur Organisasi 3

D. Sumber Daya Manusia 4

E. Hasil Capaian Kinerja Periode 2010 – 2014 6

1.2 Potensi dan Permasalahan 9

Issue Strategis 9

A. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 9

B. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) 10

C. Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional 11

D. Perubahan Iklim 13

E. Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat 14

F. Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk 14

G. Desentralisasi dan Otonmi Daerah 15

H. Perkembangan Teknologi 16

I. Analisa terhadap Lingkungan Strategis (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats /SWOT)

16

BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN 23

2.1 Visi 23

2.2 Misi 24

2.3 Budaya Organisasi 27

2.4 Tujuan 28

(3)

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 iii

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

33

3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional 33

3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Balai Besar POM 36

3.3 Kerangka Regulasi 39

3.4 Kerangka Kelembagaan 41

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 43

4.1 Target Kinerja 43

4.2 Kerangka Pendanaan 44

(4)

iv Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 Tabel 1 SDM Balai Besar POM di Bandar Lampung berdasarkan pendidikan

Tabel 2 Rangkuman Analisis SWOT

Tabel 3 Kegiatan Balai Besar POM di Bandar Lampung

Tabel 4 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Tabel 5 Indikator Target Kinerja 2019

Tabel 6 Program dan Sasaran Balai Besar POM di Bandar Lampung Tabel 7 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja

(5)

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 v

Lampiran 1 : Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019

Lampiran 2 : Definisi Operasional Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 - 2019

(6)
(7)

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 1

1.1 KONDISI UMUM

Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional disusun secara periodik meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5 tahun, serta Rencana Pembangunan Tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Selanjutnya RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), salah satunya adalah RPJMN 2015-2019 yang merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua, RPJMN tahap ketiga ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber daya alam, sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.

Sebagaimana amanat tersebut dan dalam rangka mendukung pencapaian program-program prioritas pemerintah, Balai Besar POM di Bandar Lampung sebagai Unit Pe;aksana Teknis Badan POM menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan untuk periode 2015-2019.

Adapun kondisi umum Balai Besar POM di Bandar Lampung sebagai berikut :

A. Wilayah Kerja

Propinsi Lampung memiliki peran strategis dan potensial karena merupakan jalur utama penghubung antara pulau sumatera dan pulau Jawa jika dilalui melalui jalan

(8)

2 Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 darat. Secara geografis terletak pada kedudukan 1050 50’ BT sampai 1030 40’ BT, 3045’ sampai 6045 LS, meliputi areal daratan seluas 35.288,35 km2, termasuk pulau-pulau yang terletak pada bagian paling ujung tenggara pulau-pulau Sumatera dan dibatasi oleh :

 Propinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu di sebelah Utara  Selat Sunda di sebelah Selatan

 Laut Jawa di sebelah Timur

 Samudra Indonesia di sebelah Barat

Wilayah kerja Balai Besar POM di Bandar Lampung dalam melaksanakan tugas dan fungsi mencakup seluruh kabupaten/kota di propinsi Lampung. Saat ini propinsi Lampung terbagi menjadi 15 Kabupaten/Kota sebagai berikut :

B. Tugas Pokok dan Fungsi

Sesuai dengan Peraturan Kepala Badan POM RI No. 14 Tahun 2014 tetang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis dilingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan, Balai Besar POM di Bandar Lampung termasuk klasifikasi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Tipe B, mempunyai tugas melaksanakan kebijakan dibidang pengawasan obat dan makanan yang meliputi pengawasan atas produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, serta pengawasan atas keamanan pangan dan bahan berbahaya.

(9)

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 3

Dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan;

b. pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya;

c. pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk secara mikrobiologi;

d. pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi;

e. investigasi dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum;

f. pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan;

g. pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen;

h. evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan; i. pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan; dan

j. pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, sesuai dengan bidang tugasnya.

C. Struktur Organisasi

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Bandar Lampung atas :

a. Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen;

b. Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya, dan Mikrobiologi; c. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan;

d. Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen; e. Subbagian Tata Usaha; dan

(10)

4 Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 Struktur Organisasi Balai Besar POM di Bandar Lampung :

D. Sumber Daya Manusia

Untuk mendukung tugas-tugas Balai Besar POM di Bandar Lampung sesuai dengan peran dan fungsinya diperlukan sejumlah SDM yang memiliki keahlian dan kompetensi yang baik. Jumlah SDM yang dimiliki untuk melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan sampai tahun 2014 adalah 100 orang, sesuai Tabel 1 dengan rincian sebagai berikut :

(11)

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 5

Tabel 1 : SDM Balai Besar POM Bandar Lampung berdasarkan pendidikan

No Unit Kerja S3 S2 A p ot e ke r/ Pr of e si S1 NON sa rj an a Juml ah

1 Sub Bagian Tata Usaha 2*) 2 2 19 25

2 Bidang Pemeriksaan dan

Penyidikan 2 8 3 11 24

3 Bidang Sertifikasi dan Layanan

Informasi Konsumen 1 5 - 7 13

4 Bidang Pengujian Pangan, bahan

Berbahaya dan Mikrobiologi 1 8 5 5 19

5

Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat

Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen

1 9 2 7 19

TOTAL 7 32 12 49 100

*) Termasuk Kepala Balai Besar POM

Dari data di atas dapat diketahui bahwa 49 % pegawai Balai Besar POM di Bandar Lampung adalah non sarjana.

Untuk menghadapi perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis, khususnya perubahan lingkungan strategis eksternal, maka perlu dilakukan peningkatan kuantitas maupun kualitas SDM, agar dapat mengantisipasi perubahan lingkungan strategis tersebut sehingga mampu mewujudkan tujuan organisasi dalam lima tahun kedepan.

Berdasarkan analisis beban kerja untuk melaksanakan kegiatan pengawasan obat dan makanan di wilyah provinsi Lampung sebagai berikut :

PROFIL PEGAWAI BERDASAR TINGKAT PENDIDIKAN TAHUN 2014 7 32 12 49 0 20 40 60 S - 2 Apoteker S - 1 Non Sarjana

(12)

6 Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019

BIDANG KEBUTUHAN JUMLAH

PEGAWAI SELISIH

Tata Usaha 25,4 25 0,4

Pemeriksaan dan

Penyidikan 28,45 24 4,35

Sertifikasi dan LIK 15,72 13 2,72

Laboratorium 44,39 38 6,39

Jumlah 113,86 100 13,86

Secara keseluruhan Balai Besar POM di Bandar Lampung masih kekurangan sumber daya manusia sebanyak 13,86 orang atau sebanding dengan 14 orang. Kekurangan terbanyak adalah untuk tenaga penguji masih kekurangan 6 orang, selanjutnya Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan masih kurang 4 orang.

E. Hasil Capaian Kinerja Periode 2010-2014

Capaian kinerja Balai Besar POM di Bandar Lampung selama periode 2010 – 2014 sebagai berikut :

1. Persentase kenaikan Obat yang memenuhi Standar (Aman, Manfaat dan Mutu)

Target sampai akhir RPJMN 2010-2014 obat memenuhi standar naik sebesar 0,4 % dari 99,23 % tahun 2010 (baseline) menjadi 99,63 % tahun 2014. Pada tahun 2014 hasil pengujian diperoleh 99,43 % obat memenuhi syarat atau naik 0,2 % (base line tahun 2010, 99,23) atau capaian kinerja 50 %.

2. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat. Target sampai akhir RPJMN

2010-2014 obat tradisional memenuhi standar naik sebesar 1 % dari 73,8 % tahun 2010 (base line) menjadi 74,8 % tahun 2014. Hasil pengujian pada tahuna 2014 diperoleh 63,1 % obat tradisonal memenuhi standar, atau turun 10,7 % (base line 2010,

PERSENTASE OBAT MEMENUHI STANDAR

99.23 99.84 99.27 99.38 99.43 99.23 99.3399.43 99.53 99.63 98.5 99 99.5 100 2010 2011 2012 2013 2014 Hasil Target

PERSENTASE OBAT TRADISIONAL MS

73.8 77.57 81.53 92.99 63.1 73.8 74.05 74.3 74.55 74.8 0 50 100 2010 2011 2012 2013 2014 Hasil Target

(13)

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 7

73,8 %) dengan demikian capaian pada tahun 2014 masih dibawah target yang telah ditetapkan (74,8 %).

3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat Target sampai akhir RPJMN

2010-2014 kosmetik memenuhi standar naik 1 % dari 92,1 % pada tahun 2010 (base line) menjadi 93,1 % pada tahun 2014. Hasil pengujian pada tahun 2014 diperoleh 99,62 % kosmetik memenuhi standar, atau naik 7,52 % (base line tahun 2010,

92,1 %) dengan demikian capaian kinerja di atas target yang telah ditetapkan. 4. Persentase Suplemen Makanan yang Memenuhi Syarat Keamanan.

Target sampai akhir RPJMN 2010-2014 suplemen makanan yang memenuhi syarat naik 2 % dari 97,4 % tahun 2010 (base line) menjadi 99,4 % pada tahun 2014. Hasil pengujian pada tahun 2014 diperoleh 99,52 sampel memenuhi standar atau naik 2,12 % (base line tahun 2010, 97,4 %),

dengan demikian capaian kinerja di atas target yang telah ditetapkan. 5. Persentase makanan yang memenuhi syarat

Target sampai akhir RPJMN 2010-2014 makanan yang memenuhi syarat naik 15 % dari 75 % pada tahun 2010 (base line) menjadi 90 % pada tahun 2014. Hasil pengujian pada tahun 2014 diperoleh 77,2 % atau naik 2,24 % (base line 2010, 75 %), dengan demikian capaian

kinerja masih dibawah target yang telah ditetapkan.

PERSENTASE KOSMETIKA MS 92.1 96.6 95.7 97.2 99.62 92.1 92.35 92.6 92.8593.1 85 90 95 100 2010 2011 2012 2013 2014 Hasil Target

PERSENTASE SUPLEMEN MAKANAN MS

97.4 100 100 100 99.52 97.4 97.9 98.4 98.999.4 96 98 100 102 2010 2011 2012 2013 2014 Hasil PERSENTASE MAKANAN MS 75 71.76 86 88.15 77.24 75 78.75 82.5 86.25 90 50 60 70 80 90 100 2010 2011 2012 2013 2014 Hasil Target

(14)

8 Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 Masih tingginya produk obat dan makanan yang tidak memenuhi syarat, menggambarkan bahwa pengawasan di tingkat produksi dan distribusi masih belum optimal, sehingga belum semua produk obat dan makanan yang beredar di wilayah Propinsi Lampung terjamin mutu dan keamanannya.

1.2.

POTENSI DAN PERMASALAHAN

Issue Strategis Balai

Selama periode 2010-2014, pelaksanaan peran dan fungsi Balai Besar POM di Bandar Lampung telah diupayakan secara optimal. Namun demikian, upaya tersebut masih menyisakan permasalahan yang belum sepenuhnya sesuai dengan harapan masyarakat, antara lain :

1. Belum optimalnya pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di masyarakat (post-market)

2. Belum efektifnya pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan. Dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas terdapat beberapa penyebab yang dianggap sangat krusial dan strategis bagi peran Balai Besar POM di Bandar Lampung dalam melakukan pembenahan di masa mendatang, sehingga diharapkan pencapaian kinerja berikutnya akan lebih optimal.

Berdasarkan kondisi obyektif kapasitas Balai Besar POM di Bandar Lampung sebagai lembaga pengawasan Obat dan Makanan masih perlu terus dilakukan penguatan, baik secara kelembagaan maupun dari sisi manajemen sumber daya manusianya, agar pencapaian kinerja di masa datang semakin membaik dan dapat memastikan berjalannya proses pengawasan Obat dan Makanan yang lebih ketat dalam menjaga keamanan, mutu serta khasiat/manfaat Obat dan Makanan tersebut, yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi pembangunan kesehatan masyarakat.

Untuk itu, ada 3 (tiga) isu strategis dari permasalahan pokok yang dihadapi Balai Besar POM di Bandar Lampung sesuai dengan peran dan kewenangannya agar lebih optimal, yang perlu terus diperkuat dalam peningkatan kinerja di masa yang akan datang sebagai berikut:

1. Penguatan sistem dalam pengawasan Obat dan Makanan,

2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi Publik dalam rangka mendorong kemandirian pelaku

(15)

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 9

usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta mendorong peningkatan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan, 3. Penguatan kapasitas kelembagaan Balai Besar POM, serta meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya.

Kondisi lingkungan strategis dengan dinamika perubahan yang sangat cepat, menuntut Balai Besar POM dapat melakukan evaluasi dan mampu beradaptasi dalam pelaksanaan peran-perannya secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan zaman. Dengan etos tersebut, diharapkan mampu menjadi katalisator dalam proses pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional.

Sejalan dengan dinamika lingkungan strategis, baik nasional maupun global, permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia semakin kompleks. Arus besar globalisasi membawa keleluasaan informasi, fleksibilitas distribusi barang dan jasa yang berdampak pada munculnya isu-isu yang berdimensi lintas bidang. Percepatan arus informasi dan modal juga berdampak pada meningkatnya pemanfaatan berbagai sumber daya alam yang memunculkan isu perubahan iklim (climate change), ketegangan lintas-batas antarnegara, serta percepatan penyebaran wabah penyakit, mencerminkan rumitnya tantangan yang harus dihadapi oleh Balai Besar POM di Bandar Lampung. Hal ini menuntut peningkatan peran dan kapasitas instansi Balai Besar POM di Bandar Lampung dalam mengawasi peredaran produk Obat dan Makanan. Konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan serta kemampuan mengoptimalkan partisipasi masyarakat, akan menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.

Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal yang dihadapi oleh Balai Besar POM di Bandar Lampung terdiri atas 2(dua) isu mendasar, yaitu kesehatan dan globalisasi. Isu kesehatan yang akan diulas disini adalah Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sedangkan terkait globalisasi, akan diulas tentang perdagangan bebas, komitmen internasional, post MDGs 2015, perubahan iklim dan demografi.Isu-isu tersebut saling terkait satu dengan yang lain. Adapun lingkungan strategis yang mempengaruhi peran Balai Besar POM di Bandar Lampung baik internal maupun eskternal adalah sebagai berikut:

A. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan wujud dan sekaligus metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan.

(16)

10 Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam berbagai sistem kemasyarakatan. SKN merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta menuntut peran aktif masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan tersebut.

Upaya pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh semua pihak (pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat) melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan pemulihan kesehatan. Bentuk pelayanan kesehatan tersebut berupa layanan Rumah Sakit, Puskesmas dan kegiatan peran serta masyarakat melalui Posyandu.

Di sisi lain, menjamurnya sistem dan model serta klinik-klinik kesehatan dan pengobatan alternatif juga makin menambah beban dan daya jangkau Balai Besar POM untuk makin melebarkan sayap dan menajamkan matanya dalam melakukan pengawasan yang lebih komprehensif.

Semakin banyak pelayanan kesehatan yang disediakan, maka akan semakin mempengaruhi kebutuhan pelayanan pendukung kepada kesehatan masyarakat tersebut, yang antara lain tentunya adalah kebutuhan akan obat semakin meningkat. Penjaminan mutu obat merupakan bagian yang tidak terpisahkan juga dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Hal ini merupakan tantangan ke depan yang akan dihadapi oleh Balai Besar POM di Bandar Lampung dalam penyediaan obat-obatan yang aman dan bermutu.

Penjaminan mutu obat tidak terlepas dari kualitas obat tersebut. Beberapa permasalahan lainnya yang juga memerlukan perhatian dalam penjaminan mutu obat adalah semakin meluasnya penggunaan jamu dan obat-obat tradisional, serta pengobatan secara tradisional di masyarakat yang memerlukan peningkatan penelitian ilmiah lebih lanjut.

Di samping itu juga munculnya bibit penyakit baru atau bibit penyakit yang dulu pernah ada dan sudah langka kasusnya sekarang, namun kini berjangkit kembali. Penyakit ini, baik menular maupun yang tidak menular sebagai akibat dari adanya perubahan iklim secara global, fluktuasi ekonomi, model perdagangan bebas dan kemajuan teknologi maupun transisi dari demografi, juga turut mengubah pola dan gaya hidup dari masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi Obat dan Makanan. Untuk itu, permasalahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Balai Besar POM di Bandar Lampung untuk dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat dalam mengkonsumsi obat yang beredar di pasaran. Dalam menciptakan rasa aman bagi masyarakat, Balai Besar POM di Bandar Lampung selama ini melakukan kontrol

(17)

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 11

dalam bentuk pengawasan secara ketat terhadap produk yang sudah beredar luas di masyarakat. Selain itu, Balai Besar POM Balai Besar POM di Bandar Lampung juga dapat memberikan informasi dan edukasi pada masyarakat mengenai produk obat yang aman , bermutu, dan berkhasiat.

B. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang minimal layak menuju terwujudnya kesejahteraan sosial yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sistem ini merupakan program negara dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui pendekatan sistem. Sistem ini diharapkan dapat menanggulangi risiko ekonomi karena sakit, PHK, pensiun usia lanjut dan risiko lainnya dan merupakan cara (means), sekaligus tujuan (ends) dalam mewujudkan kesejahteraan. Untuk itu, dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional juga diberlakukan penjaminan mutu obat yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan juga dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

C. Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional

Globalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas, yang mencakup ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi dan lingkungan. Proses ini dipicu dan dipercepat dengan berkembangnya teknologi, informasi dan transportasi yang sangat cepat dan masif akhir-akhir ini dan berkonsekuensi pada fungsi suatu negara dalam sistem pengelolaannya. Era globalisasi dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan kesehatan, khususnya dalam rangka mengurangi dampak yang merugikan, sehingga mengharuskan adanya suatu antisipasi dengan kebijakan yang responsif.

Dampak dari pengaruh lingkungan eksternal khususnya globalisasi tersebut telah mengakibatkan Indonesia masuk dalam perjanjian-perjanjian internasional, khususnya ekonomi yang menghendaki adanya area perdagangan bebas (Free Trade Area). Ini dimulai dari perjanjian ASEAN-6 (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand), Free Trade Area, ASEAN-China Free Trade Area, Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP), ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA), ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA)dan ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA). Dalam hal ini, memungkinkan negara-negara tersebut membentuk suatu kawasan bebas perdagangan yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional dan berpeluang besar menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional. Hal ini membuka peluang peningkatan

(18)

12 Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 nilai ekonomi sektor barang dan jasa serta memungkinkan sejumlah produk Obat dan Makanan Indonesia akan lebih mudah memasuki pasaran domestik negara-negara yang tergabung dalam perjanjian pasar regional tersebut. Dalam menghadapi FTA dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir tahun 2015, diharapkan industri farmasi, obat tradisional, kosmetika, suplemen kesehatan dan makanan dalam negeri mampu untuk menjaga daya saing terhadap produk luar negeri.

Dalam kaitan dengan globalisasi dan perjanjian-perjanjian internasional khususnya di sektor ekonomi tersebut, harusnya yang menjadi dasar pijakan dan harus ditekankan dari awal adalah soal kedaulatan bangsa, negara dan rakyat kita dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan-perusahaan trans-nasional dan negara-negara lain tersebut. Dan ini sangat sejalan dengan 9 (sembilan) agenda prioritas pembangunan (Nawa Cita), khususnya pada butir 1: Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara (dengan memperkuat peran dalam kerjasama global dan regional), juga pada butir 6: Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, serta pada butir 7: Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

Dengan masuknya produk perdagangan bebas tersebut yang antara lain adalah obat, kosmetik,suplemen kesehatan, dan makanan, termasuk jamu dari negara lain, merupakan persoalan krusial yang perlu segera diantisipasi. Realitas menunjukkan bahwa saat ini Indonesia telah menjadi pasar bagi produk Obat dan Makanan dari luar negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan mutunya untuk dikonsumsi. Untuk itu, masyarakat membutuhkan proteksi yang kuat dan rasa aman dalam mengkonsumsi Obat dan Makanan tersebut.

Perdagangan bebas juga membawa dampak tidak hanya terkait isu-isu ekonomi saja, namun juga merambah pada isu-isu kesehatan. Terkait isu kesehatan, masalah yang akan muncul adalah menurunnya derajat kesehatan yang dipicu oleh perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat tanpa diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan. Permasalahan ini akan semakin kompleks dengan sulitnya pemerintah dalam membuka akses kesehatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat, khususnya untuk masyarakat yang berada di pelosok desa dan perbatasan. Sebagai contoh, saat ini akses masyarakat untuk mendapatkan obat legal dari apotek masih terbatas sehingga menyebabkan harga obat menjadi lebih mahal. Secara nasional, jumlah apotek yang ada masih kurang, belum semua kecamatan terjangkau dengan layanan apotek.

(19)

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 13

Perdagangan bebas membuat kepekaan “berbisnis” menjadi sangat tinggi. Kebutuhan obat yang tinggi dengan ketersediaan yang rendah ditambah lemahnya pengawasan dan penegakan hukum membuat masih ditemukan obat-obat yang tidak memenuhi ijin edar dan mengandung bahan baku yang berbahaya. Hal ini jelas akan sangat merugikan masyarakat. Berdasarkan data WHO (World Health Organization), praktik pemalsuan produk obat di dunia rata-rata mencapai 10%, dan mencapai 20-40% untuk negara berkembang termasuk Indonesia. Tentunya hal ini menjadi tantangan yang sangat serius bagi Balai Besar POM di Bandar Lampung sebagai lembaga negara yang bertanggungjawab terkait dengan pengawasan atas produk Obat dan Makanan yang beredar di masyarakat. Dengan melihat besarnya potensi dan permasalahan yang dihadapi Provinsi Lampung, maka pemerintah harus selalu mendukung dan melindungi industri Obat dan Makanan di Provinsi Lampung. Dengan adanya Free Trade Area (FTA), maka pemerintah harus mengembangkan kesiapan industri Obat dan Makanan sehingga mampu bersaing dengan produk obat dari luar negeri.

D. Perubahan Iklim

Ancaman perubahan iklim dunia, akan semakin dirasakan oleh sektor pertanian khususnya produk bahan pangan di Indonesia. Perubahan iklim dapat mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga yang kompetitif. Dari sisi makro, industri makanan dan minuman di masa yang akan datang perannya akan semakin penting sebagai pemasok pangan dunia.

Selain dari pangan, perubahan iklim juga dapat mengakibatkan munculnya bibit penyakit baru hasil mutasi gen dari beragam virus. Bibit penyakit baru tersebut diantaranya virus influenza yang variannya sekaran menjadi cukup banyak dan mudah tersebar dari satu negara ke negara lain.

Menurut Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Research Center for Climate Change Universitas Indonesia (RCCC-UI) tahun 2013, yang melaksanakan kajian dan pemetaan model kerentanan penyakit infeksi akibat perubahan iklim, Indonesia merupakan wilayah endemik untuk beberapa penyakit yang perkembangannya terkait dengan pertumbuhan vektor pada lingkungan, misalnya Demam Berdarah Dengue dan Malaria. Jadi di Indonesia, terdapat tiga penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus terkait perubahan iklim dan perkembangan vector yaitu Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Diare. Selain dari ketiga jenis penyakit tersebut, masih ada lagi penyakit yang banyak

(20)

14 Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 ditemukan akibat adanya perubahan iklim seperti, Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) dan penyakit batu ginjal.

Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari proses perubahan iklim, diperlukan peranan dari Balai Besar POM dalam mengawasi peredaran varian produk obat yang baru dari jenis penyakit tersebut, baik yang diproduksi di dalam negeri, maupun yang berasal dari luar negeri. Selain dari obat, varian obat baru ini juga diikuti pula dengan jenis obat herbal tradisional Indonesia dan Cina yang paling banyak beredar di pasar. Kondisi ini menuntut kerja keras dari Balai Besar POM di Bandar Lampung melakukan pengawasan terhadap perkembangan produksi dan peredaran obat tersebut.

E. Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat

Berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Lampung Tahun 2010 – 2014 yang diterbitkan Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung, secara rata-rata nampak pada struktur konsumsi akhir rumah tangga Lampung, bahwa konsumsi makanan lebih tinggi dibandingkan konsumsi bukan makanan. Proporsi pengeluaran untuk makanan cenderung masih berada pada kisaran yang sama. Proporsi utuk makanan pada masing-masing tahun mencapai 53,95 % (tahun 2010), 55,12 % (tahun 2011), 55,39 % (tahun 2012), 55,94 % (tahun 2013) dan 55,10 % (tahun 2014).

Dengan tingginya konsumsi akhir rumah tangga di Provinsi Lampung untuk konsumsi makanan menyebabkan semakin banyak baik jenis maupun jumlah makanan yang beredar.

Berdasarkan hasil pengawasan yang dilaksanakan oleh Balai Besar POM di Bandar Lampung, selama tahun 2014 masih ditemukan 36,9 % obat tradisional yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan, antara lain karena mengandung Bahan Kimia Obat. Demikian juga pada tahun 2014 masih ditemukan 32,76 % makanan baik hasil produksi induatri pangan maupun Industri Rumah Tangga Pangan yang tidak memenuhi syarat mutu dan keamanan antara lain karena mengandung bahan berbahaya.

Untuk itu, perlu mendapatkan perhatian dan pengawasan yang serius dari Balai Besar POM di Bandar Lampung.

F. Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk

Jumlah penduduk Lampung hingga tahun 2010 mencapai 7.596.115 orang atau hanya 3% dari jumlah penduduk nasional yang berdasarkan hasil sensus penduduk oleh Badan Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia mencapai

(21)

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 15

237.556.363 jiwa. Penyebaran penduduk terpadat yaitu di Kabupaten Lampung Tengah dengan 1.170.048 orang disusul kemudian Kabupaten Lampung Timur 950.574 orang dan Kabupaten Lampung Selatan 909.989 orang, serta Kota Bandar Lampung 879.651 orang.

Konsumsi obat baik farmasi maupun herbal serta bahan makanan akan cukup besar pada kelompok usia produktif, karena pola hidup dan orientasi konsumsi juga akan mengarah pada kesehatan pada jangka panjang dan juga penampilan, sehingga vitamin dan suplemen kesehatan menjadi komponen obat yang cukup besar konsumsinya. Hal ini menjadi tambahan tugas bagi Balai Besar POM di Bandar Lampung untuk melakukan pengawasan terhadap berbagai jenis obat dan suplemen yang semakin bervariasi dan meningkat jumlahnya.

Semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka permintaan terhadap produk Obat dan Makanan juga akan semakin meningkat. Jika permintaan terhadap produk Obat dan Makanan semakin meningkat maka penawaran dari produk Obat dan Makanan juga akan meningkat. Adanya potensi pasar membuat para produsen baik lokal maupun internasional memproduksi Obat dan Makanan. Bertambahnya jumlah produsen ini tentunya menuntut semakin besarnya peran Balai Besar POM di Bandar Lampung dalam proses pengawasannya. Kurangnya pemenuhan GMP (Good Manufacturing Practice) oleh produsen dalam memproduksi Obat dan Makanan menjadi tantangan dalam melakukan pengawasan.

G. Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan perundangan merupakan tantangan yang sangat penting dalam mensinergikan kebijakan kesehatan khususnya dalam pengawasan obat dan makanan. Desentralisasi di bidang kesehatan belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan sehingga belum secara optimal memberikan perlindungan bagi masyarakat. Dengan perubahan paradigma sistem penyelenggaraan pemerintah yang semula sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah, maka urusan kesehatan menjadi salah satu kewenangan yang diselenggarakan secara konkuren antara pusat dan daerah. Desentralisasi di bidang kesehatan belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan perundang-undangan merupakan tantangan yang sangat penting. Hal ini berdampak pada pengawasan obat dan makanan yang tetap bersifat sentralistik dan tidak mengenal batas wilayah (borderless) sehingga perlu adanya

(22)

16 Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019

one line command (satu komando), apabila terdapat suatu produk Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat maka dapat segera ditindaklanjuti.

Desentralisasi dapat menimbulkan beberapa permasalahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan diantaranya kurangnya dukungan dan kerjasama dari pemangku kepentingan di daerah sehingga tindaklanjut hasil pengawasan Obat dan Makanan belum optimal.

Untuk itu, agar tugas pokok dan fungsi Balai Besar POM berjalan dengan baik, diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan dan kerjasama yang baik dari para pelaku untuk menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik (sound governance). Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan dengan menggalang kemitraan yang dinamis dan harmonis antara pemerintah pusat dan daerah, antara pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-masing.

H. Perkembangan Teknologi

Kemajuan teknologi produksi berkembang sangat pesat, dari semula dilakukan secara manual dan semi otomatis, saat ini telah dilakukan secara otomatis, khususnya untuk industri besar. Dengan teknologi tinggi telah ditemukan berbagai jenis produk inovasi baru yang sebelumnya tidak ada

Selain teknologi produksi juga didukung dengan teknologi transportasi. Perkembangan industri transportasi baik darat, laut dan udara maupun jasa pengiriman barang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sehingga distribusi Obat dan Makanan secara masal dapat dilakukan lebih efisien. Untuk itu, dampak pengawasan atas peredaran Obat dan Makanan semakin tinggi, dikarenakan distribusi Obat dan Makanan ketempat tujuan di seluruh wilayah Indonesia semakin cepat, sehingga antipasi pengawasan obat dan makanan juga harus sama cepatnya.

Selain itu, teknologi pangan juga semakin berkembang. Adanya perubahan iklim juga ikut mendorong berbagai inovasi perkembangan teknologi menciptakan rekayasa genetika dan varian makanan yang terkadang tingkat keamanannya belum teruji.

I. Analisa terhadap Lingkungan Strategis (Strengths, Weaknesses,

Opportunities, Threats/SWOT)

Sebagaimana dinamika perubahan lingkungan strategis baik secara internal maupun eksternal, maka harus melakukan upaya-upaya agar pengaruh lingkungan khususnya eskternal dapat menjadi suatu peluang dan meminimalkan ancaman

(23)

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 17

yang dapat mempengaruhi peran Balai Besar POM di Bandar Lampung sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan terhadap Obat dan Makanan di propinsi Lampung.

Atas dasar pengaruh lingkungan strategis, dilakukan identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan melalui analisa SWOT, sehingga dari analisa tersebut dapat ditetapkan arah strategis dan kebijakan kedepan, agar dapat terwujud sesuai tujuan dan sasaran organisasi dalam Renstra Periode 2015-2019. Adapun hasil analisa SWOT tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kekuatan (Strengths)

Walauapun 50 % SDM Balai Besar POM di Bandar Lampung saat ini memiliki kualifikasi pendidikan non sarjana, namun dari segi kualitas sudah memadai, khususnya tenaga-tenaga yang terampil dalam melakukan pengujian/penilaian dan pengawasan produk Obat dan Makanan yang ada. Di samping itu, Balai Besar POM di Bandar Lampung juga telah memiliki hasil penilaian atas Integritas Pelayanan Publik yang diakui secara Nasional. Pelayanan ini sangat mutlak harus memiliki integritas karena dampak pelayanan yang diberikan oleh Balai Besar POM di Bandar Lampung terhadap penilaian/pengujian Obat dan Makanan akan langsung dirasakan oleh masyarakat.

Balai Besar POM di Bandar Lampug telah juga memiliki jaringan (networking) yang kuat dengan Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung. Jaringan yang kuat sangat strategis posisinya dalam mendukungtugas-tugas pokok Balai Besar POM. Di sisi lain, Balai Besar POM telah memiliki Pedoman Pengawasan yang jelas untuk acuan dalam pengawasan atas Obat dan Makanan, sehingga seluruh kegiatan pengawasan tersebut telah memiliki standar baku, baik untuk Obat dan Makanan, juga faktor-faktor mutu lainnya.

Dalam mendorong pencapaian tujuan organisasi Balai Besar POM, komitmen pimpinan menjadi mutlak sebagai landasan untuk mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari peran Badan POM dalam memberikan kontribusi bagi pembangunan kesehatan masyarakat.

2. Kelemahan (Weaknesses)

Dalam pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan, diperlukan sarana dan prasarana yang sangat memadai. Hal ini juga untuk mengimbangi peredaran Obat dan Makanan yang semakin canggih. Untuk itu, penyiapan sarana dan prasarana yang memadai tersebut menjadi mutlak dilakukan dalam

(24)

18 Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 mendukung tugas pokok dan fungsi Balai Besar POM. Di samping itu, untuk mendukung pelaku usaha dalam melakukan importasi dan penyebarluasan informasi mengenai Obat dan Makanan perlu didukung dengan teknologi informasi yang memadai. Peran dan kewenangan Balai Besar POM juga harus didukung oleh struktur organisasi dan tata kerja yang tepat. Saat ini pembagian kewenangan atau beban kerja masih belum menunjukkan ukuran yang sesuai. Diharapkan penataan kelembagaan ke depannya bisa sesuai dan mengikuti prinsip structur follow function follow strategy, sehingga struktur organisasi dan tata kerja (fungsi) dapat mewujudkan tujuan organisasi.

3. Peluang (Opportunites)

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam berbagai sistem kemasyarakatan. SKN dan JKN merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta berperan aktif masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan. Untuk itu, SKN dan JKN merupakan tantangan atau peluang bagi Balai Besar POM dalam mendorong upaya kesehatan masyarakat yang lebih baik lagi dalam menghadapi pola prilaku dan lingkungan sehat khususnya obat dan makanan.

Semakin bertambahnya penduduk dan berkembangnya varian penyakit maka kebutuhan Obat dan Makanan akan semakin meningkat. Hal ini mendorong pertambahan dan pertumbuhan industri Obat dan Makanan secara pesat. Hal ini menjadi peluang dan tantangan Balai Besar POM dalam mengawasi Obat dan Makanan yang semakin banyak variannya.

Kerjasama dengan Instansi terkait merupakan hal yang sangat mutlak agar upaya pembangunan kesehatan dapat tercapai. Peluang kerjasama dengan instansi terkait dapat mendorong efektivitas dan efesiensi pengawasan Obat dan makanan khususnya dengan instansi aparatur penegak hukum maupun instansi terkait lainnya.

Otonomi dan Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan perundangan merupakan tantangan yang sangat penting.

(25)

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 19

4. Tantangan (Threats)

Pengaruh perubahan iklim dunia, khususnya untuk produk bahan pangan di Indonesia semakin dirasakan ancamannya. Adanya gagal panen di sejumlah daerah di Indonesia dapat mengancam ketersediaan pangan. Dengan demikian, perubahan iklim dapat mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga yang kompetitif sehingga permintaan akan produk pangan semakin meningkat. Hal ini akan sulit mengimbangi dan mengawasi distribusi barang yang masuk yang sesuai dengan standardisasi kesehatan.

Tingginya arus produk Obat dan Makanan yang beredar, mengakibatkan adanya produk-produk yang tersedia dipasar tidak memenuhi kualifikasi standar yang dipersyaratkan. Hal ini menjadi masalah dalam peredaran Obat dan Makanan. Di sisi lain, lemahnya penegakan hukum terhadap pelanggaran seperti ini mengakibatkan ancaman bagi masyarakat. Untuk itu, diharapkan penegakan hukum harus lebih aktif lagi agar dapat meminimalkan permasalahan tersebut.Dengan semakin tumbuhnya perekonomian Indonesia akan mempengaruhi perubahan pola perilaku hidup sosialnya, salah satunyadalam mengkonsumsi Obat dan Makanan. Hal ini menjadi ancaman bagi masyarakat apabila pengunaan Obat dan Makanan tidak diantisipasi dengan pemberian informasi, komunikasi dan edukasi atas penggunaan Obat dan Makanan tersebut. Sisi lain, globalisasi yang mendorong lahirnya area perdagangan bebas (free trade area) menjadikan peredaran Obat dan Makanan juga semakin sulit untuk dikontrol. Dengan masuknya berbagai produk Obat dan Makanan dari negara lain merupakan persoalan krusial yang perlu diantisipasi segera. Realitas menunjukan bahwa saat ini Indonesia telah menjadi pasar bagi produk Obat dan Makanan dari luar negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan kualitasnya untuk dikonsumsi. Untuk itu, masyarakat membutuhkan proteksi yang kuat dan rasa aman dalam mengkonsumsi produk Obat dan Makanan tersebut.

Di bawah ini, Tabel 2 Rangkuman Analisis SWOT sesuai dengan pengaruh lingkungan strategis dari internal dan eskternal.

(26)

20 Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 Tabel 2 : Rangkuman Analisis SWOT

HASIL PEMBAHASAN (SWOT) Kekuatan

(Strengths)

1. SDM yang berkualita

2. Integritas Pelayanan Publik diakui secara Nasional

3.

Networking yang kuat dengan pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota serta lembaga-lembaga yang ada di propinsi Lampung

4. Pedoman Pengawasan yang jelas 5. Komitmen Pimpinan

Kelemahan (Weaknesses)

1. Masih belum optimalnya sistem manajemen kinerja

2. Terbatasnya sarana dan prasarana baik pendukung maupun utama

3. Masih kurangnya dukungan IT Peluang

(Opportunities)

1. Adanya Program Nasional (JKN dan SKN) 2. Perkembangan Teknologi yang sangat cepat 3. Jumlah industri Makanan yang berkembang pesat

4. Komitmen Pemerintah Daerah dalam program pengawasan Obat dan Makanan

5. Desentralisasi dan Otonomi Daerah Tantangan

(Threats)

1. Perubahan iklim dunia

2. Lemahnya penegakan hukum 3. Perubahan pola hidup masyarakat

4. Adanya Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Area)

Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, maka Balai Besar POM di Bandar Lampung perlu melakukan penguatan manajemen kinerja, peningkatan kualitas kuantitas sarana dan prasaran serta meningkatkan dukungan IT sehingga mendukung program pengawasan Obat dan makanan dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran organisasi periode 2015-2019.

(27)

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 21

Untuk itu, dalam melaksanakan peran dan kewenangan yang optimal sesuai dengan peran dan kewenangan Balai Besar POM di Bandar Lampung sebagai lembaga yang mengawasi Obat dan Makanan, maka diusulkan penguatan peran dan kewenangan Balai Besar POM sesuai dengan bisnis proses untuk periode 2015-2019 sebagaimana pada Tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3 : Kegiatan Balai Besar POM di Bandar Lampung:

SASARAN STRATEGIS KEGIATAN

Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

• Pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan sesuai standar

• Pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan sesuai standar

• Sampling dan pengujian laboratorium Obat dan Makanan

• Penyidikan dan penegakan hukum Kerjasama,

Komunikasi, Informasi dan Edukasi Publik

• Mendorong kemitraan dan kemandirian pelaku usaha melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik termasuk peringatan publik

• Pengelolaan data dan informasi Obat dan Makanan

• Menentukan peta zona rawan peredaran Obat dan Makanan yang tidak sesuai dengan standard • Penyebaran informasi bahaya obat dan makanan

(28)

22 Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 Peran UMKM terus ditingkatkan guna meningkatkan daya saing bangsa

Pemberian Informasi tentang keamanan pangan sejak dini akan meghasilikan generasi penerus yang mampu memilih makanan yang aman, bermutu dan bergizi

(29)

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 23

2.1. VISI

Balai Besar POM di Bandar Lampung sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM tidak menetapkan visi tersendiri, namun tetap mengacu kepada visi Badan POM RI.

Visi Badan POM 2015-2019 telah ditetapkan sebagai berikut:

Penjelasan Visi:

Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel dan diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik. Sejalan dengan itu, maka pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai berikut:

VISI

• Obat dan Makanan aman, meningkatkan

kesehatan masyarakat dan daya saing bangsa

Aman

Keadaan bebas dari bahaya. Semua Obat dan Makanan harus dijamin keamanannya agar tidak membahayakan bagi

masyarakat

Daya

Saing

Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telah memenuhi standar, baik standar nasional maupun internasional, sehingga adanya kesiapan suatu produk bangsa untuk interaksi daya saing di masa depan. Agar menjadi kompetitif, dalam arti ini adalah memiliki peluang untuk menang bagi sejumlah pemain industri yang menghadapi biaya tinggiKemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telah memenuhi standar, baik standar nasional maupun internasional, sehingga adanya

kesiapan suatu produk bangsa untuk interaksi daya saing di masa depan. Agar menjadi kompetitif, dalam arti ini adalah memiliki peluang untuk menang bagi sejumlah pemain industri yang menghadapi biaya tinggi

(30)

24 Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019

2.2. MISI

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata sesuai dengan penguatan peran Badan POM. Adapun misi yang akan dilaksanakan sesuai dengan peran-peran Badan POM tersebut untuk periode 2015-2019, adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk

melindungi masyarakat

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan satu-kesatuan fungsi (full spectrum) standardisasi, penilaian produk sebelum beredar, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian produk serta penegakan hukum. Menyadari kompleksnya tugas yang diemban BPOM dalam melindungi masyarakat dari produk yang tidak aman dengan tujuan akhir adalah masyarakat sehat, serta berdaya saing, maka perlu disusun suatu sasaran strategis khusus yang mampu mengawalnya. Di satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin tinggi, sementara sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritas dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan Makanan seharusnya didesain berdasarkan analisis risiko, hal ini untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM), yaitu pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis dalam menjamin produk Obat dan Makanan aman. Pelaku usaha merupakan pemangku kepentinganyang mampu memberikan jaminan produk yang memenuhi standar dengan memenuhi ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat dan Makanan.

Sebagai lembaga pengawas, BPOM harus bersikap konsisten terhadap pelaku usaha, yaitu dengan melaksanakan proses pemeriksaan serta pembinaan dengan baik. BPOM harus mampu membina dan mendorong pelaku usaha untuk dapat memberikan produk yang aman, bermanfaat/berkhasiat, dan bermutu. Dengan pembinaan secara berkelanjutan, ke depan diharapkan pelaku usaha mempunyai kemandirian dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan.

Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Sementara itu, kontribusi industri Obat dan Makanan terhadap Pendapatan Nasional Bruto (PDB) cukup siginifikan. Industri makanan, minuman,

(31)

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 25

dan tembakau memiliki kontibusi PDB non migas di tahun 2012 sebesar 36,33 persen, sementara Industri Kimia dan Farmasi sebesar 12,59 persen (sumber: Laporan Kemenperin 2004-2012). Perkembangan industri makanan, minuman, dan farmasi (obat) dari tahun 2004 sampai dengan 2012 juga mempunyai tren yang meningkat. Hal ini tentunya merupakan suatu potensi yang luar biasa untuk industri tersebut berkembang lebih pesat.

Kaitannya dengan perdagangan bebas, industri dalam negeri tidak hanya bersaing di pasar dalam negeri, namun juga pasar di luar negeri. Sebagai contoh, masih besarnya impor terhadap obat serta besarnya pangsa pasar dalam negeri dan luar negeri menjadi tantangan industri obat untuk dapat berkembang. Demikian halnya dengan industri makanan, di mana pasar dalam negeri dengan besarnya jumlah penduduk Indonesia sangat potensial. Industri kosmetik, obat tradisional, dan suplemen kesehatanpun mempunyai karakteristik yang sama. Kemajuan industri Obat dan Makanan secara tidak langsung juga dipengaruhi dari sistem serta dukungan regulatory yang mampu diberikan oleh BPOM. Sehingga BPOM berkomitmen untuk mendukung peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan keamanan, manfaat, dan mutu Obat dan Makanan.

Masyarakat dalam hal ini sebagai konsumen mempunyai peran yang sangat strategis untuk dilibatkan dalam pengawasan Obat dan Makanan, utamanya pada sisi demand. Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan, masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi objek upaya peningkatan kesadaran (awareness) untuk memilih Obat dan Makanan yang memenuhi standar, tetapi juga diberi kemudahan akses informasi dan komunikasi terkait Obat dan Makanan sehingga dapat berperan aktif dalam meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan.

Sadar dengan kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat, BPOM melakukan upaya-upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadarannya dalam mendukung pengawasan. Upaya-upaya tersebut salah satunya dilakukan melalui kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi kepada masyarakat.

Di sisi lain, arus globalisasi memberi kesempatan masuknya produk yang tidak memenuhi standar dengan harga murah ke wilayah Indonesia. Pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai syarat keamanan produk Obat dan Makanan menimbulkan asymmetric information yang dapat dimanfaatkan oleh produsen nakal untuk menjual produk yang murah namun substandar.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Balai Besar POM di Bandar Lampung tidak dapat berjalan sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pihak lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan

(32)

26 Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 serta kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan. Pengawasan Obat dan Makanan bersifat unik karena tersentralisasi, yaitu dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pusat dan diselenggarakan oleh Balai di seluruh Indonesia. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas pengawasan, karena kebijakan yang diambil harus disinkronkan dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah. Untuk itu, dalam melaksanakan tugas pengawasan di daerah, BPOM harus bersinergi dengan lintas sektor terkait, sehingga pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan.

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM

Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Hal ini membutuhkan sumber daya yang meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine),yang merupakan modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dan sarana-prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka BPOM harus mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.

Di samping itu, BPOM sebagai suatu LPNK yang dibentuk pemerintah untuk melaksanakan tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata (techno structure), namun juga melaksanakan fungsi pengaturan (regulating), pelaksana (executing),dan pemberdayaan (empowering). Untuk itu, diperlukan penguatan kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi.

Misi BPOM merupakan langkah utama yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi BPOM. Pengawasan pre- dan post-market yang berstandar internasional diterapkan dalam rangka memperkuat BPOM menghadapi tantangan globalisasi. Dengan penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang konsisten, yaitu memenuhi standar aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkan BPOM mampu melindungi masyarakat dengan optimal.

BPOM juga melakukan kemitraan dengan pemangku kepentingan terkait kerja sama lintas sektor, lintas wilayah, lintas institusi dan sebagainyayang merupakan

(33)

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 27

potensi yang perlu diperkuat. Semua itu dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran dan pengetahuan yang baik terhadap Obat dan Makanan yang beredar di pasaran, sehingga mampu melindungi diri sendiri dan terhindar dari produk Obat dan Makanan yang mengandung bahan baku berbahaya dan ilegal.

Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi pembelajar (learning organization).Untuk mendukung itu, maka BPOM perlu untuk memperkuat koordinasi internal dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia serta saling bertukar informasi (knowledge sharing).

2.3. BUDAYA ORGANISASI

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya.

1. Profesional

Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan komitmen yang tinggi.

2. Integritas

konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan

3. Kredibilitas

Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional.

4. Kerjasama Tim

Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.

5. Inovatif

Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.

6. Responsif/Cepat Tanggap

(34)

28 Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019

2.4. TUJUAN

Dalam rangka pencapaian visi dan misi pengawasan Obat dan Makanan, maka tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat;

2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi, atau terciptanya iklim inovasi yang kondusif dalam rangka meningkatkan daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global.

Ukuran keberhasilan atau indikator kinerja untuk tujuan tersebut di atas, diusulkan sebagai berikut:

1. Meningkatnya jaminan Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan indikator:

a. Tingkat kepuasan masyarakat atas jaminan pengawasan BPOM;

2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi atau terciptanya iklim inovasi yang kondusif dalam rangka meningkatkan daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global.

a. Tingkat kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam memenuhi ketentuan;

b. Tingkat kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan pembinaan pengawasan Obat dan Makanan.

2.5. SASARAN STRATEGIS

Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai BPOM, dengan mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta infrastruktur yang dimiliki Balai Besar POM di Bandar Lampung. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2015-2019) kedepan diharapkan Balai Besar POM di Bandar Lampung akan dapat mencapai sasaran strategis sebagai berikut:

1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh BPOM merupakan suatu proses yang komprehensif dan bersifat full spectrum, mencakup pengawasan pre-market dan post-market. Sistem itu terdiri dari :

(35)

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 29

a. Pengawasan setelah beredar (post-market control) yang dilakukan dengan melakukan sampling produk Obat dan Makanan yang beredar, serta pemeriksaan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan.

b. Pengujian laboratorium. Produk yang disampling berdasarkan risiko kemudian diuji melalui laboratorium guna mengetahui apakah Obat dan Makanan tersebut telah memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu. Hasil uji laboratorium ini merupakan dasar ilmiah yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan produk yang tidak memenuhi syarat dan kemudian akan ditarik dari peredaran.

c. Penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Dalam bisnis Obat dan Makanan yang relatif menjanjikan keuntungan yang besar, rentan terhadap pelanggaran dari pelaku usaha. Untuk itu diperlukan adanya suatu penegakan hukum apabila terjadi pelanggaran terkait Obat dan Makanan.

Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikator sebagai berikut :

a. Persentase obat yang memenuhi syarat meningkat dengan target sampai tahun 2019 sebesar 99,44%

b. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat meningkat dengan target sampai tahun 2019 sebesar 68,10%

c. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat meningkat dengan target sampai tahun 2019 sebesar 98,33%

d. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat meningkat dengan target sampai tahun 2019 sebesar 99,56%

e. Persentase makanan yang memenuhi syarat meningkat dengan target sampai tahun 2019 sebesar 97,00 %

(36)

30 Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 2. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku

kepentingan dan partisipasi masyarakat

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkait dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk itu perlu dijalin suatu kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang baik.

Salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan adalah masyarakat sebagai konsumen. Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan di pasaran (masyarakat) masih berpotensi untuk tidak memenuhi syarat, sehingga masyarakat harus lebih cerdas dalam memilih dan menggunakan produk Obat dan Makanan yang aman, bermanfaat, dan bermutu. Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terkait Obat dan Makanan yang memenuhi syarat, Balai Besar POM di Bandar Lampung harus memberikan kegiatan pembinaan dan bimbingan melalui Komunikasi, layanan Informasi, dan Edukasi (KIE).

Di samping itu, pengawasan Obat dan Makanan perlu dilakukan oleh pelaku usaha baik produsen, distributor, dan pelaku usaha lain. Pengawasan oleh pelaku usaha sebaiknya dilakukan dari hulu ke hilir, dari sebelum sampai sesudah produk beredar, salah satunya adalah meliputi pengawasan Obat dan Makanan di sarana produksi dan sarana distribusi. Produsen mempunyai peran dalam memberikan jaminan produk Obat dan Makanan yang memenuhi syarat (aman, khasiat/bermanfaat, dan bermutu) melalui proses produksi yang sesuai dengan ketentuan.

Paradigma Balai Besar POM sebagai lembaga pengawas dan ditakuti oleh pelaku usaha selama ini mulai berubah, dengan adanya upaya yang dilakukan Balai Besar POM di Bandar Lampung dalam menjalin hubungan yang lebih harmonis dengan para pelaku usaha. Tanpa meninggalkan tugas utama pengawasan, Balai Besar POM di Bandar Lampung berupaya memberikan dukungan kepada pelaku usaha untuk memperoleh kemudahan dalam usahanya. Salah satunya melalui jaminan kualitas (quality assurance) pengawasan, melalui pendampingan regulatory (regulatory assistance).

Sasaran strategis ini berupaya untuk mengakomodasi kegiatan yang mendukung pada peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan mutu Obat dan Makanan. Pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan harus didukung dalam menghadapi tantangan perdagangan bebas. Salah satunya adalah dengan memberikan dukungan regulatory (sistem pengawasan) kepada pelaku usaha dengan insentif. Sementara terkait dengan faktor lain yang menjadi variabel penentu dalam meningkatkan kemudahan usaha, adalah daya saing.

(37)

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019 31

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikatornya sebagai berikut :

3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan

Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine) merupakan modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dan sarana-prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka Balai Besar POM di Bandar Lampung harus mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikatornya adalah :

Adapun Tabel 4 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM periode 2015-2019 sesuai dengan penjelasan di atas, adalah sebagai berikut : Tabel 4 : Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja

VISI MISI TUJUAN SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan Meningkat nya jaminan produk Obat dan Makanan Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan 1. Persentase obat yang memenuhi syarat *) 2. Persentase obat Tradisional yang a. Tingkat kepuasan masyarakat dengan target sampai tahun 2019

sebesar 83

b. Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan dengan target sampai tahun 2019 sebanyak 15 Kab/Kota

Nilai SAKIP Balai Besar POM di Bandar Lampung dari Badan POM dengan target sampai tahun 2019 Nilai A

Gambar

Tabel 3   Kegiatan Balai Besar POM di Bandar Lampung
Tabel 3 : Kegiatan Balai Besar POM di Bandar Lampung:
Tabel 7 : Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja  Sasaran
Tabel 8 : Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan  Sasaran

Referensi

Dokumen terkait

Pengadilan Agama Solok secara resmi berdiri pada tahun 1957 yang pada awalnya menompang di salah satu ruangan Kantor Departemen Agama Kabupaten Solok, yang berlokasi di jalan

anggota koperasi mengalami perkem- bangan sebanyak 240.395 orang atau 0,88 persen. Gambaran rinci perkembangan jumlah anggota disajikan pada tabel-3.. Hal tersebut dapat

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT., atas segala yang terbaik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara

Dengan demikian modifikasi g g j g piston yang dapat diaplikasikan pada mesin diesel yang dikonversi menjadi mesin berbahan bakar gas yaitu pada. i ti 13 d 10 compression ratio 13

Semester,kenaikan kelas, dan libur puasa. Saat penerimaan rapor santri tidak diizinkan untuk mengambil sebelum jadwal yang telah ditentukan. Saat kedatangan, santri harus datang

Dalam pembuatan laporan program magang, peserta magang harus memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut. a) Mahasiswa menyusun laporan dengan dibimbing dan disetujui oleh DPM

REHLATA adalah Lembaga Konsultan Pendidikan Al-Azhar Mesir yang berdiri pada tahun 2014 sebagai lembaga bimbingan belajar resmi untuk para calon mahasiswa baru

Mata kuliah wajib adalah kuliah yang harus diambil oleh mahasiswa dalam Program Sarjana (S-1) untuk keahlian dan pengembangannya. Mata kuliah pilihan adalah mata kuliah