• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH BERDASARKAN JENIS DAN UKURAN LIMBAH DI PT. MARUKI INTERNASIONAL INDONESIA ASTI NUR PRATIWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH BERDASARKAN JENIS DAN UKURAN LIMBAH DI PT. MARUKI INTERNASIONAL INDONESIA ASTI NUR PRATIWI"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH

BERDASARKAN JENIS DAN UKURAN LIMBAH

DI PT. MARUKI INTERNASIONAL

INDONESIA

ASTI NUR PRATIWI

105951106116

SKRIPSI

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

(2)

ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH

BERDASARKAN JENIS DAN UKURAN LIMBAH

DI PT. MARUKI INTERNASIONAL INDONESIA

ASTI NUR PRATIWI

105951106116

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pertanian Strata Satu ( S-1 )

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

vi

KATA PENGANTAR

Bismillaahirraamaanirraahiim

Puji syukur Penulis Panjatkan kehadirat Allah Subhanallahuwata’ ala atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini setelah melalui proses yang panjang. Salawat dan salam semogah selalu tercurah kepada Nabiullah Muhammad SAW sebagai satu-satunya teladan kita dalam menjalani segala aktivitas di atasmuka bumi ini, juga kepada keluarga beliau, sahabat-sahabatnya, dan orang-orang yang selalu istiqamah menjalani hidup dengan islam sebagai agama satu-satunya yang diridhai Allah SWT.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini mulai menyusun hingga tahap penyelesaian sepenuhnya masih banyak kekurangan sebagai akibat dari keterbatasan penulis. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi akan penulis terima dengan lapang hati. Walaupun demikian, penulis berupaya semaksimal mungkin untuk menyempurnakan tugas ini. Semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar baik bagi para pembaca khususnya bagi saya sendiri dan semua Mahasiswa Prodi Kehutanan Fakultas Pertanian, Amin.

Penulis mengucapkan terima kasih yang terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan arahan yang merupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi. Olehnya, dengan segala kerendahan hati Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua Orang Tua saya terutama Bapak saya Alam Nur dan Ibu saya ST. Maemunah yang

(6)

vii

tercinta dengan sabar selalu memberikan dukungan berupa Do’a. Pesan moral dan materi kepada Penulis.

Dengan segala kerendahan hati, Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada

1. Ayahanda Dr.H. Burhanuddin, S.Pi., M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Hikmah, S.Hut.,M.Si.,IPM. Selaku Pembimbing I yang telah memberikan masukan terhadap penyusunan serta pengetahuan dan motivasinya.

3. Bapak Ir. Muhammad.Tahnur S.Hut.,M.Si.,IPM. Selaku Pembimbing II yang telah memberikan masukan terhadap penyusunan serta pengetahuan dan motivasinya

4. Dr. Ir. Hasanuddin Molo., S.Hut, M.P, IPM sebagai penguji I dan Ir. M,Daud. S.Hut., M.Si., IPM, C.EIA sebagai penguji II yang tak hentinya memberikan arahan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kehutanan serta Staf Tata Usaha Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan.

6. Bapak Andi Muhammad Amin selaku President Direktur PT. Maruki Internasional Indonesia beserta jajarannya yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

(7)

viii

7. Kakak Ashary Alam. S.Pd.,M.Pd. dan Adik Astuti Alawiah selaku saudara kandung penulis yang telah memberikan dukungan moral berupa materi demi keberhasilan studi dari saya.

8. Kepada Teman-teman keluarga besar BERINGIN 016 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas dukungan dan semangat yang selalu ada untuk peneliti, terima kasih atas persaudaraanya dan pengertiannya.

Akhirnya Penulis berharap semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT, dengan pahala yang berlipat ganda. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Rabbal Alamin.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, Februari 2021

(8)

ix ABSTRAK

ASTI NUR PRATIWI. 105951106116. Analisis Potensi Pemanfaatan Limbah Berdasarkan Jenis Dan Ukuran Limbah Di PT. Maruki Internasional Indonesia. Dibimbing oleh Ibunda Hikmah dan Ayahanda Muhammad.Tahnur.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis pemanfaatan limbah yang bisa dibuat berdasarkan jenis kayu, jenis limbah, dan ukuran limbah dari industri butsudan di PT. Maruki Internasional Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di PT. Maruki Internasional. Dalam pelaksanaan penelitian ini menggiunakan metode kualitatif melalui wawancara pada setiap Factory dari factory 1 sampai Factory 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 6 jenis kayu yaitu jenis kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb), jenis kayu Nyatoh (Palaquium rostratum), jenis kayu Eboni (Diospyros celebica), jenis kayu Jati (Tectona Grandis), jenis kayu Amara (Diospyros celebica), Cendana (Santalum album). Jenis limbah kayu yang dihasilkan berupa papan dan balok, sabetan, potongan kayu, tatal, sukita, serbuk kayu, dan debu pengemplasan. Proses pengolahan lanjutan dari limbah kayu berpotensi untuk produk souvenir, produk jam tangan, produk briket kayu, produk anyaman tikar,

(9)

iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ASTI NUR PRATIWI

Tempat Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 12 Agustus 1998

NIM : 105951106116

Program Studi : Kehutanan

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul:

ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH BERDASARKAN JENIS DAN UKURAN LIMBAH

DI PT. MARUKI INTERNASIONAL INDONESIA

Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini

Makassar, Februari 2021

Asti Nur Pratiwi 105951106116

(10)

v

α Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2021 Hak Cipta dilindungi undang – undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis skripsi ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan, karya ilmiah, penyususan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan yang wajar Unismuh Makassar.

Dilarang Mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis skripsi dalam bentuk laporan apapupn tanpa izin Unismuh Makassar

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN KOMISI PENGUJI ... iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI .... iv

HAK CIPTA MILIK UNISMUH MAKASSAR, TAHUN 2021 ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAUHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 4 1.3. Tujuan Penelitian ... 5 1.4. Kegunaan Penelitian... 5 II TINJAUAN PUSTAKA ... 6 2.1. Kayu ... 6

2.2. Limbah Industri Kayu ... 8

2.3. Jenis – Jensi Industri ... 10

(12)

xii

2.5. Pengolahan Limbah Kayu ... 12

2.6. Jenis – Jenis Limbah Kayu ... 13

2.7. Kerangka Pikir ... 14

III METODE PENELITIAN ... 17

3.1. Waktu dan tempat ... 17

3.2. Alat dan Bahan ... 17

3.3. Teknik pengumpulan data ... 17

3.4. Analisis data ... 19

3.5. Defenisi Operasional ... 20

IV. KEADAAN UMUM LOKASI ... 22

4.1. Gambaran Utama PT. Maruki Internasional Indonesia ... 22

4.2. Visi dan Misi Perusahan ... 23

4.3. Produk dan Tujuan Pemasaran ... 35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

5.1. Jenis Kayu ... 37 5.2. Factory 1... 40 5.3. Factory 2... 46 5.4. Factory 3... 53 5.5. Factory 4... 57 5.6. Factory 5... 59 VI. PENUTUP ... 60 6.1. Kesimpulan ... 60

(13)

xiii

6.2. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Penyajian Data ... 16

2. Limbah Kayu Factory 1 ... 40

3. Potensi Pemanfaatan Limbah Kayu ... 43

4. Limbah Kayu Factory 2 ... 46

5. Potensi Pemanfaatan Limbah Kayu ... 49

6. Limbah Kayu Factory 3 ... 53

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Struktur Organisasi PT. Maruki Internasional Indonesia ... 25

2. Jenis Kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia roxb) ... 38

3. Jenis Kayu Nyato (Palaquium rostratum) ... 38

4. Jenis Kayu Amara (Diospyros celebica ) ... 39

5. Jenis Kayu Cendrana (Santalum album) ... 39

6. Jenis Kayu Eboni (Diospyros celebica) ... 39

7. Jenis kayu Jati (Tectona grandis) ... 40

8. Limbah Papan Dan Balok ... 42

9. Limbah Sabetan ... 42

10. Potensi Produk Papan dan balok (Gagang pisau dan sarangkanya) ... 45

11. Potensi Produk Sabetan (anyaman gantungan tas) ... 45

12. Prodak souvenir ... 46

13. Limbah Tatal ... 48

14. Limbah Potongan Kayu ... 48

15. Limbah Sukita ... 48

16. Potensi Produk Potongan Kayu ( Jam Tangan ) ... 51

17. Potensi Produk Tatal (Alas kandang peternakan hamster ) ... 52

18. Potensi Poduk Sukita ( Anyaman Tikar) ... 52

19. Proses Pengemplasan ... 54

(16)

xvi

21. Potensi Produk Serbuk Kayu (Briket Kayu) ... 56

22. Proses Assembling ... 58

23. Proses Pewarnaan Akhir ... 58

24. Proses Packing ... 59

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Factory I ... 63

2. Factory 2... 64

3. Factory 3 ... 65

4. Produk Souvenir ... 65

5. Potensi Produk Potongan Kayu (Jam Tangan) ... 66

6. Potensi Produk Serbuk Kayu (Briket Kayu) ... 66

7.Proses Assembling Pada Factory 4 ... 67

(18)

1 I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kayu di indonesia merupakan material struktural dan banyak disediakan oleh alam dan sangat diminati yang memiliki potensial untuk dipakai sebagai bahan baku. Sehingga permintaan kayu sebagai bahan baku sangat meningkat dikarenakan kayu mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Sejalan dengan kondisi kayu di Indonesia dimana Indonesia mengalami defisit kebutuhan kayu bulat (log) untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan kayu.

Jenis industri kayu merupakan bagian dari cabang industri yang mempunyai ciri khusus yang sama atau hasilnya bersifat akhir dalam proses produksi, yang ditetapkan sesuai klasifikasi dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia. Jenis-jenis Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) hanya ada 5 (lima) yaitu: Industri penggergajian kayu, Industri serpih kayu (wood chip), Industri vinir (veneer), Industri kayu lapis (plywood) dan Laminated Veneer Lumber. Adanya industri yang banyak berkembang, semakin banyak juga bahan yang dibutuhkan, untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen, atau dengan kata lain untuk memenuhi kebutuhan pasar. Melihat keadaan tersebut bisa dipastikan bahwa dalam produksi suatu industri, pasti menghasilkan limbah yang terbuang. Sehingga kurang bermanfaat, misalnya limbah dari bekas potongan dalam pembuatan kerajinan, dan sebitan bekas pembelahan kayu.

Menurut Komarayati, (1992) yang dimaksud dengan Limbah kayu adalah sisa-sisa kayu atau bagian kayu yang dianggap tidak bernilai ekonomi lagi dalam proses tertentu, pada waktu tertentu dan tempat tertentu yang mungkin

(19)

2 masih dimanfaatkan pada proses dan waktu yang berbeda. Yang umumnya terdiri atas: sisa gergajian, sisa potongan panjang dan pendek, dan kulit kayu.

Jenis limbah yang dihasilkan pada industri merupakan sisa potongan kecil-kecil baik sisa potongan atau sisa belahan kayu yang dianggap tidak ekonomis lagi dalam suatu proses, waktu, dan tempat tertentu, akan tetapi mungkin masih dapat dimanfaatkan pada proses, tempat, dan waktu yang berbeda. Jenis limbah yang dihasilkan seperti sebetan, potongan kayu, limbah tatal, limbah serbuk, potongan lembaran veener, dan debu pengemplasan.

Pemanfaatan limbah kayu secara umum telah di manfaatkan sebagai papan blok, papan partikel (particle board) maupun sebagai bahan bakar pemanas dan arang kayu, bahan kerajinan berupa anyaman dinding, furniture, pembuatan sangkar burung, pembuatan bantalan palet, pemanfaatan potongan serpihan sebagai box ikan asin dan box telur.

Perkembangan industri-industri saat ini setidaknya dipengaruhi oleh 2 faktor, yang pertama kemudahan dalam mancari bahan baku berbagai jenis kayu, yang kedua meningkatnya permintaan pasar, baik dalam negeri maupun pasar internasional. Potensi tersebut menjadi salah satu peluang usaha, dan juga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.

Berdasarkan hasil penelitian oleh (Cahyandari,(2007)) yang berjudul

pemanfaatan limbah kayu sebagai bahan dasar pembuatan papan partikel

diperoleh data yaitu untuk memanfaatkan limbah tersebut adalah dengan mengolahnya menjadi papan partikel, bahwa penggunaan serbuk kayu keras dan adhesive dari bahan phenol formaldehyde mempunyai sifat mekanik yang paling

(20)

3 baik yaitu mempunyai kekuatan tarik 0.46 N/mm 2 dan kekuatan tekuk : 17.26 N/mm 2 dibandingkan penggunaan bahan lainnya.

Penelitian (Purwanto,(2009)) yang berjudul Pengolahan Kayu Di

Kalimantan Selatan. menyebutkan bahwa industri penggergajian kayu

menghasilkan limbah sebesar (40,48 %) volume, terdiri atas sebetan (22,32 %), potongan kayu (9,39 %) dan serbuk gergaji (8,77 %). Sedangkan limbah industri kayu lapis sebesar (54,81 %) volume dengan rincian potongan dolok (3,69 %), sisa kupasan dolok (18,25 %), venir basah (8,50 %), penyusutan (3,69 %), venir kering (9,60 %), pengurangan tebal (venir kering) (1,90 %), potongan tepi kayu lapis (3,90 %), serbuk gergaji (2,2 %) dan debu kayu lapis (3,07 %). Pemanfaatan pada kedua jenis limbah tersebut antara lain sebagai bahan bakar, inti papan blok, papan blok, papan partikel, dan sambungan venir inti, atau venir belakang kayu lapis.

Hasil penelitian (Rianto dkk,(2019)) yang berjudul Potensi dan

Pemanfaatan Limbah Gergajian Pada Stand Kayu di Distrik Manokwari Barat

menunjukkan terdapat tiga jenis bahan baku kayu gergajian yaitu Merbau (Intsia

sp.), Matoa (Pometia sp.) dan Rimba Campuran. Jenis limbah yang dihasilkan

berupa sabetan, serbuk, dan tatal. Sortimen olahan balok dan papan sebanyak 30 m3, dihasilkan limbah sebanyak 46,73%/m3 dengan rata-rata jenis limbah sebetan sebanyak 7,47%/m3, serbuk 6,80%/m3 dan tatal 32,47%/m3. Proses pengolahan lanjutan dari limbah masih belum terlihat dimana semua limbah biasanya hanya dibakar.

(21)

4 PT. Maruki International Indonesia adalah perusahaan ekspor-impor yang bergerak di bidang industri manufaktur, perakitan, serta pengolahan kayu menjadi produk furnitur spesifik bernama Butsudan, yaitu lemari bernilai budaya dan seni tinggi yang digunakan masyarakat Jepang sebagai tempat persembahan serta media komunikasi kepada leluhurnya, sehingga target pasar perusahaan adalah masyarakat Jepang. Perusahaan ini memiliki visi Quality dan Morality, dimana diterapkan sistem kerja Kaizen, yaitu konsep dari Jepang tentang perbaikan kualitas (meliputi sumber daya manusia, bahan, peralatan, pemasok, dan prosedur) secara berkesinambungan. Setiap bahan baku hingga proses pengerjaan memiliki tingkat pengawasan kualitas yang sangat ketat, berdasarkan Buku Panduan Factory PT. Maruki International Indonesia serta observasi awal peneliti.

PT. Maruki sendiri memproduksi lebih dari 1000 jenis dan tipe komponen Butsudan melalui 5 factory yang terbagi atas unit-unit spesialisasi kerja. Sistem produksi dilakukan pada setiap factory 1 sampai factory 5 yang menghasilkan limbah kayu yang berbeda-beda berdasarkan jenis dan ukuran limbah yang berpotensi menjadi suatu produk. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang Analisis Pemanfaatan Limbah Berdasarkan Jenis Dan Ukuran Limbah Di PT. Maruki Internasional Indonesia. (Achmad, Yakin.2015)

Limbah – limbah yang dihasilkan di PT. Maruki Internasional Indonesia mulai Factory 1 hingga Factory 5 hingga saat ini belum di manfaatkan hanya dibuang saja. Berdasarkan hal tersebut, Penulis tertarik untuk meneliti Analisis

(22)

5 Potensi Pemanfaatan Limbah Berdasarkan Jenis dan Ukuran Limbah di PT. Maruki Internasioanl Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah penelitian ini adalah jenis-jenis pemanfaatan limbah yang bisa dibuat berdasarkan jenis kayu, jenis limbah, dan ukuran limbah dari industri Butsudan di PT. Maruki Internasional Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis pemanfaatan limbah yang bisa dibuat berdasarkan jenis kayu, jenis limbah, dan ukuran limbah dari industri Butsudan di PT. Maruki Internasional Indonesia.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna sebagai bahan informasi memanfaatkan limbah hasil pengolahan industri kayu untuk diolah menjadi suatu prodak dari proses Factory 1 hingga Factory 5 pada sisa potongan yang tidak dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam suatu produk Butsudan.

(23)

6 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kayu

1. Pengertian kayu

Kayu adalah bahan yang terdiri dari sel-sel. Struktur yang terdiri atas sel tersebut memberikan kayu banyak sifat-sifat dan ciri-ciri yang unik. Kerapatan adalah perbandingan antara massa atau berat benda terhadap volumenya. Kerapatan kayu berhubungan langsung dengan porositasnya, yaitu proporsi volume rongga kosong.

Dewasa ini industri perkayuan di Indonesia semakin diminati oleh negara lain, akan tetapi karakteristik kayu yang dihendaki lebih spesifik, diantaranya kadar air yang sesuai dengan iklim pada masing-masing negara. Kadar air yang dikehendaki mencapai hingga dibawah 10 %. Keadaan tersebut tidak dapat dicapai jika pengeringan dilakukan secara alamiah, karena itu di perlukan pengeringan buatan ( Budianto, 1996).

2. Sifat-Sifat Kayu a) Sifat Utama Kayu

Kayu sampai saat ini masih banyak dicari dan dibutuhkan orang. Dari segi manfaatnya bagi kehidupan manusia, kayu dinilai mempunyai sifat-sifat utama,yaitu sifat-sifat yang menyebabkan kayu tetap selalu dibutuhkan manusia.

(24)

7 b) Sifat Fisis dan Mekanis kayu

1) Sifat Fisis Kayu (a) Berat Jenis Kayu

Berat jenis kayu biasanya berbanding lurus dengan kekuatan dari pada kayu atau sifat-sifat mekanisnya. Makin tinggi berat jenis suatu kayu maka makin tinggi pula kekuatannya.

(b) Kadar Air Kayu

Kadar air didefinisikan sebagai banyaknya air yang terdapat dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya.

2) Sifat Mekanis Kayu

Sifat mekanis kayu meliputi keteguhan kayu, yaitu perlawanan yang diberikanoleh suatu jenis kayu terhadap perubahan-perubahan bentuk yang disebabkan oleh gaya-gaya luar.

a. Keteguhan Tarik (Tension Strength)

Keteguhan tarik adalah kekuatan atau daya tahan kayu terhadap dua buah gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanan dan gaya ini bersifat tarik.

b. Keteguhan Tekan (Compression Strength)

Keteguhan tekan adalah kekuatan atau daya tahan kayu terhadap gaya-gaya tekan yang bekerja sejajar atau tegak lurus serat kayu.(Simpson. 1999)

(25)

8 2.2. Limbah Industri Kayu

Di Indonesia ada tiga macam industri kayu yang secara dominan mengkonsumsi kayu dalam jumlah relatif besar, yaitu penggergajian, vinir/kayu lapis dan pulp/kertas. Yang menimbulkan masalah adalah limbah penggergajian yang kenyataannya dilapangan masih ada yang di tumpuk sebagian dibuang ke aliran sungai (pencemaran air), atau dibakar secara langsung (ikut menambah emisi karbon di atmosfir).

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali. Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya

Produksi total kayu gergajian Indonesia mencapai 2.6 juta m3 per tahun (Forestry Statistics of Indonesia 1997/1998). Dengan asumsi bahwa jumlah limbah yang terbentuk 54,24 persen dari produksi total maka dihasilkan limbah penggergajian sebanyak 1.4 juta m3 per tahun, angka ini cukup besar karena mencapai sekitar separuh dari produksi kayu gergajian.

Adanya limbah yang dimaksud menimbulkan masalah penanganannya yang selama ini dibiarkan membusuk, ditumpuk dan dibakar yang kesemuanya berdampak negatif terhadap lingkungan sehingga penanggulangannya perlu dipikirkan. Salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah memanfaatkannya

(26)

9 menjadi produk yang bernilai tambah dengan teknologi terapan dan kerakyatan sehingga hasilnya mudah disosialisasikan kepada masyarakat.

Hasil evaluasi menunjukkan beberapa hal berpeluang positif sebagai contoh teknologi terapan dimaksud dapat diterapkan secara memuaskan dalam mengkonversi limbah industri pengolahan kayu menjadi arang serbuk, briket arang, arang aktif, arang kompos dan soil conditioning.

Penerapan teknologi aplikatif atau terapan dan kerakyatan ini dapat dikembangkan menjadi skala besar (pilot dan komersial) baik secara teknis maupun ekonomis. Keberhasilan pemanfaatan limbah dapat memberi manfaat antara lain dari segi kehutanan dan industri kayu dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku konvensional (kayu) sehingga mengurangi laju penebangan/kerusakan hutan dan mengoptimalkan pemakaian kayu serta menghemat pengeluaran bulanan keluarga dan meningkatkan kesuburan tanah.

Namun demikian mengubah pola kebiasaan masyarakat tidak mudah, diperlukan proses yang panjang. Untuk industri besar dan terpadu, limbah serbuk kayu gergajian sudah dimanfaatkan menjadi bentuk briket arang dan arang aktif yang dijual secara komersial. Namun untuk industri penggergajian kayu skala industri kecil yang jumlahnya mencapai ribuan unit dan tersebar di pedesaan, limbah ini belum dimanfaatkan secara optimal, seperti industri penggergajian di Jambi yang berjumlah 150 buah yang kesemuanya terletak ditepi sungai Batang hari limbah kayu gergajian yang dihasilkan dibuang ke tepi sungai tersebut sehingga terjadi proses pendangkalan dan pengecilan ruas sungai teknologi terapan dimaksud dapat diterapkan secara memuaskan dalam mengkonversi

(27)

10 limbah industri pengolahan kayu menjadi arang serbuk, briket arang, arang aktif, arang kompos dan soil conditioning.(Cahyandari, D. 2007)

2.3. Jenis – Jenis Industri

1. Industri berdasarkan bahan baku

a. Industri ekstaktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam, misalnya:Industri kerajinan genteng, batu bata, dan lain sebagainya.

b. Industri non ekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasil industri lain. Misalnya, industri kayu lapis dan industri kain.

c. Industri fasilitatif, yaitu kegiatan industri yang menjual jasa seperti angkutan dan lain-lain.

2. Industri berdasarkan produuk yang dihasilkan

a. Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Misalnya: industri anyaman, industri konveksi, industri makanan dan minuman.

b. Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau digunakan. Mislanya: industri permintalan benang, industri ban, industri baja, industri tekstil.

c. Industri tersier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau benda yang dapat dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung, melainkan berupa jasa layanan yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat. misalnya industri angkutan,

(28)

11 industri perbankan, industri perdagangan dan industri pariwisata.(Saleh.2007).

2.4. Tantangan Industri Kayu

Keberadaan dan peran industri hasil hutan utamanya kayu di Indonesia dewasa ini menghadapi tantangan yang cukup berat berkaitan dengan adanya ketimpangan antara kebutuhan bahan baku industri dengan kemampuan produksi kayu secara lestari. Bila memperhatikan kondisi hutan alam yang makin menurun berarti makin langkanya bahan baku kayu, serta besarnya tantangan berbagai aspek khususnya di sektor kehutanan (lingkungan, ekolabel, perdagangan karbon) maka perlu dilakukan perubahan mendasar dalam kebijakan pembangunan kehutanan, salah satunya dengan mengedepankan peran inovasi teknologi yang lebih berpihak kepada masyarakat khususnya industri kecil, meningkatkan efisiensi pengolahan hasil hutan serta memaksimalkan pemanfaatan kayu dan limbah biomassa yang mengarah kepada zero limbah.

Limbah utama dari industri kayu dibedakan menjadi beberapa jenis, di antaranya kulit kayu, potongan-potongan kecil dan serpihan-serpihan kayu hasil penggergajian dan pemotongan, serta serbuk kayu dan debu. Limbah tersebut sangat sulit dikurangi. Saat ini, kebanyakan produsen hanya dapat memanfaatkan limbah mereka seoptimal mungkin menjadi barang lain yang memiliki nilai ekonomis, seperti kulit kayu untuk bahan kerajinan, potongan kayu untuk dijadikan arang, serbuk kayu yang diolah menjadi briket, dan lain sebagainya.

Limbah kayu inilah yang kemudian dapat di daur ulang dan dimanfaatkan untuk berbagai macam hal dan kerajinan lainnya. Dalam rangka efisiensi

(29)

12 penggunaan kayu perlu diupayakan pemanfaatan limbah kayu menjadi produk yang lebih bermanfaat. namun mereka yang mengerjakan home industri kayu itu rata-rata adalah pengusaha kecil dan menengah. Meski sudah dipasarkan hingga keluar kota, para perajin mengaku belum mampu melakukan ekspor. Hambatannya adalah kualitas dan pengetahuan yang masih minim.

Beribu lembar kayu irisan dengan ukuran standar itu ternyata setiap pabrik menghasilkan juga limbah kayu yang ukurannya tidak standar. Limbah itu ada yang besar, lebar, sempir, panjang dan pendek sesuai dengan sisa gergajian dari kayu asli yang masuk ke dalam mesin-mesin gergajian otomatis yang merajai pabrik kayu olahan yang ada di beberapa tempat di Pontianak di Kalimantan Barat. Kayu-kayu limbah sisa ini hampir tidak ada harganya.

Limbah ini dibuang begitu saja oleh pabrik pengolah, bahkan kadang-kadang bisa menjadi limbah yang berbahaya karena tidak ada yang memanfaatkannya, tertumpuk liar di tempat pembuangan limbah di sekitar pabrik atau di tempat-tempat pembuangan limbah yang makin sarat dengan limbah serupa. Dengan adanya sentuhan seni seperti yang dikerjakan oleh pengrajin di Bali, mungkin bisa merubah limbah kayu itu menjadi benda seni yang laku dijual.ini hampir tidak ada harganya..(Saleh,.2007).

2.5. Pengolahan Limbah Kayu

Limbah kayu adalah kayu sisa potongan dalam berbagai dan ukuran yang terpaksa harus dikorbankan dalam bentuk proses produksinya karena tidak dapat menghasilkan produk (output) yang bernilai tinggi dari segi ekonomi dengan

(30)

13 tingkat teknologi pengolahan tertentu yang digunakan (Departmen Pertanian, 1970).

Limbah kayu adalah sisa-sisa kayu atau bagian kayu yang dianggap tidak bernilai ekonomi lagi dalam proses tertentu, pada waktu tertentu dan tempat tertentu yang mungkin masih dimanfaatkan pada proses dan waktu yang berbeda.

Setiap kegiatan pembalakan maupun penggergajian menghasilkan limbah. Limbah penggergajian adalah potongan kayu dalam bentuk dan ukuran tertentu yang seharusnya masih bisa dimanfaatkan tetapi ditinggalkan karena keterbatasan tingkat teknologi pengolahan kayu yang ada pada waktu itu. Dengan kata lain limbah penggergajian merupakan produk sampingan dari suatu proses penggergajian yang dapat di manfaatkan bila teknologinya telah tersedia.(Rachman dan Malik, 2011)

2.6. Jenis-jenis Limbah Kayu

Limbah kayu dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :

1. Limbah kayu yang terjadi pada kegiatan eksploitasi hutan berupa pohon yang ditebang terdiri dari batang sampai bebas cabang, tunggak dan bagian diatas cabang pertama.

2. Limbah kayu yang berasal dari industri pengolahan kayu antara lain berupa lembaran veneer rusak, log end atau kayu penghara yang tidak berkualitas, sisa kupasan, potongan log, potongan lembaran veneer, serbuk gergajian, serbuk pengamplasan, sebetan, potongan ujung dari kayu gergajian dan kulit.

a. Limbah Sebetan

(31)

14 pelurusan (aligment) mesin gergaji utama dan gergaji ulang (resaw) untuk mendapatkan ukuran sortimen yang dihasilkan.

b. Limbah Tatal

Limbah tatal kayu (shaving) adalah limbah yang dihasilkan dari proses penghalusan permukaan kayu gergajian.

c. Limbah Serbuk

Limbah serbuk (sawdust) adalah limbah yang dihasilkan dari bekas sayatan (kerf) bilah gergaji, baik pada pembelahan, pemotongan ujung dan samping.

d. Potongan lembaran veener

Veneer kayu adalah lembaran kayu dengan ketebalan 0.24 mm hinga 3 mm

yang didapat melalui proses pengupasan jenis kayu yang memiliki motif kayu yang menarik.

e. Debu Pengampelasan

Limbah debu merupakan hasil dari pengemplasan kayu. f. Pemotongan (Trimming)

Bila ada cacat seperti mata kayu, retak, pecah dan sebagainya dapat dihilangkan dengan melalui pemotongan.(Rachman dan Malik, 2011)

2.7. Kerangka Pikir

Penelitian diawali dengan penentuan lokasi di PT. Maruki International Indonesia. Lokasi tersebut dipilih dan dijadikan tempat penelitian dengan harapan memberikan informasi sebagai ilmu pengetahuan yang bermanfaat. PT. Maruki Internasional Indonesia adalah perusahaan ekspor-impor yang bergerak di bidang

(32)

15 industri manufaktur, perakitan, serta pengolahan kayu menjadi produk furnitur spesifik bernama Butsudan, yaitu lemari bernilai budaya dan seni tinggi yang digunakan masyarakat Jepang sebagai tempat persembahan serta media komunikasi kepada leluhurnya, sehingga target pasar perusahaan adalah masyarakat Jepang. Pada proses pengolahan butsudan melalui 5 factory yakni pada factory 1 antara lain perataaan permukaan, pemotongan, pengirisan dan laminating, pada factory 2 antara lain pembentukan komponen , pada factory 3 antara lain penghalusan dan pewarnaan awal, pada factory 4 antara lain asemling, pewarnaan akhir dan packing, tahap akhir factory 5 antara lain siap ekspor. Pada setiap factory 1 sampai factory 5 menghasilkan limbah yang berbeda beda baik dilihat dari jenis kayunya, ukurannya dan jenis limbah yang selanjutnya akan di lakukan analisis pemanfaatan limbah kayu dari setiap factory yang bisa di buat atau diolah menjadi suatu prodak apa.

Gambar 1. Kerangka Pikir Limbah

Ukuran

Potensi Pemanfaatan Limbah Industri Butsudan PT. Maruki Internasional

Indonesia

Jenis Kayu Jenis Limbah

(33)

16 Tabel 1. Penyajian Data

Hasil penyajian data dapat dilihat pada tabel berikut:

No. Jenis Limbah

Ulkuran

Jenis

Kayu Potensi Produk Sabetan Papan dan

balok Sukita Tatal 1.

2. 3. 4.

(34)

17 III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini direncanakan pada bulan November sampai Desember 2020, penelitian ini dilakukan di PT Maruki Internasional Indonesia jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam analisis pemanfaatan antara lain : 1. Alat tulis menulis

2. Laptop 3. kamera 4. Pita Meter 5. Quesioner

Objek dalam penelitian ini adalah pemanfaatan limbah berdasarkan jenis dan ukuran limbah di PT. Maruki Internasional Indonesia.

3.3.Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data informasi yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui dua tahapan, yaitu sebagai berikut :

1. Studi Pustaka (Library Research)

Stadi pustaka adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian. Buku tersebut dianggap sebagai sumber data yang akan dioleh dan dianalisis seperti banyak dilakukan oleh ahli sejarah, sastra dan bahasa. Penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah dan membandingkan

(35)

18 sumber kepustakaan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis. Disamping itu dengan menggunakan studi pustaka penulis dapat memperoleh informasi tentang teknik-teknik penelitian yang diharapkan, sehingga pekerjaan peneliti tidak merupakan duplikasi.

2. Studi Lapangan (Field Research)

Stadi lapangan yaitu peninjauan yang dilakukan langsung oleh penulis pada PT. Maruki Internasional Indonesia yang menjadi objek penelitian dengan tujuan yakni, untuk mengetahui apakah manfaat limbah berdasarkan jenis dan ukuran limbah.

a. Wawancara

Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara berkomunikasi secara langsung dengan pimpinan instansi dan bagian-bagian yang menangani masalah yang diteliti dan potensi pemanfaatan limbah kayu. b. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang mengenai catatan buku, media elektronik, media cetak dan sebagainya. Data yang diperoleh dengan cara mengambil data laporan dengan mengajukan surat penelitian dan melakukan pengukuran terhadap volume limbah kayu.

(36)

19 3.4. Analisis Data

Pengolahan data yang digunakan di dalam penelitian ini terdiri dari : a. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dengan responden tenaga kerja perusahaan dari setiap factory 1 sampai factory 5 dan responden staf perusahaan yang berhubungan dengan factory 1 sampai factory 5 berupa data berdasarkan jenis kayu, ukuran, dan jenis limbah yang akan diolah dan digunakan menjadi apa.

b. Pengolahan data

Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini melibatkan transkipsi wawancara pada perusahaan, mengukur ukuran limbah menggunakan pita meter dengan rumus Panjang x Lebar x Tebal, mengetik data lapangan, atau menyususn data tersebut ke dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung pada sumber informasi.

c. Penyajian Data

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif dapat berupa teks naratif berbentuk catatan lapangan, matriks, grafik, jaringan, dan bagan. d. Penarikan kesimpulan

Penarikan simpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data.

(37)

20 3.5. Defenisi operasional

Defenisi Operasional adalah definisi yang didasarkan atas variable yang diamati. Dan secara tidak langsung, mengacu pada bagaimana mengukur suatu variable.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka batasan-batasan operasional yang digunakan dalam penelitian ini mencakup beberapa yaitu :

1. Kayu merupakan suatu bahan konstruksi yang didapatkan dari tumbuhan dalam alam

2. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan.

3. Limbah kayu adalah kayu sisa hasil olahan berupa sabetan, papan, balok, debu pengemplasan, tatal, potongan kayu, sukita, dan serbuk kayu.

4. Bantalan adalah kayu yang memiliki ketebalannya 50 cm – 60 cm.

5. Sawntimber (kayu gergajian) adalah kayu yang memiliki ketebalan 0,8 cm, 1,5 cm dan 1,8.

6. Volume adalah perhitungan panjang x lebar x tebal

7. Input adalah bahan baku yang masuk di pabrik dalam bentuk bantalan dan

sawntimber berupa jenis kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb), jenis

kayu Nyatoh (Palaquium rostratum), jenis kayu Eboni (Diospyros celebica), jenis kayu Jati (Tectona Grandis), jenis kayu Amara (Diospyros celebica), Cendana (Santalum album).

(38)

21 8. Output adalah bahan baku yang terpakai pada proses pembuatan butsudan. 9. Factory adalah tahap atau alur produksi butsudan.

10. Limbah sukita adalah limbah yang memiliki bentuk yang tipis seperti kayu lapis.

11. Limbah tatal adalah limbah yang di hasilkan dari proses penghalusan permukaan kayu gergajian.

12. Butsudan adalah lemari bernilai budaya dan seni tinggi yang digunakan masyarakat Jepang sebagai tempat persembahan serta media komunikasi kepada leluhurnya.

(39)

22 IV. KEADAAN UMUM LOKASI

4.1. Gambaran Utama PT. Maruki Internasional Indonesia

A. Sejarah Singkat Pendiri dan Perkembangan PT. Maruki Intenasional Indonesia

PT Maruki Internasional Indonesia terdiri pada tanggal 18 juni 1997 dengan nama PT Material Indonesia dan pada tanggal 14 juni 2003 berubah nama menjadi PT Maruki Internasional Indonesia. Perusahaan ini dipimpin oleh Mr. Yuki Hiro Hitagawa selaku presiden direktur. Produk utama perusahaan adalah furniture adalah untuk budaya masyarakat jepang yang disebut butsudan.

Butsudan berfungsi sebagai tempat untuk menghormati dan berkomunikasi dengan para leluhur yang telah wafat. Terdapat berbagai macam jenis dan tipe Butsudan, namun umumnya berbentuk lemari. Butsudan produksi PT Maruki Internasional Indonesia berasal bahan baku kayu. Komposisi penggunaan material kayu adalah 40% kayu local dan 60% kayu impor. Negara asal kayu impor, yakni afrika (Gabon), Asia (Thailand dan Laos) dan Amerika (Mexico). Hasil produksi butsudan hanya di import ke jepang, karena sifatnya sebagai produk budaya Jepang.

Lokasi perusahaan berada di Kawasan Industri Makassar (KIMA) dengan luas sekitar 6 Ha. Areal perusahaan berdampingan dengan pemukiman penduduk. Oleh karena itu sebagai bagian dari masyarakat, perusahaan sangat memperhatikan kegiatan dan program Corporate Social

(40)

23

diantaranya adalah program beasiswa, penghijauan, taman baca, klinik kesehatan untuk masyarakat dan berbagai kegiatan sosial lainnya. CSR berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan ke masyarakat.

Dari sisi sumber daya manusia (SDM), saat ini tercatat 515 orang karyawan. Terdiri dari 398 orang laki-laki dan 120 orang perempuan, hampir 60% dari jumlah karyawan merupakan warga sekitar areal perusahaan. Fasilitasfasilitas perusahaan yang sediakan untuk karyawan antara lain: klinik kesehatan, bus karyawan, asuransi Kesehatan jamsostek, sarana ibadah, kantin dan ruang makan.

4.2. Visi dan Misi Perusahaan

1. Visi PT Maruki internasional Indonesia

Pembentukan visi perusahaan merupakan suatu konsep yang mengarah pada tujuan perusahaan untuk pengembanganya kedepan. Memandang kedepan untuk mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan. Visi yang jelas dan matang akan mendorong pengembangan perusahaan. "Quality and Morality" yaitu perusahaan yang mengedepankan peningkatan kualitas produksi dan memperhatikan aspek sosial dan lingkungan serta menjunjung semangat kerja keras.

2. Misi PT Maruki Internasional Indonesia

Misi merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan perusahaan untuk mewujudkan visinya. Misi perusahaan PT Maruki Internasional Indonesia adalah melibatkan segenap unsur karyawan yang mengarah pada proses perbaikan yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Perusahaan juga

(41)

24

memiliki misi yang lebih khusus selain misi utama perusahaan, misi tersebut sesuai dengan bidang usaha, bagian yang bersangkutan yang terdapat dalam perusahaan. Misi dari tiap-tiap bagian organisasi tersebut, diharapkan tetap mengacu dan sejalan dengan misi utama perusahaan.

3. Struktur PT Maruki Internasional Indonesia Beserta Tugas Operasional Struktur Organisasi merupakan hubungan bagian-bagian dalam suatu organisasi atau perusahaan dengan maksud untuk memudahkan dalam melakukan koordinasi dan melakukan pelimpahan wewenang antar bagian-bagian dalam perusahaan Dengan adanya struktur organisasi, maka pembagian tugas dan tanggung jawab setiap bagian dalam perusahaan menjadi jelas, sehingga tidak menimbulkan kesimpangsiuran dalam pelaksanaan tugas masing-masing bagian dalam perusahaan.

Struktur organisasi dalam perusahaan pada hakekatnya terbagi ke dalam dua aspek yaitu aspek statis berupa bagan organisasi dan aspek dinamis berupa tanggung jawab dan tugas bagi etiap orang yang terlibat di dalamnya. Untuk menunjang kelancaran dan menjalankan operai, manajemen PT. Maruki International Indonesia membentuk Struktur Organisasi.

(42)

25

Struktur Organisasi PT. Maruki Internasional Indonesia

Presiden Direktur

Direktur Komisaris

General Manager Office

Interpreter

Manager Cost and Control

AST Manager Acct

AST Manager HRD

AST. Manager Material & Hory

General Manager Produksi

Manager D and D Supervisor Material Supervisor Gambar Supervisor Sampel

Koujou I Koujou 2 Koujou 3 Koujou 4

Spv. Cutting Spv. Nc and Kazarid Spv. Kenma Kararin Spv. Asb Traditional Spv. Hotpress Spv. Proses Modan Spv. Yane / Komiko Spv. HTT and S Daiwa Spv. Kenma Kararing Spv. Kenma KR Modan Spv. Modan

Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Maruki Internasional Indonesia AST. Manager

(43)

26

a. Bagian Manager Mempunyai Tugas, yaitu :

1. General Manager Produksi: Bertanggung Jawab atas kelancaran seluruh proses produksi

2. Manager Cost Produksi: Menghitung Seluruh biaya produksi

3. General Manager Ofc: Mengelola order dari Jepang dan disusun dalam bentuk Schedule Produksi dan mengelola proses Administrasi Produksi, melakukan Evaluasi dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan dan sasaran perusahaan, terutama realisasi target hasi leksport.

4. Manager D & D ( Departemen and Development): Mengelola data Shiosho dari Jepang untuk penyiapan Gambar & Cutting sesuai spesifikasi yang diinginkan konsumen berdasarkan ketentuan/standar kualitas dan sasaran perusahaan.

b. Bagian Assisten Manager Mempunyai Tugas, yaitu :

1. Assisten Manager Finance: Membuat analisa laporan anggaran dan actual biaya

2. Assisten Manager HRD :

a. Membuat perencanaan, pembinaan dan pengembangan tenaga kerja sesuai kebutuhan organisasi perusahaan.

b. Mengelola dan mempertanggung jawabkan anggaran sesuai kebutuhan yang ada dalam departemennya.

c. Mengkoordinir seluruh fungsi yang terdapat di departemennya. d. Melakukan penyusunan program kerja, dan melakukan evaluasi

(44)

27

e. Mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab seluruh staf departemen yang dipimpinnya.

f. Memberikan arahan dan masukan untuk kelancaran tugas secara teknis. g. Melaporkan setiap perkembangan dan permasalahan Human Resources

Department kepada Dewan Direksi dan tembusan kepada Dewan

Komisaris.

3. Assisten Inventory : Mengelola proses penyiapan Raw Material, schedule kebutuhan dan kesiapan kebutuhan schedule produksi dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan, ketentuan/standar kualitas dan sasaran perusahaan, terutama pengendalian Use Raw Material

4. Assisten Manager Factory 1:

a. Memastikan pencapaian sasaran dan tujuan produksi pada proses yang berada di area Factory 1.

b. Menetapkan kebijakan proses Cutting, Hot Press dan Hashira-Hori. c. Memastikan kesiapan semua peralatan dan personil yang diperlukan

untuk proses tepat waktu dan tersedia

d. Menetapkan rencana proses sesuai persyaratan & memastikan pelaksanaannya

e. Mengarahkan dan membimbing Supervisor untuk menyusun dan menetapkan prosedur & instruksi kerja yang terkait di masing-masing unit proses.

(45)

28

f. Memastikan pelaksanaan proses tepat waktu dan berkualitas Bersama-sama dengan Supervisor melakukan review kinerja secara periodik sesuai kebutuhan perusahaan atau permintaan management.

g. Memastikan realisasi target yang dicapai sesuai dengan target yang ditetapkan oleh perusahaan

h. Memastikan bahwa schedule produksi sudah diketahui oleh operator i. Mengarahkan dan meningkatkan kemampuan supervisor dalam hal

manajerial teknis dan operator dalam penguasaan proses. 5. Assisten Manager Factory 2:

a. Memastikan pencapaian sasaran dan tujuan produksi pada proses yang berada di area Factory 2.

b. Menetapkan kebijakan proses seluruh unit kerja yang ada di Factory 2 c. Memastikan kesiapan semua peralatan dan personil yang diperlukan

untuk proses tepat waktu dan tersedia

d. Menetapkan rencana proses sesuai persyaratan & memastikan pelaksanaannya

e. Mengarahkan dan membimbing Supervisor untuk menyusun dan menetapkan prosedur dan Instruksi kerja yang terkait di masing-masing unit proses

f. Memastikan pelaksanaan proses tepat waktu dan berkualitas

g. Bersama-sama dengan Supervisor melakukan review kinerja secara periodik sesuai kebutuhan perusahaan atau permintaan management.

(46)

29

h. Memastikan realisasi target yang dicapai sesuai dengan target yang ditetapkan oleh perusahaan

i. Memastikan bahwa schedule produksi sudah diketahui oleh operator j. Mengarahkan dan meningkatkan kemampuan Supervisor dalam hal

manajerial teknis dan operator dalam penguasaan proses. 6. Asisten Manager Factory 3:

a. Mengelola proses penghalusan dan pewarnaan komponen dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan, ketentuan/standar kualitas dan sasaran perusahaan, terutama pengendalian Use Material/Raw Material.

b. Memastikan pencapaian sasaran dan tujuan produksi pada proses yang berada di area Factory 3

c. Menetapkan kebijakan proses seluruh unit kerja yang ada di Factory 3 d. Memastikan kesiapan semua peralatan dan personil yang diperlukan

untuk proses tepat waktu dan tersedia

e. Menetapkan rencana proses sesuai persyaratan dan memastikan pelaksanaannya

f. Mengarahkan dan membimbing Supervisor untuk menyusun dan menetapkan prosedur dan instruksi kerja yang terkait di masing-masing unit proses.

g. Memastikan pelaksanaan proses tepat waktu dan berkualitas Bersama-sama dengan Supervisor melakukan review kinerja secara periodic sesuai kebutuhan perusahaan atau permintaan management.

(47)

30

h. Memastikan realisasi target yang dicapai sesuai dengan target yang ditetapkan oleh perusahaan

i. Memastikan bahwa schedule produksi sudah diketahui oleh operator j. Mengarahkan dan meningkatkan kemampuan Supervisor dalam hal

manajerial teknis dan operator dalam penguasaan proses. 7. Asisten Manager Factory 4:

a. Mengelola proses finishing komponen di area Factory 4 dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan, ketentuan/standar kualitas dan sasaran perusahaan, terutama pengendalian Use Material/Raw Material.

b. Memastikan pencapaian sasaran dan tujuan produksi pada proses yang berada di area Factory 4.

c. Menetapkan kebijakan proses seluruh unit kerja yang ada di Factory 4 d. Memastikan kesiapan semua peralatan dan personil yang diperlukan

untuk proses tepat waktu dan tersedia.

e. Menetapkan rencana proses sesuai persyaratan dan memastikan pelaksanaannya.

f. Mengarahkan dan membimbing Supervisor untuk menyusun dan menetapkan prosedur dan instruksi kerja yang terkait di masing-masing unit proses.

g. Memastikan pelaksanaan proses tepat waktu dan berkualitas bersama-sama dengan Supervisor melakukan review kinerja secara periodic sesuai kebutuhan perusahaan atau permintaan management.

(48)

31

h. Memastikan realisasi target yang dicapai sesuai dengan target yang ditetapkan oleh perusahaan.

i. Memastikan bahwa schedule produksi sudah diketahui oleh operator j. Mengarahkan dan meningkatkan kemampuan Supervisor dalam hal

manajerial teknis dan operator dalam penguasaan proses. c. Bagian Supervisor Mempunyai Tugas, yaitu :

1. Security: Bertanggumng Jawab atas keamanan dan ketertiban dalam areal perusahaan.

2. Modan / Departement and Development: Bertanggung jawab dalam pembuatan gambar produk.

3. Modan / Departement and Development: Bertanggung jawab dalam penyelesaian schedule gambar produksi.

4. Sample : Bertanggung jawab secara tekhnis penyelesaian Sample yang berjalan.

5. Air Dry: Bertanggung jawab dalam pengelolaan dan penyusunan material Kayu.

6. Cutting Saw : Mengelola fungsi cutting untuk memastikan proses cutting dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan, ketentuan dan sasaran perusahaan, terutama pengendalian penggunaan material.

7. Hotpress: Mengelola fungsi Hot Press untuk memastikan proses Hot Press dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan, ketentuan dan sasaran perusahaan, terutama pengendalian penggunaan Material/Raw Material dan proses.

(49)

32

8. Proses Modan: Mengelola fungsi Proses Modan untuk memastikan proses dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan, ketentuan dan sasaran perusahaan, terutama pengendalian penggunaan Material/Raw Material dan proses.

9. Kumiko Yane: Mengelola fungsi Kumiko untuk memastikan proses

Kumiko dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan, ketentuan dan sasaran

perusahaan, terutama pengendalian penggunaan Material/Raw Material dan proses

10. Kazaridan : Mengelola fungsi Hashira - Hori untuk memastikan proses

Hashira - Hori dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan, ketentuan dan

sasaran perusahaan, terutama pengendalian penggunaan Material/Raw

Material dan proses.

11. Traditional: Mengelolah asil Kenma / Gosok dan pewarnaan komponen Traditional dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan, ketentuan dan sasaran perusahaan, terutama pengendalian penggunaan material.

12. Modan: Mengelola hasil Kenma / Gosok dan pewarnaan komponen Modan dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan, ketentuan dan sasaran perusahaan, terutama pengendalian penggunaan material.A

13. Assembling Traditional: Mengelola hasil Assembling komponen Traditional dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan, ketentuan dan sasaran perusahaan, terutama pengendalian penggunaan material.

(50)

33

14. Assembling Modan: Mengelola hasil Assembling komponen Modan dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan, ketentuan dan sasaran perusahaan, terutama pengendalian penggunaan material.

4. Bagian Fungsional Mempunyai Tugas, yaitu : 1. Finance:

a. Melaksanakan transaksi pembayaran kas maupun bank (kuitansi dan kasbon) yang telah disetujui oleh Dewan Direksi.

b. Membuat status cash sesuai pembayaran yang akan dibayarkan setiap minggunya.

c. Mengontrol penggunaan harian petty cash dan bank serta membuat laporan harian (Daily Report).

d. Memeriksa seluruh administrasi yang berhubungan dengan bank.

e. Memeriksa dan menindak lanjuti kasbon yang belum

dipertanggungjawabkan. 2. Payment :

a. Memeriksa mutasi saldo kas kecil dan mutasi saldo bank.

b. Memeriksa kelengkapan dan keabsahan kuitansi dan atau pertanggung jawaban setiap pengeluaran.

c. Melakukan posting jurnal kedalam buku besar yaitu :Transaksi Cash, Bank dan Memorial Journal.

d. Membuat laporan penyusutan seluruh asset perusahaan setiap bulan. e. Membuat Laporan Keuangan berupa Neraca, Rugi/Laba dan Cost

(51)

34

3. Mengelola Pajak perusahan.

4. IT dan Payroll: Mengelola dan mengawal IT Perusahaan dan pengelolaan Gaji Karyawan.

5. Employee Servis: Mengelola dan Bertanggung jawab dalam hal kebutuhan dan servis karyawan.

6. Pelayanan Umum: Bertanggung jawab dalam hal pelayanan dan fasilitas perusahaan.

7. Employee Control: Bertanggung jawab dalam hal kontrol karyawan. 8. Material: Mengontrol stock Material.

9. Boiler KD: Mengontrol dan bertanggung jawab

10. Dokument Material: Bertanggung jawab dalam hal pengurusan Dokument kayu atau Material.

11. Admin Material: Bertanggung Jawab dalam hal administrasi Material atau Kayu.

12. Hashira: Mengelola dalam hal penyiapan accesoris produk.

13. Hotpress: Membantu dan backup tugas sehari hari Supervisor Hotpress. 14. Program Numerical Control: Bertanggung jawab dalam hal program

numerical control router.

15. Karekumi: Bertanggung jawab dalam hal pencocokan tiap komponen Produk

16. Kazaridan: Membantu dan backup tugas sehari hari Supervisor Kazaridan 17. Hory: Beratanggung jawab dalam hal penyiapan hory / komponen.

(52)

35

19. Shirin Daiwa: Mengelola dan bertanggung jawab pada proses shirin daiwa. 20. Sutandojiku: Mengelola dan bertanggung jawab pada penyiapan parts

Sutandojiku.

21. Painting Tradisional: Bertanggung jawab dalam hal proses panting tradisional.

22. Painting Modan: Bertanggung jawab dalam hal proses panting Modan. 23. Kenma Tradisional: Bertanggung jawab dalam hal proses Kenma / gosok

pada komponen Tradisional.

24. Quality Control : Mengontrol dan Mengecek setiap komponen yang akan keluar dari factory 3.

25. Packing : Mengontrol dan bertanggung jawab pada proses packing Butsudan / Produk.

4.3. Produk dan Tujuan Pemasaran

Butsudan hasil produksi PT. Maruki International Indonesia yang beredar di pasar Jepang memiliki merek paten "yuragi". Prospek pasar Butsudan masih sangat cerah karena sampai saat ini ekspor PT. Maruki International Indonesia hanya memenuhi 3 persen dari kebutuhan pasar Jepang. Oleh karena itu Maruki japan secara berkala melakukan kegiatan tenjinkai (pameran) upaya untuk meningkatkan penjualan yuragi, Mengingat persaingan makin kompetitif, maka PT. Maruki Internasional Indonesia menyadari memerlukan strategi yang tepat untuk menghadapi persaingan tersebut. Salah satu strategi yang digunakan perusahaan untuk menang dalam persaingan adalah dengan menekan biaya seminimal mungkin dalam memenuhi permintaan konsumennya, sehingga

(53)

36

perusahaan membutuhkan persediaan bahan baku yang tidak sedikit jumlahya. Agar biaya-biaya persediaan yang dikeluarkan secfisien mungkin dan tidak menjadi persoalan yang dapat menguras biaya besar diperlukan pengendalian bahan baku yang matang

(54)

37 V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Jenis Kayu

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT. Maruki Internasional Indonesia pada saat kegiatan proses produksi dihasilkan jenis limbah kayu berdasarkan jenis kayu yang diolah dari factory 1 sampai factory 5. Ada 6 jenis kayu yang digunakan antara lain kayu Sonokeling (Dalbergia

latifolia Roxb), kayu Nyatoh (Palaquium rostratum), jenis kayu Eboni

(Diospyros celebica), kayu Jati (Tectona Grandis), kayu Amara (Diospyros

celebica), Cendana (Santalum album). Jenis kayu tersebut dapat dilihat pada

Gambar 2 sampai dengan Gambar 7 berikut:

Gambar 2. Jenis Kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia roxb)

Berdasarkan Gambar 2 Jenis kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb) merupakan salah satu jenis kayu keras yang sangat awet dan tahan terhadap rayap kayu ini biasa di gunakan dalam bahan dasar furniture atau industri kayu.

(55)

38

Gambar 3. Jenis Kayu Nyato (Palaquium rostratum)

Berdasarkan Gambar 3 Jenis kayu Nyatoh (Palaquium rostratum) merupakan jenis kayu pertukangan yang saat ini menjadi favorit untuk digunakan sebagai bahan pintu, kusen, dan furniture.

Gambar 4. Jenis Kayu Amara (Diospyros celebica )

Berdasarkan Gambar 4 jenis kayu Amara (Diospyros celebica) merupakan jenis kayu yang sangat kuat dan awet. Tingkat kekuatan dan juga keawetan yang dimiliki berada di kelas kuat I karena mengandung ekstraktif yang bersifat racun terhadap berbagai macam organisme perusak kayu.

(56)

39

Gambar 5. Jenis Kayu Cendrana (Santalum album)

Berdasarkan Gambar 5 jenis kayu Cendana (Santalum album) merupakan sumber penghasil minyak atsiri dan merupakan kelas kuat II, kelas awet II dan tergolong mewah karena sifat kayu terasnya yang khas dan mengandung minyak dengan aroma yang spesifik.

Gambar 6. Jenis Kayu Eboni (Diospyros celebica)

Berdasarkan Gambar 6 Jenis kayu Eboni (Diospyros celebica) merupakan jenis-jenis tumbuhan endemik mempunyai corak kayu yang

(57)

40

sangat indah yang tersusun dalam strip hitam dan merah kecoklatan, karena corak kayunya yang khas, sangat kuat dan awet.

Gambar 7. Jenis kayu Jati (Tectona grandis)

Berdasarkan Gambar 7 Jenis kayu Jati (Tectona Grandis) merupakan jenis kayu bermutu tinggi dan sampai sekarang masih menjadi komoditas mewah yang banyak diminati masyarakat walaupun harga jualnya mahal dan termasuk ke dalam kelas kuat II-III dan kelas awet II. 5.2. Factory 1

Di bagian factory 1 terdiri dari kegiatan proses pemotongan, pengirisan dan laminating, hasil proses tersebut selanjutnya menghasilkan limbah kayu berdasarkan jenis kayunya. Berdasarkan jenis limbah kayu dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

(58)

41 Tabel 2. Limbah Kayu Factory 1

No Jenis Kayu Jenis Limbah Ukuran (cm)

Papan Balok Sabetan 1. Sonokeling (Dalbergia

latifolia Roxb)

Papan, balok, sabetan P= 11 L= 8 T=4,5 P=19 L=5 T=5 P=126 L=8 T=0,38 2. Nyatoh (Palaquium rostratum)

Papan, balok, sabetan P = 14 L =10 T = 3 P=17 L=5 T=5 P=121 L=10 T=0,48 3. Eboni (Diospyros celebica)

Papan, balok, sabetan P = 24 L =11 T =21 P=20 L=4 T=5 P=117 L=5 T=1,0 4. Jati (Tectona Grandis)

Papan, balok, sabetan P = 24 L =10 T = 4 P=17,5 L=6 T=6 P=122 L=8 T=1,25 5. Amara (Diospyros celebica)

Papan, balok, sabetan P = 29 L = 13 T = 18 P=15,7 L=9 T=8 P=137 L=4,6 T=1,75 6. Cendana (Santalum album)

Papan, balok, sabetan P = 16 L = 11 T = 6,5 P=12,6 L=10 T=10 P=116 L=5,6 T=0,8

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020

Berdasarkan Tabel 2 hasil yang diperoleh selama penelitian dari data

6 jumlah jenis kayu dari proses produksi antara lain jenis kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb), jenis kayu Nyatoh (Palaquium rostratum), jenis

kayu Eboni (Diospyros celebica), jenis kayu Jati (Tectona Grandis), jenis kayu Amara (Diospyros celebica), Cendana (Santalum album).

Dapat dilihat bahwa setiap jenis kayu menghasilkan limbah kayu dan mempunyai ukuran yang berbeda beda antara lain jenis kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb) menghasilkan limbah papan dengan ukuran panjang 11 cm, lebar 8 cm, dan tinggi 4,5 cm, balok dengan ukuran panjang 19 cm, lebar 5 cm, dan tinggi 5 cm, dan sabetan dengan ukuran panjang 11 cm, lebar 8 cm, dan tinggi 4,5 cm, jenis kayu Nyatoh (Palaquium rostratum) menghasilkan jenis limbah papan dengan ukuran panjang 14 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 3 cm, balok dengan ukuran panjang 17 cm, lebar 5 cm, dan tinggi 5

(59)

42

cm, dan sabetan dengan ukuran panjang 121 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 0,48 cm, jenis kayu Eboni (Diospyros celebica) menghasilkan limbah papan dengan ukuran panjang 24 cm, lebar 11 cm, dan tinggi 21 cm, balok dengan ukuran panjang 20 cm, lebar 4 cm, dan tinggi 5 cm, dan sabetan dengan ukuran panjang 117 cm, lebar 5 cm, dan tinggi 1,0 cm, jenis kayu Jati (Tectona grandis) menghasilkan limbah papan dengan ukuran panjang 24 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 4 cm, balok dengan ukuran panjang 17,5 cm, lebar 6 cm, dan tinggi 6 cm, dan sabetan dengan ukuran panjang 122 cm, lebar 8 cm, dan tinggi 1,2 cm, jenis kayu Amara (Diospyros celebica) menghasilkan limbah papan dengan ukuran panjang 29 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 18 cm, balok dengan ukuran panjang 15,7 cm, lebar 9 cm, dan tinggi 8 cm, dan sabetan dengan ukuran panjang 29 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 18 cm, jenis kayu Cendana (Santalum album) menghasilkan jenis limbah papan dengan ukuran panjang 16 cm, lebar 111 cm, dan tinggi 6,5cm, balok dengan ukuran panjang 12,6 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 10 cm, dan sabetan dengan ukuran panjang 116 cm, lebar 5,6 cm, dan tinggi 0,8 cm. Berdasarkan Jenis limbah kayu dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9 berikut.

(60)

43

Gambar 8. Limbah Papan Dan Balok

Gambar 9. Limbah Sabetan

Berdasarkan Gambar 8 dan Gambar 9 tersebut bahwa jenis limbah yang dihasilkan berupa limbah Papan dan Balok merupakan limbah yang dihasilkan dari proses produksi pemotongan, pengirisan dan laminating yang memiliki bentuk kotak persegi dan persegi panjang. Sedangkan limbah sabetan merupakan limbah yang dihasilkan dari potongan kayu hasil proses produksi yang berbentuk panjang dan tidak terlalu lebar.

(61)

44 5.2.1. Potensi Pemanfaatan Limbah Kayu

Potensi pemanfataan limbah kayu merupakan proses pengolahan sisa-sisa potongan kayu yang terbuang untuk di kembangkan menjadi suatu produk bernilai tinggi, sehingga mengefektifkan pemanfaatan limbah kayu. Potensi pemanfaatan limbah kayu dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Potensi Pemanfaatan Limbah Kayu

No. Jenis Limbah

Jenis Kayu Potensi Pemanfaatan (Produk) Ket Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb) Nyatoh (Palaquium rostratum) Eboni (Diospyros celebica) Amara (Diospyros celebica) Cendana (Santalum album)

1. Papan dan Balok Gagang Pisau dan Sarangkanya A

Lemari A Kursi A Souvenir A Patung A Ukiran B Topeng B Kacamata B 2. Sabetan Gantungan A Sendok garpu B Asbak A Papan Nama A

Replika Kapal Pinisi B

Minyak Atsiri B

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020

Ket : A : Informasi Responden B : Informasi Internet

(62)

45

Jenis-jenis kayu yang diolah adalah kayu Sonokeling (Dalbergia

latifolia Roxb), kayu Nyatoh (Palaquium rostratum), jenis kayu Eboni

(Diospyros celebica), kayu Jati (Tectona Grandis), kayu Amara (Diospyros

celebica), Cendana (Santalum album). Berdasarkan Tabel 3 hasil yang

diperoleh dari data pemanfaatan jenis limbah kayu adalah di bagian factory 1 kayu yang akan diolah ada bentuk bantalan dan sawntimber. Limbah yang dihasilkan dalam bentuk papan, balok, dan sabetan. Jenis kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb) menghasilkan limbah papan, balok dan sabetan. Limbah kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb) berpotensi untuk dibuat gagang pisau dan sarangkanya. jenis kayu Nyatoh (Palaquium rostratum) merupakan kelas keawetan III-IV, menghasilkan limbah papan, balok dan sabetan. Limbah kayu jenis kayu Nyatoh (Palaquium rostratum) berpotensi untuk dibuat Produk sendok, garpu, asbak, papan nama, replika kapal pinisi, dan minyak atsiri. Jenis kayu Eboni (Diospyros celebica) merupakan jenis kayu kuat dan awet, menghasilkan limbah papan, balok dan sabetan. Limbah jenis kayu Eboni (Diospyros celebica) berpotensi untuk dibuat produk lemari dan kursi produk sendok, garpu, souvenir, produk patung, ukiran, dan topeng. Jenis kayu Amara (Diospyros celebica) merupakan jenis kayu yang memiliki motif yang sangat bagus dan awet. menghasilkan limbah papan, balok dan sabetan. Limbah kayu Amara (Diospyros celebica) berpotensi untuk dibuat kacamata. Jenis kayu Cendana (Santalum album) karena merupakan jenis tekstur kayu yang halus dan awet, menghasilkan limbah papan, balok dan

(63)

46

sabetan. Limbah kayu Cendana (Santalum album) produk kacamata, patung, ukiran, dan topeng

Setelah di lakukan pengukuran volume, kemudian di potong-potong sesuai dengan panjang, lebar dan ketebalan yang di inginkan menggunakan mesin pemotong kayu, selanjutnya proses perekatan (laminating) dimana kayu di rekatkan bahan kayu yang berbeda sebagai tulang kayu (untuk menghasilkan kayu yang kuat). Berdasarkan Jenis limbah kayu dapat dilihat pada Gambar 10 sampai dengan Gambar 12 berikut:

Gambar 10. Potensi Produk Papan dan balok (Gagang pisau dan sarangkanya), (A)

(64)

47

Gambar 12. Produk Souvenir (A) Ket : A : Informasi Responden

B : Informasi Internet 5.3. Factory 2

Di bagian factory 2 terdiri dari kegiatan proses pembentukan, hasil proses tersebut selanjutnya menghasilkan limbah kayu berdasarkan jenis kayunya. Berdasarkan jenis limbah kayu dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Limbah Kayu Factory 2

No. Jenis Kayu Jenis Limbah Ukuran (cm)

1. Sonokeling

(Dalbergia latifolia Roxb)

Potongan kayu P= 6 L = 3,2 T=2,6 2. Nyatoh (Palaquium rostratum) Tatal - 3. Eboni (Diospyros celebica) Sukita P= 32 L=2,8 T= 0,6

(65)

48

Berdasarkan Tabel 4 hasil yang diperoleh selama penelitian dari data 6 jumlah jenis kayu antara lain jenis kayu Sonokeling (Dalbergia

latifolia Roxb), jenis kayu Nyatoh (Palaquium rostratum), jenis kayu

Eboni (Diospyro celebica), jenis kayu Jati (Tectona Grandis), jenis kayu Amara (Diospyros celebica), jenis kayu Cendana (Santalum

album), tetapi hanya 3 jenis kayu yang dapat diteliti dari proses produksi

tersebut antara lain jenis kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb), jenis kayu Nyatoh (Palaquium rostratum), jenis kayu Eboni (Diospyros

celebica).

Dapat dilihat bahwa setiap jenis kayu menghasilkan jenis limbah kayu dan mempunyai ukuran yang berbeda seperti pada Gambar 13, 14 dan 15 berikut jenis kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb) menghasilkan jenis limbah potongan kayu yang merupakan sisa hasil olahan dari proses pembuatan produk Butsudan dengan ukuran panjang 6 cm, lebar 3,2 cm, dan tinggi 2,6 cm, jenis kayu Nyatoh (Palaquium

rostratum) menghasilkan jenis limbah tatal yango9 merupakan limbah

yang dihasilkan dari proses penghalusan permukaan kayu gergajian, dan jenis kayu Eboni (Diospyros celebica) menghasilkan jenis limbah sukita yang merupakan limbah yang memiliki bentuk yang tipis seperti kayu lapis dengan ukuran panjang 32 cm, lebar 2,8 cm, dan tinggi 0,6 cm. Berdasarkan Jenis limbah kayu dapat dilihat pada Gambar 13, Gambar 14, dan Gambar 15 berikut:

(66)

49

Gambar 13. Limbah Tatal

Gambar 14. Limbah Potongan Kayu

Gambar 15. Limbah Sukita

Berdasarkan Gambar 13, Gambar 14, dan Gambar 15 berikut bahwa jenis limbah yang dihasilkan berupa limbah potongan kayu yang merupakan sisa hasil olahan dari proses pembuatan produk Butsudan, limbah tatal yang merupakan limbah yang dihasilkan dari proses

(67)

50

penghalusan permukaan kayu gergajian, dan limbah sukita yang merupakan limbah yang memiliki bentuk yang tipis seperti kayu lapis. 5.3.1. Potensi pemanfatan limbah kayu

Potensi pemanfataan limbah kayu merupakan proses pengolahan sisa-sisa potongan kayu yang terbuang untuk di kembangkan menjadi suatu produk bernilai tinggi, sehingga mengefektifkan pemanfaatan limbah kayu. Potensi pemanfaatan limbah kayu dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Potensi Pemanfatan Limbah Kayu Factory 2

No. Jenis Limbah Jenis Kayu Potensi Pemanfaatan (Produk) Ket . Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb) Nyatoh (Palaquium rostratum) Eboni (Diospyros celebica) 1. Potongan kayu Jam tangan A Pipa Cangklong B Gantungan kunci A Gagang Tombak A Patung B

2. Tatal Alas kandang

peternakan hamster

A

Kompos A Media tanam A

3. Sukita Anyaman tikar A

Bakul B

Tudung Saji B

Tas B

Tempat tissue A Gelang A

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020

Ket : A : Informasi Responden B : Informasi Internet

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir Limbah
Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Maruki Internasional Indonesia
Gambar 4. Jenis Kayu Amara (Diospyros celebica )
Gambar 6. Jenis Kayu Eboni (Diospyros  celebica)
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF PADA KOMITMEN ORGANISASIONAL YANG DIMEDIASI OLEH PEMBERDAYAAN (Studi pada karyawan Dinas Pekerjaan

erapan pembe pilan proses sa spek dan hasil V sebesar 57, lajar secara ps sar 9,39; 9,52; ri putaran I - I nelitian lainnya embangan med struktur dan f ahwa media in dapat juga

Memperkuat skema desentralisasi kesehatan dengan mendorong daerah lebih aktif dalam menyusun program – program kesehatan dan sistem desentralisasi fiskal yang menempatkan

Dengan ditanda tanganinya Surat Perjanjian ini oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, maka seluruh ketentuan yang tercantum dalam pasal-pasal perjanjian ini dan seluruh ketentuan

Hal ini merupa- kan pengaruh dari beberapa faktor, yaitu pe- nguasaan narasumber dan instruktur dalam hal materi teknik kepemanduan cukup baik, para narasumber dan

 Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan

1) Bumi yang pemiliknya sudah masuk Islam, tanah atau bumi yang semacam ini adalah sah menjadi kepunyaan pemiliknya, dan tidak boleh ada kewajiban pajak terhadapnya. 2)

Dan buku-buku lain yang memberi informasi tentang pendapat Khalifah Umar untuk menunda penarikan zakat binatang ternak kambing yang telah mencapai nishab pada tahun paceklik..