Status Lingkungan Hidup Indonesia 2012
Pilar Lingkungan Hidup Indonesia
S
tate of the
E
nvironment
R
eport
I
ndonesia 2012
S
tate of the
E
nvironment
R
eport
I
ndonesia 2012
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2012
Pilar Lingkungan Hidup Indonesia
S
tate of the
E
nvironment
R
eport
I
ndonesia 2012
S
tate of the
E
nvironment
R
eport
I
ndonesia 2012
Pelaksanaannya perlu memperhatikan keseimbangan tiga pilar pembangunan berkelanjutan, yakni sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. Hal ini sesuai dengan hasil kesepakatan dunia dalam Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup yang diadakan di Stockholm Tahun 1972 dan Deklarasi Lingkungan Hidup pada KTT Bumi di Rio de Janeiro Tahun 1992 yang menyepakati prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan pembangunan harus memperhatikan dimensi lingkungan, ekonomi dan manusia.
Indonesia yang dikaruniai kekayaan sumber daya alam dengan keanekaragaman hayati yang berlimpah seyogyanya dapat membawa bangsa dan negara kita menjadi salah satu yang terbesar di dunia serta, yang terpenting, dapat menjamin tingginya tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia secara merata. Sasaran tersebut sesuai dengan arahan Presiden Republik Indonesia tentang Sustainable Growth with Equity, atau Pertumbuhan yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Dengan memperhatikan tiga pilar pembangunan berkelanjutan secara seimbang, maka dari sisi dimensi lingkungannya diperlukan kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup sepenuhnya yang melibatkan semua pemangku kepentingan. Dengan begitu pembangunan akan sesuai dengan kaidah-kaidah lingkungan hidup, yaitu meningkatkan nilai dan fungsi lingkungan hidup. Hal yang harus diperhatikan adalah daya dukung, daya tampung dan aspek pencadangannya serta tata ruang sehingga tidak menimbulkan berbagai bencana lingkungan seperti pencemaran lingkungan, kerusakan hutan dan lahan, banjir, longsor, kekeringan serta berbagai wabah penyakit. Semua itu menyebabkan krisis energi, air dan pangan yang pada akhirnya menjadi ancaman bagi peri kehidupan kita.
Patut kita sesali bersama karena pada kenyataannya lingkungan hidup Indonesia telah banyak yang rusak dan cemar serta sumber daya alam kita semakin terkikis. Sesal saja sangat tidak cukup, keterpurukan ini harus menjadi “wake-up call” pada kita semua untuk bersama-sama berupaya meningkatkan kapasitas diri dalam mengatasi semua permasalahan lingkungan hidup.
Upaya tersebut di atas dipengaruhi oleh perilaku semua pemangku kepentingan baik secara individu maupun kolektif. Oleh karenanya, perilaku ini yang harus diubah menjadi lebih ramah lingkungan. Hal ini sesuai dengan tema Tema Hari Lingkungan Hidup Tahun 2013 “Ubah Perilaku dan Pola Konsumsi Untuk Selamatkan Lingkungan”. Tema ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepedulian kita atas pentingnya pemanfaatan sumber daya alam secara bijak dan berwawasan lingkungan hidup. Tema ini diadopsi dari Tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2013 yang dikeluarkan oleh Badan Lingkungan Hidup Dunia, United Nations Environment Programme (UNEP), yaitu “Think.Eat.Save”, mengingat perilaku dan pola konsumsi terutama dalam menyikapi daur hidup pangan berpengaruh terhadap lingkungan hidup.
Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia Tematik (SLHI) Tahun 2012 disusun untuk memberikan pemahaman akan kondisi lingkungan hidup Indonesia dan bagaimana semua pemangku kepentingan berupaya untuk melindungi dan mengelolanya. Laporan ini difokuskan pada tema kapasitas pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia dengan judul “Pilar Lingkungan Hidup Indonesia”. Laporan ini menyajikan kecenderungan kualitas lingkungan hidup, gambaran interaksi dinamis antara kapasitas dan kualitas lingkungan hidup serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kapasitas pengelolaan lingkungan hidup yang memadai merupakan elemen penting yang akan menentukan status lingkungan hidup Indonesia di masa depan.
Atas nama Kementerian Lingkungan Hidup, pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Tim Pakar dan semua pihak yang telah membantu penyusunan buku Status Lingkungan Hidup Indonesia 2012 ini. Mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat bagi para pemangku kepentingan, yakni pembuat kebijakan, dunia akademisi, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, media massa serta masyarakat luas.
T
he objective of Indonesia’s national development is to establish an equitable and prosperous society and to develop the Indonesian people holisticly. All development efforts must heed the balance of the three pillars – social, economic and environmental – of sustainable development. This commitment reflects the agreement reached at the 1972 UN Conference on the Human Environment in Stockholm and the Declaration on Environment and Development produced at the 1992 Earth Summit in Rio de Janeiro, which acknowledge that development decision-making principles must take into account environmental, economic and social dimensions.Indonesia’s abundance of natural resources and biodiversity should enable our nation and country to reach a leading position in the world and, most importantly, ensure the prosperity of the entire Indonesian people. This objective concurs with the remarks of the President of the Republic of Indonesia on Sustainable Growth with Equity.
The environmental dimension necessitates environmental management policies and practices that call for the active engagement of all stakeholders, so that all three pillars of sustainable development can be accommodated equally. In this way development will proceed according to environmental principles, and enhance the value and the function of the environment. It is important to consider matters such as carrying capacities, assimilative capacities and conservation issues as well as spatial planning to prevent environmental disasters such as environmental pollution, forest and land damage, floods, landslides, droughts or outbreaks of diseases. All of these threats may cause crises related to energy, water and food supply, which in turn will endanger our livelihoods.
Unfortunately, much of Indonesia’s environment is damaged and polluted and our natural resources are becoming increasingly depleted. However, merely regretting the situation is not enough. We must heed this wake-up call and work together to increase our capacities to overcome all environmental problems.
The above-mentioned efforts are influenced by the individual and collective behavior of all stakeholders. Their behavior must become more environmentally friendly. This message was also conveyed by the theme of the 2013 Environment Day, “Change Behaviors and Consumption Patterns to Save the Environment”, which aimed to raise awareness about the importance of consuming natural resources in a sensible and environmentally sound way. The theme was adapted from the United Nations Environment Programme (UNEP) World Environment Day theme for 2013, “Think.Eat.Save”, because attitudes and consumption patterns, particularly in regard to the cycle of food consumption, have an impact on the environment.
This thematic State of the Environment Report (SoER) of Indonesia aims to provide an understanding of environmental conditions in Indonesia and of how the various stakeholders engage in its protection and management. The report focuses on the theme of environmental management capacities and is entitled “Pillars of the Environment of Indonesia”. It presents trends in environmental quality and describes the dynamic interaction between environmental capacities and quality along with influencing factors. Adequate environmental management capacities are important elements that will determine the state of the environment in Indonesia in the years to come.
On behalf of the Ministry of the Environment, I would like to thank the Team of Experts as well as all parties that participated in the preparation of the State of the Environment Report of Indonesia 2012. May this report be useful for all stakeholders, whether the are policy makers, academia, non-governmental organizations, the private sector, the mass media or the public.
MINISTRY OF ENVIRON MENT THE REPUBLIC OF INDONESIA
Published by : diterbitkan oleh :
Ministry of Environment of the Republic of Indonesia Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia Jl. D. I. Panjaitan Kav. 24 Jakarta 13410
Telp : 021 -8580081 Fax : 021 -8580081 ISBN 978-602-8358-67-5
The content and material of this report may be freely reproduced and distributed provided that the content and meaning of this document are not altered. Quoting is allowed with reference to the source.
Isi dan materi yang ada dalam buku ini boleh di reproduksi dan disebarluaskan dengan tidak mengurangi isi dan arti dari dokumen ini. Diperbolehkan mengutip isi buku ini dengan menyebutkan sumbernya.
Patron / pelindung :
Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA, Minister of Environment Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA, Menteri Lingkungan Hdup Steering Officer / pengarah :
DR. Henry Bastaman, Deputy for Technical Infrastructure and Capacity Building in Environmental Management DR. Henry Bastaman, Deputi MENLH Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas
Executive in Charge / penanggung jawab :
Ir. Laksmi Dhewanthi, MA, Assistant Deputy for Environmental Data and Information Ir. Laksmi Dhewanthi, MA, Asisten Deputi Data dan Informasi Lingkungan
Editors / editor :
Dida Gardera, Eri Rura, Luhut P Lumban Gaol, Lindawati, Nuke Mutikania, Harimurti, Heru Harnowo, R.Susanto, Adi Fajar Ramly, Hasan Nurdin, Heru Subroto, Indira Siregar, Abdul Aziz Sitepu, Wahyudi Suryatna
Writers / penulis :
Prof. Dr. Akhmad Fauzi, Prof. Dr. Dedy Darnaedi MSc., Prof. Dr. Lilik Budi Prasetyo, Dr. Budhi Gunawan, Dr. Driejana, Ir. Idris Maxdoni Kamil, M.Sc.,Ph.D., Dr. Herto Dwi Ariesyadi, Hernani Yulinawati, ST., MURP, Ph.D., Ano Herwana, SE, MM., Dida Gardera, S.T., M.Sc., Dr. Esrom Hamonangan, Ir. Dewi Ratnaningsih, Jetro, S.T., Ernawita Nazir, Emalya Rachmawaty, Dyah Aprianti, Niniek Triana Wardhani.
Secretariat / sekretariat :
Suhartono, Trileni Ratna Aprita, Saeprudi Support / pendukung :
Baiah, Wiyoga, Agnes Swastikarina Gusthi, Sudarmanto, Tommy Aromdani, Juarno, Sarjono, S Dombot Sunaryedi, Yayat Rukhiyat, Nurheni Astuti, Anastasia, M. Bambang Eko Ariwibowo, Rio Kurniawan M, Tri Prihartiningsih
The Ministry of Environment would like to thank all parties that have participated in and contributed to the preparation of the 2012 State of the Environment Report of Indonesia.
Contributors
Ministry of Environment, Ministry of Health, Ministry of Public Works, Ministry of Marine Affairs and Fisheries, Ministry of Forestry, Ministry of Transportation, Ministry of Home Affairs, Ministry of Industry, Ministry of Energi and Mineral Resources, Statistics Indonesia, National Planning Agency, Indonesia Institute of Sciences, Indonesia Meteorological, Climatological and Geophysical Agency.
Photo contributor : Sugiarti Cover explanation
Referring to the title of the 2012 SoER, “Pillars of the Environment of Indonesia”, the cover art represents the balance of the three pillars of sustainable development in Indonesia, namely social, economic and environmental, which aim to establish an equitable and prosperous society and develop the Indonesia man as a whole.
Kementerian Lingkungan Hidup Mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan berkontribusi dalam penyusunan Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2012
Kontributor
Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pekerjaan Umum,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kehutanan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perindustrian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,
Badan Pusat Statistik, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.
Kontributor Foto : Sugiarti Penjelasan Cover
Sesuai dengan judul SLHI 2012 yaitu “ Pilar Lingkungan Hidup Indonesia ”, cover ini berusaha menampilkan keseimbangan tiga pilar pembangunan Indonesia berkelanjutan yakni sosial, ekonomi dan lingkungan hidup yang bertujuan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, serta membangun manusia Indonesia seutuhnya.
Inside Cover Cover Dalam
Foreword Kata Pengantar
Acknowledgements Ucapan Terima Kasih
Table of Contents Daftar Isi
List of Figures Daftar Gambar
List of Tables Daftar Tabel
List of Boxes Daftar Kotak
1. INTERACTION OF MANAGEMENT CAPACITIES AND ENVIRONMENTAL QUALITY
INTERAKSI KAPASITAS PENGELOLAAN DENGAN KUALITAS LINGKUNGAN
ENVIRONMENTAL CHALLENGES TANTANGAN LINGKUNGAN
MAPPING MANAGEMENT CAPACITIES AND ENVIRONMENTAL QUALITY MEMETAKAN KAPASITAS PENGELOLAAN DAN KUALITAS LINGKUNGAN
2. STATE OF THE ENVIRONMENT OF INDONESIA
KONDISI LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA
AIR UDARA
WATER AIR
River Water Quality Kualitas Air Sungai
Pollution Load Reduction Penurunan Beban Pencemar
Lake Water Quality Kualitas Air Danau
Impacts of Water Quality Deterioration Dampak Penurunan Kualitas Air
Water Quantity Kuantitas Air
Impacts of Changes in Water Quantity Dampak Perubahan Kuantitas Air
FORESTS AND LAND HUTAN DAN LAHAN
Critical Lands Lahan Kritis
COAST AND MARINE PESISIR DAN LAUT
Seawater Quality Kualitas Air Laut
BIODIVERSITY KEANEKARAGAMAN HAYATI
Biodiversity protected by legislation of the Republic of Indonesia Keanekaragaman Hayati yang Dilindungi Perundang-Undangan Republik Indonesia Flora and Fauna listed on the “Red Data List” of the IUCN
Flora Fauna Dalam “Red Data List” IUCN
Invasive Flora, Fauna and Microbes Flora Fauna dan Mikroba Invasif
3. ENVIRONMENTAL MANAGEMENT CAPACITIES
KAPASITAS PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUTIONAL FRAMEWORK FOR ENVIRONMENTAL MANAGEMENT KELEMBAGAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
i ii-iii v vi x xvi xviii 2 6 8 12 16 33 35 38 38 42 43 46 52 64 68 75 80 81 82 84 88 92
Integrated Services Units
Indonesia National Single Window Indonesia National Single Window Regional Institutions in Environmental Management
Lembaga Daerah Pengelolaan Lingkungan Hidup
Facilities and Infrastructure Sarana dan Prasarana
Laboratories Laboratorium
The Indonesian Environmental Impact Control Facility (PUSARPEDAL)
Pusat Pengendalian Dampak Lingkungan (PUSARPEDAL) Regional State of the Environment Reports (SLHD) Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)
HUMAN RESOURCES SUMBER DAYA MANUSIA PENGELOLA
Environmental Budget Anggaran Lingkungan Hidup
CONSOLIDATION OF ENVIRONMENTAL LAW PENAATAN HUKUM LINGKUNGAN
System Development Pengembangan Sistem
Handling of Environmental Cases Penanganan Kasus Lingkungan
Environmental Impact Assessment Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Compliance in a Development Context Penaatan Dalam Konteks Pembinaan
Formal Education Pendidikan Formal
Non-Formal Education Pendidikan Non Formal
Informal Education Pendidikan Informal
ENVIRONMENTAL MANAGEMENT PROGRAMS PROGRAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
The Internationalization of the Environment Internasionalisasi Lingkungan Hidup
Indonesia’s Role in International Forums Peran Indonesia di Forum Internasional
Indonesia as Host of International Meetings
Indonesia Sebagai Tuan Rumah Dalam Pertemuan Internasional
Indonesia’s Active Participation in Regional/International Organizations
Partisipasti Aktif Indonesia dalam Organisasi Regional/Internasional
Bilateral Cooperation Kerja sama Bilateral
Forests and Lands Hutan dan Lahan
Environmental Management Capacities of the Ministry of Forestry
Kapasitas Pengelolaan Lingkungan di Kementerian Kehutanan
One Billion Indonesian Trees Program Gerakan Penanaman 1 Miliar Pohon
Water Air
Environmental Management Capacities of the Directorate-General of Water Resources
Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Civil Servant Investigators in the Field of Water Resources
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Sumber Daya Air Biodiversity 93 95 97 102 102 102 103 106 108 113 117 119 122 123 124 124 125 128 128 128 132 134 134 135 138 140 141 141 143 146
Konservasi Tumbuhan di Kawasan Ex-situ Konservasi Coastal and Marine Pesisir dan Laut
The Golden Chain Program –Coastal Rehabilitation Benefits Local Communities
Program Rantai Emas – Rehabilitasi Pantai, Entaskan Masyarakat Setempat
Coral Reef Rehabilitation and Management Program – COREMAP
Program rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang – COREMAP Air Udara
Climate Change Perubahan Iklim
Efforts in the Industrial Sector Upaya Sektor Industri
National Greenhouse Gas Inventory System (SIGN)
Sistem Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional (SIGN) Solid Waste Sampah
ACCESS TO PARTICIPATION IN ENVIRONMENTAL MANAGEMENT AKSES PARTISIPASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
The Private Sector Dunia Usaha
Corporate Environmental Performance Rating Program - PROPER
Program Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER)
Development of Green Industry Pengembangan Industri Hijau
Assessment on Green Industry and the Environment
Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup State-Owned Enterprises Badan Usaha Milik Negara
Non-Governmental Organizations Lembaga Swadaya Masyarakat Indigenous people Masyarakat Hukum Adat
Universities Perguruan Tinggi
Development of Environmental Engineering in Indonesia Pengembangan Pendidikan Teknik Lingkungan di Indonesia
Mass Media Media Massa
General Public Masyarakat Umum
Pro-Environment Stakeholders Pemangku Kepentingan Pro Lingkungan Hidup
4. SPECIAL NOTES ON ENVIRONMENTAL MANAGEMENT
CATATAN KHUSUS PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
CHANGES IN LAND COVER PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN
The Island of Sumatra Pulau Sumatera Kalimantan Island Pulau Kalimantan The Island of Papua Pulau Papua
153 153 153 156 161 165 167 168 171 171 171 174 175 178 180 183 185 187 188 190 196 198 201 201 204 207
Citarum River Sungai Citarum Cisadane River Sungai Cisadane Brantas River Sungai Brantas
LAKE CONSERVATION GERAKAN PENYELAMATAN DANAU
Lake Limboto Danau Limboto Lake Singkarak Danau Singkarak Lake Rawa Pening Danau Rawa Pening Lake Ayamaru Danau Ayamaru
VARIOUS ACTIONS AND LESSONS LEARNED RAGAM AKSI DAN HIKMAH PEMBELAJARAN
Gulf of Tomini Management Action Aksi Pengelolaan Teluk Tomini
Bali Strait Environmental Management Action Aksi Pengelolaan Lingkungan Selat Bali Village-Level Regulations for the Protection of Coral Reefs
Peraturan Tingkat Kampung Melindungi Terumbu Karang
Efforts to Preserve the Javan and Sumatran Rhinoceros Usaha Pelestarian Badak Jawa dan Sumatera
Preservation of Bamboo Species Pelestarian Ratusan Spesies Bambu Giant Land Conversion Project Proyek Raksasa Konservasi Lahan
Disposal of Hazardous Waste Pembuangan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
5. QUALITY OF THE ENVIRONMENT AND MANAGEMENT CAPACITIES
KUALITAS LINGKUNGAN DAN KAPASITAS PENGELOLAANNYA
CURRENT CONDITION KONDISI SAAT INI
POTENTIAL PRESSURES AND ENVIRONMENTAL ISSUES IN THE FUTURE POTENSI TEKANAN DAN ISU LINGKUNGAN DI MASA DEPAN
Population Distribution and Growth Sebaran dan Pertumbuhan Penduduk Poverty Kemiskinan
Land Use Change Alih Fungsi Lahan
Growth of Transportation Sector Pertumbuhan Sektor Transportasi Energy Demand Permintaan Energi
Environmentally Friendly Behavior Perilaku Peduli Lingkungan ENVIRONMENTAL MANAGEMENT CAPACITIES IN THE FUTURE KAPASITAS PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MASA DEPAN
6. SYNERGY FOR THE FUTURE
BERSINERGI MENATAP MASA DEPAN
225 230 232 236 236 237 238 240 241 243 245 245 249 252 254 255 258 260 268 268 272 275 277 279 281 282 285
Figure Gambar 1. Figure Gambar 2. Figure Gambar 3. Figure Gambar 2.1. Figure Gambar 2.2. Figure Gambar 2.3. Figure Gambar 2.4. Figure Gambar 2.5. Figure Gambar 2.6. Figure Gambar 2.7. Figure Gambar 2.8. Figure Gambar 2.10. Figure Gambar 2.11. Figure Gambar 2.12. Figure Gambar 2.13. Figure Gambar 2.14. Figure Gambar 2.15. Figure Gambar 2.16. Figure Gambar 2.17. Figure Gambar 2.18. Figure Gambar 2.19. Figure Gambar 2.20.
Deforestation, Coal Exploitation Foto Deforestasi Hutan, Eksploitasi BatuBara
Driver-Pressure-State-Impacts-Response Scheme Skema Driver-Pressure-State-Impacts-Response Environmental Management Capacity vs. Environmental Quality
Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup vs Kualitas Lingkungan Hidup Energy Consumption in Various Sectors in Indonesia 1990 – 2009 Konsumsi Energi di Indonesia Tahun 1990 – 2009 dari Berbagai Sektor National trends in the number of (land) motor vehicles for (a) cars, trucks and buses, (b) motorcycles
Tren Peningkatan Jumlah Kendaraan Bermotor (Darat) Nasional Untuk Kategori (A) Mobil, Truk Dan Bus, (B) Sepeda Motor
Annual Average Trends for Passive Measurement of (A) NO2; (B) SO2 in 33 Provincial Capitals Tren Rata-Rata Tahunan Pengukuran Metode Pasif (A) NO2; (B) SO2 di 33 Ibukota Provinsi
Average NO2 and SO2 Concentration Distribution in 248 Cities/Regencies in Indonesia Sebaran Konsentrasi Rata-Rata NO2 dan SO2 Di 248 Kota/Kabupaten di Indonesia
SO2 and NO2 Concentrations from the Transportation Sector, 2011 Konsentrasi SO2 dan NO2 dari Sektor Transportasi Tahun 2011
SO2 and NO2 Concentrations from the Housing Sector, 2011 Konsentrasi SO2 dan NO2 dari Sektor Pemukiman Tahun 2011 SO2 and NO2 Concentrations from the Commercial Sector, 2011 Konsentrasi SO2 dan NO2 dari Sektor Komersial Tahun 2011
SO2 and NO2 Concentrations from the Industrial Sector, 2011 Konsentrasi SO2 dan NO2 dari Sektor Industri Tahun 2011
CO Concentration in Urban Areas (Road Monitoring), 2011-2012 Konsentrasi CO Tahun 2011-2012 di Perkotaan (Road Monitoring) NO2 Concentration, Road Side Monitoring ,2011-2012 Konsentrasi Road Side Monitoring NO2 Tahun 2011-2012 TSP Concentration, Road Side Monitoring, 2011-2012 Konsentrasi Road Side Monitoring TSP Tahun 2011-2012 SO2 Concentration, Road Side Monitoring, 2011-2012 Konsentrasi Road Side Monitoring SO2 Tahun 2011-2012
Hydrocarbon Concentration, Road Side Monitoring, 2011-2012 Konsentrasi Road Side Monitoring Hidrokarbon Tahun 2011-2012 O3 Concentration, Road Side Monitoring, 2011-2012 Konsentrasi Road Side Monitoring O3 Tahun 2011-2012
Average PM10 and PM 2,5 Concentration in Ten Indonesian Cities, 2012 Konsentrasi Rata-Rata PM10 dan PM 2,5 di Sepuluh Kota Indonesia Tahun 2012
Heavy Metal Content (ng/m3) in PM, 2012 Kandungan Logam Berat (ng/m3) Dalam PM Tahun 2012 Annual Average Sulfate Concentration (µmol/L) in Rainwater, 2001-2011
Konsentrasi Sulfat (µmol/L) Air Hujan Rata-Rata Tahunan, 2001-2011
Annual Average Nitrate Concentration (µmol/l) in Rainwater, 2001-2011 Konsentrasi Nitrat (µmol/l) Air Hujan Rata-Rata Tahunan, 2001-2011
Impacts of acid deposition Dampak Deposisi Asam
5 9 10 16 18 19 21 21 21 22 22 23 23 24 24 25 25 28 28 31 31 33
Figure Gambar 2.23. Figure Gambar 2.24. Figure Gambar 2.25. Figure Gambar 2.26. Figure Gambar 2.27. Figure Gambar 2.28. Figure Gambar 2.29. Figure Gambar 2.30. Figure Gambar 2.31. Figure Gambar 2.32. Figure Gambar 2.33. Figure Gambar 2.34. Figure Gambar 2.35. Figure Gambar 2.36. Figure Gambar 2.37. Figure Gambar 2.38. Figure Gambar 2.39. Figure Gambar 2.40. Figure Gambar 2.41. Figure Gambar 2.42.
as defined in the Class 2 Water Quality Criteria of Government Regulation 82/2001 Persentase Titik Pantau Air Sungai di Indonesia dengan Status Tercemar Berat
Berdasarkan Kriteria Mutu Air Kelas II PP 82 Tahun 2001
Degradation of river quality in Indonesia (2008 and 2012 maps) Penurunan Kualitas Sungai di Indonesia (peta 2008 dan 2012)
Distribution of BOD/COD ratios and Organic Pollutant Data by Province Sebaran nilai rasio BOD/COD dan Nilai Pencemar Organik Berdasarkan Provinsi
Percentage of Water Quality Parameters 2008-2012 That Do Not Meet the Class 2 Water Quality Criteria of Government Regulation 82/2001
Persentase Parameter Kualitas Air 2008-2012 yang Tidak Memenuhi Kriteria Mutu Air Kelas II PP 82/2001 Proportion of Households with Access to Safe Drinking Water (Urban and Rural Areas)
Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Terhadap Air Minum Layak (Perkotaan dan Perdesaan) Per capita water potential and water availability Potensi Air dan Ketersediaan Air per Kapita Water Resources During the Rainy Season by Island Sumber Daya Air per Pulau pada Musim Hujan Precipitation by Island (mm/year) Tinggi Curah Hujan di Tiap Pulau (mm/tahun)
Distribution of Critical River Basins in 1984, 1992 and 2005 Sebaran DAS Kritis pada Tahun 1984, 1992, dan 2005
Number of Flood Incidents in Indonesia Jumlah Kejadian Banjir di Indonesia Several critical watershed areas Beberapa Potret DAS Kritis di Indonesia
Decrease of Forest Area, 2000 – 2011 Penurunan Luasan Hutan pada Periode 2000 – 2011
Percentage of Forest Conversion, 2000 – 2011 Persentase Perubahan Hutan pada Periode 2000 -2011 Percentage of Mangrove Forest Conversion, 2000 – 2011
Persentase Perubahan Hutan Mangrove pada Periode 2000 – 2011 Decrease of Forest Area by Province, 2000 – 2011
Penurunan Luasan Hutan pada periode 2000 – 2011 per Propinsi
Distribution of Flood Disasters & Flood Disasters with Landslides from 2004 to 2011 Sebaran Kejadian Bencana Banjir & Bencana Banjir Yang Disertai Longsor Tahun 2004 Sampai Dengan Tahun 2011
Distribution of Drought Incidents from 2004 to 2011
Sebaran Kejadian Kekeringan Tahun 2004 Sampai Dengan Tahun 2011
Condition of Coral Reefs in Indonesia (%) Kondisi Terumbu Karang di Indonesia (%) Ammonia Levels in Ports Kandungan Amoniak di Pelabuhan
Comparison of Dissolved Oxygen Levels in the Port of Tanjung Priok and in Gorontalo, 2011 – 2012
Perbandingan Kandungan Oksigen Terlarut di Pelabuhan Tanjung Priok dan Gorontalo Tahun 2011 – 2012 Comparison of Phenol Levels in the Port of Tanjung Priok and Gorontalo, 2011 – 2012
Perbandingan Kandungan Fenol di Pelabuhan Tanjung Priok dan Gorontalo Tahun 2011 – 2012
37 36 38 43 45 45 45 48 47 47 53 56 56 59 67 67 69 76 76 77
MBAS levels in Tourist Areas Kandungan MBAS di Daerah Wisata Flora and Fauna Protected by Indonesia Law
Flora Fauna Yang Dilindungi Oleh Undang-Undang Republik Indonesia Flora and Fauna by IUCN Criteria Flora-Fauna Berdasarkan Kriteria IUCN IUCN Categories and Criteria for Fauna Kategori Kriteria IUCN pada Fauna IUCN Categories and Criteria for Flora Kategori Kriteria IUCN pada Flora
Number of Invasive Flora, Fauna and Microbial Species Jumlah Jenis Flora Fauna danMikroba Invasif Total Number of Services Provided by Integrated Services Units
Total Pelayanan Unit Pelayanan Terpadu
Total number of applicants for services provided by Integrated Services Units Jumlah Total Pemohon Layanan Unit Pelayanan Terpadu
Decrease in Number of Hazardous substances Registration Types Ministry of Environment
Penurunan Jumlah Jenis Registrasi Bahan Berbahaya dan Beracun Kementerian Lingkungan Hidup Increase in Total Quality of Hazardous substances (million tonnes)
Peningkatan Total Kualitas Impor Bahan Beracun dan Berbahaya (juta ton) Implementation of Minimum Service Standards for Environmental Services on the Provincial/National Level
Laporan Penerapan Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Tingkat Provinsi Nasional Indicator Attainment Status for the Implementation of Minimum Service Standards for Environmental Services on the Provincial/National Level
Laporan Capaian Indikator Penerapan Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Tingkat Provinsi Nasional
Implementation of Minimum Service Standards for Environmental Services on the Regency/City Level
Laporan Penerapan Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Tingkat Kabupaten/Kota Indicator Attainment Status for the Implementation of Minimum Service Standards for Environmental Services on the Regency/City Level
Laporan Capaian Indikator Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Tingkat Kabupaten/Kota
Number of Regional State of the Environment Reports on the Provincial Level Jumlah Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Tingkat Provinsi
Distribution of Environmental Impact Control Functional Officials Sebaran Jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan
Environmental Budget vs. Total State Budget
Anggaran Fungsi Lingkungan Hidup vs Total Belanja Pemerintah RI
Allotment of Special Allocation Funds for the Environment, 2006 – 2012
Figure Gambar 2.49. Figure Gambar 2.50. Figure Gambar 2.51. Figure Gambar 2.52. Figure Gambar 2.53. Figure Gambar 2.54. Figure Gambar 3.1. Figure Gambar 3.2. Figure Gambar 3.3. Figure Gambar 3.4. Figure Gambar 3.5. Figure Gambar 3.6. Figure Gambar 3.7. Figure Gambar 3.8. Figure Gambar 3.9. Figure Gambar 3.10. Figure Gambar 3.11. Figure Gambar 3.12. 79 82 82 83 83 85 94 95 96 96 99 99 100 100 106 107 108 112
Control of the Implementation of Administrative Sanctions Hasil Pengawasan Penaatan Pelaksanaan Sanksi Administrasi
Performance Evaluation of EIA Review Commissions at the Provincial and Regency/City-Level Hasil Evaluasi Kinerja Komisi Penilai Amdal Provinsi dan Kabupaten/Kota
MOE Education and Training, 2010 – 2012 Pendidikan dan Pelatihan KLH Tahun 2010 – 2012 Biodiversity Management Flowchart Alur proses pengelolaan Keanekaragaman Hayati Development of Botanical Gardens Pengembangan Kebun Raya
Air Quality Monitoring Station Network in Indonesia Jaringan Stasiun di Indonesia Pemantau Kualitas Udara
The National Greenhouse Gas Inventory Reporting System Sistem Pelaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional Performance of Final Waste Disposal Sites, 2011-2012 Kinerja Penanganan Tempat Pembuangan Akhir Tahun 2011-2012
Number of Companies Participating in PROPER Jumlah Perusahaan Peserta PROPER Hazardous Waste Balance Sheet, Energy, Oil & Gas
Neraca Limbah B3 Kegiatan Pertambangan, Energi Migas Hazardous Waste Balance Sheet, Estates & Services Neraca Limbah B3 Sektor Kawasan & Jasa
Budget for Community Development Jumlah Anggaran Community Development Environmental News/Information in the Mass Media
Media Massa Dalam Pemberitaan/InformasiLingkunganHidup Kalpataru Award Penghargaan Kalpataru
Number and Percentage of Pro-Environment Stakeholders Jumlah dan Prosentase Pemangku Kepentingan Pro Lingkungan Hidup Forest Cover Change on Sumatera Island (a) 2000, (b) 2003, (c) 2006, (d) 2009, (e) 2011, (f ) Deforestation 2000 – 2011
Perubahan Tutupan Hutan P. Sumatera (a) 2000, (b) 2003, (c) 2006, (d) 2009, (e) 2011, (f) Deforestasi 2000 – 2011
Forest Cover Change by Province on Sumatra Island Perubahan Tutupan Hutan Provinsi di Pulau Sumatera
Conversion of Forest in 2000 to Other Land Cover in 2011 on Sumatra Island Perubahan Hutan Tahun 2000 Menjadi Tutupan Lahan Lain di Tahun 2011di PulauSumatera Forest Cover Change on Kalimantan Island (a) 2000 and (b) 2011
Perubahan Tutupan Hutan Provinsi di Pulau Kalimantan (a) 2000 dan (b) 2011 Forest Cover Change by Province on Kalimantan Island
Figure Gambar 3.15. Figure Gambar 3.16. Figure Gambar 3.17. Figure Gambar 3.18. Figure Gambar 3.19. Figure Gambar 3.20. Figure Gambar 3.21. Figure Gambar 3.22. Figure Gambar 3.23. Figure Gambar 3.24. Figure Gambar 3.25. Figure Gambar 3.26. Figure Gambar 3.27. Figure Gambar 3. 28. Figure Gambar 3.29. Figure Gambar 4.1. Figure Gambar 4.2. Figure Gambar 4.3. Figure Gambar 4.4. Figure Gambar 4.5. 121 123 125 147 152 157 167 170 172 172 173 178 189 196 197 202 203 203 204 205
Diagram Perubahan Penutupan Lahan Kabupaten Kuningan Tahun1997, 1999, 2002, 2009 Land Cover Change Map for Kuningan Regency in 1997, 1999, 2002, 2009
Peta Perubahan Tutupan Lahan Kabupaten Kuningan Tahun 1997, 1999, 2002, 2009 Ciliwung River Location Map Peta Lokasi Sungai Ciliwung
Change in Forest and Settlement Areas in the Ciliwung River Basin, 2000-2010 Perubahan Luasan Hutan dan Permukiman DAS Ciliwung, Tahun 2000-2010
Proportion of Land Cover Change in the Ciliwung River Basin, 2000-2010 Proporsi Perubahan Tutupan Lahan DAS Ciliwung Tahun 2000-2010
Land Cover Map for the Ciliwung River Basin, 2010 Peta Tutupan Lahan DAS Ciliwung Tahun 2010 Water Quality Along the Ciliwung River Basin 2010-2012 According to Class 2 Water Quality Criteria of Government Regulation 82/2001
Status Mutu Hulu-Hilir DAS Ciliwung Tahun 2010-2012 Berdasarkan KMA Kelas II PP 82/2001 Outline of Ciliwung Restoration Plan 2012 – 2015
Garis Besar Rencana Restorasi Sungai Ciliwung Tahun 2012 – 2015
Ciliwung River Environmental Quality Restoration Pilot Project 2006 – 2011 Pilot Project Pemulihan Kualitas Lingkungan Sungai Ciliwung Tahun 2006 – 2011 Citarum River Basin Area Map Peta Wilayah DAS Citarum
Land-use Change in the Citarum River Basin Exerting Pressure on the condition of the Citarum River
Perubahan Tata Guna Lahan di DAS Citarum yang Menekan Kondisi Sungai Citarum Annual Water Flow Volume of the Citarum River, 1963-2008
Jumlah Aliran Air PerTahun Sungai CitarumTahun 1963-2008 Pollution Index for the Upper Segment of the Citarum River Indeks Pencemaran di Segmen Sungai Citarum Hulu
Upgrading of Sanitary Facilities in the Bandung Basin, 2000-2011 Peningkatan Fasilitas Sanitasi di Cekungan Bandung Tahun 2000-2011
Pollution Levels of the Cisadane River Tingkat Pencemaran Sungai Cisadane Map of the Brantas River Basin Peta DAS Brantas
Water Quality Along the Brantas River Basin in 2012 Compared to Class 2 Water Quality Criteria of Government Regulation 82/2001
Status Mutu DAS Brantas Tahun 2012 Dibandingkan Dengan KMA Kelas II PP 82/2001
Two Adult Females with Three Juveniles (left); Two Adult Male Proboscis Monkeys (right) In a Reclamation Area
Dua Betina Dewasa dan Tiga Anak (kiri); Dua Bekantan Jantan Dewasa (kanan) di Areal Reklamasi Species Trial of Forest Plants in Reclamation Areas
Uji coba Penelitian Uji Jenis untuk Tanaman Hutandi Areal Reklamasi
Sumatran Rhino Caught on Camera Badak Sumatera yang Berhasil Terekam Kamera
Figure Gambar 4.11. Figure Gambar 4.12. Figure Gambar 4.13. Figure Gambar 4.14. Figure Gambar 4.15. Figure Gambar 4.16. Figure Gambar 4.17. Figure Gambar 4.18. Figure Gambar 4.19. Figure Gambar 4.20. Figure Gambar 4.21. Figure Gambar 4.22. Figure Gambar 4.23. Figure Gambar 4.24. Figure Gambar 4.25. Figure Gambar 4.26. Figure Gambar 4.27. Figure Gambar 4.28. Figure Gambar 4.29. 212 217 219 219 220 220 223 224 226 227 228 228 229 231 232 233 242 243 250
Figure Gambar 4.32. Figure Gambar 5.1. Figure Gambar 5.2. Figure Gambar 5.3. Figure Gambar 5.4. Figure Gambar 6.1.
Estimated Population of the Javan Rhinoceros 1967 – 2012 Estimasi Populasi Badak Jawa Tahun 1967 – 2012
Weighting Calculations for Environmental Management Capacities Perhitungan Pembobotan Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Correlation Matrix Between Environmental Quality Indices and Environmental Management Capacities by Province, 2009-2012
Matriks Korelasi antara Indeks Kualitas Lingkungan Hidup dan Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi2009-2012
Poverty in Indonesia, 2004-2012 Perkembangan Kemiskinan di Indonesia 2004 – 2012 Geographic Distribution of Coal Resources and Reserves, December 2011
Lokasi Penyebaran Sumber Daya dan Cadangan Batu Bara, Status Desember 2011 Environmental Management Capacities vs. Environmental Quality
Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup vs Kualitas Lingkungan Hidup
252 264 263 273 277 290
Table Tabel 2.1. Table Tabel 2.2. Table Tabel 2.3. Table Tabel 2.4. Table Tabel 2.5. Table Tabel 2.6. Table Tabel 2.7. Table Tabel 2.9. Table Tabel 2.10. Table Tabel 2.11. Table Tabel 2.12. Table Tabel 2.13. Table Tabel 2.14. Table Tabel 2.15. Table Tabel 2.16. Table Tabel 2.17. Table Tabel 2.18. Table Tabel 3.1. Table Tabel 3.2. Table Tabel 3.3. Table Tabel 3.4.
PM10 and PM2,5 Monitoring in 10 Cities in Indonesia, 2012 Pemantauan PM10 dan PM2,5 di 10 Kota Indonesia Tahun 2012 Status of Ecosystems in 15 Lakes in Indonesia, 2011 Status Ekosistem15 Danau di Indonesia Tahun 2011
Trophic state and lake water quality Status Trofik dan Kualitas Air Danau Trophic Status Criteria for Lakes Kriteria Status Trofik Danau
Infant Mortality Rate, Number of Deaths, Total Fertility Rate and Number of Births by Province, 2011
Angka Kematian Bayi, Jumlah Kematian, Angka Fertilitas Total dan Jumlah Kelahiran menurut Provinsi 2011
Number of Smear-Positive Pulmonary TB and Diarrhea Patients by Province, 2009-2010 Jumlah Pasien TB Paru Positif dan Diare menurut Provinsi 2009 – 2010
Number of Patients, Fatality Rate and Dengue Fever Incidence Rate by Province, 2008-2010 Jumlah Pasien, Tingkat Kefaalan, dan Tingkat Kejadian Penyakit Demam Berdarah menurut
Provinsi, 2008 – 2010
Annual Forest Cover Change Rate by Province, 2000-2011
Laju Perubahan Tutupan Hutan per Tahun per Provinsi pada Periode 2000 – 2011 Forest Fire Occurrence in Various Functional Forest Types
Perkembangan Kebakaran Hutan di Berbagai Fungsi Hutan
Number of Detected Hotspots, 2005-2011 Jumlah Pantauan Hotspot pada Periode 2005-2011 Total Area of Critical Lands in Indonesia, 2000-2011 Luas Lahan Kritis Di Indonesia 2000 – 2011 Area and Condition of Mangrove Forests by Province, 2011
Luas dan Kondisi Hutan Mangrove Menurut Provinsi Tahun 2011
Mangrove forest area by province and damage level, 2007, 2010, 2011
Luas Penyebaran Hutan Bakau Menurut Provinsi Dan Tingkat Kerusakan, 2007, 2010, 2011 Mangrove Forest Rehabilitation by Province, 2008-2010
Rehabilitasi Hutan Bakau Menurut Provinsi 2008 – 2010 Area of Mangrove Forests by Province, 2007 and 2011 Luas Penyebaran Hutan Bakau Menurut Provinsi 2007,2011
Fisheries Production Volume, 2007-2011 Volume Produksi Perikanan 2007 -2011 Number of Fisheries Facilities and Infrastructure, 2007-2011
Jumlah Sarana dan Prasarana Perikanan 2007 – 2011 Environmental Management Institutions Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup
Regional Environmental Institutions on a Provincial and Regency/City Level (as of February 2013)
Rekapitulasi Bentuk Kelembagaan LH Daerah Provinsi Dan Kabupaten/Kota (per Februari 2013)
Number and Status of Environmental Laboratories in Indonesia by Province Jumlah dan Status Laboratorium Lingkungan di Indonesia TingkatProvinsi
Evaluation Results of 2011 Regional State of the Environment Reports
27 39 40 40 49 50 51 54 56 57 66 70 72 72 73 74 74 92 98 101 106
Table Tabel 3.6. Table Tabel 3.7. Table Tabel 3.8. Table Tabel 3.9. Table Tabe 3.10. Table Tabel 3.11. Table Tabel 3.12. Table Tabel 3.13. Table Tabel 4.1. Table Tabel 5.1. Table Tabel 5.2. Table Tabel 5.3. Table Tabel 5.4. TableTabel5.5. Table Tabel 5.6. Table Tabel 5.7.
Allocation of Environmental Deconcentration Funds 2012 Alokasi Dana Dekonsentrasi Lingkungan 2012
Allotment of Special Allocation Funds for the Environment, 2006-2013 Alokasi DAK Bidang LingkunganHidup Tahun 2006 – 2013
Number of forestry workers at Timber Plantation Concessions By educational background until 2011
Tenaga Kerja Kehutanan Pada IUPHHK HT Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan s/d 2011 Name and Area of Botanical Gardens Nama dan Luas Kebun Raya
Greenhouse Gas Emissions (GG CO2e) in Indonesia, 2000-2005 Perkembangan Emisi Gas Rumah Kaca Indonesia Tahun 2000-2005 (Gg CO2e)
Waste Balance Sheet Based on PROPER Monitoring of 1002 Companies, 2010-2011 Neraca Limbah B3 yang Diperoleh dari Hasil Pengawasan PROPER pada Periode 2010-2011
Hazardous Waste Balance Sheet Based on PROPER Monitoring of 1317 Companies, 2011-2012 Neraca Limbah B3 yang Diperoleh dari Hasil Pengawasan PROPER pada Periode2011-2012
Environmentally Friendly Behavior Index Indeks Perilaku Peduli Lingkungan Pollution Status of the Cisadane River by Segment
Status Pencemaran di Segmen Sungai Cisadane
Environmental Quality Index in Indonesia, 2009-2011 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia 2009-2011 Environmental Management Capacities by Province Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Tingkat Provinsi
Population Growth by Province, 2010-2035 Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2010-2035 Population Growth Rate by Province, 2010-2035
Laju PertumbuhanPenduduk MenurutProvinsi 2010-2035 Poverty Severity Index (P2) by Province, September 2012 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, September 2012 Production, Harvested Area and Productivity for Rice in Indonesia Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi di Indonesia
Growth of Motor Vehicles by Types in 1987-2011
Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis tahun 1987-2011
111 112 139 152 161 173 173 193 230 262 266 270 271 274 276 279
Box: Acid Rain/Acid Deposition HujanAsam/DeposisiAsam
Box: The Trophic State of Several Lakes Status Berbagai DanauDengan Status Trofiknya Box: Matters Regarding Environmental Permit Ihwal Izin Lingkungan
Box: Strong Foundation for Waste Management Landasan Kuat Bagi Pengelolaan Sampah Box: A Brief History of WALHI Sepenggal Jejak WALHI
Box: Centers for Environmental Studies at Universities Pusat Studi Lingkungan Hidup Perguruan Tinggi
Box: Success Story of Forest Conservation in Kuningan Regency Keberhasilan Kuningan Dalam Konservasi Hutan
30 40 114 115 182 186 210
INTERACTION OF
MANAGEMENT CAPACITIES
AND ENVIRONMENTAL QUALITY
PENGELOLAAN DENGAN
KUALITAS LINGKUNGAN
Indonesia 2012 ini bersifat tematik,
yang
bertujuan
memaparkan
kapasitas
pengelolaan
dalam
merespon dinamika lingkungan hidup.
Kapasitas pengelolaan dan kualitas
lingkungan hidup memiliki relasi
timbal-balik. Kapasitas yang memadai
akan menentukan mutu lingkungan,
dengan menganalisis, merespon dan
menentukan aksi dalam menjawab
tantangan.”
Dengan begitu, menimbang betapa krusial ikhtiar meraih keberlanjutan lingkungan hidup, pustaka ini menyajikan pokok bahasan ihwal kapasitas pengelolaan lingkungan. Hal itu mencakup kelembagaan, kebijakan, serta program lingkungan tingkat nasional dan daerah.
Pendek kata, laporan ini hendak memaparkan interaksi dinamis antara kapasitas dengan kualitas lingkungan hidup, beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tentu saja, paparan yang termuat dalam pustaka ini masih menyimpan keterbatasan dan kekurangan. Satu hal yang perlu menjadi catatan bersama adalah ketersediaan dan validitas data-informasi. Namun demikian, laporan ini disusun dengan melibatkan banyak pihak sehingga dapat dijadikan acuan bersama.
Kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam, yang melibatkan para pemangku kepentingan, mensyaratkan kecakapan kapasitas pengelolaan lingkungan. Kapasitas yang mumpuni menjadi salah satu elemen penting yang akan menentukan status lingkungan hidup di masa depan.
Pustaka SLHI 2012 memuat enam bab. Bab pertama berisi latar belakang dan tujuan penulisan. Bab kedua menguraikan secara ringkas status lingkungan hidup yang diwakili komponen: sumberdaya hutan dan lahan, sumberdaya pesisir dan laut, sumberdaya air, udara, dan keanekaragaman hayati.
Bab ketiga baru memasuki fokus utama tentang kapasitas pengelolaan lingkungan di Indonesia. Lantas, bab keempat menyajikan pembelajaran,
The Environment Report Indonesia
2012 describes the management
capacities that have been developed
to
respond
to
environmental
dynamics. Management capacities
and environmental quality are
interrelated. Adaquate capacities
will determine the quality of
the environment by analyzing,
responding and implementing the
action to cope with the challenges.”
Given the importance of achieving a sustainableenvironment, this document focuses on
environmental management capacities and includes descriptions of environmental institutions, policies and programs on both the national and regional level.
The report aims to explain the dynamic interaction between environmental capacities and environmental quality and highlights influencing factors. The descriptions in this report reflect the various constraints and difficulties encountered during its preparation, of which the availability and validity of data and information are of particular concern. Nevertheless, this report was compiled from many sources and will potentially become a common reference.
Ensuring the sustainability of the environment and natural resources requires well-developed environmental management capacities. Strong capacities are crucial in determining the state of the environment in the future.
The SoER 2012 is divided into six chapters. The first chapter outlines the background and purpose of the report. The second chapter provides brief descriptions of the state of the environment by its components: Forest and land resources, coastal and marine resources, water resources, air and biodiversity.
The third chapter delves into the main subject of environmental management capacities in Indonesia.
lingkungan tertentu, serta kebutuhan kapasitas untuk mengatasinya.
Seiring kemajuan zaman, lingkungan hidup nampaknya akan menghadapi tekanan lebih berat di masa datang. Untuk itu, bab kelima akan meneropong potensi tekanan dan tantangan ke depan. Paparan juga akan menyajikan pemikiran tentang kapasitas pengelolaan yang diperlukan, yang diharapkan mampu menghadapi tantangan zaman. Bab keenam sebagai bab terakhir akan menyajikan kesimpulan dan beberapa catatan penting.
focuses on specific environmental problems and conditions, as well as on the capacities that are needed to address those problems.
The environment will face even heavier pressures in the future. The fifth chapter sets out to identify potential future pressures and challenges, and then outlines the management capacities that will be needed to face future challenges. The sixth and final chapter presents conclusions and a number of important notes.
Figure 1. Deforestation, Coal Exploitation
LINGKUNGAN
CHALLENGES
Kepulauan Indonesia terbentuk dari 13.466 pulau (BIG, 2010) yang bergelimang sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Kekayaan yang melimpah ruah itu berperan sebagai bekal pembangunan ekonomi selama empat dekade terakhir. Kendati pernah dihantam krisis pada penghujung 1990-an, tren pembangunan agaknya masih berkinerja lumayan baik. Sayangnya, pertumbuhan ekonomi dalam periode itu diiringi dengan merosotnya sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Indonesia menghadapi tantangan tak ringan: kelangkaan dan kualitas lingkungan menyusut.
Salah satu isu yang menonjol selama pembangunan adalah berkurangnya luas kawasan hutan secara drastis sejak 1970-an. Meski upaya reforestasi telah digelar, dalam satu dekade terakhir misalnya, tutupan hutan masih mengalami penurunan: dari 104.747.566 hektare pada 2000, menjadi 98.242.002 hektar pada 2011 (Kementerian Kehutanan).
Keadaan kian memburuk: degradasi hutan diikuti pula dengan isu pemanasan global dan perubahan iklim serta konversi hutan untuk industri kehutanan, kawasan budidaya, plus kebakaran hutan.
Beban tak ringan dalam mengelola lingkungan hidup juga terpampang di pesisir dan laut, kualitas dan kuantitas air, kualitas udara kota dan kawasan industri, serta keanekaragaman hayati. Belum lagi bencana alam yang makin kerap melanda di berbagai sudut negeri. Keadaan itu membuat banyak pihak mengelus dada.
Tak cukup sampai di situ. Tantangan kian berat lantaran laju pertumbuhan penduduk tak terkendali. Padatnya populasi berdampak berbeda di perdesaan dan perkotaan. Tekanan penduduk di perdesaan, antara lain, telah melejitkan konversi hutan, termasuk merombak lahan marjinal kawasan hutan menjadi lahan budidaya dan permukiman. Penduduk yang bertambah berarti makin banyak perut yang mesti diisi: meningkatkan kebutuhan pangan. Di sisi lain, luas lahan pertanian relatif tetap; bahkan menurun.
Sementara itu, tak imbangnya jumlah penduduk dan luas lahan di laju pertumbuhan kendaraan bermotor meningkat pesat tiap tahunnya. Akibatnya, pencemaran udara semakin bertambah.
The Indonesian archipelago consists of 13,466 islands (Geospatial Information Agency/BIG, 2010) with abundant natural resources and environment. This wealth has supported Indonesia’s economic development for the last four decades. Although severely affected by the Asian crisis of the late 1990s, the country managed to perform quite well in terms of development. Unfortunately, economic growth in that period was accompanied by the decline in natural resources and deterioration of the environment. Indonesia now faces the problem of depleted resources and decreasing environmental quality. One of the most prominent development-related issues is the drastic loss of forests since the 1970s. In spite of reforestation efforts, the last decade has seen forest cover decrease from 104,747,566 hectare in 2000 to 98,242,002 hectare in 2011 (Ministry of Forestry). The situation is getting worse: Apart from forest degradation, there are the issues of global warming and climate change, conversion of forests to industry and cultivation uses, as well as forest fires.
Further problem areas in environmental management include coastal and marine environments, water quality and quantity, air quality in urban areas and industrial estates, and biodiversity. This is compounded by the growing number of natural disasters that occur in all parts of the country and is a source of great concern to all parties involved. Increasingly pressing challenges also arise from uncontrolled population growth. High population densities have different effects in urban and rural settings. For instance, population pressure in rural areas causes the conversion of forests, including that of marginal forest lands into areas for cultivation and settlements, to increase rapidly. An increase in population increases the demand for food, while the extent of agricultural land remains relatively the same, or even tends to decrease.
Meanwhile, the imbalance between the number of people and the available area to accommodate the rapidly growing number of motor vehicles is making air pollution increasingly worse.
Di beberapa provinsi dan kota besar, knalpot kendaraan bermotor ibarat cerobong asap yang berjalan. Tak heran, moda kendaraan bermotor menjadi penyumbang terbesar konsentrasi NO2 (Nitrogen dioksida), SO2 (Sulfur dioksida) dan CO (Karbon monoksida). Kini, selain kecelakaan lalu lintas, jalanan juga menebar risiko gangguan kesehatan. Gas Nitrogen oksida misalnya, bila terhirup dapat merusak paru-paru.
Pertumbuhan penduduk juga memicu berkembangnya industri manufaktur, kehutanan, pertanian dan peternakan. Dampak tumbuh-kembangnya industri berderet panjang: alih fungsi lahan, polusi, serta meningkatnya sarana dan prasarana transportasi. Ujung-ujungnya, menghamburkan karbon dan gas rumah kaca lainnya.
Lingkungan hidup yang ganjil punya dampak lanjutan. Tengoklah kualitas air yang merosot karena minimnya sistem pengolahan air limbah di perkotaan. Rupanya kesadaran industri dalam mengelola limbah masih perlu terus didorong. Tapi, jangan lupa pula: limbah dari masyarakat juga belum dikelola secara optimal. Kualitas lingkungan yang buruk dan ditambah pola hidrologis yang rusak menyebabkan timbulnya berbagai bencana termasuk wabah penyakit, misalnya diare.
Di balik daftar panjang masalah di atas, Indonesia tak pernah lelah berupaya menangkal anjloknya mutu lingkungan hidup. Sejatinya, berbagai pihak dari sekujur negeri bekerja keras memulihkan, merespon dan beraksi nyata bagi lingkungan hidup.
Di samping telah ada aksi mengurangi laju deforestasi, berbagai upaya lain juga telah dilakukan pemerintah. Upaya itu berada di tiga jalur: mencegah degradasi lingkungan terus berlanjut, merehabilitasi kerusakan, serta melestarikan alam lingkungan yang masih baik. Tentu, kerja keras itu menggandeng berbagai instansi pemerintah, kalangan dunia usaha, organisasi non-pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat luas.
With exhaust pipes of motor vehicles in some provinces and large cities resembling smoke-belching chimneys, it is not surprising that motor vehicles are the main cause of high levels of NO2 (nitrogen dioxide), SO2 (sulfur dioxide) and CO (carbon monoxide). Apart from being hazardous in terms of traffic accidents, roads nowadays also pose a risk factor for health problems. Nitrogen oxide gases, for example, may damage the lungs if inhaled. Population growth also accelerates industrial development in the manufacturing, forestry, agriculture and livestock sectors. The many impacts of industrial development include land use conversion, pollution and the extension of transportation facilities and infrastructure, and eventually result in an increase of carbon and other greenhouse gases. Poor environmental conditions have indirect impacts as well. An example of this is the deterioration of water quality due to inadequate waste water treatment systems in urban areas. It is apparently still necessary to raise awareness levels among industries in this respect. Management of domestic waste also remains weak. Bad environmental conditions compounded by damaged hydrological regimes may cause disease outbreaks such as diarrhea flare-ups. Notwithstanding the many problems listed above, Indonesia resolutely strives to avert the deterioration of environmental quality. Indeed, all over the country people are working hard and taking concrete actions to reverse the trend and improve existing conditions.
In addition to seeking to curb the deforestation rate, the government has introduced a number of other measures comprising prevention of further environmental degradation, recovery of damaged environments and conservation of healthy environments. These efforts involve many governmental institutions, the private sector, non-governmental organizations, academia and the public.
KAPASITAS
PENGELOLAAN DAN
KUALITAS LINGKUNGAN
CAPACITIES
AND ENVIRONMENTAL
QUALITY
Laporan ini memakai pendekatan konseptual
Driver-Pressure-State-Impacts-Response (DPSIR) yang dikembangkan United Nations Environment Programme (UNEP). Sebagaimana disajikan dalam Gambar 3, kerangka pendekatan DPSIR ini mengasumsikan hubungan sebab akibat antara komponen sosial, ekonomi, dan lingkungan yang saling berinteraksi, yang terdiri atas:
Driving force (D), kekuatan pendorong
terjadinya perubahan lingkungan. Misalnya: kegiatan sosioekonomi, seperti industri atau pertanian.
Pressure (P), tekanan langsung yang dapat merubah
lingkungan. Misalnya: emisi polutan gas ke udara.
State (S), status perubahan lingkungan karena
tekanan. Misalnya: penurunan kualitas udara karena meningkatnya emisi gas buang beracun dari industri.
Impact (I), dampak berubahnya status lingkungan.
Misalnya: gangguan kesehatan penduduk yang terpaksa menghirup udara tercemar.
Response (R), respon pemerintah dan masyarakat
luas terhadap empat komponen itu (D-P-S-I). Misalnya: perumusan kebijakan dan aturan ambang batas emisi gas bagi industri atau lainnya.
This report is based on the Driver-Pressure-State-Impacts-Response (DPSIR) framework developed by the United Nations Environment Programme (UNEP). As shown in Figure 3, the DPSIR framework assumes causal relations between the following interacting social, economic and environmental components:
Driving force (D)
, a force that affects the environment, e.g. socioeconomic activities such as industry or agriculture.Pressure (P)
, direct pressure that affects the environment, e.g. pollutant gases emissions.State (S)
, the state of environmental change caused by pressure, e.g. deterioration of air quality due to increased emissions of toxic exhaust gases from industrial sources.I
mpact (I)
, the impact of environmental change, e.g. health problems due to inhalation of polluted air.Response (R)
, the response of the government and the public to the four components (D-P-S-I), e.g. formulation of policies and regulation regarding the limit of gas emissions for industries and other actors.PSR
DPSIR-SCHEME
R
Response
(i.e. regulation and measuresto be taken in respon to human impact)
I
Impact
(i.e. assesment of the effects of human impact)
S
State of the environment
(present state-natural state as modified byhuman impact)
P
Pressure
(i.e. emisions/dischart from point and diffuse sources, rivers and atmosphere )
D
Driving Force
(i.e. sosioeconomic activities)D + P = Human I
mpac
t on the en
vir
on
tmen
t
lHigh environmental quality
Kualitas Lingkungan Hidup Tinggi lHigh environmental
management capacity
Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup Tinggi
lLow enviromental quality
Kualitas Lingkungan Hidup Rendah lHigh environmental
management capacity
Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup Tinggi
lHigh environmental quality
Kualitas Lingkungan Hidup Tinggi lLow environmental
management capacity
Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup Rendah
l Low environmental quality
Kualitas Lingkungan Hidup Rendah lLow environmental
management capacity
Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup Rendah H igh En vir onmen tal M anagemen t C apacit y Kapasitas P engelolaan Lingkungan Hidup T ing gi Low Environmental Quality Kualitas Lingkungan Hidup Rendah Lo w En vir onmen tal M anagemen t C apacit y Kapasitas P engelolaan
Lingkungan Hidup Rendah
High Environmental Quality Kualitas Lingkungan Hidup Tinggi
I
II
IV
III
Figure 3. Environmental Management Capacities vs. Environmental Quality. Gambar 3. Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup vs Kualitas Lingkungan Hidup.
Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup, 2012
Pendekatan DPSIR dapat menggambarkan perubahan status lingkungan yang telah terjadi dan responnya; potensi tekanan yang mungkin terjadi dan respon yang harus dilakukan. Hal itu khususnya menyangkut kapasitas pengelolaan lingkungan yang diperlukan di masa datang.
Dengan pendekatan DPSIR, laporan ini mencoba menggambarkan keterkaitan antara kapasitas pengelolaan dengan kualitas lingkungan hidup. Sebagaimana disajikan dalam Gambar 3, korelasi antara kapasitas pengelolaan dan kualitas lingkungan hidup dapat membentuk empat kombinasi sebagai berikut:
• Kuadran I: kualitas lingkungan tinggi, namun kapasitas pengelolaan rendah,
• Kuadran II: kualitas lingkungan dan kapasitas pengelolaannya sama-sama rendah,
• Kuadran III: kapasitas pengelolaan tinggi, namun kualitas lingkungan rendah,
• Kuadran IV: korelasi positif antara kualitas lingkungan dengan kapasitas pengelolaan yang tinggi.
Dari empat kuadran tersebut, diharapkan kualitas lingkungan dan kapasitas pengelolaan lingkungan di Indonesia berada pada kuadran IV. Ini merupakan korelasi positif dan ideal, kapasitas yang tinggi akan mampu menjaga atau meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Kondisi yang tidak diharapkan adalah kuadran II: kapasitas dan kualitas berkorelasi positif namun negatif.
Sedangkan kuadran I dan III adalah anomali. Kapasitasnya rendah, namun kualitas lingkungan hidup tinggi atau sebaliknya. Kuadran I dapat terjadi karena tekanan terhadap lingkungan—aktivitas manusia dan pembangunan yang tak ramah lingkungan—belum terlalu besar. Hal yang sebaliknya adalah kuadran III: tekanan sangat besar, sementara kapasitas yang sudah relatif besar, belum mampu memulihkan atau menjaga kualitas lingkungan.
Agar lebih terang dapat dilihat pada Gambar 3, Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH) versus Kualitas Lingkungan Hidup (LH).
The DPSIR approach facilitates the description of existing environmental changes and potential pressures and helps in identifying appropriate responses, especially in regard to environmental management capacities that will be needed in the future.
By adopting the DPSIR approach, this report aims to elaborate the relationship between management capacities and environmental quality. As shown in Figure 3, there are four possible combinations to represent the correlation between environmental management capacities and environmental quality: • Quadrant I: high environmental quality but low
management capacity,
• Quadrant II: low environmental quality and low management capacity,
• Quadrant III: high management capacity but low environmental quality,
• Quadrant IV: positive correlation between high environmental quality and high management capacity.
Indonesia’s environmental quality and environmental management capacities should occupy Quadrant IV. This quadrant represents an ideal and positive correlation, where high capacities maintain or even improve the quality of the environment. The least desirable conditions are found in Quadrant II, where quality and capacities correlate positively but produce negative results.
Quadrant I and III are anomalies with low capacity and high quality, or vice versa. Quadrant I occurs because of environmental pressures – environmentally unsound human activities and development – that are not yet that pronounced. The reverse applies to Quadrant III. Relatively high management capacities are still insufficient to maintain or improve the quality of the environment in the face of intense pressures.
For a better understanding, please refer to Figure 3, Environmental Management Capacities vs. Environmental Quality.
STATE OF THE
ENVIRONMENT OF
INDONESIA
STATE OF THE
ENVIRONMENT OF
INDONESIA
KONDISI LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
“Kondisi lingkungan hidup mengkaji
kondisi lingkungan yang mencakup
komponen udara, air, hutan, lahan,
pesisir-laut dan keanekaragaman hayati.
Perubahan kondisi lingkungan hidup
tersebut dapat ditinjau dalam kurun
waktu tertentu sehingga bisa diketahui
kecenderungan (trend) maupun kondisi
terkini.”
Komponen lingkungan itu menjadi modal utama pembangunan, yang juga mempengaruhi tingkat kualitas hidup manusia. Udara yang tercemar, akses atas air bersih, dan sanitasi yang tak layak, jelas mempunyai dampak negatif bagi kesehatan manusia. Sementara itu, hutan dan lahan punya efek pada siklus hidrologi yang menentukan daya dukung dan daya tampung daerah aliran sungai. Tidak dapat dihindari, rusaknya hutan dan lahan membuat banjir dan kekeringan sering terjadi. Dampaknya akan kian membesar: mengancam kelestarian keanekaragaman hayati, yang bisa memicu kerawanan pangan.
Cadangan lain bagi kesejahteraan masyarakat, berada di pesisir dan laut yang juga memiliki banyak keanekaragaman hayati, yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Keanekaragaman hayati yang berlimpah berarti memperkaya sumber pangan, papan dan obat-obatan. Selain menentukan derajat kesejahteraan, pesisir dan laut, turut menyumbang asupan nutrisi dan protein.
Dengan keanekaragaman hayati yang melimpah, Indonesia seharusnya bangga dan mempunyai kesadaran untuk menanggung tanggung jawab besar. Sampai pada saat ini, para pakar meyakini masih banyak keanekaragaman hayati yang belum dikenal ilmu pengetahuan. Status kelangkaan atau keterancaman flora dan fauna menjadi indikator penting status lingkungan hidup.
“This
chapter
examines
the
environmental
condition
that
comprise
of
the
components
of the air, water, land,
coastal-marine and biodiversity. Changes
in environmental conditions are
monitored over period of time
to identify trends and current
conditions.”
The environmental components not only provide the basis for development, but also affect the quality of human life. Polluted air, limited access to clean water and poor sanitation obviously have a negative impact on people’s health. In the meantime, forests and lands affect the hydrological cycle, which in turn determines the carrying capacities of river basins. The destruction of forests and lands will inevitably trigger more frequent floods and droughts. The effects will get worse in the future; they pose a threat to biodiversity and may cause food insecurity. Other important areas for the welfare of the people are coastal and marine areas, which also boast biodiversity that is inseparable from human life. An environment that is teeming with life also means more sources of food, building materials and medicine. Apart from determining the level of prosperity, coastal and marine areas also play a role in nutrition and protein intake.
Blessed with abundant biodiversity, Indonesia should be proud and acknowledge its huge responsibility. Experts believe that much of this biodiversity is still unknown to science. The number of flora and fauna considered rare and threatened is an indication of how important it is to preserve this environment.
Dari waktu ke waktu, pemakaian energi fosil di Indonesia menunjukan tren yang terus meningkat di semua sektor (Gambar 2.1.) Selama 1990 – 2009, meningkatnya konsumsi energi pada sektor domestik misalnya, karena meningkatnya populasi manusia (lihat Bab 5). Hanya saja, pemakaian energi di sektor ini tidak terlalu besar dibandingkan sektor industri dan transportasi.
Over the years, fossil fuel consumption in Indonesia has risen in all sectors (Figure 2.1). The increase in energy consumption in the domestic sector from 1990 – 2009, for instance, was caused by population growth (s. Chapter 5). However, in terms of energy consumption this sector is not too significant compared to the industry and transportation sectors.
Figure 2.1 Energy consumption in various sectors in Indonesia, 1990 – 2009 Gambar 2.1 Konsumsi energi di Indonesia tahun 1990 – 2009 dari berbagai sektor
700 600 500 400 300 200 100 0 0.40 0.35 0.30 0.25 0.20 0.15 0.10 0.05 -1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Industrial Industri M
illion BOE Juta SBM
BOE/M
io R
p
SBM/juta rupiah
Households Rumah Tangga
Commercial komersial Transportation Transportasi
ACM and others PKP dan Lain-Lain IntensityBOE/Mio Rp IntensitasSBM/juta rupiah
Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2012 Source: Ministry of Energy and Mineral Resources, 2012
Air pollution due to the increase of motor vehicles.