• Tidak ada hasil yang ditemukan

Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

81

PENERAPAN NILAI PANCASILA DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI PERGURUAN TINGGI

Apri Rotin Djusfi1

Email: aprirotindjusfi@utu.ac.id

Abstract

The aim of anticorruption education in the college is to rebuild the correct understanding of society about corruption, raise awareness of all potential corrupt acts that occur, not to take the slightest act of corruption, and dare to oppose the corruption that were occurred. This practical aim will be jointly implemented by all parties, will be a national movement capable of giving birth to a new Indonesian nation that is clean from the threats and effects of corruption. An anticorruption course is not based on one particular perspective, but it is based on building the character of anticorruption within the individual student self. Therefore, the purpose of anti-corruption subject is to form the anticorruption personality in the student's self as well as to build the spirit and the competence as a change agent of the society and the state that is clean and free from the threat of corruption. It is time for Pancasila ideology to be revitalized as the basis of state philosophy and to be "Prima Principle" together with religious norms. As a prime principle, the values of Pancasila and religious norms are the basis for all Indonesian people going to do good.

Keywords : Anticorruption education, Value of Pancasila

Pendahuluan

Mengingat begitu beratnya tugas KPK dan besarnya akibat yang disebabkan oleh kasus korupsi, maka diperlukan sistem yang mampu menyadarkan semua kalangan bangsa untuk sama-sama bergerak mengikis karang korupsi yang telah menggurita, salah satu cara yaitu melalui media pendidikan. Belajar dari pengalaman Negara lain untuk melaksanakan pemberantasan korupsi, ternyata tidak cukup hanya penegakan hukum, tetapi juga harus diikuti dengan pendidikan antikorupsi. Salah satu Negara yang melaksanakan pendidikan antikorupsi adalah Republik Rakyat China. Melalui China online, semua siswa RRC di jenjang pendidikan diberikan pembelajaran pendidikan antikorupsi. Tujuan pendidikan antikorupsi ialah memberikan vaksin kepada siswa dari bahaya korupsi. Harapan jangka panjang RRC adalah generasi muda RRC dapat melindungi diri di tengah gempuran pengaruh kejahatan korupsi.

1

(2)

82 Ditinjau dari konteks pendidikan, tindakan untuk mencegah, mengurangi, bahkan memberantas korupsi adalah keseluruhan upaya untuk mendorong generasi muda yang akan datang agar bisa mengembangkan sikap tidak bersedia menerima dan menolak setiap bentuk korupsi secara tegas. Perubahan persepsi dari sikap membiarkan dan menerima menuju pada sikap menolak korupsi tidak akan pernah terwujud apabila tidak dilakukan pembinaan secara sadar terhadap kemampuan generasi muda yang akan datang untuk memperbarui sistem nilai yang diwarisi sesuai dengan tuntutan yang

muncul dalam setiap tahapan.2

Upaya pemberantasan korupsi memalui jalur pendidikan harus dilaksanakan karena tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan meruapakan tempat yang sangat strategis untuk membina generasi muda agar menanamkan nilai-nilai kehidupan termasuk antikorupsi dan bisa menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dari pemahaman tersebut dapat menghasilkan satu kesimpulan bahwa korupsi adalah musuh utama. Dengan demikian, upaya pemberantasan korupsi melalui jalur pendidikan bukan lagi suatu alternatif melainkan suatu keharusan. Pendidikan anti korupsi ialah usaha untuk memberikan pemahaman dan pencegahan.

Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik. Bagi banyak orang, korupsi bukan lagi merupakan suatu pelanggaran hukum, melainkan sekedar suatu kebiasaan.Perkembangan korupsi di Indonesia juga mendorong pemberantasan korupsi di Indonesia. Namun, hingga kini pemberantasan korupsi di Indonesia belum menunjukkan titik terang. Hal ini dikarenakan banyak kasus korupsi di Indonesia yang belum tuntas diungkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kepolisian, Kejaksaan dan alat perangkat negara lainnya.

Kata korupsi berasal dari Bahasa Latin yaitu corruptio atau corruptus. Corruptio dari kata corrumpere, yang berarti kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dsb). Pengertian Korupsi sebagaimana tercantum dalam Bab II Pasal 2 Undang - Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah setiap orang yang secara melawan hukum melakukan

(3)

83 perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara.

Dalam ulasan ini, akan membahas tentang penerapan nilaiPancasila dalam tinjauan pendidikan anti korupsi di Perguruan TinggiIndonesia dengan menggunakan konsepsi Pancasila, yang merupakan Dasar Negara Republik Indonesia.

Poin-Poin Penting Dalam Pendidikan Antikorupsi

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, pelaksanaan pendidikan antikorupsi

di sekolah perlu memperhatikan beberapa hal terkait.3

1. Pengetahuan tentang korupsi

Untuk memiliki pengetahuan yang benar dan tepat mengenai korupsi, siswa perlu mendapatkan berbagai informasi sehingga memungkinkan mereka untuk mengenal tindakan korupsi serta membedakan antara tindakan kejahatan korupsi dan tindakan kejahatan lainnya. Oleh karena itu, pembahasan mengenai kriteria, penyebab, serta akibat korupsi merupakan materi utama yang harus diinformasikan.

Siswa harus memiliki pendapat yang jelas mengapa perbuatan korupsi dianggap sebagai perbuatan yang buruk dan harus dihindari. Analisis mengenai penyebab dan akibat dari tindakan korupsi terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk aspek moralitas akan memberikan wawasan tentang korupsi yang lebih luas. Berbagai alternatif yang ditempuh untuk menghindari korupsi dapat menjadi inspirasi tentang banyak cara yang dapat dilakukan dalam memberantas korupsi. Semua ini adalah modal dasar dalam penanaman atau pembentukan sikap dan karakter antikorupsi.

Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki tersebut, diharapkan mampu untuk menilai perilaku korupsi dalam masyarakat atau institusi di sekitarnya. Oleh sebab itu, pemberian informasi tentang korupsi bukan untuk memberikan informasi sebanyak mungkin tetapi informasi itu diperlukan agar mampu membuat pertimbangan tertentu dalam menilai.

Jadi, berdasarkan informasi dan pengetahuan tentang korupsi, diharapkan agar mampu menilai apakah perbuatan itu termasuk korupsi atau tidak dan apakah perbuatan itu dikatagorikan baik atau buruk. Melalui pertimbangan tersebut, selanjutnya diharapkan agar dapat menentukan perilaku yang akan diperbuatnya.

(4)

84

2. Pengembangan sikap

Sebagai pendidikan nilai dan karakter, pendidikan antikorupsi memberikan perhatian besar terhadap pengembangan aspek sikap yang memiliki unsur-unsur seperti pengetahuan, reaksi efektif, serta kemauan dan perilaku sebelumnya terhadap objek. Seluruh unsur sikap saling berhubungan dan saling bertukar tempat.

Jadi memiliki pengetahuan yang benar dan dipahami secara baik, sehingga pengetahuan itu dapat bertahan lama dalam memorinya dan dipergunakan setiap kali mereka akan membuat pertimbangan tertentu. Keterlibatan besar dalam aktivitas yang memiliki nilai-nilai antikorupsi juga mengembangkan sikap yang sesuai dengan nilai tersebut.

3. Perubahan sikap

Mengubah sikap yang telah dimiliki sebelumnya merupakan pekerjaan dan tugas yang tidak mudah serta terkadang menimbulkan rasa frustasi. Apalagi jika sikap yang telah dimiliki berlawanan dengan sikap yang dikehendaki guru.

Pendidikan antikorupsi menghendaki sikap-sikap seperti itu perlu diubah untuk sesuai dengan nilai-nilai dasar antikorupsi. Oleh karena itu, diperlukan pola dan strategi perubahan sikap yang dapat digunakan dari berbagai sumber untuk membentuk persepsi tentang korupsi yang berlawanan dengan persepsi yang dimiliki siswa antara lain dengan menyajikan informasi secara tak terduga melalui permainan dan parodi.

Karena pengetahuan dan sikap disimpan dalam memori yang berbeda, diperlukan waktu agar mencapai pengetahuan dan sikap. Artinya, proses pengetahuan berubah menjadi sikap membutuhkan waktu yang cukup panjang. Apabila ada sikap yang pro korupsi, sebaiknya tidak diserang secara langsung atau diatasi dengan cara persuasif. Dalam jangka panjang, sikap tersebut akan berganti dengan sendirinya jika informasi yang mendiskreditkan korupsi disajikan dalam cara yang bermakna dan memancing siswa untuk berfikir secara kritis tentang fenomena tersebut.

4. Perspektif moral dan konvensional

Pendidikan antikorupsi didasarkan pada nilai yang tidak membedakan secara tegas antara dua regulasi sosial, yaitu moralitas dan konvensi. Oleh karena itu, pendidikan antikorupsi sebaiknya memperhatikan perbedaan antara moralitas dan konvensi. Dari perspektif moral, suatu tindakan dilihat apakah itu dalam norma atau tidak. Dari perpektif konvensi, apapun boleh dilakukan selama tidak dilarang. Perspektif

(5)

85 moral lebih sensitif melihat kerusakan yang ditimbulkan pada seseorang sedangkan perspektif konvensi lebih melihat pelanggaran kesepakatan, konsistensi, dan harapan dari pemilik wewenang.

Suatu hal yang paling penting adalah korupsi dinilai jahat dari perspektif moral dan konvensi. Apapun nilai yang ingin dimasukkan ke dalam pendidikan, pendidikan moral adalah hal utama karena merupakan bagian dari kewajiban untuk mempersiapkan generasi muda agar memasuki dunia yang menghendaki perilaku lebih baik dari yang pernah ada. Oleh karena itu, pendidikan yang memperkuat moralitas haruslah ditangani oleh institusi pendidikan secara serius.

5. Pengembangan karakter antikorupsi

Pendidikan antikorupsi bukan seperangkan aturan perilaku yang dibuat seseorang dan harus ditaati dan harus diikuti oleh orang lain. Sebagaimana halnya dengan kejahatan lain, korupsi juga merupakan sebuah pilihan yang dapat dilakukan dan dihindari. Pada dasarnya, pendidikan mengondisikan agar perilaku sesuai dengan tuntutan masyarakat.

Pendidikan Antikorupsi Pada Perguruan Tinggi

Tujuan pendidikan antikorupsi di perguruan tinggi adalah membangun kembali pemahaman yang benar dari masyarakat mengenai korupsi, meningkatkan kesadaran terhadap segala potensi tindakan korupsi yang terjadi, tidak melakukan tindak korupsi sekecil apapun, dan berani menentang tindak korupsi yang terjadi. Tujuan praktis ini jika dilakukan bersama-sama oleh semua pihak, akan menjadi gerakan nasional yang mampu melahirkan bangsa Indonesia baru yang bersih dari ancaman dan dampak korupsi.

Dalam dunia akademis khususnya Perguruan Tinggi, lahirnya mata kuliah baru memerlukan penempatan ranah keilmuan yang tepat. Demikian pula dengan mata kuliah antikorupsi. Muncul pertanyaan ialah berada di ranah keilmuan manakah mata kuliah ini, topik yang diangkat dalam sebuah mata kuliah atau menjadi penamaan sebuah mata kuliah tidak selalu berasal dari keilmuan itu sendiri, tetapi mungkin lahir sebagai respons atas perkembangan fenomena semakin parahnya disentegrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang diindikasikan terjadinya berbagai tindak korupsi yang tiada henti, sehingga membutuhkan upaya sistematis untuk mengatasinya.

(6)

86 Mata kuliah antikorupsi tidak berlandaskan pada salah satu perspektif kelimuan khusus, tetapi berlandaskan pada pembangunan karakter antikorupsi dalam diri individu mahasiswa. Oleh sebab itu, tujuan mata kuliah antikorupsi adalah membentuk kepribadian antikorupsi di dalam diri pribadi mahasiswa serta membangun semangat dan kompetensinya sebagai agen perubahan bermasyarakat dan bernegara yang bersih dan bebas dari ancaman korupsi.

Dengan menyesuaikan tingkat peserta didik, yaitu mahasiswa tingkat sarjana (S1)), maka kompetensi yang ingin dicapai dalam mata kuliah antikorupsi antara lain :

1. Mahasiswa mampu mencegah dirinya sendiri agar tidak melakukan tindak korupsi

2. Mahasiswa mampu mencegah orang lain agar tidak melakukan tindak korupsi, yaitu dengan memberikan peringatan kepada orang tersebut

3. Mahasiswa mampu mendeteksi adanya tindak korupsi dan melaporkannya kepada penegak hukum

Ciri Khas Pendidikan Antikorupsi Di Perguruan Tinggi

Pendidikan antikorupsi yang dilaksanakan setiap Perguruan Tinggi harus memiliki kesamaan tujuan dan kompetensi peserta didik yang ingin dicapai. Dengan demikian, kompetensi antikorupsi mahasiswa di seluruh Perguruan Tinggi berada pada tingkatan yang diharapkan. Namun, terdapat hal-hal yang dapat menjadi pembeda karakter mata kuliah antikorupsi antar Perguruan Tinggi, yaitu antara lain sebagai berikut :

1. Lokalitas daerah, yaitu korupsi dan gerakan antikorupsi yang terjadi pada daerah di mana sebuah Perguruan Tinggi berada

2. Kearifan lokal, yaitu budaya suatu daerah di mana sebuah Perguruan Tinggi berada

3. Ciri khas Perguruan Tinggi, yaitu sesuatu yang menjadi visi, misi, serta kompetensi utama sebuah Perguruan Tinggi yang membedakannya dari Perguruan Tinggi lain

4. Ciri khas Program Studi atau keilmuan, yaitu konteks keilmuan dari program studi dimana mata kuliah antikorupsi diajarkan

(7)

87 Dimasukannya lokalitas daerah, kearifan lokal, ciri khas perguruan tinggi, serta ciri khas program studi atau keilmuan ke mata kuliah antikorupsi pada sebuah perguruan tinggi akan menjadi ciri khas karena substansi mata kuliah antikorupsi ini menjadi lebih kontekstual dan melahirkan penyelesaian masalah yang konkret bagi masyarakat.

Pancasila Sebagai Sumber Nilai Anti Korupsi

Mantan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Antasari Azhar pernah menegaskan Pancasila sesungguhnya merupakan sumber nilai anti korupsi. Persoalannya arah idiologi kita sekarang seperti di persimpangan jalan. Nilai-nilai lain yang kita anut menjadikan tindak korupsi merebak kemana-mana. Korupsi itu terjadi ketika ada pertemuan dan kesempatan. Akan tetapi, karena nilai-nilai kearifan lokal semakin ditinggalkan, yang ada nilai-nilai kapitalis, sehingga terdoronglah seseorang untuk bertindak korupsi. Saatnya Pancasila kembali direvitalisasi sebagai dasar filsafat Negara dan menjadi “Prinsip Prima” bersama-sama norma agama. Sebagai prinsip prima, maka nilai-nilai Pancasila dan norma-norma agama merupakan dasar untuk seluruh masyarakat Indonesia berbuat baik. Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan pun harus menjadi acuan, dan inilah kunci terwujudnya Indonesia sebagai Negara hukum. Yang kita lihat sekarang peraturan perundang-undangan kita tumpang tindih yang mempengaruhi pada tindakan kewenangan antar lembaga.

Pancasila sebagai dasar Negara dan merupakan nilai leluhur bangsa seharusnya dijadikan sebagai pedoman bukan malah seperti dilupakan. Akibatnya, korupsi masih terjadi dimana-mana. Fenomena ini menegaskan bahwa Pancasila selama ini hanya dijadikan slogan, tidak dijiwai sebagai nilai leluhur yang patut dijunjung tinggi. kandungan nilai-nilai Pancasila tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang dimiliki dan diamalkan sebagai landasan hidup. Maka, Pancasila dianggap sebagai ideologi yang bersifat universal karena Pancasila bersumber dari padangan para tokoh, kebudayaan, dan agama.

Namun nilai-nilai itu tampaknya belum diamalkan secara penuh dan sempurna dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Pancasila kerap kali ditafsirkan sepihak dan cenderung diselewengkan sejumlah oknum pejabat Negara. Nurani oknum pejabat di Indonesia tidak lagi berjiwa Pancasila. Tidak heran jika korupsi merajalela dan

(8)

88 merebak kemana-mana. Terkuaknya kasus-kasus korupsi di lembaga-lembaga penegak hukum belakangan ini merupakan wajah buram sejarah korupsi di Indonesia. Selaian Pancasila merupakan dasar Negara, Pancasila juga merupakan sumber nilai anti korupsi. Bangsa Indonesia yang sebenarnya ialah bangsa yang tidak hanya memahami nilai-nilai Pancasila, namun dapat menerapkan ke dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai Pancasila haruslah dipegang teguh oleh setiap bangsa Indonesia. Layaknya kitab suci, nilai-nilai tersebut jika dimaknai dengan baik akan menuntun kita ke dalam hal-hal yang baik dalam kemajuan bangsa Indonesia. Korupsi terjadi karena pemahaman kita mengenai Pancasila masih kurang. Kebanyakan dari kita hanya mengetahui sila-sila dari Pancasila. Namun dalam memaknai masih kurang, sehingga masih banyak penyimpangan yang terjadi di Negara ini, terutama kasus korupsi.

Oleh karena itu, kini saatnya kita menjadikan Pancasila sebagai rumah bagi moralitas semua komponen masyarakat. Pancasila harus kembali dijadikan sebagai pegangan untuk bertindak dan berperilaku agar tidak melenceng dari nilai-nilai yang telah dijadikan sebagai kontrak sosial bersama sejak dahulu.

Nilai-Nilai Pendidikan Antikorupsi 1. Pengertian nilai

Nilai berasal dari bahasa latin valere atau Perancis kuno valoir. Sebatas arti denotatifnya, valere, valoir, value , atau nilai dapat dimaknai sebagai harga. Namun dalam memberikan ulasan tentang harga dapat dipersepsikan dari sudut pandang yang

berbeda pula.4 Di dalam buku Zaim Elmubarok dikatakan secara garis besar nilai dibagi

dalam dua kelompok yaitu nilai-nilai nurani (Values of being) dan nilai-nilai memberi (values of giving). Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita memperlakukan orang lain. Yang termasuk dalam nilai-nilai nurani adalah kejujuran, keberanian, cinta damai, potensi dan disiplin. Nilai-nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikkan atau diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang diberikan. Yang termasuk pada kelompok nilai-nilai

memberi adalah setia, dapat dipercaya, hormat, cinta, dan lain-lain.5

2. Konsep nilai-nilai pendidikan antikorupsi

4

Rohmat Mulyana, (2004), Mengartikulasi Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta, hlm. 7. 5

Zaim Elmubarok, (2008), Membumikan Pendidikan Nilai (Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai), Bandung: Alfabeta, hlm. 7.

(9)

89 Dalam pendidikan antikorupsi terdapat nilai-nilai yang harus ditanamkan kepada peserta didik dalam segala aktivitasnya. Penanaman nilai dapat diartikan sebagai wujud aplikasi dari apa yang diperoleh dari pendidikan yang kemudian ditransformasikan secara sadar kedalam sikap dan perilaku sehari-hari. Penanaman nilai yang dimaksud dalam hal ini adalah mendorong lahirnya generasi yang mampu memperbaharui sistem nilai yang sedang berjalan dan melawan beberapa arus yang kini mulai menggerogoti budaya bangsa, khususnya korupsi.

Menurut Prof. Dr. Jalaluddin, M.A nilai-nilai pendidikan anti korupsi dapat diinterpretasikan melalui lembaga pendidikan dengan cara memahami tata tertib sekolah, menghargai waktu, berlaku jujur, memenuhi tanggung jawab, serta bersikap

adil dan berpihak kepada yang benar.6

Selain itu menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat nilai-nilai

yang diinternalisasikan dalam pendidikan anti korupsi yaitu :7

a. Nilai kejujuran b. Nilai kepedulian c. Nilai kemandirian d. Nilai kedisiplinan e. Nilai tanggung jawab f. Nilai kerja keras g. Nilai kesederhanaan h. Nilai keberanian i. Nilai keadilan

Membangun Kembali Semangat Pancasila

Semangat Pancasila dalam memecahkan persoalan bangsa ini yang begitu komplek. Sehingga Pancasila bukan sekedar lima poin yang harus dihapal atau bahkan sebagai pemanis mulut yang tidak memberikan pengaruh apa-apa. Pancasila lahir bukan tanpa adanya pertarungan pemikiran dan kepentingan dari berbagai kelompok saat itu. Namun Pancasila lahir dengan semangat persatuan dalam perbedaan demi terwujudnya

6Jalaluddin, dkk, (2006), Korupsi, Hukum, dan Moralitas Agama Mewacanakan Fikih Antikorupsi, Yogyakart : Gama Media, hlm. 189.

7

Rustika Tamrin, (2008), Modul Pembentukan Karakter Generasi Anti Korupsi tingkat SLTA/MA Kelas 1, Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)& Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat, hlm. 39-40.

(10)

90 bangsa ini secara sempurna. Dalam kaitan dengan generasi muda sekarang tidak boleh melupakan sejarah seperti yang diamanatkan Faunding Father, Soekarno. Sebab hanya dipundak kita bangsa ini harus tetap ada sebagai wujud tanggung jawab kita kepada para pejuang kemerdekaan bangsa ini. Oleh karena itu Pancasila dilahirkan sebagai landasan pembangunan bangsa kedepan yang bisa terbebas dari perbuatan korupsi. Maka untuk sebab itu pencegahan dan pemberantasan korupsi harus dilandasi dengan Pancasila. Kita harus sepakat korupsi merupakan musuh bersama yang harus dilawan sampai kapanpun tanpa pandang bulu dan putus asa. Siapapun yang terlibat harus diproses secara hukum. Terlebih lagi penyebaran penyakit ini telah menular kemana-kemana hingga ke tingkat pemerintahan desa. Tentunya masalah ini tak bisa dibiarkan terus mengalir begitu saja. Apalagi setiap harinya, pemberitaan korupsi di media massa terus menghiasinya. Pencegahan dan pemberantasan korupsi bagi bangsa ini mutlak menjadi agenda penting yang bersifat emergency(darurat). Disinilah diperlukan penegak hukum yang berani dan tidak takut pada siapapun kecuali kepada Tuhan. Dan hanya ketakutan pada tuhanlah lah yang harus menjadi modal utama para penegak hukum dalam memproses kasus pidana korupsi khususnya. Dalam kaitan ini kita sangat berharap kepada KPK untuk terus menunjukan keberadaannya tanpa takut pada pihak manapun. Disinilah makna membangun semangat sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa.

Selain itu unsur keadilan bagi semua pihak yang terlibat kasus korupsi juga harus menjadi landasan utama penegakan hukum. Sehingga tidak lagi melukai rasa keadilan bagi masyarakat. Terlebih belakangan ini penanganan kasus-kasus korupsi masih diskriminatif. Dalam hal inilah Pancasila sila ke dua jelas menegaskan bahwa keadilan sosial hanya bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebab hanya dengan bersikap adilah yang akan memperkokoh dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa kita sebagai mana tercantum dalam sila ke tiga.

Sila ke empat yang mengisyaratkan pentingnya kedaulatan rakyat sebagai perumusan kebijakan dalam mengawasi jalannya proses pemberantasan korupsi bukan malah terlibat di dalamnya. Kita sebagai rakyat sangat berharap pemberantasan korupsi di negeri ini tidak surut. Namun begitu bukan berarti rakyat harus berdiam tetapi terus melakukan pengawasan dengan caranya sendiri. Pencegahan dan pemberantasan korupsi akan sulit dilakukan tanpa adanya kesadaran dari seluruh elemen bangsa akan

(11)

91 bahaya kejahatan ini. Tentu hal ini bukan semata tanggung jawab penegak hukum semata. Tetapi menjadi kewajiban kita sama-sama sebagai warga negara. Untuk itulah partisipasi publik dalam hal ini jelas sangat diperlukan dan bisa menjadi masukan penting dalam proses pencegahan dan pemberantasan korupsi.

Sila ke lima jelas memberikan semangat yang sangat konstruktif, artinya meski kita lelah dengan para tersangka kasus korupsi bukan berarti kita harus bercaci maki tanpa memperdulikan etika-etika kemanusiaan. Sebab bagaimanapun yang terlibat kasus korupsi punya hak untuk diberikan keadilan dalam hukum. Namun begitu bukan berarti para koruptor tidak semata-mata diberi keringanan dengan vonis hukum yang tidak adil. Oleh karena korupsi merupakan kejahatan paling keji di negeri ini sehingga harus diberikan vonis yang berat dengan harapan dapat memberikan efek jera.

Daftar Pustaka

Center, Modern Didactic, (2006), Anti Corruption Education At School,Lithuania: Garnelish Publishing

Elmubarok, Zaim, (2008), Membumikan Pendidikan Nilai (Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai), Bandung: Alfabeta

Jalaluddin, dkk, (2006), Korupsi, Hukum, dan Moralitas Agama Mewacanakan Fikih Antikorupsi, Yogyakarta : Gama Media

Mulyana, Rohmat, (2004), Mengartikulasi Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta

Tamrin, Rustika, (2008), Modul Pembentukan Karakter Generasi Anti Korupsi tingkat SLTA/MA Kelas 1, Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)& Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat

Wijaya, David (2014), Pendidikan Antikorupsi, Jakarta: Indeks

PeraturanPerundang-undangan:

Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Referensi

Dokumen terkait

Karena tidak dipungkiri bahwa upaya strategis jangka panjang untuk mewujudkannya menuntut satu sistem penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan yang dapat

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Upaya Pemberantasan Korupsi 21 Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi Pencegahan Korupsi di Sektor Publik Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan

adalah unit layanan yang sangat strategis dalam upaya pencegahan infeksi, tempat dimana dilaksanakan proses sterilisasi dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial,

Peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi merupakan hak dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan dengan murni dan konsekwen

adalah unit layanan yang sangat strategis dalam upaya pencegahan infeksi, tempat dimana dilaksanakan proses sterilisasi dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial,

moralitas tidak hanya mengenai hal yang baik dan yang buruk, tetapi menyangkut masalah yang ada dalam kontak sosial dengan masyarakat, ini berarti etika tidak hanya

Melalui Inpres ini, Presiden Republik Indonesia mengamanatkan untuk melakukan langkah-langkah upaya strategis dalam rangka mempercepat pemberantasan korupsi,

Melalui Inpres ini, Presiden Republik Indonesia mengamanatkan untuk melakukan langkah-langkah upaya strategis untuk memper- cepat pemberantasan korupsi, salah satunya dengan menyusun