• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DATA DAN ANALISA

2.1 Sumber Data

Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari sumber- sumber sebagai berikut:

1. Literatur

Pencarian data melalui buku, catatan, artikel baik di koran, majalah, maupun website yang berhubungan dengan materi yang diangkat, yaitu mengenai perkembangan dunia kesenian Wayang Orang di Indonesia pada umumnya dan Wayang Orang Bharata pada khususnya.

2. Wawancara

Wawancara dengan narasumber dari pihak terkait. Untuk pencarian data yang dilakukan dengan metode wawancara, data yang diperoleh hanya merupakan data yang bersifat kuantitatif, bukan kualitatif, hanya merupakan pendapat pribadi, opini, pengalaman dari perorangan dan tidak bersifat ilmiah.

Tokoh ataupun instansi terkait yang dijadikan sebagai narasumber: 1. Bapak Marsam Mulyo Atmojo, Ketua grup Wayang Orang Bharata 2. Bapak Iwan Taufan, Debudpar bagian Sekjen Pemasaran

3. Bapak Wahdat, Depdiknas bagian Seni Pertunjukkan

Setelah data terkumpul maka dilakukan pengolahan data, yaitu dengan melalui proses pengeditan dan analisa.

(2)

Hasil rangkuman pencarian data adalah sebagai berikut: 2.1.1 Pengertian Wayang

Ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa asal kata Wayang sebenarnya berasal dari kata ‘bayang’, ‘wayangan’ (dalam bahasa Jawa) yang berarti "bayangan". Dugaan ini karena pertunjukan wayang menggunakan kelir (layar) sebagai pembatas antara dalang dan penonton, sehingga yang terlihat hanyalah bayangan. Beberapa prasasti pada masa pemerintahan Prabu Airlangga terdapat kata- kata seperti "mawayang" dan "aringgit" yang maksudnya adalah pertunjukan wayang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kata Wayang sebagai berikut: 1. Kata Wayang merupakan kata benda (noun) yang berarti boneka tiruan

orang yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan drama tradisional (Bali, Jawa, Sunda, dan sebagainya), biasanya dimainkan oleh seseorang yang disebut dalang.

2. Pertunjukan wayang (selengkapnya)

3. Si pelaku (yang hanya sebagai pelaku, bukan sebagai perencana) 4. Orang suruhan yang harus bertindak sesuai dengan perintah orang lain 5. Bayang-bayang.

2.1.2 Sejarah Perkembangan Wayang di Indonesia

Ir.Sri Mulyono (buku Simbolisme dan Mistikisme dalam wayang, 1979) menyatakan bahwa wayang diperkirakan sudah ada sejak jaman Neolithikum

(3)

(sekitar 1500 SM). Pada awalnya, sekitar tahun 898 - 910 M, Wayang adalah bagian dari kegiatan religi Animisme untuk menyembah Hyang. Kegiatan ini dilakukan di saat panenan atau taneman dalam bentuk upacara ruwatan, tingkeban ataupun merti desa agar panen berhasil ataupun agar desa terhindar dari segala mala bencana. Wayang yang kita sebut dengan nama Wayang Purwa masih ditujukan untuk menyembah Sang Hyang seperti yang tertulis dalam prasasti Balitung yang berbunyi:

Sigaligi mawayang buat Hyang, macarita Bhima ya Kumara

yang artinya: menggelar wayang untuk Sang Hyang, menceritakan tentang kisah Bhima sang Kumara.

Terdapat banyak pendapat yang berbeda tentang asal usul Wayang Purwa di Indonesia, ada yang menyatakan bahwa Wayang di Indonesia berasal dari Cina, ada yang menyatakan berasal dari India Barat dan ada yang menyatakan bahwa pertunjukkan Wayang di Jawa merupakan pertunjukkan asli Jawa.

Dalam buku Sejarah dan Perkembangan Wayang, S.Haryanto menyatakan bahwa Nenek moyang bangsa Indonesia, beberapa puluh tahun sebelum masehi telah mengenal Wayang, yaitu suatu bentuk pentas sebagai sarana upacara keagamaan yang bersifat ritual dengan menggunakan bayang- bayangan (wayangan) dalam membawakan acara- acaranya.

Sedangkan bangsa Hindu menemukan pertunjukkan Wayang sebagai suatu wadah untuk membawakan cerita Mahabharata dan Ramayana dalam menyebarluaskan ajaran agamanya. Kemudian terjadilah suatu perpaduan antara kedua kebudayaan yang berasal dari Hindu dan yang asli Indonesia, sehingga

(4)

sampai dewasa ini Wayang dengan cerita dari Hindu (Mahabharata dan Ramayana) sanggup untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan sejarah bangsa Indonesia.

Dalam perkembangannya, sejak jaman kerajaan- kerajaan sebelum Mataram hingga Indonesia merdeka ini, pertunjukkan Wayang telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia dalam penggunaan Wayang sebagai sarana komunikasi, pendidikan, falsafah serta kegiatan religi dan sebagainya. Dalam hal ini maka terciptalah bentuk- bentuk Wayang baru antara lain Wayang Orang, Wayang Suluh hingga Wayang Wahyu. Sesuai dengan kebutuhan- kebutuhan tersebut, maka bentuk- bentuk Wayang dalam seni rupa Wayang pun mengalami perubahan. Demikian pula dalam bentuk- bentuk pentas, baik dalam pergelaran Wayang Golek maupun pergelaran Wayang Orang mengalami perubahan dengan berbagai macam sarana. Selain perlengkapan busana yang serba gemerlapan, tata suara yang semakin sempurna, juga gaya pentas pun tampak diusahakan mengikuti selera jaman dan masyarakat penggemarnya.

Wayang di masa sekarang telah meluas dalam bentuk dan pengertiannya, karena sesuatu pertunjukkan yang mengandung cerita, dalang serta boneka- boneka sebagai alat peraganya dapat disebut sebagai Wayang, meskipun cerita- cerita yang dipergelarkan itu tidak atau bukan berdasarkan cerita Ramayana maupun Mahabharata.

(5)

2.1.3 Jenis- jenis Wayang

Wayang merupakan sebuah kesenian tradisional yang kaya akan cerita tentang falsafah kehidupan, hal inilah yang membuat wayang bisa bertahan dikalangan masyarakat Jawa hingga saat ini. Seni pewayangan awalnya merupakan seni pakeliran dengan tokoh utamanya Ki Dalang yang bercerita, adalah sebuah bentuk seni gabungan antara unsur seni tatah sungging (seni rupa) dengan menampilkan tokoh wayang yang diiringi dengan musik gamelan, diwarnai dengan dialog dalam bahasa Jawa, menyajikan lakon tentang falsafah kehidupan manusia.

Jenis- jenis wayang antara lain:

- Wayang Beber: dilukiskan pada gulungan kain, gambarnya dibuat berupa panel- panel, setiap panel menceritakan episode yang saling berhubungan dengan panel- panel lainnya.

- Wayang Kulit (Wayang Purwa): dimainkan dengan menampilkan bayangan dari wayang tersebut, karena proses pencahayaan dari belakang kelir atau tabir.

- Wayang Golek: sama seperti Wayang Kulit, tetapi dipertontonkan langsung kepada penontonnya. Wayang Golek terbuat dari kayu serta kain- kain yang dipasangkan sehingga membentuk 3 dimensi seperti halnya boneka.

- Wayang Klitik: media tokohnya terbuat dari kayu, karena sewaktu dimainkan berbunyi klitik- klitik maka dinamakan Wayang Klitik.

- Wayang Cepak: sama seperti Wayang Golek, tetapi wujud kepala dan topinya sama rata (dipapas), sehingga bentuk kepalanya sama semua.

(6)

- Wayang Po The Hie: biasanya dimainkan pada hari- hari besar, bentuknya seperti boneka, bagian lengannya terbuat dari kulit dan cerita yang dimainkan berasal dari negeri Cina.

- Wayang Wong/ Wayang Orang: dimainkan secara teaterikal dan modern oleh manusia.

2.1.4 Perkembangan Wayang Orang di Indonesia

Sebagai salah satu pengisian Kebudayaan Nasional pada pergelaran Wayang serta untuk meresapi seni antawacana (dialog) dan menikmati seni tembang (nyanyian), K.B.A.A Mangkunegoro I (1757 – 1795) telah menciptakan sebuah seni drama Wayang Wong (orang) yang pelaku- pelakunya terdiri dari para abdi dalem (pengawal) keraton. Menurut K.P.A Kusumodilogo dalam bukunya yang berjudul Sastramiruda tahun 1930 menyatakan bahwa Wayang Orang tersebut dipertunjukkan pertama kalinya pada pertengahan abad ke-18 (tahun 1760).

Gambar 2.1

Sesuai dengan sebutannya, Wayang Orang tidak lagi dipergelarkan dengan memainkan boneka- boneka Wayang, melainkan menampilkan manusia- manusia sebagai pengganti boneka- boneka Wayang. Kini tampak jelas, bahwa jenis- jenis

(7)

Wayang seperti Wayang Purwa, Wayang Gedog mendapatkan namanya dari sifat cerita yang dipergelarkan, sedangkan Wayang Golek, Wayang Orang dinamakan berdasarkan ciri- ciri teknis ataupun bentuk daripada boneka- bonekanya.

Dalam sejarah perkembangannya, dikenal 2 gaya Wayang Orang yaitu Gaya Surakarta dan Gaya Yogyakarta (yang disebut juga dengan nama Wayang Orang Mataraman). Kedua gaya tersebut memiliki sejarah perkembangan yang berbeda. Berikut adalah rangkuman tentang sejarah perkembangan Wayang Orang gaya Surakarta:

o Wayang Orang Surakarta dikembangkan oleh K.G.P.A.A Mangkunegoro IV (1853 - 1881) pada akhir abad ke- 19, bersamaan dengan munculnya opera Jawa Langendriyan yang semula memang sebagai seni klangenan adhiluhung (hiburan klasik), digunakan sebagai sajian untuk upacara ritual dalam istana atau untuk memenuhi kebutuhan para bangsawan setempat.

o Wayang Orang mengalami kemekarannya pada jaman K.G.P.A.A Mangkunegoro VII (1916 – 1944), tetapi belum ditujukan kepada hiburan masyarakat luas, namun masih berlangsung di dalam tembok baluwerti (balai hiburan dalam kompleks keraton).

o Pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Paku Bhuwono X (1893 – 1939) di kasunanan Surakarta, Wayang Orang mulai dipertunjukkan diluar tembok keraton, yakni di Balekambang, Taman Sriwedari dan di Pasar Malam. Pertunjukkan belum bersifat komersil dan para penari Wayang Orang tidak lagi merupakan abdi dalem, tetapi orang- orang di luar

(8)

keraton. Para penari dilatih oleh mpu tari dan mpu karawitan dari keraton dan tata busana juga masih tetap gemerlapan karena masih merupakan koleksi dalam keraton.

o Tahun 1922, Wayang Orang Sala (Surakarta) pertama kali naik pentas secara komersil.

o Pada tahun 1928 menjelang kongres Pemuda Indonesia, Wayang Orang Surakarta sudah memasyarakat dan meluas hingga ke daerah- daerah Jawa tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan bahkan di beberapa kota besar di luar pulau Jawa.

Sedangkan sejarah perkembangan Wayang Orang Mataraman (gaya Yogyakarta) diterangkan dalam Buku Peringatan 200 tahun Yogyakarta, Wayang Orang Yogyakarta muncul pada pemerintahan Sultan Hamengku bhuwono VII (1877 – 1921) yang pada mulanya merupakan suatu hiburan santai di kalangan keluarga keraton sendiri. Para pemerannya terdiri atas putra mahkota atau pangeran dan para cucu raja terdahulu, yang menggunakan media Wayang ini untuk melatih kehalusan budi dan ketrampilan tari.

Sebagai seni hiburan, Wayang Orang telah tersebar luas dan di beberapa kota besar telah berdiri perkumpulan- perkumpulan Wayang Orang, sebut saja Wayang Orang Sriwedari yang merupakan grup Wayang komersil tertua yang sejak tahun 1911 membuka pentas secara tetap di Kebon Raya Sriwedari, Surakarta. Grup Wayang Orang Ngesti Pandowo yang berpentas di Kota Semarang, Jawa Tengah, pelopor pengembangan teknik menghilang atau mengubah bentuk dengan manipulasi letak cermin tepat di pinggiran panggung.

(9)

Di Jakarta pada tahun 60-an pernah terdapat sekitar 8 perkumpulan Wayang Orang komersial seperti: Wayang Orang Sri Sabdo Utomo, Wayang Orang Ngesti Wandowo, Wayang Orang Ngesti Budoyo, Wayang Orang Adi Luhung, Wayang Orang Cahya Kawedar, Wayang Orang Panca Murti, Wayang Orang Ngesti Widodo dan Wayang Orang Bharata (peleburan dari Panca Murti) yang merupakan satu- satunya grup Wayang Orang yang masih eksis sejak tahun 1972 dan tetap aktif mengadakan pementasan hingga hari ini.

2.1.5 Wayang Orang Bharata

Wayang Orang Bharata pertama kali pentas pada tahun 1963 dengan nama Panca Murti, lambat – laun mengalami kesulitan- kesulitan, sehingga terpaksa membubarkan grup Panca Murti dan tepatnya pada tanggal 5 Juli 1972 anggota Wayang Orang Panca Murti bergabung kembali dan beralih nama menjadi Wayang Orang Bharata yang langsung berada di bawah pembinaan Direktorat III/ Kesejahteraan Rakyat DKI Jakarta.

Gedung Bioskop Rialto yang dulunya merupakan gedung pentas grup Wayang Orang Panca Murti kemudian juga diambil alih kembali oleh grup Wayang Orang Bharata dan pada tahun 2005 resmi menjadi Gedung Wayang Orang Bharata.

Pada tahun 70 -an hingga 80–an Wayang Orang Bharata menjadi salah satu pusat hiburan rakyat di Jakarta dan mengalami masa kejayaannya. Walaupun di tahun 1974 sempat terjadi penyempitan lahan parkir akibat pelebaran proyek Senen, namun animo masyarakat untuk menonton pertunjukan

(10)

tidak pernah berkurang. Pertunjukan dilakukan setiap hari dan terkadang penontong membanjiri hingga kehabisan tiket.

Namun seiring perkembangan stasiun televisi di tahun 90-an, Wayang Orang Bharata mulai ditinggalkan oleh para penontonnya. Bahkan pernah terjadi pertunjukkan hanya ditonton oleh 2 orang saja. Hingga di tahun 2001 terjadi kevakuman kegiatan dan dilakukan renovasi selama 4 tahun, kemudian di tahun 2005 baru diadakan kembali pertunjukkan dan khusus di tahun itu dilaksanakan secara gratis untuk mengajak para pecinta Wayang Orang hadir kembali.

Pemerintah DKI Jakarta juga mendukung aset budaya ini dengan memberikan dukungan dana setiap kali diadakan pertunjukan dan telah diturunkan Peraturan Gubernur no.83 thn 2006 yang ditandatangani oleh gubernur Sutiyoso pada tanggal 28 agustus 2006 tentang peraturan pengelolaan Gedung Kesenian Bharata, sehingga keberadaan Wayang Orang Bharata menjadi semakin terjamin.

Gambar 2.2 Gambar 2.3

Masalah yang di hadapi oleh grup Wayang Orang Bharata tidak hanya sebatas perkembangan kesenian moderen yang pesat dan masalah kekurangan dana, citra terminal Senen yang semrawut dan rawan, ditambah dengan lahan parkir yang sempit menjadi kendala untuk para pecinta Wayang Orang untuk

(11)

hadir. Berbeda jika kelompok Wayang Orang ini mengadakan pertunjukan di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) yang memang tempatnya representatif.

Namun hal itu tidak menyurutkan semangat para anggota kelompok Wayang Orang Bharata yang berjumlah sekitar 100 orang ini (termasuk pemain gamelan dan kru panggung). Anggota Wayang Orang Bharata sebagian besar merupakan anggota keluarga karena kesenian Wayang Orang ini diwariskan secara turun temurun.

2.1.6 Hasil wawancara

Berikut adalah hasil wawancara penyusun dengan Bapak Marsam Mulyo Atmojo, selaku ketua grup Wayang Orang Bharata yang ditemui di Gedung Wayang Orang Bharata, Senen, Jakarta Pusat.

Hasil wawancara berikut berbentuk rangkuman. 1. Sejarah Berdirinya Wayang Orang Bharata

Wayang Orang Bharata merupakan ‘lanjutan’ dari grup Wayang Orang Panca Murti, yang dulunya merupakan salah satu grup Wayang Orang yang sangat populer di Jakarta. Gedung Wayang Orang Bharata dulunya merupakan Gedung Bioskop Rialto dan juga merupakan tempat pentas grup Panca Murti.

Sejak tahun 1963, anggota Wayang Orang Bharata masih tergabung dalam grup Wayang Orang Panca Murti. Tetapi pada tahun 1972, grup ini terpaksa harus pergi dari gedung Rialto dan beberapa

(12)

bulan setelah itu grup Wayang Orang Panca Murti bubar, walau masih ada sebagian anggota yang tetap bertahan di gedung teater tersebut.

Kemudian bersama dengan Bapak Dwi Djajakusuma, insan perfilman Indonesia, dibentuklah grup Wayang Orang Bharata, penari- penari yang dulunya tergabung dalam grup Wayang Orang Panca Murti diajak untuk bergabung kembali dan namanya diganti menjadi grup Wayang Orang Bharata.

Gambar 2.4

Nama ‘Bharata’ sendiri merupakan gabungan dari 3 suku kata yaitu “Bha” atau dibaca “Bho”, dari kata “Bhowo” dalam bahasa jawa yang berarti menyanyi tunggal tanpa iringan, kemudian “Ra” atau dibaca “Ro”, dalam bahasa Jawa dari kata “Roso” yang berarti rasa, dalam dan penuh penjiwaan, dan suku kata terakhir “Ta” berasal dari kata “Tala”, dalam bahasa Jawa berarti rumah lebah, rumah lebah yang isinya adalah madu yang manis. Jika digabungkan maka Bharata mengandung arti “Nyanyian yang sangat merdu, penuh rasa yang semanis madu”.

Grup Wayang Orang Bharata sejak tahun 1972 aktif pentas setiap harinya, namun karena perkembangan jaman dengan munculnya banyak

(13)

kesenian moderen maka pertunjukkan Wayang Orang Bharata perlahan- lahan mulai ditinggal pergi. Jadwal pementasan semakin dikurangi dan sekarang menjadi hanya pentas disetiap akhir pekan saja. Wayang Orang Bharata masih mempunyai penggemar setia namun jumlahnya sudah tidak sebanyak dulu.

2. Penonton Wayang Orang Bharata

Ketika jaman Panca Murti, pentas Wayang Orang sangatlah megah dan penontonnya banyak sekali. Dibandingkan dengan saat ini, Wayang Orang Bharata tampil dengan perlengkapan yang kurang mendukung dan jumlah penonton yang sedikit sekali.

Alasan mengapa Kesenian Wayang Orang sangat digemari oleh masyarakat Jakarta dulunya karena pada masa itu, sekitar tahun 70-an, Kesenian Wayang Orang menjadi satu- satunya hiburan ditengah masyarakat Jakarta, kehidupan masyarakat masih belum semaju sekarang ini. Dan disamping itu, jumlah penduduk Jakarta pada saat itu mayoritas adalah suku Jawa, sehingga Wayang Orang sangat digemari.

Berbeda dengan keadaan sekarang, Wayang Orang Bharata kini berada di jaman yang berbeda dengan dulu, dimana sekarang Masyarakat setiap hari dimanja dengan kesenian moderen dan hiburan- hiburan lainnya yang menurut mereka lebih menarik dan menyenangkan. Watak dan perilaku masyarakat sudah berubah, tetapi bukan berarti hal ini membuat Wayang Orang tidak digemari dan ditinggalkan, Wayang Orang Bharata masih mempunyai penggemar yang masih setia hadir

(14)

disetiap akhir pekan. Ada yang sekedar datang untuk bernostalgia, reunian dan ada yang datang karena mereka memang mencintai kesenian tradisional ini.

Wayang Orang adalah tontonan umum, artinya mencakup segala umur. Tidak hanya Orang tua tetapi banyak juga anak- anak yang tertarik dan mengajak orang tuanya untuk menonton Wayang Orang, hal ini membuktikan bahwa perubahan jaman bukanlah masalah utama mengapa masyarakat umum kurang tertarik terhadap kesenian tradisional ini. Bahkan dulunya penonton yang datang didominasi oleh turis asing, tetapi karena pertunjukkan selalu tidak tepat waktu, maka perlahan mulai ditinggal pergi.

Wayang Orang saat ini bukan lagi menjadi tontonan suku Jawa saja, banyak sekali penonton yang mengerti maupun tidak mengerti tertarik untuk menonton Wayang Orang.

Wayang Orang pada dasarnya adalah tontonan rakyat menengah dan menengah kebawah, tetapi pada kenyataannya sekarang penonton yang datang menonton pertunjukkan Wayang Orang Bharata adalah kaum ningrat, menengah keatas dan juga turis yang kebanyakan adalah turis daerah Asia.

3. Tentang Pertunjukkan Wayang Orang

Pertunjukkan Wayang Orang selalu dimulai pada malam hari hingga subuh, jarang sekali pertunjukkan yang dilakukan pada pagi ataupun siang hari. Alasan logisnya karena pada pagi ataupun siang hari

(15)

orang- orang sangatlah sibuk dengan kegiatan mereka masing- masing, sedangkan malam hari adalah saat dimana orang- orang mulai beristirahat dan mencari hiburan.

Alasan sebenarnya mengapa pertunjukkan Wayang pada umumnya dilakukan pada malam hari karena sudah merupakan tradisi dalam pertunjukkan Wayang. Pertunjukkan wayang yang paling awal adalah Wayang Purwa yang dimainkan tidak langsung dihadapan penonton tetapi hanya menampilkan bayangan dari balik kain yang dibentangkan. Ruangan ataupun tempat pertunjukkan sekeliling harus gelap dan penerangan dari belakang dengan lilin, oleh sebab itu hanya bisa dilakukan pada malam hari.

Ada pula alasan lain mengapa dilakukan pada malam hari, Seperti pada pementasan Sendratari Ramayana yang pementasannya ditampilkan saat bulan purnama dengan berlatarkan candi Prambanan. Alasan Estetisnya, kostum para penari Wayang Orang yang dominan berwarna keemasan akan terlihat terlihat lebih indah berkilauan.

4. Lakon Pertunjukkan Wayang Orang

Pada dasarnya, Wayang Orang mementaskan cerita dari Wayang Purwa yaitu cerita Mahabharata dan Ramayana. Kisah Mahabharata berasal dari India yang dibawa masuk bersama dengan agama Hindu, kemudian oleh para pujangga Indonesia disadur atau diterjemahkan kembali dalam bahasa Jawa.

(16)

Berbeda dengan cerita Mahabarata aslinya, cerita- cerita yang telah disadur terdapat pula yang namanya carangan, merupakan cerita karangan pujangga Indonesia sendiri yang berada diluar cerita Mahabharata dari India, seperti contohnya cerita panji- panji, cerita tentang raja- raja kerajaan Islam dan lain sebagainya.

Pertunjukkan Wayang Orang dilakonkan dalam bahasa Jawa, oleh sebab itu hanya dimengerti oleh orang- orang tertentu saja. Untuk mengatasi masalah ini disaat pementasan telah disediakan running text dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (belum sempurna) untuk memudahkan pemahaman cerita yang dipentaskan.

Para turis asing biasanya dibantu dengan penjelasan oleh guide. Tetapi untuk saat ini teknologi runnig text belum berjalan dengan baik karena kekurangan tenaga operator. Tidak hanya operator running text, operator lighting, dan kapasitas gedung juga belum mencukupi.

5. Gaya tari Wayang Orang Bharata

Terdapat 2 gaya tari dalam Wayang Orang yaitu gaya Surakarta dan gaya Yogyakarta, karena memang pada awalnya kesenian Wayang Orang berasal dari dalam keraton, merupakan hiburan untuk keluarga ningrat dalam keraton.

Wayang Orang Bharata mengkombinasikan ke semua gaya dari daerah Jawa, yaitu gaya Surakarta pada umumnya, gaya Yogyakarta dan gaya pesisiran. Daerah pesisiran Jawa merupakan daerah sepanjang Sala

(17)

hingga Yogyakarta seperti Semarang, Purwokerto, Magelang, Solo, hingga daerah Sunda.

6. Promosi yang telah dilakukan oleh grup Wayang Orang Bharata Sejauh ini Wayang Orang Bharata belum melakukan kegiatan promosi, hal ini dikarenakan kekurangan dana. Media promosi yang ada hanya berupa papan pengumuman didepan gedung Wayang Orang Bharata yang fungsinya hanya untuk memberitahukan jadwal pentas dan banner di dalam gedung yang sifatnya hanya sebagai hiasan, tidak memberitahukan informasi apa- apa.

Pihak pemerintah pernah membantu dengan membuatkan media promosi berupa kalender, tetapi hal tersebut dinilai kurang efektif. Pak Marsam sendiri menilai kegiatan promosi tidak begitu diperlukan karena masyarakat sudah banyak yang tahu tentang Wayang Orang Bharata.

Selama ini media- media yang telah dibuat hanya sebatas untuk dokumentasi bukan untuk publikasi, seperti halnya perekaman pementasan dalam CD, foto- foto dan lain sebagainya. Kegiatan promosi untuk Wayang Orang Bharata hampir tidak ada sama sekali.

7. Wayang Orang

Dalam kesatuan pertunjukkan Wayang Orang tidak terlepas dari berbagai elemen antara lain gerak tari, kostum penari, irama gamelan, tembang, dialog hingga make up yang kesemuanya menyatu menjadi satu pertunjukkan seni yang mempesona.

(18)

Ketentuan untuk bisa menjadi seorang penari Wayang Orang bukan hanya sekedar bisa menari, tetapi juga harus bisa menembang dan tentunya dalam bahasa Jawa. Dalam menari juga tidak sembarang menari mengikuti irama, Wayang Orang adalah sebuah pertunjukkan yang penuh dengan aturan, wayang merupakan filosofi kehidupan.

Dalam pertunjukkannya, tata krama, etika, sopan santun semuanya ada dalam Wayang Orang. Contohnya, Gatotkaca yang gagah dan sakti, sifat ini tercermin dalam gerakan tarinya. Pemeran Gatotkaca adalah dia yang memiliki angkatan kaki yang tinggi, mata yang mawas dan tangan yang selalu terlentang, setiap gerakan menunjukkan kegagahan, tetapi ketika Gatotkaca bertemu dan berbicara dengan Arjuna, pamannya, Gatotkaca tidak boleh mengangkat kakinya tinggi- tinggi karena tidak sopan. Disinilah terkandung nilai moral.

Tingkatan dalam bahasa Jawa ada 3 yaitu: ngoko (kasar), kromo (lebih halus), kromo inggil (tingkatan paling tinggi), pembagian tingkatan ini pun berhubungan dengan tata krama, “kepada siapa kamu berbicara kamu memakai bahasa apa dan bersikap bagaimana”.

Dalam pertunjukkan Wayang Orang, selain menari terdapat dialog yang kadang dalam bentuk tembang. Nembang atau menyanyi ada 2 jenis, yaitu yang pertama itu menyanyi tanpa iringan musik yang kita sebut dengan bhowo atau bisa disebut juga sworo lola yang artinya suara sendiri, kemudia greget saut, yang berarti keadaan, ada emosi yang jelas.

(19)

Sedangkan dalam tariannya terdapat istilah wirogo, wiroso, wiromo. Arti kata wirogo adalah digerakkan oleh raga (fisik), wiroso artinya digerakkan dengan rasa dan yang terakhir wiromo artinya mengikuti irama. Berbeda dengan tarian lain, misalkan tarian dangdut yang hanya sekedar mengikuti irama saja, menggerakkan badan, berbeda dalam tarian wayang, tarian wayang itu selain bergerak mengikuti irama juga dengan penjiwaan yang mendalam.

Kostum dan make up dalam Wayang Orang semuanya bergantung dengan karakter tokoh wayang yang diperankan. Masing- masing karakter mempunyai ciri khas sendiri dari bentuk jamang (mahkota), aksesorisnya, senjatanya, bentuk mata, dan lain sebagainya.

2.1.7 Hasil Wawancara dengan instansi terkait 1. Bapak Iwan Taufan

Selaku Ketua tim sukses Visit Indonesia Year 2009, beliau juga seorang yang berpengalaman dalam menggeluti bidang kesenian.

Debudpar (Departemen Budaya dan Pariwisata) sebagai departemen negara yang bertanggung jawab atas perkembangan dan pelestarian Budaya dan Pariwisata.

Berikut adalah rangkuman hasil wawancara dengan Bapak Iwan Taufan:

(20)

- Pemerintah setiap tahunnya memiliki event untuk memperkenalkan kesenian tradisional kepada masyarakat melalui pertunjukkan- pertunjukkan seni.

- Dari sisi sebagai seorang penonton, menurut Bapak Iwan, penonton Wayang Orang Bharata itu sedikit sekali, masyarakat kurang tertarik dan juga tidak ada informasi tentang pementasan, hal ini membuat jumlah peminat semakin tidak ada.

2. Bapak Wahdat

Bapak Wahdat merupakan ketua Direktorat Kesenian, bidang Seni Teater dan Pertunjukkan, Departemen Pendidikan Nasional.

- Pemerintah lebih bersifat melindungi dan merevitalisasi kesenian tradisional.

- Masalah yang muncul dalam grup- grup kesenian tradisional biasanya adalah promosi yang masih sangat kurang karena kekurangan dana.

- Budaya Moderen yang sudah menjamur membuat kesenian tradisional semakin memprihatinkan, tidak ada apresiasi. - Masyarakat Jakarta sudah terkontaminasi dengan hal- hal

yang praktis, ringan, simpel dan menghibur. Kurang menyukai kesenian tradisional yang berat dan monoton.

(21)

- Banyaknya sunguhan yang bersifat hiburan yang jauh dari kata estetik, kasarnya tidak bermutu.

- Bagaimana mempromosikan kesenian tradisional dengan cara ‘mengemas’nya, seperti yang telah dilakukan oleh Wayang Orang Bharata dengan menampilkan artis ataupun seniman- seniman terkenal agar bisa menarik orang.

- Promosi bisa dari sisi cerita, dengan melakonkan cerita yang aktual seperti tentang percintaan, perselingkuhan dan akhirnya hal ini membuat nilai artistik dari kesenian tradisional tersebut menjadi berkurang. Sama halnya dengan menggunakan artis yang tidak berpengalaman menari untuk melakonkan, nilai estetik juga akan berkurang. Promosi yang baik sebaiknya tanpa menghilangkan nilai- nilai esensial kesenian tradisional itu sendiri, nilai estetiknya.

- Untuk melestarikan kesenian tradisional bisa melalui jalur pendidikan, seperti dengan memasukan pendidikan tentang kesenian tradisional kedalam kurikulum sekolah.

Tujuan dari dilakukan promosi adalah:

- Generasi mendatang tidak kehilangan jejak, akan terdengar lucu jika mereka sampai tidak mengenal Wayang dan hanya tahu dari buku.

(22)

- Dokumentasi sangatlah penting, sehingga generasi mendatang bisa melestarikan dan meneruskan kesenian tradisional tersebut.

- Bagaimana mengenalkan kesenian tradisional ini kepada generasi muda yang hidup dijaman serba ada, serba praktis.

Kendala yang dihadapi Kesenian Tradisional pada umumnya:

- Masalah pewarisan, kebanyakan kesenian tradisional merupakan warisan turun temurun dalam keluarga, hal ini bisa menjadi bumerang apabila suatu saat terjadi sesuatu pada keluarga penerus tersebut maka kesenian tradisional ini juga akan ikut menghilang karena kehilangan penerus.

- Apresiasi dan kepedulian dari masyarakat umum yang agak kurang, terutama pihak- pihak perusahaan yang bisa membantu dalam hal sponsorship, karena kesenian tradisional ini rata- rata kekurangan dana, mereka tidak mungkin bisa hidup hanya bergantung dari pentas.

- Kesenian Tradisional seperti Wayang Orang ini harus dilembagakan, tidak hanya sebagai materi, sehingga masyarakat akan semakin menghargai kesenian tradisional tersebut.

(23)

2.2 Khalayak Sasaran Wayang Orang Bharata 2.2.1 Sasaran Primer

1. Demografi

- Golongan ekonomi kelas menengah dan menengah atas - Bekerja dan berkeluarga

- Pria dan Wanita - Mayoritas etnis Jawa - Usia 40 – keatas

- Budayawan, negarawan dan seniman

2. Geografi

Tinggal dan beraktifitas di kota Jakarta dan sekitarnya

3. Psikografi

- Senang berpergian bersama keluarga, berkumpul bersama teman atau rekan dan acara reunian

- Senang dengan pertunjukkan kesenian tradisional

2.2.2 Sasaran Sekunder

- Turis asing terutama turis Asia (Malaysia, Singapura, China)

- Anggota keluarga (sanak saudara) dan teman dekat dari target primer - Wisatawan domestik yang tertarik dengan kesenian tradisional

(24)

2.3 Analisis SWOT Wayang Orang Bharata Strength

- Grup Wayang Orang Bharata merupakan satu- satunya grup Wayang Orang yang tetap eksis sejak tahun 1972

- Wayang orang Bharata merupakan Top of Mind grup Wayang Orang di Jakarta - Rutinitas pentas setiap akhir pekan

- Wayang Orang Bharata berisi pemain- pemain profesional yang sering misi keluar negeri

Weakness

- Kurangnya promosi, sehingga kurang dikenal secara umum

- Tidak adanya komunikasi visual yang tercermin dari grup Wayang Orang Bharata

Opportunity

- Letak gedung yang strategis dan mudah dicapai

- Kesenian tradisional seperti kesenian Wayang Orang sudah jarang sekali ditemukan di Jakarta

- Masyarakat Jakarta yang jenuh dengan kesibukan sehari- hari ataupun hiburan kesenian moderen, mereka membutuhkan sesuatu yang berbeda seperti halnya berkumpul bersama keluarga, bersantai menonton kesenian tradisional

(25)

Thread

- Kurangnya minat generasi muda terhadap kesenian wayang Orang, adanya persepsi Wayang Orang merupakan tontonan mereka yang sudah tua

- Banyak orang yang tidak mengenal dan tidak mengerti dengan wayang, sehingga kurang tertarik untuk menonton

- Fasilitas dan kuantitas perlengkapan pentas yang kurang mendukung karena kurangnya dana

- Citra daerah Senen yang semrawut dan rawan

- Banyaknya sunguhan kesenian Moderen yang nilai lebih menarik dan lebih disukai oleh masyarakat Jakarta

2.4 Kompetitor tidak langsung

2.4.1 Gedung Kesenian Jakarta

2.4.1.1 Sejarah Gedung Kesenian Jakarta

Tepatnya terletak pada Jalan Gedung Kesenian no. 1, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Bangunan besar dan berwarna putih ini terletak di sudut Jalan Pos dan dikenal dengan nama Gedung Kesenian. Dibangun pada jaman kolonial, tahun 1821.

Gedung ini pada awalnya berfungsi sebagai gedung kesenian yang disebut dengan nama Stadtsschouwburg (teater kota), dikenal juga sebagai Gedung Komedi, kemudian pada tahun 1970-an hingga pertengahan tahun 1980-an dijadikan sebagai bioskop. Setelah itu oleh pemerintah DKI Jakarta

(26)

difungsikan lagi sebagai Gedung Kesenian hingga sekarang.

Gambar 2.5

Disetiap akhir pekan, Sabtu atau Minggu banyak para seniman yang berkumpul di Gedung Kesenian Jakarta, banyak diantara mereka yang berekspresi dan memamerkan hasil kreasinya. Oleh sebab itu, Gedung Kesenian Jakarta ini dikenal sebagai gudangnya seniman.

Gambar 2.6 Gambar 2.7

Gambar 2.8 Gambar 2.9 Beragam jenis seni dipertunjukkan di Gedung Kesenian ini, baik itu seni Kontemporel maupun seni Tradisional, seni budaya dalam negeri hingga seni budaya dari luar negeri, dari

(27)

seni rupa, seni musik, seni tari hingga seni teater. Gedung Kesenian Jakarta lebih bersifat sebagai fasilitator bukan sebagai pihak penyelenggara, artinya pihak penyelenggara bersifat individual dan menyewa Gedung Kesenian Jakarta sebagai tempat pentas.

2.4.1.2 Khalayak Sasaran Gedung Kesenian Jakarta 2.4.1.2.1 Sasaran Primer

1. Demografi

ƒ Golongan ekonomi kelas menengah dan menengah atas (A – B)

ƒ Pria dan Wanita ƒ Umum

ƒ Usia 5 tahun - keatas ƒ Budayawan, seniman

2. Geografi

Tinggal dan beraktifitas di kota Jakarta dan sekitarnya

3. Psikografi

ƒ Senang dengan pertunjukkan seni budaya ƒ Kreatif dan mengapresiasi seni budaya

(28)

2.4.1.2.2 Sasaran Sekunder ƒ Turis asing

ƒ Wisatawan domestik yang tertarik dengan seni budaya

2.4.1.3 Analisis SWOT Gedung Kesenian Jakarta Strength

− Gedung Kesenian Jakarta merupakan gedung yang sangat bersejarah

− Gedung Kesenian Jakarta terkenal sebagai pusat kesenian di Ibukota Jakarta

− Keanekaragaman seni yang dipertunjukkan, seni moderen maupun tradisional, seni budaya dalam maupun luar negeri − Fasilitas dan kapasitas gedung yang memadai

Weakness

− Kegiatan promosi untuk acara pementasan masih kurang, media yang digunakan biasanya hanya berupa poster dan spanduk dan dipasang depan Gedung. Terdapat juga website tetapi belum beroperasi dengan sempurna.

Opportunity

− Adanya komunitas yang aktif berkreasi dan mengapresiasi seni budaya

(29)

− Ketertarikan masyarakat luas tentang seni budaya terutama dari luar negeri yang sangat jarang dipertunjukkan di Indonesia

Thread

− Banyaknya hiburan yang disuguhkan kepada masyarakat luas − Masyarakat Jakarta yang kurang mengapresiasi seni

Referensi

Dokumen terkait

Apabila capaian tersebut dibandingkan dengan target akhir tahun Rencana Strategis (5.600 kecamatan), maka masih diperlukan upaya percepatan pencapaian indikator

Motivasi Kunjungan Responden Wisatawan Mancanegara Berdasarkan gambar di atas motivasi kunjungan wisatawan mancanegara pada 1 Oktober – 31 November 2016 paling tinggi didasari

Tidak adanya leukosit dalam sediaan hapus pulasan Gram sampel urine bersih yang dibuat seperti di atas merupakan bukti yang baik bahwa urine tidak terinfeksi.Spesimen urine

Semua yang dikemukakan responden mengenai green product promotion yang dirasakannya ini tidak cukup mampu mendorong responden untuk merasa yakin dalam

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengajukan penelitian dengan judul: “PENGARUH KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, KOMITMEN

Pertambahan bobot badan yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi dari hasil penelitian Masetyo (2006) yang menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ternak

Laju pendinginan yang maksimum tidak akan tercapai dengan metode ini, sehingga tujuan pembentukan baja yang seluruh bagiannya bermikrostruktur martensit (untuk baja karbon

Hasil yang diperoleh dengan menggunakan XRD dan SEM menunjukan bahwa semakin lama waktu pengadukan semakin kecil ukuran kristalit maupun partikel serbuk paduan