• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KINERJA [ LAKIN ] BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KINERJA [ LAKIN ] BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI TAHUN 2016"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

LAPORAN KINERJA

[ LAKIN ]

BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI

TAHUN 2016

BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Lembaga Administrasi Negara melalui SK KEP-LAN No. 239/IX/9/8/2003 tanggal 25 Maret 2003, telah menerbitkan Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, SK PERMENPAN dan RB No. 29/2010, tanggal 31 Desember 2010 dan beberapa perubahan yang diatur dalam PERMENPAN No. 53 Tahun 2014, tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan LAKIN, yang bertujuan untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya pemerintahan yang baik dan terpercaya, maka telah disusun Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Salah satu wujud pertanggungjawaban akuntabilitas kinerja instansi pemerintah tersebut adalah disusunnya Laporan Kinerja (LAKIN).

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) sebagai salah satu unit kerja yang mandiri, wajib membuat dan menyampaikan LAKIN di bidang penelitian khususnya tanaman padi. LAKIN BB Padi 2016 disusun berdasarkan RENSTRA 2015-2019 BB Padi dan realisasi kegiatan yang telah dilaksanakan yang memuat visi, misi, dan matrik kinerja tahunan, pencapaian kinerja kegiatan, serta pencapaian kinerja strategis. LAKIN BB Padi ini dititikberatkan pada hasil kegiatan penelitian tahun anggaran 2016. LAKIN BB Padi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengambil kebijakan khususnya dan para peneliti pada umumnya, terutama dalam menyusun matrik program penelitian dan penyusunan RPTP/ROPP dan RDHP/RODHP 2017/2018.

Sukamandi, 31 Desember 2016 Kepala Balai Besar,

Dr. Moh. Ismail Wahab NIP. 19650617 199103 1 002

(6)

IKHTISAR EKSEKUTIF

Kebutuhan beras sebagai bahan pangan dan bahan baku industri terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesejahteraan

masyarakat. Peningkatan kebutuhan beras yang konsisten (steady) karena

peningkatan jumlah penduduk, terkendala oleh ketersediaan sumber daya alam, terutama sumber daya lahan dan air yang makin terbatas, dan ancaman terhadap kelestarian lingkungan (sebagai akibat pencemaran dari agro-input,

dan emisi gas rumah kaca (methan) serta perubahan iklim yang terjadi di semua

negara penghasil beras. Oleh karena itu upaya peningkatan produksi beras nasional secara berkelanjutan melalui penggunaan teknologi yang ramah

lingkungan (conservation agriculture, ecological intensification atau green

agriculture) sangat penting diupayakan untuk mengantisipasi munculnya gejolak sosial, ekonomi, dan politik yang tidak dikehendaki. Upaya peningkatkan produksi beras mutlak memerlukan sistem agroindustri padi yang terintegrasi secara vertikal, sehingga karakteristik mutu beras yang dihasilkan juga sesuai dengan preferensi konsumen. Upaya peningkatan produksi beras di Indonesia saat ini dan pada masa yang akan datang akan terkendala oleh: (a) terjadinya konversi lahan sawah menjadi lahan non-pertanian; (b) terbatasnya ketersediaan air pengairan; (c) terjadinya perubahan iklim akibat pemanasan global yang terwujud dalam

bentuk kekeringan, kebanjiran, salinitas dan suhu udara yang lebih tinggi; (d) adanya kecenderungan peningkatan serangan hama dan penyakit tanaman;

(e) semakin banyak infrastruktur pertanian yang rusak; (f) terbatasnya tenaga kerja pertanian muda di pedesaan; (g) kurangnya insentif ekonomi yang diperoleh pelaku usahatani padi karena sempitnya skala usaha; (h) meningkatnya harga sarana produksi, alat dan mesin pertanian, upah tenaga kerja; dan (i) masih terbatasnya akses petani terhadap kredit modal usaha dan untuk meningkatkan produksi padi di Indonesia pada kondisi seperti itu, dapat diperoleh melalui peningkatan produktivitas, peningkatan indeks pertanaman, dan optimalisasi pemanfaatan lahan sub optimal seperti lahan sawah tadah hujan, lahan kering, dan lahan rawa. Peluang tersebut dapat diraih jika tersedia inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas tanaman padi pada berbagai spesifik-agroekosistem secara berkelanjutan.

(7)

Pemenuhan kebutuhan kalori dan protein lebih dari separuh penduduk dunia masih bertumpu pada beras. Bagi masyarakat Indonesia, padi merupakan komoditas yang strategis karena Selain sebagai sumber utama bahan pangan dan usahatani padi juga merupakan sarana usaha untuk mendapatkan penghasilan yang layak. Kebutuhan beras sebagai bahan pangan dan bahan baku industri terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kebutuhan beras yang konsisten (steady) karena peningkatan jumlah penduduk, terkendala oleh ketersediaan sumber daya alam, terutama sumber daya lahan dan air yang makin terbatas, dan ancaman terhadap kelestarian lingkungan (sebagai akibat pencemaran dari agro-input, dan emisi gas rumah kaca (methan) serta perubahan iklim) yang terjadi di semua negara penghasil beras. Oleh karena itu upaya peningkatan produksi beras nasional secara berkelanjutan melalui penggunaan teknologi yang ramah lingkungan (conservation agriculture, ecological intensification atau green agriculture) sangat penting diupayakan untuk mengantisipasi munculnya gejolak sosial, ekonomi, dan politik yang tidak dikehendaki.

Peningkatkan produksi beras mutlak memerlukan sistem agroindustri padi yang terintegrasi secara vertikal, sehingga karakteristik mutu beras yang dihasilkan juga sesuai dengan preferensi konsumen. Upaya peningkatan produksi beras di Indonesia saat ini dan pada masa yang akan datang akan terkendala oleh:

(a) terjadinya konversi lahan sawah menjadi lahan non-pertanian; (b) terbatasnya ketersediaan air pengairan; (c) terjadinya perubahan iklim akibat

pemanasan global yang terwujud dalam bentuk kekeringan, kebanjiran, salinitas dan suhu udara yang lebih tinggi; (d) adanya kecenderungan peningkatan serangan hama dan penyakit tanaman; (e) semakin banyak infrastruktur pertanian yang rusak; (f) terbatasnya tenaga kerja pertanian muda di pedesaan; (g) kurangnya insentif ekonomi yang diperoleh pelaku usahatani padi karena sempitnya skala usaha; (h) meningkatnya harga sarana produksi, alat dan mesin pertanian, upah tenaga kerja; dan (i) masih terbatasnya akses petani terhadap kredit modal usaha.

Peluang untuk meningkatkan produksi padi di Indonesia pada kondisi seperti itu, dapat diperoleh melalui peningkatan produktivitas, peningkatan indeks pertanaman, dan optimalisasi pemanfaatan lahan sub optimal seperti lahan sawah tadah hujan, lahan kering, dan lahan rawa. Peluang tersebut dapat diraih

(8)

jika tersedia inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas tanaman padi pada berbagai spesifik-agroekosistem secara berkelanjutan.

Perakitan dan perekayasaan inovasi teknologi tanaman padi perlu didukung oleh perencanaan yang sistematis, terarah, dan sinergi antara BB Padi dengan institusi terkait baik di dalam maupun di luar lingkup Badan Litbang Pertanian, sumber daya manusia profesional, dan pembangunan fasilitas penelitian yang memadai dan berkelanjutan, disertai dengan manajemen operasional yang transparan, efektif, dan efisien, sehingga inovasi teknologi pertanian secepatnya dapat diterapkan oleh pengguna akhir, yaitu petani terutama di daerah pedesaan. Tujuan

Implementasi program penelitian tanaman padi BB Padi secara rinci bertujuan untuk:

1. Mengembangkan dan memanfaatkan keragaman sumber daya genetik padi, perakitan varietas unggul baru (VUB) padi guna peningkatan produktivitas, kandungan mineral serta vitamin padi sesuai preferensi konsumen serta adaptif terhadap cekaman faktor biotik dan abiotik dari dampak perubahan iklim; 2. Menghasilkan teknologi optimasi pemanfaatan sumber daya tanah (lahan dan

air), tanaman dan pengendalian hama-penyakit tanaman yang dapat

meningkatkan hasil, dan mengurangi emisi gas rumah kaca (methan)

utamanya di lahan sub optimal dan antisipasi dampak iklim ekstrim;

3. Mempercepat distribusi benih sumber (BS dan FS) tanaman padi kepada pengguna untuk memfasilitasi penguatan sistem perbenihan berkelanjutan dan mendukung program strategis Kementerian Pertanian;

4. Mengembangkan jejaring dan kerja sama kemitraan dengan lembaga penelitian dalam dan luar negeri dan pemangku kepentingan lainnya;

5. Meningkatkan kualitas dan mengembangkan sumber daya penelitian. Sasaran

Untuk dapat menjadi lembaga rujukan IPTEK dan sumber inovasi teknologi yang bermanfaat sesuai kebutuhan pengguna, sasaran BB Padi adalah:

(9)

1. Meningkatnya inovasi teknologi hasil penelitian (VUB, teknologi budidaya dan pasca panen primer dan benih sumber), sistem diseminasi, promosi, dan meningkatnya adopsi inovasi teknologi minimal 50% dari kondisi 2011-2015. Hal ini untuk mendukung sistem pembangunan pertanian industrial berkelanjutan serta memberikan kontribusi pada peningkatan keilmuan (scientific contribution);

2. Tersedianya benih VUB dan teknologi budidaya dan pasca panen primer dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas dalam mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan melalui partisipasi

stake holder;

3. Tersedianya teknologi adaptasi perubahan iklim, serta teknologi pasca panen primer untuk mengurangi susut hasil;

4. Meningkatnya jejaring kerja sama nasional dan internasional;

5. Berkembangnya kompetensi personel dan kelembagaan penelitian serta sistem koordinasinya secara horizontal dan vertikal melalui pengembangan Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang terintegrasi di semua bidang; 6. Meningkatnya publikasi hasil penelitian di publikasi ilmiah nasional dan

internasional. Kendala

Sistem penganggaran negara yang berlaku saat ini kurang selaras untuk diterapkan pada kegiatan penelitian tanaman padi. Dalam sistem penganggaran yang berlaku, penganggaran berdasar pada Januari-Desember (untuk satu tahun anggaran), sehingga setiap akhir Desember tahun berjalan anggaran sudah harus ditutup, sedangkan penelitian tanaman padi dilaksanakan berdasarkan musim (musim hujan dan musim kemarau) yang seringkali harus melewati tahun anggaran. Kasus yang sering terjadi terutama pada kegiatan penelitian padi gogo yang dapat ditanam pada saat musim hujan, biasanya dimulai pada bulan November, sehingga akan selesai panen pada bulan Februari atau bahkan Maret tahun berikutnya. Selain kendala tersebut, keberadaan sumber daya manusia (SDM) baik peneliti maupun teknisi banyak yang sudah memasuki masa pensiun, sedang kebijakan pemerintah untuk penerimaan pegawai masih terbatas.

(10)

Langkah Antisipatif

Solusi adanya ketidaksinkronan antara musim tanam dengan sistem penganggaran dilakukan dengan cara menyelaraskan antara kegiatan tanam dengan anggaran. Namun, cara ini bukan merupakan solusi yang baik mengingat kegiatan penelitian tanaman padi diperlukan kondisi iklim/curah hujan, dan kondisi lingkungan lain yang mendukung. Belum ada solusi terhadap sistem penganggaran yang tidak selaras dengan musim tanam tanaman padi, masih diperlukan solusi yang lebih tepat. Solusi keterbatasan SDM dilakukan dengan penajaman program, efektivitas dan efisiensi anggaran serta peningkatan kualitas SDM yang ada.

Akuntabilitas Kinerja BB Padi

Secara umum kinerja BB Padi tahun 2016 berdasarkan sasaran indikator kinerja adalah sangat baik dengan tingkat capaian kinerja rata-rata melebihi 100%. Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU) BB Padi tahun 2016 yang ditetapkan dalam Renstra 2015 -2019 adalah 300 aksesi plasma nutfah, 6 VUB, 5 teknologi, dan 100 ton benih sumber BS, FS dan SS. Pada tahun 2016, capaian kinerja BB Padi; 478 aksesi plasma nutfah (159,33%), melepas 6 VUB (100%), menghasilkan 5 teknologi padi (100%), memproduksi 102,013 ton benih sumber

BS, FS dan SS (102,01%), membangun 1 Taman Sains Pertanian (Agro Science

Park) dan menyelenggarakan SL Kedaulatan Pangan yang mengintegrasikan

1.000 Desa Mandiri Benih mendukung Swasembada Padi di 11 Provinsi.

Plasma nutfah padi merupakan aset penting dalam program perakitan varietas karena berbagai sumber gen penting tersedia di dalamnya, sehingga dibutuhkan pengelolaan yang baik. Selama tahun 2016, telah diterima 478 aksesi yang berasal dari Biogen, BPTP, Perguruan Tinggi, petani, kebun percobaan, IRRI, dan peneliti BB Padi. Sebagian besar aksesi tersebut adalah hasil eksplorasi varietas lokal dan seleksi plasma nutfah yang memiliki sifat kegenjahan, toleran kekeringan, toleran rendaman, tahan HDB, WBC, Blas dan tungro.

Pada kegiatan perakitan varietas unggul padi di sejumlah agroekosistem, seperti padi sawah irigasi (inbrida maupun hibrida), padi rawa dan padi gogo telah menghasilkan puluhan hingga ratusan galur terseleksi, baik dari generasi awal, generasi menengah. Proses pembentukan galur-galur tersebut merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari persilangan, pembentukan

(11)

populasi bastar, pedigri, sampai terbentuk galur harapan untuk diuji multilokasi hingga siap dilepas menjadi varietas unggul baru padi.

Peningkatan produksi padi nasional dapat dilakukan di antaranya dengan meningkatkan aktualisasi potensi hasil padi dengan menanam varietas unggul padi yang spesifik agroekosistem tertentu. Berkaitan dengan hal tersebut, BB Padi melakukan kerja sama dengan berbagai institusi penelitian padi nasional, seperti Perguruan Tinggi, Batan, LIPI dan sebagainya dalam wadah Konsorsium Padi Nasional untuk menjaring berbagai galur harapan yang akan dilepas, diuji di berbagai spefisik lokasi. Selama tahun 2016, kegiatan ini telah berhasil melepas 6 VUB. Varietas-varietas yang telah dilepas dalam tahun 2016 yaitu INPARI 42 AGRITAN GSR, INPARI 43 AGRITAN GSR, INPARI 44 AGRITAN, INPAGO 12 AGRITAN, INPAGO 1PB 9G dan UNSOED PARIMAS.

Varietas unggul yang telah dilepas oleh BB Padi perlu didukung oleh teknologi budidaya agar potensi hasilnya dapat teraktualisasi secara optimal. Tahun 2016, BB Padi telah menghasilkan lima teknologi, yaitu (1) Teknologi jajar legowo super; (2) Teknologi pengelolaan hara fosfor lahan sawah irigasi; (3) Teknologi penambahan pupuk organik dan pupuk hayati pada padi gogo; (4) Teknologi pengendalian hama lundi atau uret pada pertanaman padi gogo dengan teknik seed treatment; (5) Potensi penggunaan beras merah dalam produk pangan basah.

Ketersediaan benih varietas unggul padi yang berkualitas di tingkat petani harus

didukung dengan ketersediaan benih penjenis breeder seed (BS), foundation

seed (FS) dan stock seed (SS). Berkaitan dengan hal tersebut, BB Padi sebagai

salah satu institusi yang melakukan kegiatan perakitan varietas dituntut untuk selalu melakukan kegiatan produksi benih penjenis tersebut dengan standar mutu yang ditetapkan. Tahun 2016, BB Padi telah memproduksi 102,013 ton benih BS, FS dan SS dengan standar mutu ISO 9001:2008.

Realisasi keuangan DIPA 2016 BB Padi per 31 Desember 2016 mencapai 96,72% dari pagu anggaran, sisanya telah dikembalikan ke Kas Negara. Tidak tercapainya 100% realisasi keuangan BB Padi karena pegawai yang pensiun dan adanya efisiensi. Realisasi penyerapan keuangan untuk membiayai 8 kegiatan penelitian dan 2 kegiatan diseminasi padi mencapai 99,51% dan secara fisik pelaksanaan kegiatan di lapangan umumnya telah mencapai 100%.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

IKHTISAR EKSEKUTIF ... ii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Tugas dan Fungsi ... 2

1.2. Struktur Organisasi dan Jumlah Pegawai ... 2

II. PERENCANAAN KINERJA ... 5

2.1. Perencanaan Strategis ... 6

2.1.1. Visi BB Padi ... 6

2.1.2. Misi BB Padi ... 6

2.1.3. Tujuan ... 6

2.1.4. Sasaran Strategis ... 7

2.1.5. Kebijakan dan Program ... 8

2.2. Perencanaan Kinerja ... 8

2.3. Perjanjian Kinerja ... 9

III. AKUNTABILITAS KINERJA ... 11

3.1. Capaian Kinerja Organisasi ... 12

3.2. Realisasi Anggaran ... 68 IV. PENUTUP ... 70 4.1. Keberhasilan ... 71 4.2. Hambatan/Masalah ... 72 4.3. Pemecahan Masalah ... 72 LAMPIRAN ... 73

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Komposisi pegawai berdasarkan pendidikan tahun 2012

s.d. 2016 ... 3 Tabel 2. Rencana Kerja BB Padi Tahun 2016 ... 9

Tabel 3. Sasaran strategis BB Padi yang ditetapkan dalam PKT 2016 10

Tabel 4. Capaian kinerja sasaran terciptanya varietas unggul baru padi tahun 2016 ... 13 Tabel 5. Perbandingan capaian kinerja sasaran terciptanya varietas

unggul baru padi tahun 2012-2016 ... 13 Tabel 6. Capaian kinerja sasaran tersedianya teknologi dan inovasi

budidaya, pasca panen primer padi pada tahun 2016 ... 26

Tabel 7. Capaian kinerja teknologi budidaya, panen dan pasca panen padi tahun 2012-2016 ... 26

Tabel 8. Hasil panen jajar legowo super, Indramayu, 2016 ... 30

Tabel 9. Status hara P tanah sawah intensifikasi (terekstrak HCl 25%) dan anjuran pemupukan P ... 32

Tabel 10. Rekomendasi pupuk P berdasarkan petak omisi ... 34

Tabel 11. Persentase rumpun padi yang terserang hama uret atau lundi pada 2-8 MST. Subang, MT-2 tahun 2015 ... 40 Tabel 12. Persentase rumpun padi yang terserang hama uret atau

lundi pada 10-16 MST. Subang, MT-2 tahun 2015 ... 41

Tabel 13. Hasil gabah kering panen pada berbagai perlakuan. Subang, MT-2 tahun 2015 ... 42 Tabel 14. Pengaruh lama penyosohan terhadap sifat amilografi

berbagai sampel beras ... 46 Tabel 15. Kadar dan total senyawa fenolik (mg/100g) berbagai

tepung beras pada tiga waktu sosoh ... 47 Tabel 16. Kadar total senyawa fenolik tepung beras merah yang

disosoh 30 detik dan produk pangan basah ... 48 Tabel 17. Capaian kinerja kegiatan produksi benih sumber padi

tahun 2016 ... 49 Tabel 18. Rincian capaian kinerja kegiatan produksi benih sumber

padi tahun 2016 ... 49 Tabel 19. Perbandingan atas target dan realisasi jumlah benih

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 20. Distribusi benih sumber yang disebarluaskan per provinsi

di Indonesia tahun 2016 ... 50

Tabel 21. Rekapitulasi stok awal, produksi, dan distribusi Benih Penjenis (BS) UPBS BB Padi tahun 2016 ... 52

Tabel 22. Rekapitulasi stok awal, produksi, dan distribusi Benih Dasar (FS) UPBS BB Padi tahun 2016 ... 53

Tabel 23. Rekapitulasi stok awal, produksi, dan distribusi Benih Pokok (SS) UPBS BB Padi tahun 2016 ... 54

Tabel 24. Capaian kinerja kegiatan Pembangunan Taman Sains Pertanian padi tahun 2016 ... 55

Tabel 25. Capaian kinerja kegiatan SL Kedaulatan Pangan yang mengintegrasikan 1.000 Desa Mandiri Benih mendukung Swasembada Padi tahun 2016 ... 57

Tabel 26. Penyediaan dan Distribusi Benih Sumber VUB Padi di 11 Provinsi Peserta SL Mandir Benih ... 57

Tabel 27. Produksi benih di 11 provinsi SL Mandiri Benih ... 59

Tabel 28. Produksi benih sumber kegiatan SL Mandi Benih BB Padi ... 60

Tabel 29. Kendala dalam SL Mandiri Benih ... 61

Tabel 30. Capaian pengelolaan sumber daya genetik padi untuk bahan perakitan VUB tahun 2016 ... 61

Tabel 31. Perbandingan capaian kinerja pengelolaan sumber daya genetik padi tahun 2012-2016 ... 62

Tabel 32. Daftar publikasi yang dicetak pada tahun 2016 ... 67

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Grafik komposisi pegawai BB Padi berdasarkan pendidikan .. 3

Gambar 2. Penampilan tanaman, malai, gabah dan beras VUB Inpari 42 Agritan GSR ... 15 Gambar 3. Penampilan tanaman, malai, gabah dan beras VUB Inpari

43 Agritan GSR ... 17 Gambar 4. Penampilan tanaman, malai, gabah dan beras VUB Inpari

44 Agritan ... 19 Gambar 5. Penampilan tanaman, malai, gabah dan beras VUB

Inpago 12 Agritan ... 21 Gambar 6. Penampilan tanaman, malai, gabah dan beras VUB

Inpago IPB 9G ... 23 Gambar 7. Penampilan tanaman, malai, gabah dan beras VUB

Unsoed Parimas ... 25

Gambar 8. Padi yang ditanam dengan sistem jajar legowo super ... 31

Gambar 9. Contoh peta status P propinsi Jawa Tengah ... 33 Gambar 10. Penetapan kebutuhan P dengan Perangkat Uji Tanah

Sawah (PUTS) ... 33

Gambar 11. Pertanaman Padi Gogo dengan Pupuk Organik dan Hayati 36

Gambar 12. Hasil Padi gogo t/ha GKG pada penambahan pupuk organik dan pupuk Hayati ... 37 Gambar 13. Ciri morfologi uret atau lundi ... 38 Gambar 14. Gejala serangan uret atau lundi pada tanaman padi gogo

fase vegetatif ... 39 Gambar 15. Penampilan pertanaman padi gogo: (A)- mendapat

perlakuan seed treatment dengan insektisida fipronil

dosis 25 ml/kg benih; (B)- tanpa perlakuan seed

treatment (tanaman kontrol). Subang, MT-2 tahun 2015 . 43 Gambar 16. Pengendalian hama uret atau lundi dengan teknik seed treatment 44 Gambar 17. Alur produksi benih sumber di lapangan ... 50 Gambar 18. Siteplan TSP Sukamandi ... 56 Gambar 19. Realisasi fisik Taman Sains Pertanian, Sukamandi, Jawa Barat .. 56

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Struktur Organisasi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 73

Lampiran 2. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 ... 74 Lampiran 3. Realisasi keuangan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

tahun 2016 ... 76 Lampiran 4. Akuntabilitas keuangan Balai Besar Penelitian Tanaman

Padi berdasarkan indikator sasaran kegiatan tahun 2012-2016 ... 77 Lampiran 5. Realisasi pelaksanaan anggaran DIPA BB Padi

2012-2016 ... 79

Lampiran 6. Rencana Strategis Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 80

Lampiran 7. Pegukuran capaian hasil kinerja BB Padi tahun 2016 ... 81

Lampiran 8. Perbandingan capaian hasil kinerja BB Padi tahun 2012-2016 ... 82 Lampiran 9. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sampai dengan

31 Desember 2016 ... 83 Lampiran 10. Perkembangan Realisasi Penerimaan Negara Bukan

Pajak (PNBP) tahun 2012-2016 ... 84 Lampiran 11. Publikasi Ilmiah dalam Jurnal Ilmiah Nasional

Terakreditasi ... 85 Lampiran 12. Publikasi Ilmiah dalam Jurnal Ilmiah Internasional ... 86 Lampiran 13. Publikasi Ilmiah dalam Buku ... 89

(17)

BAB I

(18)

1.1. Tugas dan Fungsi

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.35/Permentan/OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013, mempunyai tugas melaksanakan penelitian tanaman padi. Dalam melaksanakan tugasnya, BB Padi menyelenggarakan fungsi:

1. Pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi dan laporan penelitian tanaman padi;

2. Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan, dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman padi;

3. Pelaksanaan penelitian budidaya, fisiologi, morfologi, ekologi, proteksi dan organisme pengganggu tanaman padi;

4. Pelaksanaan analisis kebijakan tanaman padi;

5. Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman padi;

6. Pelaksanaan kerja sama dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman padi; 7. Pelaksanaan pengembangan sistem informasi hasil penelitian tanaman padi; 8. Pengelolaan urusan kepegawaian, rumah tangga, keuangan, dan perlengkapan

BB Padi.

1.2. Struktur Organisasi dan Jumlah Pegawai

BB Padi merupakan salah satu unit pelaksana teknis (UPT) lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang diberi tugas pokok melaksanakan penelitian tanaman padi. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No.35/Permentan/ OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013, secara struktural BB Padi dipimpin oleh seorang pejabat eselon II-B (Kepala Balai Besar) dan dibantu oleh tiga orang pejabat eselon III-B yaitu, Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang Program dan Evaluasi, dan Kepala Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian. Masing-masing eselon III-B dibantu oleh dua orang pejabat eselon IV (Lampiran 1). Di samping pejabat struktural tersebut, Kepala BB Padi dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya didukung organisasi fungsional dan koordinasi, serta berbagai kepanitiaan ‘ad-hoc’ seperti Kelompok Peneliti (Kelti), Tim Evaluasi Kelayakan Teknologi (TEKT), Tim Pembinaan Sumber daya Manusia (TPSDM),

(19)

Laboratorium, dan Pengelola Karya Ilmiah (PEKI). BB Padi memiliki 231 orang karyawan PNS dan CPNS. Berdasarkan latar belakang pendidikan akademis, komposisi tenaga terdiri dari 17 orang S3 (doktor) dan 2 orang bergelar Profesor riset, 25 orang S2, 57 orang S1, 10 orang SM/D3/D2, 95 orang SLTA, 5 orang SLTP dan 22 orang SD. Komposisi pegawai BB Padi berdasarkan pendidikan pada kurun waktu tahun 2012 s.d. 2016 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi pegawai berdasarkan pendidikan tahun 2012 s.d. 2016

No Pendidikan 2012 2013 2014 2015 2016 1 S3 15 14 14 12 17 2 S2 24 21 23 26 25 3 S1 60 59 62 62 57 4 SM/D3/D2 13 11 11 11 10 5 SMU 113 100 100 103 95 6 SMP 10 8 8 8 5 7 SD 32 31 30 29 22 Total 267 244 248 251 231

(20)

BB Padi mengelola sejumlah aset yang berupa 4 Kebun Percobaan (KP) yaitu KP Sukamandi, KP Muara, KP Pusakanagara, dan KP Kuningan dengan total luas mencapai 509,26 ha, 26 rumah kaca dan screen field, 4 unit gudang prosesing, dan 7 laboratorium yaitu Lab. Proksimat, Lab. Mutu Benih, Lab. Mutu Beras dan Gabah, Lab. Hara Tanah dan Tanaman, Lab. Biologi Hama Penyakit, Lab. Biologi Tanaman, dan Lab. Flavor. Tiga laboratorium yang disebut pertama telah terakreditasi ISO 17025:2005. Selain itu BB Padi juga dilengkapi oleh sarana penunjang meliputi 1 unit perpustakaan, 4 unit gedung pertemuan, 17 unit mess penginapan, 6 unit lantai jemur, rumah dinas (4 kategori tipe rumah), masjid, poliklinik, sekolah, dan sarana olah raga. Selama ini KP lingkup BB Padi digunakan untuk kegiatan penelitian, visitor plot dan diseminasi hasil penelitian, produksi benih sumber dan pengelolaan plasma nutfah, serta kegiatan kerjasama dengan pihak ketiga (koperasi yaitu KOPKARLITAN). Nilai aset laboratorium mengalami perubahan akibat renovasi gedung dan penambahan atau modernisasi peralatan laboratorium. Upaya perbaikan/renovasi bangunan kantor, laboratorium, rumah kaca, rumah kawat, gudang, lantai jemur dan sarana prasarana lainnya terus dilaksanakan selama periode 5 tahun yang lalu guna meningkatkan kinerja dan umur pakai sarana prasarana.

(21)

BAB II

(22)

2.1. Perencanaan Strategis 2.1.1. Visi BB Padi

Visi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian merupakan bagian integral dari visi pembangunan pertanian dan pedesaan Indonesia. Visi Badan Litbang Pertanian adalah:

”Menjadi Lembaga Penelitian Terkemuka Penghasil Teknologi dan Inovasi Pertanian Modern Untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani”.

Sejalan dengan visi Badan Litbang Pertanian, maka visi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi merupakan bagian integral dari visi Badan Litbang Pertanian. Visi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 2015-2019 adalah:

”Menjadi Lembaga Penelitian Tanaman Padi Terkemuka Penghasil Teknologi dan Inovasi Tanaman Padi Modern Untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani”.

2.1.2. Misi BB Padi

Untuk mencapai visi, misi yang dilaksanakan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi adalah:

1. Menghasilkan dan mengembangkan teknologi tanaman padi modern yang memiliki scientific recognition dengan produktivitas dan efisiensi tinggi; 2. Hilirisasi dan masalisasi teknologi tanaman padi modern sebagai solusi

menyeluruh permasalahan tanaman padi yang memiliki impact recognition.

2.1.3. Tujuan

Tujuan BB Padi tahun 2015-2019 ditetapkan sebagai berikut:

1. Menyediakan varietas unggul padi yang adaptif, produktivitas tinggi dan sesuai dengan preferensi petani;

2. Menyediakan teknologi budidaya dan pasca panen primer padi yang lebih produktif dan efisien serta ramah lingkungan;

(23)

4. Meningkatkan efektivitas jejaring dan kerja sama kemitraan dengan dunia usaha, Pemerintah Daerah, Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi dalam dan luar negeri berdasarkan manajemen korporasi;

5. Meningkatkan kualitas dan mengembangkan sumber daya penelitian padi yang mendukung sistem pertanian bioindustri.

2.1.4. Sasaran Strategis

Untuk dapat menjadi lembaga penelitian tanaman padi terkemuka penghasil teknologi dan inovasi tanaman padi modern untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani, sasaran strategis BB Padi 2015-2019 adalah:

1. Meningkatnya inovasi teknologi hasil penelitian (varietas unggul, teknologi pendukung, dan benih sumber), sistem diseminasi dan rekomendasi minimal 50% dari kondisi 2010-2014. Hal ini untuk mendukung terwujudnya kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani serta memberikan kontribusi pada peningkatan keilmuan (scientific contribution);

2. Tersedianya varietas unggul baru dan benih sumbernya (BS dan FS) untuk pengembangan industri hilir perbenihan padi nasional dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas untuk mendukung pencapaian swasembada dan surplus beras berkelanjutan melalui partisipasi stakeholder; 3. Tersedianya teknologi budidaya, panen dan pasca panen primer padi yang

lebih produktif dan efisien serta ramah lingkungan;

4. Meningkatnya jejaring kerjasama nasional dan internasional minimal 50% dari kondisi 2010-2015;

5. Berkembangnya kompetensi SDM dan kelembagaan penelitian serta sistem koordinasinya secara horizontal dan vertikal melalui pengembangan Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang terintegrasi di semua bidang;

6. Meningkatnya karya tulis ilmiah (KTI) di jurnal ilmiah nasional terakreditasi dan jurnal ilmiah internasional minimal 30% dari kondisi 2010-2015;

7. Meningkatnya pengakuan hak kekayaan intelektual (HAKI) dan komersialisasi hasil penelitian minimal 30% dari kondisi 2010-2015.

(24)

2.1.5. Kebijakan dan Program

Kebijakan dan program yang mendasari Renstra 2015-2019 BB Padi adalah program Kementerian Pertanian pada kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian untuk penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya saing. Sasaran yang diarah selama periode 2015-2019 adalah penyediaan benih sumber varietas unggul baru dan peningkatan inovasi teknologi tanaman padi mendukung pencapaian swasembada padi berkelanjutan. Sedangkan indikator kinerja yang setiap tahunnya harus dicapai adalah (Lampiran 6):

1. Jumlah aksesi sumber daya genetik (SDG) padi terkoleksi untuk perbaikan sifat varietas padi;

2. Jumlah varietas unggul baru padi;

3. Jumlah teknologi budidaya, panen dan pasca panen primer padi;

4. Jumlah produksi benih sumber (BS, FS) padi dengan SMM ISO 9001-2008. 2.2. Perencanaan Kinerja

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel, dan berorientasi kepada hasil, setelah mendapatkan input pembiayaan melalui DIPA 2016, selanjutnya Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2016 ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja Tahunan (PKT) tahun 2016, yang merupakan ikhtisar rencana kerja yang akan dicapai pada tahun 2016. Tujuan penyusunan RKT 2016 adalah:

1. Menghasilkan perencanaan kerja secara tertulis sebagai dasar pelaksanaan kegiatan penelitian BB Padi 2016;

2. Menjadi acuan dalam monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan penelitian BB Padi 2016;

(25)

Tabel 2. Rencana Kerja BB Padi Tahun 2016

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2016 1. Tersedianya informasi sumber daya

genetik tanaman padi Jumlah aksesi plasma nutfah Pengelolaan plasma nutfah 4.424 2.980

- Rejuvinasi 500

- Pemanfaatan aksesi untuk

program pemuliaan 100

- Karakterisasi fenotipik 250 - Karakterisasi genotipik VUB 30 - Karakterisasi fisik dan kimia 200 - Skrining untuk cekaman

biotik 1.000

- Skrining untuk cekaman

abiotik 900

2. Terciptanya varietas unggul baru padi Jumlah varietas unggul baru padi 5 3. Terciptanya teknologi budidaya, fisiologi,

morfologi, ekologi, proteksi dan organisme pengganggu tanaman padi

Jumlah teknologi budidaya, fisiologi, morfologi, ekologi, proteksi dan organisme pengganggu tanaman padi

6

4. Tersedianya benih sumber VUB tanaman pangan untuk pnyebaran varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008

Jumlah produksi benih sumber (BS, FS) padi dengan SMM ISO 9001-2008

35

- BS (ton) 15

- FS (ton) 20

5. Diterbitkannya publikasi ilmiah

teknologi padi di jurnal terakreditasi Publikasi ilmiah 15

2.3. Perjanjian Kinerja

Penetapan perjanjian kinerja tahunan ini adalah perjanjian kerja yang merupakan tolok ukur keberhasilan kinerja BB Padi pada tahun 2016 dan menjadi dasar penilaian dalam evaluasi akuntabilitas. Pada PKT 2016 telah ditetapkan 5 (lima) sasaran program yang ditempuh untuk mencapai tujuan, yaitu:

1. Tersedianya varietas unggul baru padi, adaptif dan berdaya saing dengan

memanfaatkan advanced technology dan bio-science. Indikatornya jumlah

varietas unggul baru tanaman padi, dengan target 6 varietas;

2. Tersedianya teknologi dan inovasi budidaya, pasca panen primer berbasis

bio-science dan bio-engineering dengan memanfaatkan advanced technology. Indikatornya jumlah teknologi budidaya, dan pasca panen primer tanaman padi, dengan target 5 teknologi;

(26)

3. Tersedianya dan terdistribusinya benih sumber padi kelas BS, FS dan SS. Indikatornya jumlah benih sumber padi (BS, FS, SS) dengan SMM ISO 9001-2008, dengan target 100 ton;

4. Pembangunan Taman Sains Pertanian (Agro Science Park) di Provinsi, dengan target 1 Provinsi;

5. Terselenggaranya SL Kedaulatan Pangan yang mengintegrasikan 1.000 Desa Mandiri Benih mendukung Swasembada Padi, dengan target 11 Provinsi.

Tabel 3. Sasaran strategis BB Padi yang ditetapkan dalam PKT 2016

No Sasaran Strategis Indikator Target 1. Tersedianya varietas unggul baru padi,

adaptif dan berdaya saing dengan memanfaatkan advanced technology dan bioscience

Jumlah varietas unggul baru

tanaman padi 6 varietas

2. Tersedianya teknologi dan inovasi budidaya, pasca panen primer berbasis science dan bio-engineering dengan memanfaatkan advanced technology

Jumlah teknologi budidaya, panen dan pasca panen primer tanaman padi

5 Teknologi

3. Tersedianya dan terdistribusinya

produk benih sumber padi Jumlah benih sumber padi (BS, FS, SS) dengan SMM ISO 9001-2008

100 Ton

4. Pembangunan Taman Sains Pertanian

(Agro Science Park) di Provinsi Jumlah Taman Sains Pertanian (Agro Science Park) 1 Provinsi 5. Terselenggaranya SL Kedaulatan

Pangan yang mengintegrasikan 1.000 Desa Mandiri Benih mendukung Swasembada Padi

Jumlah Sekolah Lapang produksi dan distribusi benih terintergrasi dengan 1.000 Desa Mandiri Benih

(27)

BAB III

(28)

3.1. Capaian Kinerja Organisasi

Dalam tahun anggaran 2016 BB Padi telah menetapkan 5 (lima) sasaran program kegiatan. Kelima sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan sejumlah indikator kinerja. Pengukuran tingkat capaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran tersebut disajikan pada Lampiran 7.

Analisis Capaian Kinerja

Analisis dan evaluasi terhadap capaian kinerja tahun 2016 BB Padi dilakukan terhadap 5 (lima) sasaran yang telah ditetapkan. Sebagai indikator kinerja utama (IKU) tahun 2016, adalah:

1. Tersedianya varietas unggul baru padi, adaptif dan berdaya saing dengan

memanfaatkan advanced technology dan bio-science;

2. Tersedianya teknologi dan inovasi budidaya, pasca panen primer berbasis

bio-science dan bio-engineering dengan memanfaatkan advanced technology; 3. Tersedianya dan terdistribusinya produk benih sumber padi kelas BS dan FS; 4. Pembangunan Taman Sains Pertanian (Agro Science Park) di Provinsi; 5. Terselenggaranya SL Kedaulatan Pangan yang mengintegrasikan 1.000 Desa

Mandiri Benih mendukung Swasembada Padi. SASARAN 1

Tersedianya Varietas Unggul Baru Padi

Terdapat 6 target pencapaian sasaran yang telah ditetapkan pada PKT 2016 yaitu terciptanya 6 varietas unggul baru padi (VUB). Untuk mencapai target 6 VUB

Padi telah dilaksanakan 3 kegiatan setingkat RPTP dengan judul, yaitu a) Konsorsium Padi Nasional: Perakitan Varietas Unggul Padi Lahan Sub Optimal,

b) Perakitan Varietas Unggul Padi Sawah Inbrida, dan c) Perakitan Varietas Unggul Padi Sawah Hibrida. Penelitian ini melibatkan peneliti sejumlah 70 orang dan realisasi anggaran per 31 Desember 2016 sebesar Rp. 4.191.972,700,- atau 97,97% dari pagu anggaran Rp. 4.278.750.000,-. Pada Tabel 4 disampaikan

(29)

realisasi pencapaian target, yaitu tercapainya 6 (enam) VUB, dan telah sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam PKT (100%).

Tabel 4. Capaian kinerja sasaran terciptanya varietas unggul baru padi tahun 2016

Indikator Kinerja Target Realisasi % Jumlah varietas unggul baru padi 6 varietas 6 varietas 100

Varietas yang dilepas BB Padi dari tahun 2012-2016 telah memenuhi target yang ditetapkan dalam PKT, seperti disajikan pada tabel 5. Hal ini karena dilaksanakan dengan mengoptimalkan sumber daya penelitian dan kegiatan pendukung untuk menciptakan varietas baru.

Tabel 5. Perbandingan capaian kinerja sasaran terciptanya varietas unggul baru padi tahun 2012-2016

Indikator Kinerja 2012 2013 2014 2015 2016 T R T R T R T R T R Jumlah varietas unggul baru padi 5 12 7 7 5 5 5 5 6 6 Keterangan: T= Target, R= Realisasi

Selama tahun 2016 telah dilepas sebanyak 6 VUB padi yang sesuai untuk padi sawah dan padi gogo. Varietas unggul baru yang dihasilkan oleh BB Padi pada 2016 adalah 3 (tiga) VUB padi sawah dan 3 (tiga) VUB padi gogo, dengan nama dan deskripsi VUB sebagai berikut:

1. Inpari 42 Agritan GSR. Deskripsi tanaman sebagai berikut:

Nomor Persilangan : Huanghuazhan

Asal Persilangan : Huangxinyhan/Fenghuazhan

Golongan : Cere

Umur Tanaman : ±112 hari setelah sebar

Bentuk Tanaman : Tegak

Tinggi Tanaman : ± 93 cm

Jumlah Gabah Isi per malai : ± 123 butir Anakan Produktif : ± 15 malai/rumpun

Warna Kaki : Hijau

Warna Batang : Hijau

Warna Telinga Daun : Tidak berwarna Warna Lidah daun : Tidak berwarna Warna Helai Daun : Hijau

(30)

Permukaan Daun : Kasar

Posisi Daun : Tegak

Posisi Daun Bendera : Tegak

Bentuk Gabah : Ramping

Warna Gabah : Kuning jerami

Kerontokan : Medium

Kerebahan : Tahan

Potensi Hasil : 10,58 t/ha

Rata-rata Hasil : 7,11 t/ha Berat 1000 butir : ± 24,41 gram

Tekstur Nasi : Pulen

Rendemen beras pecah kulit : 77,12% Rendemen beras giling : 94,56%

Kadar Amilosa : 18,84%

Ketahanan terhadap hama

dan penyakit : Pada fase generatif agak tahan HDB patotipe III, rentan strain IV, dan agak tahan strain VIII, tahan penyakit blas daun ras 033 dan rentan ras 133 dan 173, agak tahan WBC biotipe 1 dan agak rentan WBC biotipe 2 dan 3, rentan virus tungro varian 033 dan 073

Keterangan : Anjuran tanam di lahan sawah dengan ketinggian 600 m dpl

(31)

Fase vegetatif awal Fase generatif akhir

Fase pemasakan Keragaan tanaman

Keragaan malai yang lebat Gabah dan beras

Gambar 2. Penampilan tanaman, malai, gabah dan beras VUB Inpari 42 Agritan GSR

(32)

2. Inpari 43 Agritan GSR. Deskripsi tanaman sebagai berikut:

Nomor Persilangan : Zhongzhu14

Asal persilangan : WuFengZhan/IRBB5/WuFengZhan

Golongan : Cere

Umur Tanaman : ± 111 hari setelah sebar

Bentuk Tanaman : Tegak

Tinggi Tanaman : ± 88 cm

Jumlah Gabah Isi per malai : ± 108 butir Anakan Produktif : ± 21 malai/rumpun

Warna Kaki : Hijau

Warna Batang : Hijau

Warna Telinga Daun : Tidak berwarna Warna Lidah daun : Tidak berwarna Warna Helai Daun : Hijau

Permukaan Daun : Kasar

Posisi Daun : Tegak

Posisi Daun Bendera : Tegak

Bentuk Gabah : Ramping

Warna Gabah : Kuning jerami

Kerontokan : Medium

Kerebahan : Tahan

Potensi Hasil : 9,02 t/ha

Rata-rata Hasil : 6,96 t/ha Berat 1000 butir : ± 23,74 gram

Tekstur Nasi : Pulen

Rendemen beras pecah kulit : 77,58% Rendemen beras giling : 94,15%

Kadar Amilosa : 18,99%

Ketahanan terhadap hama

dan penyakit : Pada fase generatif tahan terhadap HDB patotipe III, agak tahan HDB patotipe IV dan VIII, tahan terhadap penyakit blas daun ras 073 dan 133, agak tahan ras 033, dan rentan ras 173. dan rentan terhadap ras 133 dan 173, agak rentan terhadap WBC biotipe 1, 2 dan 3. Keterangan : Anjuran tanam pada lahan sawah subur dan

kurang subur dengan ketinggian 600 m dpl, termasuk sawah endemik HDB dan blas.

(33)

Fase vegetatif awal Fase Vegetatif Akhir

Fase generatif awal Fase generatif akhir

Malai Gabah dan beras

Gambar 3. Penampilan tanaman, malai, gabah dan beras VUB Inpari 43 Agritan GSR

(34)

3. Inpari 44 Agritan. Deskripsi tanaman sebagai berikut:

Nomor Persilangan : IPPHTI-14 Asal Persilangan : Kebo x Ciherang

Golongan : Cere

Umur tanaman : 114 hari setelah sebar

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman (cm) : 104 cm Jumlah Gabah Isi per malai : 108 butir

Anakan produktif : ± 18 malai/rumpun

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Permukaan daun : Kasar

Posisi daun : Tegak

Posisi daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Ramping

Warna gabah : Kuning jerami

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Sedang

Potensi hasil : 9,25 t/ha

Rata-rata hasil : 6,53 t/ha Bobot 1000 butir : 25,65 gram

Tekstur nasi : Remah

Rendemen beras pecah kulit : 78,87% Rendemen beras giling : 94,70%

Kadar amilosa : 22,55%

Ketahanan terhadap hama

dan penyakit : Tahan terhadap HDB pada fase generatif untuk strain III, agak rentan terhadap strain IV dan agak tahan terhadap strain VIII, rentan terhadap penyakit blas daun ras 073 dan 133, agak tahan ras 033, 133, 073 dan 173, agak rentan terhadap WBC biotipe 1, 2 dan 3. Keterangan : Anjuran tanam pada lahan sawah irigasi

(35)

Fase Vegetatif Awal Fase Vegetatif Akhir

Fase Berbunga Individual Keragaan Malai

Fase Generatif Gabah dan beras

(36)

4. Inpago 12 Agritan. Deskripsi tanaman sebagai berikut:

Nomor persilangan : B12828E-TB-2-11-22

Asal persilangan : Selegreng/Ciherang//Kencana Bali

Golongan : Cere

Umur tanaman : ± 111 hari setelah semai

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : ± 106 cm

Anakan produktif : ± 11 batang

Warna kaki : Hijau

Warna telinga daun : Putih Warna lidah daun : Putih

Warna daun : Hijau

Permukaan daun : Kasar

Posisi daun : Agak miring

Posisi daun bendera : Agak miring

Warna batang : Hijau

Kerebahan : Tahan rebah

Kerontokan : Sedang

Bentuk gabah : Sedang

Warna gabah : Kuning bersih

Jumlah gabah per malai : ± 164 butir Rata-rata hasil : 6.7 ton/ha Potensi hasil : 10.2 ton/ha Bobot 1000 butir : ± 26 gram

Tekstur nasi : Sedang

Kadar amilosa : ± 22.8 %

Ketahanan/toleransi terhadap :

Hama : Agak rentan wereng batang coklat biotipe 1 dan 2

Penyakit : Tahan terhadap penyakit blas ras 033 dan 073, agak tahan terhadap ras 133, 001, 013, 023, 051 dan 101, rentan blas ras 173 dan 041

Cekaman abiotik : Berespon moderat terhadap keracunan Al dan kekeringan

Anjuran tanam : Lahan kering subur dan lahan kering masam dataran rendah sampai 700 meter diatas permukaan laut

(37)

Fase generatif

Malai

Malai

Gabah dan Beras

(38)

5. Inpago IPB 9G. Deskripsi tanaman sebagai berikut:

Nomor persilangan : IPB159-F-7-1-1 Asal persilangan : IPB98-F-5-1-1 / IR 64

Golongan : Cere

Umur tanaman : ± 113 hari setelah semai

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : ± 98 cm

Anakan produktif : ± 11 batang

Warna kaki : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Permukaan daun : Halus

Posisi daun : Tegak

Posisi daun bendera : Tegak

Warna batang : Hijau

Kerebahan : Tahan

Kerontokan : Sedang

Bentuk gabah : Ramping

Warna gabah : Kuning jerami

Jumlah gabah per malai : ± 158 bulir Rata-rata hasil : 6.05 ton/ha Potensi hasil : 9.09 ton/ha Bobot 1000 butir : 26.6 gram

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 21.1 %

Ketahanan/toleransi terhadap :

Hama : Agak rentan wereng batang coklat biotipe 1, agak tahan wereng batang coklat biotipe 2 dan 3.

Penyakit : Tahan terhadap penyakit blas ras 073, dan agak tahan terhadap blas ras 033, 001 dan 051, rentan blas ras 133, 173, 013, 041 dan 023.

Cekaman abiotik : Berespon moderat terhadap keracunan Al 40 ppm dan agak peka terhadap kekeringan. Anjuran tanam : Lahan kering subur dan lahan kering masam

sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut.

(39)

Tanaman Tanaman

Malai Gabah dan beras

(40)

6. Unsoed Parimas. Deskripsi tanaman sebagai berikut:

Nomor persilangan : G37

Asal persilangan : Cimelati/G10

Golongan : Cere

Umur tanaman : ± 111 hari setelah semai

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : ± 90 cm Anakan produktif : ± 11 batang

Warna kaki : Hijau

Warna telinga daun : Putih Warna lidah daun : Putih

Warna daun : Hijau

Permukaan daun : Kasar

Posisi daun : Tegak

Posisi daun bendera : Tegak

Warna batang : Hijau

Kerebahan : Agak mudah rebah

Kerontokan : Mudah rontok

Bentuk gabah : Panjang

Warna gabah : Kuning mengkilap Jumlah gabah per malai : ± 159 butir Rata-rata hasil : 6.19 ton/ha Potensi hasil : 9.40 ton/ha Bobot 1000 butir : ± 26.2 gram

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : ± 17.2%

Ketahanan/toleransi terhadap :

Hama : Agak rentan wereng batang coklat biotipe 1, 2 dan 3

Penyakit : Rentan penyakit blas ras 033, tahan blas ras 073, agak tahan blas ras 133, rentan blas ras 173

Cekaman abiotik : Berespon moderat terhadap keracunan Al 40 ppm dan kekeringan

Anjuran tanam : Lahan kering subur dan lahan kering masam sampai ketinggian 700 m diatas permukaan laut

(41)

Tanaman Tanaman

Malai Gabah dan beras

Gambar 7. Penampilan tanaman, malai, gabah dan beras VUB Unsoed Parimas

Outcome. Varietas yang telah dilepas, benih sumber kelas BS dan FS telah di produksi oleh UPBS BB Padi dan siap untuk pengujian denfarm atau display di kegiatan diseminasi BB Padi bekerjasama dengan BPTP di 31 provinsi.

(42)

SASARAN 2

Tersedianya Teknologi dan Inovasi Budidaya, Pasca Panen Primer

Berbasis Bio-Science dan Bio-Engineering dengan Memanfaatkan

Advanced Technology

Sasaran tersebut dicapai dengan dilaksanakannya (4) empat RPTP dengan judul, yaitu: a) Perbaikan Komponen Teknologi PTT Padi Lahan Sawah, b) Perbaikan Komponen Teknologi PTT Padi Lahan Sub Optimal, c) Perbaikan Teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit Utama Tanaman Padi dan d) Teknologi Pascapanen Primer Padi. Penelitian ini dilaksanakan dengan dukungan 45 orang peneliti dan telah berhasil dirakit 5 teknologi budidaya, pengendalian penyakit, dan pasca panen padi. Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan pada tahun 2016 telah tercapai seluruhnya dengan rata-rata fisik mencapai 100% (Tabel 6). Realisasi anggaran per 31 Desember 2016 sebesar Rp. 2.500.160.576,- atau 99,92% dari pagu anggaran Rp. 2.502.150.000,-.

Tabel 6. Capaian kinerja sasaran tersedianya teknologi dan inovasi budidaya, pasca panen primer padi pada tahun 2016

Indikator Kinerja Target Realisasi % Tersedianya teknologi dan inovasi budidaya, pasca

panen primer berbasis bio-science dan bio-engineering dengan memanfaatkan advanced technology

5 teknologi 5 teknologi 100

Teknologi yang dihasilkan BB Padi dari tahun 2012-2016 telah memenuhi dari target yang ditetapkan dalam PKT. Berikut capaian kinerja yang telah dicapai pada tabel dibawah ini.

Tabel 7. Capaian kinerja teknologi budidaya, panen, dan pasca panen padi tahun 2012-2016

Indikator Kinerja 2012 2013 2014 2015 2016 T R T R T R T R T R Tersedianya teknologi dan inovasi

budidaya, pasca panen primer berbasis science dan bio-engineering dengan memanfaatkan advanced technology

(43)

Pada tahun 2016 BB Padi telah menghasilkan lima teknologi budidaya dan pasca panen primer padi. Lima teknologi yang dihasilkan yaitu: (1) Teknologi jajar legowo super; (2) Teknologi pengelolaan hara fosfor lahan sawah irigasi; (3) Teknologi penambahan pupuk organik dan pupuk hayati pada padi gogo; (4) Teknologi

pengendalian hama lundi atau uret pada pertanaman padi gogo dengan teknik seed

treatment; (5) Potensi penggunaan beras merah dalam produk pangan basah. Uraian dari masing-masing capaian hasil adalah sebagai berikut:

1. Teknologi jajar legowo super

Teknologi padi jajar legowo (jarwo) super merupakan teknologi budi daya padi secara terpadu berbasis cara tanam jajar legowo 2:1. Sistem tanam jajar legowo 2:1 merupakan sistem tanam pindah antara dua barisan tanaman terdapat lorong kosong memanjang sejajar dengan barisan tanaman dan dalam barisan menjadi setengah jarak tanam antar baris. Sistem tanam jajar legowo bertujuan untuk peningkatan populasi tanaman per satuan luas, perluasan pengaruh tanaman pinggir dan mempermudah pemeliharaan tanaman.

Teknologi jajar legowo super dihasilkan oleh Balitbangtan setelah melalui penelitian dan pengkajian pada berbagai lokasi di Indonesia. Selain menggunakan sistem tanam jajar legowo 2:1 sebagai basis penerapan di lapangan, bagian penting dari teknologi Jajar Legowo Super adalah:

a. Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Potensi Hasil Tinggi

Varietas unggul merupakan salah satu komponen utama teknologi yang terbukti mampu meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani. Varietas unggul yang digunakan adalah yang memiliki potensi hasil tinggi, seperti: Inpari 30 Ciherang Sub-1, Inpari 32 HDB, Inpari 33 dan Inpari 43 Agritan GSR.

b. Aplikasi Biodekomposer sebelum Pengolahan Tanah

Biodekomposer adalah komponen teknologi perombak bahan organik. Aplikasi biodekomposer dilakukan sebelum pengolahan tanah. Biodekomposer yang dianjurkan adalah M-Dec dengan dosis 2 kg/ha. Cara aplikasi biodekomposer yaitu dengan melarutkan 2 kg biodekomposer dengan 400 liter air bersih. Setelah itu larutan biodekomposer disiramkan atau disemprotkan merata pada tunggul

(44)

jerami pada petakan sawah, kemudian digelebeg dengan traktor, tanah dibiarkan dalam kondisi lembab dan tidak tergenang minimal 7 hari.

Biodekomposer M-Dec mampu mempercepat pengomposan jerami secara insitu dari 2 bulan menjadi 3-4 minggu. Pengomposan jerami dengan aplikasi biodekomposer mempercepat residu organik menjadi bahan organik tanah dan membantu meningkatkan ketersediaan hara NPK di tanah, sehingga meningkatkan efisiensi pemupukan dan menekan perkembangan penyakit tular tanah.

c. Pupuk hayati sebagai seed treatment dan pemupukan berimbang

berdasarkan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS)

Pupuk hayati adalah pupuk berbasis mikroba non-patogenik yang dapat menghasilkan fitohormon (zat pemacu tumbuh tanaman), penambat nitrogen dan pelarut fosfat yang berfungsi meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah.

Pupuk hayati Agrimeth memiliki aktivitas enzimatik dan fitohormon yang berpengaruh positif terhadap pengambilan hara makro dan mikro tanah, memacu pertumbuhan, pembungaan, pemasakan biji, pematahan dormansi, meningkatkan vigor dan viabilitas benih, efisiensi penggunaan pupuk NPK anorganik dan produktivitas tanaman.

Aplikasi pupuk hayati Agrimeth dilakukan pada pagi hari (sebelum jam 08.00 pagi) atau sore hari (pukul 15.00-17.00) dan tidak terjadi hujan. Pupuk hayati hanya diaplikasikan sekali, yakni pada saat benih akan disemai dengan cara perlakuan benih (seed treatment).

Benih yang telah tercampur pupuk hayati segera disemai, upayakan tidak ditunda lebih dari 3 jam, dan tidak terkena paparan sinar matahari agar tidak mematikan mikroba yang telah melekat pada benih. Sisa pupuk hayati disebarkan di lahan persemaian.

Penetapan status hara tanah hara P dan K diukur dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Daerah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan budidaya jajar legowo super yang memiliki status hara P (fosfat) dan K (kalium) sedang sampai tinggi di sentra produksi padi.

Pemupukan dilakukan tiga kali yaitu 1/3 pada umur 7-10 HST, 1/3 bagian pada umur 25-30 HST, dan 1/3 bagian pada umur 40-45 HST. Kecukupan N

(45)

berbunga. Untuk memperbaiki dan meningkatkan kesuburan lahan, selain dengan pupuk kimia juga dapat diaplikasikan pupuk kandang yang telah matang sempurna dengan dosis 2 t/ha atau pupuk organik Petroganik dengan dosis 1 t/ha, yang diberikan pada saat pengolahan tanah kedua.

d. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

menggunakan pestisida nabati dan pestisida anorganik berdasarkan ambang kendali

Hama utama tanaman padi adalah wereng batang cokelat, penggerek batang, dan tikus. Sedangkan penyakit penting adalah blas, hawar daun bakteri, dan tungro. Pengendalian hama dan penyakit diutamakan dengan tanam serempak, penggunaan varietas tahan, pengendalian hayati, biopestisida, fisik dan mekanis, feromon, dan mempertahankan populasi musuh alami. Penggunaan insektisida kimia selektif adalah cara terakhir jika komponen pengendalian lain tidak mampu mengendalikan hama penyakit.

e. Alat dan mesin pertanian, khususnya untuk tanam (jarwo

transplanter) dan panen (combine harvester)

Penanaman dapat menggunakan mesin tanam Indojarwo transplanter.

Kondisi air pada saat tanam macak-macak untuk menghindari selip roda dan memudahkan pelepasan bibit dari alat tanam. Jika diperlukan, populasi tanaman dapat disesuaikan dengan cara mengatur jarak tanam dalam barisan dan jarak antar legowo.

Panen menggunakan combine harvester. Combine harvester merupakan

alat pemanen produk Balitbangtan yang didesain khusus untuk kondisi sawah di Indonesia. Kapasitas kerja mesin ini 5 jam per hektar dan ground pressure 0,13 kg/cm2, dioperasikan oleh 1 orang operator dan 2 asisten operator, sehingga mampu menggantikan tenaga kerja panen sekitar 50 HOK/ha (BB Mektan, 2013). Alsin ini menggabungkan kegiatan pemotongan, pengangkutan, perontokan, pembersihan, sortasi, dan pengantongan gabah menjadi satu rangkaian yang terkontrol. Penggunaan combine harvester menekan kehilangan hasil gabah kurang dari 2%, sementara kehilangan hasil jika dipanen secara manual rata-rata 10%.

(46)

Hasil Panen dan Analisis Usaha Tani

Teknologi Jajar Legowo Super telah diuji keunggulannya melalui Demarea seluas 50 ha pada lahan sawah irigasi di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, musim tanam 2016. Hasil pengujian varietas Inpari-30 Ciherang Sub-1 ternyata mempunyai potensi produksi 13,9 ton GKP/ha, varietas Inpari-32 HDB 14,4 ton GKP/ha, varietas Inpari-33 12,4 ton GKP/ha dan varietas Inpari 43 Agritan GSR 13,31 ton GKP/ha, sedangkan produktivitas varietas Ciherang yang diusahakan petani di luar Demarea hanya 7,0 ton GKP/ha.

Tabel 8. Hasil panen jajar legowo super, Indramayu, 2016

Varietas Kadar Air (%) GKP (ton/ha) GKG (ton/ha) I II III Rata2 I II III Rata2 I II III Rata2 Inpari 30 Ciherang Sub-1 2 5,5 2 2,7 2 6,3 2 4,83 1 3,50 1 4,40 1 3,82 1 3,90 1 1,69 1 2,94 1 1,84 1 2,16 Inpari 32 HDB 2 4,6 2 6,0 2 2,8 2 4,47 1 4,32 1 4,03 1 4,74 1 4,36 1 2,55 1 2,07 1 3,23 1 2,62 Inpari 33 2 1,0 2 1,9 2 3,0 2 1,97 1 2,32 1 2,96 1 2,89 1 2,39 1 1,32 1 1,77 1 1,54 1 1,54 Inpari 43 Agritan GSR 2 1,7 2 2,1 2 3,0 2 2,3 1 5,12 1 4,22 1 3,31 1 4,22 1 3,77 1 2,88 1 2,33 1 2,96

Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa pendapatan bersih usahatani padi dengan penerapan Teknologi Jajar Legowo Super mencapai Rp 42.487.222 per ha. Dari sisi kelayakan usahatani, Teknologi Jajar Legowo Super memberikan nilai B/C ratio yang layak sebesar 2,66 lebih tinggi dibanding cara petani dengan B/C ratio 1,48.

Penerapan Teknologi Jajar Legowo Super secara utuh oleh petani diyakini mampu memberikan hasil minimal 10 ton GKG/ha per musim, sementara hasil padi yang diusahakan dengan sistem jajar legowo hanya 6 ton GKG/ha. Dengan demikian terdapat penambahan produktivitas padi sebesar 4 ton GKG/ha per musim. Luas lahan sawah irigasi di Indonesia dewasa ini sekitar 4,8 juta ha. Bila diasumsikan teknologi Jajar Legowo Super diimplementasikan secara utuh pada 20% lahan sawah irigasi, maka akan diperoleh tambahan produksi padi sekitar 3,8 juta ton GKG per musim atau 7,6 juta ton GKG per tahun. Oleh karena itu

(47)

teknologi Jajar Legowo Super dapat disarankan untuk dikembangkan secara luas oleh petani, sehingga “Teknologi Jajar Legowo Super” ini menjadi pendongkrak produksi padi nasional.

Gambar 8. Padi yang ditanam dengan sistem jajar legowo super

2. Teknologi pengelolaan hara fosfor lahan sawah irigasi

Pengelolaan hara P memerlukan strategi jangka panjang. Hal ini disebabkan terutama karena sifat P yang tidak mobil, sehingga P tidak mudah tersedia bagi tanaman dan tidak mudah hilang dari tanah. Sehingga untuk pengelolaannya perlu untuk mempertimbangkan hal-hal berikut:

1. Perubahan ketersediaan hara P alami di tanah. Hal ini terkait dengan penentuan takaran pupuk P yang perlu ditambahkan untuk mencapai keseimbangan hara dalam tanah.

2. Pengaruh penimbunan hara P di tanah sebagai akibat dari pemberian pupuk P secara intensif dan terus-menerus.

3. Pemeliharaan tingkat kesuburan dan status hara P tanah pada level optimal, sehingga mampu mencukupi kebutuhan dan tidak menimbulkan kahat hara lain seperti Zn dan N pada tanaman padi.

(48)

Penetapan Rekomendasi Pemupukan P

Salah satu masalah yang perlu diketahui adalah sebagian besar P dalam tanah maupun P yang ditambahkan sering berada pada keadaan yang tidak tersedia bagi tanaman, sekalipun keadaan tanahnya sangat baik. Beberapa metode yang sering digunakan sebagai penduga besarnya potensi cadangan hara dalam tanah antara lain melalui: (1) analisis kimia tanah di laboratorium, (2) hasil uji perangkat sederhana Uji Tanah Sawah (Soil Test Kit), dan (3) penilaian tanggapan tanaman terhadap pupuk berdasarkan metode petak omisi. Atas dasar hasil-hasil uji tersebut, potensi penyediaan hara dan jumlah pupuk P yang perlu ditambahkan dapat diperkirakan.

Analisis Kimia Tanah

Analisis kimia tanah atau yang dikenal dengan uji tanah adalah suatu cara untuk menentukan status hara dalam tanah sebagai dasar penyusunan rekomendasi pemupukan. Ekstraksi tanah menggunakan larutan HCI 25% merupakan cara yang paling tepat untuk menetapkan status hara P tanah. Selanjutnya tiga kategori batas kritis yang dapat digunakan sebagai acuan pengelompokan hasil uji tanah yang menggambarkan besarnya cadangan (status) P tanah dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Status hara P tanah sawah intensifikasi (terekstrak HCl 25%) dan anjuran pemupukan P

Sumber: Fagi et al. (2003)

Dalam implementasinya, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat telah membuat peta status hara berdasarkan hasil uji tanah menggunakan ekstrak HCI 25%, skala 1:250.000 dan 1:50.000. Pada peta skala 1:250.000 berarti setiap sampel tanah yang diambil untuk keperluan penetapan status P mewakili

(49)

Gambar 9. Contoh peta status P propinsi Jawa Tengah Perangkat Uji Tanah Sawah

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) adalah alat bantu analisis kimia yang cepat,mudah, relatif akurat dan sederhana. Penggunaan alat ini lebih diarahkan untuk penetapan kandungan P dan K tanah. Penetapan kebutuhan P dengan menggunakan PUTS melalui beberapa tahapan seperti yang terlihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Penetapan kebutuhan P dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) Metode Petak Omisi

Selain berdasarkan uji tanah, penetapan cadangan hara tanah dan kebutuhan hara tanaman padi dapat ditetapkan berdasarkan penilaian tanggap tanaman terhadap pemupukan. Penetapan seperti ini lebih dikenal dengan metode petak omisi. Hasil panen pada petak omisi dapat digunakan sebagai

(50)

penduga besarnya cadangan hara di tanah sawah tanpa harus melakukan analisis tanah. Rekomendasi pemupukan berdasar metode petak omisi mengikuti prinsip hara yang diberikan hanya untuk menutupi defisit antara yang diperlukan tanaman dengan pasokan hara alami di tanah (Tabel 10).

Tabel 10. Rekomendasi pupuk P berdasarkan petak omisi

3. Teknologi penambahan pupuk organik dan pupuk hayati pada

pertanaman padi gogo

Lahan kering yang sesuai untuk lahan pertanian mencapai sekitar 76,22 juta ha (52%) dari total luas 148 juta ha. Kendala pada sebagian besar lahan pertanian di Indonesia di lahan kering adalah kandungan bahan organik yang tergolong rendah. Salah satu cara memperbaiki hara pada tanah yaitu dengan menggunakan dosis pupuk yang tepat pada suatu lokasi serta adanya penambahan pupuk hayati dan pupuk organik pada pertanaman yang diusahakan. Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi pemupukan serta terjadinya perubahan status hara di dalam tanah maka rekomendasi pemupukan yang telah ada perlu dikaji lagi serta disempurnakan jenis, dosis, waktu, dan cara pemupukannya.

Dosis Pupuk

Dosis pupuk anorganik yang digunakan pada pengujian ini yaitu dosis pupuk berdasar Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK) dan dosis pupuk berdasar petani Cikeusal Banten sedangkan dosis pupuk organik yang digunakan masing-masing sama yaitu 2 ton/ha. Berdasar PUTK dosis urea yang digunakan 200

(51)

250 kg/ha, lebih tinggi 50 kg/ha. Untuk dosis pupuk P dan K berdasar PUTK dan petani sama jumlahnya secara berurut yaitu P 50 kg/ha dan K 100 kg/ha.

Dosis pupuk anorganik yang digunakan dibagi menjadi dua, yaitu 100% dosis PUTK dan Petani serta 75% PUTK dan Petani. Pada penggunaan dosis pupuk anorganik 75% terdapat kombinasi dengan adanya penambahan pupuk organik dan pupuk hayati.

Pupuk hayati yang digunakan adalah Pupuk agrimeth. Pupuk Agrimeth merupakan pupuk hayati yang mengandung bakteri penambat nitrogen simbiotik, nonsimbiotik, bakteri pelarut P, dan bakteri penghasil fitohormon. Pupuk agrimeth ini menghasilkan fitohormon Asam Indola Asetat (AIA), Giberellin dan Trans-Zeatin yang dapat meningkatkan jumlah akar rambut tanaman Graminae, memacu pertumbuhan, pembungaan, pemasakan buah, serta mampu meningkatkan produksi dan hasil padi dilahan masam dan nonmasam.

Aplikasi Pupuk

Aplikasi pupuk organik dilakukan setelah pengolahan tanah pertama. Pupuk hayati yang diperkaya mikrob diaplikasikan bersamaan dengan aplikasi pupuk anorganik. Pupuk anorganik diberikan tiga kali, 1/3 dosis N diberikan sebagai pupuk dasar (0-14 HST) bersama seluruh pupuk P dan 1/2 dosis pupuk K; 1/3 dosis N diberikan sebagai pupuk susulan pada saat anakan produktif (28 – 35 HST) dan 1/3 dosis N bersama 1/2 dosis K sisanya diberikan saat primordia bunga, sedangkan pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah.

Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan tanaman dengan adanya kombinasi pupuk anorganik, organik dan hayati pada 30 HSTb hingga menjelang panen menunjukan keragaan tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan hanya menggunakan pupuk anorganik saja atau hanya pupuk organik dan pupuk hayati saja. Dengan dosis pupuk anorganik lebih rendah dan penambahan pupuk organik dan pupuk hayati menunjukkan tinggi tanaman dan banyaknya jumlah anakan yang lebih baik.

Penambahan pupuk organik dan hayati diyakini mampu meningkatkan parameter pertumbuhan dan dapat meningkatkan produksi karena telah banyak dilakukan penelitian mengenai ini. Penelitian-penelitian tersebutmenyatakan bahwa penambahan isolat bakteri pada pupuk hayati dan bahan organik secara nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman. Nitrogen yang terdapat di dalam

(52)

pupuk organik tersedia secara perlahan bagi tanaman karena sifat bahan organik merupakan slow released fertilizer. Unsur N ini berperan penting pada fase pertumbuhan vegetatif tanaman. Ketersediaan unsur N yang cukup akan memberikan pertumbuhan vegetatif tanaman yang lebih baik.

Gambar 11. Pertanaman Padi Gogo dengan Pupuk Organik dan Hayati Hasil Gabah

Secara statistik hasil padi gogo tidak berbeda nyata pada pengaplikasian pupuk organik dan pupuk hayati. Dosis pupuk anorganik berdasar PUTK yang ditambah dengan pupuk organik dan pupuk hayati memberikan hasil gabah yang lebih baik dibandingkan dengan hanya menggunakan dosis pupuk berdasar PUTK tanpa ada tambahan pupuk organik dan pupuk hayati. Sama halnya dengan penggunaan dosis pupuk berdasar petani setempat dengan adanya tambahan pupuk organik dan pupuk hayati. Penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati saja menunjukan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan kontrol yang tidak mendapat aplikasi pupuk. Berdasarkan hasil tersebut, penggunaan atau penambahan pupuk organik dan pupuk hayati pada pertanaman padi gogo dapat menambah hasil gabah sehingga dapat dianjurkan ke petani.

(53)

Keterangan: P1 = Kontrol

P2 = Pupuk Anorganik berdasarkan petani P3 = Pupuk Anorganik Berdasarkan PUTK P4 = 75% P2 + Pupuk Organik + Pupuk Hayati P5 = 75% P3 + Pupuk Organik + Pupuk Hayati P6 = Pupuk organik + pupuk hayati

Gambar 12. Hasil Padi gogo t/ha GKG pada penambahan pupuk organik dan pupuk Hayati

4. Pengendalian Hama Uret Atau Lundi pada Pertanaman Padi Gogo

dengan Teknik Seed Treatment

Hama yang menjadi kendala utama dalam peningkatan produksi padi di lahan kering (gogo) diantaranya adalah hama uret atau lundi. Uret atau lundi adalah fase larva dari kumbang Scarabaeidae atau Cerambycidae dengan ciri larva berukuran besar, gemuk, putih, badan tembus cahaya dengan kepala warna coklat dan taring yang besar. Kaki berwarna coklat terdapat pada rongga dada. Larva membentuk huruf C (Gambar 13). Hama ini menyerang padi gogo, jagung, ubikayu, tebu dan tanaman pangan lain serta rumput-rumputan.

Gambar

Tabel 1. Komposisi pegawai berdasarkan pendidikan tahun 2012 s.d. 2016
Tabel 2. Rencana Kerja BB Padi Tahun 2016
Tabel 3. Sasaran strategis BB Padi yang ditetapkan dalam PKT 2016
Gambar 3.  Penampilan tanaman, malai, gabah dan beras VUB Inpari 43 Agritan  GSR
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum, fungsi sistem mikrokontroler pada penelitian ini adalah untuk mengkonversikan data hasil kalkulasi dari device Android menjadi perintah yang dapat

Untuk mengetahui seberapa banyak siswa siswi SMA al-muslim kelas X yang memiliki kesadaran dalam melaksanakan sholat wajib dengan tepat waktu, mencari tahu faktor-faktor

Dalam penilaian bahan ajar bahasa Mandarin sebagai bahasa kedua, dengan penilaian internal, kita dapat mengenal dasar pemikiran penulisan bahan ajar tersebut;

Untuk mengantisipasi perbedaan pencatatan sistem kasir dengan kas yang ada di meja kasir salah satu penyebabnya adalah proses pembayaran di lakukan diakhir, setelah pelanggan

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan anugerah- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Kualitas Aset, Likuiditas,

Pengiriman makanan merupakan salah satu layanan pesan antar makanan yang sangat popular saat ini, tapi petugas yang bekerja untuk mengantarkan makanan tidak bisa dengan

Setelah Indonesia berhasil swasembada beras pada tahun 1984 terjadilah serangan besar-besaran pada tanaman padi oleh serangga wereng coklat pada tahun 1985 – 1986 sebagai

Pada variasi rasio mol reaktan didapatkan pada rasio mol 1 : 1,5 dengan nilai pH dan tegangan permukaan menurun berbanding terbalik dengan bilangan asam dan