• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pada bab ini, peneliti akan memaparkan referensi yang terkait dan relevan dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORITIS. Pada bab ini, peneliti akan memaparkan referensi yang terkait dan relevan dengan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan referensi yang terkait dan relevan dengan

penelitian yang dilakukan. Karena penelitian ini merupakan penelitian mengenai analisis

kesalahan, maka pengertian, batasan dan metode analisis kesalahan dibahas terlebih dahulu.

Pembahasan selanjutnya mengenai keigo yang menjadi objek penelitian.

A. Pengertian Analisis Kesalahan (Anakes) 1. Pengertian

Tarigan (1995:141) menyatakan bahwa kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat

pada ujaran atau tulisan sang pelajar. Lebih lanjut lagi Tarigan mengungkapkan bahwa

kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang

dari norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa.

Dengan kata lain, analisis kesalahan merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mencari

solusi dalam masalah pengajaran yang dianggap sulit dengan menelaah faktor–faktor

penyebabnya melalui data-data kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar.

Ellis (Tarigan : 1995 : 68 ) mengemukakan analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja

yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa yang meliputi pengumpulan sampel,

pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan itu

berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian/ penilaian taraf keseriusan kesalahan itu.

Dalam analisis kesalahan terdapat dua kategori kesalahan, yaitu error dan mistake.

(2)

berbahasa dalam kategori error adalah penyimpangan yang disebabkan oleh faktor

kompetensi dan terjadi karena pembelajar belum memahami kaidah bahasa, sedangkan

mistake adalah penyimpangan yang disebabkan oleh faktor performasi atau terjadi karena adanya pengaruh situasi dari dalam diri pembelajar bahasa. Untuk lebih jelasnya,

perbandingan antara error dan mistake dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel perbandingan antara mistakes dan error :

Tabel perbandingan error dan mistake

Kategori/sudut pandang Error mistake Sumber Sifat Durasi Sistem linguistik Hasil Perbaikan Kompetensi Sistematis Agak lama Belum dikuasai Penyimpangan

Dibantu oleh guru : latihan , remedial Performasi Tidak sistematis Sementara Sudah dikuasai Penyimpangan

Siswa sendiri: pemusatan perhatian

Tabel 2.1

2. Batasan Analisis Kesalahan

Batasan kesalahan yang harus dikoreksi menurut Hendrickson dalam Tarigan (1988:194)

adalah:

a. Kesalahan global, yaitu kesalahan-kesalahan yang mengganggu komunikasi atau yang

mengacaukan pemahaman sesuatu pesan. Kesalahan-kesalahan ini mendapat prioritas

pertama untuk dikoreksi.

b. Kesalahan yang mengakibatkan salah faham, yang mengakibatkan timbulnya

reaksi-reaksi yang tidak menguntungkan, merupakan kesalahan kesalahanyang paling umum,

(3)

c. Kesalahan yang sering terjadi, yang mempunyai frekuensi yang tinggi punharus diberi

prioritas utama untuk diperbaiki atau dikoreksi.

3. Jenis dan Kategori Kesalahan

Adapun secara garis besar, kesalahan dapat dibedakan menjadi dua seperti di bawah ini.

Tarigan (1988:171) mengungkapkan bahwa terdapat kategori-kategori kesalahan dengan

pembedaan utama antara lain:

a. Kesalahan antarbahasa (interlanguage errors), yaitu kesalahan yang disebabkan oleh

interferensi bahasa ibu sang siswa terhadap bahasa asing yang dipelajari.

b. Kesalahan intrabahasa (intralingual errors), yaitu kesalahan yang merefleksikan

ciri-ciri umum kaidah yang dipelajari seperti kesalahan generalisasi, aplikasi yang tidak

sempurna terhadap kaidah-kaidah, dan kegagalan mempelajari kondisi-kondisi

penerapan kaidah. (Tarigan dan Tarigan, 2005:85).Menurut Richards (1971) dan

Fisiak (1985:174) masih dalam sumber yang sama, secara singkat “kesalahan

intarabahasa” meliputi:

1. Over generalization atau generalisasi berlebihan, yaitu menganggap suatu aturan bahasa berlaku untuk bagian-bagian bahasa lain yang diperkirakan

sama. Para pembelajar menciptakan struktur yang menyimpang.

2. Ignorence of rule restrictions atau ketidaktahuan akan batas-batas suatu bahasa ke bagian lain yang tidak menggunakan aturan itu. Jenis kesalahan ini

hampir sama dengan jenis kesalahan sebelumnya yang menganggap terlalu

(4)

3. Incomplete application of rules atau penerapan aturan-aturan secara tidak lengkap, yaitu setengah-setengah dalam menerapkan aturan yang cukup

kompleks, artinya hilangnya unsur-unsur yang seharusnya ada pada suatu

tatanan kalimat.

4. Semantic error atau kesalahan makna, yaitu kesalahan dalam penerapan pengertian-pengertian yang secara umum bersinonim, tapi sebenarnya dipakai

untuk konteks-konteks yang berbeda.

5. False concept of hypothesized atau salah menghipotesiskan konsep, yaitu sejenis kesalahan yang seringkali berkaitan dangan gradasi butir-butir

pengajaran yang tidak selaras.

4. Tujuan dan Manfaat Analisis Kesalahan

Analisis kesalahan bertujuan untuk menjelaskan serta menggambarkan sistem linguistik

bahasa siswa dan membandingkan dengan B2 yang dipelajarinya. Selain itu analisis kesalahan

juga bertujuan mencari umpan balik yang dapat digunakan sebagai titik tolak perbaikan

pengajaran bahasa yang diharapkan dapat mengurangi atau mencegah kesalahan dalam

berbahasa (Tarigan, 1995:77).

Menurut Tarigan (1990:77), tujuan analisis kesalahan bersifat aplikatif dan teoretis.

Tujuan aplikatif artinya mengurangi dan memperbaiki kesalahan berbahasa siswa,

sedangkan dari segi tujuan teoritis adalah mengharapkan pemeroleh-an bahasa siswa yang

pada gilirannya dapat memberikan pemahaman ke arah proses pemerolehan bahasa secara

(5)

Adapun manfaat analisis kesalahan berbahasa bagi pengajar menurut Tarigan (1995:96)

adalah :

1)menentukan urutan sajian;

2)menentukan penekanan-penekanan dalam penjelasan dan latihan;

3)memperbaiki pengajaran remedial;

4) memilih butir pengujian kemahiran siswa.

Keuntungan dari adanya suatu analisis kesalahan adalah :

1) Untuk mengetahui sebab-musabab atau penyebab kesalahan itu untuk memahami latar

belakang tersebut;

2) Untuk memperbaiki kesalahan yang dibuat pembelajar;

3) Untuk mencegah atau menghindari kesalahan yang sejenis pada waktu yang akan datang

agar para pembelajar dapat menggunakan bahasa dengan baik dan benar.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir dari

analisis kesalahan adalah mencari dan mendapatkan umpan balik yang dapat

digunakan untuk perbaikan pengajaran bahasa guna mencegah dan mengurangi

kesalahan yang mungkin dibuat oleh siswa, sehingga pengajaran bahasa akan efektif

dan efisien.

5. Langkah - Langkah Analisis Kesalahan

Ada banyak pandangan mengenai metode analis kesalahan. Menurut Sridhar (Tarigan

dan Tarigan, 2005:70) metode anakes adalah seperti di bawah ini.

a. Mengumpulkan data

(6)

c. Mengklasifikasi kesalahan

d. Menjelaskan frekuensi kesalahan

e. Mengidentifikasi daerah kesukaran/kesalahan

f. Mengoreksi kesalahan

Sedangkan menurut Ellis, masih dalam sumber yang sama, anakes memiliki prosedur

seperti di bawah ini.

a. Mengumpulkan sampel kesalahan

b. Mengidentifikasi kesalahan

c. Menjelaskan kesalahan

d. Mengklasifikasi kesalahan

e. Mengevaluasi kesalahan

Dari dua pendapat tersebut, Tarigan dan Tarigan (2005:71) mengambil kesimpulan

sebagai berikut.

a. Mengumpulkan data : berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa, misalnya hasil

ulangan, karangan, atau percakapan.

b. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan : mengenali dan memilah-milah kesalahan

berdasarkan kategori kebahasaan, misalnya kesalahan-kesalahan pelafalan, pembentukan

kata, penggabunagn kata, penyusunan kalimat.

c. Memperingkat kesalahan: menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan, dan

memberikan contoh yang benar.

d. Memprakirakan atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan: meramalkan

(7)

e. Mengoreksi kesalahan: memperbaiki dan bila dapat menghilangkan kesalahan melalui

penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik, dan teknik pengajaran yang serasi.

Metode di atas disebut dengan metodologi anakes ideal. Metode ini merupakan metode

penggabungan dari pendapat beberapa pakar dan telah mencakup analisis kesalahan secara

menyeluruh.

Adapun dalam koreksi kesalahan bahasa tulis, Tarigan dan Tarigan (1995:188)

mengemukakan seperti berikut.

a. Teknik koreksi langsung (direct correction techniques)

b. Teknik koreksi tidak langsung (indirect correction techniques)

Teknik koreksi langsung dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. penggarisbawahan kata serta memberikan suatu petunjuk, seperti “pakai kala lalu” atau

“konjugasikan”;

b. mengurung kata atau frasa yang salah tempat, yang dibubuhi pula tanda panah di tempat

yang dimaksud;

c. memberi tanda silang pada kata yang terasa berlebihan atau mubazir.

d. memberikan bentuk yang tepat atau struktur yang benar dalam keseluruhannnya. (Tarigan

dan Tarigan, 1995:189)

Sedangkan teknik koreksi tidak langsung adalah:

a. yang salah-eja digarisbawahi;

b. kosakata yang tidak tepat pemakaiannya, dikurung dengan lingkaran;

c. kata-kata yang terasa kurang atau hilang, diberi tanda panah;

d. frasa atau struktur yang membingungkan, diberi tanda tanya. (Tarigan dan Tarigan,

(8)

Dalam mempelajari bahasa, kerap terjadi kesalahan. Begitupun dalam mempelajari bahasa

Jepang. Kesalahan dalam proses mempelajari bahasa Jepang terjadi pada setiap tataran linguistik.

Adapun objek kesalahan pun bervariasi dan terjadi pada setiap empat keterampilan bahasa, yaitu

membaca, menulis, mendengar, dan berbicara.

Dalam tataran linguistik bahasa Jepang, salah satu yang menjadi sasaran kesalahan adalah

tata bahasa atau bunpou. Bahasa Jepang memiliki tata bahasa yang banyak dan beraneka ragam.

Salah satu materi yang rawan akan kesalahan adalah mengenai keigo. Pemakaian keigo ( ragam

bahasa hormat) menjadi salah satu karakteristik bahasa Jepang. Ungkapan kebahasaan serupa

keigo tidak tampak di dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu tidak sedikit pembelajar bahasa Jepang yang berbahasa ibu bahasa Indonesia merasa sulit manakala mempelajari atau memakai

keigo. Sebelum melakukan analisis kesalahan mengenai materi ini, pemahaman terkait keigo sangat diperlukan. Oleh karena itu, materi mengenai keigo akan dipaparkan selanjutnya.

B. Keigo

1. Pengertian

Keigo adalah ragam bahasa yang memiliki fungsi untuk menghormati lawan bicara atau orang yang menjadi topik pembicaraan dengan mengungkapkan pembicaraan

menggunakan tuturan sopan. Secara singkat Terada Takano menyebut keigo sebagai

bahasa yang mengungkapkan rasa hormta terhadap lawan bicara atau orang ketiga

(Terada,1984:238). Seluruh bahasa dilengkapi dengan ungkapan ragam hormat termasuk

bahasa Jepang yang dipakai untuk mengungkapkan rasa hormat terhadap pendengar atau

(9)

Nomura (dalam Sudjianto dan Dahidi, 2004: 189) berpendapat bahwa keigo

adalah istilah ungkapan kebahasaan yang menaikkan derajat pendengar atau orang yang

menjadi pokok pembicaraan. Lalu menurut Ogawa, keigo adalah ungkapan sopan yang

dipakai pembicara atau penulis dengan mempertimbangkan pihak pendengar, pembaca,

atau orang yang menjadi pokok pembicaraan.

Pada buku 分かって使える日本語 ( The Nagoya Ywca School Of Japanese

Language , 2004: 164) pengertian keigo sebagai berikut :

敬語はほかの人(目上の人、親しくない人など)に対して敬語を表す表現です。

“Keigo wa hoka no hito (me ue no hito, shitakunai hito nado) ni taishite keigo wo

arawasu hyougen desu”.

“Keigo adalah ungkapan hormat terhadap orang yang posisinya lebih tinggi atau orang yang hubungannya akrab”.

Nomura (Sudjianto & Dahidi , 2004:189) mengemukakan keigo sebagai berikut :

野村(Sudjianto & Dahidi , 2004:189)によると敬語というのは相手または話題に

なる人の程度を高めるまたは低くめる用語表現である。

“Nomura (Sudjianto & Dahidi , 2004:189) niyoruto keigo to iu no wa aite mata wa wadai ni naru hito no teido wo takameru mata wa hikumeru yougo hyougen de aru”.

“Menurut Nomura (Sudjianto & Dahidi , 2004:189) yang di sebut keigo adalah ungkapan untuk meninggikan atau merendahkan kedudukan lawan bicara atau orang yang menjadi topik pembicaraan”.

(10)

Sedangkan menurut (Sutedi,2007:153) bahasa halus di sebut dengan keigo, di

dalamnya ada bahasa yang digunakan untuk diri sendiri dan ada juga digunakan untuk

orang lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keigo adalah bahasa yang mengungkapkan rasa

hormat terhadap lawan bicara atau orang ketiga (Terada, 1984:238).

2. Jenis

Keigo memiliki tiga macam jenis. Secara umum jenis ini meliputi sonkeigo, kenjoogo dan teineigo.

a. Sonkeigo

Hirai mengemukakan bahwa sonkeigo adalah cara bertutur kata secara langsung

menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara. Sementara itu Oishi Shotaro

mengemukakan bahwa sonkeigo adalah ragam bahasa hormat untuk menyatakan rasa

hormat terhadap orang yang dibicarakan (termasuk benda-benda, keadaan, aktifitas, atau

hal-hal lain yang berhubungan dengannya) dengan menaikkan derajat orang yang

dibicarakan.

Sudjianto (2002:103) berpendapat bahwa sonkeigo merupakan salah satu jenis

keigo yang digunakan untuk menyatakan rasa hormat pembicara dengan menaikkan derajat orang yang menjadi pokok pembicaraan (baik teman berbicara, maupun orang

yang dibicarakan) termasuk perkara, keadaan, perbuatan, dan keluarganya. Sonkeigo

merupakan cara bertutur kata yang langsung menyatakan rasa hormat terhadap lawan

(11)

Contoh : 先生はもうお帰りになりました。

Sensei mo okaeri ni narimashita.

( Pak guru sudah pulang) (Gakushudo, level 3 : 53)

お客様が見えましたら、応接室にご案内してください。

Okyakusama ga miemashitara, ousetsushitsu ni go annai shite kudasai.

(Kalau tamunya sudah dating, tolong antarkan ke ruang tamu) (Gakushudo, level

3 : 53)

山本先生をご存知ですか。

Yamamoto sensei o gozonji desuka?

( Anda kenal pak Yamamoto?) (Gakushudo, level 3 : 53)

b. Kenjoogo

Ada yang menyebut kenjoogo dengan istilah kensongo. Hirai Masao menyebut

kensongo sebagai tutur kata yang menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara dengan cara merendahkan diri sendiri. Oishi Shitaro mengartikan kensongo sebagai keigo yang

menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara atau terhadap teman orang yang

dibicarakan dengan cara merendahkan orang yang dibicarakan termasuk benda- benda,

keadaan, aktifitas, atau hal-hal lain yang berhubungan dengannya (Sudjianto dan Dahidi,

(12)

Kenichi (2007: 24) berpendapat bahwa kenjoogo merupakan suatu pekerjaan yang

menunjukkan penghormatan dan meninggikan lawan bicara oleh tingkah laku dan milik

diri sendiri. Jadi, kenjoogo adalah suatu ungkapan untuk menunjukkan rasa hormat

pembicara kepada lawan bicara maupun orang yang menjadi topik pembicaraan dengan

merendahkan perilakunya sendiri. Orang yang dihormati adalah atasan atau soto no hito.

Kenjoogo juga digunakan bila pembicara hendak membicarakan uchi no hito kepada soto no hito.

Sedangkan Bunkacho (dalam Sudjianto, 1996: 130) mengemukakan bahwa

kenjoogo adalah bahasa hormat yang digunakan untuk menghormati orang kedua atau teman orang yang menjadi pokok pembicaraan dengan cara merendahkan derajat orang

yang menjadi pokok pembicaraan. Hitoshiko & Noriko (2000: 72) menyatakan bahwa

kenjoogo adalah kata-kata yang pengucapannya merendahkan diri terhadap tingkah laku keluarga dan diri sendiri.

Contoh : 私は先生に作文を直していただきます。

Watashi wa sensei ni sakubun o naoshite itadakimasu.

(Saya sudah meminta pak guru untuk memperbaiki karangan saya) (Gakushudo,

level 3 : 53)

部長は今電話に出ておりますので、しばらくお待ちください。

Buchou wa ima denwa ni deteorimasu node, shibaraku omachi kudasai.

(Karena direktur sekarang sedang menerima telepon, mohon tunggu sebentar)

(13)

私が先生にご相談します。

Watashi ga sensei ni go soudanshimasu.

( Saya sedang berdiskusi dengan pak guru) (中級レベル、わかって使える日本

語(171)

c. Teineigo

Teineigo menurut Hirai (dalam Sudjianto dan Dahidi, 2002: 194) adalah cara bertutur kata sopan santun yang dipakai pembicara dengan saling menghormati atau

menghargai perasaan masing-masing, Oishi Shotaroo menyebut teineigo dengan istilah

teichoogo yaitu keigo yang secara langsung menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara (dengan pertimbangan yang khusus terhadap lawan bicara).

Menurut Kenichi (2007: 27) teineigo adalah pembicara berkata dengan sopan

terhadap pendengar. Sedangkan Danasasmita (dalam Sudjianto, 1996: 134)

mengungkapkan teineigo sebagai bahasa hormat yang dipakai untuk menghaluskan

kata-kata yang diucapkan kepada orang lain. Pemakaian teineigo berbeda dengan sonkeigo dan

kenjoogo karena tidak berhubungan dengan meninggikan atau merendahkan dejarat orang yang dibicarakan. Yang menjadi pertimbangan dalam teineigo adalah teman berbicara.

Teineigo semata-mata digunakan untuk menghormati teman berbicara (orang kedua). Selain itu, terdapat pendapat lain, dari Hitoshiko & Noriko (200: 71) yang

menyebutkan bahwa teineigo adalah kata-kata yang diucapkan secara sopan terhadap

lawan bicara.Teineigo sering dipakai pada waktu menerima tamu oleh pramuwisata, para

(14)

Contoh : ここは私の家です。 (Akio, 2002; 147)

Koko wa watashi no ie desu.

(Disini adalah rumah saya)

まだ少し空席がございます。 (Akio, 2002: 151)

Mada sukoshi kuuseki ga gozaimasu.

(Masih ada ada lowongan)

お約束いただいてありがとうございます。 (Akio, 2002:126)

Oyakusoku itadaite arigatou gozaimasu.

(Terima kasih atas janjinya)

3. Pembentukan

Berdasarkan pemaparan sebelumnya keigo terbagi atas tiga jenis. Dari ketiga jenis

keigo tersebut, masing-masing dari jenis keigo mengalami perubahan dalam kata kerjanya. Adapun perubahan di antaranya:

a. Sonkeigo

. Pembentukan sonkeigo terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu:

1. Menggunakan kata kerja khusus untuk sonkeigo

動詞 尊敬語

する 行く

なさる

(15)

来る 食べる 飲む 言う 見る もらう あげる くれる いらっしゃる めしあげる めしあげる おっしゃる ごらんになる いただく さしあげる くださる Contoh: 先生はご飯を召し上がります。

Sensei wa gohan o meshi agarimasu.

(Guru makan nasi) (Sutedi,edisi revisi : 155)

私は八時にまいります。(Sutedi, 2007: 155)

Watashi wa hachi ji ni mairimasu.

(Saya akan pergi pada jam 8)

2. Menggunakan kata kerja bentuk masu dengan pola お/ご+V ます+になる

Contoh: 田中先生は手紙をお書きになります。

(Pak Tanaka akan menulis surat ) (Sutedi, 2007: 155)

3. Menggunakan kata kerja pasif (ukemi)

Kalimat yang digunakan dalam bentuk kalimat aktif, namun kata kerja yang

digunakan adalah kata kerja pasif.

(16)

Yamada sensei mo koraremashita.

(Pak Yamada pergi) (Sutedi,edisi revisi : 156)

b. Kenjoogo

Ragam hormat dalam bentuk kenjoogo terbagi menjadi dua, yaitu:

• Beraturan pembentukannya, seperti:

- お/ご+V ます+する

Contoh: お客様を駅で送りします。 (Akio, 2002: 128)

Okyaku sama wo eki de okurimasu.

(Mengantar tamu sampai stasiun)

- お/ご+V ます+いたす

Contoh: わかり時代、お知らせいたします。 (Kenichi, 2007: 86)

Wakari jidai, oshirase itashimasu.

(Segera setelah mengerti, saya akan memberi tahu)

- お/ご+V ます+できる

Contoh: 明日の午後ならお届けできます。 (Akio, 2002: 126)

Ashita no gogo nara otodoke dekimasu.

(17)

- お/ご+V ます+いただく

Contoh: お約束いただいてありがとうございます。 (Akio, 2002:126)

Oyakusoku itadaite arigatou gozaimasu.

(Terima kasih atas janjinya)

- お/ご+V ます+もうしあげる

Contoh: 後日あらめてごれんらくもうしあげます。 (Akio, 2002: 126)

Gojitsu aramete gorenraku moushi agemasu.

(Silakan menghubungi kembali pada lain kesempatan)

- お/ご+V ます+ねがう

Contoh: はっさ十分まえにはおあつまりねがいます。(Akio, 2002: 142)

Hassa jyuppun maeni wa oatsumari negaimasu.

(Sepuluh menit sebelum waktu pemberangkatan harap segera berkumpul)

• Tidak beraturan pembentukannya seperti:

- する menjadi いたす

Contoh: 私がいたします。 (Kenichi, 2007: 110)

Watashi ga itashimasu.

(18)

- 食べる/ 飲む menjadi いただく

Contoh: どんなものでもいただきます。 (Kenichi, 2007: 109)

Donna mono demo itadakimasu. (Akan memakan apapun)

- もらう menjadi いただく

Contoh: はげましの言葉をいただいた。(Kenichi, 2007: 82)

Hagemashi no kotoba itadaita.

(Mendapatkan kata-kata yang menyemangati)

- 行く/ 来る menjadi 参る

Contoh: すぐ参ります。 (Kenichi, 2007: 105)

Sugu mairimasu.

(Saya akan segera datang)

- いる menjadi おる

Contoh: はい、午後からずっと家におります。(Hitoshiko,dkk. 2000: 76)

Hai, gogo kara zutto ie ni orimasu.

(Ya, saya ada di rumah dari sore hari)

- 話す/ 言う menjadi 申す

(19)

Watashi wa uso wa moushimasen.

(Saya tidak berbohong)

- 知る menjadi 存じる/存ずる

Contoh: まったくぞんじませんでした。(Kenichi, 2007: 108)

Mattaku zonjimasen deshita.

(Sama sekali tidak mengetahuinya.)

- 見る menjadi 拝見する

Contoh: 少々拝見します。 (Kenichi, 2007: 100)

Shoushou haiken shimasu.

(Melihat sebentar)

- 行く/ 聞く/ たずねる menjadi うかがう

Contoh: 明日おたくへうかがいます。 (Kenichi, 2007: 77)

Ashita otaku e ukagaimasu.

(Besok saya akan berkunjung ke rumah anda)

- たずねる menjadi あがる

Contoh: 来週、おたくへあがります。 (Kenichi, 2007: 88)

Raishuu, otaku e agarimasu.

(20)

c. Teineigo

Yang termasuk ke dalam ragam hormat jenis teineigo, diantaranya adalah:

1. Menambahkan kata です di akhir kalimat untuk menghaluskan kalimat tersebut.

Contoh: ここは私の家です。 (Akio, 2002; 147)

Koko wa watashi no ie desu.

(Disini adalah rumah saya)

2. Menggunakan kata ですが sebagai pengganti kata けど (tetapi).

Contoh: 勉強はいやですが、学校が好きです。(Kenichi,2007: 128)

Benkyou wa iya desu ga, gakkou ga tsuki desu.

(Belajar tidak mau, tetapi suka sekolah)

3. Menambahkan kata ます diakhir kalimat untuk memperhalus kata kerja dalam kalimat

tersebut.

Contoh: 雪が降っています。 (Akio, 2002: 149)

Yuki ga futteimasu.

(Salju sedang turun)

4. Menggunakan kata あります yang merupakan bentuk keigo untuk kata ある (ada).

Contoh: 先ほど電話ありました。 (Kenichi, 2007: 124)

(21)

(Barusan ada telepon)

5. Menggunakan awalan お atau ご di depan kata benda.

Contoh: 父にお手紙を書いた。(Iori, 2000: 286)

Cici ni otegami o kaita.

(Saya menulis surat pada ayah)

6. Menggunakan kata ございます(ござる) sebagai pengganti あります (ある).

Contoh: まだ少し空席がございます。 (Akio, 2002: 151)

Mada sukoshi kuuseki ga gozaimasu.

(Masih ada ada lowongan)

7. Menggunakan kata どうぞ atau どうか saat meminta atau menyuruh dengan sopan.

Contoh: どうぞおいてください。 (Kenichi, 2007: 129)

Douzo oite kudasai.

(Silakan datang)

どうかおかしください。 (Kenichi, 2007: 129)

Douka okashi kudasai.

(Tolong, saya harap anda meminjamkannya)

8. Menggunakan kata こちら, そちら atau あちら sebagai pengganti kata ここ(disini), そこ

(22)

Contoh: こちらへおいでください。 (Kenichi, 2007: 130)

Kochira e oide kudasai.

(Silakan datang kemari)

9. Menggunakan kata どなた untuk menggantikan kata だれ.

Contoh: どなたをお探しですか。 (Kenichi, 2007: 131)

Donata o osagashi desu ka.

(Siapa yang and cari?)

10. Menggunakan kata いかが sebagai pengganti kata どう (bagaimana).

Contoh: いかがいたしましょうか。 (Kenichi, 2007: 132)

Ikagaitashimashouka.

(Bagaimana melakukannya?)

11. Menggunakan kata でございます untuk mengganti kata です.

Contoh: 右手に見えますのが A デパートでございます。(Akio, 2002: 151)

Migite ni miemasu no ga A depaato de gozaimasu.

(Yang terlihat di sebelah kanan adalah dept. store A).

4. Fungsi/ Makna

Secara singkat Hinata Shigeo (2000,15-17) dalam (Sudjianto & Dahidi,

(23)

1. Menyatakan penghormatan

Mengenai hal ini tidak perlu dijelaskan lagi, karena peran keigo ini dapat

dikatakan merupakan dasar keefektifan keigo. Lawan bicara yang dihormati

adalah atasan atau orang yang posisinya tinggi secara social, tetapi sudah tentu di

dalamnya termasuk orang-orang berdasarkan hubungan manusia yang berada

dalam bidang perdagangan dan bisnis.

2. Menyatakan perasaan formal

Bukan di dalam hubungan atau situasi pribadi, di dalam hubungan atau situasi

pribadi , di dalam hubungan atau situasi resmi dilakukan pemakaian bahasa yang

kaku dan formal, Misalnya di dalam sambutan upacara pernikahan, di dalam rapat

atau ceramah yang resmi atau sebagainya di pakai bahasa halus atau bahasa

hormat sebagai etika social. Berbicara dengan ragam akrab dalam situasi seperti

ini kadang-kadang menjadi tidak sopan.

3. Menyatakan jarak

Di antara pembicara dan lawan bicara yang baru pertama kali bertemu atau yang

perlu di bicarakan dengan sopan biasanya terdapat jarak secara psikologis. Dalam

situasi seperti itu hubungan akan dijaga dengan menggunakan bahasa halus atau

hormat secara wajar. Pemakaian bahasa atau sikap terlalu ramah kadang-kadang

akan menjadi kasar dan tidak sopan.

4. Menjaga martabat

Keigo pada dasarnya menyatakan penghormatan terhadap lawan bicara atau orang yang di bicarakan. Tetapi dengan dapat menggunakan keigo secara tepat dapat

(24)

5. Menyatakan rasa kasih sayang

Keigo digunakan para orang tua atau guru taman kanak-kanak kepada anak-anak dapat dikatakan sebagai bahasa yang meyatakan perasaan kasih sayang atau

menyatakan kebaikan hati penuturnya.

6. Ada kalanya menyatakan sindirian, celaaan, atau olok-olok

Hal ini merupakan ungkapan yang mengambil keefektifan keigo sebaliknya,

misalnya mengucapkan Hontoo ni gorippa otaku desu koto ‘Rumah yang

benar-benar bagus ‘bagi sebuah apartemen yang murah, atau mengucapkan kalimat

Aitsu mo zuibun goseichoo asobashita mono da ‘Dia juga orang yang benar-benar sudah dewasa’. Kalimat-kalimat itu secara efektif dapat mengungkapkan sindiran,

celaan, atau olok-olok.

C. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Keigo

Pada poin ini, peneliti akan menelaah penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian

ini sebagai salah satu acuan dalam melakukan penelitian. Adapun penelitian terdahulu yang

dianggap relevan adalah penelitian Timur Sri Astani dalam thesis bahasa Jepang tahun 2008

judul analisis kesalahan penggunaan ragam keigo dalam pelajaran percakapan bisnis Jepang

pada mata kuliah peminatan office Jepang mahasiswa Ubinus semester V tahun ajaran 2008/2009

Tes dilakukan terhadap 21 orang mahasiswa jurusan bisnis Ubinus Jakarta, yaitu tingkat

III sebanyak 21 orang . Adapun pembahasan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

(25)

Umumnya ada dua macam kesalahan, yaitu kesalahan perubahan morfologi

sonkeigo dan kenjoogo, dan kesalahan dalam membedakan fungsi/makna untuk masing-masing jenis keigo yang di maksud . Kesalahan terjadi pada beberapa kategori yakni;

kesalahan dalam membedakan pola kata kerja sonkeigo dan kenjoogo, dan kesalahan

menggunakan ragam keigo untuk menyatakan maksud, permintaan dan meminta izin.

b. Penyebab munculnya kesalahan

1. Kurangnya pemahaman terhadap perubahan kata kerja keigo

50% mahasiswa tidak dapat membedakan pola kata kerja sesuai jenis keigonya.

Mahasiswa sering tertukar antara pola kata kerja sonkeigo dan kenjoogo. Hal ini

disebabkan oleh faktor kompetensi artinya siswa memang belum memahami

sistem linguistik bahasa yang digunakannya.

2. Kurangnya pemahaman terhadap fungsi/makna keigo

50% mahasiswa mengakui kesulitan dalam menggunakan ragam keigo untuk

menyatakan maksud , permintaan, dan meminta izin. Hal ini disebabkan

kurangnya pemahaman mahasiswa terhadap penentuan fungsi/makna keigo untuk

setiap jenisnya. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah faktor kompetensi

artinya siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang

digunakannya.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa kesalahan yang dilakukan pembelajar

bahasa Jepang cukup banyak. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan Timur Sri Astani ini

hanya terbatas pada penggunaan keigo dalam mata kuliah kaiwa. Sedangkan penelitian

(26)

keigo dan materi lain yang berkaitan dengan keigo dan tidak dibatasi untuk mata kuliah saja . Karena pembelajar bahasa Jepang terus bertambah, penulis beranggapan bahwa

penelitian mengenai kalimat potensial secara menyeluruh baik dilakukan untuk

memperoleh informasi mengenai kesalahan-kesalahan pembelajar guna pembelajaran

bahasa Jepang yang selalu progresif.

Berdasarkan landasan teori, hasil penelitian terdahulu, dan pertimbangan lainnya, maka

penulis menyimpulkan untuk melakukan penelitian mengenai keigo dengan jenis sebagai

berikut:

1. Sonkeigo yang mencakup : Pembentukan

Menggunakan kata kerja khusus untuk sonkeigo

動詞 尊敬語 する 行く 来る 食べる 飲む 言う 見る もらう あげる くれる なさる いらっしゃる いらっしゃる めしあげる めしあげる おっしゃる ごらんになる いただく さしあげる くださる

Menggunakan kata kerja bentuk masu dengan pola O/Go+Vmasu+ni naru Menggunakan kata kerja pasif (ukemi)

• Kalimat yang digunakan dalam bentuk kalimat aktif, namun kata kerja yang digunakan adalah kata kerja pasif.

(27)

2. Kenjoogo yang mencakup : Pembentukan

• Beraturan pembentukannya, seperti:

- お/ご+V ます+する - お/ご+V ます+いたす - お/ご+V ます+できる - お/ご+V ます+いただく - お/ご+V ます+申し上げる - お/ご+V ます+願う

Bentuk tidak beraturan seperti :

- する menjadi いたす - 食べる/ 飲む menjadi いただく - もらう menjadi いただく - 行く/ 来る menjadi 参る - いる menjadi おる - 話す/ 言う menjadi 申す - 知る menjadi 存じる/存ずる - 見る menjadi 拝見する - 行く/ 聞く/ たずねる menjadi うかがう - たずねる menjadi あがう

(28)

Pembentukan :

- Menambahkan kata です di akhir kalimat untuk menghaluskan kalimat tersebut.

- Menggunakan kata ですが sebagai pengganti kata けど (tetapi).

- Menambahkan kata ます diakhir kalimat untuk memperhalus kata kerja dalam

kalimat tersebut.

- Menggunakan kata あります yang merupakan bentuk keigo untuk kata ある

(ada).

- Menggunakan awalan お atau ご di depan kata benda.

- Menggunakan kata ございます (ござる) sebagai pengganti あります(a ある).

- Menggunakan kata どうぞ atau どうか saat meminta atau menyuruh dengan

sopan.

- Menggunakan kata こちら, そちら atau あちら sebagai pengganti kata ここ

(disini), そこ (disana), dan あそこ (disana, jauh).

- Menggunakan kata どなた untuk menggantikan kata だれ.

- Menggunakan kata いかが sebagai pengganti kata どう (bagaimana).

Gambar

Tabel perbandingan antara mistakes dan error :  Tabel perbandingan error dan mistake

Referensi

Dokumen terkait

Mitos adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani muthos yang secara harfiah bermakna sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan orang, dan dalam arti yang lebih

sangat baik diterapkan pada kegiatan pembelajaran. c) Langkah-langkah Strategi Giving Questions and Getting Answer. Langkah-langkah strategi pembelajaran ini menurut Suprijono

Menurut Alwi, dkk (2003: 3-9) ragam bahasa dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu ragam bahasa pada bidang tertentu, ragam bahasa pada perorangan atau idiolek, ragam

Kalimat (27) termasuk contoh tuturan prohibitives melarang. Tuturan tersebut disampaikan oleh penutur kepada lawan tutur untuk tidak melakukan tindakan seperti.. yang diujarkan

Orang Jawa sering kali menyatakan pendapatnya secara tak langsung kepada lawan bicaranya. Seolah – olah apa yang dikatakannya tertuju pada dirinya sendiri atau paling

Variasi bahasa yang ketiga dari segi keformalan, dari segi keformalan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah ragam akrab/ intim karena masyarakat Desa Beji,

Atau dapat juga dikatakan, oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama, dan

Fungsi-fungsi bahasa dalam pendidikan dapat dibagi atas empat subfungsi: (1) fungsi integratif, memberikan penekanan pada penggunaan bahasa sebagai alat yang membuat anak didik