• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Anti-bakteri Tepung Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap Escherichia coli, Salmonella sp.dan Lactobacillus sp. sebagai Fitobiotik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Aktivitas Anti-bakteri Tepung Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap Escherichia coli, Salmonella sp.dan Lactobacillus sp. sebagai Fitobiotik"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Aktivitas Anti-Bakteri Tepung Daun Binahong (Anredera

cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap Escherichia coli, Salmonella

sp. dan Lactobacillus sp. sebagai Fitobiotik

(Anti-Bacterial Activities of Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)

Steenis) Leaf Flour on Escherichia coli, Salmonella sp. and

Lactobacillus sp. as Phytobiotic)

Widodo N, Krismaputri ME, Widianingrum DC Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Jember

nurwidodo.faperta@unej.ac.id

ABSTRACT

This study was aimed to determine the anti-bacterial activity of binahong leaf flour against Escherichia coli bacteria, Salmonella sp. and Lactobacillus sp. Potential of binahong leaf flour as an antimicrobial were performed by diffusion test to observe the sensitivity of binahong leaf flour against E. coli bacteria, Salmonella sp. and Lactobacillus sp. on Müller Hinton agar medium. Six concentration treatment (T0: Positive control (10 ppm Tetracycline), T1: Negative control, T2: Binahong leaf flour 0.5%, T3: Binahong leaf flour 1.0%, T4: Binahong leaf flour 2.0%, and T5: Binahong leaf flour 4.0% were observed the antibacterial activity. All data were tested by one way analysis of variant followed by Duncan Multiple Range Test (DMRT). The results showed that administration of binahong leaf flour at levels 2 and 4% had a larger inhibition zone (P<0.01) to inhibiting the growth of E. coli, Salmonella

sp. and Lactobacillus sp. bacteria compared to negative controls, that administration of binahong leaf fluor at levels 0.5 and 1%. The administration of binahong leaf flour at the level of 4% was able to provide the same inhibition zone compared to the administration of tetracycline at a dose of 10 ppm to inhibiting the growth of E. coli, Salmonella sp. and

Lactobacillus sp. It is can be concluded that binahong leaf flour has anti-bacterial activity against E. coli, Salmonella sp. and Lactobacillus sp.

Key words: Antibacterial activity, binahong, E.coli, Salmonella sp., Lactobacillus sp ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas anti-bakteri tepung daun binahong terhadap bakteri Escherichia coli, Salmonella sp. dan Lactobacillus sp. Metode yang digunakan untuk menentukan aktifitas anti-bakteri menggunakan metode difusi agar, besarnya aktifitas anti-bakteri diukur dari zona bening yang terbentuk di sekitar lubang sumuran dengan satuan milimeter (mm). Perlakuan konsentrasi tepung daun binahong yang digunakan dibagi ke dalam 6 kelompok perlakuan yaitu Kelompok 1: Kontrol positif (Tetrasiklin 10 ppm) (T0), Kelompok 2: Kontrol negatif (T1), Kelompok 3: Tepung daun binahong 0,5% (T2), Kelompok 4: Tepung daun binahong 1,0% (T3), Kelompok 5: Tepung daun binahong 2,0% (T4), dan Kelompok 6: Tepung daun binahong 4,0% (T5). Data yang diperoleh dianalisis varian dan bila terjadi pengaruh yang berbeda dilanjutkan dengan uji Duncan’s multiple range test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung daun binahong pada level 2 dan 4% memiliki zona hambat yang lebih besar (P<0,01) dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli, Salmonella dan Lactobacillus dibandingkan dengan kontrol negatif, pemberian tepung daun binahong pada level 0,5 dan 1%. Pemberian tepung daun binahong pada level 4% mampu memberikan zona hambat yang sama dibandingkan dengan

(2)

pemberian tetrasiklin pada dosis 10 ppm dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli, Salmonella dan Lactobacillus. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tepung daun binahong mempunyai aktifitas anti-bakteri terhadap Escherichia coli, Salmonella sp. dan

Lactobacillus sp.

Kata kunci: Aktivitas anti bakteri, binahong, E. coli, Salmonella sp, Lactobacillus sp PENDAHULUAN

Penggunaan antibiotik dalam pakan dapat mengakibatkan munculnya resistensi bakteri terhadap antibiotik dan adanya residu dalam produk peternakan. Oleh karena itu Pemerintah Indonesia mengeluarkan larangan penggunaan antibiotik sebagai AGP seperti diatur melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14 Tahun 2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan. Hal ini sebagai salah satu langkah strategis pemerintah dalam mengendalikan ancaman resistensi antimikroba dan untuk melindungi konsumen dari residu antibiotika yang terdapat dalam produk ternak. Untuk mendukung program pemerintah tersebut maka dibutuhkan alternatif dari penggunaan antibiotik yang salah satunya dapat dilakukan dengan penggunaan fitobiotik.

Fitobiotik adalah suplemen pakan yang berasal dari tanaman untuk ditambahkan dalam pakan ternak dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja produksi dan kesehatan ternak (Windisch et al. 2008). Ulfah (2006) juga mendefinisikan fitobiotik adalah tanaman herbal yang memiliki bahan aktif yang bila diberikan pada ternak dapat berperan sebagai antibakteri dan dapat memperbaiki kondisi saluran pencernaan (keseimbangan pH dan mikroflora), meningkatkan efisiensi pakan, dan meningkatkan kecernaan zat-zat makanan. Udayana (2006) menambahkan bahwa fitobiotik bisa mengontrol mikro organisme di dalam saluran pencernaan unggas. Keberadaan mikro organisme berpengaruh terhadap pencernaan pakan dan pemanfaatan energi pakan, sehingga mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan ternak.

Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) adalah tanaman yang sering dimanfaatkan sebagai obat herbal. Bagian dari tanaman binahong yang dapat dimanfaatkan adalah bagian batang, daun, bunga, dan umbinya karena mengandung beberapa senyawa kimia aktif yang dapat berperan sebagai anti-bakteri dan bermanfaat bagi kesehatan ternak. Senyawa aktif yang terdapat pada, batang, daun, bunga, dan umbi binahong adalah fenol, flavonoid, alkaloid, terpenoid, saponin, dan steroid yang mempunyai peran penting sebagai anti-bakteri (Astuti 2011; Darsana et al. 2012; Garmana et al. 2014). Oleh karena itu, daun binahong mempunyai prospek untuk digunakan sebagai fitobiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas bakteri

E. coli, Salmonella sp. dan Lactobacillus sp. terhadap tepung daun binahong. MATERI DAN METODE

Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada pada bulan Juni sampai dengan Juli 2016.

(3)

Alat dan bahan penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: inkubator (Memmert UM600, Memmert GmbH. Co. KG., Schwabach, Jerman), autoklaf (Hirayama HVE-25, Hirayama, Tokyo, Jepang), magnetics hotplate stirrers (DLAB MS-H280-Pro, DILAB Scientific Inc., Riverside, USA), vortex (peqTwist, Peqlab Biotechnologie GmbH, Erlangen, Jerman), Laminair air flow (Gelaire, The Kelly Company Pty Ltd., Brisbane, Australia), bunsen, tabung konikel 10 ml (Falcon, Corning, Pennsylvania, USA),

Micropipette Socorex adjustable (Acura 825, Switzerland), jangka sorong, peralatan gelas berupa cawan petri, erlenmeyer, gelas ukur, tabung reaksi (PYREX, Corning, Pennsylvania, USA), jarum ose, ring (untuk membuat sumuran), mikro tip dan aluminium foil.

Bahan penelitian yang digunakan adalah tepung daun binahong, E. coli, Salmonella

sp., Lactobacillus sp., yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Tetrasiklin, serbuk Mueller Hinton Agar (MHA) dan aquades.

Metode penelitian

Tanaman binahong yang digunakan adalah bagian daun. Sebelum digunakan terlebih dahulu dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 55ºC selama 48 jam kemudian digiling halus dan disaring dengan ukuran 60 mesh.

Pembuatan media untuk pertumbuhan bakteri. Sebanyak 4 g serbuk MHA dilarutkan ke dalam 100 ml aquades kemudian media dipanaskan di atas tungku pemanas magnetik sampai mendidih sehingga media MHA benar benar telah larut sempurna. Media MHA disterilisasi dengan menggunakan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121ºC.

Uji Aktivitas daya hambat bakteri pada tepung daun binahong. Perlakuan konsentrasi tepung daun binahong yang akan digunakan untuk menghambat aktivitas bakteri adalah sebagai berikut:

Perlakuan 1 : Kontrol positif (Tetrasiklin 10 ppm) (T0) Perlakuan 2 :

Kontrol negatif

(T1)

Perlakuan 3 :

T

epung daun binahong 0,5% (T2) Perlakuan 4 :

T

epung daun binahong 1,0% (T3) Perlakuan 5 : Tepung daun binahong 2,0% (T4) Perlakuan 6 :

T

epung daun binahong 4,0% (T5)

Sebanyak 20 ml larutan MHA steril dituangkan ke dalam cawan petri dan diamkan pada suhu kamar hingga mengeras atau padat, kemudian diinokulasikan bakteri yang akan dihambat (E. coli, Salmonella sp., dan Lactobacillus sp.). Sumuran dibuat dengan menggunakan ring (modifikasi). Sebanyak 50 µl dari masing-masing kosentrasi tepung daun binahong yaitu 0,5; 1,0; 2,0; dan 4,0% diambil dengan menggunakan pipet dan dimasukkan ke dalam sumuran kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam. Besarnya aktivitas anti-bakteri diukur dari zona bening yang terbentuk di sekitar lubang sumuran yang diukur dengan menggunakan jangka sorong dengan satuan millimeter (mm).

(4)

Parameter yang diamati

Parameter yang diamati adalah uji anti bakteri tepung daun binahong terhadap bakteri E. coli, Salmonella sp., dan Lactobacillus sp. metode difusi agar.

Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis variansi (ANOVA) dan bila terjadi pengaruh yang berbeda dilanjutkan dengan uji Duncan’s multiple range test (DMRT) (Gomes & Gomez 2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian aktivitas anti-bakteri tepung daun binahong terhadap bakteri E. coli, Salmonella sp., dan Lactobacillus sp., dilakukan dengan metode difusi. Aktivitas anti-bakteri ditentukan dengan melihat ukuran zona jernih yang terbentuk di sekitar sampel uji setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC. Zona hambat pemberian tepung daun binahong pada level 0,5; 1,0; 2,0; dan 4,0 terhadap aktivitas bakteri E. coli, Salmonella

sp., dan Lactobacillus sp. dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata zona hambat tepung daun binahong terhadap aktivitas bakteri E. coli, Salmonella sp., dan Lactobacillus sp. (mm)

Perlakuan Zona hambat bakteri

E. coli Salmonella sp Lactobacillus sp

T0 14,10±0,38d 14,69±0,38e 12,35±0,38c T1 0a 0a 0a T2 5,07±4,40b 9,85±0,29b 0a T3 8,94±1,01c 10,79±0,25c 5,03±4,34a T4 10,85±0,76cd 12,02±0,02d 8,86±0,14b T5 13,53±0,25d 14,44±0,38e 11,59±0,25c P-value perlakuan <0,001 <0,001 <0,001

Keterangan: abcde superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

T0 = 10 ppm Tetrasiklin (kontrol positif); T1 = kontrol negatif; T2 = 0,5% tepung daun binahong; T3 = 1,0 % tepung daun binahong; T4 = 2,0 % tepung daun binahong; T5 = 4,0 % tepung daun binahong SEM = standar error of mean

Escherichia coli

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian tepung daun binahong berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap zona hambat pertumbuhan bakteri E. coli.

Zona hambat pemberian tepung daun binahong pada level 0,5; 1,0; 2,0; dan 4,0% (T2, T3, T4 dan T5) lebih besar (P<0,05) dibandingkan dengan zona hambat bakteri E. coli

pada kontrol negatif (T1). Hal ini menunjukkan bahwa tepung daun binahong memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri E. coli. Daya hambat ini disebabkan karena dalam daun binahong mengandung metabolit sekunder seperti: Fenol, flavonoid, alkaloid

(5)

tersebut meningkat sesuai dengan peningkatan level pemberian tepung daun binahong. Purwanti et al. (2014) menyatakan bahwa perbedaan zona hambat disebabkan oleh bebarapa hal diantaranya adalah kosentrasi senyawa yang diujikan, pH, suhu inkubasi, jenis bakteri, waktu inkubasi sifat-sifat mikrobia yang meliputi jenis dan umur.

Zona hambat pemberiaan tepung daun binahong pada level 4% (T5) adalah 13,53±0,25 mm tidak berbeda nyata dengan pemberian Tetrasiklin 10 ppm (T0) yaitu 14,10±0,38 mm. Hal ini disebabkan karena tepung daun binahong memiliki kandungan metabolit sekunder seperti: Fenol, flavonoid, alkaloid dan saponin. Mekanisme kerja alkaloid sebagai antibakteri yaitu dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Darsana et al. 2012). Zablotowicz et al.(1996) menyatakan bahwa senyawa saponin berfungsi sebagai antibakteri dengan mengikat protein dan enzim tertentu dari sel bakteri sehingga menyebabkan kebocoran pada sel bakteri. Saponin merupakan metabolit sekunder tanaman yang memiliki sifat mampu berikatan dengan kolesterol dan ergosterol pada membrane sel, sebagai akibatnya jika membrane sel kontak dengan saponin maka membran sel akan segera mengalami lisis (Wink 2015). Flavonoid bekerja sebagai antibakteri membentuk khelat dengan logam dan berinteraksi dengan enzim yang memiliki peran penting dalam sintesis protein (Bylka et al. 2004).

Salmonella sp.

Pengaruh pemberian tepung daun binahong terhadap daya hambat bakteri

Salmonella sp. dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian tepung daun binahong pada level 0,5; 1,0; 2,0; dan 4,0% memberikan pengaruh nyata (P<0,01) terhadap zona hambat bakteri Salmonella sp. Zona hambat bakteri Salmonella sp. pada pemberian tepung daun binahong level 0,5; 1,0; 2,0; dan 4,0% (T2, T3, T4, dan T5) adalah berturut-turut: 9,85±0,29; 10,79±0,25; 12,02±0,02; dan 14,44±0,38 mm lebih besar (P<0,01) dibandingkan dengan zona hambat bakteri

Salmonella sp. pada kontrol negatif (T1) yaitu 0 mm. Hal ini menunjukkan bahwa tepung daun binahong memiliki daya hambat terhadap bakteri Salmonella sp. Penghambatan pertumbuhan bakteri ini karena kandungan metabolit di dalam tepung daun binahong ini dapat berperan sebagai antibiotik. Mekanisme kerja metabolit sekunder tersebut adalah dengan penghambatan terhadap sintesis dinding sel, penghambatan sintesis asam nukleat, penghambatan sintesis protein, penghambatan jalur metabolisme, dan gangguan pada membran sitoplasma (Tenover 2006). Peningkatan level pemberian tepung daun binahong akan diikuti dengan peningkaatan zona hambat bakteri Salmonella sp. Peningkatan zona hambat ini disebabkan karena adanya peningkatan konsentasi kandungan metabolit sekunder seperti: fenol, flavonoid, saponin, dan alkaloid yang telah terbukti efektif menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella sp. (Ulfah 2006; Kurniawan & Aryana 2015).

Zona hambat bakteri Salmonella sp. pada pemberian tepung daun binahong level 4% (T5) adalah 14,44±0,38 mm tidak berbeda dengan zona hambat bakteri Salmonella sp.

pada pemberian Tetrasiklin 10 ppm (T0) yaitu 14,69±0,38 mm. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian tepung daun binahong pada level 4% mampu menyamai zona hambat terhadap bakteri Salmonella sp. dengan pemberian Tetrasiklin 10 ppm. Sama seperti pada penghambatan sintesis asam nukleat alkaloid dapat merusak dan menghambat DNA dan RNA polimerase (Novelli at al. 2014). Hal ini berfungsi untuk mencegah sintesis asam

(6)

nukleat pada bakteri sehingga akan mengambat sintesis protein dan pada akhirnya mengakibatkan kematian bakteri target (Cushnie et al. 2014).

Lactobacillus sp.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian tepung daun binahong pada level 0,5; 1,0; 2,0; dan 4,0% memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap zona hambat bakteri Lactobacillus sp. (Tabel 1). dibandingkan dengan zona hambat bakteri

Lactobacillus sp. pada kontrol negatif (T1) yaitu 0 mm. Hal ini menunjukkan bahwa tepung daun binahong juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri Lactobacillus sp.

sama seperti terhadap bakteri E. coli dan Salmonella sp. Hasil penelitian Astuti (2012) menunjukkan bahwa daun binahong memiliki anktivitas antibiotik golongan Tetrasiklin dan dikategorikan antibiotik berspektrum luas sehingga akan menghambat pertumbuhan baik bakteri gram positif maupun gram negatif. Ekstrak dari akar, batang, dan daun binahong pada dosis 50 mg/ml memiliki daya hambat terhadap bakteri Gram-positif dan bakteri gram negatif (Tshikalange 2007).

Zona hambat bakteri Lactobacillus sp. pada pemberian tepung daun binahong pada level 0,5 dan 1,0% (T2 dan T3) adalah 0 dan 5,03±4,34 lebih rendah (P<0,05) dibandingkan zona hambat bakteri Lactobacillus sp. pada pemberian tepung daun binahong pada level 2,0 dan 4,0% (T4 dan T5) yaitu 8,86±0,14 dan 11,59±0,25 mm. Hal ini menunjukkan bahwa pada level 0,5 dan 1,0% pemberian tepung daun binahong belum menghambat pertumbuhan bakteri Lactobacillus sp. namun pada level 2,0 dan 4,0% pemberian tepung daun binahong sudah menghambat pertumbuhan Lactobacillus sp.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung daun binahong pada level 0,5 dan 1,0 belum menghambat pertumbuhan bakteri E. coli, Salmonella sp, dan Lactobacillus sp. Pemberian tepung daun binahong pada level 2,0 dan 4,0% mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri E. coli, Salmonella sp, dan

Lactobacillus sp. Pemberian tepung daun binahong pada level 4% memiliki kemampuan seperti antibiotik Tetrasiklin 10 ppm dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli, Salmonella sp., dan Lactobacillus sp.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti SM, Sakinah M, Andayani R, Risch A. 2011. Determination of saponin compound from Anredera cordifolia (Ten) steenis plant (Binahong) to potential treatment for several diseases. J Agric Sci. 3:224–232.

Astuti SM. 2012. Skrining fitokimia dan uji aktifitas antibiotika ekstrak etanoldaun, batang, bunga dan umbi tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis). Bogor (Indonesia): Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan.

Bylka W, Matlawska I, Pilewski NA. 2004. Natural flavonoids as antimicrobial agents. J Am Nutraceutical Assoc. 7:24-31.

Cushnie TPT, Cushnie B, Lamb AJ. 2014. Alkaloids: An overview of their antibacterial, antibiotic-enhancing and antivirulence activities. Int Soc Chem. 44:377-386.

(7)

Darsana IGO, Besung INK, Mahatmi H. 2012. Potensi daun binahong (Anredera cordifolia

(Tenore) Steenis) dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro.

Indones Medicus Veterinus. 1:337-351.

Garmana AN, Sukandar EY, Fidrianny I. 2014. Activity of several plant extracts against drug-sensitive and drug-resistant microbes. Procedia Chemist. 13:164-169.

Gomez KA, Gomez AA. 2007. Prosedur statistik untuk penelitian pertanian. Sjamsuddin E, Baharsjah BS, penerjemah. Edisi Kedua. Jakarta (Indonesia): Universitas Indonesia. Kurniawan B, Aryana WF. 2015. Binahong (Cassia alata l) as inhibitor of Escherichia coli

growth. J Majority. 4:100-104.

Novelli S, Lorena C, Antonella C. 2014. Identification of alkaloid’s profile in Ficus benjamina L. extracts with higher antioxidant power. Am J Plant Sci. 5:4029-4039. Ulfah M. 2006. Potensi tumbuhan obat sebagai fitobiotik multi fungsi untuk meningkatkan

penampilan dan kesehatan satwa di penangkaran. Media Konservasi. 11:109-114.

Purwanti S, Zuprizal, Yuwanta T, Supadmo. 2014. Duodenum histomorphology and performance as influenced by dietary supplementation of turmeric (Curcuma longa), garlic (Allium sativum) and its combinations as a feed additive in broilers. Int J Poult Sci. 13:36-41.

Tenover FC. 2006. Mechanisms of antimicrobial resistance in bacteria. Am J Medic. 119:S3-S10.

Tshikalange TE. 2007. In vitro anti-HIV-1 properties of ethnobotanically selected south african plants used in the treatment of sexually transmitted diseases. J Ethnopharmacol. 96:515-519.

Windisch WK, Schedle, Plitzner C, Kroismayr A. 2008. Use of phytogenic products as feed additives for swine and poultry. J Anim Sci. 86:40-48.

Wink M, 2015. Modes of action of herbal medicines and plant secondary metabolites. Medicines. 2:251-286.

Zhao L, Manuzon R, Hadlocon LJ. 2014. Ammonia emission from animal feeding operations and its impacts. Department of Food, Agricultural and Biological Engineering, The Ohio State University [Internet]. [disitasi 28 Juni 2018]. Tersedia dari: https://ohioline.osu.edu/factsheet/AEX-723.1.

Gambar

Tabel 1.  Rata-rata  zona hambat tepung daun binahong terhadap aktivitas bakteri E. coli,  Salmonella sp., dan Lactobacillus sp

Referensi

Dokumen terkait

Jika kita membaca dengan teliti pernyataan-pernyataan tulisan di atas maka kita jelas mengetahui bahwa turunan suksesi rasuli Uskup Ya’aqub ha-Tzadik saudara Maran

Pondok pesantren Mahfilud Duror menggunakan metode hisāb ‘urfi Khomasi dalam menentukan awal Ramadhan dan Syawal, yakni dengan menghitung lima hari dari Ramadhan

Sedangkan competitor based criteria terdiri atas 5 atribut yaitu product quality premium,fast new product development, competitive price, variety design dan fast

ANALISIS PENGUATAN DAN DEVELOPMENT FRONT WHEEL ALIGNMENT (FWA) PADA MITSUBISHI. LANCER SL

Metode ini menggunakan empat tahap penelitian yaitu, Heuristik (Pengumpulan sumber), Verifikasi (Kritik Sumber), Interpretasi (Penafsiran Sumber), dan Historiografi

Dari analisa kritik terhadap pembiayaan defisit APBN Indonesia tahun 2010-2015 masalah utama adalah pembiayaan defisit APBN menggunakan instrumen utang luar negeri

FORMULIR PENDAFTARAN UJIAN SIDANG SKRIPSI SARJANA STRATA SATU (S1) JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI. UNIVERSITAS SULTAN

Hasil Penelitian: Bedak padat secara bermakna dapat meningkatkan jumlah lesi akne pada akne vulgaris (p=0,010).. Bedak tabur tidak secara bermakna meningkatkan