• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAHAMAN GURU MADRASAH TKT MTs DALAM PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Oleh : LILIS SURYANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMAHAMAN GURU MADRASAH TKT MTs DALAM PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Oleh : LILIS SURYANI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAHAMAN GURU MADRASAH TKT MTs DALAM PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Oleh : LILIS SURYANI

A. PENDAHULUAN

. Guru sering dianggap sebagai ujung tombak dan penanggung jawab keberhasilan pelaksanaan pendidikan di suatu tingkat satuan pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 mengatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dengan tugas utama yang sedemikian banyak dan komplek tentunya diperlukan pengetahuan dan kemampuan yang memadai agar tugas yang dibebankan tersebut dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Kemerosotan pendidikan kita sudah terasakan selama bertahun-tahun, untuk kesekian kalinya kurikulum dituding sebagai penyebabnya. Hal ini tercermin dengan adanya upaya mengubah kurikulum mulai kurikulum 1975 diganti dengan kurikulum 1984, kemudian diganti lagi dengan kurikulum 1994. Nasanius (1998) mengungkapkan bahwa kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa. Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal yang meliputi minat dan bakat dan faktor eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana prasarana, serta berbagai latihan yang dilakukan guru.(Sumargi, 1996) Profesionalisme guru dan tenaga kependidikan masih belum memadai utamanya dalam hal bidang keilmuannya. Misalnya guru Biologi dapat mengajar Kimia atau Fisika. Ataupun guru IPS dapat mengajar Bahasa Indonesia. Memang jumlah tenaga pendidik secara kuantitatif sudah cukup banyak, tetapi mutu dan profesionalisme belum sesuai dengan harapan. Banyak diantaranya yang tidak berkualitas dan menyampaikan materi yang

(2)

keliru sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar berkualitas (Dahrin, 2000).

Undang-Undang Dasar Negara RI mengisyaratkan bahwa pendidikan nasional merupakan suatu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan beradab. Suatu tingkat pencapaian yang sangat ideal dan tentunya membutuhkan usaha yang tidak mudah untuk meraihnya.

Sebagai sebuah sistem, ada banyak faktor didalamnya yang berperan diantaranya adalah guru, disisi lain, sering dijumpai adanya guru yang kurang mampu menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya dengan baik. Kekurang mampuan tersebut disebabkan karena ketidaktahuan mereka terhadap prosedur kerja yang seharusnya mereka lakukan. Disamping itu, kemudahan mengakses bagi para guru untuk secepatnya mengetahui perubahan kebijakan oleh pengambil keputusan tidak terfasilitasi, apalagi bagi mereka yang mengajar di tempat terpencil. Sehingga, mereka sering terlambat untuk mengetahui setiap perubahan yang terjadi, di sinilah Balai diklat khususnya Balai Diklat Keagamaan Palembang sebagai kepanjangan tangan dari Kementerian Agama memiliki fungsi yang strategis dalam memberdayakan para guru tersebut melalui serangkaian kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan.

Sebuah kegiatan, apabila telah selesai dilaksanakan kiranya perlu untuk dilakukan suatu proses evaluasi dalam rangka menentukan seberapa besar tingkat keberhasilannya, tidak terkecuali proses pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan di Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Palembang. Evaluasi yang dimaksud tidak hanya mencakup out put akan tetapi juga out comenya. Hal tersebut sejalan kebijakan ketujuh tentang kebijakan dalam pemantauan dan pemberdayaan alumni disebutkan bahwa perlu adanya evaluasi pasca diklat. Hal ini bisa dimaknai bahwa para alumni diklat perlu dipantau apakah mereka telah melakukan perubahan minimal

(3)

terhadap dirinya sendiri setelah mereka kembali ke lingkungan kerja masing-masing.

Pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesi melalui berbagai macam usaha yang telah, sedang dan akan dilaksanakan. Salah satu upaya nyata yang dilaksanakan pemerintah adalah melalui perbaikan kualitas pendidik dalam hal ini adalah guru. Untuk menjamin kepastian hukum profesi guru, maka pemerintah telah mensahkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Tugas utama seorang guru adalah mendidik, mengajar, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, maka seorang guru harus memiliki kompetensi tertentu. Sebagaimana diungkapkan dalam pasal 7 UU Guru dan Dosen bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Dua diantara prinsip tersebut adalah guru harus memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugas dan yang kedua dan harus digaris bawahi adalah guru harus memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya.

Selanjutnya, kompetensi yang dimaksud di atas adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Pembahasan selanjutnya akan difokuskan pada kompetensi pedagogik dengan alasan sejalan dengan alur pemikiran dalam penulisan proposal penelitian ini.

Kompeteni pedagogik yang dimaksud di atas merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: a. Pemahaman wawasan landasan kependidikan

b. Pemahaman terhadap peserta didik c. Pengembangan kurikulum / silabus d. Perancangan pembelajaran

e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan diologis f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran

(4)

h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (PP tentang Guru ; 2007).

Mengingat begitu luasnya kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru, peneliti hanya memfokuskan pada lima unsur sesuai dengan format IPKGI yaitu perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan dan pengorganisasian materi (bahan) ajar, pemilihan sumber belajar / media pembelajaran, skenario / kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil belajar.

A. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1. Pengertian Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (PP no 19 tahun 2005).

Prinsip Pengembangan Silabus

a. Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

b. Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.

c. Sistematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

(5)

Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.

e. Memadai

Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar

f. Aktual dan Kontekstual

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. g. Fleksibel

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

h. Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).

2. Unit Waktu Silabus

a. Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.

b. Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok.

c. Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur

(6)

kurikulum. Bagi SMK/MAK menggunakan penggalan silabus berdasarkan satuan kompetensi.

3. Pengembangan Silabus

Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendikan.

a. Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu mengenali karakteristik peserta didik, kondisi sekolah/madrasah dan lingkungannya.

b. Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah/madrasah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah tersebut.

c. Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas VI, menyusun silabus secara bersama. Di SMP/MTs untuk mata pelajaran IPA dan IPS terpadu disusun secara bersama oleh guru yang terkait. d. Sekolah/Madrasah yang belum mampu mengembangkan silabus secara

mandiri, sebaiknya bergabung dengan sekolah-sekolah/madrasah-madrasah lain melalui forum MGMP/PKG untuk bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah-sekolah/madrasah-madrasah dalam lingkup MGMP/PKG setempat. Dinas Pendidikan/Kementerian yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya masing-masing

B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk

(7)

mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.

Komponen RPP terdiri dari Tujuan Pembelajaran, Materi Ajar,Metode pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian Hasil Belajar.

Langkah-Langkah Penyusunan RPP

1. Waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan 2. Menentukan SK, KD, Mengisi kolom identitas

3. Menentukan alokasi dan Indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun

4. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan

5. Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/ pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran

6. Menentukan metode pembela-jaran yang akan digunakan

7. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir.

8. Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan

9. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran, dll.

1. Prinsip-prinsip Penyusunan RPP

a. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik

c. Mengembangkan budaya membaca dan menulis d. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut e. Keterkaitan dan keterpaduan

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Black A.J dan Champion J.D (2001), Metode dan Masalah Penelitian Sosial, Refika, Bandung

DPR RI, 2005, Undang-Undang Guru dan Dosen, Jakarta

Fattah, N, (2003) Landasan Manajemen Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Hamalik, O. (2003) Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta

Mason D, Lind A, & Marchal G (1988) Satistics An Intoduction, Harcourt Brace Jovanovich, New York Amerika

Peratuaran Pemerntah RI no 19 th 2005 . Standart Nasional pendidikan, Jakarta Permendiknas RI no 22 th 2006 . standart isi, Jakarta

Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007. Standar Proses, Jakarta Subana, dkk. 2005. Statistik Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia. Sudjana, N., 1992, Metoda Statistika, Bandung : Tarsito.

Wiersma, W., 1995, Research Methods in Education (6th ed), Boston : Allyn and

Bacon. .

Syah M, (2001) Psikologi Belajar, Logos Wacana Ilmu, Jakarta. Pidarta , M, (2000) Landasan Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta. .

. .

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian ini adalah: Pertama , Kesatuan dalam hubungan kerjasama pelayanan antargereja di Doyo Sentani dapat tercipta apabila semua orang

Usulan Teknis dinyatakan memenuhi syarat (lulus) apabila mendapat nilai minimal 70 (tujuh puluh), peserta yang dinyatakan lulus akan dilanjutkan pada proses penilaian penawaran

Tetapi ada kalanya dimana ketika fungsi hunian memanfaatkan ruang terbuka publik untuk fasilitas parkir yaitu ketika terdapat hajatan dimana lahan parkir yang

Redistribusi Tanah dan Konsolidasi Tanah sebagai pencegahan sengketa seperti yang dijelaskan pada prinsip ketiga sesuai dengan semangat Reforma Agraria

[r]

XL menawarkan berbagai produk dan layanan telekomunikasi seperti percakapan, SMS , layanan berbasis data dan layanan tambahan lainnya.Untuk mengantisipasi

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh.. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam

Tugas perpustakaan umum membangun lingkungan pembelajaran ( learning environment ) dimana anggota komunitas pemakainya termotivasi untuk terus belajar dan