• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETRAMPILAN BERBICARA DAN KEKUATAN BAHASA DALAM PENGAJARAN DI PERGURUAN TINGGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KETRAMPILAN BERBICARA DAN KEKUATAN BAHASA DALAM PENGAJARAN DI PERGURUAN TINGGI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAHASA DALAM PENGAJARAN DI

PERGURUAN TINGGI

Oleh

YULIA ESTI KATRINI

Dosen FKIP Universitas Tidar Magelang

ABSTRACT

All persons have speaking ability with different degrees. Otherwise the ability to communicate needs other facture that are owned by a certain person. The ability to involves some aspect: the ability to differentiate, grammatical sentences the ability to different choose appropriate sentences and words, with what they will say, and the ability to choose appropriate expression based on the context, and they do not only interpreter contextual and situational meaning. For teachers / lecturers ,the communicative ability is also the ability to choose interesting techniques in teaching – learning process. The communicative ability is very important to be mastered by lecturers that will make the students interested and motivated to study hard .Of course ,it cannot be separated from the media and technique that the teachers choose in teaching - learning process. The language strength is realized when a person uses body language and ward processing.

Keywords : communicative ability ,teaching.

(2)

A. PENDAHULUAN

Ketrampilan berbicara adalah bagian dari ketrampilan berbahasa yang berhubungan dengan bagian lain yaitu ketrampilan menyimak, dan ketrampilan membaca yang bersifat reseptif, serta keterampilan menulisyang bersifat produktif. Sebagai keterampilan yang bersifat produktif maka keterampilan berbicara akan lebih kuat bila ditunjang oleh dua keterampilan yang lain terutama keterampilan membaca dan keterampilan menyimak / mendengarkan. Hal itu member konstribusi cukup signifikan, karena akan terserap sejumlah besar kosa kata dan struktur kalimat yang terus berkembang sehingga mempengaruhi tingkat penalaran seseorang

Kemampuan berbicara tak berbeda dengan pengertian mampu berbicara saja. Hal inilah sebetulnya yang belum disadari oleh banyak orang, barangkali termasuk sebagian teman guru ataupun dosen. Sebagai alat komunikasi ilmu apapun disampaikan dengan menggunakan bahasa. Di sini berbicara tentu tidak hanya semata-mata menyampaikan informasi, idea tau gagasan, keinginan, harapan atau juga pemberitahuan bahkan pendidikan dari satu orang ke orang lainatau kelompok orang tetapi berbicara sudah harus mempertimbangkan caranya. Oleh karena itu berbicara sudah merupakan seni berbicara.

Seni berbicara akan membantu seseorang untuk sukses menjadi pembicara yang mampu memperlihatkan kekuatan bahasanya. Hal ini tentu membutuhkan penguasaan teknik berbicara yang bukan hanya baik, tetapi juga menarik, sehingga dapat mengantarkan seorang dosen menuju keberhasilan dalam mengajar.

(3)

Pengajaran di perguruan tinggi melibatkan interaksi orang-orang dewasa dan anak-anak yang menuju pendewasaan. Itulah sebabnya diperlukan suatu strategi agar interaksi berjalan dengan lancar dan tujuan pengajaran dapat tercapai dengan hasil maksimal.

B. PEMBAHASAN

Kemampuan berbicara telah dipelajari sejak usia dini bahkan sejak anak-anak berusia di bawah satu tahun dan mulai belajar mengucapkan satu atau dua kata seperti : papa, mama dan sebagainya. Namun pada saat mencapai kedewasaan belum tentu seseorang memiliki kemampuan berbicara dengan baik terutama ketika harus berbicara di depan orang banyak.

Suatu teori komunikasi pernah diungkapkan oleh Wilbur Schram yang dikutip Aryati (2008) bahwa pembicaraan akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan, yakni paduan pengalaman dan pengertian yang pernah diperoleh komunikan. Di sini dosen merupakan salah satu nara sumber ilmu bagi mahasiswa dituntut menjadi komunikator yang baik atau setidaknya menguasai seni bernicara seperti misalnya public speaking bagi mahasiswanya.

Sebagaimana dinyatakan oleh Gunadi yang dikutip Wijaya (2007) public speaking adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan tentang sesuatu hal atau topic di hadapan banyak orang untuk mempengaruhi, mengajak, mendidik, mengubah opini, memberi penjelasan, dan memberi informasi kepada masyarakat di tempat tertentu jadi sesuai dengan tujuan pembelajaran maka dosen termasuk yang harus menguasai public speaking.

(4)

Terkait dengan public speaking, King ( 2009 ) menyatakan tentang ciri-ciri pembicara yang baik, yakni meliputi : (1) memandang suatu hal dan sudut baru, mengambil titik pandang yang tak terduga pada subyek yang umum; (2) mempunyai cakrawala yang luas, memikirkan dan membicarakan isu-isu dan pengalaman luas di luar kehidupan sehari-hari; (3) antusias, menunjukkan minat besar pada apa yang diperbuat dalam kehidupan dan pada apa yang dikatakan orang lain pada kesempatan itu; (4) tidak pernah membicarakan diri sendiri; (5) sangat ingin tahu tentang apa yang dikatakan orang lain; (6) memberi ketegasan, berusaha menempatkan diri pada posisi orang lain untuk memahami apa yang dikatakan oleh orang tersebut; (7) mempunyai selera humor dan tidak keberatan mengolok-olok diri sendiri, misalnya mengisahkan pengalaman lucu dan; (8) mempunyai gaya bicara sendiri.

Keterampilan berbicara pun perlu dimiliki mahasiswa dari prodi manapun, bagaimanapun nanti sebagai sarjana akan terjun ke dunia kerja dengan bertemu bertemu banyak orang, demikian pula ketika harus melakukan diskusi, menyampaikan makalah seminar mahasiswa, memberi penyuluhan dan sebagainya. Bagaimanapun mereka akan belajar dari bagaimana dosenya mengajar.

Untuk memenuhi seperti yang disampaikan King, tentu perlu proses belajar yang bertahap, karena tidak dapat secara tiba-tiba dalam waktu yang singkat dapat menjadi pembicara yang baik. Berbicara di depan orang banyak membutuhkan latihan, karena mereka mempunyai peluang melakukan kesalahan dan kesalahan itu bermacam-macam seperti : penyebutan nama, menyebut nama acara, urutan acara, urutan penampilan, mengingat tahun, tempat

(5)

dan sebagainya. Begitu kompleks yang bisa menjadi penyebab sulitnya seseorang berbicara di depan public.

Mengenai public speaking, lebih lanjut Gemilang menyatakan bahwa public speaking tidak hanya tergantung pada kata-kata, tetapi juga bahasa tubuh. Dalam beberapa hal bahasa tubuh sangat komprehensif dalam berbicara di depan public dibanding kata-kata. Bahasa tubuh dalam konteks pembicara dapat terdiri atas gerak tubuh, kontak mata, gerakan tangan, ekspresi wajah dan juga pakaian. Apabila berbicara di depan public mengenakan pakaian yang berlebihan justru akan mengundang perhatian audiens terhadap apa yang dikenakan, bukan pada apa yang dikatakan. Gerak tubuh seperti pada waktu berjalan. Cara berdiri juga akan mendapat perahatian audiens. Oleh karena itu gerakan-gerakan yang baik dan sesuai akan menunjang pembicaraan lebih hidup. Kontak mata merupakan faktor yang penting yang harus dimiliki oleh seorang pembicara, karena hal itu menandai adanya interaksi dengan audiennya. Apabila tidak ada kontak mata dengan audiens maka komunikasi yang terjadi seakan bersifat satu arah dan ini kan cepat menimbulkan kebosanan. Unsur lain yang tidak kalah penting adalah ekspresi wajah. Dalam berbicara di depan orang banyak termasuk didepan suatu kelas mahasiswa, ekspresi wajah sangat diperlukan untuk menentukan interaksi yang terjadi.

Berbicara di depan publik (sekelompok orang) perlu didasari pula dengan pemahaman tentang etika. Bahkan menurut para ahli retorika seperti Karl Wallace, Richard Murphy dan lain-lain (dalam safii, 1990 : 32) menekankan bahwaberbicara di depan publik mengutamakan penalaran yang baik didasarkan pada pertimbangan nilai etika. Adapun pelaksanaan dalam tindak

(6)

tuturnya dapat dinyatakan dengan, antara lain :

- Tunjukkan kesungguhan dan hindari argument-argumen yang semu

- Ungkapkan saran-saran yang baik

- Gunakan metode pendekatan yang bersifat netral, konsisten dan dapat dipertahankan dengan bukti-bukti yang reliable serta penalaran yang jelas

- Hormatilah audien dengan lebih mengutamakan kepentingan mereka daripada ambisi pribadi, termasuk menghormati pendapat mereka

Etika berkomunikasi harus dijaga kebaikannya dari segala segi, karena terkait dengan pemikiran-pemikiran yang sistematis berhubungan dengan hal baik dan kurang baik, ucapan yang benar dan salah Secara garis besar public speaking atau berbicara di depan sekelompok orang merupakan proses komunikasi yang melibatkan empat faktor yaitu : pembicara, pendengar, media dan pesan yang disampaikan menurut istilah Hendriks (1991 : 40) ada empat faktor yang menjadi prasyarat terjadinya suatu proses komunikasi yaitu :

- Komunikator (K), adalah orang atau pribadi yang mengatakan, mengucapkan, atau menyampaikan sesuatu

- Warta, pesan atau informasi (I), yaitu apa yang diucapkan, apa yang disampaikan

- Resipiens (R), adalah orang mendengar atau menerima apa yang dikatakan atau disampaikan oleh komunikator

- Medium (M), adalah tanda yang dipergunakan oleh

komunikator untuk menyampaikan, warta atau pesan

(7)

C. PENUTUP

Kemampuan komunikatif tentu dimiliki setiap orang dalam generasi yang berbeda. Namun tidak semua orang mempunyai kesempatan yang lebar untuk dapat berbicara di depan umum denganbaik. Hanya kesempatan untuk berbicara di depan public lebih terbuka untuk profesi tertentu, termasuk didalamnya dosen di perguruan tinggi.

Kemampuan atau keterampilan berbicara sangat penting dikuasai dan diketahui dosen-dosen di Perguruan Tinggi, karena dengan menguasai keterampilan berbicara, dosen akan menjadi pengajar yang mampu menarik perhatian mahasiswa sekaligus dapat memotivasi mereka untuk belajar. Ukuran keberhasilan dosen dalam mengajar adalah ketika mahasiswa antusias mengikuti proses belajar mengajar dan mampu memahami materi yang disampaikan. mahasiswa menjadi lebih bersemangatbelajar dan mampu mengembangkan ilmu yang dipelajarinya.

Kekuatan bahasa pada keterampilan berbicara bukan hanya terletak pada kata-kata atau kalimat yang diucapkan dosen, tetapi juga pada olah tubuh dan suaranya. Apabila kecakapan bahasa dapat tercermin ketika orang sedang berbicara, maka ini merupakan salah satu indicator keberhasilannya sebagai pembicara termasuk keberhasilan dosen dalam mengajar.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Anjali, Aba. 2008 Panduan Lengkap menjadi Pembicara Handal. Yogyakarta Think

Gemilang, Jingga: Panduan Terpenting Seni Berbicara Yogyakarta: Lafal Indonesia

Hendrikus, Dori Wuwur 1991. Retorika, Terampil Berpidato,

Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi. Yogyakarta :

Kanesius

King, Larry 2008. Seni Berbicara Kepada Siapa, Kapan Saja, Di

Mana Saja. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama

Sirait, Charloes Bonar. 2010 The Power Of Publick Speaking. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama.

Referensi

Dokumen terkait

Upaya peningkatan minat belajar dan prestasi belajar siswa melalui metode mendongeng dilaksanakan dengan langkah-langkah yakni (1) Pemilihan cerita yang sesuai dengan

Maret 2020 bahwa karena terjadinya pandemi COVID-19, maka penilaian IKPA tahun 2020 pada aplikasi OM-SPAN tidak dilakukan sampai dengan batas waktu yang akan diatur lebih

Berdasarkan hasil uji simultan (uji F) dari ketiga tahun tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara simultan dan konsisten variable independent (ROA,

Pada terminal Mayang Terurai jalur kedatangan dan keberangkatan kendaraan angkutan dibuat menyatu dimana pintu masuk (entrance) terminal menjadi satu dengan pintu

[r]

• ADH released, increasing water retention by kidneys. • Minimizes water loss,

This study aims to find translation procedures from source language (English) to target language (Indonesian) used in translating the Eclipse novel which have

Pengawasan (controlling) merupakan bagian akhir dari fungsi pengelolaan/manajemen. Fungsi manajemen yang dikendalikan adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakan