• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan tentang aspek-aspek yang mendasari pelaksaan penelitian. Bab satu berisikan mengenai latar belakang untuk melakukan penelitian, identifikasi masalah, tujuan, manfaat danstate of the art sebagai acuan dalam penelitian ini.

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi seperti sekarang ini, setiap perusahaan yang ada sedang melakukan.pengembangan secara signifikan baik dari kinerja maupun produktivitas. Setiap perusahaan melakukan hal tersebut dengan tujuan agar dapat bertahan dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. Hal ini menyebabkan tingginya tuntutan kerja yang harus dilakukan karyawan yang ada didalamnya sebagai motor penggerak perusahaan. Selain itu karyawan juga dituntut untuk terus meningkatkan kualitas yang dimiliki agar tetap diperkerjakan dan meningkatkan kinerjanya.

Penyerapan tenaga kerja disektor pariwisata sebesar 10,18 juta atau 8.3 % pertahun jauh diatas rata-rata pertumbuhan global sebesar 3.6% (parekraf.go.id). Memang mengalami peningkatan yang cukup signifikan tetapi ada masalah lain yang dihadapi yaitu kualitas tenaga kerja di Indonesia baik sisi kompetitif ataupun pendidikan yang masih rendah. Selain itu adanya tuntutan untuk memiliki standarisasi keterampilan tertentu ditempat kerja. Laporan World Economic Forum pada tahun 2015 yang dikeluarkan menyatakan bahwa index kualitas sumber daya manusia di Indonesia berada diposisi ke-69 dari 124 negara. Padahal dua tahun sebelumnya Indonesia menempati posisi ke-53.Indonesia masih berada diperingkat yang sangat jauh dibandingkan dengan Singapura yang berada diposisi ke-24. (http://citizendaily.net).

Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi khususnya sektor industri pariwisata tidak diikuti dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia.Padahal seperti yang kita tau bahwa sumber daya manusia menjadi suatu hal yang sangat penting bagi organisasi dalam peningkatan produktifitas dan aktivitas kerja. Sumber

(2)

daya manusia berperan sebagai pelaksana dalam menjalankan visi,misi,dan tujuan organisasi dalam mencapainya. Hal ini dilakukan agar organisasi dapat memenangkan persaingan dan juga bertahan dalam menjalankan organisasinya.

Seiring dengan perubahan zaman, dewasa ini organisasi menganggap bahwa sumber daya manusia merupakan asset bagi organisasi.Karena sumber daya manusia merupakan hal penting bagi organisasi dalam menjalankan kegiatan usahanya. Sumber daya manusia harus dikelola dengan baik, baik dengan pelatihan, pendidikan agar sumber daya manusia bukan hanya sebagai nilai melainkan asset yang dimiliki perusahaan. Manusia yang sudah mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang cukup biasanya mereka akan mencari pekerjaan supaya bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Bekerja merupakan tujuan utama seseorang dalam meraih aktualisasi diri terhadap potensi yang dimiliki.Sebagai manusia, karyawan dihadapkan pada kehidupan yang sangat kompleks.Hidup ditempat kerja,pekerjaan dan keluarga,pekerjaan dan pemenuhan pribadi, pekerjaan dan kehidupan social serta tanggung jawab masyarakat, kesemuanya melukiskan persoalan tentang pengaturan yang selaras dan seimbang antara pekerjaan dan kehidupan lainnya(worklife balance).

Worklife balance atau keseimbangan kehidupan kerja menjadi prioritas antara bekerja (karir dan ambisi) dan kehidupan (kesehatan,pleasure, leisure, family). Menurut Kirchmayer (dalam Shobita & Sudarsan, 2014) mendefinisikan bahwa worklife balance adalah pencapaian kepuasan semua pengalaman hidup, bahwa untuk mencapai kepuasan pengalaman hidup dibutuhkan energi dari diri sendiri, waktu dan komitmen untuk berkontribusi dalam pekerjaannya. Salah satunya termasuk prioritas mengurus keluarga, lembur dan bekerja secara intensif.Setiap pekerja sangat menginginkan adanya waktu untuk diri sendiri dan keluarga. Tetapi mereka dihadapkan dengan terlalu jauh jarak rumah dan kantor sehingga membuat mereka berangkat lebih pagi dan pulang larut malam.

Worklife balance menjadi salah satu pemicu dalam kepuasan kerja. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Jobstreet.com 85 % karyawan di Indonesia pada tahun 2014 tidak memiliki keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Accenture juga melakukan riset ditahun yang sama bahwa hanya 18% karyawan di Indonesia yang mengaku puas dengan pekerjaan. Tiga masalah yang paling dikeluhkan adalah (1) keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan (2) besar gaji

(3)

dan tunjangan (3) ketersediaan jenjang karir.Temuan Accenture ini bukannya hal baru banyak karyawan tidak merasa puas karena keseimbangan kerja baik karyawan pria ataupun wanita.

Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaannya (Moh.As’ad, dalam Sunyoto,2015). Kepuasan kerja menjadi salah satu penilaian untuk menilai sejauh mana organisasi memberikan feedback bagi karyawan yang telah bekerja sesuai dengan tujuan organisasi. Kondisi yang menciptakan terjadinya kepuasan kerja karyawan adalah jenjang karir, kompensasi, hubungan dengan atasan/rekan kerja/bawahan, dan kehidupan pribadi. Kepuasan kerja akan menciptakan komitmen karyawan yang akan berdampak dengan tercapainya tujuan perusahaan karena hal ini didukung penuh oleh karyawan. Karyawan yang tidak merasakan kepuasan kerja akan mengakibatkan pekerjaannya terhambat sehingga ia tidak memiliki selera untuk menyelesaikan tugasnya dan berdampak terhadap komitmen dirinya terhadap organisasi. Hal ini harus menjadi perhatian serius sehingga kepuasan kerja dapat dirasakan oleh semua lini manajemen.

Worklife balance dan kepuasaan kerja sangat berkaitan dengan komitmen organisasi. Menurut Colquitt,Lepine dan Wesson(2010) Komitmen organisasi didefinisikan sebagai keinginan karyawan untuk tetap menjadi anggota organisasi, termasuk didalamnya keadaan untuk tetap atau meninggalkan organisasi. Disini terlihat bahwa seseorang karyawan ingin menunjukan dirinya kepada organisasi tetapi organisasi tidak memfasilitasi karyawannya dalam membangun komitmen organisasi.Komitmen organisasi juga terbentuk karena karyawan merasakan kepuasan kerja.Hal ini sangat berkaitan dengan keseimbangan kehidupan kerja yang dirasakan oleh karyawan.komitmen tidak akan terjadi jika karyawan tidak puas dan tidak merasakan keseimbangan kerja. Maka harus ada dukungan yang kuat untuk menciptakan komitmen organisasi yang berasal dari kepuasan kerja dan keseimbangan kehidupan kerja.

Dalam hal ini maka harus ada penelitian mengenai komitmen organisasi yang mengacu pada worklife balance dan kepuasan kerja. Jika masalah komitmen organisasi dibiarkan begitu saja oleh organisasi akan kehilangan karyawan-karyawan yang berpotensi, berprestasi karena mereka tidak merasakan keseimbangan kehidupan kerja dan kepuasan kerja yang mereka dapat selama ini. Worklife balance tidak bisa dipandang sebelah mata lagi karena berkaitan dengan kepuasan kerja dan

(4)

kepuasan kerja berkaitan dengan komitmen organisasi. Komitmen organisasi yang terjadi pada karyawan akan membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya.

PT Gunung Geulis Elok Abadi adalah perusahaan yang bergerak dibidang hospitality & tourism didaerah Sentul Bogor. PT Gunung Geulis Elok Abadi mengelola tiga sub business unit dalam bidang hospitality & tourism, yaitu Ada Hotel Neo Green Savana sebagai hotel dengan konsep green, Taman Budaya sebagai taman dimana banyak disewa untuk acara- acara sekolah dan Pasar Ah Poong sebagai food court disamping sungai Cikeas yang menjadi tempat berkumpul bagi keluarga dan teman-teman. Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang hospitality & tourism banyak sekali tantangan yang dihadapi perusahaan. Pekerjaan yang ada juga disesuaikan dengan sub business unit masing-masing. Sehingga banyak perbedaan yang tetapi sama-sama bergerak dibidang yang sama. Bagi organisasi hal yang dilakukan adalah mengelola karyawan sesuai dengan lingkungan kerjanya, memberikan fasilitas kepada para pengunjung serta mewujudkan keseimbangan kehidupan kerja kepada karyawan karena bekerja pada bidang hospitality & tourism merupakan suatu tantangan sendiri bagi karyawan untuk bisa berkomitmen terhadap organisasi dan mencapai kepuasan kerja yang diharapkan oleh karyawan.

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam primary interview yang dilakukan terhadap karyawan PT. Gunung Geulis Elok Abadi yang bergerak dibidang hospitality & tourism kepada manager, head division, officer serta staff yang mencakup pertanyaan mengenai pandangan mereka tentang worklife balance,kepuasan kerja and komitmen organisasimemiliki pandangan yang berbeda-beda. Bila manajer dan kepala divisi merasa bahwa mereka mampu menjalankan worklife balance tetapi mereka juga merasa komitmen organisasi yang mereka miliki kurang. Karena mereka akan meninggalkan organisasi bila mereka sudah sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas dan tanggungjawabnya tetapi masih dianggap kurang dan tidak mampu mencapai tujuan organisasi, karena biasanya para atasan diganti dengan waktu yang cepat dengan berbagai macam alasan oleh perusahaan, misalnya waktu menjabat yang sudah habis,mereka dianggap tidak mampu menjalankan organisasi atau ada perusahaan lain yang menawarkan benefit lebih besar dari yang mereka terima sekarang.

(5)

Sehingga mereka tidak memiliki keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.Worklife balance yang mereka terima kurang juga menjadi alasan mereka tidak berkomitmen terhadap organisasi.

Lain halnya dengan officer atau staff mereka tidak mampu menjalankan worklife balance karena mereka merasa waktu mereka bersama keluarga susah untuk disesuaikan dengan anggota keluarga lain, jam kerja yang tidak sesuai juga menjadi kendala bagi mereka untuk membagi waktu dengan keluarga. Dalam hal komitmen organisasi mereka bisa meninggalkan organisasi karena mereka tidak mampu dan tidak bisa dalam menjalankan worklife balance. Sehingga karyawan tidak ragu meninggalkan organisasi karena mereka merasa tidak mampu dan tidak merasakan worklife balance dalam kehidupan pekerjaannya.

Tetapi baik pada level top,middle dan lower managementmereka memiliki kesamaan bahwa mereka masih kurang merasakan kepuasan kerja. Kepuasan kerja belom sesuai dengan apa yang mereka harapkan dan inginkan. Hal ini tercermin dengan wawancara yang peneliti lakukan bahwa karyawan tidak mampu melakukan keseimbangan kehidupan kerja. Disamping itu mereka merasa belom puas dengan apa yang diberikan oleh organisasi.

Hal yang saya dapat setelah melakukan primary – interview adalah bahwa ada perbedaan pandangan ditiap line manajemen dan sub business unit mengenai worklife balance tetapi mereka merasakan hal yang sama bahwa kepuasan kerja mereka terhadap perusahaan masih kurang sehingga bisa menyebabkan mereka kurang berkomitmen terhadap organisasi sehingga mereka mungkin akan meninggalkan organisasi jika secara terus menurus tidak bisa menjalankan keseimbangan kehidupan kerja dan menurunnya kepuasan kerja.

Untuk semakin menguatkan fenomena yang terjadi penulis melakukan pre-test dengan menyebarkan kuesioner terhadap 30 % sampel dari populasi karyawan pada perusahaan tersebut (jumlah populasi sebesar 135 karyawan). Kuesioner menyatakan pernyataan yang dijawab dengan skala likert,dengan mengambil kesimpulan dari setiap variabel yang ada. Pernyataan dalam kuesioner mengenai dimensi worklife balance, kepuasan kerja dan komitmen organisasi.

Dalam hasil survei dapat disimpulkan menggunakan perhitungan frekuensi ( f/n x 100 %) bahwa 62.5 % menyatakan bahwa mereka belom mampu menjalankan worklife balance sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Karyawan masih susah dalam usaha menyeimbangi kehidupan pekerjaan dan kehidupan pribadinya. Hal ini

(6)

sangat berkaitan erat dengan cara karyawan dalam menghadapi kehidupan dan pekerjaannya. Karyawan masih susah menikmati waktu dengan keluarga dan masih suka memikirkan kehidupan diluar pekerjaan pada saat bekerja. variabelworklife balance ini sangat berkaitan erat dengan kepuasan kerja dan komitmen organisasi.

Salah satu unsur dari worklife balance adalah waktu bekerja. waktu bekerja terkadang bisa menyita waktu karyawan, sehingga banyak karyawan yang menghabiskan waktunya ditempat kerja dengan alasan kerjaan masih banyak sehingga karyawan harus lembur. Terlebih untuk karyawan yang bekerja di bidang ini, mereka biasanya mengorbankan keluarganya karena jam kerja mereka yang tidak biasa dengan jam kerja karyawan lain. Mereka dipaksakan masuk pada saat weekend dan hari libur nasional, hal ini dikarena karyawan yang bekerja pada bidang jasa harus selalu siap untuk melayani para pengunjung.Sehingga yang biasanya waktu weekend atau libur nasional bersama keluarga lebih banyak menghabiskan waktu ditempat kerja.

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan ditemukan bahwa ada kemungkinan karyawan akan meninggalkan organisasi karena mereka tidak merasakan keseimbangan kehidupan dalam bekerja. Karena keluarga mereka biasanya meminta mereka untuk keluar dari tempat kerja karena karyawan tidak memiliki waktu yang cukup dengan keluarga karena tanggung jawab yang besar terhadap perusahaan sehingga mereka diharuskan untuk memilih antara pekerjaan atau keluarga.Biasanya bisa ditandai dengan ketidakhadiran karyawan tanpa alasan yang jelas. Hasil dari primary – interview menunjukan 4 karyawan dari 6 orang yang diwawancarai akan memilih keluarga daripada pekerjaannya.

Mengenai kepuasan kerja dalam pre-test yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Menunjukan hasil bahwa 72.5 % dari karyawan yang menjadi sample pertama adanya indikasi karyawan kurang dalam hal kepuasan kerja yang diterimanya. Kepuasan menyangkut bagaimana karyawan dalam usaha mewujudkan worklife balance. Mereka merasakan bahwa worklife balance belum membuat mereka mengalami kepuasan kerja, karena mereka masih merasa kurang dengan worklife balance yang selama ini dijalankan.

Untuk variabel komitmen organisasi dalam pre-test yang dilakukan menyatakan bahwa sebanyak 60 % karyawan memiliki masalah mengenai komitmen terhadap organisasi. Dalam hal komitmen organisasi menunjukan hasil bahwa adanya indikasi karyawan mengalami masalah dalam hal karakteristik pribadi (seperti:masalah

(7)

gender,sikap pribadi terhadap pekerjaan), kurang memiliki kedekatan emosional dengan perusahaan (contohnya karyawan kurang memahami nilai-nilai perusahaan sehingga masih kurang mengimplementasikan dalam pekerjaan sehari-hari), kurang mendukung setiap kebijakan perusahaan (contohnya : melanggar aturan-aturan perusahaan seperti mengenai jam masuk kerja dan jam pulang kerja, waktu libur yang telah ditetapkan), tidak mampu bekerja sama dengan tim (seperti tidak bekerja sama dengan tim, menjadi invididualis, tidak mendukung sesama anggota tim), kurang cocok dengan pekerjaan sekarang (seperti, mengulur waktu dalam memberikan laporan yang diminta oleh atasan, banyak meminta waktu untuk izin/cuti),merasa terbebani sehingga mengerjakan pekerjaan dengan tidak bertanggung jawab(contohnya bekerja dengan tidak serius, tidak bersungguh-sungguh, memberikan tanggung jawab kepada pekerja lain padahal itu merupakan pekerjaannya,tidak menikmati pekerjaannya), menurunnya kinerja karyawan (dikarenakan tidak adanya apresiasi atau penghargaan bagi karyawan yang berprestasi dari perusahaan dalam memberikan rewardbagi karyawan), keinginan untuk tetap tinggal didalam perusahaan tidak ada dikarenakan perusahaan tidak memberikan kesempatan bagi karyawan untuk menggali potensi, memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan untuk memajukan perusahaan serta tidak adanya jenjang karir. Hal-hal tersebut akan membuat karyawan tidak mimiliki komitmen terhadap organisasi.

Maka komitmen organisasi menjadi sangat penting untuk menjaga karyawan agar karyawan memberikan kontribusi yang maksimal terhadap perusahaan.Hal ini dilakukan agar karyawan tidak mudah untuk melakukan pengunduran diri dari organisasi.Hal ini harus diikuti dengan upaya meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja sehingga karyawan memiliki komitmen terhadap organisasi. Selain itu worklife balance harus bisa diwujudkan agar semua karyawan disetiap lini manajemen dapat merasakan worklife balance dan terjadi kepuasan kerja seperti yang diharapkan oleh karyawan.

Melihat situasi dan kondisi yang terjadi dari latar belakang masalah yang ada maka penulis mencoba untuk mengangkat penelitian dengan topik: “Analisis Pengaruh Worklife Balance dan Kepuasan kerja terhadap Komitmen Organisasi pada PT.Gunung Geulis Elok Abadi”

(8)

1.3 Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat diidentifikasikan menjadi beberapa masalah antara lain :

T-1. Bagaimana pengaruh Worklife Balanceterhadap Komitmen Organisasi pada PT. Gunung Geulis Elok Abadi ?

T-2. Bagaimana pengaruh Kepuasan Kerjaterhadap Komitmen Organisasi pada PT. Gunung Geulis Elok Abadi ?

T-3. Bagaimana pengaruh Worklife balancedan Kepuasan Kerja terhadap Komitmen Organisasi secara simultan pada PT. Gunung Geulis Elok Abadi ?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian :

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh worklife balance terhadap komitmen organisasi pada

PT. Gunung Geulis Elok Abadi

2. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi pada PT. Gunung Geulis Elok Abadi

3. Untuk mengetahui pengaruh worklife balance dan kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi secara simultan kerja pada PT. Gunung Geulis Elok Abadi

1.4.2 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini manfaat yang akan didapat oleh peneliti maupun instansi terkait adalah :

1. Memberikan gambaran tentang pentingnya worklife balance terhadap komitmen organisasi yang akan membantu perusahaan dalam mewujudkan worklife balance sehingga tercapailah komitmen organisasi

2. Membantu perusahaan dalam melakukan evaluasi terhadap kepuasan kerja yang sudah dilakukan perusahaan kepada karyawannya sehingga

(9)

membantu perusahaan untuk menilai karyawan yang berkomitmen terhadap organisasi

3. Memberikan informasi penting sebagai saran dan pertimbangan untuk PT.Gunung Geulis Elok Abadi untuk memahami arti penting dari worklife balance, kepuasan kerja dan komitmen organisasi. Dan semoga hal ini dapat meningkatkan

1.5 Ruang lingkup penelitian

Meskipun banyak permasalah yang dihadapi, peneliti membatasi penelitian hanya dalam Worklife Balance, Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi yaitu secara terbatas.

1.6 State of the Art

State of the art adalah pencapaian paling tinggi dari sebuah proses pengembangan bisa berupa prosedur, proses, tehnik, sains, dan penelitian. (Cahyo,2012). State of the art juga menekan bahwa penelitian yang ada harus memberikan kontribusi terhadap permasalahan yang terjadi diperusahaan dan memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan.

Dalam penelitian ini, penelitian mengenai worklife balance, kepuasan kerja dan komitmen organisasi merupakan salah satu yang tidak bisa ditinggalkan ketika membahas tentang sumber daya manusia. Karena bagaimanapun manusia adalah asset bukan pekerja lagi yang siap melakukan tugas.Karena sumber daya harus dikelola sehingga terciptanya kegiatan yang dapat memberikan nilai positif bagi organisasi tersebut.

Berikut adalah tabel dari state of the artyang merupakan perkembangan dari penelitian yang sudah ada :

Tabel 1.1 State of the Art

No Judul Penelitian Penulis Objek Penelitian

Hasil 1 The Influence of worklife

balance and job satisfaction on organizational Syed Mohammad Azeem, Nadeem Pekerja medis di rumah sakit di Uttar Pradesh State Worklife balance dan kepuasan kerja sangat penting

(10)

commitment of healthcare employees (2014)

Akhtar of India untuk

mengembangkan dan mencapai komitmen organisasi terlebih untuk pekerja medis yang pekerjaannya menantang 2 Impact of worklife balance on job satisfaction and organizational commitment among University teachers : a case study of University of Gujrat,Pakistan (2014) Bushra Arif, Yasir Aftab Farooqi Dosen di Universitas Gujrat Pakistan Dengan memiliki worklife balance maka akan membuat mereka merasa lebih puas dengan pekerjaan mereka dengan begitu akan meningkatkan komitmen mereka terhadap organisasi 3 Organizational

commitment and job satisfaction (2012) Javad Eslami, Davood Gharakhani Iranian Employees Kepuasan kerja akan meningkatkan komitmen organisasi, dalam prakteknya manajer harus lebih proaktif kepada karyawan dalam usaha mencapai tingkat komitmen organisasi yang lebih tinggi 4 The role of worklife

balance in job satisfaction and job benefit(2014) Maria Malik, Difang Wan, Laiba Dar, Aqsa Akbar, Muhammad Akram Naseem Anggota fakultas bisnis di Punjab, Pakistan Worklife balance menjadi mediasi bagi kepuasan kerja dan job benefit, dimana worklife balance

mempengaruh kepuasan kerja,

(11)

sehingga dengan worklife balance yang tinggi maka kepuasan kerja juga tinggi 5 Relationship between

worklife balance & organizational commitment (2014) Gulbahar, Amjad Ali Ch, Ghulam Muhammad Kundi, Qamar Affaq Qureshi, Robina Akhtar Anggota SANGI Foundation, Pakistan Hasil menunjukan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara worklife balance & komitmen organisasi dan sangat berkaitan dengan pekerja professional Sumber : Peneliti (2015)

Hasil dari penelitian diatas menunjukan bahwa semuanya berpendapat bahwaworklife balance dan kepuasan kerja mempengaruhi komitmen organisasi. Penelitian diatas banyak dilakukan di Negara Pakistan dengan menggunakan sampel yang berbeda-beda. Dengan metode yang dipakai adalah regresi dan korelasi.

Dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti yaitu sampel pekerja di Indonesia dalam bidang hospitality & tourism. Peneliti akan menggunakan metode yang sama untuk membuktikan bahwa permasalahan worklife balance, kepuasan kerja dan komitmen organisasi juga dialami para pekerjadibidang lain.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian Anda juga harus menyatakan bahwa karena Anda mengajukan permohonan terhadap Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris yang

Sebelumnya dikatakan bahwa Kecamatan Reok lolos untuk menjadi Pusat Kegiatan Lokal dikarenakan memiliki pelabuhan kelas III dan jalan areteri yang mendukung

Lokasi tersebut dipilih secara purposif dengan alasan (a) ja- lan lintas Papua merupakan jalan yang mengikuti garis perbatasan antara Indonesia dan Papua New Guinea

1.1 PERSIAPAN YANG PERLU DIPERHATIKAN Ada beberapa hal yang mungkin perlu diperhatikan sebagai seorang pengajar sebelum mengakses E-learning UPU diantaranya yaitu

Rencana ini menggambarkan arah, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan penyelenggaraan pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan yang sesuai dengan tugas

pembiayaan tetep akan diberikan dengan jumlah pembiayaan di.. kurangi, hal ini tentunya akan berdampak kepada pihak BPRS Haji Miskin tersebut, yang mana nantinya

Kenaikan indeks harga terjadi pada subkelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 1,04 persen, minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,09 persen, serta makanan

value Teks default yang akan dimunculkan jika user hendak mengisi input maxlength Panjang teks maksimum yang dapat dimasukkan. emptyok Bernilai true jika user dapat tidak