• Tidak ada hasil yang ditemukan

CLIENT CENTERED THERAPY BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CLIENT CENTERED THERAPY BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

CLIENT CENTERED THERAPY

http://cctkonseling.blogspot.com/2012/11/cct-konseling.html

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di masa yang serba modern ini, manusia sudah banyak dihadapkan dengan berbagi masalah yang kompleks, baik masalah pribadi maupun masalah sosial.Masalah yang dihadapi oleh banyak orang tersebut menuntut penyelesaian yang baik guna tercapai hidup yang bahagia.Penyelesaian masalah tersebut dapat diselesaikan dengan berbagai pendekatan. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pendekatan Client Centere Theraphy (CCT).

Client Centered Therapy ditokohi oleh Carl Rogers yang pendapatnya sama dengan makna konseling secara umum, bahwa pemecahan masalah berpusat pada klien, berarti individu sendiri yang harus menyelesaikan masalahnya.

Istilah Client Centered sangat sukar diganti dengan bahasa Indonesia yang singkat dan mengena, client centered dapat dideskripsikan dengan konseling yang menekakan peran konseli sendiri dalam proses konseling.

Selama proses konseling semua pengalaman nyata dalam bergaul dengan oranglain dan dalam dirinya dibiarkan muncul dan disadari sepenuhnya, sehingga dapat diberi tempat dalam keseluruhan konsep diri. Pada dasarnya konseli berakhlak baik dan cenderung bertindak konstruktif. Semua itu lama kelamaan akan muncul dengan sendirinya dan membawa konseli dalam pemecahan masalah yang menguntungkan dirinya dan orang lain. Untuk memudahkan dan memperlancar proses yang berlangsung dalam diri konseli, konselor harus menciptakan beberapa kondisi yang mendukung, kalau semua kondisi tertentu dipenuhi maka akan berlangsung suatu

(2)

proses dalam diri konseli yang akan menghasilkan perubahan dalam konsep diri dan tingkah laku.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanamengatasi masalah belajar pada seorang anak yang menurun prestasi belajarnya dikarenaan kesulitan dalam mengatur dengan menggunakan pendekatan Client Center Theraphy (CCT) sebagai strategi dalam konseling?

C. Tujuan

Tujuan dari disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana menyelesaikan masalah anak yang menurun prestasi belajarnya dikarenakan kesulitan dalam mengatur waktu belajarnya dengan menggunakan pendekatan Client Center Theraphy (CCT).

D. Manfaat

1. Bagi siswa, untuk menumbuhkan semangat dalam mendapatkan prestasi

2. Bagi orang tua, agar lebih memperhatikan kegiatan anak

3. Bagi konselor, agar dapat mengarahkan konseli kearah yang baik untuk dapat memecahkan

masalahnya

4. Bagi kepala sekolah, agar dapat meningkatkan kegiatan-kegiatan dalam membangun prestasi

belajar

5. Bagi guru wali kelas, agar dapat membantu konseli meningkatkan prestasinya.

BAB II

DASAR TEORI

A. Pengertian Client Centre Theraphy (CCT)

Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang

berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan

(3)

Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental

sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara kejahatan, dan persoalan kemanusiaan

lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.

Carl Roger berpendapat dalam teorinya bahwa setiap individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah-masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.Menurut Roger manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak – kanak seperti yang diajukan oleh aliran freudian, pengalaman seksual sebelumnya. Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.

Teknik konseling Non-Direktif, merupakan upaya bantuan penyelesaian masalah yang berpusat pada klien, klien diberi kesempatan untuk mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran-pikirannya secara bebas.Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah sendiri.Tetapi oleh karena suatu hambatan, potensi dan kemampuannya itu tidak dapat berkembang atau berfungsi sebagaimana mestinya.

B. Hakikat manusia menurut pandangan Roger:

1. Hakikat manusia pada dasarnya baik dan penuh dengan kepositifan.

2. Manusia mempunyai kemampuan untuk membimbing, mengatur dan mengontrol dirinya sendiri.

3. Setiap individu pada dirinya terkandung motor penggerak yakni terbuka terhadap pengalaman

sendiri, hidup berdasarkan pada kenyataan serta percaya pada diri sendiri.

4. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri, serta

mempunyai dorongan yang kuat kearah kedewasaan dan kemerdekaan.

C. Pandangan tentang Sifat Manusia

Pandangan Carl Roger tentang hakekat manusia yang menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik dan penuh dengan kepositifan, menolak pandangan negatif tentang manusia. Sementara beberapa pendekatan beranggapan bahwa manusia menurut kodratnya adalah irasional dan berkecenderungan merusak terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain kecuali jika telah menjalani sosialisasi. Rogers menunjukkan kepercayaan yang mendalam pada

(4)

manusia. Ia memandang bahwa manusia merupakan mahkluk yang bersosialisasi dan dinamis, artinya selalu berkembang, kemudian manusia selalu berusaha untuk mengoptimalkan fungsi dirinya baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial.

Pandangan tentang manusia bahwa manusia pada dasrnya baik dan penuh dengan kepositifan, memiliki peranan yang sangat penting dalam proses konseling. Berkat pandangan ini konselor dapat meletakkan tanggung jawab penuh pada klien untuk menyelesaikan masalah dalam proses konseling. Model client-centered menolak konsep yang memandang bahwa konselor merupakan orang yang tahu segalanya dan yang menetukan pemecahan masalah dari konseli, serta memandang bahwa konseli merupakan manusia pasif yang hanya mengikuti perintah-perintah dan nasehat dari konselor.Oleh karena itu, terapi client-centered berakar pada kesanggupan klien untuk sadar dan membuat keputusan-keputusan dalam pemecahan masalahnya.

D. CCT atau non directive counseling

CCTdidasari oleh suatu teori kepribadian yang disebut self theory dari Carl Roger sendiri. Teori tersebut menjelaskan bahwa kepribadian manusia itu terdiri atas 3 unsur, yaitu: 1. Organisme

2. Lapangan Fenomenal

3. Self

E. Prinsip-prinsip CCT oleh Carl Roger

Rogers mengemukan bahwa CCT mempunyai prinsip- prinsip yaitu :

1. Menekakan dorongan dan kemampuan yang terdapat dalam diri untuk berkembang dan hidup

sehat menyesuaikan diri.

2. Menekankan pada unsur emosional tidak pada aspek intelektual.

3. Menekankan situasi yang langsung pada saat ini.

4. Menekankan pada hubungan terapeutis sebagai pengalaman dalam perkembangan individu.

F. Kekuatan dan Fase CCT

Letak kekuatan CCT adalah pada helping relationship yang personal. Kondisi hubungan yang dapat membantu perubahan kepribadian klien, antara lain:

1. Adanya hubungan psikologis antara konselor dengan klien.

2. Adanya pernyataan incongruence oleh klien.

3. Adanya pernyataan congruence oleh konselor.

4. Adanya unconditional positif regard dan pemahaman empatik.

(5)

Mengenai proses konseling dengan pendekatan CCT, Rogers berpendapat tentang adanya 3 fase, ialah:

1. Pengalaman akan meredanya ketegangan (tension)

2. Adanya pemahaman diri (self understanding)

3. Perencanaan untuk kegiatan selanjutnya.

G. Tehnik-tehnik CCT dalam konseling adalah:

1. Aceptance (penerimaan)

2. Respect (rasa hormat)

3. Understanding (mengerti, memahami)

4. Reassurance (menentramkan hati, meyakini)

5. Encouragement (dorongan)

6. Limited Questioning (pertanyaan terbatas)

7. Reflection (memantulkan pertanyaan dan perasaan)

H. Ciri-ciri Pendekatan CCT

1. Rogers tidak mengemukakan teori client-centered sebagai suatu pendekatan terapi yang tetap

dan tuntas. Ia mengharapkan orang lain akan memandang teorinya sebagai sekumpulan prinsip percobaan yang berkaitan dengan perkembangan proses terapi, dan bukan sebagai suatu dogma. 2. Pendekatan client-centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk

menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Klien, sebagai orang yang paling mengetahui dirinya sendiri, adalah orang yang harus menemukan tingkah laku yang lebih pantas bagi dirinya.

3. Pendekatan client-centered menekankan dunia fenomenal klien. Dengan empati yang cermat dan

dengan usaha untuk memahami klien. Dengan empati yang cermat dan dengan usaha untuk memahami kerangka acuan internal klien, terapis memberikan perhatian terutama pada persepsi-diri klien dan persepsinya terhadap dunia.

4. Rogers mengajukan hipotesis bahwa ada sikap-sikap tertentu pada pihak terapis (ketulusan,

kehangatan, penerimaan yang nonposesif, dan empati yang akurat) yang membentuk kondisi-kondisi yang diperlukan dan memadai bagi keefektifan terapeutik pada klien. Terapi client-centered memasukkan konsep bahwa fungsi terapi adalah tampil langsung dan bisa dijangkau oleh klien serta memusatkan perhatian pada pengalaman disini-dan-sekarang yang tercipta melalui hubungan antara klien dan terapis.

5. Teori client-centered dikembangkan melalui penelitian tentang proses dan hasil terapi. Teori

client-centered bukanlah suatu teori yang tertutup, melainkan suatu teori yang tumbuh melalui observasi-observasi konseling bertahun-tahun dan yang secara sinambung berubah sejalan

(6)

dengan peningkatan pemahaman terhadap manusia dan terhadap proses terapeutik yang dihasilkan oleh penelitian-penelitian baru.

I. Langkah-langkah Konseling:

Adapun menurut Carl R. Rogers, ada dua belas langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan konseling Non-Direktif. Namun kedua belas langkah yang dikemukan itu bukanlah langkah yang baku, dapat diubah-ubah. Langkah-langkah dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Klien datang untuk meminta bantuan kepada konselor secara sukarela.

Bila klien datang atas petunjuk seseorang, maka konselor harus mampu menciptakan suasana permisif, santai, penuh keakraban dan kehangatan, serta terbuka, sehingga klien dapat menetukan sikap dalam pemecahan masalahnya.

2. Merumuskan situasi bantuan.

Dalam merumuskan konseling sebagai bantuan untuk klien , klien didorong untuk menerima tanggung jawab untuk melaksanakan pemecahan masalahnya sendiri. Dimana dorongan ini hanya bisa dilakukan apabila konselor yakin pada kemampuan klien untuk mampu membantu dirinya sendiri.

3. Konselor mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya secara bebas, berkaitan dengan

masalahnya.Dengan menunjukkan sikap permisif, santai, penuh keakraban, kehangatan, terbuka, serta terhindar dari ketegangan-ketegangan, memungkinkan klien untuk mengungkapkan perasaannya, sehingga dirasakan meredanya ketegangan atau tekanan batinnya.

4. Konselor secara tulus menerima dan menjernihkan perasaan klien yang sifatnya negative dengan

memberikan respons yang tulus dan menjernihkan kembali perasaan negative dari klien.

5. Setelah perasaan negative dari klien terungkapkan,maka secara psikologis bebannya mulai

berkurang. Sehingga ekspresi-ekspresi positif akan muncul, dan memungkinkan klien untuk bertumbuh dan berkembang.

6. Konselor menerima perasaan positif yang diungkapkan klien.

7. Saat klien mencurahkan perasaannya secara berangsur muncul perkembangan terhadap

wawasan (insight) klien mengenal dirinya, dan pemahaman (understanding)serta penerimaan diri tersebut.

(7)

8. Apabila klien telah memiliki pemahaman terhadap masalahnya dan menerimanya, maka klien

mulai membuat keputusan untuk melangkah memikirkan tindakan selanjutnya. Artinya bersamaan dengan timbulnya pemahaman, muncul proses verfikasi untuk mengambil keputusan dan tindakan memungkinkan yang akan diambil.

J. Kekurangan dan Kelebihan CCT

Kekurangan

1. Terlalu menekankan pada aspek afektif, emosional,, perasaan sebagai penentu prilaku, tetapi

melupakan factor intelektif, kognitif, dan rasional.

2. Penggunaan informasi untuk membantu klien, tidak sesuai dengan teori.

3. Tujuan di tetapkan oleh klien, tetapi tujuan konseling kadanng-kadang di buat tergantung lokasi

konselor. Kelebihan

1. Pemusatan pada klien dan bukan pada konselor dalam konseling.

2. Identifikasi dan penekanan hubungan konseling sebagai wahana.

3. Lebih menekankan pada sikap konselor dari pada teknik.

(8)

BAB III PEMBAHASAN

A. Identifikasi Masalah

Leo (nama samaran) adalah siswa berjenis kelamin laki – laki yang bersekolah disalah satu SMA Negeri di Samarinda, sekarang Leo duduk dikelas XII. Leo seorang anak yang baik. Di lingkungan sekolah ia dikenal sebagai anak yang cukup pintar dalam mata pelajaran. Di lingkungan teman-temannya ia dikenal sebagai anak yang ramah, supel, mudah bergaul, pengertian dengan teman, dan suka bercanda.Leo tidak tinggal dengan orang tuanya dikarenakan jarak tempuh antara rumah dengan sekolahnya sangat jauh sehingga orang tua Leo memutuskan agar Leo tinggal di salah satu kost dekat sekolahnya.Ayahnya bekerja disalah satu instansi didaerahnya sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga.Keadaan ekonomi keluarganya terbilang menengah keatas.

Belakangan ini Leo tampak sering murung tidak seperti biasanya. Bahkan suatu saat ia terlihat sedang merokok, padahal hal itu tidak pernah ia lakukan dan bahkan itu sangat ia hindari. Setelah diperhatikan dalam beberapa hari, diketahui bahwa Ia sering mengeluh kepada teman-teman yang tinggal satu kost dengannya bahwa Ia merasa lelah dengan banyaknya tugas yang diberikan dari Sekolah, ia merasa waktunya tersita oleh tugas-tugas yang menumpuk.

Dari masalah Leo tersebut, wali kelas Leo pun menyerahkan Leo kepada guru BK untuk mencari tahu penyebab masalahnya dan membantu Leo untuk menyelesaikan masalahnya tersebut.

B. Analisis

Dalam kasus ini pengumpulan data dilakukan dengan wawancara baik dengan konseling itu sendiri maupun dengan pihak-pihak yang terkait sehingga didapatkan data sebagai berikut: 1. Akademis

(9)

Sejak kecil leo terbilang anak yang pintar, selalu aktif dalam kegiatan disekolah TK dekat kantor ayahnya bekerja, sehingga ia selalu diantar ayahnya kesekolah. Ia juga banyak mendapatkan penghargaan-penghargaan dari lomba-lomba di sekolahnya. Sehingga guru TK dan orang tuanya merasa bangga dengan prestasi leo. Setahun berlalu, leo luluS dari TK, dan melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri yang juga terletak dekat dengan kantor ayahnya. Sehingga ia masih selalu diantar jemput oleh ayahnya. Selama leo bersekolah di sekolah dasar, ia tetap mempunyai prestasi yang baik, dan selalu masuk peringkat 10 besar dalam kelas. Setelah lulus dari SD dia melanjutkan sekolahnya ke menengah pertama. Dia masih tetap mempertahankan prestasi yang ia miliki. Masih selalu mengikuti kegiatan-kegiatan disekolahnya.Juga aktif dalam organisasi sekolah. Setelah lulus SMP dia memutuskan untuk masuk ke sekolah menengah atas terfavorit yang letaknya jauh dari rumahnya. Di sekolah Leo dari kelas X sampai kelas XII, Leo selalu masuk peringkat sepuluh besar. Nilai raport juga diatas rata – rata.

2. Keadaan Fisik

Leo memiliki postur tubuh 170 cm dengan berat badan 60 kilogram, ia memiliki bentuk mata sipit dan memakai kaca mata karena mengalami minus dua,memiliki hidung yang mancung serta bibir yang tipis, leo memiliki bentuk wajah oval dan berwajah bersih, berkulit putih, serta memiliki rambut ikal dengan warna hitam. Leo memliki pertumbuhan fisik yang baik.

3. Keadaan Keluarga

Leo anak terakhir dari tiga bersaudara dia terlahir dari pasangan Hendra dan Ika, ayahnya bekerja sebagai Instansi didaerahnya, ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga. Ia tinggal dirumah yang cukup besar dan tergolong orang yang berkecukupan. Didalam lingkungan tersebut Leo tidak mengalami hambatan dalam berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya, sehinnga Leo dan keluarganya pun cukup baik dan akrab. Leo sangat dekat dengan semua anggota keluarganya, sehingga pada saat dia untuk sekolah yang letaknya jauh dari rumah, kemudian dia memutuskan untuk tinggal di dekat sekolahnya (kos). Hal ini yang menyebabkan Leo kurang perhatian dari orangtuanya, sehingga Leo terlihat murung dan kurang bersemangat untuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Dan akhir-akhir ini Leo merokok untuk melampiaskan kejenuhan.

(10)

Leo termasuk anak yang ramah, supel, mudah bergaul, pengertian dengan teman, dan suka bercanda dalam lingkungannya. Tidak pernah berbuat onar di masyarakat, justru sebaliknya ia menjadi contoh teladan oleh para remaja di lingkungan rumahnya, karena ia terkenal seorang remaja yang aktif dibanyak bidang.Namun semenjak memutuskan untuk tinggal didekat sekolahnya (kos), ia cenderung sering murung, dan dia terlihat merokok.

C. Sintesis

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis, dapat dikatakan bahwa:

1. Kemajuan akademis Leo memiliki prestasi yang cukup baik dari TK hingga SMA ia selalu

masuk peringkat sepuluh besar dikelasnya.

2. Pertumbuhan fisiknya baik dan Ia tergolog anak yang sehat

3. Keadaan keluarga Leo berkecukupan dan interakasi keluarga leo terhadap lingkunganya baik.

Leo sangat dekat dengan keluarganya, sehingga saat Leo tinggal jauh dari orang tuanya, Leo merasa kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya.

4. Dari segi sosialnya, Leo termasuk anak yang introver serta mudah menyesuaikan diri dan

beradaptasi. Namun, Leo tidak tinggal bersama dengan orangtuanya dikarenakan jarak tempuh rumah dan sekolahnya sangat jauh, Karena jauh dari orang tuanya, Leo jarang berkomunikasi secara langsung dengan keluarganya.

D. Diagnosis

Berdasarkan dari gejala yang tampak, diketahui bahwa Leo sering terlihat murung, dan juga merokok, kemudian dikaitkan dengan latar belakang informasi yang diperoleh dari teman-temannya dan Leo sendiri diketahui bahwa Ia sering mengeluh mengenai menumpuknya tugas-tugas dari Sekolah, dapat ditetapkan bahwa Leo mengalami kesulitan dalam mengatur waktunya di karenakan Leo kurang kasih sayang dari orang tuanya. Ia kesulitan dalam mengatur waktu belajar dan mengerjakan tugasnya, sehingga tugas-tugas yang ada lama-kelamaan menjadi menumpuk dan tidak terselesaikan. Karena ia terbiasa santai dan termotivasi oleh orang tuanya, membuat ia menjadi tertekan ketika dihadapkan dengan tugas-tugas sekolah yang memakan banyak waktu, dan juga membuatnya merasa jenuh sehingga menyebabkan ia melakukan hal-hal yang tidak biasa ia lakukan seperti merokok.

(11)

Dilihat dari masalah yang dihadapi oleh Leo tersebut, maka dapat digunakan beberapa alternatif bantuan untuk membantu menyelesaikan masalahnya tersebut, yaitu dengan dilakukannya konseling individu untuk memberikan pengertian dan alternatif bantuan kepada konseli mengenai kesulitan dalam mengatur waktu belajar yang tentunya atas persetujuan Leo sendiri, kemudian penawaran bantuan juga diberikan kepada teman-teman terdekat Leo untuk dapat memberikan motivasi dan bantuan kepada Leo dalam menyelesaikan masalahanya tersebut.

Setelah diketahui faktor penyebab menurunnya prestasi belajar anak tersebut melalui berbagai sumber, maka konselor memberikan layanan bantuan dengan menggunakan pendekatan Client Centre Theraphy yaitu suatu teknik konseling dimana konseli yang berperan aktif dalam penyelesaian masalahnya.

F. Konseling

Berdasarkan masalah yang nampak dan latar belakang penyebabnya, maka pemberian bantuan yang diberikan kepada Leo adalah berupa konseling individu.

Proses konseling antara Leo dengan Konselor berjalan dengan lancar, hal itu dapat terlihat dari wawancara berikut ini yang dilakukan pukul 10.00 pada waktu istirahat.

Konselor :Hai Leo, apa kabar? Kok Kamu sendirian disini?

Leo :Eh Ibu, ga papa kok Bu. Saya lagi pengen sendiri aja. (menjawab singkat)

Konselor :Ada apa nih kok Leo pengen sendiri, boleh ga Ibu temanin Leo ngobrol disini?

Leo : Iya bu, nggak apa-apa, Saya lagi malas pulang ke kost Bu, sumpek liat kamar yang berantakan.

(jawabnya singkat).

Konselor :(melihat ada rokok di saku baju Leo, dan langsung bertanya) Leo merokok ya?

Leo : (gugup) ehm engga kok Bu. Saya ga merokok.

Konselor :Itu apa yang ada di saku bajumu?

Leo :Ehm, iya Bu. Ini punya Saya.

Konselor :Leo merokok yah?

Leo :Iya Bu, soalnya Saya lagi galau Bu.

Konselor :Oh Leo lagi galau. Memang apa yang Kamu fikirkan?

Leo :Ehm ga papa kok Bu (Leo menunduk).

Konselor :Coba Kamu cerita sama Ibu, siapa tau habis Kamu cerita perasaan Kamu agak lega.

(12)

Konselor :Hmmm ngomong-ngomong Leo kok tampak agak kurusan ya sekarang, Leo sakit? (Tanya konselor sambil memandang wajah Leo)

Leo :Enggak kok Bu, cuma sering begadang aja, gara-gara banyak tugas yang harus dikerjakan Bu.

Konselor :Oh banyak tugas ya, bagaimana sudah dikerjakan tugas-tugasnya Leo?

Leo :Iya bu banyak sekali tugas yang harus diselesaikan dalam waktu dekat, tugasnya gak begitu

berat sih Bu bagi Saya, tapi tugas yang diberikan oleh guru – guru mata pelajaran terlalu banyak sehingga Saya bingung mau mengerjakan yang mana duluan, dan saya juga merasa kurang perhatian dari orangtua saya merasa kurang termotifasi untuk giat belajar dan mengerjakan tugas. Sedangkan Ibu tahu sebentar lagi Saya Ujian Nasional, Saya juga harus mempelajari pelajaran– pelajaran yang akan di UAN kan. Saya susah membagi waktu untuk belajar dan mengerjakan segudang tugas itu.

Konselor :Oh itu masalahnya. coba Leo pikirin kalau kamu merokok setiap galau memikirkan tugas. Jika

tugas diberikan setiap hari ada berapa bungkus rokok yang kamu habiskan dan hitung berapa banyak bahan kimia berbahaya yang masuk kedalam tubuhmu. Kamu bisa pikirkan dampak rokok untuk kesehatan kamu dalam jangka panjang. Itu bisa membahayakan kesehatan kamu dan orang-orang di sekitar Kamu Leo.

Leo : Jadi menurut ibu, saya harus bagaimana ?

Konselor : Ibu mau tanya, setiap hari rutinitas Kamu apa saja dari pagi sampai sore?

Leo :Bangun tidur saya mandi dan siap-siap pergi sekolah, pulang sekolah saya istirahat sebentar

sambil menonton TV sampai saya ketiduran. Setelah itu paling saya santai-santai saja Bu dan kadang-kadang Saya diajak main bola sama teman-teman saya Bu sampai sore. Habis magrib saya kadang baca buku sebentar paling setengah jam Bu. Setelah itu saya main PS sama teman-teman satu kost sampai tengah malam Bu. Jika mengantuk saya langsung tidur Bu.

Konselor :Oh begitu, jadi menurut Leo apa yang sebaiknya di lakukan untuk merubah kebiasaan burukmu

itu?

Leo :Saya ingin mencoba membagi waktu saya Bu.

Konselor :Bagaimana cara kamu membagi waktumu itu?

Leo :Saya pulang sekolah setiap hari jam 15.00 termasuk bimbel untuk ujian. Sepulang sekolah Saya

akan langsung makan, bersih-bersih atau tidur sebentar untuk mengistirahatkan badan karena Saya kan capek tuh habis belajar seharian. Nah setelah itu Saya bisa menggunakan waktu bersantai kamu sambil kerjakan tugas atau baca bahan untuk UN, Saya akan mengurangi nonton

(13)

TV dan main game untuk mengerjakan tugas yang secepatnya akan di kumpulkan, atau menggunakan waktu sesudah magrib atau subuh untuk belajar dan mengingat bahan pelajaran yang akan di UN-kan. Mungkin Saya akan mencoba cara itu Bu.

Konselor :Waaah, itu cara yang bagus sekali Leo. Ibu percaya, Kamu pasti bisa.

Leo :Begitu ya bu, saya mulai mengerti sekarang. Saya akan mencoba dan belajar membagi waktu

sebaik mungkin agar tugas saya bisa selesai secepatnya Bu dan saya berjanji tidak merokok lagi untuk kesehatan dan demi orang tua saya.

Konselor :Iya, semangat Leo. Ibu mendukung niat baikmu itu. (tersenyum manis)

Leo :(membalas senyum guru BK), terima kasih ya Bu sudah menemani Saya ngobrol dan

mendengarkan uneg – uneg Saya. (teeettt teeett teeettt, bel tanda masuk pun berbunyi)

Konselor :Iya sama-sama Leo. Nah, itu suara bel udah bunyi. Sebaiknya sekarang kamu masuk kelas yah,

pelajaran selanjutnya akan segera di mulai. Kalau ada masalah jangan dipendam sendiri ya, kamu bisa cerita sama ibu atau sahabat kamu supaya bebannya tidak terlalu berat.

Leo : Iya Bu, Saya masuk kelas dulu yah Bu. (sambil bersiap-siap berdiri)

Konselor : Iya Leo, Ibu juga mau kembali ke kantor. (berdiri)

Percakapan mereka pun terhenti di karenakan bel masuk berbunyi. Leo berjalan menuju kelas, sedangkan Konselor berjalan ke arah kantor.

G. Tindak Lanjut / Follow Up

Setelah dilakukan konseling dengan Leo yang membahas masalah belajar yang dihadapinya langkah selanjutnya adalah evaluasi dan tindak lanjut. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan Leo. Berdasarkan pengamatan konselor selama berlangsungnya konseling dan berdasarkan pengamatan teman-teman terdekatnya selama ini terlihat adanya perubahan dari Leo yaitu ia mulai rajin mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Ia mulai mengurangi waktu menonoton televisi dan bermain game dengan mengisi waktu luangnya dengan sedikit demi sedikit menyelesaikan tugasnya. Akhirnya tidak ada lagi tugas yang menumpuk yang membuatnya merasa jenuh dan tertekan. Kemudian berdasarkan pengamatan teman-temannya tidak pernah terlihat lagi Leo merokok. Malah ia sering berolah raga jika ada waktu senggangnya.

(14)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Leo tidak tinggal dengan kedua orang tuanya karena jarak yang sangat jauh dari sekolahnya

sehingga Leo merasa kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya.

2. Leo mengalami kesulitan dalam mengatur waktu belajarnya. Karena merasa jenuh dengan

banyaknya tugas yang diberikan maka Leo mengalihkan perhatiannya dari tugas dengan merokok.

3. Leo berusaha mengatur waktunya, kapan waktu belajar dan mengerjakan tugas, kapan waktu

bermain game dan kapan waktu bersantai.

4. Leo mulai mengerti dan mau menjalankan komitmen dengan konselor untuk berubah dan belajar

mengatur waktu serta tidak akan merokok lagi.

5. Konselor atau guru BK memberikan Leo peluang jika Leo ingin bercerita kapan saja.

6. Setelah melakukan konseling Leo mulai rajin mengerjakan tugas-tugasnya. Ia mulai mengurangi

waktu menonoton televisi dan bermain game dengan mengisi waktu luangnya dengan sedikit demi sedikit menyelesaikan tugasnya. Leo lebih semangat dan tidak pernah terlihat murung lagi. B. Saran

1. Siswa hendaknya dapat menumbuhkan semangat dalam mendapatkan prestasi dengan hasil yang

(15)

2. Orang tua hendaknya lebih mamperhatikan kegiatan anak

3. Konselor hendaknya dapat mengarahkan konseli kearah yang lebih baik untuk dapat

memecahkan masalahnya.

4. Kepala sekolah hendaknya dapat meningkatkan kegiatan-kegiatan dalam membangun prestasi

belajar

5. Guru wali kelas hendaknya dapat membantu konseli meningkatkan prestasinya.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “PENENTU JUMLAH TEMUAN SISTEM PENGENDALIAN

Steganografi merupakan seni atau ilmu yang digunakan untuk menyembunyikan pesan rahasia dengan segala cara sehingga selain orang yang dituju, orang lain tidak akan menyadari

Upaya apa sajakah yang dilakukan oleh sekolah, dalam hal ini kepala sekolah untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam penerapan nilai toleransi antarumat beragama

Pengukuran kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Dinas Kependudukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

Budaya tempat kerja yang benar sehingga karyawan termotivasi untuk memanfaatkan knowledge Menurut Hamdani (2011), pengembangan Model Knowledge Management System pada

Pemberian Nomor Cara Seri Unit (Serial Unit Numbering System) Pemberian nomor cara seri unit atau dikenal dengan Serial Unit Numbering System (SUNS) adalah suatu