• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PROGRAM LIFE SKILLS BAGI PENINGKATAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL ANAK DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL YAYASAN AL KAMILAH KOTA DEPOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK PROGRAM LIFE SKILLS BAGI PENINGKATAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL ANAK DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL YAYASAN AL KAMILAH KOTA DEPOK"

Copied!
234
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PROGRAM LIFE SKILLS BAGI PENINGKATAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL ANAK DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL YAYASAN AL KAMILAH

KOTA DEPOK SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun oleh

SHOFURA KARIMAH NURIMAN NIM. 11160541000072

KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1441 H/2020 M

(2)

DAMPAK PROGRAM LIFE SKILLS BAGI PENINGKATAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL ANAK DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL YAYASAN AL KAMILAH KOTA

DEPOK SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun oleh

NIM. 11160541000072

Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA NIP. 196007201991031001

KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1441 H/2020 M

(3)

i

LEMBAR PERNYATAAN Yang bertandatangan di bawah ini

Nama : Shofura Karimah Nuriman NIM : 11160541000072

Dengan ini menyatakan :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari saya terbukti bahwa dalam pengecualian skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain (plagiat) maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 September 2020 Penulis,

(4)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul DAMPAK PROGRAM LIFE SKILLS BAGI PENINGKATAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL ANAK DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL YAYASAN AL KAMILAH KOTA DEPOK disusun oleh Shofura Karimah Nuriman dengan NIM 1116051000072 yang telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada September 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos) pada Program Studi Kesejahteraan Sosial.

Jakarta, 30 September 2020 Sidang Munaqasyah

Ketua Penguji Sekretaris Penguji

Ahmad Zaky, M.Si Hj. Nunung Khairiyah, MA NIP. 19771272007101001 NIP. 197307252007012018

Anggota

Penguji I Penguji II

(5)

iii ABSTRAK SHOFURA KARIMAH NURIMAN (11160541000072)

Dampak Program Life Skills Bagi Peningkatan Keberfungsian Sosial Anak Di Lembaga Kesejahteraan Sosial Yayasan Al – Kamilah Kota Depok

Anak rawan merupakan kelompok anak-anak yang karena situasi, kondisi, dan tekanan-tekanan kultur maupun struktur yang menyebabkan mereka tidak terpenuhi hak-haknya. Salah satu masalah sosial yang banyak menjadi perbincangan di Indonesia ialah masalah anak putus sekolah. Maka dari itu, Lembaga Kesejahteraan Sosial Al – Kamilah Kota Depok memiliki program untuk memenuhi semua hak anak dan meningkatkan keberfungsian sosial anak. Program tersebut bernama Life Skills.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan program dan dampak program Life Skills yang dilakukan oleh Yayasan Al-Kamilah Depok berpengaruh bagi peningkatan keberfungsian sosial anak. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif jenis deskriptif. Teknik pengumpulan data penelitian merupakan kumpulan data dari observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program Life Skills ini memiliki pengaruh yang sangat positif bagi anak. Program tersebut menjadikan anak menjadi pribadi yang mandiri, disiplin, bertanggung jawab, berpikir kritis, kreatif, inovatif, serta memiliki akhlak yang baik.

(6)

iv

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillahirrabbil‘alamin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat, karunia, dan kemudahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Dampak Program Life Skills Bagi Peningkatan Keberfungsian Sosial Anak Di Lembaga Kesejahteraan Sosial Yayasan Al Kamilah Kota Depok”. Shalawat serta salam semoga selalu tecurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat, dan para pengikutnya. Semoga kelak kita sebagai umatnya mendapatkan syafa‘atnya. Aamiin…

Dalam proses pembuatan skripsi ini penulis mengalami hambatan dan menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan sekalipun peneliti telah mberusaha melakukan yang terbaik. Untuk itu, kritikan dan saran yang bertujuan membangun sungguh merupakan masukan bagi peneliti agar bisa memperbaiki kembali sehingga bisa menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik lagi.

Namun dengan izin dari Allah SWT dan berkat motivasi, do‘a, dan arahan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikannya. Oleh Karena itu, penulis ingin mrngucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Dr. Siti Napsiyah, S.Ag.,

(7)

v

MSW, sebagai Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Dr. Sihabudin Noor, M.Ag., sebagai Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Bapak Cecep Castrawijaya, M.A., sebagai Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan. 2. Bapak Ahmad Zaky, M.Si., sebagai Ketua Program Studi

Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Hj. Nunung Khoiriyah, MA., sebagai Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Prof. Dr. Asep Usman Ismail, MA., sebagai dosen

pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan seluruh civitas akademika yang telah memberikan sumbangan wawasan dan pengalaman dan membimbing saya selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Perpustakaan Umum dan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan referensi berupa buku, jurnal, maupun skripsi.

6. Kepada seluruh pihak Lembaga Kesejahteraan Sosial Yayasan Al Kamilah Kota Depok

7. Kepada Bapak Haryono selaku salah satu pendiri Yayasan Al Kamilah Depok yang sudah mau membantu penulis melengkapi data dan menemani penulis ketika sedang penelitian dari awal sampai terselesaikannya skripsi ini.

(8)

vi

8. Kepada Bapak Badrudin selaku salah satu pendiri Yayasan sekaligus Ketua Yayasan Al Kamilah Depok yang sudah mau menyempatkan waktu memberikan informasi kepada penulis disela waktu sibuknya.

9. Kepada Ibu Keni selaku istri dari Pak Haryono sekaligus staff pengurus Yayasan Al Kamilah yang juga sudah mau membantu dan menemani penulis selama penelitian di Yayasan Al Kamilah.

10. Kedua orang tuaku yang tercinta, Umi Asnizar dan Abi Sofyan Nuriman yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan, kasih sayang, dan cinta yang tulus dan ikhlas, tidak pernah bosan memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini berkat do‘a dan dukungannya.

11. Kepada adik kandungku Muhammad Naufal Siddiq yang telah memberikan dukungan agar kakaknya bisa lulus tepat waktu.

12. Kepada teman-teman pejuang Graduate 2020 : Azka Nisailkamilah, S.Sos, Fajri Zakiyah, S.Sos, Vira Nabilla, S.Sos, Uswatun Hasanah, S.Sos, Aisyah Novaliawati, S.Sos, Aulia Rahmah, dan Desy Rahmalia yang telah memberikan warna selama masa perkuliahan. Terima kasih sudah mau berjuang bersama.

13. Kepada teman-teman praktikum 1 : Jelita, Windi, Tantri, Ubay, Apit, dan Ade atas kerja sama dan semangatnya serta motivasi kalian.

(9)

vii

14. Kepada teman-teman praktikum 2 : Uci, Sabila, Bayed, Erlani. Fidi, Okky, Ipul, Agus, Jaka, dan Dany. Terima kasih atas semua pengalaman baru dan kerja sama selama 33 hari kita hidup bersama di Serang, Banten.

15. Kepada teman-teman seperjuangan Kessos 2016 dan seluruh Pengurus HMJ Kessos periode tahun 2018 yang telah memberikan pengalaman dalam berorganisasi semasa perkuliahan.

16. Kepada sahabat-sahabtku sedari SD dan SMA : Olivia Salsabilla, Rifdatul Husna, Vega Dwi, dan Sinta Rona terima kasih sudah selalu ada dan menemani dikala suka dan duka selama ini.

17. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan baik moril maupun materil sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada siapapun yang membacanya.

Jakarta, 30 September 2020

(10)

viii DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ... i LEMBAR PENGESAHAN ... ii ABSTRAK ... iii KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Batasan Masalah... 11

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

F. Kajian Terdahulu ... 14

G. Metodologi Penelitian ... 20

H. Pendekatan Penelitian ... 21

I. Jenis Penelitian ... 22

J. Sumber Data ... 23

K. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

L. Langkah-Langkah Penulisan ... 25

BAB II KONSEP DAN TEORI ... 40

(11)

ix

1. Dampak program ... 40

a. Pengertian dampak ... 40

b. Pengertian program ... 41

2. LIFE SKILLS ... 42

a. Pengertian Life Skills ... 42

b. Jenis – jenis Life Skills ... 43

c. Tujuan Life Skills ... 48

3. Keberfungsian Sosial ... 49

a. Pengertian Keberfungsian Sosial ... 49

b. Konsep Keberfungsian Sosial ... 50

c. Indikator Keberfungsian Sosial ... 53

4. Masalah Sosial Anak ... 56

a. Pengeertian Anak ... 56

b. Macam – macam Masalah pada Anak ... 57

B. Kerangka Teori... 60

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA ... 65

A. Sejarah Berdirinya Lembaga ... 65

B. Identitas Lembaga ... 66

C. Visi dan Misi Lembaga ... 68

D. Tujuan Lembaga Sosial ... 68

E. Peran Lembaga Kesejahteraan ... 71

F. Program Kegiatan... 71

G. Sarana dan Prasarana... 72

H. Mekanisme dan Karakteristik Penerimaan... 73

I. Kerjasama dan Kemitraan ... 74

(12)

x

K. Sumber dana ... 75

L. Pengembangan Inovasi... 75

M. Struktur Lembaga ... 80

BAB IV DATAN DAN TEMUAN PENELITIAN ... 81

A. Data Penelitian ... 82

1. Pendidikan Life Skills ... 82

2. Pendidikan Life Skills di Yayasan Al-Kamilah ... 83

B. Temuan Penelitian ... 87

1. Perencanaan Program ... 87

2. Pengorganisasian Program ... 88

3. Proses Pelaksanaan Program Life Skills ... 89

4. Pengawasan Program ... 101

C. Dampak Program Life Skills bagi peningkatan Keberfungsian Sosial Anak ... 102

BAB V PEMBAHASAN ... 115

Dampak Program Life Skills... 116

BAB VI PENUTUP ... 136

A. Kesimpulan ... 136

B. Saran ... 137

DAFTAR PUSTAKA ... 139

(13)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1: Pedoman Wawancara ... 32

Tabel 2.1 : Kerangka Teori ... 64

Tabel 3.1 : Jumlah Sumber Daya Manusia ... 75

Tabel 3.2 : Jadwal Kegiatan Anak... 76

Tabel 4.1 : Daftar Nama Anak Asuh di Dalam Asrama ... 94

Tabel 4.2 : Daftar Nama Anak Asuh di Luar Asrama ... 95

Tabel 4.3 : Kegiatan Program Kecakapan Hidup... 98

Tabel 4.4 : Kegiatan wajib Program Kecakapan Hidup ... 100

Tabel 4.5 : Kegiatan Khusus Program Kecakapan Hidup ... 100

Tabel 4.6 : Data Informan ... 106

Tabel 5.1 : Perubahan Anak Setelah Mengikuti Program Life Skills ... 132

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jumlah masyarakat miskin masih besar di negeri ini. Berbagai cara telah diusahakan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, akan tetapi tetap saja kemiskinan tidak terkendali. Kemiskinan jelas berdampak terhadap kehidupan keluarga. Dampak yang ditimbulkan dari kondisi keluarga yang miskin bukan hanya masalah pemenuhan kebutuhan pokok semata, pendidikan pun juga ikut terabaikan. Hal itu dibuktikan dengan angka putus sekolah yang meningkat, bahkan keluarga miskin sampai tidak mampu membiayai kebutuhan dasar dan pendidikan anak-anaknya. Beban keluarga miskin yang paling besar terletak pada kelompok-kelompok tertentu. Demikian pula dengan anak-anak, mereka juga menderita akibat adanya ketidakmerataan. Selain itu kualitas hidup mereka juga ikut terancam, karena tidak tercukupinya gizi, kesehatan, maupun pendidikan. (S. E. Mulyono 2017, 5)

Dampak lain dari kondisi ekonomi keluarga yang krisis ialah masalah katahanan keluarga. Berbagai indikator mudah terlihat seperti, perceraian, pertengkaran orang tua, angka kematian bayi, angka harapan hidup, pengeluaran kebutuhan keluarga untuk makanan, kondisi rumah, atau pun pendidikan sekolah anak-anak, kenakalan

(15)

2

anak (menentang orang tua, mencuri, berjudi, melanggar aturan sekolah, putus sekolah, bahkan sampai meminum minuman keras dan memakai obat-obatan terlarang). Gejala-gejala tersebut bersumber dari ketidakberfungsian sistem keluarga.

Menurut Minuchin (1980) keluarga adalah satu kesatuan suatu sistem atau suatu organisme. Keluarga bukanlah merupakan kumpulan atau pejumlahan dari individu-inidividu. Ibarat amuba, keluarga mempunyai komponen-komponen yang membentuk organisme keluarga itu. Komponen-komponen itu adalah anggota-anggota keluarga. Sistem keluarga berfungsi untuk saling membantu dan memungkinkan kemandirian setiap anggotanya. Apabila ada satu komponen keluarga terganggu atau tak berfungsi, maka sistem keluarga akan terganggu pula. (Wills 2011, 13-15)

Untuk mengatasi kemiskinan kronis di Depok tidak bisa dengan bantuan jaminan sosial atau kesehatan semata. Pasalnya kompleksitas masalah di daerah tersebut sangat tinggi. Kemiskinan kronis di Depok diperparah oleh sistem pelayanan kesehatan dan pendidikan yang tidak mendukung terhadap warga setempat. (Khoer 2015)

Berdasarkan data kependudukan Badan Pusat Statistik ( BPS) Kota Depok hingga 2017, presentase kemiskinan di Kota Depok hanya sebesar 2,34% dari total jumlah penduduk Kota Depok sebesar 2.254.513 jiwa. Berdasarkan data yang dihimpun BPS kota Depok setiap

(16)

3

tahunnya terus menambah, walaupun nilainya tidak begitu signifikan. Data BPS Kota Depok, sejak 2013 penduduk miskin tercatat sebesar 45.912 jiwa atau 2,32 persen dari seluruh penduduk Kota Depok. Penduduk miskin di Kota Depok meningkat pada tahun 2014 dengan 47.950 jiwa atau 2,32 persen, sementara pada 2015, warga miskin meningkat menjadi sebesar 49.970 jiwa atau sekitar 2,40 persen dari total penduduk Kota Depok.

Pada 2016 penduduk miskin di Kota Depok, juga bertambah menjadi 50.560 jiwa atau sekitar 2,34 persen, dan pada tahun 2017 meningkat lagi hingga 2.000 jiwa menjadi 52.338 jiwa namun persentasenya tetap 2,34 persen, karena jumlah penduduk Kota Depok yang juga meningkat. Kemungkinan penduduk miskin di Kota Depok, pada tahun 2019 juga meningkat mengingat peningkatan jumlah penduduk yang terus bertambah. (Amanda 2019)

Bagi keluarga miskin, dan terlebih lagi anak-anak, situasi krisis ekonomi adalah awal mula dari timbulnya berbagai masalah yang sepertinya makin mustahil untuk dipecahkan dalam waktu singkat. Situasi krisis ekonomi bukan cuma memunculkan kondisi kemiskinan yang semakin parah, tetapi juga menyebabkan situasi yang menjadi semakin sulit. Krisis ekonomi, meski bukan merupakan satu-satunya faktor pencipta anak-anak rawan, tetapi krisis yang berkepanjangan menyebabkan daya tahan, perhatian, dan kehidupan anak-anak menjadi makin

(17)

4

marginal, khususnya bagi anak-anak yang sejak awal tergolong anak-anak rawan.

Anak rawan sendiri pada dasarnya adalah sebuah istilah untuk menggambarkan kelompok anak-anak yang karena situasi, kondisi, dan tekanan-tekanan kultur maupun struktur menyebabkan mereka belum atau tidak terpenuhi hak-haknya, bahkan seringkali pula dilanggar hak-haknya. Inferior, rentan/sensitif, dan marginal adalah beberapa ciri yang umumnya dirasakan oleh anak-anak rawan. Seorang anak bisa dikatakan inferior atau rendah diri, biasanya karena mereka tersisih dari kehidupan normal dan terganggu proses tumbuh kembangnya secara wajar. Anak dikatakan sensitive atau rentan karena mereka sering menjadi korban situasi dan bahkan terlempar dari masyarakat. Sementara itu anak-anak rawan tersebut tergolong marginal karena dalam kehidupan sehari-harinya biasanya mereka mengalami berbagai bentuk eksploitasi dan diskriminasi, mudah diperlakukan salah dan bahkan seringkali pula kehilangan kemerdekaannya. (Suyanto 2013, 3-4).

Salah satu masalah sosial yang banyak menjadi perbincangan di Indonesia ialah masalah anak putus sekolah. Hal ini dikarenakan banyak anak-anak yang tidak mendapatkan haknya sebagai anak, yaitu hak untuk mendapatkan kasih sayang, hak bermain, hingga hak untuk mendapatkan pendidikan formal, namun sayangnya banyak orang tua yang tidak dapat memenuhi hak

(18)

5

anaknya tersebut, terutama hak untuk mendapatkan pendidikan. Lagi-lagi faktor ekonomi menjadi faktor utama anak menjadi putus sekolah, karena orang tua tidak dapat membiayai anak untuk mengikuti pendidikan formal. Padahal pendidikan memiliki peran yang cukup penting untuk perkembangan dan masa depan anak.

Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, disebutkan secara tersirat bahwa pendidikan diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi anak bangsa agar berani menghadapi problema kehidupan tanpa merasa tertekan, memiliki kemauan dan kemampuan, serta senang mengembangkan diri untuk menjadi manusia unggul. Melalui pendidikan juga diharapkan mampu mendorong anak bangsa untuk memelihara diri sendiri, menyadarkan manusia sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia cakap, kreatif, bertanggung jawab, memiliki kemandirian serta mampu menjalin hubungan dengan masyarakat dan lingkungan yang ada disekitarnya.

Tujuan pendidikan pada hakikatnya berupaya menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang dapat memberikan bekal bagi peserta didik dengan berbagai kecakapan hidup (life skills). Pendidikan tidak hanya mengejar pengetahuan (ilmu) semata, tetapi harus ada proses pengembangan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai tertentu yang dapat direfleksikan dalam kehidupan peserta didik dimasa yang akan datang. (Noor 2015, 2)

(19)

6

Tuntutan akan peningkatan kualitas pendidikan harus disikapi dengan sangat serius dan seksama, karena ketinggalan dalam bidang pendidikan akan menimbulkan dua persoalan besar yakni kebodohan dan kemiskinan. Sektor pendidikan harus ditempatkan dalam tatanan khusus dan menjadi prioritas pertama serta utama yang amat sangat penting dalam konteks pembangunan suatu bangsa. Berbagai kenyataan telah membuktikan bahwa kemajuan peradaban yang diperoleh bangsa-bangsa maju, salah satu indikasinya adalah kemajuan di bidang pendidikan. (Noor 2015, 3)

Permasalahan anak putus sekolah di Depok bukan masalah yang baru. Anak putus sekolah di Depok merupakan angka yang paling banyak dibandingkan Kabupaten - Kota di Jawa Barat. (Wulandari 2013). Angka putus sekolah di Provinsi Jawa Barat tercatat selama 2018 hingga November mencapai 37.971 siswa, angka tersebut merupakan akumulasi dari angka putus sekolah SD, SMP, SMA, dan SMK. Anak yang putus sekolah SD mencapai 5.627 siswa, SMP mencapai 9.621 siswa, SMA mencapai 5.403 dan yang terparah adalah siswa SMK yang sebanyak 17.320 siswa putus sekolah. Berbagai alasan yang menyebabkan anak putus sekolah diantaranya, lingkungan yang menganggap pendidikan sebagai sesuatu yang sia-sia ataupun alasan keterbatasan ekonomi keluarga sehingga anak harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga. (Hendrawan 2019)

(20)

7

Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa pada tahun 2019 Depok merupakan kota dengan jumlah anak putus sekolah tertinggi di Provinsi Jawa Barat. Jumlah anak putus sekolah di Depok mencapai 1.555 siswa. Anak SD mencapai 572 siswa. SMP 0 siswa, SMA mencapai 465 siswa, dan SMK mencapai 518 siswa. (DP3AKB 2019).

Dari data angka anak putus sekolah di atas menunjukkan bahwa di Kota Depok semakin banyak keluarga miskin yang tidak dapat memenuhi hak-hak anak terutama pendidikan mereka. Cara yang tepat untuk memotong kemiskinan ialah dengan pendidikan. Anak wajib untuk mendapatakan pendidikan formal dan orang tua wajib untuk menyekolahkan anaknya demi masa depan anak dan masa depan bangsa Indonesia. Pendidikan merupakan hak anak. Hak wajib dipenuhi dengan kerjasama paling tidak dari orangtua siswa, lembaga pendidikan, dan pemerintah.

Oleh karena itu, salah satu kunci untuk mengatasi masalah anak putus sekolah adalah dengan menyediakan berbagai fasilitas sosial penanganan dan pemeliharaan anak. Sebuah fasilitas sosial itu adalah yang mendukung program perkembangan anak, salah satunya program kecakapan hidup anak yang dilaksanakan sebagai upaya untuk menangani peningkatan masalah anak putus sekolah.

(21)

8

Pengenalan pendidikan kecakapan hidup (life skills) merupakan cara untuk membedakan antara dunia pendidikan dengan kehidupan nyata sehingga pendidikan akan lebih realistis dan lebih konstektual dengan nilai-nilai kehidupan nyata sehari-hari. Menurut Slamet (2005) peranan dan fungsi serta tugas dari Pendidikan Formal dan Pendidikan Non Formal adalah mempersiapkan anak-anak bangsa agar mampu : (1) mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, (2) mengembangkan kehidupan bersosialisasi untuk bermasyarakat, (3) mengembangkan kehidupan untuk bernegara dan berbangsa, (4) mempersiapkan anak untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. (Noor 2015, 3-4)

Untuk mendukung upaya tersebut, keterlibatan masyarakat secara menyeluruh merupakan hal yang sangat penting. Masyarakat bekerja sama dengan instansi pemerintah maupun swasta guna meningkatkan pelayanan sosial yang dapat mengatasi setiap gangguan-gangguan pendidikan yang dialami anak dari kaum yang tidak mampu, serta memenuhi setiap kebutuhan anak sehingga anak dapat merasakan haknya untuk tumbuh dan berkembang secara wajar.

Salah satu bentuk dukungan sosial dari masyarakat ialah terbentuknya Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS), yaitu sebuah lembaga mitra pemerintah yang menangani masalah kesejahteraan sosial. Lembaga kesejahteraan sosial ini sebagaimana yang dijelaskan dalam

(22)

Undang-9

Undang RI Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial berperan dalam mendukung pengasuhan dan pembinaan anak – anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu dan anak-anak yang mengalami putus sekolah.

Yayasan Yatim dan Dhu‘afa Al - Kamilah merupakan salah satu Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) yang berada di Kecamatan Bojongsari Kota Depok. Yayasan ini menaungi anak-anak yatim piatu dan dhu‘afa serta anak-anak jalanan yang kurang mampu agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi terutama untuk mendapatkan pendidikan gratis sampai lulus sekolah menengah atas. Selain itu juga yayasan ini mengasuh dan membina mereka agar memiliki Iman dan Taqwa yang berkualitas, menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, berakhlakul karimah, terampil, mandiri, kreatif, dan inovatif. (Dokumen Yayasan Al Kamilah).

Dapat pula ditambahkan bahwa Lembaga Kesejahteraan Sosial Al Kamilah ini adalah lembaga yang benar-benar menampung, merawat, dan mendidik anak-anak jalanan, anak-anak-anak-anak miskin, yatim dan dhu‘afa melalui pendidikan formal, non-formal, dan informal. Semua biaya hidup dan sekolah ditanggung sepenuhnya hingga mereka lulus. Untuk mendapatkan pendidikan formal, Yayasan Al Kamilah ini bekerja sama dengan beberapa sekolah-sekolah mulai dari SD sampai SMA. Kemudian untuk mendapatkan pendidikan non-formal dan

(23)

10

informal, para pengasuh telah menggantikan peran keluarga bagi anak-anak asuh di yayasan ini. Lembaga ini juga mempunyai taman baca yang diberi nama ―Taman Bacaan Daun Kelapa‖ yang mana taman baca tersebut juga bisa bermanfaat bagi masyarakat umum.

Dengan adanya Lembaga Kesejahteraan Sosial diharapkan anak-anak dari kalangan kurang mampu mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan menjadi anak bangsa yang memiliki kecakapan hidup yang mandiri dan kreatif untuk mewujudkan masa depan bangsa yang berkualitas. Berkaitan dengan hal yang diatas, peneliti menyajikan penelitian yang berjudul :

“DAMPAK PROGRAM LIFE SKILLS BAGI

PENINGKATAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL

ANAK DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL YAYASAN AL KAMILAH KOTA DEPOK”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa identifikasi masalah pada penelitian ini, yaitu:

1. Sebanyak 45.900 jiwa warga Kota Depok hidup dalam kemiskinan kronis sehingga mengakibatkan angka anak putus sekolah di Kota Depok tertinggi di Jawa Barat.

(24)

11

2. Tingkat kemiskinan yang signifikan itu berdampak pada ketahanan keluarga yang rapuh dan berdampak pula ketidakberfungsian sistem keluarga yang menghasilkan anak-anak yang tidak bisa sekolah pada tingkat SD. SMA, dan, SMK

3. Angka putus sekolah yang tinggi di Kota Depok, secara langsung telah berdampak pada fenomena munculnya remaja yang tidak memiliki keterampilan hidup (life skills), sehingga kida memiliki kesempatan untuk bersaing merebutkan pasar kerja.

4. Munculnya fenomena remaja di Kota Depok yang putus sekolah, tidak memiliki keterampilan, dan tidak sanggup bersaing dalam merebutkan pasar kerja merupakan bom waktu yang akan menambah problema sosial di Kota Depok.

5. Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Al Kamilah merupakan kelompok sosial masyarakat di Kota Depok yang peduli dalam mengatasi problema sosial tersebut dengan menghadirkan program life skills untuk menampung, mendidik, mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai pada anak-anak yang putus sekolah.

C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini difokuskan pada kontribusi yang dilakukan Yayasan

(25)

Al-12

Kamilah dalam menangani permasalahan anak putus sekolah di Kota Depok.

D. Rumusan Masalah

Problema sosial di Kota Depok cukup akut, meliputi angka putus sekolah yang tertinggi, ketahanan keluarga yang rapuh, tidak memiliki kesempatan untuk bersaing merebutkan pasar kerja, semuanya merupakan bom waktu yang akan menambah problema sosial di Kota Depok.

Sementara itu, LKS Al kamilah mencoba mengatasi masalah sosial tersebut dengan langkah-langkah yang konkrit.

Berdasarkan pernyataan rumusan masalah diatas, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk-bentuk program life skills yang diberikan kepada anak asuh di Yayasan Al-Kamilah Kota Depok?

2. Bagaimana proses pelaksanaan program Life Skills yang diberikan kepada anak asuh di Yayasan Al Kamilah Kota Depok?

3. Apa dampak yang dirasakan oleh anak dari program yang diberikan LKS Yayasan Al-Kamailah?

(26)

13

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian tersebut memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bentuk program life skills yang diberikan pembimbing kepada anak asuh di LKS Yayasan Al-Kamilah.

b. Untuk mengetahui proses pelaksanaan program Life Skills yang diberikan kepada anak asuh di Yayasan Al Kamilah.

c. Untuk mengetahui dampak yang dirasakan oleh anak asuh dari program yang diberikan LKS Yayasan Al-Kamailah.

2. Manfaat penelitian a. Secara Akademis

Manfaat penelitian dari segi akademis, yaitu: 1) Untuk bidang ilmu pengetahuan, hasil dari

penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi bagi perkembangan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bidang sosial dan pekerjaan sosial. Khususnya mengenai program life skills kepada anak-anak putus sekolah yang miskin agar mereka dapat mengembangkan kecakapan hidupnya, bisa

(27)

14

mengatasi masalah-masalah hidupnya, dan meningkatkan keberfungsian sosialnya. 2) Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan pengetahuan mengenai pelaksanaa program Life Skills.

b. Segi Praktis

Manfaat penelitian dari segi praktis, yaitu: 1) Sebagai bahan masukan untuk instansi

atau lembaga yang fokus menyelenggarakan program Life Skills 2) Sebagai bahan untuk memperbaiki

kualitas pelayanan program Life Skills.

F. Tinjauan Terdahulu

Rancangan penelitian yang baik, perlu menyertakan hasil kajian penelusuran bahan-bahan kepustakaan, karena peneliti harus menyiapkan kerangka onsepsi penelitian serta memberikan alasan kuat dari kacamata teoritis, tentang pentingnya penelitian itu dilakukan. Selain itu, kerangka teoritis ini bisa menjadi acuan dalam membuat pertanyaan-pertanyaan penelitian secara mendasar dan tajam menyangkut pokok masalah yang diteliti.

Kemudian kajian kepustakaan juga bisa memberikan akses untuk membandingkan pokok masalah

(28)

15

yang kita pilih dengan pokok masalah dan topik serupa berikut temuan-temuannya, yang pernah ada.

Dari hasil penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan judul yang sama seperti judul penelitian penulis. Namun peneliti menemukan beberapa penelitian yang akan digunakan sebagai referensi untuk memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Dengan begitu, dapat diposisikan dengan baik bahwa penelitian yang hendakdilakukan diantara penelitian-penelitian sosial lainnya yang telah ada sebelumnya. Dengan penelusuran kepustakaan dapat memberikan epasrian, bahwa konstruk yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan telah tersedia. (Kasiram 2010, 236)

Berikut merupakan penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.

1. Nama : Agus Hasbi Noor

Universitas : STKIP Siliwangi Bandung

Judul Jurnal : Pendidikan Kecakapan Hidup Di Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Kemandirian Santri.

Dari temuan dilapangan diperoleh hasil bahwa kegiatan pendidikan life skills yang diselenggarakan pondok pesantren tersebut merupakan bentuk pendidikan yang berorientasi kepada kemandirian

(29)

16

duniawi dan kemandirian ukhrawi. Sehingga untuk dapat mencapai tujuan tersebut, pondok pesantren memerlukan dukungan berbagai komponen pendidikan, antara lain : peserta didik (santri) sebagai masukan mentah, masukan sarana, masukan lingkungan, masukan lain, proses, hasil dan dampak pembelajaran. Komponen-komponen sistem tersebut mempunyai kaitan yang erat dan saling berpengaruh dalam menentukan keberhasilan pendidikan life skills di pondok pesantren.

Persamaan penelitian oleh Agus Hasbi Noor, pada tahun 2015 dengan yang akan penulis lakukan ialah melihat keberhasilan dari pendidikan life skills terhadap anak didiknya. Serta perbedaannya ialah penelitian yang dilakukan oleh Agus Hasbi Noor pada tahun 2015, melihat bagaimana pengaruh pendidikan life skills terhadap kemandirian santri, sedangkan penulis akan meneliti bagaimana dampak program life skills bagi peningkatan keberfungsian sosial anak dalam hal mampu memenuhi kebutuhannya, memecahkan masalah, dan menjalankan peran-peran sosialnya.

2. Nama : Tristanti, Yoyon Suryono Universitas : Universitas Negeri Yogyakarta

(30)

17

Judul Jurnal : Evaluasi Program Kecakapan Hidup Bagi Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II A Kutuarjo

Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan program pada aspek konteks menunjukkan kesesuaian antara kebutuhan dan partisipasi warga belajar, pengalaman warga belajar dan kondisi lingkungan dengan kegiatan program. Pada aspek masukan menunjukkan motivasi warga belajar, karakteristik warga belajar, karakteristik narasumber, pendanaan, dan sarana prasarana dalam kategori baik. Aspek proses menunjukkan aktifitas warga belajar, strategi pembelajara dan hubungan antar pribadi dalam kategori baik. Aspek hasil menunjukkan semua kegiatan keterampilan dapat terlaksana dengan baik. Keberhasilan program keterampilan ditunjukkan oleh perubahan perilaku warga belajar yang meliputi kecakapan tangan, kecakapan hati, kecakapan otak dan kecakapan sehat.

Persamaan penelitian oleh Tristanti, Yoyon Suryono pada tahun 2014 dengan yang akan penulis lakukan ialah kesesuaian antara kebutuhan dan partisipasi belajar, pengalaman belajar dan kondisi lingkungan dengan kegiatan program. Sedangkan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Tristanti,

(31)

18

Yoyon Suryono pada tahun 2014 ialah mengevaluasi secara keseluruhan program life skills yang telah diberikan, sedangkan penulis akan meneliti program kegiatan life skills seperti apa yang diberikan kepada anak asuh.

3. Nama ; Husaini Usman

Universitas : Universitas Negeri Yogyakarta Judul Jurnal : Model Pendidikan Kecakapan

Hidup Sebagai Alternatif

Mengurangi Angka Kemiskinan

Hasil dari penelitian ini ialah mengetahui distribusi anak-anak putus sekolah dari keluarga miskin kebutuhan pelatihan, kelayakan lembar kerja, model pelatihan, kriteria pelatihan, dan model pelatihan yang efektif. anak-anak putus sekolah sangat tertarik untuk mengikuti pelatihan. Mereka memilih pelatihan yang dapat meningkatkan penghasilannya. Lembar kerja ternyata layak untuk materi pelatihan. Pelatihan kecakapan hidup dapat mengentaskan masyarakat miskin.

Persamaan penelitian oleh Husaini Usman, pada tahun 2010 yaitu metode penelitian kualitatif yang melihat kebutuhan anak-anak dari keluarga miskin yang mengalami putus sekolah. Sedangkan perbedaannya ialah Penelitian yang dilakukan oleh Husaini Usman, 2010 ialah memberikan pelatihan

(32)

19

kerja untuk meningkatkan penghasilan masyarakat miskin. Sedangkan penulis akan meneliti mengenai program kecakapan hidup untuk meningkatkan keberfungsian sosialnya dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yanga ada di hidupnya

4. Nama : Yulianti

Universitas : Universitas Islan Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

Judul Skripsi : Dampak Program Elderly Day Care Service

Terhadap Kesejahteraan Lansia Di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Dharma Bekasi.

Hasil dari penelitian ini adalah dampak program Elderly Day Care Service dilihat dari tiga komponen utama lansia yang dikatakan sukses, yaitu: kesehatan fisik dan terhindar dari penyakit, mempertahankan fungsi fisik dan kognisi sosial, serta keterlibatan sosial dan aktivitas produktif lansia yang yang mengikuti program Elderly Day Care Service sudah bisa merasakan atau mendapatkan dampak tersebut dari program Elderly Day Care Service di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Dharma Bekasi.

(33)

20

Persamaan penelitian oleh Yulianti, pada tahun 2018 yaitu metode penelitian kualitatif yang melihat seberapa besar dampak suatu program berpengaruh bagi kesejahteraan warga binaannya. Sedangkan perbedaannya ialah penelitian yang dilakukan oleh Yulianti ini ialah membahas program Elderly Day Care Service yang dapat berpengaruh untuk kesejahteraan lansia. Sedangkan peneliti akan membahas program life skills bagi pengingkatan keberfungsian sosial anak.

G. Metodelogi Penelitian

Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang digunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain metodologi merupakan suatu pendekatan umum untuk mengkaji topic penelitian. Metodologi dipengaruhi atau berdasaran perspektif teoritis yang digunakan untuk melakukan penelitian, sementara perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain. (Mulyana 2010, 145)

Metodologi penelitian merupakan cara yang digunakan dalam memperoleh data dan menganalisa data.

(34)

21

Sumber yang diperoleh dapat menjadi bahan dalam menjawab permasalahan yang peneliti teliti.

Metode penelitian melibatkan berbagai macam teknik pengumpulan data, analisis, serta interpretasi yang dikemukakan peneliti dalam kerja penelitiannya. (Almanshur 2012, 737)

Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Pengertian penelitian kualitatif yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. (Kuswana 2011, 278)

Menurut Kirk dan Miller, yang dikutip Moleong, menyatakkan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial, yang fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang tersebut dengan bahasanya dan peristiwanya. (Meleong 1990, 3)

Sedangkan menurut Bodgan dan Tailor, metedologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut Moleong, penelitian kualitatif mempunyai karakteristik yang sangat penting antara lain: berada pada

(35)

22

latar alamiah (konteks dari suatu keutuhan), memandang manusia (peneliti) sebagai alat atau instrument penelitian, analisa data bersifat induktif, dan menghendaki arah bimbingan penyusunan teori subtantif yang berasal dari data, lebih mementingkan proses dari pada hasil. (Moleong 2007, 3)

Dengan menggunakan kualitatif, peneliti memberikan kesempatan pada informan untuk menyampaikan informasi yang sebanyak-banyaknya dan tidak terbatas pada suatu bentuk kuesioner tertutup, melainkan dengan menggunakan wawancara mendalam sesuai dengan metode pengumpulan data yang seringkali digunakan dalam penelitian kualitatif. (Poerwandadi 1998, 32)

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam melakukan penelitian karena berharap dengan menggunakan pendekatan kualitatif didapatkan hasil penelitian yang menyajikan data yang akurat dan digambarkan secara jelas dari kondisi sebenarnya mengenai dampak program life skills bagi peningkatan keberfungsian sosial anak di Lembaga Kesejahteraan Sosial Al Kamilah Kota Depok.

Jenis Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian data deskriptif berupa kata-kata, analisis dalam

(36)

23

menguji keabsahan data, maka peneliti menentukan data yang valid, akurat, dan signifikan untuk mengungkapkam permasalahan yang diteliti.

Metode penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan atau area populasi tertentu yang bersifat faktual secara objektif, sistematis, dan akurat. Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang dimaksudkan untuk memotret fenomena individual, situasi, kelompok tertentu yang terjadi secara kekinian dan akurat. Penelitian deskriptif merupakan alat untuk menemukan makna baru, menjelaskan sebuah kondisi keberadaan, menentukan frekuensi kemunculan sesuatu, dan mengategorikan informasi.

Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi siatuasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan mennempuh langkah-langkah pengumpulan data, klarifikasi, dan laporan. (Sulistyaningsih 2011, 82)

Sumber Data

Bila dilihat dari sumbernya, teknik pengumpulan data dibagi menjadi dua yaitu:

(37)

24 a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari para informan yang ada dengan menggunakan panduan wawancara. Dalam data primer penelitian ini bersumber dari anak-anak asuh yang ada di LKS Yayasan Al-Kamilah Kota Depok.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapatkan oleh seorang peneliti secara tidak langsung. Data yang dikumpulkan peneliti sebagai penunjang. Sumber data sekunder yang dikumpulkan berupa dokumen yang diambil dan dikutip dari berbagai sumber literature seperti jurnal, buku, website, dan tulisan lainnya. (Sugiyono 2011, 193)

Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan, pada kesempatan kali ini peneliti melakukan penelitian ini yang berlokasi di Lembaga Kesejahteraan Sosial Yayasan Al Kamilah Kota Depok yang beralamat di JL. Serua Raya RT 03/05 Serua, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok.

(38)

25

Penelitian ini telah dilakukan dalam rentang waktu bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2020.

Langkah-Langkah Penelitian

Prinsip dasar urutan dalam penelitian adalah mengikuti tahapan berfikir ilmiah sebagaimana dikemukakan oleh John Dewey, seorang tokoh pendidikan dari Amerika Serikat. Menurutnya, langkah dasar antara penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif sama, yakni dalam hal strategi darimana penelitian dimulai. Penelitian kuantitatif adalah penelitian untuk menguji teori, sedangkan penelitian kualitatif adalah membangun teori dari data hasil penelitian. (Kasiram 2010, 277) Berikut adalah langkah-langkah penelitian kualitatif:

1) Mengidentifikasi Masalah 2) Membatasi Masalah 3) Merumuskan Masalah

4) Menyusun Pertanyaan Penelitian 5) Menyusun Kerangka Teori

Kerangka teoritis merupakan suatu model yang menjelaskan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor‐faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Arti teori ialah sebuah kumpulan proposisi umum yang saling berkaitan dan digunakan untuk menjelaskan hubungan yang timbul antara beberapa variabel yang di observasi.

(39)

26

Penyusunan teori merupakan tujuan utama dari ilmu karena teori merupakan alat untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena yang diteliti. Teori selalu berdasarkan fakta, didukung oleh dalil dan proposisi. Secara defenitif, teori harus berlandaskan fakta empiris karena tujuan utamanya adalah menjelaskan dan memprediksikan kenyataan atau realitas. Suatu penelitian dengan dasar teori yang baik akan membantu mengarahkan si peneliti dalam upaya menjelaskan fenomena yang diteliti.

Kerangka teori berisi uraian tentang telahaan teori dan hasil penelitian terdahulu yang terkait. Telaahan ini bisa dalam arti membandingkan, mengkontraskan atau meletakan kedudukan masing-masing dalam masalah yang sedang diteliti, dan pada akhirnya menyatakan posisi atau pendirian peneliti disertai dengan alasan-alasannya. Dan bukan bermaksud untuk memamerkan teori dan hasil hasil penelitian ilmiah para pakar terdahulu dalam satu adegan verbal sehingga pembaca ―diberitahu‖ mengenai sumber tertulis yang telah dipilih oleh peneliti. Hal ini juga dimaksudkan untuk menampilkan mengapa dan bagaimana teori hasil penelitian para pakar terdahulu digunakan peneliti dalam penelitiannya, termasuk dalam merumuskan asumsi-asumsi dalam penelitiannya.

(40)

27

Dalam sebuah tulisan ilmiah kerangka teori adalah hal yang sangat penting, karena dalam kerangka teori tersebut akan dimuat teori-teori yang relevan dalam menjelaskan masalah yang sedang diteliti. Kemudian kerangka teori ini digunakan sebagai landasan teori atau dasar pemikiran dalam penelitian yang dilakukan. Karena itu adalah sangat penting bagi seorang peneliti untuk menyusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pemikiran yang akan menggambarkan dari sudut mana suatu masalah akan disoroti. (Nawawi 1995, 39-40)

6) Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan teknik kondisi yang alami, sumber data primer, dan lebih banyak pada teknik observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi. (Almanshur 2012, 164)

a. Observasi

Istilah obseevasi berasal dari bahasa latin yang berarti ―melihat‖ dan ―memperhatikan‖. (Ardi 2003, 1). Metode observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang,

(41)

28

tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan.

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, telinga, dan kulit. Karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya. Di dalam pembahasan ini, kata observasi dan pengamatan digunakan secara bergantian. Seseorang yang sedang melakukan pengamatan tidak selamanya menggunakan pancaindra mata saja, tetapi selalu mengaitkannya apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan oleh pancaindra lainnya; seperti apa yang didengar, apa yang di cicipi, apa yang dicium dari penciumannya, bahan dari apa yang dirasakan dari sentuhan-sentuhan kulitnya.

Dari pemahaman observasi atau pengamatan di atas, sesungguhnya yang dimasud dengan metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunaan untu menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.

(42)

29

Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian apabila memiliki kriteris sebagai berikut:

a. Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara serius.

b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapan.

c. Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proporsisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya memarik perhatian. (Bungin 2007, 118)

Dalam hal ini yang peneliti lakukan ialah mengamati bagaimana dampak program life skills bagi keberfungsian sosial anak, program apa saja yang telah diberikan pada anak di Yayasan Al kamilah Depok.

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara secara garis besar dibagi menjadi dua, yani wawancara berstruktur dan wawancara tidak berstruktur.

(43)

30

Wawancara tidak berstruktur sering juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, dan wawancara terbuka (openended interview), wawancara etnografis. Sedangan wawancara terstruktur sering juga disebut wawancara baku (standardized interview) yang susunan pertanyaannya sudah ditetapan sebelumnya (biasanya tertulis) dengan pilihan-pilihan jawaban yang sudah disediakan.

Wawancara tidak terstruktur mirip dengan percaapan informal. Metode ini bertujuan memperoleh bentuk-bentuk tertentu informasi dari semua responden, tetapi suasana kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri setiap responden. Wawancara etnografis juga penting untuk memperoleh informasi di bawah permukaan dan peristiwa tertentu.

Wawancara tak terstruktur bersifat luwes, susunan pertanyaannya dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara, termasuk karakteristik sosial-budaya (agama, suku, gender, usia, pendidikan, pekerjaan, dsb.) responden yang dihadapi. (Mulyana 2010, 180-181)

(44)

31

Dalam penelitian ini nantinya peneliti akan melakukan wawancara kepada beberapa pihak guna mengetahui pelaksanaan program life skills yang diberian oleh Yayasan Al kamilah kepada anak-anak asuhnya, mengetahui proses pelaksanaan dari program life skills dan bagaimana dampaknya bagi keberfungsian sosial anak di Yayasan Alkamilah tersebut.

c. Teknik Pemilihan Informan

Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh pewawancara. Informan adalah orang yang diperiraan menguasai dan memhami data, informasi, ataupun fakta daru suatu objek penelitian. (Bungin 2007, 111)

Teknik yang digunakan untuk subjek penelitian ini adalah teknik purposive sampling (bertujuan). Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kita memilih orang sebagai sampel dengan memilih orang benar-benar mengetahui atau memiliki kompetensi dengan topik topik penelitian kita. Informan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-orang yang tepat dalam memberikan informasi tentang upaya LKS Yayasan Al Kamilah dalam meningkatkan

(45)

32

keberfungsian sosial anak asuh melalui program life skills.

Adapun pedoman wawancara daalam penelitian ini yaitu :

Tabel 1.1 Pedoman Wawancara No. Informan Informasi yang dicari 1. Ketua LKS

Yayasan Al Kamilah Kota Depok

Gambaran umum lembaga dan program kecakapan hidup yang diberikan untuk meningkatkan

keberfungsian sosial anak 2. Sekretaris LKS

Yayasan Al Kamilah Kota Depok

Gambaran umum lembaga dan program kecakapan hidup yang diberikan untuk meningkatkan

keberfungsian sosial anak 3. Dewan Pembina

LKS Yayasan Al Kamilah Kota Depok

Cara yang diberikan dalam membina anak asuh

4. Staff usaha dan keterampilan LKS Yayasan Al Kamilah Kota Depok

Usaha dan keterampilan apa yang diberikan

5. Staff sarana dan prasarana LKS Yayasan Al Kamilah Kota Depok

Sarana dan prasarana apa yang diberikan

6. Klien Bagaimana bentuk program life skills yang diberikan yayasan dan apa dampak/manfaat yang dirasakan oleh anak asuh.

(46)

33

7. Klien Bagaimana bentuk program life skills yang diberikan yayasan dan apa dampak/manfaat yang dirasakan oleh anak asuh. 8. Klien Bagaimana bentuk program

life skills yang diberikan yayasan dan apa dampak/manfaat yang dirasakan oleh anak asuh.

d. Dokumentasi

Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial.pada intinya metode documenter adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Dengan demikian, pada penelitian sejarah, maka bahan dokumenter memegang peranan yuang sangat penting.

Walaupun metode ini banyak digunakan pada penelitian ilmu sejarah, namunkemudian ilmu-ilmu sosial lain secara serius menggunakan metode documenter sebagai metode pengumpul data. Oleh karena sebenarnya sejumlah besar fakta dan data sosial tersimpan dalam bahan yang berbentu dokumentasi. Sebagian data yang tersedia adalah berbentu surat-surat, catatan harian, cendera mata, laporan, dan sebagainya. Sifat utama dari data ini tak

(47)

34

terbatas ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di watu silam. Kumpulan data bentuk tulisan ini disebut dokumen dalam arti luas termasuk monument, artefak, fptp, tape, microfilm, disc, CD, harddisk, flashdisk, dan sebagainya. (Bungin 2007, 124-125)

Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Penghimpunan informasi tersebut dapat diperoleh dari buku0buku Ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis, dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan,buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektrinik lain. (Moleong 2007, 174)

Dalam penelitian ini nantinya, peneliti akan melakukan studi kepustakaan guna menggali informasi terkait program life skills di Yayasan Al-Kamilah kota Depok.

7) Menganalisis Data

Semua teknis analisis data kualitatif berkaitan erat dengan metode pengumpulan data, yaitu observasi dan wawancara ataupun focus group discussion. Bahkan terkadang suatu teori yang dipilih

(48)

35

berkaitan erat secara teknis dengan metode pengumpulan data dan metode analisis data. Karena suatu teori biasanya pula menyediakan prosedur metodis dan prosedur analisis data. Dengan demikian, pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara melalui tradisi teknis analisis data tersebut. Peneliti memilih teknik analisis data apa yang digunaan (karena jumlahnya sama) sesuai dengan kecocokannya dengan objek penelitian. (Bungin 2007, 79)

Dari beberapa teknik analisa data dalam penelitian kualitatif penulis dalam penelitian tersebut menggunakan teknis analisis data Miles dan Hubernas. Dalam teknik ini merean menegaskan bahwa penelitian kualitatif dilakukan secara siklus melalui 3 tahap. Adapun tiga tahap dalam teknis ini yaitu kodifikasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Tahap kodifikasi data merupakan tahap pengkodingan data. Hal yang dimaksud dengan kodifikasi data adalah peneliti memberikan nama atau penamaan terhadap hasil penelitian. Cara melakuan tahap ini adalah peneliti menulis ulang catatan-catatan lapangan hasil dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah itu melakukan pemilihan informasi yang penting dengan cara memberian tanda pada setiap informasi yang telah dipilih. Kemudian

(49)

36

peneliti menginterpretasikan informasi yang telah dipilih. Setelah itu peneliti mencari kaitan antara ode dan memasukannya ke dalam satu kategori atau tema.

Tahap penyajian data adalah sebuah tahapan analisis dimana peneliti menyajikan temuan peneliti berupa kategori atau pengelompokkan. Biasanya disajian dalam bentuk diagram atau matriks.Tahap penarikan kesimpulan adalah suatu tahap lanjutan dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan data. Tahap ini adalah interpretasi peneliti atas temuan dari suatu wawancara atau sebuah dokumen. Setelah kesimpulan didapatkan, peneliti kemudian mengecek kembali keabsahan interpretasi dengan cara mengecek ulang proses koding dan penyajian data untuk memastikan tidak ada kesalahan yang telah dilakukan. (Afrizal 2014, 178-180)

8) Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data untuk menguji apakah data tersebut benar dan terjamin atau tidaknya demi keakuratan data. Untuk menguji keakuratan data yaitu derajat kepercayaan (credibility), fungsinya ialah untuk mencari tahu jawaban dari pertanyaan ilmiah yang diajukan dan menunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti. (Kasiram 2010, 294)

(50)

37

Dalam penelitian kali ini maka peneliti menggunakan teknik tringulasi. Peneliti mengomparasikan hasil data yang diperoleh dari observasi dengan wawancara serta mengomparasikan hasil temuan data dari informan yang satu dengan yang lainnya di tempat dan waktu yang berbeda.

9) Menuliskan Hasil Laporan (Skripsi)

Penulisan penelitian mengacu pada Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahun 2017 tentang pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan kali ini disajikan dalam enam bab, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini, berisi tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfat penelitian, kajian terdahulu, metode penelitian (yang terdri dari pendekatan penelitian, jenis penelitian, sumber data, tempat dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, teknik keabasahan data, pedoman penulisan skripsi, dan teknik pemlihan informan), dan sistematika penulisan.

(51)

38

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini, berisi tentang landasan teori apa yang akan digunakan dalam membahas dampak program life skills bagi peningkatan keberfungsian sosial anak, kajian pustaka, dan kerangka berpikir.

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

Pada bab ini, Peneliti menuliskan gambaran tempat penelitian baik secara historis, struktur organisasi serta dampak program life skills bagi peningkatan keberfungsian sosial anak di Lembaga Kesejahteraan Sosial Yayasan Al Kamilah Kota Depok

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Pada bab ini, berisi uraian penyajian dan data temuan penelitian yang dilakukan di lapangan sesuai dengan judul ―Dampak Program Life Skills bagi Peningkatan Keberfungsian Sosial Anak di Lembaga Kesejahteraan Sosial Yayasan Al Kamilah Kota Depok‖

BAB V PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti membahas tentang bagaimana upaya yang dilakukan LKS Yayasan Al Kamilah dalam meningkatkan keberfungsian anak

(52)

39

terlantar, fakir dan miskin, serta bagaimana bentuk-bentuk program life skills yang diberikan kepada anak asuh.

BAB VI PENUTUP

Pada Bab ini terdiri dari kesimpulan dan implikasi dari penelitian tersebut serta saran untuk lembaga atau untuk prodi Kesejahteraan Sosial.

(53)

40 BAB II

KONSEP DAN TEORI A. Landasan Teori

1. Dampak Program a. Pengertian Dampak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dampak mempunyai arti beraturan, pengaruh kuat yang dapat mendatangkan akibat baik akibat positif dan negatif, beraturan yang cukup hebat antara dua benda sehingga menyebabkan perubahan.

Dampak dapat juga diartikan sebagai akibat atau pengaruh ketika akan mengambil suatu keputusan yang bersifat timbal balik antara satu dengan yang lainnya. Sejalan dengan itu, dampak merupakan keadaan dimana ada hubungan timbal balik antara satu dengan yang lain akibat dari pada apa yang dipengaruhi dan apa yang mempengaruhi. (Irwan 2015, 35)

Jadi, dampak merupakan pengaruh yang menyebabkan perubahan yang terjadi pada individu, kelompok, maupun masyarakat yang dilakukan oleh suatu kegiatan atau program dengan hasil akhir positif atau negative.

(54)

41 b. Pengertian Program

Program adalah sebuah unsur awal yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam setiap program dijelaskan tujuan kegiatan yang akan dicapai, kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan, aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui, perkiraan anggaran yang dibutuhkan dan strategi pelaksanaan.

Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Gittinger dalam Soeharto 2005 bahwa ―program pada dasarnya adalah kumpulan kegiatan yang dapat dihimpun dalam suatu kelompok yang sama secara mandiri atau bersama-sama untu mencapai tujuan dan sasaran yang sama‖. (Suharto 2005, 30) Program ialah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk melaksanakan dan dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas. Kebijakannya bersifat umum dan untuk merealisasikan kebijakan tersebut maka disusun berbagai jenis program.

Jadi, program adalah suatu kumpulan kegiatan yang disatukan dalam suatu kelompo atau instansi untuk mengharapkan hasil atau pengaruh terhadap sasarannya sesuai dengan tujuan program tersebut.

(55)

42 2. Life Skills

a. Pengertian Life Skills

Life Skills atau kecakapan hidup memiliki arti yang lebih luas dari sekedar keterampilan vokasional atau keterampilan untuk bekerja. Kecakapan hidup pada dasarnya adalah kemampuan seseorang untuk berjuang berani hidup (survival). Untuk itu pengembangan kecakapan hidup pada seseorang perlu proses pendidikan dan latihan yang pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh kemampuan dasar. Karena tanpa bekal kemampuan dasar, seseorang akan sulit untuk mengembangkan kecakapan hidupnya.

Kecakapan Hidup dapat pula diartikan sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan penghidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Depdiknas, 2003).

Sedangkan Francis (Francis 2012, 1) menyatakan bahwa kecakapan hidup meliputi cakupan kepemimpinan, etika, akuntabilitas, kemampuan adaptif, produktivitas personal, tanggung jawab personal, dan terhadap orang lain

(56)

43

dan pengarahan diri sendiri. Kecakapan kepemimpinan memungkinkan seseorang mengatasi masalah, mencapai tujuan hidupnya dan kemampuan untuk memotivasi orang lain dan juga kemampuan mencapai tujuan bersama. Individu bermaksud mencapai standar pencapaian yang tinggi dengan mengikuti etika-etika pada dirinya dan kehidupan profesionalnya. Individu akan dapat beradaptsi pada perbedaan peran dan tanggung jawab. Individu-individu dapat bertoleransi pada ‗ambiguitas‘ dan berkeinginan mengubah prioritas mereka sebagaimana dibutuhkan. Jadi mereka berkomitmen terhadap pekerjaannya dengan menggunakan waktu lebih efektif. Terkait dengan kecakapan hidup tersebut, pendidikan kecakapan hidup akan efektif jika orang-orang dapat bertindak mendasarkan pada kecakapan yang mereka pelajari, menjadi landasan dasar untuk memelajari keahlian lebih dalam yang dibutuhkan pasar, memungkinkan individu dapat mengarahkan dirinya, memantau pemahaman.

b. Jenis-Jenis Life Skill

Secara garis besar life skills (kecakapan hidup) terdiri atas : kecakapan hidup yang bersifat generik (Generic skill), yaitu kecakapan yang diperlukan oleh siapa saja, apapun profesinya dan

(57)

44

berapapun usianya dan kecakapan hidup yang spesifik (Specific skill), yaitu kecakapan hidup yang hanya diperlukan oleh orang yang menekuni profesi tertentu. (Noor 2015).

Menurut Satori, cakupan kecakapan hidup sangat luas seperti kecakapan berkomunikasi, kecakapan membuat keputusan, kecakapan memanajemen waktu, sumberdaya dan kecakapan perencanaan. Pengembangan kecakapan hidup pada umumnya bersumber pada kajian dunia kerja, keterampilan hidup praktis, pengelolaan individu dan manajemen dan keterampilan sosial.

Menurut Broling (1989) dalam pedoman penyelenggaraan program kecakapan hidup pendidikan non formal mengelompokkan life skill menjadi 3 kelompok, yaitu: (1) kecakapan hidup sehari-hari (daily living skill), antara lain meliputi: kesadaran kesehatan, keamanan, pengelolahan makanan gizi, pengelolahan pakaian, kesadaran pribadi warga negara, pengelolaan waktu luang, rekreasi, dsb. (2) Kecakapan Hidup Sosial/Pribadi (personal / social skill) antara lain meliputi: kesadaran diri (minat, bakat, sikap, kecakapan), percaya diri, komunikasi dengan orang lain, tenggang rasa dan kepedulian terhadap sesama,

(58)

45

hubungan antar personal, pemahaman masalah, menemukan dan mengembangkan kebiasaan positif, kemandirian dan kepemimpinan. (3) kecakapan hidup bekerja (vocational skill) meliputi: kecakapan memilih pekerjaan, perencanaan kerja, persiapan keterampilan kerja, latihan keterampilan, pengusahaan kompetensi, menjalankan sesuatu profesi, kesadaran untuk menguasi berbagai keterampilan, kemampuan menguasai dan menerapkan teknologi, merancang dan melaksanakan proses pekerjaan, dan menghasilkan produk barang dan jasa.

Depdiknas (2007) mengelompokkan kecakapan hidup kedalam 4 kelompok, yaitu :

(1) Kecakapan mengenal diri (self awareness) atau kecakapan pribadi (personal skill). Kecakapan ini merupakan kecakapan yang diperlukan bagi seseorang untuk mengenal dirinya secara utuh. Kecakapan ini mencakup akan kecakapan akan kesadaran diri atau memahami diri dan kecakapan berfikir.

Kecakapan kesadaran diri merupakan penghayatan sebagai makhluk Allah SWT, sebagai anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan selalu mensyukuri kelebiham dan kekurangan yang

(59)

46

dimilikinya, agar menjadikannya modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang berguna serta bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan.

Sedangkan kecakapan berfikir rasional adalah kecakapan yang diperlukan dalam pengembangan potensi berpikir. Kecakapan ini mencakup antara lain kecakapan menggali dan menemukan informasi serta mengambil keputusan serta kecakapan memecahkan masalah secara kreatif.

(2) Kecakapan sosial (social skill), pada kecakapan ini mencakup kecakapan berkomunikasi dengan empati dan kecakapan bekerja sama.

Kecakapan berkomunikasi yang dilakukan disini ialah komunikasi secara lisan maupun tulisan. Kemampuan mendengarkan dan menyampaikan gagasan secara lisan maupun tulisan perlu dikembangkan. Kecakapan mendengar secara empati akan membuat orang mampu memahami isi pembicaraan orang lain, sementara jika lawan bicara merasa diperhatikan dan dihargai.

(60)

47

Kecakapan bekerja sama ialah adanya saling pengertian dan saling membantu antar sesama untuk mencapai tujuan yang baik, karena itu merupakan suatu kebutuhan bagi individu.

(3) Kecakapan akademik (academic skill), kecakapan intelektual atau kemampuan berpikir ini mencakup antara lain: kecakapan mengidentifikasi variable, menjelaskan hubungan suatu fenomena tertentu, merumuskan hipotesis, merancang dan melaksanakan penelitian. Untuk membangun kecakapan-kecakapan tersebut diperlukan pula sikap ilmiah, kritis, objektif, dan transparan.

(4) Kecakapan kejuruan (vocational skill). Kecakapan ini merupakan keterampilan yang dikaitkan dengan berbagai bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Kecakapan vokasional ini mencakup kecakapan vokasional dasar dan kecakapan okasional khusus.

Kecakapan vokasional dasar yang berkaitan dengan bagaimana peserta didik menggunakan alat sederhana, missal: obeng, tang, palu

Gambar

Tabel 1.1 Pedoman Wawancara  No.  Informan  Informasi yang dicari
Tabel 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Tabel 3.1   jumlah sumber daya manusia
Tabel 4.1 Daftar Nama Anak Asuh di Dalam  Asrama  No  Nama  Tempat  Asal  Status  Tahun Masu k  Pendi dikan  1
+7

Referensi

Dokumen terkait