5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Promosi
Setiap perusahaan memiliki kegiatan promosi dimana dalam promosi, perusahaan tersebut akan memberikan informasi mengenai produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan tersebut kepada masyarakat ataupun konsumen. Promosi merupakan salah satu kegiatan komunikasi antara perusahaan dan konsumennya.
Menurut Wijayanti (2017), promosi merupakan suatu kegiatan bauran marketing yang berperan penting terhadap keberhasilan suatu perusahaan. Kegiatan promosi akan terus menerus berubah menyesuaikan dengan perkembangan dan kemauan konsumen. Cara melakukan promosi ini pun juga banyak, tergantung pada jenis bisnis, barang, ataupun jasa yang ditawarkan (hlm. 74-75).
2.1.1. Tujuan Promosi
Promosi bertujuan untuk berkomunikasi dengan konsumen mengenai produk agar konsumen mendengar, melihat, tertarik, dan membeli produk yang ditawarkan, dan setelah itu mau merekomendasikan produk tersebut kepada orang lain. Promosi sendiri tentunya disesuaikan dengan segmentasi pasar yang telah ditetapkan (Wijayanti, 2017, hlm. 75).
2.1.2. Strategi Perencanaan Promosi
Strategi perencanaan promosi menurut Wijayanti (2017) terbagi menjadi dua metode, yaitu above the line yang merupakan program promosi jangka panjang dan below the line yang merupakan program promosi jangka pendek (hlm. 75).
6 2.1.2.1. Above the Line
Above the line atau thematic merupakan strategi perencanaan promosi dengan program berjangka panjang yang tentunya juga memiliki dampak jangka panjang. Dalam membangun merek baru atau memperbarui merek lama, mengembangkan merek, dan mengingatkan kembali merek ke target konsumen, perusahaan biasanya akan menggunakan strategi promosi above the line ini. Strategi perencanaan promosi ini terdiri atas media placement, point of sales, marketing event, dan marketing services (hlm. 76-77).
2.1.2.2. Below the Line
Below the line atau schematic merupakan strategi perencanaan promosi jangka pendek yang berdampak pada peningkatan volume penjualan pada waktu tertentu. Program ini bertujuan untuk meningkatkan penjualan secara langsung. Seperti contohnya promosi pada hari raya atau saat kondisi penjualan menurun. Strategi perencanaan promosi ini terdiri atas customer/konsumen, trade, dan institusi (hlm. 83).
2.1.3. Jenis Promosi
Bauran promosi menurut Kotler dan Armstrong (2011) merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan pelanggan dan stakeholder lainnya. Setiap alat komunikasi tersebut harus dikoordinasikan dengan baik dibawah komunikasi marketing yang terintegrasi untuk dapat menyampaikan pesan yang jelas dan menarik. Perusahaan biasanya menggunakan bauran promosi untuk berkomunikasi dengan pelanggannya secara persuasif dan
7 membangun hubungan dengan pelanggannya. Setiap jenisnya memiliki alat promosi yang spesifik yang digunakan untuk berkomunikasi dengan pelanggan (hlm. 408). Bauran promosi ini terbagi menjadi lima jenis yang berupa:
2.1.3.1. Advertising
Advertising atau periklanan merupakan sebuah bentuk presentasi non-personal dan bentuk promosi untuk ide, barang, ataupun jasa yang berbayar. Media yang digunakan dalam advertising ini adalah broadcast, internet, media cetak, dan alat promosi lainnya. Advertising merupakan sebuah cara yang efektif untuk memberikan informasi dan mempersuasi pelanggannya agar mau menggunakan ide, produk, atau jasa yang ditawarkan (hlm. 408, 436).
2.1.3.2. Sales Promotion
Sales promotion atau promosi penjualan merupakan kompensasi harga jangka pendek yang dilakukan untuk dapat meningkatkan pembelian dan penjualan produk atau jasa. Alat promosi ini akan memberikan alasan kepada pelanggannya untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan saat itu juga. Contoh media dalam sales promotion adalah diskon, kupon, demonstrasi, dan display (hlm. 408, 481).
2.1.3.3. Personal Selling
Personal selling atau penjualan pribadi merupakan jenis promosi yang membangun hubungan dengan pelanggan secara langsung melalui salespeople perusahaan yang menawarkan produk atau jasa kepada
8 pelanggannya. Tujuannya selain untuk membangun hubungan dengan pelanggannya juga untuk membuat penjualan produk atau jasa yang ditawarkan. Contoh dari personal selling adalah trade show, sales presentation, dan program insentif. Personal selling sendiri merupakan salah satu profesi tertua di dunia (hlm. 408, 464).
2.1.3.4. Public Relations
Public relations atau hubungan masyarakat merupakan salah satu peran penting dalam perusahaan dimana tujuannya untuk membangun relasi yang baik dengan perusahaan lainnya dan memperoleh publisitas dan citra yang baik bagi perusahaan. Selain itu hubungan masyarakat juga menangani sekaligus menghindari rumor, cerita, ataupun peristiwa yang kurang baik atau merugikan. Hubungan masyarakat biasanya digunakan dalam mempromosikan produk, orang, tempat, ide, aktivitas, organisasi bahkan negara. Contohnya seperti dalam acara khusus, berhubungan dengan sponsor, dan konverensi pers (hlm. 408, 454).
2.1.3.5. Direct Marketing
Direct marketing atau pemasaran langsung merupakan alat komunikasi dalam membangun hubungan langsung dengan pelanggan secara perorangan dengan tujuan agar penjualan tersebut mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan sekaligus membangun hubungan dengan pelanggan yang awet. Media yang biasanya digunakan dalam direct marketing merupakan katalog, kios, internet, telefon, dan media lainnya (hlm. 408).
9 2.1.4. Iklan
Menurut Morissan dalam buku Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu, iklan merupakan bentuk komunikasi non-personal yang berisikan mengenai organisasi, ide, produk, atau jasa yang dibayar oleh suatu sponsor. Non-personal yang dimaksud adalah sebuah iklan yang melibatkan media seperti TV, majalah, atau koran yang mengirimkan pesan khusus kepada masyarakat (hlm. 17-18).
Landa (2011) menambahkan dalam buku Graphic Design Solution, iklan merupakan suatu bentuk komunikasi visual yang penting yang digunakan dalam layanan publik maupun dalam perekonomian. Iklan sudah menjadi salah satu bagian dari kehidupan sehari-hari manusia yang tidak dapat dipisahkan (hlm. 336).
2.1.4.1. Tujuan Iklan
Menurut Landa (2011), tujuan iklan adalah untuk memberi informasi, mempersuasi, mempromosikan, dan memprovokasi serta memotivasi konsumen melalui pesan khusus yang disampaikan untuk kepentingan suatu brand atau perusahaan. Iklan sendiri membantu brand atau perusahaan untuk membangun nilai brand atau perusahaan tersebut dalam masyarakat (hlm. 326).
2.1.4.2. Jenis Iklan
Jenis iklan menurut Landa (2011) terbagi menjadi dua jenis yang berupa: 1. Iklan Komersial
Iklan komersial biasa digunakan dengan memberikan informasi kepada konsumen untuk mempromosikan suatu merek atau komoditas. Selain
10 untuk merek, iklan komersial juga dapat digunakan untuk individu maupun kelompok. Tiga kategori yang termasuk dalam iklan komersial berupa iklan konsumen, bisnis ke bisnis, dan iklan perdagangan (hlm. 326-328).
2. Iklan Layanan Masyarakat
Iklan layanan masyarakat atau yang biasa disingkat ILM merupakan iklan yang digunakan untuk melayani kepentingan umum untuk tujuan sosial. Tujuan dari iklan ini adalah untuk mengedukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan suatu masalah sosial untuk mendorong perubahan yang positif (hlm. 328).
2.1.5. Promosi dalam Media Sosial
Menurut Kotler dan Keller (2016), online and social media marketing adalah suatu aktivitas ataupun program online yang dirancang untuk menarik audiens secara langsung maupun tidak langsung dalam meningkatkan kesadaran, citra perusahaan, maupun meningkatkan penjualan (hlm. 642).
Media sosial berfungsi untuk menyebarkan informasi mengenai suatu brand yang dapat menambah pengetahuan serta menghasilkan promosi dengan mudah dan dapat menjadi sarana dalam pemasaran suatu brand (Blakeman, 2018, hlm. 260).
2.1.5.1. Instagram
Menurut Albarran (2013), Instagram adalah situs jejaring sosial yang dapat digunakan untuk berbagi foto maupun video. Media sosial milik Facebook tersebut menurut Coles (2015) merupakan aplikasi terbaik dalam berbagi
11 foto dan video dimana penggunanya juga dapat berkreasi dengan menggunakan fitur filter yang ada pada Instagram. Selain itu, pengguna juga dapat berbagi komentar, menggunakan hashtag, serta menambahkan link (hlm. 167-168).
Dengan adanya fitur-fitur yang unik dari Instagram memungkinkan media sosial ini untuk dapat digunakan sebagai alat pemasaran suatu brand. Kontennya pun dapat disesuaikan dengan posisi maupun pemasaran brand tersebut (Blakeman, 2018, hlm. 274).
Salah satu fitur yang dimiliki Instagram adalah Instagram Business Profile dimana fitur ini membuat akun standar menjadi akun bisnis yang didalamnya terdapat fitur-fitur lainnya yang mendukung dalam bidang pemasaran (Miles, 2019, hlm. 13). Fitur-fitur yang terdapat didalamnya antara lain berupa:
1. Creating Ads
Fitur Ads ini merupakan fitur yang dapat mengiklankan produk atau jasa melalui konten baik berupa gambar maupun video. Pengaturannya dilakukan melalui pengelola Ads pada Facebook.
2. Set Up Shoppable Post Function
Fitur ini dapat memudahkan pengguna dalam melakukan penjualan dengan mengunggah foto dengan produk dan jasa yang ditawarkan melalui fitur shop pada Instagram. Fitur ini juga memudahkan audiens untuk melihat produk dan jasa yang ditawarkan dengan mengetuk layar
12 yang kemudian akan diarahkan menuju barang yang ingin dibeli tersebut.
3. Managing Branded Content
Fitur managing branded content ini dijalankan melalui kolaborasi antara pengguna yang adalah kreator/influencer dengan suatu brand untuk mengungkapkan review mengenai produk atau jasa dari brand tersebut pada story Instagram.
4. Adding a Call to Action to your Instagram Profile
Fitur call to action ini berada pada profil bisnis Instagram pengguna dimana audiens dapat dengan mudah berinteraksi dengan perusahaan melalui teks, memperoleh petunjuk arah, dan mengirimkan e-mail ke perusahaan.
2.1.5.2. Facebook
Facebook merupakan media sosial pertama yang diciptakan oleh Mark Zuckerberg bersama temannya semasa kuliah. Media sosial yang diciptakan pada tahun 2004 ini mampu mengorganisir kebutuhan bersama dan menciptakan gambaran visual hubungan pergaulan antar penggunanya. Facebook memiliki rancangan yang sederhana sehingga dapat dengan mudah digunakan (Hendroyono, 2009, hlm. 2).
Menurut Mathos (2012), media sosial Facebook seringkali dijadikan wadah untuk melakukan engagement dan komunikasi secara dua arah dengan stakeholder oleh organisasi maupun perusahaan (hlm. 95).
13 Salah satu fitur Facebook terdapat fitur post dimana penggunanya dapat membagikan post baik secara gratis maupun berbayar. Sistem post berbayar ini seringkali digunakan dalam berbisnis melalui media sosial Facebook seperti mempromosikan produk atau jasa melalui post yang kemudian menggunakan fitur bisnis ini. Fitur ini membuat post dapat terus muncul di news feeds sesuai dengan nominal yang dibayarkan. Sedangkan dalam sistem post secara gratis ini didapatkan dengan memperoleh jumlah like dan share yang diberikan dapat melebihi like dan share yang ada pada timeline Facebook penggunanya.
2.2. Desain
Menurut Landa (2011), desain grafis merupakan suatu bentuk komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan atau informasi secara visual dan untuk mengungkapkan ide berdasarkan sebuah karya, pilihan, dan elemen visual kepada masyarakat. Desain yang baik dapat menjadi sangat efektif dalam memengaruhi perilaku konsumennya karena desain grafis sendiri bersifat persuasif, informatif, dan memotivasi target konsumennya (hlm. 2).
2.2.1. Elemen Desain
Dalam merancang suatu desain, elemen-elemen desain dibutuhkan untuk menyusun sebuah komposisi dalam menyampaikan suatu pesan atau informasi. Berikut adalah elemen-elemen desain seperti yang telah disampaikan oleh Landa (2011):
14 2.2.1.1. Titik
Titik merupakan unit terkecil yang pada umumnya berbentuk lingkaran yang berupa bagian dari garis. Berbeda dengan gambar berbasis layar dimana titik berbentuk seperti persegi (hlm.16).
2.2.1.2. Garis
Garis adalah sebuah elemen desain yang terbentuk dari banyaknya titik yang disusun memanjang dan digunakan untuk menggambarkan suatu bentuk yang digambar pada suatu permukaan. Garis merupakan elemen formal desain dimana garis memegang banyak peran dalam komposisi. Dalam membentuk sebuah garis, banyak alat yang dapat digunakan seperti pensil, kuas lancip, dan perangkat lunak (hlm. 16).
Gambar 2.1. Contoh Garis (Landa, 2011)
15 2.2.1.3. Bentuk
Bentuk bersifat dua dimensi dan datar dimana sebuah objek harus dapat diukur dari panjang dan lebarnya untuk dapat disebut sebagai bentuk. Pada umumnya, bentuk diturunkan dari persegi, segitiga, dan lingkaran. Terdapat beberapa jenis bentuk seperti bentuk geometris, bentuk organis, dan bentuk yang tidak umum (hlm. 17).
Gambar 2.2. Contoh Bentuk (Landa, 2011)
2.2.1.4. Warna
Warna merupakan salah satu elemen yang paling kuat dalam elemen-elemen desain. Warna terbentuk dari pantulan cahaya yang diserap oleh suatu benda dan cahaya yang tidak terserap memantulkan warna yang dapat dilihat oleh manusia. Seperti contohnya, apel menyerap semua
16 cahaya kecuali warna merah, maka cahaya merah tersebut dipantulkannya menjadi warna merah yang dapat kita lihat pada apel. Warna yang dipantulkan dapat juga disebut sebagai warna substraktif (hlm. 19).
Gambar 2.3. Warna Substraktif (Landa, 2011)
Selain warna substraktif, terdapat pula warna aditif dimana warna aditif merupakan warna yang terpancar dari media digital, seperti komputer, televisi, dan sebagainya. Warna aditif langsung memantulkan warna tersebut mengenai mata manusia tanpa mengenai benda terlebih dahulu (hlm. 20).
17 Gambar 2.4. Warna Aditif
(Landa, 2011) 1. Nomenklatur Warna
Elemen warna dapat dibagi lagi menjadi tiga kategori warna, yaitu: a. Hue
Hue merupakan nama dari suatu warna, seperti merah, kuning, biru, dan nama warna-warna lainnya. Dari sekian banyak macam warna tersebut, dapat dibagi lagi menjadi warna hangat dan warna dingin (hlm. 20).
b. Value
Value merupakan tingkatan terang dan gelapnya suatu warna yang membentuk suatu warna baru seperti biru muda dan biru tua. Value dipengaruhi oleh shade, tone, dan tint yang nilainya berbeda-beda (hlm. 20).
18 c. Saturation
Saturation atau yang biasa juga disebut dengan chroma dan intensity merupakan cerah dan kusamnya suatu warna hingga membentuk kesan warna yang baru seperti biru keabu-abuan ataupun kuning keabu-abuan (hlm. 20).
2. Pencampuran Warna a. Primer
Warna primer merupakan warna utama yang jika digabungkan akan membentuk cahaya putih. Dalam warna substraktif, warna primer dibagi menjadi merah, kuning, dan biru (RYB), sedangkan dalam warna aditif, warna primer dibagi menjadi merah, hijau, dan biru (RGB) (hlm. 20).
b. Sekunder
Warna sekunder merupakan warna yang terbentuk dari hasil pencampuran warna primer. Seperti contohnya dalam warna substraktif, hasil pencampuran warna primernya terdapat oranye, hijau, dan ungu yang menjadi warna sekunder. Jika ketiga warna sekunder ini dicampur kembali dengan warna primer yang ada, nantinya akan terbentuk warna tersier (hlm. 20).
2.2.1.5. Tekstur
Tekstur merupakan hasil simulasi atau representasi dari wujud sebuah permukaan. Dalam seni visual, terdapat dua tekstur yaitu tekstur asli dan
19 tekstur visual. Tekstur asli adalah tekstur yang dapat disentuh dan dirasakan secara fisik sedangkan tekstur visual adalah tekstur yang tidak dapat disentuh dan dirasakan secara langsung melainkan hanya sebagai tampilan secara visual. Tekstur asli dapat tercipta oleh teknik print design, seperti embossing, debossing, stamping, engraving, dan letterpress, sedangkan tekstur visual diciptakan melalui scan, foto, gambar, maupun keterampilan lainnya dari seorang desainer (hlm. 23).
Gambar 2.5. Contoh Tekstur (Landa, 2011)
2.2.1.6. Pola
Pola merupakan repetisi secara konsisten yang terbentuk dari satu unit atau elemen visual dalam suatu area. Pola harus berupa repetisi yang sistematis dan konsisten dengan arah yang ditentukan. Struktur suatu pola bergantung pada tiga pembangun dasar yaitu titik, garis, dan grid (hlm. 23).
20 Gambar 2.6. Contoh Pola
(love-to-sew.com) 2.2.2. Prinsip Desain
Dalam merancang suatu desain dengan elemen-elemen pembentuk, seorang desainer harus mengetahui prinsip-prinsip dasar yang ada dalam desain (Landa, 2010, hlm. 24).
2.2.2.1. Format
Format merupakan sebuah aturan yang menghubungkan antara dua hal dan menjadi batasan dalam sebuah desain. Dalam bukunya, Landa (2011) menegaskan bahwa desain dalam bentuk dan format apapun, masing-masing komponen di dalamnya harus saling berhubungan dengan batasan-batasan yang telah dimiliki formatnya (hlm. 24-25).
21 Gambar 2.7. Contoh Format
(Landa, 2011) 2.2.2.2. Balance
Balance merupakan keseimbangan dan harmoni yang diciptakan oleh persebaran berat komponen visual dalam sisinya masing-masing yang dibagi oleh satu sumbu pusat. Suatu desain dapat dikatakan seimbang apabila desain tersebut sudah mencapai harmoni dalam tingkat perasaan masyarakat. Balance harus diterapkan dalam komposisi dan harus dapat bekerja dengan prinsip-prinsip desain yang lainnya (hlm. 26). Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mencapai balance, yaitu: 1. Simetri
Simetri merupakan pencerminan dari elemen-elemen visual yang setara dengan pembagian yang menyeluruh dari berat visual pada sumbu pusat dari kedua sisi. Simetri dapat membuat masyarakat untuk dapat melihat pembagian berat visual yang setara pada masing-masing sisinya (hlm. 26-27).
22 Gambar 2.8. Susunan Simetri
(Landa, 2011) 2. Asimetri
Asimetri didapatkan melalui pembagian yang setara dari berat visual yang dicapai melalui penyeimbangan satu elemen dengan berat visual di sisi lainnya namun tanpa melalui pencerminan dari sumbu pusatnya. Peletakan komponen visual dalam asimetri tidak harus sama persis, namun tetap memiliki keseimbangan di dalamnya (hlm. 27-28).
Gambar 2.9. Susunan Asimetri (Landa, 2011)
23 3. Simetri Radial
Simetri radial merupakan kombinasi keseimbangan yang didapatkan secara horizontal maupun vertikal dalam media visual. Elemen visual akan tersusun dalam media visual dan memiliki satu titik pusat di tengah dan elemen yang mengelilingi titik pusat tersebut akan membentuk repetisi (hlm. 28).
Gambar 2.10. Susunan Radial (Landa, 2011)
2.2.2.3. Hierarki Visual
Prinsip dari hierarki visual adalah kekuatan utama yang mengatur bagaimana mengkomunikasikan informasi yang ada karena itulah salah satu tujuan dari desain grafis itu sendiri. Hierarki visual digunakan dalam penyusunan elemen grafis yang akan digunakan yang mengacu pada emphasis agar mempermudah masyarakat dalam memahami desain (hlm. 28).
2.2.2.4. Emphasis
Emphasis adalah susunan dari elemen-elemen visual yang bergantung pada kepentingan dan urgensi yang ada dari satu elemen ke elemen
24 lainnya. Emphasis membuat suatu elemen terlihat lebih dominan dan elemen yang lainnya akan mengikuti sebagai suatu bagian dari elemen dominan (hlm. 28).
Desainer menentukan nama elemen yang harus terlihat lebih dahulu dan seterusnya, maka untuk menentukan elemen mana yang dominan, desainer harus menggunakan beberapa faktor berikut:
1. By Isolation
Faktor by isolation ini dilakukan dengan mengisolasi sebuah elemen visual dan difokuskan pada bentuknya. Titik fokus tersebut biasanya dapat membawa lebih besar berat visual dan harus diseimbangkan oleh elemen-elemen pendukung lainnya (hlm. 29).
Gambar 2.11. Emphasis by Isolation (rover.ebay.com)
2. By Placement
Dalam suatu studi, terlihat bahwa masyarakat lebih memilih beberapa tempat spesifik yang berada di sebuah halaman. Masyarakat akan lebih
25 mudah tertarik dengan peletakkan elemen grafis pada posisi tertentu pada komposisi, seperti di belakang, atas, tengah, dan letak lainnya (hlm. 29).
Gambar 2.12. Emphasis by Placement (msbabkiesclass.com)
3. Through Scale
Ukuran suatu obyek sangat berperan penting dalam membuat ilusi kedalaman spasial pada media visual. Ukuran sebuah obyek dapat berkaitan dengan yang lainnya jika digunakan dengan efektif yang membuat suatu obyek terlihat lebih di depan ataupun lebih di belakang (hlm. 29).
26 Gambar 2.13. Emphasis by Scale
(makal-grillinandchillin.blogspot.com) 4. Through Contrast
Gelap melawan terang, cerah melawan kusam, dan lembut melawan kasarnya suatu elemen dapat membuat penekanan pada elemen grafis tersebut sehingga terlihat lebih menonjol dibandingkan dengan elemen grafis lainnya di dalam suatu media visual. Seperti contohnya pada satu halaman terlihat kusam, namun terdapat satu obyek kecil yang berwarna cerah. Maka obyek tersebut akan menjadi pusat perhatian dari keseluruhan halaman tersebut (hlm. 29).
27 Gambar 2.14. Emphasis by Contrast
(kempinsky.pl) 5. Through Direction and Pointers
Dengan adanya suatu elemen yang memiliki bentuk panah ataupun diagonal, dapat membuat masyarakat terfokus dan mengikuti alur yang dibuat sehingga pesan yang disampaikan dapat lebih mudah dipahami oleh masyarakat (hlm. 29).
Gambar 2.15. Emphasis by Direction and Pointers (theispot.com)
28 6. Through Diagrammatic Structures
a. Tree Structures
Pada suatu media visual, jika elemen yang paling besar ditempatkan diatas, lalu diikuti dengan yang lebih kecil di bawahnya dapat menciptakan sebuah hubungan hierarki visual (hlm. 29).
Gambar 2.16. Contoh Tree Structures (Landa, 2011)
b. Nest Structures
Menggunakan teknik melapisi dengan elemen utama pada lapisan pertama dan elemen lainnya pada lapisan di belakangnya. Hierarki ini menjadi penting untuk dipahami dalam hubungan menuju websites dan desain informasi (hlm. 30).
Gambar 2.17. Contoh Nest Structures (Landa, 2011)
29 c. Stair Structures
Dalam stair structures, elemen grafis disusun secara bertingkat seperti anak tangga dengan meletakkan elemen utamanya diatas dan elemen lainnya mengikuti di bawahnya (hlm. 30).
Gambar 2.18. Contoh Stair Structures (Landa, 2011)
2.2.2.5. Rhythm
Dalam desain grafis, repetisi yang kuat dan berulang dari pola elemen-elemen desain dapat dibentuk menjadi suatu rhythm. Mirip dengan ketukan yang terdapat dalam musik, namun dalam desain, rhythm memengaruhi kemana arah mata masyarakat (hlm. 30).
Gambar 2.19. Rhythm (byecj.com)
30 2.2.2.6. Unity
Untuk dapat mencapai unity atau keseragaman, terdapat berbagai cara. Salah satunya yaitu dengan menggabungkan semua elemen grafis dalam suatu desain yang saling berhubungan. Dengan begitu mereka akan membentuk suatu desain dan mereka dapat terlihat saling memiliki satu sama lain (hlm. 31).
2.2.2.7. Laws of Perceptual Organization
Dalam laws of perceptual organization atau pengaturan persepsi, terdapat enam poin di dalamnya. Enam poin tersebut adalah sebagai berikut:
1. Similarity
Similarity merupakan elemen-elemen yang terlihat menyatu karena memiliki karakteristik yang sama (hlm. 32).
2. Proximity
Proximity merupakan elemen-elemen yang berdekatan dalam spasial yang terlihat menyatu (hlm. 32).
3. Continuity
Continuity merupakan petunjuk visual atau bagian-bagian yang saling terkoneksi sehingga membuat suatu impresi gerakan (hlm. 32).
4. Closure
Closure merupakan bagaimana menghubungkan satu elemen dengan elemen lainnya melalui pikiran untuk membentuk suatu bentuk, unit, ataupun pola (hlm. 32).
31 5. Common Fate
Common fate merupakan elemen-elemen yang dikelompokkan menjadi satu unit dan elemen tersebut akan bergerak ke arah yang sama (hlm. 32).
6. Continuing Line
Garis sering dipersepsikan sebagai bentuk petunjuk yang paling sederhana. Bahkan jika garis tersebut terputus-putus pun masyarakat akan tetap terfokus pada arah dari garis tersebut dibandingkan dengan putusan-putusannya (hlm. 32).
Gambar 2.20. Laws of Perceptual Organization (Landa, 2011)
2.2.2.8. Scale
Hubungan proporsional antar bentuk merupakan dasar dari scale atau skala yang merupakan ukuran dari sebuah elemen atau bentuk yang berkaitan dengan elemen atau bentuk lainnya dalam suatu format. Skala
32 berhubungan dengan pemahaman desainer akan perbandingan ukuran dalam dunia nyata untuk diterapkan dalam media visual (hlm. 34).
2.2.2.9. Proportions
Proporsi adalah ukuran komparatif dari satu bagian ke bagian lainnya dalam suatu wilayah. Setiap bagiannya dibandingkan dengan bagian lainnya dilihat dari segi ukurannya. Landa (2011) memberikan contoh tentang gambaran kepala manusia dengan tubuhnya pada kehidupan nyata merupakan ukuran yang proposional. Namun jika gambaran kepala tersebut lebih besar atau kecil dari yang seharusnya, maka ukuran tersebut dianggap tidak proporsional. Hal ini digunakan baik dalam bidang seni maupun desain sebagai gambaran dari keseluruhan komposisi desain (hlm. 35).
2.2.3. Layout
Menurut Samara (2007), layout membuat desain menjadi sebuah sistem. Mayoritas karya desain, baik cetak maupun interaktif tersusun dalam tampilan yang sistematis (hlm. 235). Sistem tersebut mengacu pada format yang digunakan dalam desain, contohnya seperti layout untuk iklan televisi tidaklah sama dengan petunjuk yang ada pada lobi sebuah restoran. Untuk dapat membentuk suatu susunan, dibutuhkan konsistensi, fleksibilitas, dan variasi yang dimana ketiga faktor tersebut dapat diterapkan dalam setiap elemen desain dan letaknya ditentukan berdasarkan pada kepentingannya masing-masing (hlm. 236-239).
33 2.2.3.1. Structural Variation
Dalam structural variation, terdapat empat variasi yaitu: 1. Overall Progressive Sequencing
Dalam overall progressive sequencing, gambar dan teks digabungkan pada sebuah grid yang kemudian akan disebarkan secara progresif. Dengan begitu akan terbentuk transisi yang berkesinambungan dan terlihat terarah (hlm. 241).
Gambar 2.21. Contoh Overall Progressive Sequencing (Samara, 2007)
2. Overall Syncopated Sequences
Overall syncopated sequences mengisi satu halaman penuh dengan meletakkan konten pada grid (hlm. 241).
Gambar 2.22. Contoh Overall Syncopated Sequences (Samara, 2007)
34 3. Continuous Variation
Pada continuous variation, artikulasi pada konten akan terus berubah dari satu bagian ke bagian lainnya dan perubahan tersebut terfokuskan pada proporsi zona spasial suatu elemen pada komponen informasi (hlm. 241).
Gambar 2.23. Contoh Continuous Variation (Samara, 2007)
4. Section Variation
Konten ini diartikulasikan pada peletakkannya secara tertentu dalam satu halaman, lalu konten lainnya akan mengikuti setelahnya tanpa pengulangan letak yang sudah digunakan sebelumnya (hlm. 241).
Gambar 2.24. Contoh Section Variation (Samara, 2007)
35 2.2.3.2. Content Presentation
Pada content presentation ini terdapat empat bagian yang berisi: 1. Color Progression or Syncopation
Pada strategi visual ini, dalam satu halaman terdapat beberapa skema warna yang berbeda-beda, baik yang berhubungan atau tidak berhubungan. Seperti contohnya dari warna dingin ke hangat, netral ke cerah, ataupun berbagai ritme warna lainnya (hlm. 241).
Gambar 2.25. Contoh Color Progression or Syncopation (Samara, 2007)
2. Scale Progression or Syncopation
Variasi ini fokus pada perubahan ukuran dan peletakan elemen desain yang berbeda dari satu halaman ke halaman lainnya. Ukuran elemen desain disini dapat berubah-ubah, baik berurutan maupun secara acak (hlm. 241).
36 Gambar 2.26. Contoh Scale Progression or Syncopation
(Samara, 2007) 3. Text Versus Image
Text versus image ini berhubungan dengan perbandingan jumlah teks dan jumlah gambar, baik secara progresif ataupun berbeda irama. Seperti contohnya, suatu halaman dapat menampilkan banyak gambar dibandingkan dengan teks, begitu pula sebaliknya (hlm. 241).
Gambar 2.27. Contoh Text Versus Image (Samara, 2007)
4. Image Treatment Progression or Syncopation
Image treatment progression or syncopation menampilkan perubahan pada setiap halamannya berupa perubahan perlakuan gambar di dalamnya. Contohnya perubahan dari abstrak menuju foto atau elemen
37 grafis lainnya dimana variasi elemennya dapat terlihat berprogres (hlm. 241).
Gambar 2.28. Contoh Image Treatment Progression or Syncopation (Samara, 2007)
2.2.4. Grid
Grid menurut Landa (2011) merupakan sebuah panduan yang berperan dalam mengatur komposisi desain pada sebuah halaman dimana grid terdiri dari garis horizontal dan vertikal sehingga membentuk kolom dan margin. Dengan adanya grid, terdapat batas yang mengatur konten sehingga dapat membantu pembacanya untuk lebih mudah memahami informasi dalam desain tersebut (hlm. 158). Elemen dalam grid terbagi menjadi:
2.2.4.1. Margin
Margin merupakan ruang kosong yang terletak di setiap sisi halaman dengan tujuan untuk membingkai konten dari halaman tersebut untuk menentukan area aktif dan batasannya (hlm. 161-162).
38 2.2.4.2. Columns and Column Intervals
Column atau kolom merupakan deretan vertikal yang mengatur peletakkan gambar dan tulisan dalam sebuah halaman. Jumlah dari kolom sendiri berbeda-beda menyesuaikan dengan kebutuhan desainernya. Column interval merupakan jarak antar kolom yang satu dengan kolom yang lainnya (hlm. 162).
2.2.4.3. Flowlines
Flowlines atau garis alur merupakan garis yang membentuk deretan secara horizontal untuk mengatur aliran visual dalam halaman tersebut (hlm. 162).
2.2.4.4. Grid Modules
Sebuah unit individu yang terbuat dari potongan columns dan flowlines disebut dengan grid modules. Grid modules inilah yang menjadi tempat meletakkan teks atau gambar yang akan dimasukkan ke dalam halaman tersebut (hlm. 162).
2.2.4.5. Spatial Zones
Zona spasial merupakan unit yang terbentuk dari kumpulan grid modules yang merupakan tempat untuk meletakkan elemen visual di dalamnya (hlm. 162).
39 Gambar 2.29. Anatomi Grid
(Landa, 2011) 2.2.5. Tipografi
Menurut Landa (2014, hlm. 44), tipografi merupakan desain yang tersusun dari sekumpulan karakter yang susunannya dalam bidang dua dimensi dan disatukan dalam sebuah properti visual yang konsisten. Tipografi disajikan dalam media cetak dan layar dan dalam sebuah bidang dan waktu.
2.2.5.1. Anatomi Huruf
Huruf adalah sebuah simbol tertulis ataupun lisan, yang digunakan untuk merepresentasikan suara dan mewakili huruf dalam alfabet. Tiap huruf alfabet mempunyai karakteristik yang berbeda-beda yang harus dipelihara agar simbol huruf dapat dengan mudah dikenali secara visual (hlm. 44).
Dalam teori metaltype milik Holloway, anatomi cetakan huruf dapat dibagi menjadi badan, bahu, counter, wajah, kumis, bagian inti, dan
40 lainnya. Sedangkan dalam anatomi dari karakter atau susunan huruf, terdapat ascender, descender, terminal, tinggi, dan jarak antar huruf (hlm. 45-46).
Gambar 2.30. Teori Metaltype (Landa, 2014)
Gambar 2.31. Anatomi Huruf (Landa, 2014)
41 2.2.5.2. Jenis Huruf
Berdasarkan gaya dan sejarahnya, typeface dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori (hlm. 47).
Gambar 2.32. Klasifikasi Huruf (Landa, 2014)
Berikut merupakan klasifikasi typeface: 1. Old Style/Humanist
Huruf dengan gaya Roman ini muncul pada akhir abad ke-15. Old Style ditulis dengan pena yang memiliki ujung yang lebar dan memiliki
42 serif (ekor kait) yang miring. Contoh typeface dari gaya Old Style ini adalah Garamond, Times New Roman, dan Caslon (hlm. 47).
Gambar 2.33 Contoh Old Style (Landa, 2014)
2. Transitional
Jenis huruf transitional ini merupakan transisi dari Old Style ke Modern. Transitional termasuk typeface yang memiliki serif dan dikenalkan pada abad ke-18. Contoh transitional adalah Baskerville dan Century (hlm. 47).
Gambar 2.34. Contoh Transitional (Landa, 2014)
3. Modern
Jenis huruf modern masih termasuk typeface yang memiliki serif di dalamnya. Typeface ini memiliki bentuk-bentuk yang geometris, namun tetap menampilkan tebal tipis pada goresan hurufnya. Contoh huruf modern adalah Bodoni, Didot, dan Walbaum (hlm. 47).
Gambar 2.35. Contoh Modern (Landa, 2014)
43 4. Slab Serif
Typeface yang berkembang pada awal abad ke-19 ini memiliki serif yang tebal. Slab serif memiliki sub-kategori seperti Egyptian dan Clarendon. Contoh huruf slab serif adalah Bookman, Memphis, dan American Typewriter (hlm. 47).
Gambar 2.36. Contoh Slab Serif (Landa, 2014)
5. Sans Serif
Sans serif merupakan typeface yang tidak memiliki serif. Sans serif mulai dikenal pada awal abad ke-19. Contoh huruf sans serif adalah Helvetica dan Futura (hlm. 47).
Gambar 2.37. Contoh Sans Serif (Landa, 2014)
6. Blackletter
Typeface yang memiliki karakteristik berupa goresan tebal dengan sedikit lekukan ini biasa disebut juga dengan typeface gothic. Contoh typeface yang muncul pada abad ke-13 sampai abad ke-15 ini adalah Fraktur dan Schwabacher (hlm. 47).
44 7. Script
Typeface ini biasanya ditulis dengan tulisan bersambung dan miring yang menggunakan kuas ataupun pena runcing. Script memiliki karakteristik yang paling mirip dengan tulisan tangan. Contohnya seperti Shelley Allegro Script dan Snell Roundhand Script (hlm. 47).
Gambar 2.38. Contoh Script (Landa, 2014)
8. Display
Display digunakan dalam penulisan judul dan biasanya dirancang dengan ukuran yang besar agar lebih mudah dibaca. Typeface ini seringkali dielaborasi dan didekorasi untuk lebih menyesuaikan penggunaannya (hlm. 47).
2.2.6. Fotografi
Burhanuddin (2014) menjelaskan bahwa fotografi berasal dari bahasa Yunani yang merupakan gabungan dari kata photos yang berarti sinar dan graphos yang berarti gambar (hlm. 1).
Fotografi sendiri berarti melukis dengan cahaya dimana kita menggambarkan dunia dengan adanya cahaya atau exposure ke dalam bentuk media fotografi (Belt, 2012, hlm. 24).
45 2.2.6.1. Exposure
Exposure merupakan jumlah intensitas cahaya yang tertangkap oleh media fotografi. Cahaya tersebut akan memengaruhi hasil foto di dalamnya (hlm. 24). Empat faktor yang memengaruhi keseimbangan exposure berupa: 1. Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya pada lokasi merupakan elemen yang akan memengaruhi exposure pertama kalinya. Dalam fotografi sendiri, cahaya dibedakan menjadi dua yaitu ambient light dan artificial light. Ambient light merupakan sumber cahaya alami seperti cahaya matahari di pagi hari dan pantulan sinar bulan pada malam hari sedangkan artificial light merupakan cahaya yang dihasilkan oleh alat pemancar cahaya buatan seperti lampu ataupun flash (hlm. 24-25).
Gambar 2.39. Contoh Fotografi dengan Ambient Light (kohkipreset.com)
46 Gambar 2.40. Contoh Fotografi dengan Artificial Light
(lookslikefilm.com) 2. ISO
ISO merupakan sebuah medium yang digunakan untuk mengukur sensitifitas cahaya yang masuk dalam foto yang akan dihasilkan. ISO sendiri dapat diatur melalui kamera yang digunakan dan disesuaikan dengan kondisi cahaya di lokasi pemotretan (hlm. 25).
Gambar 2.41. Contoh perbandingan ISO 100 dan ISO 3200 (Belt, 2012)
47 3. Aperture
Aperture atau diafragma yang dapat disebut sebagai f-stop merupakan ukuran masuknya cahaya ke dalam kamera yang diatur melalui celah dalam lensa kamera. Aperture memengaruhi hasil foto menjadi lebih gelap jika angka aperture besar dan akan menjadi lebih terang jika angka aperture kecil (hlm. 28).
Gambar 2.42. Aperture (Belt, 2012) 4. Shutter Speed
Shutter speed mengatur kecepatan jendela yang tedapat pada kamera dimana kecepatan tersebut akan mengatur durasi cahaya mengenai sensor dalam kamera (hlm. 30).
Gambar 2.43. Shutter Speed (Belt, 2012)
48 2.2.6.2. Komposisi Fotografi
Ang (2012) mengatakan bahwa komposisi dalam fotografi merupakan susunan subjek pada foto yang dapat dikomunikasikan secara efektif kepada audience-nya. Cara yang paling efektif dalam menata komposisi pada foto adalah dengan melihat suasana pada lokasi lalu mengatur posisi kamera sehingga menghasilkan komposisi yang sesuai. Selain itu, komposisi juga mengatur aperture dan depth of field, fokus pada titik fokus, dan bagaimana memposisikan cahaya dalam foto tersebut (hlm. 16). Beberapa jenis komposisi menurut Ang dijabarkan menjadi:
1. Symmetry Composition
Symmetry composition dikatakan sebagai komposisi yang efektif dalam mengatur foto yang rumit dan membuat sebuah foto terlihat stabil. Strategi lainnya yang ditawarkan adalah kesederhanaan dari sebuah foto (hlm. 16).
Gambar 2.44. Contoh Symmetry Composition (Ang, 2012)
49 2. Radial Composition
Radial composition merupakan pengaturan komposisi dimana key elements terlihat menyebar dimulai dari tengah (hlm. 16).
Gambar 2.45. Contoh Radial Composition (Ang, 2012)
3. Diagonal Composition
Diagonal composition merupakan komposisi yang menuntun pandangan mata audience pada subjek melalui garis diagonal yang ada dalam foto (hlm. 17).
Gambar 2.46. Contoh Diagonal Composition (Ang, 2012)
50 4. Overlapping Composition
Overlapping composition merupakan komposisi dimana subjek dalam foto saling bertumpukkan yang menghasilkan ruang dan kontras dalam foto sehingga audience tertarik untuk melihat keseluruhan foto tersebut (hlm. 17).
Gambar 2.47. Contoh Diagonal Composition (Ang, 2012)
5. Rule of Third Composition
Pada komposisi ini terdapat garis yang membagi foto menjadi 3 bagian yang terdiri dari 1/3 bagian (hlm. 18).
Gambar 2.48. Contoh Rule of Third Composition (bidunart.com)
51 6. Framing Composition
Framing composition merupakan komposisi fotografi dimana terdapat subjek di dalam bingkai foto yang dibentuk. Komposisi ini menarik perhatian audience-nya pada subjek di dalam bingkai serta memiliki konteks yang luas di dalamnya (hlm. 20).
Gambar 2.49. Contoh Framming Composition (Ang, 2012)
2.2.6.3. Lensa
Lensa membantu fotografer dalam menciptakan visualisasi foto melalui sudut pandang yang berbeda dengan menggunakan aperture dan focal length yang ada pada lensa (Belt, 2012, hlm. 179). Terdapat 3 kategori yang membedakan lensa, yaitu:
1. Lensa dengan Focal Length Normal
Lensa dengan focal length yang normal dapat menghasilkan foto yang tidak berbeda jauh dengan pandangan mata manusia karena ukuran antara foreground dan background di dalamnya tidak banyak berubah (hlm. 180).
52 2. Lensa Wide-Angle
Lensa wide-angle menghasilkan foto dengan sudut pandang yang lebih luas dari lensa normal karena foreground terlihat lebih besar. Pada lensa ini, angka focal-length berada di bawah 35mm (hlm. 181).
3. Lensa Telephoto
Lensa telephoto merupakan lensa dengan sudut pandang yang sempit namun subjek akan telihat lebih besar dan menghasilkan jarak antara foreground dan background (hlm. 183).
2.2.6.4. Fotografi dalam Desain
Fotografi merupakan salah satu elemen yang biasa digunakan dalam membuat sebuah desain. Fotografi memiliki nilai lebih dimana fotografi merupakan alat yang kuat, komunikatif, dan ekspresif dalam menggambarkan suasana yang membuat banyak orang percaya bahwa kamera tidak berbohong. Masyarakat biasanya percaya bahwa illustrasi dapat mengubah dan membuat sebuah situasi menjadi lebih baik sedangkan fotografi lebih menggambarkan kejadian sebenarnya sehingga fotografi menjadi sebuah elemen yang efektif untuk mempersuasi, menyampaikan informasi, mengeksplorasi masalah serta menjual sebuah produk (Arnston, 20120, hlm. 165-166).
2.3. Seni Tari
Tari adalah suatu bentuk seni yang ditujukan untuk mengkomunikasikan sebuah gambar yang menarik bagi kepekaan pengamatnya (Laws, 2002). Aktivitas yang kreatif, subjektif, dan tanggapan emosi terhadap gambar akan terlibat dalam tari.
53 Selain itu tari juga melibatkan komunikasi berdasarkan pada bahasa visual dari gerak tubuh manusia (hlm. 4).
Menurut Mackrell (2019), tari adalah sebuah gerakan tubuh yang bergerak sesuai ritme. Biasanya mengikuti ritme musik dalam ruang yang diberikan dengan tujuan untuk mengekspresikan ide atau emosi, melepaskan energi, atau sekedar mengambil kebahagiaan dari gerakan itu sendiri.
2.3.1. Gigi Art of Dance
Gigi Art of Dance merupakan sebuah sekolah tari yang terletak di daerah Pondok Indah, Jakarta Selatan. Sekolah tari ini memiliki sekitar 400 murid dari berbagai usia dan terdapat lebih dari 35 kelas setiap minggunya dengan berbagai jenis tari yang berbeda. Gigi Art of Dance didirikan pada tahun 2009 oleh Gianti Giadi sebagai rumah untuk belajar, berjelajah, berkolaborasi, dan membagikan ilmu mengenai seni pertunjukkan tari dengan tujuan untuk menyediakan pengalaman yang tak terlupakan dan kesempatan yang positif dalam bidang performing arts melalui program yang menarik.
Gambar 2.50. Gigi Art of Dance (gigiartofdance.com)