• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyiapan Kepala Sekolah yang Efektif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyiapan Kepala Sekolah yang Efektif"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ACDP

INDONESIA

Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership

Penyiapan Kepala Sekolah yang Efektif

Risalah Kebijakan Maret 2016

Sistem sekolah yang berkinerja tinggi dipimpin oleh kepala sekolah teladan

Kepala sekolah teladan membutuhkan pembelajaran profesional berkualitas tinggi sebelum dan selama mereka menjabat sebagai kepala sekolah

Untuk meningkatkan kapasitas semua kepala sekolah di Indonesia pada tahun 2030 diperlukan penyelenggaraan pembelajaran profesional di kabupaten-kabupaten

Peran Lembaga Pengembangan & Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) adalah melatih Master Trainer dan Asesor yang ada di kabupaten-kabupaten untuk menyelenggarakan Program Penyiapan Calon Kepala Sekolah (PPCKS)

Model bisnis dari LPPKS perlu disesuaikan dengan realitas ini dan kebutuhan masa depan

Risalah Kebijakan ini disusun berdasarkan temuan-temuan dari penelitian Evaluasi Program Penyiapan Calon Kepala Sekolah. Laporan lengkap tersedia di

http://www.acdp-indonesia.org/id/publications/acdp-007-laporan-utama-studi-dasar-tentang-kompetensi-kepala-sekolah-dan-pengawas-sekolah-dan-madrasah/

(2)

ACDP

INDONESIA

Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership

KONTEKS

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memahami pentingnya peran kepala sekolah teladan dalam sistem sekolah yang berkinerja tinggi. Untuk itu, kepala sekolah harus memiliki kelima standar kompetensi yang dijelaskan dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007. Peraturan ini menjelaskan pengelompokkan kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah. Kompetensi-kompetensi tersebut dikelompokkan menjadi kompetensi ‘kepribadian’, ‘manajerial’, ‘kewirausahaan’, ‘pengawasan’, dan ‘sosial’.

Selain Permendiknas No. 13 tahun 2007, Permendiknas No. 28 Tahun 2010 menetapkan landasan hukum bagi penyiapan, sertifikasi, perekrutan dan pengangkatan, serta penilaian kinerja kepala sekolah. Melalui implementasi kebijakan-kebijakan tentang sertifikasi, perijinan, dan akreditasi program, strategi-strategi ini dimaksudkan untuk memampukan pemerintah Republik Indonesia dan kabupaten mengontrol perekrutan calon kepala sekolah. Permendiknas No. 28 Tahun 2010 menyatakan bahwa pendaftar calon kepala sekolah harus merupakan pegawai negeri berpangkat minimal IIIC yang memiliki pengalaman mengajar paling sedikit lima tahun; memiliki ijazah Sarjana atau Diploma IV dari universitas yang terakreditasi; berumur tidak lebih dari 54 tahun; dan telah bersertifikasi pendidik. Salah satu komponen penting dari Permendiknas No. 28 Tahun 2010 adalah Program Penyiapan Calon Kepala Sekolah (PPCKS). Program pembelajaran profesional ini ditawarkan secara nasional oleh Lembaga Pengembangan & Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS).1 PPCKS menyiapkan

dan mensertifikasi guru-guru untuk menjadi kepala sekolah berdasarkan kompetensi yang diharapkan untuk dimiliki kepala sekolah.

Guru yang mengikuti PPCKS harus berhasil menyelesaikan tiga tahap pembelajaran profesional: 70 jam ‘in-service

learning’ yang dilaksanakan secara tatap muka; 200 jam

‘on the job learning’ yang dilaksanakan selama 3 bulan dan

1 LPPKS adalah Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah

mengharuskan peserta untuk melaksanakan penelitian berbasis sekolah; dan 30 jam pembelajaran ‘in-service’ tatap muka dan penilaiannya. Guru-guru yang berhasil menyelesaikan pembelajaran profesional ini kemudian diberikan NUKS.2 Setelah memiliki NUKS, guru-guru tersebut

layak untuk diangkat menjadi kepala sekolah di kabupaten mereka.

Penyiapan kepala sekolah yang efektif tergantung pada pembelajaran profesional yang berkualitas tinggi yang ditempuh sebelum menjadi kepala sekolah dan juga pada pembelajaran profesional yang dilaksanakan selama menjabat sebagai kepala sekolah. Program pembelajaran profesional seperti PPCKS didasarkan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengembangan profesional calon kepala sekolah akan berdampak pada peningkatan kualitas sekolah, dan dengan demikian hasil belajar siswa pun meningkat. Risalah Kebijakan ini memaparkan karakeristik-karakteristik kepala sekolah yang efektif yang dijadikan dasar untuk pengembangan program penyiapan kepala sekolah yang efektif. Peran LPPKS kemudian dijelaskan dalam konteks pembelajaran profesional yang mengarah pada target tahun 2030, yaitu semua kepala sekolah memiliki NUKS.

2 NUKS adalah Nomor Unik Kepala Sekolah

(3)

ACDP

INDONESIA

Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership

Pada sekolah berkinerja tinggi, variabel-variabel sekolah seperti kualitas guru; kualitas kepemimpinan, manajemen dan administrasi; fasilitas sekolah termasuk teknologi; dan proses kurikulum, penilaian, dan pelaporan, semuanya berjalan dengan selaras. Namun ketika variabel-variabel ini dikelola secara terpisah, sekolah hanya menunjukkan dampak yang kecil pada pembelajaran. Ketika setiap variabel tersebut digabung, terciptalah dampak yang signifikan pada kualitas pendidikan dan kualitas belajar siswa. Salah satu peran kepala sekolah adalah membangun kondisi di mana masing-masing variabel tersebut bersinergi dengan baik. Oleh karena itu, kepala sekolah memiliki peran sentral dalam penyediaan pendidikan yang berkualitas di sekolah yang mereka pimpin.

Penelitian menunjukkan bahwa pemimpin sekolah yang menghasilkan suatu perbedaan dalam proses belajar siswa memiliki karakteristik sebagai berikut:

mereka memiliki tujuan moral; mereka memahami perubahan;

mereka membangun hubungan di dalam dan di luar lingkungan sekolah;

mereka mendorong penciptaan pengetahuan dan semangat berbagi pengetahuan di sekolah mereka; mereka ahli dalam mengambil dan menyelaraskan kebijakan untuk dilaksanakan di sekolah mereka;

mereka menciptakan kader-kader pemimpin di berbagai jenjang di sekolah mereka termasuk di antara para guru dan siswa; dan

mereka meningkatkan mutu profesi mengajar melalui kepemimpinan mereka.

Untuk mengembangkan seorang kepala sekolah teladan diperlukan penyiapan kepala sekolah yang efektif.

PENYIAPAN KEPALA SEKOLAH YANG EFEKTIF

Hasil evaluasi program-program penyiapan kepala sekolah menunjukkan pentingnya peran kepemimpinan kepala sekolah dalam kurikulum atau pedagogi serta peran administrasi atau manajemen kepala sekolah. Program-program penyiapan kepala sekolah juga harus mendukung calon kepala sekolah untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan mereka sehingga komunitas sekolah mereka di masa yang akan datang mengenali mereka sebagai pemimpin pendidikan.

Rancangan program penyiapan kepala sekolah harus memenuhi persyaratan tertentu dalam sistem pendidikan. Selain itu, program penyiapan kepala sekolah harus menyediakan bantuan bagi mereka yang akan beralih jabatan menjadi kepala sekolah. Strategi-strategi seperti program mentoring dan coaching memastikan bahwa kepala sekolah yang baru terakreditasi dapat berhasil dan tetap menjabat sebagai kepala sekolah.

KEPALA SEKOLAH YANG EFEKTIF

Efektivitas kepala sekolah dipandang sebagai hal yang mendasar untuk mewujudkan sekolah yang berkinerja tinggi. Kepala sekolah bertanggung jawab atas pencapaian hasil belajar siswa yang telah ditentukan, dan oleh karena itu kepala sekolah tidak sekedar berperan sebagai pengawas para guru dan siswa. Kepala sekolah harus menunjukkan kepemimpinan pembelajaran di sekolah mereka; menyediakan pengembangan profesional yang efektif bagi para guru; menyusun prioritas penggunaan dana sekolah; berkerjasama dengan para guru dan komunitas sekolah untuk memastikan bahwa kurikulum dan pedagogi yang diselenggarakan sesuai dengan siswa mereka; dan terlibat dalam evaluasi rutin serta proses peningkatan sekolah. Kepala sekolah dengan kepemimpinan di sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang visioner dan dapat mengomunikasikan visi mereka tentang sekolah berkinerja tinggi kepada komunitas mereka dan para penentu kebijakan di luar sekolah. Mereka membangun hubungan atas dasar kejujuran dan saling menghormati di dalam komunitas dan gaya kepemimpinan mereka diadaptasi sesuai kondisi dan lingkungan. Kepala sekolah yang efektif, budaya belajar dan prestasi yang solid mendukung para guru untuk berkinerja dengan baik. Mereka mengarahkan pendekatan pembelajaran profesional untuk pengembangan sekolah dan memastikan bahwa sistem manajemen data bekerja dengan baik dan digunakan untuk menginformasikan strategi-strategi bagi pengembangan sekolah tersebut. Kepala sekolah yang efektif menciptakan kondisi yang tepat untuk melaksanakan penelitian berbasis sekolah3 yang hasilnya digunakan sebagai referensi untuk

menyelenggarakan pendidikan. Mereka menganalisa data kinerja siswa dan bertindak berdasarkan temuan mereka. Strategi-strategi ini dinilai dapat membuat perbedaan terhadap kualitas pengalaman siswa di sekolah.

3 School and Classroom Action Research (CAR)

(4)

ACDP

INDONESIA

Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership Indikator program penyiapan kepala sekolah yang berhasil

antara lain adalah sebagai berikut:

1. Tujuan: Tujuan program pembelajaran profesional ini jelas dan fokus pada pendidikan guru-guru yang ingin menjadi pemimpin sekolah. Tujuan program mencerminkan tuntutan bagi pemimpin sekolah masa depan, tuntutan sekolah, dan tuntutan siswa; dan definisi sukses dikaitkan dengan pembelajaran siswa di sekolah yang dikelola oleh lulusan program pembelajaran profesional. Tujuan dari program ini didukung dengan kebijakan-kebijakan dan panduan-panduan administrasi.

2. Koherensi: Isi program didokumentasikan dan sesuai dengan tujuan dan sasarannya. Koherensi dari program tersebut jelas bagi peserta program. Isi program tersebut akurat, logis, koheren, dan terorganisir untuk mengajarkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan kepala sekolah di jenis-jenis sekolah tertentu. 3. Keseimbangan: Isi dari program pembelajaran

profesional memadukan teori dan praktik kepemimpinan dan administrasi dengan realitas pekerjaan sehari-hari kepala sekolah di sekolah.

4. Komposisi fasilitator pembelajaran profesional: Fasilitator-fasilitator yang digunakan dalam program pembelajaran profesional ini meliputi akademisi dan praktisi. Para fasilitator ini adalah ahli dalam kepemimpinan sekolah, memiliki pengetahuan terkini di bidangnya, dan secara intelektual produktif (mereka menulis dan menerbitkan hasil penelitian mereka sendiri). Secara keseluruhan, komposisi fasilitator mencakup bidang keahlian yang dibutuhkan untuk diselaraskan dengan materi yang akan diajarkan, penilaian yang akan dilaksanakan, dan karakter para peserta pelatihan.

5. Penerimaan peserta: Kriteria penerimaan untuk memilih peserta program pembelajaran profesional ini dirancang agar merekrut calon kepala sekolah yang memiliki kapasitas dan motivasi untuk menjadi kepala sekolah yang berhasil.

6. Penelitian dan pengembangan: Pendekatan yang digunakan untuk penelitian berbasis sekolah dan pembelajaran profesional dilaksanakan agar calon kepala sekolah dapat belajar bagaimana memimpin penelitian dan mengembangkan staf, sekaligus menggunakannya sebagai acuan dalam melaksanakan tugas di sekolah mereka nanti.

7. Keuangan: Sumber dana yang dialokasikan untuk melaksanakan program pembelajaran profesional ini mencakup dana untuk menyediakan guru yang akan menggantikan tugas mengajar sehari-hari peserta program ini, sehingga tetap ada guru yang mengajar kelas mereka selama mereka mengikuti program ini. 8. Penilaian: Program pembelajaran profesional

melibatkan peserta dalam penilaian yang berkelanjutan, termasuk penilaian diri dan perbaikan diri dalam komponen pembelajaran profesional off-the-job dan

on-the-job.

9. Evaluasi: program penyiapan kepala sekolah itu sendiri dikaji dan dievaluasi secara rutin berdasarkan umpan balik dari peserta, fasilitator pelatihan, dan pembuat kebijakan. Evaluasi dilakukan untuk memastikan program ini berkualitas tinggi, memiliki isi materi yang akurat dan sesuai dengan situasi saat itu, berbasis praktek, dilaksanakan dengan biaya yang efektif, dan berguna untuk praktisi dan pembuat kebijakan.

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH

Penyelenggaraan program penyiapan kepala sekolah di Indonesia merupakan tanggung jawab Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS). LPPKS didirikan berdasarkan Permendiknas No. 6 Tahun 2009 (Organisasi dan Tata Kerja LPPKS). Pemendiknas No. 39 Tahun 2012 merevisi dan memperbarui tugas LPPKS, sebagaimana halnya dengan Permendiknas No. 45 Tahun 2013. Permendiknas No. 6 Tahun 2009 dan Permendiknas penggantinya tersebut menjelaskan tugas utama yang harus dilaksanakan oleh LPPKS. Tugas-tugas ini meliputi pengawasan penyiapan, pengembangan dan

(5)

ACDP

INDONESIA

Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership pemberdayaan kepala sekolah, sebagaimana dijelaskan

dalam Permendiknas No. 39 Tahun 2012 berikut ini.

Peran LPPKS adalah:

menyusun rencana, program, dan anggaran LPPKS;

menyiapkan program yang fokus pada pemberdayaan perspektif bagi calon kepala sekolah;

mengimplementasikan program untuk secara khusus meningkatkan kompetensi calon kepala sekolah dalam hal data dan manajemen data;

melaksanakan penyimpanan data dan pemeliharaannya di LPPKS; dan

memimpin pengembangan berkelanjutan LPPKS.

Visi LPPKS adalah

“menjadi lembaga terbaik untuk mengembangkan kepala sekolah yang amanah, berjiwa wirausaha, dan profesional”.

Misi LPPKS adalah:

Menanamkan kejujuran, integritas dan komitmen pada pendidikan;

Menanamkan jiwa wirausaha (inovatif, kreatif, percaya diri, kompetitif, kerja keras, berani mengambil resiko, pandai menangkap peluang) melalui berbagai kegiatan pelatihan dan pembekalan yang relevan bagi kepala sekolah;

Membangun kemampuan kepala sekolah yang sesuai dengan praktik teladan internasional (international best practice);

Mengembangkan keterampilan manajerial, keterampilan kepemimpinan, dan keterampilan teknologi kepala sekolah; dan

Memadukan konsep kepemimpinan spiritual dengan pendekatan manajemen modern sebagai landasan nilai-nilai dan budaya kerja kepala sekolah dalam memimpin sekolah.

Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, LPPKS diharapkan bekerjasama dengan dinas pendidikan kabupaten, Badan Kepegawaian Daerah (BKD) dan dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Agama (Kemenag).

PENYIAPAN KEPALA SEKOLAH DI TAHUN 2016 DAN PROYEKSI MASA DEPAN

Terdapat sekitar 217.000 kepala sekolah di Indonesia dan hanya sekitar 5.000 kepala sekolah yang telah memiliki NUKS. Di samping itu, terdapat sekitar 9.000 calon kepala sekolah yang telah memiliki NUKS. Untuk memastikan semua kepala sekolah di Indonesia memiliki NUKS pada tahun 2030 , maka LPPKS harus berperan sebagai lembaga nasional pengembang kepemimpinan sekolah tertinggi di Indonesia. Lebih lanjut, jika semua kepala sekolah di Indonesia wajib memiliki NUKS pada tahun 2030, maka harus ada sekitar

14.000 calon kepala sekolah yang lulus PPCKS dan menerima NUKS setiap tahun mulai tahun 2016 sampai tahun 2030. Jika PPCKS dilaksanakan dua kali dalam setahun, setiap tahun sampai tahun 2030, maka akan dibutuhkan pelatihan untuk sebanyak 117 Master Trainer tambahan per tahun dan 660 Asesor tambahan per tahun.

Untuk mencapai tujuan ini juga diperlukan akreditasi institusi di kabupaten-kabupaten yang akan melatih calon kepala sekolah; dan diperlukan pelaksanaan proses seleksi berbasis keunggulan untuk calon peserta PPCKS yang dilaksanakan di kabupaten-kabupaten.

Untuk itu, LPPKS memiliki tanggung jawab untuk:

melatih Master Trainer dan Asesor yang berada di kabupaten-kabupaten;

mengakreditasi Master Trainer dan organisasi-organisasi penyedia pelatihan di kabupaten untuk dapat menyelenggarakan PPCKS (misal: universitas, LPMP); memantau kualitas dan konsistensi pembelajaran profesional yang disediakan di kabupaten-kabupaten; secara rutin meninjau kembali dan memperbarui materi-materi pembelajaran profesional;

mensertifikasi lulusan PPCKS dengan memberi NUKS; senantiasa memelihara basis data calon kepala sekolah dan kepala sekolah yang memiliki NUKS;

mengembangkan peran LPPKS untuk bekerja dengan Dinas Pendidikan dan BKD untuk memantau penempatan lulusan PPCKS;

melatih pengawas sekolah untuk mendukung implementasi PPCKS dan mendukung peserta yang berhasil dan yang tidak berhasil di kabupaten-kabupaten; secara rutin meninjau kembali model bisnis yang melandasi penyelenggaraan PPCKS untuk mengakomodasi praktik-praktik yang diperlukan;

membangun hubungan strategis dengan Kemenag; dan menawarkan PPCKS ke sektor sekolah swasta.

Yang akan menjadi salah satu peran utama LPPKS adalah melatih Master Trainer yang ada di kabupaten-kabupaten. Penyediaan pembelajaran profesional akan ditujukan untuk mengembangkan kemampuan calon kepala sekolah dalam konteks lokal mereka untuk:

mendukung pembelajaran aktif siswa di kelas; memimpin strategi-strategi pengembangan sekolah; memimpin pengembangan profesional guru-guru di sekolah;

menyelenggarakan coaching dan mentoring dengan berdialog dengan para guru;

melaksanakan penilaian kompetensi guru;

meningkatkan partisipasi orang tua siswa dalam pengambilan keputusan di tingkat sekolah;

(6)

ACDP

INDONESIA

Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership menjadi akuntabel di komunitas sekolah mereka; dan

meningkatkan jumlah pemecahan masalah aktif oleh siswa di kelas.

Seluruh Master Trainer harus memiliki keterampilan teknologi digital yang kuat dan mampu mendemonstrasikan pemahaman tentang bagaimana teknologi digital dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran di kelas.

Pembelajaran profesional berskala besar ini akan memerlukan website LPPKS sebagai fokus nasional dalam penyediaan informasi terkini dan sumber-sumber materi untuk mendukung peserta dan lulusan PPCKS. Langkah-langkah berikut akan diperlukan untuk mendukung opsi kebijakan ini:

website LPPKS dikembangkan untuk menyediakan

informasi terkini selama proses sosialisasi, yang dikoordinasikan dengan proses-proses di kabupaten-kabupaten;

semua sumber informasi dan materi yang digunakan dalam PPCKS disediakan di bagian website LPPKS yang dilindungi password, yang secara rutin dikelola dan diperbarui;

website LPPKS memuat pusat penyimpanan

sumber-sumber yang mendukung PPCKS dan mencakup artikel-artikel jurnal terkait yang terkini serta sumber-sumber lain yang relevan; dan

beberapa modul pembelajaran profesional perlu ditransfer ke dalam moda pembelajaran online sehingga peserta didorong untuk membangun keterampilan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mereka, untuk aktif mengakses materi dan sekaligus mempelajari isi materi.

Selain itu, infrastruktur Teknologi Informasi (TI) online LPPKS juga akan perlu dikembangkan sehingga data lulusan PPCKS terhubung dengan informasi NUKS mereka; dan informasi kontak para lulusan PPCKS disimpan secara online dengan aman dan diperbarui secara berkala. Peninjauan dan pemeriksaan data NUKS secara rutin akan dibutuhkan untuk memastikan keakuratannya.

Untuk memastikan protokol manajemen data dan kompatibilitas data sudah selaras dan disetujui, maka perlu dibentuk sekelompok pengelola kompatibilitas data nasional.

Masing-masing pendekatan untuk penyiapan kepala sekolah di Indonesia ini membutuhkan komitmen untuk mengacu kepada peraturan-peraturan terkait serta usaha yang konsisten dan berkelanjutan paling tidak untuk dua dasawarsa ke depan.

Foto: ACER

ACDP

Risalah Kebijakan ini disusun dari penelitian yang didukung oleh ACDP, yaitu Penelitian Evaluasi Program Penyiapan Calon Kepala Sekolah (ACDP 042), yang dilaksanakan pada tahun 2014 dan 2015. Penelitian ini

dilaksanakan oleh Australian Council for Educational Research (ACER), Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Regional Economic Development

Institute (REDI) atas nama Cambridge Education.

Sekretariat ACDP Indonesia

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Badan Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG) Gedung E, Lantai 19

Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270

Tel. : (021) 578-51100 Fax: (021) 578-51101

Email : secretariat@acdp-indonesia.org Website : www.acdp-indonesia.org Pemerintah Republik Indonesia (yang diwakili oleh Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan Badan Perencanaan Pemban-gunan Nasional/BAPPENAS), Pemerintah Australia melalui Australian Aid, Uni Eropa (UE), dan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ ADB) telah membentuk Kemitraan Pengembangan Kapasitas dan Analisis Sektor Pendidikan (Education Sector Analytical and Capacity

Develop-ment Partnership/ACDP). ACDP adalah fasilitas untuk mendorong dialog

kebijakan dan memfasilitasi reformasi kelembagaan dan organisasi untuk mendukung pelaksanaan kebijakan dan untuk mengurangi kesenjangan kinerja pendidikan. Fasilitas ini merupakan bagian integral dari Program Pendukung Sektor Pendidikan (Education Sector Support Program/ESSP). Dukungan UE terhadap ESSP juga termasuk dukungan anggaran sektor dan program pengembangan kapasitas tentang Standar Pelayanan Minimum. Dukungan Pemerintah Australia adalah melalui Kemitraan Pendidikan Aus-tralia dengan Indonesia. Risalah Kebijakan ini disiapkan dengan dukungan hibah dari AusAid dan Uni Eropa melalui ACDP.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian yang dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat

Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUP HAM Medan Retrieved from

Hubungan keluarga sedarah yang menimbulkan hubungan istimewa adalah hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat yaitu hubungan antara seseorang dengan

ergonomis karena belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai sikap kerja yang baik dalam aktivitas menangani pasien. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti ingin

Pada skematika tersebut busana yang dikenakan oleh sultan Hamengku Buwono IX diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: busana keraton dan busana non-keraton. Busana keraton diuraikan

Melalui peristiwa kenaikan harga bahan bakar minyak, partisipatory culture terjadi. Secara terbuka, QHWL]HQ yang bertindak sebagai pengguna media baru mengeluarkan

Meminimalisir perceived risk dapat dilakukan dengan cara menghindari beberapa hal yang mungkin terjadi seperti banyaknya waktu yang terbuang oleh customer dalam mencari produk

Menurut Hetika (2008:23) prestasi belajar ialah pencapaian dalam keahlian pengetahuan. Terdapat dua faktor yang bisa mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor eksternal