PENERAPAN PEDOMAN TATA TERTIB PESERTA DIDIK DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DI SMK DAN SMA
(Studi Sosiologi Hukum Pelaksanaan Peraturan Tata Tertib Peserta Didik di SMK Negeri 1 Kepanjen dan SMA PGRI 1 Kromengan)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Gelar S-2 Program Studi Magister Ilmu Hukum
Disusun oleh:
BAMBANG HERMANTO NIM: 201610380211008
DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
T E S I S
BAMBANG HERMANTO
201610380211008
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada hari/tanggal, Jum’at / 25 September 2020 dan dinyatakan memenuhi syarat sebagai kelengkapan memperoleh gelar Magister/Profesi di Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Malang
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Ketua / Penguji : Dr. Surya Anoraga Sekretaris / Penguji : Mokh, Najih, Ph.D Penguji : Dr. Fifik Wiryani Penguji : Dr. Herwastoeti
PENERAPAN PEDOMAN TATA TERTIB PESERTA DIDIK DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DI SMK DAN SMA
(Studi Sosiologis Hukum Pelaksanaan Peraturan Tata Tertib Peserta Didik di SMK Negeri Kepanjen dan SMA PGRI 1 Kromengan)
BAMBANG HERMANTO
201610380211008
Telah disetujui
Pada hari/tanggal, Jum’at / 25 September 2020
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr. Surya Anoraga Mokh. Najih, Ph.D
Direktur Ketua Program Studi
Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : BAMBANG HERMANTO
NIM : 201610380211008
Program Studi : Magister Ilmu Hukum
Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :
1. TESIS dengan judul : PENERAPAN PEDOMAN TATA TERTIB PESERTA
DIDIK DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DI SMK DAN SMA (Studi Sosiologis Hukum Pelaksanaan Peraturan TataTertib Peserta Didik di SMK Negeri 1 Kepanjen dan SMA PGRI 1 Kromengan) adalah karya saya dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dalam daftar pustaka.
2. Apabila ternyata dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur
PLAGIASI, saya bersedia Tesis ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta
diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS
ROYALTY NON EKSKLUSIF.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji yang senantiasa kita dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada seluruh makhluknya di muka bumi ini tanpa ada batasnya. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah merubah zaman dengan kegigihannya dan keikhlasannya, dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah yang penuh rahmat ini.
Dengan ridha Allah SWT yang telah memberikan hidayah-Nya berupa keimanan, ketegasan, kekuatan, kegigihan, ketekunan, kesabaran serta keikhlasan kepada penulis, sehingga mampu menyelesaikan penulisan hukum (tesis) ini dengan baik dan lancar, yaitu dengan judul “PENERAPAN PEDOMAN TATA TERTIB
PESERTA DIDIK DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DI SMK DAN SMA (Studi Sosiologi Hukum Pelaksanaan Peraturan Tata Tertib Peserta Didik di SMK Negeri 1 Kepanjen dan SMA PGRI 1 Kromengan)” yang merupakan
tugas akhir sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Magister Ilmu Hukum, Direktorat Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Malang.
Dengan banyaknya dukungan baik secara moril dan materil dari keluarga, saudara, pembimbing dan berbagai pihak terkait, tugas akhir ini dapat diselesaikan oleh penulis sesuai waktu yang diinginkan. Berbagai macam hambatan, godaan, dan kekecewaan merupakan sebuah konsekuensi untuk dihadapi dalam berjuang dan berproses. Jiwa optimisme dan rasa cinta kasih yang menjadi pondasi oleh penulis untuk tetap fokus serta istiqomah dalam menyelesaikan tesis sesuai dengan yang diharapkan. Oleh sebab itu, penulis sudah sepatutnya menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan, dan kelancaran dalam menempuh pendidikan.
vi 3. Bapak Prof. Akhsanul In’am, Ph.D selaku Direktur Direktorat Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Bapak Dr. Surya Anoraga., selaku Pembimbing I (satu) yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dengan penuh keikhlasan dan kesabaran sehingga tesis ini dapat diselesaikan;
5. Bapak Mokh. Najih, Ph.D, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dengan penuh keikhlasan dan kesabaran sehingga tesis ini dapat diselesaikan;
6. Keluarga besar saya, kepada orang tua, istri dan anak-anak saya. 7. Serta rekan-rekan kerja guru di SMK Negeri 1 Kepanjen.
8. Partisipan dalam penelitian ini yang berada di lingkungan SMA PGRI 1 Kromengan. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal dengan beribu-ribu kasih sayangnya atas dukungan, kebaikan, pengorbanan, perjuangan, keikhlasan dan kesabarannya. Penulisan hukum ini sudah dilakukan dengan pengkajian secara ilmiah dan dibimbing oleh pembimbing yang berkompeten di bidangnya. Besar harapannya untuk diberikan saran dan masukan untuk kebaikan bersama. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan masyarakat. Aamiin.
Billahitaufiqwalhidayah. Wassalamualaikum Wr. Wb
Malang, 23 September 2020
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL... ix Abstrak ... x Abstract ... xi PENDAHULUAN ... 1 RUMUSAN MASALAH ... 4 TUJUAN PENELITIAN ... 4 TINJAUAN PUSTAKA ... 5 Penelitian Terdahulu ... 5 Efektivitas Hukum ... 7
Teori Efektifitas Hukum ... 8
Indikator atau Faktor-Faktor Efektifitas Hukum ... 9
METODE PENELITIAN ... 11
PEMBAHASAN ... 12
Implementasi Pedoman Tatatertib Sekolah dari Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur kedalam Tatatertib Sekolah di SMK Negeri Kepanjen dan di SMA 1 PGRI Kromengan. 13 Petugas Pelaksana Penegakan Peraturan Tatatertib di sekolah SMK Negeri 1 Kepanjen dan di SMA PGRI 1 Kromengan di Kabupaten Malang. ... 22
Faktor Budaya Hukum Terhadap Pelaksanaan Tatatertib terhadap Pelanggaran Tatatertib di sekolah SMK Negeri 1 Kepanjen dan di SMA PGRI 1 Kromengan ... 24
Faktor Sarana Pendukung dalam Pelaksanaan Tatatertib pelanggaran tatatertib di sekolah SMA dan SMK... 27
Kendala dalam penerapan sangksi terhadap pelanggaran tatatertib di sekolah SMA dan SMK ... 29
KESIMPULAN... 29
SARAN ... 30
DAFTAR PUSTAKA ... 32
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Perbandingan Tata Tertib Siswa / Peserta Didik SMA Negeri 1 Kepanjen dan Pedoman Tata Tertib SMK dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur ...12 Tabel 2: Perbandingan Tata Tertib Siswa / Peserta Didik Sekolah Menengah Atas
x
PENERAPAN PEDOMAN TATA TERTIB PESERTA DIDIK DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DI SMK DAN SMA
(Studi Sosiologi Hukum Pelaksanaan Peraturan Tata Tertib Peserta Didik di SMK Negeri 1 Kepanjen dan SMA PGRI 1 Kromengan)
BAMBANG HERMANTO [email protected] Dr. Surya Anoraga (NIDN. 0012076402) Mokh. Najih, Ph.D (NIDN. 0017056501)
Magister Ilmu Hukum
Direktorat Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang
Abstrak
Pendidikan merupakan tidak hanya sekedar transfer ilmu pengetahuan, namun juga proses pembiasaan diri membangun karakter untuk mengenal dan mematuhi aturan melalui penegakan tata tertib dan aturan disiplin oleh guru di sekolah. Namun masalah yang sering dihadapi guru adalah reaksi dari peserta didik, orangtua, bahkan masyarakat yang berlebihan, sehingga penegakan tata tertib atau disiplin sekolah dianggap melampaui kewenangan guru. Penelitian ini bermaksud mendalami efektifitas pelaksanaan tugas guru dalam profesinya dan kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan tatatertib peserta didik di lingkungan sekolah, menurut peraturan-perundangan yang berlaku. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan hukum sosiologis (socio legal research), yaitu menelaah pelaksanaan penegakan aturan tatatertib sekolah oleh guru, yang berkaitan dengan efektifitas hukum. Hasil penelitian menunjukan bahwa, tata tertib di sekolah SMA dan SMK mengadopisi dari pedoman tatatertib peserta didik yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Propinsi, dengan demikian sekolah tidak menetapkan sendiri peraturan disiplin yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Dalam pelaksanaannya terdapat kepatuhan siswa terhadap tatatertib memakai seragam, atribut sekolah, dan menjaga kebersihan. Namun demikian, masih ada pelanggaran dalam hal, larangan menggunakan kendaraan bermotor ke sekolah. Adapun kendala penerapan aturan tatatertib, dipengaruhi faktor ekternal, yaitu budaya hukum masyarakat yang permisif terhadap penggunaan kendaraan bermotor kesekolah. Demikian juga penegak hukum kepolisian yang tidak bertindak tegas, serta sarana transportasi umum yang masih belum memadai. Berkaitan dengan temuan penelitan ini, hendaknya perlu ada kebijakan kelonggaran usia memperoleh SIM (Surat Izin Mengemudi), dan perlu memperbaiki sarana transportasi umum untuk murid sekolah, bahkan pemerintah juga perlu mempertimbangkan pengadaan BIS sekolah.
xi IMPLEMENTATION OF REGULATORY GUIDELINES FOR EDUCATION
PARTICIPANTS IN EAST JAVA PROVINCE IN SMK AND SMA (Study of Sociology of Law on the Implementation of Student Rules of Conduct
at SMK Negeri 1 Kepanjen and at SMA PGRI 1 Kromengan)
BAMBANG HERMANTO [email protected] Dr. Surya Anoraga (NIDN. 0012076402) Mokh. Najih, Ph.D (NIDN. 0017056501)
Masters of Law
Directorate Postgraduate Program University of Muhammadiyah Malang
Abstract
Education organized through schools is a process of self-habituation to build character to recognize and obey rules through enforcement of discipline and disciplinary rules by teachers at school. However, the problem that is often faced by the teacher is the reaction from students, parents, and even the community, sometimes excessive, so that enforcement of school discipline or discipline is considered to be beyond authority. This study intends to explore the effectiveness of the implementation of teacher duties in carrying out their professional duties and the obstacles faced in implementing student discipline in the school environment, according to the applicable laws and regulations. This study uses a qualitative research method with a sociological legal approach (socio legal research), which examines the implementation of the enforcement of school rules by teachers, which is related to the effectiveness of law. The results showed that there was compliance with wearing uniforms, school attributes, and maintaining cleanliness. However, there are still violations in terms of the prohibition of using motorized vehicles to school. As for the constraints in implementing the rules of order, it is influenced by external factors, namely the legal culture of society which is permissive to the use of motorized vehicles at school. Likewise, police law enforcers who do not act decisively, as well as inadequate public transportation facilities. In connection with the findings of this research, there should be a policy of allowing for an age allowance for obtaining a driver's license (driving license), and need to improve public transportation facilities for school students, even the government also needs to consider the provision of school BIS.
Keywords: Legal Effectiveness, Constraints in Implementation, Student Code of Conduct by the Teacher
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan tempat untuk proses melakukan pendidikan, pengajaran dan pelatihan bagi siswa yang dididik oleh guru. Salah satu faktor yang menyebabkab sumber daya manusia dapat berkualitas dapat di tentukan dengan pendidikan yang baik, dimana di dalam pendidikan terdapat proses yang membuat seseorang lebih produktif. Dengan adannya keberhasilan dalam dunia pendidikan menyebabkan seseorang dapat memberikan sumbangan untuk mencerdasakan kehidupan bangsa, pencapain inilah yang akan menjadi reward untuk bidang pendidikan nasional. Indonesia juga menjelasakn bahwa “pendidikan nasional harus mampu membentuk karakter
bangannya, supaya Indonesia mampu mencerdasakan bangsannya, dan mimiliki bangsa yang beriman, bertaqwa, berakjlah mulia, sehat, kreatif, mandiri dan menjadi bangsa yang bertanggung jawab”.1
Faktor lain yang dapat mempengaruhi penerapan nilai-nilai etika dan moral dalam peserta didik di dunia pendidikan, disebabkan oleh faktor masyarakat atau lingkungan yang memiliki andil dalam bagian tersebut. Hal ini lah kenapa dalam pendidikan sering muncul perilaku bolos, mencuri, kurangnya rasa hormat terhadap guru, penggunakan narkoba, bertindak asusila dll, semua tindakan ini dikarenakan masyarakat memiliki faktor penting kenapa pesera didik dapat berperilaku menyimpang di lingkuangan pendidikan. Perilaku inilah yang nantinnya akan menyebabkan seseorang merasa menyesal di kemudian hari dan dapat merugikan peserta didik, maupun orang tua peserta didik.
Berdasarkan peraturan pemerintah tentang Guru, seorang guru mempunyai kewenangan atau hak untuk memberikan sanksi kepada peserta didik yang tidak taat
terhadap peraturan disiplin yang berlaku di lingkungan sekolah2. Hal ini dikarenakan
supaya siswa mampu memiliki sikap disiplin yang baik dan memiliki kontrol diri yang baik. Ada banyak hal yang menyebabkan kenapa siswa dapat perperilaku tidak baik dalam lingkungan sekolah, sehingga menyebabkan guru untuk memberikan sanksi kepada siswannya. Di Indonesia sendiri hak yang dimiliki guru terhadap penegakan sanksi berbanding terbalik dengan respon orang-orang diluar lingkungan sekolah
1 Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 2 Pasal 30 (1), Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru
masyarakat ataupun orangtua. Dimana guru berusaha memberikan sanksi kepada siswa yang tidak tertib akan menjadi boomerang untuk guru itu sendiri.
Seperti salah satu kasus yang pernah viral membahas bahwa seoarng guru menjadi tersangka demi menegakkan kedisiplinan di lingkungan sekolah. Kasus ini bisa terjadi, dikarenakan orang tua merasa tidak terima ketika anaknya (siswa) di hukum dan diberikan sangsi akibat tindakan buruk yang dilakukan anaknya. Dengan adanya kasus ini membuat guru di Indonesia, harus berfikir ulang ketika inggin memberikan sangsi kepada siswannya yang melanggar aturan. Oleh sebab itu guru harus memberikan upaya terbaiknnya bagaimana cara aturan tata tertib dalam sekolah bias berjalan secara efektif
tanpa adannya kendala3.
Seringnya perilaku yang tidak baik dalam dunia pendidikan, menyebabkan seorang guru harus mampu mengatasi masalah tersebut, tidak hanya seorang guru masyarakat, orang tua, lingkungan bahkan pihak-pihak yang terkait dengan hal ini juga harus mampu mengatasi kasus yang sering terjadi di dunia pendidikan. Oleh karena itu peraturan-peraturan yang telah di buat oleh pihak-pihak yang bermenang berfungsi sebagai kontroling peserta didik, demi meminimalisir terjadinnya perilaku menyimpang di lingkungan pendidikan. Hal ini di harapkan supaya kasus yang tidak baik dalam dunia pendidikan dapat di kontrol dengan baik sehingga menyebabkan tidak adannya perilaku menyimpang dalam dunia pendidikan. Tidak hanya itu dengan aturan-aturan yang telah di buat di harapkan juga mampu memberikan kesadaran kedara perserta didik untuk menumbuhkan kesadaran moral dan membiasakan untuk bersikap baik dimanapun berada.
3 Seperti pernah terjadi pada kasus “Cukur Rambut Siswa, Guru SD jadi Tersangka. Begitulah judul
berita di Website detiknewsonline Edisi Kamis (21/6/2012).Kasus itu bermula pada Jumat (16/3/2012) ketika Seorang guru SDN di Jawa Barat ingin memberikan pendidikan yang tegas terhadap anak didiknya dengan mencukur rambut siswanya. Namun apa daya, Maksud hati memeluk gunung, malah gunungnya meletus. ayah si anak didik tidak terima lalu memberikan berupa pemukulan, tidak cukup sampai disitu ayah si anak didik juga melaporkan sang guru kepada polisi dengan tuduhan melakukan perbuatan tidak menyenangkan. Sang guru pun menjadi tersangka. Lihat dalam “. Lihat dalam
https://www.kompasiana.com/suryono.briando/55119af1813311e04dbc5f9e/guru-menjadi-tersangka-demi-menegakkan-disiplin-sekolah
Sekolah merupakan lingkungan sosial memiliki peran besar dalam menumbuhkan kesadaran moral berperilaku dalam lingkup yang lebih luas melalui pemberian pendidikan moral. Sekolah sebagai tempat proses pembiasaan diri dalam mengenal dan mematuhi aturan yang telah disepakati bersama dan disesuaikan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, berlatih disiplin, memberikan keteladan baik guru atau peserta didik, serta sebagai tempat proses pembentukan identitas diri moral peserta didik sehingga pendidikan moral sangat diperlukan dalam setiap komponen sekolah. Masalah yang patut dicermati oleh guru, di bidang hukum, pada saat kegiatan belajar mengajar di sekolah, disisi lain ada aturan atau hukum tentang guru, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, terutama Pasal 39 :
1) Guru memiliki kebebasan memberikan sanksi kepadapeserta didiknya yang melanggar norma agama, normakesusilaan, norma kesopanan, peraturan tertulismaupun tidak tertulis yang ditetapkan Guru, peraturan tingkat satuan pendidikan, dan peraturan perundang-undangan dalam proses pembelajaranyang berada di bawah kewenangannya.
2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa teguran dan/atau peringatan, baik lisan maupun tulisan, serta hukuman yang bersifat mendidik sesuai dengan kaedah pendidikan, kode etik Guru, dan peraturan perundang-undangan.
3) Pelanggaran terhadap peraturan satuan pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik yang pemberian sanksinya berada di luar kewenangan Guru, dilaporkan Guru kepada pemimpin satuan pendidikan.
4) Pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh peserta didik, dilaporkan Guru kepada pemimpin satuan pendidikan untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kebanyakan guru tidak mengerti aturan atau hukum tentang guru, terutama saat menangani konflik siswanya. Guru di sibukan oleh TUPOKSI, Perangkat Mengajar, Tugas Tambahan, Kegiatan Belajar Mengajar, Penilaian Siswa, dan banyak kegiatan guru yang lain, sehingga terjadi permasalahan menyebabkan guru tersandung kasus hukum saat melakukan kegiatan pendidikan di sekolahnya. Dalam pendidikan aturan
tatatertib yang di buat oleh sekolah bisa menjadi sebagai salah komponan yang dapat melatih moral peserta didik, Hal ini dikarenakan dengan adanya tatatertib diharapkan setiap peserta didik dapat menunjukan sikap yang baik selama poroses pendidikan berlangsung. Tidak hanya itu dengan adannya aturan yang di buat oleh sekolah untuk peserta didiknya diharapkan peserta didik dapat memiliki kebiasan baik yang dapat di terapkan di lingkungan masyarakat. Karena aturan tatatertib yang di buat berisi tentang kegiatan selama pendidikan, kedisiplinan, pergaulan dll.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu;
1. Bagaimana implementasi pedoman tatatertib sekolah dari Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur pada tatatertib sekolah di SMK Negeri 1 Kepanjen dan SMA PGRI 1 Kromengan di Kabupaten Malang.
2. Bagaiamanakah penerapan ketentuan tatatertib di sekolah SMK Negeri 1 Kepanjen dan SMA PGRI 1 Kromengan di Kabupaten Malang.
3. Apakah faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan penerapan sanksi terhadap pelanggaran tatatertib di sekolah SMK Negeri 1 Kepanjen dan SMA PGRI 1 Kromengan di Kabupaten Malang.
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan pada pokok permasalahan tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi pedoman tatatertib sekolah dari Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur pada tatatertib sekolah di SMK Negeri 1 Kepanjen dan SMA PGRI 1 Kromengan di Kabupaten Malang.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah penerapan ketentuan tatatertib di sekolah SMK Negeri 1 Kepanjen dan SMA PGRI 1 Kromengan di Kabupaten Malang.
3. Untuk mengetahui Bagaiamana pelaksanaan penerapan sangksi terhadap pelanggaran tatatertib di sekolah SMK Negeri 1 Kepanjen dan SMA PGRI 1 Kromengan di Kabupaten Malang.
TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu
Penelitian Pertama dilakukan oleh Alex Lendro Juniarto. Adelina Hasyim, Zulyaden Abdulhay Jurnal, dengan judul “Pengaruh Tatatertib Sekolah Untuk Tidak Membawa Handphone Berkamera Terhadap Kenyamanan Belajar Pada SMP Negeri 7 Kotabumi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi dengan sampel berjumlah 35 responden.Teknik pokok pengumpulan data dengan menggunakan angket.
Bedasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh penegakan tatatertib sekolah untuk tidak membawa handphone berkamera terhadap kenyamanan belajar pada siswa SMP Negeri 7 Kotabumi. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan yang menggunakan rumus Chi Kuadrat bahwa hitung lebih besar dari tabel (hitung ≥ tabel), yaitu 15, 96 ≥ 9, 49. Kemudian dilakukan perbandingan antara nilai C dan, dengan hasil 0, 69 berdasarkan kriteria atau pengkategorian menurut
Sugiyono hasil tersebut termasuk dalam kategori kuat.4
Penelitian kedua dilakukan oleh Firman Arief Setyawan, dengan judul “Peran Guru PKn dalam Meningkatkan Kesadaran Hukum Siswa terhadap Tatatertib Sekolah”. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik serta dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahan pada konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6).
Hasil temuan dari penelitian ini adalah bahwa Kesadaran hukum siswa SMP Negeri 1 Batu terhadap tatatertib yang ada di sekolah sudah baik, meskipun belum maksimal. Mayoritas siswa SMP Negeri 1 Batu telah melaksanakan apa yang diharuskan dalam tatatertib meskipun masih terdapat beberapa siswa yang
melanggarnya.5 Penelitian ketiga dilakukan oleh Dwi Bintang Rahmawati dan I Made
4 Alex Lendro Juniarto. Adelina Hasyim, Zulyaden Abdulhay. Jurnal dengan judul “Pengaruh Tata Tertib
Sekolah Untuk Tidak Membawa Handphone Berkamera Terhadap Kenyamanan Belajar Pada SMP Negeri 7 Kotabumi”, (Bandar Lampung: 2012)
5 Firman Arief Setyawan. Jurnal dengan judul “Peran Guru PKn dalam Meningkatkan Kesadaran
Arsana, dengan judul “Hubungan Pelaksanaan Tatatertib Sekolah dengan Pendidikan Moral di SMP Negeri 11 Surabaya”.
Penelitian ini didasarkan pada teori perkembangan moral Kohlberg dan teori behaviorisme Skinner. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode deskriptif dan korelas. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis rumus korelasi product moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pelaksanaan tata tertib sekolah dengan pendidikan moral sebesar 0,279 yang berarti memiliki hubungan yang rendah dan arah hubungan positif. Pelaksanaan tatatertib sekolah di SMP Negeri 11 Surabaya terdapat berbagai upaya penegakan yang dilakukan dilakukan siswa, guru dengan menasehati, memberikan sanksi. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tatatertib diantaranya kurangnya kesadaran dari siswa dan kerja sama orang tua serta upaya penanganannya dengan memberikan nasehat, peringatan atau sanksi disiplin, cara pembinaan dan
pendampingan siswa yang melanggar tatatertib sekolah.6
Penelitian keempat dilakukan oleh Messa Media Gusti, dengan judul “Pengaruh Kedisiplinan, Motivasi Kerja, dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMKN 1 Purworejo Pasca Sertifikasi”. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi ganda dengan taraf signifikan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja terhadap kinerja guru di SMKN 1 Purworejo pasca sertfikasi, dengan tingkat pengaruh variable kedisiplinan sebesar 0,106; (2) Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Motivasi kerja terhadap kinerja guru di SMKN 1 Purworejo pasca sertfikasi, dengan tingkat pengaruh variable Motivasi kerja sebesar 0,074; (3) Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi guru tentang kepemimpinam kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMKN 1 Purworejo pasca sertfikasi, dengan tingkat pengaruh persepsi guru tentang kepemimpinam kepala sekolah sebesar 0,027; (4) Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel disiplin kerja, motivasi kerja, dan persepsi guru tentang kepemimpinam kepala sekolah secara
6 Dwi Bintang Rahmawati dan I Made Arsana, Jurnal dengan judul “Hubungan Pelaksanaan Tatatertib
simultan terhadap kinerja guru di SMKN 1 Purworejo pasca sertfikasi, dengan tingkat
pengaruh sebesar 0,123.7
Efektivitas Hukum
Efektif adalah taraf sejauh mana suatu kelompok dapat mencapai tujuannya. Hukum dapat dikatakan efektif jika terdapat dampak hukum yang positif, pada saat itu hukum mencapai sasarannya dalam membimbing ataupun merubah perilaku manusia sehingga menjadi perilaku hukum. Sehubungan dengan persoalan efektivitas hukum, pengidentikkan hukum tidak hanya dengan unsur paksaan eksternal namun juga dengan proses pengadilan. Ancaman paksaan pun merupakan unsur yang mutlak ada agar suatu kaidah dapat dikategorikan sebagai hukum, maka tentu saja unsur paksaan inipun erat
kaitannya dengan efektif atau tidaknya suatu ketentuan atau aturan hukum.8
Penelitian efektifitas hukum menelaah efektifitas suatu peraturan perundang-undangan (berlakunya hukum) pada dasarnya merupakan penelitian perbandingan antara realitas hukum dengan idial hukum. Idial hukum menurut. Donald Black adalah kaidah hukum yang dirumuskan dalam undang-undang atau keputusan hakim (law in
books). Dengan merujuk principle of effectiveness dari Hans Kelsen, realitas hukum
artinya orang seharusnya bertingkah laku atau bersikap sesuai dengan tata kaidah
hukum.9
Alasan perlunya pengenalan hukum kepada warga msyarakat demi terwujudnya perilaku hukum. Pengenalan hukum merupakan persoalan pelembagaan hukum. Dikenalnya hukum dalam masyarakat, merupakan hasil proses pelembagaan hukum. Apabila proses pelembagaan mendapat tanggapan positif, berarti usaha menanamkan
hukum pada msyarakat efektif.10 Faktor-faktor yang menentukan seseorang berperilaku
tertentu: Memperhitungkan untung rugi, Menjaga hubungan baik dengan sesamanya
7Messa Media Gusti, Jurnal dengan judul “Pengaruh Kedisiplinan, Motivasi Kerja, dan Persepsi Guru
Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMKN 1 Purworejo Pasca Sertifikasi”.( Yogyakarta: 2012)
8 Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum dan Penerapan Sanksi, (Bandung : CV. Ramadja Karya, 1988),
hal 80
9 Dalam Soleman B. Taneko, Pokok-pokok Studi Hukum Dalam Masyarakat, Rajawali Pers, Jakarta,
1993, Halaman. 49. Dikutip oleh Dr. Amiruddin, S.H., M.Hum. dan Prof. Dr. H. Zainal Asikin, S.H., S.U. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2016, Halaman 137
10 Dr. Amiruddin, S.H., M.Hum. dan Prof. Dr. H. Zainal Asikin, S.H., S.U. Pengantar Metode Penelitian
atau penguasa, Sesuai dengan hati nuraninya dan Adanya tekanan-tekanan tertentu11. Bagi studi hukum dalam masyarakat maka yang penting adalah hal berlakunya hukum secara sosiologis, yang intinya adalah efektivitas hukum. Studi efektivitas hukum merupakan suatu kegiatan yang memperlihatkan suatu strategi perumusan masalah yang bersifat umum, yaitu suatu perbandingan antara realistas hukum dan ideal hukum, secara khusus terlihat jenjang antara hukum dalam tindakan (law in action) dengan hukum dalam teori (law in theory), atau dengan perkataan lain, kegiatan ini akan
memperlihatkan kaitan antara law in book dan law in action.12
Sanksi merupakan salah satu siasat yang diterapkan dalam kaidah hukum supaya masyarat dalam mematuhi atura-aturan hukum. Sanksi juga memiliki kriteria yang berbeda bias ringan, sedang atau berat, bias juga sangksi positif maupun negative. Dengan adannya sanksi di harapkan masyarakt dapat bertindak dengan baik, dan mematuhi segala larangan yang telah di undang-undangkan. Hal ini di perlukan beberapa siat supaya hukum yang telah di buat dampat meberikan efek jera bagi masyarakat yang melanggar. Oleh karena itu hukum yang telah di buat harus di komunikasin dengan sebaik mungkin, supaya pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
Komunikasi hukum sendiri mempunya peran penting dalam merubah prespsi masyarakat, karena jika komunikasi hukum dapat berjalan dengan baik maka masyarakat akan memberikan pandangan yang baik, tetapi sebaliknya jika komunikasi hukum tidak berjalan secara baik maka masyarakat akan memberikan persepsi buruk yang menyababkan masyarakat berperilaku secara buruk. Apabila ada satu masalah yang tidak bias di komunikasin secara baik maka akan menimbulkan kesulitan yang
menyebabkab terjadinnya frustasi, tekanan, atau bahkan konflik bagi penegak hukum.13
Teori Efektifitas Hukum
Dalam meneliti efektifitas hukum menjadi relevan memanfatkan teori aksi (action theory) dalam penyusunan kerangka teori. Teori aksi diperkenalkan oleh Max
11 Soerjono Soekanto, Efektivikasi Hukum dan Peranan Sanksi, Ramadja Karya, 1985), hal 19-20 Dikutip
oleh Dr. Amiruddin, S.H., M.Hum. dan Prof. Dr. H. Zainal Asikin, S.H., S.U. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2016, Halaman 141
12 Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 13 Soerjono Soekanto, Efektifitas Hukum, (2011: 26)
Weber kemudian dikembangkan oleh Talcott Parsons. Menurut teori aksi, perilaku adalah hasil suatu keputusan subjektif dari pelaku atau actor. Kemudian, dalam bukunya The Structure of Social Action, Parsons mengemukakan karakteristik tindakan
social (Social Action) sebagai berikut:14
a. Adanya individu sebagai actor.
b. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan.
c. Aktor memilih alternatif cara, alat dan teknik untuk mencapai tujuannya.
d. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi-kondisi situasional yang membatasi tindakannya dalam mencapai tujuannya. Kendala tersebut berupa situasi dan kondisi sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu. Misalnya kelamin dan tradisi.
e. Aktor berada di bawah kendala nilai-nilai, norma-norma, dan bebagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan. Contohnya adalah kendala kebudayaan.
Indikator atau Faktor-Faktor Efektifitas Hukum
Menurut Berl Kutschinsky, dikemukakan empat indikator keasadaran hukum,
yaitu:15 Peraturan-peraturan hukum (law awareness), isi peraturan hokum (law
acquitance), sikap hukum (law attitude), perilaku hukum (legal behavior).
Masing-masing indikator tersebut mempunyai tingkat kesadaran tertentu, mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas hukum
menurut Soerjono Soekanto antara lain sebagai berikut:16
a. Faktor Hukum
Hukum mengandung unsur keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Dalam praktik penerapannya tidak jarang terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan.
14 Goerge Ritzer, Sosiologi, Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Saduran Alimandan, Rajawali
Pers, Jakarta, 1984. Dikutup dari: Dr. Amiruddin, S.H., M.Hum. dan Prof. Dr. H. Zainal Asikin, S.H., S.U. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2016, Halaman 142
15 Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, tt. Dikutip oleh
Dr. Amiruddin, S.H., M.Hum. dan Prof. Dr. H. Zainal Asikin, S.H., S.U. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2016, Halaman 138
Kepastian hukum sifatnya mutlak, sedangkan keadilan bersifat abstrak hal ini disebabkan karena setiap perkara yang sudah di putuskan oleh ketua hakim, hakim akan menerapkan secara undang-undang walaupun eksekusinnya tidak sesuai dengan yang telah di putuskan. Oleh karena itu ketika ada suatu permasalahan yang terjadi yang harus di dahulukan adalah keadilan, Karen dalam hukum selain undanga-undang, faktor lain juga perludi pertimbangkan.
b. Faktor Penegak Hukum
Seseorang yang baergabung dalam pembentukan atau penerapan hukum bias desbut dengan penegak hukum (law enforcement). Law enforcement berfungsi sebagai seseorang yang mampu memberikan kepastian, keadilan, dan kemanfaatan hukum secara proporsional, seperti kepolisian, kejaksaan, kehakiman, penasehat hukum dan petugas sipir lembaga pemasyarakatan. Sedangakan apatur penengak hukum meliputi institusi penegak hukum. Baik aparatur maupun apparat penegak hukum memiliki tugas untuk melaporkan penyelidikan, melakukan penuntutan, pembuktian, memberikan jatuhan vonis dll.
Ada beberapa upaya yang dapat mempengaruhi kinerja apparat dan aparatur hukum seperti: Institusi penegak hukum, budaya kerja dan perangkat peraturan yang mendukung kinerja untuk lebih baik. Ketiga upaya ini harus di perhatikan dengan sangat baik, supay hukum yang dilakukan dapat berjalan secara normal.
c. Faktor Sarana atau Fasilitas Hukum
Faktor fasilitas yang di maksud dalam pengertian ini yaitu fasiltas pendudkung yang dapat mencapai suatu tujuan dalam penegakan hukum. Fasilitas pendukung berupa tenaga manusia yang berpendidikan yang terampil dalam segala hal, selain itu juga peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dll. Banyak permasalah yang sering terjadi fasilitas yang disediakan tidak lengkap, padahal peraturan yang di buat sudah di jalakan sedemikian baik. Hal ini lah yang menyebabkan adanya pro dan kontra dalam proses penegakan hukum.
d. Faktor Masyarakat
Dengan melibatkan lapisan-lapisan sosial, pemegang kekuasaan dan penegak hukum itu sendiri. Perumusan hukum juga harus memerhatikan hubungan antara
perubahan-perubahan sosial dengan hukum yang pada akhirnya hukum bisa efektif sebagai sarana pengatur perilaku masyarakat. Penegakan hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam masyarakat. Masyarakat mempunyai pendapat-pendapat tertentu mengenai hukum. Artinya, efektivitas hukum juga bergantung pada kemauan dan kesadaran hukum masyarakat. Kesadaran yang rendah dari masyarakat akan mempersulit penegakan hukum, adapun langkah yang bisa dilakukan adalah sosialisasi.
e. Faktor Kebudayaan
Salah satu yang menjadi faktor budaya adalah masyarakat, hal ini dikarenakan system yang terjandung dalam nilai-nilai spiritual atau nonmaterial termasuk dalam kebudayaa. Oleh karena itu dalam hukum akan selalu mencakup tentang struktur kebudayaan dalam masyarakat. Struk tersebut akan menjadi wadah dalam dalam tatanan lembaga hukum secara formal yang dapat mempengaruhi kewajiban dan hak-haka dalam hukum.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum yuridis sosiologis (socio legal
research) yang berfungsi untuk menelaah penerapan peraturan undang-undang dalam
lingkungan masyarakat.17 Peneltian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Kepanjen dan SMA
PGRI 1 Kromengan di Kabuapten Malang. Alasan kenapa peneliti memilih sekolah itu merupakan representasi dari sekolah terbaik dan sekolah swasta biasa yang ada di Kabupaten Malang, dimana sekolah terbaik tersebut menjadi rujukan dari sekolah-sekolah lain di Kabupaten Malang. Sedangkan sekolah-sekolah swasta biasa dipilih untuk mewakili sekolah yang tidak menjadi pilihan atau rujukan sekolah lainnya. Tidak hanya itu sekolah terbaik tersebut juga di kenal mampu melaksanakan tatatertib sekolah terhadap peserta didiknya, yang di tandai dengan beberapa kali memperoleh penghargaan dari pemerintah (Dinas Pendidikan). Sedangkan sekolah swasta biasa tidak memiliki prestasi seperti sekolah terbaik. Menggunakan dua sekolah tersebut dimaksudkan untuk membandinglan penegakan disipilin tatatertrib dengan ukuran konsep efektifitas penegakan aturan hokum.
Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer berupa peraturan tatatertib peserta didik SMK Negeri 1 Kepanjen dan SMA 1 PGRI
Kromengan di Kabupaten Malang18. Selain itu peneliti juga menggunakan data
berdasarkan PP Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru, dan data terakhir yang digunakan yaitu pedoman tatatertib peserta didik dikedua sekolah tersebut. Data primer ini diperoleh peneliti dengan melakukan observasi dua sekolah tersebut dan melalui webside Dinas Pendidikan Propinsi maupun Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari pengalaman, implementasi dan pelaksanaan pedoman tatatertib disiplin peserta didik SMK Negeri 1 Kepanjen dan SMA PGRI 1 Kromengan di Kabupaten Malang, data-data ini diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, bidang tatatertib serta guru BK di kedua sekolah tersebut. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis diskriptif kualitatif yang berusaha untuk menguraikan hasil-hasil penelitian yang di peroleh di lokasi penelitian yang kemudian di analisis secara kualitatif berdasarkan temuan dan pengalaman yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian tatatertib peserta didik.
PEMBAHASAN
Sebagaimana dikemukakan Soerjono Soekanto19 bahwa implemetasi peraturan
perundangan dimasyarakat bergantung pada 5 hal yaitu: 1. Subtansi Peraturan perundang-undangannya, 2. Struktur Penegakan hukumnya (apparat penegak hukum), 3. Sarana prasarana yang menjadi fasilitas penegakan hukum, 4. Budaya hukum di lingkungan masyarakat dan 5. Sarana Prasarana pendukung pelaksanaan peratura. Kelima faktor di atas saling berkaitan dan merupakan esensi dari penegakan hukum, yang merupakan tolak ukur dari pada efektivitas penegakan hukum. Pada elemen pertama, yang dapat menentukan hukum itu dapat berfungsi dengan baik atau tidak dari aturan hukum itu sendiri apakah bias dijalankan atau tidak. Berikut akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengacu pada lima hal tersebut;
18 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kompleks Kemdikbud Gedung E Lantai 5 Jl.
Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015
Implementasi Pedoman Tatatertib Sekolah dari Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur kedalam Tatatertib Sekolah di SMK Negeri Kepanjen dan di SMA 1 PGRI Kromengan.
1. Dasar Hukum Penerapan Tata Tertib di Sekolah SMK Negeri 1 Kepanjen dan SMA PGRI 1 Kromengan.
Setiap penerapan peraturan, semestinnya mempunyai dasar hukum dalam penyusunan maupun penerapannya. Berdasarkan kajian dokumen dan wawancara tentang tatatertib di sekolah SMK Negeri 1 Kepanjen, yang disusun berdasarkan pedoman tatatertib sekolah yang di terbitkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Timur Tahun 201820. Berdasarkan panduan tersebut dasar hukum penyusunan tata
tertib adalah 1. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2. PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan Pasal 52 poin G, 3. Permendikbud No. 45 Tahun 2014 tentang pakaian seragam sekolah, 4. UU No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambung Negara, dan 4. Surat edaran Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur tentang tata tertib peserta didik SMK Provinsi Jawa Timur Tahun 2018.
Apabila dipelajari secara mendalam, menunjukan bahwa penyebutan Dasar Hukum-Dasar Hukum dalam pendoman tatatertib yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur tidak menyebut pasal tertentu, bahwa penyebutan peraturan yang menjadi dasar hukum hanya bersifat umum. Di SMK Negeri 1 Kepanjen penetatapan tata tertib peserta didik di sekolah tersebut, merujuk kepada pedoman yang di terbitkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, tetapi kepala sekolah tidak membuat surat keputusan terkait dengan aturan tata tertib. Tetapi pihak
sekolah menerbitkan buku panduan tata tertib siswa dengan poin pelanggarannya21.
Berdsarkan data tersebut menunjukan bahwa penyusunan tata tertib peserta didik di SMK Negeri 1 Kepanjen cukup lengkap, tetapi dasar hukum penetapannya tidak dalam bentuk keputusan kepala sekolah. Maka kedudukan hukumnya tidak memiliki
20 Panduan tata tertib peserta didik sekolah SMK Profinsi Jawa Timur Tahun 2018, tersedia dalam https://www.smkn1buduran.sch.id/images/files/Tatib%20SMK%20%202018-1.pdf (diakses, 23 Juli 2019)
21 Wawancara dengan Pak Arifin, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Negeri 1
kekuatan hukum yang mengikat, apabila ditinjau dari metode penyusunan peraturan dan tertib peraturan perundang-undangan.
Kondisi yang berbeda di temukan di SMA PGRI 1 Kromengan, menurut
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan22, penyusunan tatatertib di sekolah tersebut
di susun berdasarkan pedoman internal yayasan PGRI yang pada dasarnya memberikan tugas kepada Kepala Sekolah untuk menyusun tata tertib sendiri. Sehingga dengan demikian dasar hukum penyusunan tata tertib peserta didik tidak merujuk kepada pedoman tata tertib sekolah SMA yang di terbitkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Secara hukum kedudukan aturan tata tertib tidak mempunyai dasar mengikat, baik kepada siswa maupun kepada guru. Dengan demikian penegakan tata tertib akan berdampak pada lemahnya kedudukan hukum peraturan tata tertib maupun keputusan dalam pelaksanaannya.
2. Konsistensi Penerapan Aturan Tata Tertib di Sekolah SMK Negeri 1 Kepanjen dan SMA PGRI 1 Kromengan.
Bahwa untuk mengetahui konsistensi peraturan tatatertib sekolah, berikut ini merupakan perbandingan tabel tata tertib peserta didik di SMK Negeri 1 Kepanjen dan SMA PGRI 1 Kromengan dengan Pedoman Taatertib SMK dan SMA dari Dinas Pendikan Provinsi Jawa Timur. Sebelumnya perlu disampaikan bahwa pedoman tatatertib peserta didik sekolah yang disampaikan oleh Dinas Pendidikan Jawa Timur, disampaikan secara terpisah antara untuk peserta didik SMA dengan peserta didik SMK, namun apabila diceramti secara seksama ternyata secara substantive tidak berbeda, berikut dua perbandingan dimaksud.
Tabel 1. Perbandingan Tata Tertib Siswa / Peserta Didik SMK Negeri 1 Kepanjen dan Pedoman Tata Tertib SMK dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Tata Tertib Peserta Didik Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Provinsi Jawa Timur Tata Tertib Siswa SMK Negeri 1 Kepanjen
I. Dasar Hukum
1. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Penddidikan Nasional;
2. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan Pasal 52 poin G; 3. Permendikbud No. 45 Tahun 2014 tentang pakaian
Tidak menyebutkan dasar hokum, dicetak dalam buku Kendali Siswa
22 Wawancara dengan Pak Harus Rasyid, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMA PGRI 1
seragam sekolah;
4. Undang-undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan lambung Negara.
II. Hal Masuk Sekolah.
1. Bel masuk dibunyikan pukul 06.30 dan peserta didik hadir di sekolah 15 menit sebelum bel berbunyi. (waktu disesuaikan sengan kondisi sekolah di daerah masing-masing);
2. Sebelum memulai pembelajaran peserta didik berdoa bersama, dilanjutkan menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 stanza dengan sikap sempurna, dan literasi selama 15 menit;
3. Jam belajar dimulai:
a. Senin s.d Rabu : Pukul 06.45 – 13.30 (Jam I s.d. XII)
b. Kamis : Pukul 06.45 – 15.00 (Jam I s.d X) c. Jum’at : Pukul 06.45 s.d 11.30 (Jam 1 s.d VI) d. Sabtu : Pukul 06.45 s.d 13.30 (Jam I s.d XII)
Wajtu di atas menyesuaikan kondisi sekolah di daerah masng-masing dengan durasi waktu @45 menit/jam pelajaran)
4. Peserta didik dinyatakan terlambat jika peserta didik datang ke sekolah setelah bel masuk berbunyi. 5. Peserta didik yang datang terlambat wajib lapor pada
petugas piket, dengan menerima konsekuensi. Konsekuensi di atas menyesuaikan kondisi sekolah di daerah masng-masing. Ketebtuan terlambat di atas berlaku 1 semester.
6. Peserta didik yang tidak masuk sekolah karena sakit atau keperluan penting lain wajib memberi informasi tertulis dari orang tua / wali peserta didik paling lambat 2 (dua) hari setelah tanggal tidak masuk. Apabila informasi tertulis di terima lebih dari 2 hari peserta didik di anggap atau dicatat alpa (membolos). 7. Peserta didik tidak boleh meninggalkan kelas selama jam pelajaran berlangsung sebelum mendapat izin dari guru di kelas, disertai surat permohonan izin. 8. Peserta didik tidak boleh meninggalkan sekolah
selama jam pelajaran berlangsung sebelum mendapat izin dari guru di kelas, guru piket, wakil kepala sekolah.
9. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan do’a dan menyanyikan salah satu lagu daerah / nasional.
Tidak disebutakan tersendiri, tetapi di gabung dengan kewajiban peserta didik.
III. Kewajiban Peserta Didik
1. Pesera didik wajib menghormati dan taat pada Kepala Sekolah, guru, staf TU dan Karyawan sekolah.
2. Peserta didik ikut bertanggung jawab atas terselenggarannya kebersihan, keindahan, kelestarian lingkungan dan keamanan, serta kelancaran kegiatan belajar mengajar.
3. Peserta didik wajib menumbuhkan dan memelihata rasa kekeluargaan sesame warga sekolah.
4. Peserta didik memakai seragam dan atribut yang telah ditentukan:
A. Pakaian:
1) Pakaian seragam nasional (putih abu-abu) adalah pakaian yang dikenakan pada hal belajar oleh peserta didik si sekolah, yang jenis, model, dan warnannya sama berlaku secara nasional.
a) Pakaian seragam nasional dikenakan
I. Kewajiban Siswa
1. Bersikap sopan dan menghormati Kepala Sekolah, Bapak / Ibu Guru, staf dan karyawan, baik di sekolah maupun di luar sekolah serta sesame siswa dengan mengutamakan akhlaqul karimah.
2. Berpakaian seragam sekolah dengan atribut lengkap:
a. Senin – Selasa: Baju putih bersaku dua dan celana putih.
b. Rabu – Kamis: Baju putih bersaku satu dan celana abu-abu.
c. Jum’at – Sabtu: Pramuka Seragam jurusan / bengkel laboratorium sesuai ketentuan.
3. Seragam sekolah harus sesuai dengan ketentuan yang telah di tetapkan, baik atribut maupun modal potongan.
4. Siswa perempuan harus menggunakan kaos dalam dan tidak bercorak / berwarna kontras.
pada hari Senin, Selasa, dan pada hari lain saat pelaksanaan Upacara Bendera.
b) Pada saat Upacara Bendera dilengkapi topi pet, ikat pinggang warna hitam, dan dasi sesuai warna seragam masing-masing jenjang sekolah, dilengkapi dengan logo tut wuri handayani di bagian depan topi. 2) Selain hari senin dan selasa peserta didik dapat menggenakan pakain seragam kepramukaan atau pakaian seragan khas sekolah (batik dll) yang diatur oleh masing-msing sekolah.
3) Pakaian seragam khas sekolah adalah pakaian seragam bercirikan karakteristik sekolah yang dikenakan oleh peserta didik pada hari tertentu, dalam rsngka meningkatkan kebanggaan peserta didik terhadap sekolahnya.
4) Atribut adalah kelengkapan pakaian seragam nasional yang menunjukan identitas masing-masing sekolah terdiri dari badge organisasi kesiswaan, abdge merah putih, badge nama peserta didik, badge nama sekolah dan nama kabupaten / kota.
B. Sepatu dan kelengkapan lain di atur sesuai kondisi sekolah di daerah masing-masing. C. Rambut dan Makeup:
1) Berambut pendek rapi, tidak gondrong dan tidak dicat warna serta tidak gundul, tidak dimodel garis atau dimodel panjangan pada bagian belakangnya (untuk putra).
2) Tidak memakai anting, tindik, tato, kalung, gelang dan rantai disaku (untuk putra).
3) Rambut disisir rapi, tidak boleh divat warna, disambung (untuk putri). 4) Tidak memakai perhiasan berlebihan,
tato, tindik telingga lebih dari 1 (satu). (Putri).
5) Alis tidak di cukur dan tidak memakai kosmetik berlebihan.
6) Tidak diperbolehkan pakai cat kuku (untuk putri).
5. Penggunaan HP di atur sesuai kondisi sekolah di daerah masing-masing.
6. Peserta didik wajib mengikuti kegiatan yang diselnggarakan oleh sekolah.
7. Peserta didik mengikuti 1 kegiatan ekskul wajib (kepramukaan) dan 1-2 kegiatan ekstra pilihan yang ada di sekolah.
8. Mengembangan rasa ikut memiliki dan memelihara sarana prasarana dan investaris kelas yang ada di sekolah.
9. Mnjaga nama baik di dalam maupun di luar sekolah.
10. Menjaga kebersihan dan ketertiban masing-masing kelas.
5. Siwa perempuan yang berjilbab, senin sampai kemis berjilbab warna putih dan jum’at – sabtu berjilbab warna coklat.
6. Siswa perempuan yang tidak berjilbab, rambut yang melebihi kerah baju belakang, harus diikat.
7. Menggunakan kaos kaki panjang minimal 15 cm dari mata kaki (warna putih untuk senin – kamis dan warna hitam untuk jum’at – sabtu). 8. Berikat pinggang warna hitam ukuran
maksimal 5 cm dan bergesper standar. 9. Rambut siswa putra tidak boleh melebihi
kerah baju belakang atau (1,2,3 cm)
10. Kehadiran siswa di sekolah paling lambat 10 menit sebelum jam pelajaran dimulai. 11. Pelajaran pertama dimulai pada jam 07.00
WIB.
12. Pintu gerbang di tutup jam 06.50 WIB. 13. Apabila siswaterlambat, langsung diberi surat
panggilan orang tua saat itu dan di proses oleh petugas tatatertib sebelum masuk kelas.
14. Siswa yang tidak masuk sekolah harus diizinkan langsung oleh orang tua wali / ke sekolah.
15. Siswa yang tidak masuk sekolah karena sakit (maksimal 2 hari), harus ada surat keterangan dokter.
16. Siswa yang meninggalkan sekolah atau pelajaran karena suatu hal, harus mendapat izin dari guru mata pelajaran, guru, piket, dan petugas tatatib.
17. Memelihara fasilitas kelas, menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan, dan keindahan kelas yang ditempati berdasarkan prinsip kekeluargaan (handarbeni).
18. Menyelesaikan adminstrasi sekolah selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulan.
19. Siswa yang membawa sepeda motor ke sekolah harus di lengkapi dengan STNK, SIM, dan helm standar.
20. Sepeda motor yang di bawa ke sekolah harus lengkap dan standar.
21. Kendaraan harus di parkir di tempat yang telah disediakan dan terkunci serta helm harus diamankan sendiri.
IV. Larangan Peserta Didik
1. Peserta didik mkelas / sekolah tanpa izin.
II. Larangan-Larangan
2. Peserta didik melakukan kegiatan yang bertentangan dengan norma hukum, agama dan masyarakat.
3. Membawa barang di luar kebutuhan belajar dan alat komunikasi. Apabila tetap membawa segala resjiko kehilangan dan kerusakan menjadi tanggung jawab pribadi.
4. Peserta didik yang tidak memiliki SIM dan kelengkapan kendaraan, mengendarai kendaraan bermotor ke sekolah.
5. Peserta didik membawa, menggunakan dan mengedarkan;
a. Rokok. b. Narkoba.
c. Minuman dan sejenisnya yang memabukkan; d. Senajat tajam; dan
e. Serta barang lain yang berhubungan denggan kegiatan sekolah.
6. Peserta didik melakukan intimidasi (fisik dan psikis), bullying dan SARA.
7. Merusak sarana dan prasarana sekolah.
pelajaran, kecuali dengan alasan tertentu dan atas izin pengajaran, guru piket, dan petugas piket tatertib.
2. Membeli makanan minuman di luar sekolah. 3. Meminjam uang kepada sesame teman. 4. Mengganggu jalannya pelajaran, baik di kelas
sendiri maupun kelas lain.
5. Berada dan bermain-main di tempat parker. 6. Merokok di dalam dan di lingkungan sekolah. 7. Memelihara kuku panjang, berpakaian yang
tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, serta bersolek / berhias yang berlebihan dan tidak pantas dilakukan oleh seorang siswa.
8. Menggunakan perhiasan (emas) yang berlebihan.
9. Mewarnai atau menyemir rambut.
10. Memakai kalung, gelang, dan anting bagi siswa laki-laki.
11. Memakai seragam sekolah di tempat yang tidak ada hubungannya dengan pendidikan dan pengajaran (diskotik, bar, rental, PS dan mall). 12. Menerima tamu tanpa izin piket.
13. Membawa senjata api, senjata tajam dalam bentuk apa pun yang tidak ada hubungannya dengan pendidikan dan pembelajarannya di sekolah.
14. Membawa tip ex csir untuk emnghapus tulisan. (Penyelahgunaan Pemakaian)
15. Membawa, menyimpan, dan mengedarkan minuman keras dan NARKOBA.
16. Membawa, menyimpan, dan mengedarkan buku bacaan porno, film, media lainnya yang tidak sesuai dengan pendidikan dan pengajaran serta bertentangan dengan norma susila dan nilai budaya nasional.
17. Berkelahi, baik perseorangan maupun massal. 18. Mengaktifkan HP selama PBM berlangsung. 19. Melakukan tindakan yang mengakibatkan
kerugian dan kerusakan material milik sekolah maupun milik perorangan.
20. Membentuk organisasi selain OSIS maupun kegiatan lainnya tanpa izin kepala sekolah. 21. Melakukan tindakan yang bersifat asusila atau
bertentangan dengan nilai-nilai agama. 22. Menikah selama masih dalam proses belajar. 23. Masuk atau keluar dari lingkungan sekolah
dengan cara melompat pagar atau melewati jalan yang tidak semestinnya.
V. Hak Peserta Didik
1. Presensi kehadiran peserta didik di atur sesuai kebijakan sekolah di daerah masing-masing. 2. Peserta didik meggunakan sarana dan prasarana
sekolah setelah mendapat izin sekolah. 3. Peserta didik mendapat perlakuan yang sama. 4. Peserta didik mengikuti kegiatan sekolah dan. 5. Peserta didik mendapatkan pelajaran agama sesuai
yang dianutnya.
III. Hak Siswa
1. Siswa berhak mengikuti pelajaran selama tidak melanggar tat tertib SMK Negeri 1 Kepanjen. 2. Siwa di perbolehkan meminjam buku di
perpustakaan sekolah dengan ketentuan mentaati peraturan perpustakaan yang berlaku. 3. Siwa berhak mendapatkan perlakukan yang
sama dengan siswa lain selama tidak melanggar tata tertib.
VI. Lain-Lain.
1. Penerapan tatatertib di atas disesuaikan dengan kondisi sekolah dan daerah masing-masing; 2. Hal-hal lain yang tidak tercantum dalam tat tertib
ini akan diatur kemudian;
IV. Sanksi –Sanksi
Siswa yang melanggar peraturan / tata tertib sekolah akan dikenakan sanksi dalam bentu poin sesuai dengan pelenggaran yang telah dilakukan. Apabila seorang siswa telah mencapai 150 poin,
3. Tata tertib ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
maka siswa tersebut akan dikembalikan kepada orang tuannya. Bobot 150 poin yersebut berlaku selama siswa belajar di SMK Negeri 1 Kepanjen untuk setiap tingkat. Poin pelanggaran ini juga menjadi salah satu kriteria atau persyaratan untuk menentukan naik tidaknya atau lulus tidaknnya siswa.
Sumber : Panduan tata tertib peserta didik SMK Dinas Propinsi Jatim 2018 dan Buku Knedali Siswa SMK Negeri 1 Kepanjen 2018
Dari table 1 perbandingan tersebut, dapat dikemukakan beberapa temuan yang menunjukkan bahwa secara subtantif, materi tata tertib yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur, telah diadopsi dengan baik oleh SMK Negeri 1 Kepanjen, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa;
1. Bahwa sistematika tata tertib peserta didik SMK Negeri 1 Kepanjen mempunyai sistematika yang tidak sama dengan Tata Tertib Peserta Didik SMK yang disusun oleh Dinas Pendiidkan Jawa Timur.
2. Meskipun demikian, dapat diketahui bahwa materi atau substansi norma aturan dari tata tertib peserta didik SMK tersebut, memiliki norma yang tidak berbeda dengan pedoman yang dibuat oleh Dinas Pendidikan Jawa Timur.
3. Bahwa norma tata tertib peserta didik SMK yang dirumuskan Dinas Pendidikan Jawa Timur tersebut memuat nilai-nilai tata tertib yang sesuai dan dibutuhkan oleh SMK Negeri 1 Kepanjen, dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola dan penyelenggara pendidikan jenjang menengah atas.
Selanjutnya akan diuraikan tentang, penerapan pedoman tata tertib peserta didik untuk jenjang SMA. Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa untuk jenjang SMA, peneliti melakukan kajian di SMA PGRI 1 Kromengan. Sekolah ini, merupakan sekolah yang dikelola oleh swasta yaitu Yayasan Pendidikan PGRI. Sekolah ini dipilih dengan pertimbangan bahwa, sekolah ini mewakili jenjang pendidikan SMA yang dikelola swasta, dan bertempat tidak diperkotaan (rural), yang berbeda dengan SMK Negeri 1 Kepanjen yang di kota (urban).
Tabel 2 Perbandinagn Tata tertib Siswa / Peserta Didik Sekolah Menengah Atas (SMA) Provinsi Jawa Timur dengan SMA PGRI 1 Kromengan
Tata Tertib Peserta Didik Sekolah Menengah Atas
(SMA) Provinsi Jawa Timur Tata Tertib Siswa SMA PGRI 1 Kromengan
I. Dasar Hukum
1. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Penddidikan Nasional;
2. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan Pasal 52 poin G; 3. Permendikbud No. 45 Tahun 2014 tentang
pakaian seragam sekolah;
4. Undang-undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan lambung Negara.
I. Tidak Menyebutkan dasar hokum
Peraturan tata tertib yang ditempel di kelas dan ditandatangi oleh kepala sekolah.
II. Hal Masuk Sekolah.
1. Bel masuk dibunyikan pukul 06.30 dan peserta didik hadir di sekolah 15 menit sebelum bel berbunyi. (waktu disesuaikan sengan kondisi sekolah di daerah masing-masing);
2. Sebelum memulai pembelajaran peserta didik berdoa bersama, dilanjutkan menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 stanza dengan sikap sempurna, dan literasi selama 15 menit;
3. Jam belajar dimulai:
a. Senin s.d Rabu : Pukul 06.45 – 15.00 (Jam I s.d. X)
b. Kamis : Pukul 06.45 – 15.45 (Jam I s.d IX) c. Jum’at : Pukul 06.45 s.d 11.20 (Jam 1 s.d VI)
Wajtu di atas menyesuaikan kondisi sekolah di daerah masng-masing dengan durasi waktu @45 menit/jam pelajaran)
4. Peserta didik dinyatakan terlambat jika peserta didik datang ke sekolah setelah bel masuk berbunyi.
5. Peserta didik yang datang terlambat wajib lapor pada petugas piket, dengan menerima konsekuensi. Konsekuensi di atas menyesuaikan kondisi sekolah di daerah masng-masing. Ketebtuan terlambat di atas berlaku 1 semester. 6. Peserta didik yang tidak masuk sekolah karena
sakit atau keperluan penting lain wajib memberi informasi tertulis dari orang tua / wali peserta didik paling lambat 2 (dua) hari setelah tanggal tidak masuk. Apabila informasi tertulis di terima lebih dari 2 hari peserta didik di anggap atau dicatat alpa (membolos).
7. Peserta didik tidak boleh meninggalkan kelas selama jam pelajaran berlangsung sebelum mendapat izin dari guru di kelas, disertai surat permohonan izin.
8. Peserta didik tidak boleh meninggalkan sekolah selama jam pelajaran berlangsung sebelum mendapat izin dari guru di kelas, guru piket, wakil kepala sekolah.
9. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan do’a dan menyanyikan salah satu lagu daerah / nasional.
II. Hal Masuk Sekolah
1. Bel Masuk sekolah dibunyikan jam 07.00 2. Jam belajar dimulai:
a. Senin s.d Kamis : Pukul 06.45 – 15.00 (Jam I s.d. X)
b. Jum’at : Pukul 06.45 s.d 11.20 (Jam 1 s.d VI)
c. Sabtu hari ekstra
3. Peserta didik yang datang terlambat wajib lapor pada petugas piket.
4. Peserta didik yang tidak masuk sekolah karena sakit atau keperluan penting lain wajib memberi informasi tertulis dari orang tua / wali.
5. Peserta didik tidak boleh meninggalkan sekolah selama jam pelajaran berlangsung sebelum mendapat izin dari guru
III. Kewajiban Peserta Didik
1. Pesera didik wajib menghormati dan taat pada Kepala Sekolah, guru, staf TU dan Karyawan sekolah.
2. Peserta didik ikut bertanggung jawab atas
III. Kewajiban Peserta Didik
1. Peserta didik menghormati kepala sekolah, guru dan staf sekolah;
2. Bergaul dengan baik, kekeluargaan dan menjaga sopan santun, dengan sesame
terselenggarannya kebersihan, keindahan, kelestarian lingkungan dan keamanan, serta kelancaran kegiatan belajar mengajar.
3. Peserta didik wajib menumbuhkan dan memelihata rasa kekeluargaan sesame warga sekolah.
4. Peserta didik memakai seragam dan atribut yang telah ditentukan:
A. Pakaian:
1) Pakaian seragam nasional (putih abu-abu) adalah pakaian yang dikenakan pada hal belajar oleh peserta didik si sekolah, yang jenis, model, dan warnannya sama berlaku secara nasional.
a) Pakaian seragam nasional dikenakan pada hari Senin, Selasa, dan pada hari lain saat pelaksanaan Upacara Bendera. b) Pada saat Upacara Bendera
dilengkapi topi pet, ikat pinggang warna hitam, dan dasi sesuai warna seragam masing-masing jenjang sekolah, dilengkapi dengan logo tut wuri handayani di bagian depan topi.
2) Selain hari senin dan selasa peserta didik dapat menggenakan pakain seragam kepramukaan atau pakaian seragan khas sekolah (batik dll) yang diatur oleh masing-msing sekolah. 3) Pakaian seragam khas sekolah adalah
pakaian seragam bercirikan karakteristik sekolah yang dikenakan oleh peserta didik pada hari tertentu, dalam rsngka meningkatkan kebanggaan peserta didik terhadap sekolahnya.
4) Atribut adalah kelengkapan pakaian seragam nasional yang menunjukan identitas masing-masing sekolah terdiri dari badge organisasi kesiswaan, abdge merah putih, badge nama peserta didik, badge nama sekolah dan nama kabupaten / kota. B. Sepatu dan kelengkapan lain di atur
sesuai kondisi sekolah di daerah masing-masing.
C. Rambut dan Makeup:
1) Berambut pendek rapi, tidak gondrong dan tidak dicat warna serta tidak gundul, tidak dimodel garis atau dimodel panjangan pada bagian belakangnya (untuk putra).
2) Tidak memakai anting, tindik, tato, kalung, gelang dan rantai disaku (untuk putra).
3) Rambut disisir rapi, tidak boleh divat warna, disambung (untuk putri). 4) Tidak memakai perhiasan berlebihan,
tato, tindik telingga lebih dari 1 (satu). (Putri).
5) Alis tidak di cukur dan tidak memakai
peserta didik;
3. Menjaga kesersihan dan kerapian sekolah dan lingkungan;
4. Memakai seragam khas sekolah sesuai jadwal yang ditentukan;
5. Memakai sepatu;
6. Berambut rapi, tidak gonrong atau panjang, tidak memakai anting, dan tidak merubah warna rambut;
7. Bagi perempuan berambut rapi, tidakj memakai perhiasan berlebihan, dan tidak bermekup berlebihan;
8. Membawa perlengkapan dan peralatan sekolah, dengan rapi dalam tas sekolah yang baik.
kosmetik berlebihan.
6) Tidak diperbolehkan pakai cat kuku (untuk putri).
5. Penggunaan HP di atur sesuai kondisi sekolah di daerah masing-masing.
6. Peserta didik wajib mengikuti kegiatan yang diselnggarakan oleh sekolah.
7. Peserta didik mengikuti 1 kegiatan ekskul wajib (kepramukaan) dan 1-2 kegiatan ekstra pilihan yang ada di sekolah.
8. Mengembangan rasa ikut memiliki dan memelihara sarana prasarana dan investaris kelas yang ada di sekolah.
9. Mnjaga nama baik di dalam maupun di luar sekolah.
10. Menjaga kebersihan dan ketertiban masing-masing kelas.
IV. Larangan Peserta Didik
1. Peserta didik meninggalkan kelas / sekolah tanpa izin.
2. Peserta didik melakukan kegiatan yang bertentangan dengan norma hukum, agama dan masyarakat.
3. Membawa barang di luar kebutuhan belajar dan alat komunikasi. Apabila tetap membawa segala resjiko kehilangan dan kerusakan menjadi tanggung jawab pribadi.
4. Peserta didik yang tidak memiliki SIM dan kelengkapan kendaraan, mengendarai kendaraan bermotor ke sekolah.
5. Peserta didik membawa, menggunakan dan mengedarkan;
a. Rokok. b. Narkoba.
c. Minuman dan sejenisnya yang memabukkan;
d. Senajat tajam; dan
e. Serta barang lain yang berhubungan denggan kegiatan sekolah.
6. Peserta didik melakukan intimidasi (fisik dan psikis), bullying dan SARA.
7. Merusak sarana dan prasara sekolah.
IV. Larangan Peserta Didik
1. Meninggalkan kelas atau sekolah dalam jam pelajaran, tanpa ijin.
2. Membawa, menggunakan atau mengedarkan, benda terlarang; rokok, narkoba, minuman keras, senjata tajam, dan sejenisnya; 3. Melakukan tindakan anarkis, fandalis dan
pengrusakan barang disekolah; 4. Melakukan perbuatan asusila;
5. Menggendarai kendaraan bermotor tanpa membawa SIM dan helm.
V. Hak Peserta Didik
1. Presensi kehadiran peserta didik di atur sesuai kebijakan sekolah di daerah masing-masing. 2. Peserta didik meggunakan sarana dan prasarana
sekolah setelah mendapat izin sekolah. 3. Peserta didik mendapat perlakuan yang sama. 4. Peserta didik mengikuti kegiatan sekolah dan. 5. Peserta didik mendapatkan pelajaran agama
sesuai yang dianutnya.
V. Sanksi
1. Pelanggaran terhadap larangan dalam tata tertib, dibedakan dalam pelanggaran; berat, sedang dan ringan;
2. Pelanggaran ringan, diberikan teguran; 3. Pelanggaran sedang diberikan hukuman disiplin
dan administrasi;
4. Pelanggaran berat, dapat dikeluarkan dari sekolah.
VI. Lain-Lain.
1. Penerapan tatatertib di atas disesuaikan dengan kondisi sekolah dan daerah masing-masing; 2. Hal-hal lain yang tidak tercantum dalam tat
tertib ini akan diatur kemudian;
3. Tata tertib ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Sumber : Panduan tata tertib peserta didik SMK Dinas Propinsi Jatim 2018 dan Lembar Tata tertib Peserta Didik SMK PGRI Kromengan 2015