• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif kualitatif, yaitu dengan menggambarkan peranan KPI Pusat dalam pengklarifikasian tayangan Indonesia Lawak Klub (ILK) di Trans7.

Menurut pandangan Edmun Husserl, Martin Heidegger, dan Merleau Ponty, pelopor aliran fenomologi, sebuah aliran filsafat yang mengkaji penampakan atau fenomena yang mana antara fenomena dan kesadaran tidak terisolasi satu sama lain melainkan selalu berhubungan secara dialektis. Penelitian sosial menggunakan format dekriptif kualitatif bertujuan untuk mengkritik kelemahan penelitian kuantitatif (yang terlalu positivisme), serta juga bertujuan untuk mengambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai fenomena realits sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu. Pada cirinya, deskriptif kualitatif studi kasus merupakan penelitian eksplorasi dan memainkan peranan yang amat penting dalam menciptakan hipotesis atau pemahaman orang tentang variabel sosial. (Bungin, 2007: 68)

3.1.1 Paradigma

Paradigma adalah sebuah jendela tempat orang bertolak menjelajahi dunia dengan wawasannya. Sebagian orang menyatakan paradigma (paradigm) sebagai ntelektual komitmen, yaitu suatu citra fundamental dari pokok permasalahan dari suatu ilmu (Salim, 2006). Namun secara umum menurut Salim (2006) paradigma dapat diartikan sebagai seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang menuntun sesorang dalam bertindak atau keyakinan dasar yang menuntun sesorang dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Ihalauw (1985) paradigma menggariskan apa yang seharusnya dipelajari, pernyataan apa yang seharusnya dikemukakan, dan kaidah apa yang seharusnya diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh, dikutip oleh(Salim, 2006). Paradigma adalah basis kepercayaan utama dari sistem berpikir; basis dari ontologi, epistemologi, dan metodologi.

(2)

membedakan, memperjelas dan mempertajam orientasi berpikir seseorang. Hal ini membawa konsekuensi praktis terhadap prilaku, cara berpikir, intepretasi dan kebijakan dalam pemilihan masalah. Paradigma memberi representasi dasar yang sederhana dari informasi pandangan yang kompleks sehingga orang dapat memilih untuk bersikap atau mengambil keputusan (Salim, 2006) Paradigma post-positivis mempunyai paradigma bahwa realitas adalah lebih dari satu (jamak), merupakan bentukan, dan holistik; hubungan antara yang mengetahui dan yang diketahui tidak terpisahkan dan interaktif; generalisasi yang bebas waktu dan konteks tidak dimungkinkan sehingga hipotesis yang dibuat terikat waktu dan konteks; tidak ada penyebab yang sebenarnya karena semua entitas saling membentuk; penelitian itu terikat pada nilai.

Permasalahan bagi penelitian teologi adalah apakah penelitian teologi itu menggunakan pendekatan positivis atau post-positivis. Pada batas-batas tertentu penelitian teologi mempunyai ciri-ciri paradigma positivis, namun hanya mengandalkan paradigma positivis belaka tidaklah memadai. Demikian juga hanya mengandalkan paradigma post-positivis tidaklah memadai. Harus diingat bahwa penelitian teologi mempunyai pra-anggapan (misal. ada kuasa adi kodrati) yang mempengaruhi pra-anggapan tentang nilai, pengetahuan, logika, sejarah dan bahasa. Dapat dikatakan bahwa penelitian teologi mencakup berbagai metode penelitian ilmu-ilmu lainnya sehingga diperlukan pembelajaran metode-metode teologi dan metode-metode ilmu lainnya yang relevan dengan bidang teologi. Jadi dalam bidang keagamaan, penelitian dilakukan untuk kepentingan pelayanan, yaitu untuk melayani Tuhan dan manusia. Sesuai dengan paradigma penelitian (positivis atau post-positivis), ada dua ancangan penelitian yang dapat dipilih yaitu ancangan positivis (kuantitatif) dan ancangan naturalis (kualitatif). Ancangan positivis (kuantitatif) berpendapat bahwa satu-satunya metode ilmiah sejati untuk memperoleh pengetahuan adalah metode hipotesis-deduktif, yitu menggunakan metode ilmiah dengan prosedur langkah demi langkah dalam memecahkan masalah atas dasar pengamatan empiris. Ancangan naturalis (kualitatif) berdasar pada metode kualitatif dan deskriptif untuk mengumpulkan data, menghasilkan hipotesis, dan kesimpulan umum sebagai bagian dari prosesnya.

(3)

POST – POSITIVISME

Pada tahun 1970/1980an muncullah gugatan-gugatan mengenai kebenaran positivisme,pemikiranya dinamai post-positivisme.posi-positivisme

merupakan pemikiran yang menggugat asumsi kebenaran-kebenaran

positivisme.pemikiran ini muncul dengan sejumlah tokoh seperti Karl R.Popper,Thomas Kuhn,para filsul Frankfrut school,feyeraben,dan Richard rotry,pemikiran tokoh tokoh ini banyak dipengaruhi penemuan neils bohr,Werner Heisenberg positivism tidak berlaku lagi(setidaknya pada gejala-gejala subatomik).

Berikut ini di kemukakan beberapa asumsi dasar post-positivisme, 1) Fakta tidak bebas melainkan bermuatan teori.

2) Falibilitas teori.

3) Fakta tidak bebas melainkan penuh dengan nilai.

4) Interaksi antara subjek dan objek penelitian

Salah satu tokoh yang dapat di kategorikan sebagai pemikiran post-positivisme adalah popper. ia disebut post-positivisme karena pemikiranya pada satu sisi mencoba melepaskan diri dari kecenderungan positivisme.popper misalnya mengkritik objektivisme yang dianut comte,namun pada pemikirannya yang lain popper masih mengikuti prinsip-prinsip dari paradigma yang menganut

unsur positivism.

POST-POSITIVISME DALAM PENLITIAN SOSIAL DAM

KOMUNIKASI

Bila positivisme dalam bentuk dan logika klasiknya ditolak oleh post-positivisme,lalu fondasi filosofi apakah yang akan digunakan post-positivisme sebagai kerangka kerja penenitian sosialnya? beragam jawaban yang berbeda telah diajukan untuk menanggani persoalan ini. Beberapa penelitian social berargumen bahwa kekurangan kekurangan dari pemikiran positivisme pada dasarnya membutuhkan dasar filsafat ilmu yang berbeda, salah satunya adalah

menolak dan mengganti prinsip-prinsip positivism(seperti ontology

(4)

hadir dengan sendirinya (omnipresent) namun, beberapa sarjana dalam hal ini menganggap bahwa positivisme sebenarnya tidak perlu ditolak secara total.karena itu kalangan ini lebih meletakkan penolakannya pada gagasan tentang keyakinan positivisme mengenai kebenaran absoulut, tentang landasan mutlak sebuah observasi,dan asumsi tentang landasan mutlak sebuah observasi,dan asumsi tentang akumulasi pengetahuan yang tak berubah.

(http://www.scribd.com/Adefrida/2011/04/teologi-menurut-pandangan-positivis-dan.html)

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan terkait pada desain penelitian kualitatif, maka wawancara secara mendalam, observasi, bahan dokumenter, kajian pustaka serta metode-meotde baru seperti metode bahan visual dan metode penelusuran bahan internet. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2014. Tempat penelitian ini yaitu di Jakarta.

Informan Nama Informan Informasi yang

Dikumpulkan Metode Anggota yang bekerja di KPI Pusat Aghata Lily Irfan sanjaya Puji Hartoyo Shalleh

Pertanyaan dan Isi Wawancara

Wawancara mendalam

3.3 Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini kemudian diolah. Proses pengolahan data dengan cara mengatur urutan data dan mengorganisasikan ke dalam sebuah pola, kategori dan uraian data. Tahapan dalam analisis data dalam penelitian kualitatif yakni:

- Tahapan pertama yakni dengan melakukan deskripsi mengenai informan. Deskripsi informan ini berguna untuk dapat memudahkan dalam proses

(5)

interpretasi data. Jika nantinya data yang didapat mengenai deskripsi informan lengkap, ini dapat mempermudah data dalam proses tabulasi.

- Tahapan kedua yakni mengembangkan hasil wawancara dan catatan di

lapangan untuk menjadi teratur.

- Tahapan ketiga yakni dengan melakukan transkip data, meskipun pedoman wawancara sudah baik, tetapi pada saat melakukan analisis data sering kali ditemukan sejumlah data yang kurang penting. Untuk dapat memudahkan dalam menganalisis, maka peneliti perlu mengatur dan menguranginya. - Tahapan keempat yakni dengan mengkategorikan data. Data-data tersebut

dikategorikan dengan membuat koding atau memberikan tanda pada data yang memiliki karakteristik atau pola yang sama.

3.4Teknik Keabsahan Data

Penelitian ini menggunakan alat bantu rekam untuk memperlengkap data yang diperoleh, sehingga memudahkan penelti dalam proses pengambilan data. Uji validitas data dilakukan dengan hasil wawancara mendalam, transkip data, open

coding, axial coding, selectiv coding serta menggunakan triangulasi, triangulasi data

ini merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sumber/sesuatu yang lain (Bungin, 2007). Yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi:

1. Mendemonstrasikan nilai yang benar,

2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan

3. Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusanya. (Moleong, 2005:320-321)

Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercyaan (credibility), keterahlian (transferability) kebergantungan (dependability), dan kepastian

(6)

a. Derajat kepercayaan (Credibility)

Penerapan Kriterium derajat kepercayaan pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriterium ini berfungsi: pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai; kedua mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

b. Keteralihan (Transferability)

Kriterium keahlian berbeda dengan validitas eksternal dari nonkualitatif. Konsep validitas itu menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara representatif mewakili populasi itu.

c. Kebergantungan (Dependability)

Kriterium kebergantungan merupakan subtitusi istilah realibilitas dalam penelitian yang nonaktif.pada cara nonkualitatif, realibilitas ditunjukan dengan jalan mengadakan replikasi studi. Jika dua atau beberapa kali diadakan pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya secara essensial sama, maka dikatakan realibilitasnya tercapai

.

d. Kepastian (Confirmability)

Kriterium kepastian berasal dari konsep objektivitas menurut

nonkualitatif.nonkualitatif menetapkan objektivitas dari segi kesepakatan antar subjek. Di sini pemastian bahwa sesuatu itu objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang subjektif sedangkan jika disepakati oleh beberapa atau banyak orang, barulah dapat dikatakan objektif.

(7)

Peneliti dalam mengobservasikan penelitian ini menggunakan teknik kepastian atau Comfirmability, karena hasil penelitian ini menggunakan pendapat dari key informan dan informannya. Jadi hasil dari wawancara yang dilakukan akan dilakukan dengan pengkodean dalam tiga tahap.

3.4.1 Pengkodean / coding

Dalam buku sumiaji yang berjudul “Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar”, mengambil kutipan dari Corbin dan Strauss, Gibbs, Myers, dan Richards, bahwa

Coding adalah kegiatan yang membuat kode. Kode adalah dapat berupa kata atau

frase yang digunakan peneliti untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan atau meringkas kalimat, paragraf, maupun sekumpulan teks.(Sumiaji, 2012: 73)

Tujuan coding dalam penelitian kualitatif adalah:

a. Merefleksikan makna dan kategori segmen data yang diwakili oleh suatu kode,

b. Mempertanyakan hubungan dengan suatu kategori dengan data dan kategori lain

serta membangun teori ( dalam Grounded Theory )

c. Mengumpulkan semua materi tentang suatu unit kasus dari berbagai sumber untuk menganalisis unit kasus tersebut ( dalam case study )

d. Menyempurnakan kategori dengan menginttegrasikan temuan yang diperoleh dari berbagai dimensi data.

e. Mengkombinasikan berbagai kategori untuk menemkan pola data

f. Membandingkan bagaimana peneliti lain menginterpretasikan data. (Sumiaji, 2012: 74)

Model analisis data kualitatif menurut Strauss dan Corbin ada tiga langkah besar dalam melakukan analisis data kualitatif, yaitu:

1. Open Coding

Pada tahap pertama ini peneliti akan berupaya menemukan selengkapnya dan sebanyak mungkin variasi data yang ada termaksud di dalamnya perilaku subjek penelitian, situasi sosial lokasi penelitian baik situasi sosial yang sudah terpola dalam kehidupan sehari-hari, maupun yang bersifat insidental. Pada tahap ini setidaknya ada lima lankah yang ditempuh oleh peneliti,yaitu:

(8)

a. Prosedur Breaking Down

Yakni upaya peneliti merinci kelengkapan dan kecukupan data yang ada. Langkah ini berupa proses pengumpulan semua informasi yang berkaitan tindakan yang dilakukan informan.

b. Examining

Yaitu prosedur penelitian yang dilakukan peneliti untuk memerikasa dan mengelompokan bentuk-bentuk tindakan informan.

c. Comparing

Yaitu membandingkan bentuk-bentuk tindakan informan, beserta sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya perbedaan bentuk tindakan itu.

d. Conceptualizing

Yaitu proses menjelaskan konsep lokal yang sering diucapkan dan dilakukan informan.

e. Categorizing

Yaitu proses mengkategori data menjadi tema-tema. Tema-tema ini sifatnya masih terbuka, bisa bertambah atau berkurang angat tergantung pada perkembangan data berikutnya.

Pengkategorian ini dilakukan peneliti sesuai data yang diperoleh dari lapangan. Banyak sedikitnya klasifikasi, tidak sepenuhnya tergantung pada jumlah rumusan masalah yang telah ditentukan, tetapi bisa berkembang sesuai dengan data yang diperoleh.

1. Axial Coding

Pada tahap ini, hasil yang diperoleh dari open coding di organisasi ke,bali berdasarkan kategori-kategori untuk dikembangkan ke arah proposisis-proposisi. Pada tahap ini dilakukan analisis hubungan antar kategori. Hubungan tersebut dianalisis seperti model paradigma grounded theory sebagai berikut:

Kondisi penyebab Fenomena Konteks Kondisi intervening Strategi interaksi dan Tindakan Konsekuensi

a. Kondisi penyebab, yaitu kategori yang mendorong informan melakukan tindakan.

b. Fenomena merupakan tindakan yang dilakukan informan.

(9)

d. Kondisi intervening, yaitu kategoriyang mendukung dan menghambat informan melakukan tindakan.

e. Interaksi atau tindakan merupakan kemampuan individu dari informan dalam menilai dan memilih benuk tindakan yang akan dilakukan.

f. Konsekuensi merupakan akibat dari proses tindakan yang dilakukan oleh informan.

2. Selective Coding

Pada tahap ini, peneliti menggolongkan kategori menjadi kriteria inti dan pendukung, serta mengkaitkan kategori menjadi kriteria inti dan pendukung, serta mengkaitkan antara katergori inti pendukungnya. Kategori ini ditemukan mulai perbandingan hubungan antar kategori, dengan menggunakan model paradigma. Langkah selanjutnya, yaitu memberikan hubungan antar kategori dan akhirnya menghasilkan kesimpulan yang kemudian diangkat menjadi general design. (Basrowi, Suwandi 2008: 206)

3.5 Keterbatasan Penelitian

Dalam setiap penelitian pasti ditemukanketerbatasanpenelitian, begitu pola dengan penelitian ini terdapat keterbatasan penelitian, penelitian ini menggunakan studi kualitatif dengan data primer yang diperoleh dengan cara melakukan wawancara mendalam. Keterbatasan yang dialami pada penelitian ini yakni:

1. Informan merupakan kelompok yang sulit ditemui waktunya untuk

diwawancarai oleh peneliti.

2. Satu dengan yang lain dari informan memiliki jawaban berbeda-beda meskipun

terkadang sama, hal ini yang membuat peneliti sulit memecahkan masalah.

3. Minimnya data yang diperoleh mengenai dominasi pelawak senior terhadap

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Analisis situasi disini dilakukan dengan memperhatikan faktor SWOT (strenght, weakness, opportunity, dan threads) yang ada pada situasi sebelum menentukan strategi

Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa pada wilayah Supiori dengan mengeluarkan biaya pondasi maka terjadi peningkatan nilai persentasi efisiensi namun tidak

Menurut (Hasan, 2002) , Data primer ialah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan

Dalam pembahasan passionate love (cinta membara) peneliti mengambil tiga dimensi yaitu di antaranya dimensi keintiman (intimacy), nafsu (passion), keputusan

Dari uraian tersebut maka dalam upaya peningkatan kecerdaskan emosional anak asuh melalui pendekatan agama di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang yang sarat

1) Beras Pandanwangi yang dihasilkan Gapoktan Citra Sawargi diproduksi melalui metode Good Agricultural Practices (GAP) sebagaimana telah dilatihkan oleh Lembaga

resistor ideal memiliki reaktans nol dan induktor/kapasitor ideal sepenuhnya bersifat reaktif (dicirikan oleh resistans nol) Pertanyaan: Mungkinkah suatu kombinasi paralel atau seri

Pada tanaman kelapa sawit muda, jumlah bunga jantan lebih sedikit dibandingkan dengan bunga betina, tetapi perbandingan tersebut akan berubah sesuai dengan