2
KATA PENGANTAR
3
Hal KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ... ii IKHTISAR EKSEKUTIF ... 1 I PENDAHULUAN ... 7 1.1. Latar Belakang... 71.2. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan kewenangan ... 8
1.3. Organisasi dan Tata Kerja ... 8
1.4. Landasan Hukum Pelaksanaan Tugas... 8
II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA... 9
III AKUNTABILITAS KINERJA ... 27
3.1. Capaian Kinerja Organisasi... 27
3.2 Evaluasi dan Analisis Akuntabilitas Kinerja... 29
3.3 Realisasi Anggaran... 50 IV PENUTUP ... 55 LAMPIRAN . 1. PERJANJIAN KINERJA 2. PENGUKURAN KINERJA 3. PENGUKURAN EFISIENSI
DAFTAR ISI
4
Dalam perjalanan kinerja Badan Karantina Pertanian tahun 2016 telah berhasil melakukan pencegahan masuk dan tersebarnya Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) asal luar negeri. Sebagai pendukung terhadap susksesnya pencegahan masuk dan tersebar HPHK/OPTK telah terefleksi dalam program dan kegiatan Badan Karantina Pertanian sebagai upaya pencapaian visi dan misi.
Dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya Badan Karantina Pertanian pada tahun 2016 telah melakukan sertifikasi karantina komoditas tumbuhan dan produknya, dengan total 700.703 kali dan melakukan sertifikasi karantina komoditas hewan dan produknya, dengan total frekuensi 688.372 kali, sehingga secara keseluruhan total sertifikasi sebanyak 1.389.075 kali.
Dari hasil pemeriksaan terhadap media pembawa HPHK/OPTK maka Badan Karantina Pertanian telah mencegah masuk dan menyebarnya sejumlah HPHK/ OPTK. Beberapa HPHK yang terdeteksi positif dan tercegah masuk maupun keluarnya di antar area sebagai berikut :
Johne’s Disease terdeteksi positif sewaktu PSI di negara asal (Australia) sehingga ditolak pemuatannya ke Indonesia. Selain itu Tindakan Karantina Hewan di tempat pemasukan yaitu di BKP II Palangkaraya ditemukan positif Johne’s Disease sehingga dilakukan pemusnahan; Enzootic Bovine Leucosis (EBL) terdeteksi positif sewaktu PSI di negara asal (Australia) sehingga ditolak pemuatannya ke Indonesia; Brucellosis yang terinfestasi pada sapi, kambing, kerbau di BKP Kelas I Balikpapan, SKP Kelas I Samarinda, SKP Kelas I Pare- Pare, SKP Kelas II Mamuju, SKP Kelas I Sumbawa Besar, BKP Kelas II Palu, SKP Kelas II Ende, BKP Kelas II Kendari, BKP Kelas II Ternate; Septichaema Epizootica (SE) yang terinfestasi pada sapi diBKP Kelas II Kendari, BVD yang terinfestasi pada sapi di BKP Kelas II Pangkal Pinang; Bovine Anaplasmosis, Bovine Babesiosis yang terinfestasi pada sapi di BKP Kelas I Jambi, Trypanosomosis pada kuda dan kerbau di SKP Kelas II Ended an BKP Kelas I Mataram, Avian Influenza yang terinfestasi pada unggas di BBKP Surabaya. Sedangkan OPTK yang terdeteksi posistif dan tercegah pemasukannya ke dalam Wilayah Republik Indonesia adalah : Aphelenchoides besseyi yang terinfestasi pada benih padi asal Phillippina, Pseudomonas syringae pv. syringae yang terinfestasi pada bibit krisan asal Belanda, Pseudomonas viridiflava yang terinfestasi pada benih kubis asal Jepang, Dasheen Mosaic Potyvirus (DsMV) yang terinfestasi pada bibit Calla Lily asal Belanda di BBKP Soekarno-Hatta di BBKP Soekarno-Hatta; Burkholderia glumae yang terinfestasi pada benih padi asal Cina, Tilletia laevis, T. tritici yang terinfestasi pada biji gandum asal Argentina dan Ukraina di BBKP Surabaya dan BBKP Makasar dan BKP Kelas II Cilegon dan yang terinfestasi pada bungkil kedele asal Argentina di BBKP Surabaya; Helminthosporium solani yang terinfestasi pada bibit kentang asal Scotlandia, Pantoea stewartii subsp. stewartii yang terinfestasi pada benih jagung manis dan jagung asal Thailand melalui BBKP Tanjung Priok;, Peronospora manshurica yang terinfestasi pada kedele asal Amerika Serikat melalui BBKP Surabaya, BKP Kelas I B Lampung; Sitophlius granarius yang terinfestasi pada biji gandum
5
asal Ukraina melalui BKP Kelas II Cilegon; Asphodelus fistulosus yang terinfestasipada gandum biji asal Australia di BBKP Surabaya; Stenocarpella maydis yang terinfestasi pada gandum biji asal Amerika Serikat di BKP Kelas II Cilegon; Ditylenchus dipsaci yang terinfestasi pada bawang putih asal Cina di BBKP Surabaya.
Sesuai dengan rencana strategis Badan Karantina Pertanian tahun 2015-2019 bahwa sasaran program Badan Karantina Pertanian, indikator-indikator serta targetnya yaitu :
1) Meningkatnya efektifitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK, dengan indikator :
1. Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina impor di tempat pemasukan yang telah ditetapkan
(95 %)
2. Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pemasukan yang telah ditetapkan (87 %)
3. Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pengeluaran yang telah ditetapkan (87 %)
2) Meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor MP HPHK dan OPTK dan keamanan hayati, dengan indikator :
Persentase jumlah sertifikat ekspor yang ditolak oleh negara tujuan melalui tempat pengeluaran yang ditetapkan (≤ 0,1 %)
3) Meningkatnya kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian 1. Penurunan persentase kasus pelanggaran perkarantinaan dibanding tahun
sebelumnya (5 %)
2. Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) (78)
Berdasarkan hasil pengukuran dengan indikator kinerja utama di atas dapat diketahui bahwa capaian sasaran kinerja Badan Karantina Pertanan pada tahun 2016 dengan hasil sebagai berikut :
Sasaran Program Indikator Kinerja Target Realisasi %
Meningkatnya efektifitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK Persentase media pembawa yang
memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui
sertifikasi karantina impor di tempat pemasukan yang telah ditetapkan (Indikator ke-1)
95% 98,775 % 103,97
Persentase media pembawa yang
memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui
sertifikasi karantina antar area di tempat
6
pemasukan yang telahditetapkan (Indikator ke-2)
Persentase media pembawa yang
memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui
sertifikasi karantina antar area di tempat
pengeluaran yang telah ditetapkan (indikator ke-3) 87% 87,783 % 100,90 Meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor MP HPHK dan OPTK dan keamanan hayati Persentase jumlah sertifikat ekspor yang ditolak oleh negara tujuan melalui tempat pengeluaran yang ditetapkan (indikator ke-4) ≤ 0,1 % 0,0199% 119,20 Meningkatnya kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian Penurunan persentase kasus pelanggaran perkarantinaan dibanding tahun sebelumnya (indikator ke-5) 5% 45,45 % 120,00
Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) (indikator ke-6)
78 83,88 107,54
Apabila dilihat dari capaian target yang ada dan diukur menggunakan 6 indikator kinerja, maka keseluruhan target yang ada telah tercapai.
Secara ideal bahwa seharusnya target indikator ke-1 adalah 100%. Hal ini berdasarkan pertimbangan peraturan perundangan, pedoman, juklak, juknis terkait impor media pembawa HPHK dan OPTK yang belum lengkap dan yang sudah terbit perlu penyempurnaan. Selain itu yang menjadi titik lemah adalah sumber daya Badan Karantina Pertanian yang ada pada saat ini, antara lain Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana untuk melakukan tindakan karantina. Sehingga indikator ke-1 pada tahun 2016 hanya ditargetkan sebesar 95%. Apabila melihat target Renstra Badan Karantina Pertanian tahun 2019 sebesar 98%, maka hal ini sebetulnya telah terpenuhi pada tahun 2016 sebesar 98,775%. Sehingga capaian indikator kinerja ke-1 tinggal mempertahankan sampai dengan tahun 2019. Untuk target indikator ke-2 dan ke-3 idealnya juga 100%, tetapi untuk tahun 2016 hanya ditargetkan sebesar 87%. Hal ini karena selain lebih besarnya frekuensi lalu lintas antar área dibandingkan dengan impor, juga masih belum lengkapnya aturan-aturan antar área baik dari Karantina Hewan dan Karantina Tumbuhan terbukti masih adanya permasalahan antar area. Selain itu seperti untuk tindakan karantina impor, juga tindakan karantina antar area yang menjadi titik lemah adalah sumber daya Badan Karantina Pertanian yang ada pada saat ini, antara lain Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana untuk melakukan tindakan
7
karantina. Apabila melihat target indikator kinerja ke-2 dan ke-3 Renstra BadanKarantina Pertanian 2019 sebesar 90 %, maka capaian indikator kinerja ke-2 dan ke-3 memungkinkan dapat tercapai pada tahun 2019. Hal ini karena indikator tersebut telah memenuhi target tahun 2016 dengan capaian berturut-turut : 87,923% dan 87,783%
Dalam rangka mendukung akselerasi ekspor yang efektif Badan Karantina Pertanian sesuai dengan indikator ke-4, mengukur dengan persentase jumlah kiriman produk pertanian ke luar negeri yang telah disertifikasi kesehatannya dan mendapatkan komplain ketidaksesuaian dari Negara tujuan. Hasil ini masih memenuhi target, karena capaiannya masih ≤ 0,1%. Dengan melihat target indikator kinerja ke-4 Renstra Badan Karantina Pertanian sampai tahun 2019 tetap ≤ 0,1 %. Sehingga capaian tahun 2016 sebesar 0,0199 % perlu dipertahankan sampai tahun 2019. Hal ini karena antara lain disebabkan adanya pemantauan yang efektif terhadap perusahaan-perusahaan fumigasi dan kemasan kayu yang telah teregistrasi melalui sistem audit, dilaksanakan review dokumen sistem mutu skim audit barantan secara periodik, meningkatnya kompetensi petugas karantina karena adanya desiminasi terkait perlakuan untuk keperluan ekspor
Terkait dengan capaian indikator ke-5 dimana kasus pelanggaran tahun 2016 turun 45,45% dibandingkan tahun 2015 dari yang ditargetkan turun 5%. Hal yang menyebabkan menurunnya kasus pelanggaran antara lain : (1) sosiaisasi terkait aturan perkarantinaan terus dilakukan sehingga masyarakat semakin paham (2) adanya petugas PPNS dan Intelijen karantina yang semakin kompeten untuk berkoordinasi dengan PPNS/Intelijen instansi terkait (4) adanya perjanjian kerjasama antara TNI AD dan TNI AL tahun 2016.
Pada tahun 2016 Nilai IKM lingkup Badan Karantina Pertanian ditargetkan 78. Berdasarkan perhitungan IKM tahun 2016 didapatkan nilai 83,88 sehingga memenuhi target. Hal ini dikarenakan sumber daya yang ada di UPT dari tahun ke tahun meningkat mulai dari kompetensi SDM, layanan sertifikasi yang didukung dengan semakin baiknya instalasi karantina, fasilitas laboratorium, bahkan pada tahun 2016 Badan Karantina Pertanian menerima penghargaan dari Ombudman Republik Indonesia tentang Kepatuhan Pelayanan Publik di 46 layanan UPT dengan predikat kepatuhan tinggi (zona hijau).
Walaupun 5 indikator kinerja telah memenuhi target, namun demikian beberapa hambatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di lapangan yang muncul sebagai berikut :
Dalam rangka perbaikan kualitas untuk mengendalikan risiko masuk, menyebar dan keluarnya HPHK/OPTK beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian sebagai berikut :
1) Meningkatkan kualitas SDM Badan Karantina Pertanian dengan terus mengasah dan meningkatkan kompetensinya sebagai petugas karantina melalui diklat teknis, pendidikan formal S-2/S-3 sesuai bidang tugas dan fungsinya, mengikut sertakan petugas karantina dalam even-even strategis baik nasional maupun internasional (Workshop, Seminar, Short Course terkait dengan Karantina)
8
2) Melakukan identifikasi dan prioritas pembangunan atau renovasi terhadaptempat-tempat pemasukan yang menjadi titik kritis dalam upaya pengendalian risiko masuk, menyebar dan keluarnya HPHK/OPTK, seperti sarana dan prasarana pemeriksaan laboratories, sarana dan prasarana tindakan perlakuan dan pemusnahan.
3) Berupaya mendorong penyelesaian beberapa konsep kebijakan karantina hewan, karantina tumbuhan yang posisinya masih di Biro Hukum Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian.
4) Pengembangan kebijakan pengendalian impor dengan melakukan analisis risiko ke Negara asal, seperti : Pre Shipment Inspection (PSI), Pest Free Area (PFA),
Pest Free Production Side (PFPS), Registrasi Laboratorium di Negara Mitra
Dagang.
Adapun masih munculnya NNC ini kemungkinan salah satunya karena pelaksanaan tindakan karantina khususnya perlakuan yang dilakukan oleh pihak ketiga tidak standar sehingga dimungkinkan masih ada ditemukan serangga hidup di Negara tujuan. Sehingga perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut :
1) Peningkatan efektifitas pengawasan untuk produk-produk pertanian ekspor terutama yang memerlukan tindakan perlakuan karantina.
2) Peningkatan kuantitas dan kompetensi terhadap petugas-petugas karantina yang melakukan pengawasan perlakuan karantina
3) Terus melakukan kajian-kajian terhadap alternative perlakuan selain dengan metil bromide
Masih sering munculnya kasus-kasus pelanggaran terhadap UU No 16 Tahun 1992, karena tidak sebandingnya antara jumlah petugas karantina dengan rentang kendali garis pantai yang ada. Untuk menjaga pintu-pintu yang telah ditetapkan saja keperluan petugas karantina masih kurang, apalagi terhadap pintu-pintu yang belum ditetapkan. Untuk mengupayakan solusi terhadap permasalahan tersebut sebetulnya sudah dilakukan secara bertahap termasuk pada tahun 2016, antara lain :
1) Pengembangan kerjasama dengan instansi terkait untuk koordinasi pengawasan karantina, yaitu : PKS BARANTAN - TNI AD tanggal 5 April 2016 dan PKS
BARANTAN – TNI AL tanggal 20 Mei 2016. Sehingga tahun 2017 perlu
dikembangkan dan diperkuat untuk koordinasi pengawasan di daerah zona rawan pemasukan illegal / Pos Lintas Batas Negara (PLBN)
2) Pengembangan dan penguatan kerja sama perkarantinaan secara regional dengan BIMP-EAGA (Brunai, Indonesia, Malaysia dan Phillipine).
3) Pengembangan kebijakan terkait pengawasan dan penindakan
4) Penguatan sumber daya secara bertahap baik dari aspek sumber daya manusia serta sarana dan prasarana terutama di pintu-pintu yang rawan dengan pemasukan illegal. Selain itu dalam aspek kelembagaan diperlukan adanya struktur di bidang pengawasan dan penindakan maupun intelijen pada organisasi UPT Badan Karantina Pertanian
9
Gambar 1. Tindakan Karantina Tumbuhan Terhadap Buah Segar Asal Luar Negeri
10
1.1. Latar Belakang
Pembangunan perkarantinaan ditempatkan pada upaya melindungi pertanian Indonesia untuk mewujudkan pelestarian ketahanan dan keamanan pangan serta sumber daya hayati. Terkait dengan upaya ini maka peranan karantina meliputi aspek pengamanan pelestarian sumber daya hayati, pencegahan masuk/tersebarnya HPHK/OPT, kelestarian lingkungan, keamanan pangan yang sehat, utuh, dan halal.
Dalam hal peningkatan daya saing dan pemberdayaan ekonomi rakyat, peranan karantina harus mampu membantu para pelaku usaha pertanian dalam memenuhi persyaratan teknis Sanitary and Phytosanitary dari Negara tujuan ekspor. Dalam perdagangan bebas dimana negara- negara berupaya menekan tarif bea masuk maka instrument non tariff dan SPS-WTO merupakan persyaratan sebagai instrumen perdagangan. Oleh karena itu, Badan Karantina Pertanian harus diperkuat secara bertahap seiring dengan perkembangan IPTEK dibidang perkarantinaan.
Dalam upaya mendukung program pembangunan pertanian di Indonesia, Badan Karantina Pertanian senantiasa melakukan pembenahan secara internal (lingkup Badan Karantina Pertanian) maupun eksternal (kerja sama dengan instansi terkait baik secara nasional maupun internasional) dalam rangka optimalisasi tugas dan fungsi. Pembenahan-pembenahan tersebut erat kaitannya dengan yang sudah dilakukan Badan Karantina Pertanian yang terangkum dalam program dan kegiatan tahun 2015
Kinerja yang optimal dari seluruh Organisasi Badan Karantina Pertanian dapat diukur beberapa indikator kinerja, yaitu :
1. Tercegahnya masuk dan tersebarnya HPHK dan OPTK dari luar negeri 2. Tercegahnya penyebaran HPHK/OPTK antar area di dalam wilayah RI 3. Tercegahnya pemasukan pangan segar asal hewan dan asal tumbuhan
yang tidak aman untuk konsumsi
4. Meningkatkan akses ekspor komoditas pertanian strategis yang semula terkena hambatan teknis/SPS
5. Meningkatkan pelayanan prima (cepat, efektif, transparan dan akuntanel) 6. Meningkatkan kredibilitas laboratorium karantina pertanian di tingkat
internasional
7. Diterapkannya sistem teknologi informasi karantina
8. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap perlindungan pertanian dan meningkatkan daya saing produk pertanian Indonesia.
Untuk mewujudkan kinerja yang optimal tersebut di atas, maka peran Badan Karantina Pertanian adalah menumbuhkan iklim kondusif bagi terselenggaranya misi Badan Karantina Pertanian berdasarkan peraturan perundangan serta ketentuan yang berlaku, baik yang diselenggarakan oleh Kantor Pusat maupun UPT yang ada di daerah. Namun demikian kinerja Badan Karantina Pertanian tidak mungkin dicapai secara optimal tanpa
BAB I
11
dukungan dan koordinasi yang serasi dengan unit kerja dilingkup internalBarantan dan Kementerian Pertanian, institusi-institusi tingkat internasional serta pengguna jasa karantina.
1.2. Kedudukan, tugas dan fungsi
Berdasarkan Permentan No. 43/Permentan OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, pada Bab XIII Bagian Kesatu menyatakan bahwa kedudukan, tugas dan Fungsi Badan Karantina Pertanian adalah sbb :
Kedudukan
Badan Karantina Pertanian dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Pertanian RI.
Tugas
Badan Karantina Pertanian mempunyai tugas melaksanakan perkarantinaan pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati.
Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Badan Karantina Pertanian menyelenggarakan fungsi :
1) penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program perkarantinaan hewan, tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati;
2) pelaksanaan perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati;
3) peningkatan sistem perkarantinaan hewan dan tumbuhanh serta pengawasan keamanan hayati
4) pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati;
5) pelaksanaan administrasi Badan Karantina Pertanian; dan 6) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
1.3. Organisasi dan Tata Kerja
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi, Kepala Badan Karantina Pertanian selama tahun 2015 dibantu oleh unsur-unsur:
Sekretariat Badan Karantina Pertanian;
Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Pusat Kepatuhan Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan 52 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Pertanian
Secara rinci struktur organisasi Badan Karantina Pertanian terdapat pada Lampiran
1.4. Landasan Hukum Pelaksanaan Tugas
UU No. 28 / 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 No. 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851)
UU No. 16 / 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan PP No. 82 / 2000 tentang Karantina Hewan
PP No 14 / 2002 tentang Karantina Tumbuhan
12
Rencana Strategis Badan Karantina pada dasarnya merupakan pernyataan komitmen bersama mengenai upaya terencana dan sistimatis untuk meningkatkan kinerja serta pencapaiannya melalui pembinaan, penataan, perbaikan, penertiban, penyempurnaan dan pembaharuan terhadap sistem, kebijakan perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati serta pembinaan terhadap akhlak dan perilaku aparatur karantina dengan terus menerus melakukan pengawasan dan pengendalian manajemen agar tercapainya efektifitas, efisiensi dan produktifitas dalam penyelenggaraan perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati
Dalam rangka memberi arah dan sasaran yang jelas serta sebagai pedoman dan tolok ukur kinerja dalam pelaksanaan pembangunan dibidang perkarantinaan dan pengawasan keamanan hayati yang selaras dengan arah kebijakan strategis Kementerian Pertanian, maka Kepala Badan Karantina Pertanian menetapkan rencana strategis Badan Karantina Pertanian 2015 – 2019 sebagai dasar acuan dalam penyusunan kebijakan operasional, program dan kegiatan serta sebagai pedoman pengendalian kinerja dalam rangka pencapaian visi dan misi serta tujuan organisasi pada 2015 – 2019.
2.1. Visi dan Misi
Visi
“Menjadi Instansi yang Tangguh dan Terpercaya Dalam Perlindungan
Kelestarian Sumberdaya Alam Hayati Hewan dan Tumbuhan, Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati serta Keamanan Pangan”.
Tangguh (sebagai benteng terdepan, karantina harus mampu melindungi
pertanian Indonesia dari ancaman masuk dan tersebarnya HPHK, OPTK dan Keamanan Hayati dengan menerapkan peraturan perundang-undangan karantina secara tegas dan konsisten)
Terpercaya (setiap kebijakan dan tindakan karantina perlu mendapatkan
kepercayaan yang tinggi. Kepercayaan akan diperoleh antara lain melalui akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dibidang perkarantinaan dan keamanan hayati).
Misi
Untuk mencapai VISI tersebut, ditetapkan misi Badan Karantina Pertanian yang menggambarkan ruang lingkup hal yang harus dilaksanakan, yaitu:
1) Melindungi kelestarian sumberdaya alam hayati hewan dan tumbuhan dari tumbuhan dari serangan Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK), dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK)
2) Mendukung terwujudnya keamanan pangan
3) Memfasilitasi perdagangan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan akses pasar komoditas pertanian
4) Memperkuat kemitraan perkarantinaan
5) Meningkatkan citra dan kualitas layanan publik .
BAB II
13
2.2. Tujuan dan Sasaran
Visi dan Misi memiliki sifat yang relatif sulit diukur oleh karena itu perlu diturunkan/di derivasi menjadi tujuan dan sasaran strategis. Tujuan Merupakan pernyataan tentang apa yang ingin dicapai oleh Barantan dalam kurun 5 tahun kedepan. Sesuai sifat tugas dan fungsi Barantan, maka hasil yang dapat digambarkan adalah tingkat efektifitas penyelenggaraannya. Tujuan Barantan 2015-2019 adalah :
1) Terjaganya sumber daya alam hayati hewan dan tumbuhan dari serangan HPHK dan OPTK
2) Terjaminnya keamanan produk pertanian yang berasal dari hewan dan tumbuhan
3) Pengendalian importasi dan percepatan eksportasi melalui pencegahan masuk dan keluarnya media HPHK dan OPTK
4) Memberdayakan masyarakat dalam pelaksanaan perkarantinaan 5) Mewujudkan pelayanan prima
2.3 Sasaran Program
Sasaran Program (SP) adalah kondisi yang ingin dicapai secara nyata oleh BARANTAN dalam pembangunan lima tahun mendatang sebagai dampak/ hasil (outcome) dari program/kegiatan yang mengacu pada sasaran strategis Kementerian Pertanian. Menurut Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelahaan Rencana Strategis Kementerian / Lembaga, kedudukan Sasaran Strategis berada pada level kementerian. Sedangkan pada level eselon I, dalam hal ini BARANTAN, maka istilah yang dipergunakan adalah Sasaran Program (SP), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:
Gambar2. Kerangka Logis Penyusunan Renstra K/L
14
Sasaran Program BARANTAN adalah :1) Meningkatnya efektivitas pengendalian risiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK.
2) Meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor Media Pembawa HPHK dan OPTK dan keamanan hayati.
3) Meningkatnya kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian.
Peningkatan efektivitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK diperlukan dalam rangka memaksimalkan tugas dan fungsi BARANTAN, mengingat besarnya ancaman dan risiko berbagai jenis HPHK dan OPTK yang dapat masuk dan tersebar ke wilayah RI karena sangat luasnya wilayah yang harus diawasi dan dijaga. Besarnya risiko dan ancaman tersebut berdampak terhadap kesiapsiagaan seluruh jajaran BARANTAN dalam menjaga wilayah RI sehingga diperlukan implementasi yang konsisten dalam pelaksanaan dan efektivitas tindakan karantina mulai dari tingkat pre border, at border dan post border.
Peningkatan kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor media pembawa HPHK dan OPTK dan keamanan hayati, diperlukan dalam rangka memberikan pelayanan perkarantinaan yang maksimal sesuai dengan standar internasional. Pengembangan sistem pengendalian resiko penyakit hewan secara In-line
Inspection akan mampu mendukung upaya pengawasan, dan penegakan
hukum yang sekaligus mendukung rangkaian proses penjaminan kesehatan sehingga pemasaran produk pertanian yang sesuai standar dapat diterima oleh negara mitra yang sekaligus meningkatkan daya saing di pasar global.
Peningkatan kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian diperlukan dalam rangka memberikan jaminan terhadap kesehatan dan keamanan produk pertanian kepada masyarakat Indonesia dan negara mitra sesuai tata aturan internasional. Pemerintah, dalam hal ini BARANTAN sebagai regulator perkarantinaan memiliki mandat konstitusional untuk memberikan perlindungan terhadap warga negara Indonesia dalam rangka penyediaan kebutuhan produk pertanian yang bermutu tinggi dan produk yang akan diekspor sesuai persyaratan negara mitra. Oleh karena itu memberikan kepastian regulasi yang harus ditaati dan melaksanakannya dengan konsisten dan konsekuan serta perbaikan sistem pelayanan publik dapat memberikan kepuasan kepada pengguna jasa karantina pertanian dalam kegiatan ekspor dan impor produk pertanian.
Adapun Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah Badan Karantina Pertanian terlihat pada Tabel berikut :
Tabel 1. Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah Badan Karantina Pertanian 2015 - 2019
No. PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET
2015 2016 2017 2018 2019 1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PENGKARANTINAAN PERTANIAN DAN PENGAWASAN KEAMANAN HAYATI Meningkatnya efektifitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina impor di tempat pemasukan yang telah ditetapkan
94% 95% 96% 97% 98%
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pemasukan yang telah ditetapkan
86% 87% 88% 89% 90%
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pengeluaran yang telah ditetapkan
86% 87% 88% 89% 90%
Meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor MP HPHK dan OPTK dan keamanan hayati
Persentase jumlah sertifikat ekspor yang ditolak oleh negara tujuan melalui tempat pengeluaran yang ditetapkan
≤0,1% ≤0,1% ≤0,1% ≤0,1% ≤0,1%
Meningkatnya kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian
Penurunan persentase kasus
pelanggaran perkarantinaan dibanding tahun sebelumnya
5% 5% 5% 5% 5%
Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) 77 78 79 80 81 12.1 Peningkatan Kepatuhan,
Kerja Sama dan Pengembangan Sistem Informasi Perkarantinaan
Tersusunnya kebijakan teknis perkarantinaan
Jumlah keputusan Kepala Badan
Karantina Pertanian tentang pengawasan dan penindakan perkarantinaan pertanian (DOKUMEN)
2 2 2 2 2
Jumlah dokumen pembinaan, dokumen bimbingan teknis dan dokumen
monitoring pengawasan dan penindakan (LAPORAN)
4 4 4 4 4
Meningkatnya kualitas kerjasama
nasional/internasional
Jumlah harmonisasi kerjasama
perkarantinaan dengan negara mitra yang terimplementasikan (LAPORAN)
Jumlah MOU dengan K/L terkait yang terimplementasikan (DOKUMEN)
1 1 1 1 1
Meningkatnya desiminasi SPS dengan stakeholder dan instansi terkait
Jumlah desiminasi SPS 1 1 1 1 1
Tersedianya informasi yang valid, handal dan mudah diakses
Jumlah Aplikasi berbasis IT terkait internal dan eksternal perkarantinaan pertanian (APLIKASI)
2 2 2 2 2
12.2 Peningkatan Sistem Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani
Tersusunnya kebijakan teknis perkarantinaan
peraturan/keputusan Menteri tentang pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK, dan keamanan hayati hewani (DOKUMEN)
2 2 2 2 2
Jumlah keputusan Kepala Badan
Karantina Pertanian tentang pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK, dan keamanan hayati hewani (DOKUMEN)
8 8 8 8 8
Jumlah dokumen pembinaan, dokumen bimbingan teknis dan dokumen
monitoring pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK dan keamanan hayati hewani (LAPORAN)
18 18 18 18 18
Meningkatnya kualitas laboratorium UPT karantina pertanian
Jumlah UPT yang laboratoriumnya terakreditasi sesuai ruang lingkup tugasnya
3 3 3 3 3
Meningkatnya kemampuan deteksi risiko
Jumlah dokumen Analisis Resiko HPHK (DOKUMEN)
10 10 10 10 10
12.3 Peningkatan Sistem Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati
Tersusunnya kebijakan teknis perkarantinaan
peraturan/keputusan Menteri tentang pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK, dan keamanan hayati nabati (DOKUMEN)
2 2 2 2 2
Jumlah keputusan Kepala Badan
Karantina Pertanian tentang pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK, dan keamanan hayati nabati(DOKUMEN)
10 10 10 10 10
Jumlah dokumen pembinaan, dokumen bimbingan teknis dan dokumen
monitoring pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK dan keamanan hayati nabati (LAPORAN)
Meningkatnya kualitas laboratorium UPT karantina pertanian
Jumlah UPT yang laboratoriumnya terakreditasi sesuai ruang lingkup tugasnya
3 3 3 3 3
Meningkatnya kemampuan deteksi risiko
Jumlah dokumen Analisis Resiko HPHK (DOKUMEN)
10 10 10 10 10
12.4 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya pada Badan Karantina Pertanian
Tersedianya SDM aparatur yang kompeten dan professional
Jumlah kegiatan pelatihan yang diselenggarakan (KEG)
6 13 13 13 13
Jumlah aparatur yang mengikuti pendidikan / pelatihan (ORG)
500 500 500 500 500
Terkelolanya anggaran secara optimal
Opini BPK terhadap laporan keuangan BARANTAN
WTP WTP WTP WTP WTP
Terwujudnya good governance & clean government
Jumlah dokumen perencanaan, evaluasi & pelaporan karantina pertanian
(Dokumen)
17 17 17 17 17
Jumlah dokumen rencana kinerja & penyusunan anggaran
65 65 65 65 65
Jumlah dokumen pengembangan & pengelolaan kepegawaian (Dokumen)
5 5 5 5 5
Jumlah dokumen pengembangan integritas barantan dan reformasi birokrasi (Dokumen)
1 3 3 3 3
Jumlah dokumen tata laksana dan inisiatif anti korupsi
1 3 3 3 3
Jumlah peraturan perkarantinaan yang telah disahkan (Dokumen)
3 3 3 3 3
Jumlah laporan indeks kepuasan informasi layanan perkarantinaan (Bulan Layanan)
12 12 12 12 12
Jumlah laporan pengelolaan TU & rumah tangga (Laporan)
12 12 12 12 12
Tingkat Dukungan Aparatur pegawai & Layanan Perkantoran (BULAN LAYANAN)
12 12 12 12 12
Tersedianya sarana dan prasarana perkarantinaan yang memadai
Jumlah dan jenis sarana, infrastruktur, teknologi informasi yang sesuai
kebutuhan dan memadai (UNIT)
88 100 100 100 100
12.5 Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Laboratorium Uji Standar dan Uji Terap Teknik dan
Pengembangan teknik dan metoda pengujian laboratorium
Jumlah teknik dan metoda pengujian laboratorium yang dikembangkan (DOKUMEN)
1 8 8 8 8
Metoda Karantina Pertanian
(LAPORAN)
Jumlah koleksi HPHK dan OPTK (DOKUMEN)
10 10 10 10 10
Jumlah akreditasi ruang lingkup pengujian HPHK dan OPTK (LAPORAN)
6 6 6 6 6
Jumlah Sampel Uji Rujukan (LAPORAN) 1600 1440 1296 1166 1050 Jumlah ruang lingkup yang tersertifikasi
(LAPORAN)
1 1 1 1 1
Dukungan Internal Administrasi (BULAN) 12 12 12 12 12
pengembangan teknik dan metoda uji terap
Jumlah teknik dan metode uji terap yang dikembangkan (DOKUMEN)
3 3 3 3 3
Jumlah uji terap yang dapat
dipublikasikan melalui jurnal nasional / internasional (DOKUMEN)
1 1 1 1 1
Jumlah juklak/juknis yang di desiminasi 6 6 6 6 6 Dukungan Internal Administrasi (BULAN) 12 12 12 12 12
Terwujudnya good governance & clean government
Dukungan aparatur pegawai & layanan perkantoran (BULAN LAYANAN)
12 12 12 12 12
Tersedianya sarana dan prasarana perkarantinaan yang memadai
Jumlah dan jenis sarana, infrastruktur, teknologi informasi yang sesuai
kebutuhan dan memadai (UNIT)
79 100 100 100 100 12.6 Peningkatan Kualitas Pelayanan Karantina Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati Meningkatnya tindakan karantina
Jumlah sertifikat karantina Impor, ekspor dan Antar Area terhadap media pembawa OPTK dan HPHK melalui pelaksanaan tindakan karantina (LAPORAN)
1.000.00 0 1.000.00 0 1.000.00 0 1.000.00 0 1.000.000
Dukungan Internal Administrasi pengelolaan Sertifikasi Karantina Pertanian (BULAN)
12 12 12 12 12
Terwujudnya good governance & clean government
Dukungan Aparatur Pegawai & Layanan Perkantoran (BULAN LAYANAN)
12 12 12 12 12
Tersedianya sarana dan prasarana perkarantinaan yang memadai
Jumlah dan jenis sarana, infrastruktur, teknologi informasi yang sesuai
kebutuhan dan memadai (UNIT) :
1982 2000 2000 2000 2000
Penambahan jumlah instalasi karantina hewan dan tumbuhan yang sesuai standar
19
2.3.Program dan Kegiatan
Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pertanian serta Badan Karantina Pertanian, dalam Program Peningkatan Kualitas Perkarantinaan Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati maka kegiatan Badan Karantina Pertanian yang menunjang hal tersebut dijabarkan dalam kegiatan sebagai berikut:
1. Peningkatan Sistem Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani
Kegiatan prioritas ini melekat pada Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani dengan sasaran “Tersusunnya kebijakan teknis
perkarantinaan”
Indikator kinerja ke-1 dari kegiatan ini adalah Jumlah peraturan / keputusan Menteri tentang pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK, dan keamanan hayati hewani (DOKUMEN). Indikator kinerja ke-2 Jumlah keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian tentang pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK, dan keamanan hayati hewani (DOKUMEN). Dalam rangka pencapaian sasaran kegiatan ini maka pada tahun 2016 telah direncanakan menyusun beberapa kebijakan karantina hewan dan keamanan hayati hewani, yaitu :
1) Konsep Permentan Tentang Tata Cara TKH di Pulau Karantina. 2) Konsep Permentan Tentang Sistim Sertifikasi Ekspor Produk Hewan. 3) Konsep Permentan Tentang Invasive Aliens Spesies (IAS).
4) Konsep Permentan Tentang PRG.
5) Konsep Juklak/Juknis TKH Terhadap Alat Angkut dan Kemasan. 6) Konsep Juklak/Juknis TKH Terhadap Vektor HPHK.
7) Konsep Juklak/Juknis TKH Terhadap Satwa Liar 8) Konsep Juklak/Juknis TKH Tentang TKH di TPK. 9) Analisis Risiko Pemasukan Hewan dari Luar Negeri 10) Analisis Risiko Pemasukan Hewan Antar Area
11) Konsep Pedoman Teknis Aplikasi Penetapan IKH On-Line
2. Peningkatan Sistem Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati
Kegiatan prioritas ini melekat pada Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati dengan sasaran “Tersusunnya kebijakan teknis
perkarantinaan”
Indikator kinerja ke-1 dari kegiatan ini adalah Jumlah peraturan / keputusan Menteri tentang pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK, dan keamanan hayati nabati (DOKUMEN). Indikator kinerja ke-2 Jumlah keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian tentang pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK, dan keamanan hayati nabati (DOKUMEN). Dalam rangka pencapaian sasaran kegiatan ini maka pada tahun 2016 telah direncanakan menyusun beberapa kebijakan karantina tumbuhan dan keamanan hayati nabati, yaitu :
1) Konsep Revisi Permentan 51/2015 Tentang Jenis OPTK 2) Perumusan Prosedur Ekspor Benih Per Komoditas
20
3) Kajian Rekomendasi Permohonan Pemasukan Agens Hayati Ke DalamWilayah RI.
4) Konsep Pre-Clearance Terhadap Pemasukan Komoditas Strategis
5) Sistem Sertifikasi Phytosanitary Bahan Pakan Ternak Asal Tumbuhan Tujuan China.
6) Sistem Sertifikasi Antar Area
7) Pedoman Pengkajian Dokumen Pengakuan Sistem Keamanan Pangan. 8) Pengkajian Permohonan Pengakuan (Recognisi) Sistem Pengawasan
Keamanan Pangan/ Registrasi Laboratorium Keamanan Pangan
9) Pedoman Monitoring Pemasukan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT)
10) AROPT Benih 11) AROPT Non Benih
3. Peningkatan Kepatuhan, Kerjasama dan Pengembangan Sistem Informasi Perkarantinaan
Kegiatan prioritas ini melekat pada Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan dengan 3 sasaran. Sasaran pertama yaitu “Kebijakan Teknis Pengawasan dan Penindakan Yang Dapat Mendukung Meningkatnya Kepatuhan Pengguna Jasa Karantina dan Integritas Petugas Karantina.
Indikator kinerja yang pertama yaitu kebijakan pengawasan dan
penindakan karantina hewan/karantina tumbuhan dan keamanan hayati yang dapat diimplementasikan
Untuk mendukung kinerja tersebut maka direncanakan beberapa kegiatan penting sebagai berikut :
1) Perumusan Pedoman POLSUS Barantan 2) Kode Etik PPNS Badan Karantina Pertanian
3) Perumusan Pedoman Kerjasama Barantan dengan TNI -AD
Sasaran kedua yaitu “Meningkatnya kualitas kerjasama nasional/ internasional, dengan indikator kinerja yaitu Jumlah harmonisasi kerjasama perkarantinaan dengan negara mitra yang terimplementasikan (LAPORAN) dan Jumlah MOU dengan K/L terkait yang terimplementasikan (DOKUMEN). Kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran tersebut adalah :
1) Koordinasi dan Kerjasama Internasional, antara lain :
a) Kerjasama Multilateral b) Kerjasama Bilateral
c) Koordinasi Tindak lanjut Hasil Pertemuan Internasional d) Seminar Hasil Pertemuan Internasional
e) Perundingan Multilateral
2) Draft Regulasi Yang Dinotifikasi ke SPS WTO, antara lain :
a) Koordinasi dan Kerjasama SPS b) Koordinasi Tim SPS Antar KL terkait
21
Sasaran terkait informasi perkarantinaan dari Pusat Kepatuhan, Kerjasamadan Informasi Perkarantinaan adalah Tersedianya informasi yang valid, handal dan mudah diakses dengan indikator kinerja yaitu Jumlah Aplikasi berbasis IT terkait internal dan eksternal perkarantinaan pertanian (APLIKASI).
Dengan rincian kegiatan antara lain sebagai berikut : 1) Pedoman Kebijakan MPTI Barantan
2) Pedoman Pengamanan Sistem Inrformasi IT Barantan
3) Pembinaan dan Bimtek dan Monitoring Pengembangan Sistem Informasi Perkarantinaan
4) Sistem Aplikasi
a) Penyempurnaan Sistem Aplikasi o Update Aplikasi Simponi-Barantan o Update Aplikasi berbasis Android o Update Aplikasi Data Integrasi INSW o Update Aplikasi E-Cert
o Update Aplikasi Pengawasan Food Savety o Pengembangan Aplikasi TPK
o Pengembangan Aplikasi IKH b) Pembuatan Sistem Aplikasi
o Pengadaan dan Uji Coba Aplikasi Integrasi ASW o Pengadaan Aplikasi layanan Utama
o Pengadaan Aplikasi Layanan Pendukung InHouse System TI Barantan o Pengadaan dan Uji Coba Aplikasi Pengolahan Data Kantor Pusat
4. Dukungan manajemen dan tugas-tugas teknis Badan Karantina Pertanian
Kegiatan prioritas ini melekat pada Sekretariat Badan Karantina Pertanian dengan sasaran (1) tersedianya SDM aparatur yang kompeten dan professional, (2) terkelolanya anggaran secara optimal, (3) terwujudnya good governance & clean government dan (4) tersedianya sarana dan prasarana perkarantinaan yang memadai.
Adapun kegiatan-kegiatan yang mendukung antara lain : 1) Pendidikan dan Pelatihan Dasar Teknis Calon Medik Veteriner 2) Pendidikan dan Pelatihan Dasar Teknis Paramedik Veteriner 3) Pendidikan dan Pelatihan Dasar Teknis POPT Ahli
4) Pendidikan dan Pelatihan Dasar Teknis POPT Terampil 5) Pendidikan dan Pelatihan Lan’Gaskara
6) Pendidikan dan Pelatihan PPNS 7) Pendidikan dan Pelatihan POLSUS 8) Pendidikan dan Pelatihan Intelijen
9) Dokumen Pelaksanaan Anggaran Dan Laporan Keuangan.
o Pengelolaan Perbendaharaan o Penyusunan Laporan BMN o Penyusunan Laporan Keuangan
22
10) Dokumen Rencana Kinerja dan Penyusunan Anggaran
o Penyusunan Rencana Jangka Menengah o Penyusunan Renja Barantan
o Penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) o Penyusunan Standar Kinerja Barantan
11) Dokumen Evaluasi dan Pelaporan Barantan
o Penyusunan Laporan Barantan o Penyusunan LAKIN
o Penyusunan Pedoman Evaluasi Barantan o Monev Barantan Penyusunan Data Statistik o Penyusunan Data Statistik
o Penyelenggaraan SPI Barantan
12) Dokumen Pengembangan dan Pengelolaan Kepegawaian
o Pengelolaan administrasi kepegawaian o Penyusunan formasi pegawai
o Rekruitmen Pegawai
o Penyusunan Pedoman Pegawai o Pengelolaan Pengembangan Pegawai
o Bimbingan, Pembinaan, Monev Kepegawaian o Fasilitasi Penilaian Angka Kredit
o Fasilitasi Uji Kompetensi Jabatan Fungsional
13) Dokumen Pengembangan Integritas Barantan dan RB
o Pengelolaan Reformasi dan Birokrasi o Pengelolaan IKM dan IPNBK
o Pengembangan Organisasi
o Bimbingan, Monev Pengembangan Integritas dan RB
14) Dokumen Tatalaksana dan Inisiatif Anti Korupsi
o Pengelolaan dan Pengembangan Prosedur Tata Laksana o Analisa Jabatan dan Beban Kerja
o Pengembangan Standar Kompetensi o Bimbingan, Monev Tata Laksana o Pengembangan Pelayanan Publik
15) Peraturan Perkarantinaan dan Keamanan Hayati
o Fasilitasi Penyusunan Rancangan Peraturan KH dan KHH o Fasilitasi Penyusunan Rancangan Peraturan KT dan KHN o Pertimbangan dan Bantuan Hukum
o Koordinasi dan Konsultasi Peraturan Perkarantinaan o Tinjaun dan Evaluasi Peraturan Perkarantinaan o Analisa dan Internalisasi Peraturan Perkarantinaan o Monev Pelaksanaan Peraturan
o Fasilitasi Revisi Peraturan
16) Laporan Indeks Kepuasan Informasi Layanan Perkarantinaan
o Promosi dan Publikasi o Fasilitasi Jumpa Pers
23
o Pelayanan SMS Center dan Pengembangan Website Barantano Pengelolaan dan Pengembangan Perpustakaan o Pelaksanaan Koordinasi Kehumasan
o Survey dan Monitoring Public Awareness
17) Laporan Ketatausahaan 18) Layanan Perkantoran 19) Kendaraan Bermotor R-4 20) Kendaraan Bermotor R-2
21) Alat Pengolah Data dan Komunikasi
22) Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Barantan 23) Peralatan dan Mesin
5. Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan laboratorium Uji Standar dan Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian
Kegiatan prioritas ini melekat pada tupoksi Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian (BBUSKP) dan Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian (BUTTMKP). Sasaran kegiatan ini (1) meningkatnya pengembangan teknik dan metoda pengujian laboratorium, (2) meningkatnya pengembangan teknik dan metoda uji terap
Dalam mendukung sasaran tersebut kegiatan penting di Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian adalah :
1) Rekomendasi teknik dan metode pemeriksaan laboratorium 2) Fasilitasi akreditasi laboratorium Karantina Hewan
3) Fasilitasi akreditasi laboratorium Karantina Tumbuhan 4) Layanan pemeriksaan sampel uji laboratorium standar
a. Uji rujukan dan konfirmasi b. Uji profisiensi
c. Uji banding d. Koleksi standar
Sedangkan kegiatan penting di Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian, sebagai berikut :
1. Rekomendasi teknik dan metode tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati
a. Pengujian standar teknik dan metode tindakan karantina hewan sesuai OIE.
b. Pengujian standar teknik dan metode tindakan karantina tumbuhan sesuai IPPC.
c. Pengujian standar teknik dan metode pengawasan keamanan hayati hewani sesuai standar CAC & SNI.
2. Desiminasi teknik dan metode karantina dan pengawasan keamanan hayati
a. Desiminasi teknik dan metode pengawasan keamanan hayati b. Desiminasi teknik dan metode tindakan karantina tumbuhan c. Desimenasi teknik dan metode tindakan karantina hewan
24
6. Peningkatan Kualitas Pelayanan karantina Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati
Kegiatan prioritas ini melekat pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Karantina Pertanian di daerah berjumlah 50 UPT yaitu terdiri dari 5 Balai Besar, 27 Balai Kelas I/II dan 18 Stasiun kelasI/II. Sasaran kegiatan ini
meningkatnya tindakan karantina.
Untuk mencapai sasaran dari UPT maka dilakukan kegiatan penting sebagai berikut:
1) Pelaksanaan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pembebasan Media Pembawa hama penyekit hewan karantina (HPHK) dan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK)
2) Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK/OPTK 3) Pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK/OPTK
4) Pelaksanaan pengawasan keamanan hayati hewani dan Nabati
5) Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional karantina hewan dan tumbuhan;
6) Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati
7) Pengelolaan sistem informasi, dokumentasi, dan sarana teknik karantina hewan dan tumbuhan;
8) Pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan dan keamanan hayati hewani dan nabati
Pada tahun 2016 telah ditandatangani Penetapan Kinerja antara Kepala Badan Karantina Pertanian dengan Menteri Pertanian, sebagai berikut :
Sasaran Program Indikator Kinerja Target
Meningkatnya efektifitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina impor di tempat pemasukan yang telah ditetapkan
95%
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pemasukan yang telah ditetapkan
87%
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pengeluaran yang telah ditetapkan
87%
Meningkatnya kualitas
pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor MP HPHK dan OPTK dan keamanan hayati
Persentase jumlah sertifikat ekspor yang ditolak oleh negara tujuan melalui tempat pengeluaran yang ditetapkan
25
Meningkatnya kepatuhan dankepuasan pengguna jasa karantina pertanian
Penurunan persentase kasus
pelanggaran perkarantinaan dibanding tahun sebelumnya
5%
Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
78
2.3. Analisis Lingkungan Strategik
Perubahan lingkungan strategis yang sangat cepat dan pesat akan mempengaruhi kinerja penyelenggaraan perkarantinaan pertanian. Pengaruh lingkungan strategis tersebut berhubungan dengan kondisi internal Badan Karantina Pertanian dan pengaruh lingkungan eksternal sebagai tantangan yang dihadapi serta peluang yang dapat diraih dalam menyusun rencana strategis Badan Karantina Pertanian
Berdasarkan Analisis SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman), banyak faktor yang berhubungan dengan ancaman resiko penyakit pada hewan dan tumbuhan, serta status penyakit di suatu area yang terkait dengan fungsi BARANTAN sebagai berikut :
Tabel 2. Faktor Internal
No Aspek Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses) 1 Regulasi/ Kebijakan
a. Karantina merupakan salah satu dari 3 unsur teknis (CIQ)
berdasarkan ketentuan international (Annex IX) bertanggung jawab dan
mempunyai kewenangan di tempat pemasukan dan pengeluaran suatu negara
b. Berdasarkan peraturan perundang-undangan dan SK Mentan Badan Karantina
Pertanian mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan
perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati
c. Peraturan Nomor
49/Permentan/OT.140/8/2012 menetapkan tempat-tempat pemasukan / pengeluaran yang merupakan tanggung jawab Badan Karantina Pertanian
d. Karantina memiliki landasan hukum yang kuat dalam
operasionalnya, yang terdiri dari Undang-undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Kep/Peraturan Menteri serta Juklak/Juknis dan
a. Kebijakan teknis operasional yang merupakan tindak lanjut amanah PP Nomor 82/2000 yang belum ditindaklanjuti dalam bentuk Permentan ada 10 Pasal sedangkan PP Nomor 14/2002 ada yang belum
ditindaklanjuti dalam bentuk Permentan ada 4 Pasal
b. Proses revisi UU Nomor 16/1992, pengamatan fungsi terkait keamanan hayati, tentang
pengawasan dan penindakan,
penambahan sanksi masih belum selesai. c. Protokol karantina antar
negara
pengimpor/pengekspor (MOU) masih perlu ditingkatkan terkait dalam pelaksanaan sistem perkarantinaan d. Kebijakan teknis
26
No Aspek Kekuatan (Strengths)
Kelemahan (Weaknesses)
Manual operasional, standar
teknik dan metoda masih perlu dilengkapi untuk meningkatkan cakupan pengendalian resiko dan akuntabilitas pelaksanaan pengawasan dan pelayanan 2 Kelembaga an dan manajemen organisasi
Keanggotaan Indonesia dalam organisasi internasional yaitu Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Organisasi Pangan & Pertanian (FAO), Organisasi Kesehatan Hewan Sedunia (OIE), Konvensi International Perlindungan Tanaman (IPPC) dan Komisi
Kesehatan Pangan Sedunia (CODEX)
a. Sistem informasi tingkat Pusat dan UPT perlu peningkatan pelaporan dan manajemen internal b. Data dan pelaporan
tingkat UPT - Pusat - UPT untuk proses pengambilan sistem keputusan belum terintegrasi
c. Kemampuan analisa resiko dibidang
karantina hewan masih lemah dan belum didokumentasikan sebagai salah satu dasar pelaksanaan sistem perkarantinaan d. Kelembagaan karantina masih memerlukan penyesuaian terhadap strategi perlindungan sumberdaya hayati dan keamanan pangan e. Perlu penyempurnaan dalam sistem pengendalian dan sistem pengukuran kinerja mengikuti perkembangan reformasi birokrasi 3 Sumber daya manusia
a. BARANTAN telah memiliki SDM yang berkompeten dalam
penyelenggaraan perkarantinaan dan pengawasan keamanan hayati, yang terdiri dari tenaga fungsional karantina hewan (Medik Veteriner dan Paramedik
Veteriner), fungsional karantina tumbuhan (Pengendali Organisme Penganggu Tumbuhan – POPT), Penyidik Pegawai Negeri Sipil
a. Distribusi SDM belum memperhitungkan analisis beban kerja baik tingkat Pusat dan UPT b. Kualitas, kompetensi
dan jumlah SDM masih memerlukan
peningkatan mengikuti meningkatnya beban kerja operasional
27
No Aspek Kekuatan (Strengths)
Kelemahan (Weaknesses)
(PPNS), POLSUS, dan Intelijen Karantina
b. Kompetensi SDM BARANTAN semakin meningkat
c. Kemampuan BARANTAN dalam penyediaan diklat teknis meningkat 4 Sarana
prasarana/i nfrastruktur
Mempunyai sarana dan prasarana operasional pokok diseluruh provinsi di Indonesia yang mampu
mendukung terlaksananya operasional pengawasan dan pelayanan karantina a. Sarana/prasarana operasional perlu penataan dan peningkatan kualitas sesuai peruntukkannya dan standar
b. Belum semua sarana pelayanan memenuhi standar minimal c. Teknologi dan sistem
informasi belum cukup memuaskan pemanfaatannya dalam meningkatkan pelayanan dan manajemen kinerja internal
d. Sarana dan Prasarana Operasional masih memerlukan penataan dan peningkatan kualitas mengikuti peningkatan beban operasional dan kepuasan masyarakat dalam pelayanan 5 Pelayanan
Publik
a. Komitmen dari pimpinan dan pegawai BARANTAN untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik semakin menguat
b. Semakin membaiknya mutu sarana prasarana untuk peningkatan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat;
c. Telah adanya pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sebagai bagian dari sistem monev perbaikan pelayanan publik.
Sistem pelayanan dan pengawasan pelaksanaan perkarantinaan yang telah dituangkan dalam suatu produk hukum belum optimal penerapannya
6 Pengelolaa n Anggaran
Dari aspek pendanaan, selain APBN Rupiah Murni, Barantan mempunyai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang sampai dengan saat ini merupakan PNBP terbesar di lingkungan Kementerian Pertanian
Alokasi anggaran
operasional BARANTAN masih terbatas
28
Tabel 3. Faktor Eksternal
No Aspek Peluang (Opportunities) Tantangan (Threats)
1 Sistem Ekonomi/Perd agangan Internasional
a. Peningkatan jumlah konsumen produk pertanian dunia
b. Integrasi perdagangan dunia atau antar kawasan (WTO, MEA, APEC, EU, dsb) c. Globalisasi dan liberalisasi
perdagangan dunia menghasilkan sejumlah perjanjian dan kesepakatan d. Adanya ketentuan-ketentuan
antar Negara yang harus disepakati dan telah harmoni di dalam MoU
e. Terdapat berbagai
kesepakatan internasional terkait penjaminan akses pasar (OIE, Codex, dsb) f. Berlakunya Kebijakan
Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Agreement - FTA). Antara lain yaitu Indonesia – China; Indonesia – Korea; Indonesia – Jepang
a. Semakin meningkatnya hambatan non tarif terhadap produk-produk pangan yang dikenakan oleh Negara tujuan ekspor utama (USA, EU, Asia Timur Jauh, dan Australia) terutama terkait dengan Sanitary and
Phytosanitary (SPS). b. Meningkatnya volume dan
kompleksitas perdagangan
c. Kebijakan proteksi dari negara mitra
d. Standarisasi produk pertanian dari negara pengimpor
e. Tingginya frekuensi lalu lintas perdagangan
internasional untuk produk pertanian
f. Meningkatnya permintaan konsumen di negara tujuan ekspor terkait produksi pertanian yang sehat bermutu dan aman konsumsi serta bebas penyakit
g. Meningkatnya ancaman kelestarian sumberdaya alam hayati hewan dan tumbuhan selain HPHK dan OPTK, seperti IAS dan GMO serta ancaman terhadap
keanekaragaman hayati h. Adanya kebijakan zoning
dalam importasi produk hewan (daging)
i. 2 Perkembanga
n Iptek
a. Kerjasama penerapan standarisasi mutu secara internasional berbasis ISO b. Pembelajaran dari praktik
Otoritas Kompeten dari negara-negara lain c. Tawaran kerjasama
pengembangan jejaring riset internasional
a. Data hasil riset yang dilakukan oleh pihak Indonesia sangat mudah diakses pihak luar b. Data hasil riset yang
dilakukan pihak asing sangat sulit diakses oleh peneliti Indonesia
29
No Aspek Peluang (Opportunities) Tantangan (Threats)
d. Ketersediaan sumber pendanaan internasional e. Kesempatan mengikuti
pendidikan dan pelatihan di luar negeri
transportasi, perdagangan dan pariwisata
mengakibatkan
peningkatan kegiatan lalu lintas komoditas
d. Kemajuan dalam bidang bioteknologi dan teknologi pengolahan pangan e. Banyaknya HPHK dan
OPTK dari berbagai negara
f. Makin beragamnya jenis media pembawa HPHK & OPTK
3 Volume & kompleksitas perdagangan
a. Pengembangan dan produksi berbagai produk untuk kesehatan hewan dan tanaman (pencegahan, diagnosis dan pengobatan) b. Jenis asing invasif (Invassive
Allien Species/IAS) telah dapat diidentifikasi
berdampak penting terhadap lingkungan dan kelestarian sumberdaya hayati
a. Adanya bioterorisme. b. Semakin beragamnya
bentuk dan jenis komoditas berkaitan dengan produk produk rekayasa genetik (Genetically Modified Organism/GMO) c. Sulitnya menelusuri
30
3.1. Capaian Kinerja Organisasi
Pengukuran kinerja program dilingkup Badan Karantina Pertanian Tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi sasaran dengan indikator kinerja. Matrik pengukuran kinerja untuk mengetahui tingkat capaian kinerja sasaran dapat dilihat pada Lampiran.
Keberhasilan dan ketidakberhasilan setiap sasaran ditentukan dengan persentase pencapaian target yang telah ditetapkan, adapun kisarannya seperti berikut :
A. Sangat Berhasil : > 100 % B. Berhasil : 80 – 100 % C. Cukup Berhasil : 60 – (< 80 %) D. Kurang Berhasil : < 60 %
Secara ringkas disampaikan bahwa tarfet masing-masing sasaran yang telah ditetapkan sebagai berikut :
1) Meningkatnya efektifitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK, dengan indikator :
1. Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina impor di tempat pemasukan yang telah ditetapkan (95 %)
2. Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pemasukan yang telah ditetapkan (87%)
3. Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pengeluaran yang telah ditetapkan (87 %)
2) Meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor MP HPHK dan OPTK dan keamanan hayati, dengan indikator :
Persentase jumlah sertifikat ekspor yang ditolak oleh negara tujuan melalui tempat pengeluaran yang ditetapkan (≤ 0,1 %)
3) Meningkatnya kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian
1. Penurunan persentase kasus pelanggaran perkarantinaan dibanding tahun sebelumnya (5 %)
2. Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) (78)
Berikut akan diuraikan realisasi pencapaian sasaran Badan Karantina Pertanian Tahun 2016, yang diukur menggunakan indikator kinerja sebagai berikut :
BAB III
31
Sasaran
Program Indikator Kinerja Target Realisasi %
Meningkatnya efektifitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina impor di tempat pemasukan yang telah ditetapkan
95% 98,775 % 103,97 Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pemasukan yang telah ditetapkan
87% 87,923 % 101,06 Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pengeluaran yang telah ditetapkan
87% 87,783 % 100,90 Meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor MP HPHK dan OPTK dan keamanan hayati Persentase jumlah sertifikat ekspor yang ditolak oleh negara tujuan melalui tempat pengeluaran yang ditetapkan ≤ 0,1 % 0,0199% 119,20 Meningkatnya kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian Penurunan persentase kasus pelanggaran perkarantinaan dibanding tahun sebelumnya 5% 45,45 % 120,00
Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
78 83,84 107,54
Adapun penjelasan dari capaian kinerja setiap sasaran dapat dilihat dari sub bab evaluasi dan analisis kinerja berikut :
32
3.2. Evaluasi dan Analisis Kinerja
Sasaran program ke-1 dari Badan Karantina Pertanian adalah meningkatnya efektitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK yang diukur dari indikator kinerja sebagai berikut :
1. Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina impor di tempat pemasukan yang telah ditetapkan (95 %).
Jaminan kesehatan ini diharapkan setelah dilakukan sertifikasi (tindakan pelepasan adalah bebas dari HPHK atau OPTK, target pada tahun 2016 sebesar 95%. Adapun cara perhitungan untuk menghitung indikator ini adalah :
Indikator 1 = 100 % - (A + B)/2
A = persentase temuan HPHK golongan I (Eksotik) hasil pemantauan B = persentase temuan OPTK A1 hasil pematauan
Selama tahun 2016 tidak ada temuan hasil pemantauan HPHK golongan I (eksotik), maka A = 0 / jumlah HPHK x 100 % = 0. Sedangkan untuk temuan OPTK A1 hasil pematauan sebagai berikut :
No Kelompok OPTK Jumlah Temuan Persentase
1 Serangga 235 1 0.425532
2 Tungau 23 3 13.04348
3 Snail and Slug 30 0 0
4 Nematoda 62 0 0 5 Gulma 39 0 0 6 Cendawan 120 2 1,666666 7 Bakteri 55 8 14.54545 8 Phytoplasna 11 0 0 9 Virus 117 3 2.564103 TOTAL
692
17
2.456647No. Kelompok OPTK A1 OPTK A2
1. Bakteri 8 5 2. Cendawan 2 10 3. Nematoda 0 2 4. Serangga 1 15 5. Tungau 3 4 6. Virus/viroid 3 1 7. Gulma 0 1 Jumlah 17 38