• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINGKAT SOSIAL EKONOMI TERHADAP KESADARAN ORANG TUA DALAM MENYEKOLAHKAN ANAK KE PERGURUAN TINGGI (Studi Korelasi Pada Keluarga Muslim di Desa Sidoharjo, Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH TINGKAT SOSIAL EKONOMI TERHADAP KESADARAN ORANG TUA DALAM MENYEKOLAHKAN ANAK KE PERGURUAN TINGGI (Studi Korelasi Pada Keluarga Muslim di Desa Sidoharjo, Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang) - Test Repository"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT SOSIAL EKONOMI

TERHADAP KESADARAN ORANG TUA

DALAM M ENYEKOLAHKAN ANAK

KE PERGURUAN TINGGI

(Studi Korelasi Pada Keluarga Muslim di Desa Sidoharjo,

Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang)

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SK RIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Disusun Oleh :

(2)

D E P A R T E M E N A G A M A Rl

S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A JL Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@stainsalatiga.ac.id

Dra. Nur Hasanah Salatiga, 20 Februari 2006 DOSEN STAIN SALATIGA

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Puji Setiawan NIM : 11101033 Progdi : Tarbiyah / PA1

Judul : PENGARUH TINGKAT SOSIAL EKONOM1 TERHADAP KESADARAN ORANG TUA DALAM MENYEKOLAHKAN ANAK KE PERGURUAN TINGGI (Studi Korelasi pada Keluarga Muslim Desa Sidorejo Kec. Susukan Kab. Semarang)

(3)

DEPARTEM EN A G A M A Rl

SEK O LAH T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A J l Stadion 03 Telp. (0298) 323706,323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@stainsalatiga.ac.id

P E N G E S A H A N

S k rip si S a u d a r a : PUJI SETIAWAN d e n g a n N om or In d u k

M a h a sisw a : 1 1 1 0 0 0 6 0 y a n g b e iju d u l : “PENGARUH TINGKAT

SOSIAL EKONOMI TERHADAP KESADARAN ORANG TUA

DAL AM MENYEKOLAHKAN ANAK KE PERGURUAN TINGGI”

(S tu d i K o r e la si p ad a K eluarga M u slim D e sa S id o re jo K ec.

S u su k a n Kab. S em a ra n g ) te la h d im u n a q a s a h k a n d a la m sid a n g

p a n itia u jia n J u r u s a n T a rb iy a h S e k o la h Tinggi A gam a Islam N egeri

S a la tig a p a d a h a r i : S e la s a , 2 8 F eb ru ari 2 0 0 6 M y a n g b e rte p a ta n

d e n g a n ta n g g a l 2 9 M uharram 1 4 2 7 H d a n te la h d ite rim a se b a g a i

b a g ia n d a ri s y a r a t- s y a ra t u n t u k m e m p e ro le h g e la r S a ija n a d a la m

Ilm u T arb iy ah .

2 8 F e b ru a ri 2 0 0 6 M S a latig a,

---2 9 M u h a rra m 14---27 H

P em b im b in g

ir~

y

(4)

M O T T O

lamanya. Dan laksanakanlah amalan akhirat seakan-akan kamu mati

besok”. (H.R. Ibnu ‘Asakir)

(5)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua dan adikku tercinta yang tak pernah henti-hentinya memberikan dukungan baik moral maupun spiritual.

2. Ibu. Dra. Nur Hasanah, yang telah sabar dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Teman-teman EFC (Eyeing Fans' Club) yang senantiasa memberikan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Tidak lupa skripsi ini saya persembahkan kepada Adikku tersayang Afidatul Barokah yang selalu memberikan do'a dan semangat.

(6)

K ATA PE N G A N T A R

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan

rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis, serta pemberian kesempatan dan kemampuan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan, semoga shalawat dan salam tetap terlimpahkan kepad Nabi Muhammad Saw. yang telah menunjukkan ke

jalan kebajikan, kebenaran, keindahan dan ketaqwaan serta keindahan moral / akhlak yang tidak hanya sekedar teori saja, namum juga dicontohkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mampu mengubah jalan kegelapan menjadi jalan yang terang benderang dan lurus di jalan Allah Swt. dengan agama Islam.

Adapun maksud penulisan skripsi ini adalah untuk persyaratan guna memperoleh gelar saijana dalam ilmu tarbiyah pada Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga.

Disadari bahwa penulisan skripsi ii tidak akan dapat terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan yang diberikan oleh semua pihak. Dalam kesempatan ini penulis ucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ayah dan Ibu yang telah mendorong, membekali dan memberikan restunya sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah.

2. Bapak Drs. Badwan, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga.

(7)

4. Ibu Dra. Nur Hasanah, selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini. 5. Semua kawan seperjuangan yang telah memberikan bantuan dalam bentuk

dorongan dan kritikan demi kemajuan dan kesenipurnaan penulisan skripsi ini.

Akhimya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan diri penulis khususnya dalam usaha mencari pengetahuan, pengertian dan pemahaman tentang moral khususnya dan pelaksanaannya.

Salatiga, Pebruari 2006 Penulis

(8)

DAFTARISI

HALAMAN JUDUL.... DEKLARASI... NOTA PEMBIMBING PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang... 1

B. Penegasan Istilah... 4

C. Rumusan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Penelitian... 7

F. Hipotesis... 7

G. Metode Penelitian... 8

H. Sistematika Penelitian... 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Sosial Ekonomi Keluarga Dalam Masyarakat... 15

1. Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga... 15

2. Jenis-jensi/Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat... 17 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kondisi Sosial

(9)

Ekonomi Masyarakat... 22

B. Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Keluarga... 24

1. Pengertian Keluarga..., ... 24

2. Peranan Keluarga... 25

3. Usaha atau Upaya Keluarga Terhadap Pendidikan Anaknya... 27

C. Perguruan Tinggi Sebagai Pusat Pendidikan dan Pemtielajaran 1. Perguruan Tinggi dan Hakekatnya... 32

2. Perbedaan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta... 37

3. Perguruan Tinggi Islam : Antara Tantangan dan Peluang... 39

D. Pengaruh Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga Dalam Masyarakat Terhadap Kesadaran Orang Tua... 46

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Sidoharjo... 49

1. Keadaan Geografis Desa Sidoharjo... 49

2. Tenaga Pemerintah... 50

3. Perangkat (Fasilitas Pendukung)... 51

4. Jumlah Penduduk... 51

5. Jenis Pekeijaan/Mata Pencaharian... 53

6. Lembaga-lembaga Yang Ada di Desa Sidoharjo... 53

(10)

B. Penyajian Data... 54 1. Data Tentang Tingkat Sosial Ekonomi... 54 2. Data Tentang Kesadaran Orang Tua dalam

Menyekolahkan Anaknya di Perguruan Tinggi... 56

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Pertama... 59 B. Analisis Kedua... 63

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

A. Kesimpulan... 68 B. Saran... 69 C. Penutup... 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Perbedaan Perguruan Tinggi Negeri dengan Perguruan

Tinggi Swasta... !... 37

Data Tentang Dusun “Desa Sidoharjo” dengan Kepala Dusunya... 50

Data Tentang Tenaga Administrasi Desa Sidoharjo... 50

Daftar Inventaris... 51

Jumlah Jiwa Berdasarkan Jenis Kelamin... 51

Jumlah Jiwa Berdasarkan Usia... 52

Tabel 7 : Jumlah Kepala Keluarga di Desa Sidoharjo... Tabel 8 Jumlah Jiwa Berdasarkan Mata Pencaharian... Tabel 9 Jumlah Lembaga Pendidikan dan Lembaga Keagamaan... Tabel 10 : Rekapitulasi Data Tentang Tingkat Sosial Ekonomi Rekapitulasi Data Tentang Tingkat Kesadaran Orang Tua Dalam Menyekolahkan Anaknya ke Perguruan Tinggi.... Prosentase Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sidoharjo... Frekuensi Jawaban Angket Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sidoharjo Kec. Susukan... Prosentase Tingkat Kesadaran Orang Tua Dalam Menyekolahkan Anaknya ke Perguruan Tinggai... Frekuensi Jawaban Angket Tingkat Kesadaran Orang Tua Dalam Menyekolahkan Anaknya di Perguruan Tinggi... Perubahan Skor Menjadi Nilai... 1... Tabel Keija Koefisien Korelasi Kedua Variabel...

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perspektif Islam, anak adalah karena sekaligus amanat Allah SWT, yang diberikan kepada orang tua, sebagai karunia, dengan kelahiran anak harus disyukuri sebagai nikmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia. Sedangkan masalah amanah, orang tua mempunyai tanggung jawab memelihara anaknya dalam artian dicukupi kebutuhan fisik dan spiritualnya termasuk pendidikannya. Rasa syukur dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dapat diwujudkan dalam perlakuan baik, kasih sayang pemeliharaan, pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan pendidikannya.

Anak adalah potensi bangsa yang akan memikul tanggung jawab terhadap perwujudan cita-cita bangsa. Agar setiap anak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapatkan kesempatan yang seluas- luasnya untuk tumbuh berkembang dengan wajar baik secara jasmani, rohani, maupun sosial sejak dini.

(13)

nilai-nilai kasih sayang, agama, dan kemanusiaan”1. Realisasi dari

undang-undang tersebut adalah pemerintah menyediakan sarana-sarana pendidikan yang memungkinkan asuhan, bimbingan, dan sosialisasi nilai itu berjalan baik dan memenuhi sasaran, yang salah satunya adalah pendidikan akhlak dan

j

mental.

Tanggung jawab pendidikan tidak menjadi tanggung jawab pemerintah semata, tetapi juga menjadi tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat termasuk diantaranya tokoh agama, tokoh pendidikan, dan stake holders

lainnya.

Realitas sekarang ini telah menunjukkan bahwa, bila orang tua telah menyerahkan anaknya ke lembaga pendidikan baik formal maupun non formal telah dianggap cukup, padahal asumsi semacam itu sebenamya keliru sebab arahan atau bimbingan orang tua di rumah sangat fital adanya.

Di sini tergantung kesadaran orang tua dalam mendidik dan

menumbuhkan anaknya baik secara fisik, psikologis maupun secara budi pekerti. Kesadaran orang tua dalam hal ini mestinya tidak terpengaruh denga tingkat sosial ekonomi, sebab banyak contoh di masyarakat seperti orang bersetatus ekonomi mewah budi pekertinya rusak, sebaliknya orang yang berstatus ekonomi rendah akhlak / budi pekerti anaknya baik.

Konsep pendidikan Islam adalah seumur hidup sebagaimana hadits Nabi yang berbunyi:

(14)

* *

ls**J 1e \ \ \ AaI.****4 ^ ^v^*-**4 1 ^ \ U » li^

Hadits tersebut mengandung maksud bahwa menuntut ilmu adalah wajib bagi orang Islam laki-laki dan perempuan sejak ia dilahirkan hingga datang ajal.

Berdasarkan hadist tersebut, berarti proses proses menuntut ilmu tidak terputus setelah lulus SMA/MA atau bahkan setelah mempunyai suami atau isteri, tetapi proses menuntut ilmu masih harus terus berlangsung sebagaimana tuntutan hidup secara Islami. Lagi-lagi tanggungjawab orang tua terhadap anaknya akan kebutuhan hidupnya agar bisa mengarungi hidup yang bermakna dan memuliakan hidup anaknya perlu memasukkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi setelah tamat SMA/MA yaitu ke

Perguruan Tinggi2.

Realitas sekarang menunjukkan bahwa banyak lulusan Perguruan j

Tinggi (baik sarjana maupun diploma) belum bisa memuliakan hidupnya, apalagi yang hanya lulusan SMA / MA / STM akan sulit untuk bisa menuju memaknai hidup, apalagi memuliakan hidup.

Untuk itulah para orang tua berbondong-bondong memasukkan anaknya ke Perguruan Tinggi (PT) baik negeri maupun swasta. Hal ini para orang tua tidak menghendaki anaknya terkatung-katung dalam masyarakat dan

2

Sekalipun orang yang hidupnya bermakna dan dapat memuliakan hidupnya, tidak scmuanya berasal dari Perguruan Tinggi. Hal ini sesuai dengan pcrkcmbangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

/

(15)

tidak menentu masa depannya, sebab, dampakanya tidak akan mungkin

menjadi warga negara produktif\

Untuk itu, dalam memilih Perguruan Tinggi di Indonesia, harus dilakukan secara berhati-hati, jangan sekedar memasuki suatu Perguruan Tinggi dengan sikap terpaksa, artinya jangan sekali-kali memasuki Perguruan

Tinggi dengan sikap dari pada tidak menjadi mahasiswa.

Dewasa ini, hampir semua orang tua telah memiliki kesadaran untuk menyekolahkan anak-anaknya ke Perguruan Tinggi, guna menghadapi dunia yang semakin global, di samping persaingan yang semakin kompetitif.

Perguruan Tinggi yang dicari orang tua beserta anaknya adalah

perguruan tinggi yang mampu menyiakan anaknya ke dunia kerja, yaitu memiliki jalur profesi, bukan jalur akademisi seperti keguruan, kebidanan, perawat dan perbankan. Mengenai janis Perguruan Tinggi, tidak dipersoalkan, baik itu STAIN, IAIN, UNES maupun Universitas lain, tanpa memandang itu negeri atau swasta.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah pengertian dalam menafsirkan istilah-istilah di dalam skripsi ini, maka beberapa istilah yang perlu ditafsirkan adalah sebagai berikut:

1. Tingkat sosial ekonomi

|

Yang dimaksud tingkat di sini adalah perbedaan status sosial, dipandang dari: 3

(16)

- Ekonomi dalam artian kekayaan (hak milik harta) - Aspek pendidikan orang tua

- Aspek jenis pekerjaan orang tua. 2. Kesadaran orang tua dari keluarga muslim

Sadar berarti ingat kepada keadaan yang sebenarnya'1 Kesadaran yang

dimaksud di sini ada perasaan tahu dan ingat bahwa para orang tua dari keluarga muslim di Desa Sidoharjo Kecamatan Susukan Kabupaten

Semarang akan pendidikan anaknya terutama pendidikan di Perguruan Tinggi.

3. Perguruan Tinggi

Perguruan Tinggi adalah jenjang pendidikan tingkat lanjut sebelum peserta didik memasuki dunia kerja dan dunia kehidupan sosial yang sesungguhnya. Berdasarkan jalur studinya Perguruan Tinggi dibagi

menjadi dua jenis, yaitu jalur Studi Akademis dan jalur Studi Profesional4 5.

Jalur Studi Akademis seperti, jurusan Matematika, Fisika, Kimia dan lain- lain. Sedang jalur Studi Profesional seperti Kedokteran, Keguruan, Pertanian, Kebidanan, Hukum dan lain-lain. Sedang menurut jenjangnya, program Perguruan Tinggi dibedakan menjadi; Jenjang Diploma Dua (D II), Diploma Tiga (D III), Jenjang Strata Satu (S I) dan Jenjang Pasca Sarjana (S2 dan S3).

4Puhut Tunggal Handayani dan Pujo Adlii Suryani. Kamus Lengkap liahasa Indonesia. Giri Utama, Surabaya, 2001. hal. 382.

(17)

Pada umumnya, kebanyakan para orang tua di desa memilih perguruan

j

tinggi yang bersifat Profesional dan jenjang yang dianggapnya siap memasuki dunia kerja, artinya mengikuti pasaran yang ada, bila pasar lebih membutuhkan guru, maka orang tua .memasukkan anaknya ke Keguruan dan seterusnya, tidak pandang itu jenjang Diploma maupun Strata.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat sosial ekonomi keluarga muslim di Desa Sidoharjo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang?

2. Bagaimana kesadaran orang tua dalam menyekolahkan anak-anaknya ke Perguruan Tinggi di Desa Sidoharjo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang?

3. Sejauh mana pengaruh tingkat sosial ekonomi terhadap kesadaran orang tua dalam menyekolahkan anaknya ke Perguruan Tinggi, pada keluarga muslim di Desa Sidoharjo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang?

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:

(18)

2. Mengetahui kesadaran orang tua dalam mendidik akhlak anak di Desa Sidoharjo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

3. Mengetahui pengaruh tingkat sosial ekonomi terhadap kesadaran orang tua dalam mendidik akhlak anak, pada keluarga muslim di Desa Sidohaijo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat:

1. Bagi orang tua, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi keluarga muslim di Desa Sidoharjo, sehingga orang tua dapat melakukan langkah-langkah lanjut yang bermanfaat bagi perbaikan akhlak anaknya. Selain itu dapat digunakan sebagai acuan cara- cara membina akhlak anak dari keluarga muslim.

2. Bagi anak, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman, bahwa kesadaran orang tuanya dalam mendidik akhlak anak dapat dipengaruhi tingkat sosial ekonomi.

F. Hipotesis

Hipotesis adalah pemyataan sementara mengenai hal-hal yang oleh peneliti ingin didukung atau ditolak6. Dalam penelitian ini hipotesis yang penulis ajukan adalah sebagai berikut: "Ada pengaruh yang positif antara tingkat sosial ekonomi terhadap kesadaran orang tua dalam pendidikan akhlak anaknya pada 6

6 James A. Black dan Dean J. Champion., Penelitian Sosial. Refika Aditama, Bandung, 2001, hal.

(19)

keluarga muslim di Desa Sidoharjo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang tahun 2003"

G. Metode Penelitian

1. Populasi dan Sampel a

Adalah keseluruhan subyek penelitian7. Dalam penelitian ini populasinya adalah uh kepala keluarga uslim yang mempunyai anak sekolah/kuliah di Perguruan Tinggi pada masyarakat Desa Sidoharjo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2005.

Adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti8. Dalam penelitian ini sampel diambil tidak berdasarkan prosentase tetapi seluruh keluarga muslim yang mampu menyekolahkan anaknya di perguruan tinggi. Temyata dari observasi awal di kantor desa ada 842 kepala keluarga keluarga muslim yang terdistribusi menjadi 7 rukun warga (RW) atau 7 dusun. Dari 842 KK yang mampu menyekolahkan anaknya di perguruan tinggi hanya sekitar 2,5%.

Pengambilan sampel dilakukan dengan dua cara yaitu :9 a. Secara kuota (Quota sampel)

Sampel didasarkan pada jumlah yang sudah ditentukan yaitu 20 KK yang berasal dari RW I sebanyak 3 kepala keluarga, RW II sebanyak

(20)

3 kepala keluarga, RW III sebanyak 3 kepala keluarga, RW IV sebanyak 1 kepala keluarga, RW V sebanyak 3 kepala keluarga, RW VI sebanyak 2 kepala keluarga dan RW VII sebanyak 6 kepala keluarga.

b. Secara sampel kelompok/cluster sampel.

Sampel diambil berdasarkan pendidikan anak yaitu 20 anak dari 20 kepala keluarga (KK) yang bersekolah.

2. Variabel penelitian

Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai, atau variabel dapat juga diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih1".

Pada penelitian ini digunakan dua variabel yaitu : a. ^Variabel beba^

1) Tingkat sosial ekonomi keluarga muslim di Desa Sidoharjo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

Variabel bebas ini mempunyai indikator sebagai berikut: 1) Strata sosial berada pada tingkat bawah, menengah atau atas. 2) Pendapatan rata-rata perbulan per kepala keluarga (KK)

3) Jenis pekerjaan keluarga muslim yang menyekolahkan anaknya di Perguruan Tinggi.

4) Biaya yang harus dikeluarkan (living cost) tiap bulan per kepala keluarga (KK). 10

10 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal. 133.

(21)

esadaran orang tua dari keluarga muslim dalam menyekolahkan anaknya di Perguruan Tinggi”.

Variabel-variabel ini mempunyai indikator sebagai berikut:

1. Menasehati / menyuruh anak masuk Perguruan Tinggi. 2. Kemauan membiayai kuliah anaknya di Perguruan Tinggi.

3. Mendorong / memotivasi seperti memberikan spirit kepada anaknya yang telah kuliah berupa hadiah jika memperoleh prestasi. 4. Pengawasan / perhatian tentang kesungguhan anak dalam

perkuliahan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang obyektif dan outentik serta valid, penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Metode Observasi atau Pengamatan

(22)

b. Interview atau Wawancara

Yaitu suatu alat pengumpul informasi (data) dengan cara mengajukan

sejumlah pertanyaan secara lisan pula." Jadi di sini harus ada kontak

langsung antara responden dengan peneliti. Dalam penelitian ini peneliti membawa daftar pertanyaan yang kemudian digunakan untuk mewawancarai Kepala Desa dan Ketua RW 01 s/d RW 07 di Desa Sidohaijo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk menggali data tentang nama-nama KK yang mempunyai anak sekolah / kuliah di Perguruan Tinggi, dan tingkat sosial ekonomi keluarga muslim di Desa Sidoharjo Kecamatan

I Susukan Kabupaten Semarang tahun 2005.

c. Metode Kuesioner atau Angket

Yaitu suatu alat pengumpul informasi (data) dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk responden yang

kemudian diteliti.11 12 Angket diberikan kepada orang tua dari keluarga

muslim yang mempunyai anak sekolah di Perguruan Tinggi yaitu anak yang masih duduk di Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta, baik Diploma maupun Sarjana. Untuk mendapatkan data tentang kesadaran

orang tua dalam menyekolahkan di Perguruan Tinggi dan tingkat sosial ekonomi keluarga miskin di Desa Sidoharjo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

11 Ibid, hal. 165.

(23)

d. Metode Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data dengan cara mencatat dan memanfaatkan data

yang ada di instansi terkait ' (dalam hal ini desa Sidoharjo) seperti

daftar nama KK sebanyak 7 RW lengkap derrgan pekerjaannya. 4. Analisis Data

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya dalah analisis data. Dalam menganalisis data, penulis melakukan 2 langkah analisis yaitu: a. Analisis Pertama dan Kedua

Analisis ini, penulis lakukan untuk mengetahui kesadaran orang tua keluarga muslim dalam menyekolahkan anaknya di Perguruan Tinggi dan tingkat sosial ekonominya. Teknik analisisnya menggunakan rumus:

F

P = --- x 100% N

Keterangan:

P = Proporsi individu dalam golongan F = Frekuensi

N = Jumlah subyek dalam golongan b. Analisis Ketiga

Dalam analisis ketiga ini, penulis bermaksud mengetahui pengaruh tingkat sosial ekonomi terhadap kesadaran orang tua muslim dalam menyekolahkan anaknya di Perguruan Tinggi. Teknik analisis yang 13

(24)

penulis gunakan adalah teknik “Korelasi Product Moment” dengan

14

mmus : _ _ _ _ _

'Keterangan:... ‘....

rs> = Koefisien korelasi antara variabel x dan y

X = Variabel bebas, yaitu tingkat sosial ekonomi keluarga muslim di Desa Sidoharjo Kecamatan Susuka Kabupaten Semarang

Y = Variabel terikat, yaitu kesadaran orang tua dari kaluarga muslim dalam mendidik akhlak anaknya

N = Jumlah sampel yang diteliti

H. Sisteniatika

Untuk memudahkan penelaahan terhadap skripsi ini, maka dalam penyusunannya dibuat sistematika sebagai berikut:

Pengasahan

Motto dan Persembahan Kata Pengantar

Daftar Isi, Daftar Lampiran, Daftar Tabel

MSutrisno Hadi. Metodologi Research, Jilid II. Fak. Psikologis UGM. Yogyakarta. 1983. hal. 294.

(25)

Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, metodologi penelitian.

Bab II Landasan teori, yang membahas atau mengupas tentang tingkat sosial ekonomi dan pendidikan di Perguruan Tinggi.

Bab III Penyajian data, pada bab ini disajikan data yang diperoleh dari penelitian.

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sosial Ekonomi Keluarga dalam Masyarakat

1. Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga

Perlu dimengerti bersama bahwa tujuan ekonomi berbeda dengan tujuan hidup manusia. Menurit pakar ekonomi Pakistan, M. Akram Khan,

j

tujuan hidup manusia untuk beribadah yaitu mengabdi semata-mata

kepada AllahI6.Sedang menurut Islam tujuan hidup manusia adalah

hasanah fi al dunya (kebaikan hidup di dunia) hasanah fi al akhirat

(kebaikan hidup di akhirat), hal ini sesuai dengan sebuah ayat al-qur’an

bahwa hendaknya manusia manusia itu menuntut kebahagiaan hidup di akhirat (karena hal itu lebih kekal), tetapi janganlah melupakan nasibnya

di dunia.17

Syair lagu ciptaan penyair terkenal Taufik Ismail yang dinyanyikan oleh group Bimbo berbunyi “barang siapa mengejar hidup di dunia, hanya akan memperoleh dunia saja, tetapi yang mengejar akhirat akan memperoleh akhirat, sekaligus dunia”. Pepatah jawa mengatakan “nggolak jeneng luwih becik ketimbang nggolak jenang”. Syair lagu dan pepatah jawa tersebut berbaikan dengan tujuan hidup, di mana tujuan ini tidak lain

l6M. Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, Lembaga Studi Agama dan Filasafat, Jakarta, 1999, hal. 7

11 Ibid, hal. 7

(27)

adalah mengarah pada tujuan aktivitas ekonomi, artinya bagaimana cara memperoleh, mengelola dan memanfaatkan ekonomi itu.

Dewasa ini, ekonomi dianggap sebagai sumber ekologi, padahal dua istilah itu berasal dari satu kata yang sama yaitu oikos, merupakan kata Yunani yang artinya rumah atau rumah tangga. Maka ekologi adalah ilmu tentang rumah tanngga. Rumah tangga yang dimaksud di sini menurut Otto Sumarwoto (seorang ahli ekologi Indonesia) adalah rumah tangga makhluk hidup yang berada dalam satu sistem yang tunggal yaitu

ekosistem . Sedangkan ekonomi yang berasal dari oikonomos artinya manajer atau pengelola rumah tangga.

Sehubungan antara ekologi dan ekonomi berasal dari satu kata, maka menurut Haeckel Ekologi dapat diartikan sebagai “ekonomi

mengenai makhluk hidup* 19. I

Dalam konsep khalifah, manusia adalah M anager o f Resources,

artinya pengelola sumber daya di bumi. Oleh sebab itu manusia wajib memuliakan dirinya sendiri. Dari konsep ini manusia senantiasa memiliki kecenderungan memperbaiki taraf hidupnya dan membangun lingkungannya.

Usaha untuk memperbaiki taraf hidup dapat dilakukan dengan cara menumbuh kembangkan perekonomian yaitu melalui kegiatan produksi, distribusi dan jasa secara kerja sama (Cooperatif) dan partisipasi.

(28)

Tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi masyarakat,

menurut Dudley Seers20 ditentukan oleh tiga kriteria yaitu:

a. Berkurangnya kemiskinan

b. Menurunnya ketimpangan distribusi pendapatan c. Menurunnya tingkat pengangguran

Beberapa cara orang memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini tergantung pada sumber daya alam dan sumber daya manusianya, artinya di daerah perkotaan berbeda dengan di daerah pedesaan. Di daerah pedesaan kebanyakan untuk memenuhi kebutuhan dilakukan dengan cara:

a. Bertani ala tradisional

b. Buruh tani maupun buruh pabrik c. Berdagang

d. Pegawai negeri sipil, yang jumlahnya masih sedikit. 2. Jenis-jenis/Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat

a. Lapisan Sosial Ekonomi

Di dalam kehidupan manusia terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai kedudukan yang berbeda-beda. Perbedaan ini menunjukkan pola perkembangan yang dipengaruhi oleh gejala- gejala dan masalah-masalah khusus, berkenaan situasi, geografis, ekonomis dan politik. Sebagai akibat perbedaan ini bisa menimbulkan terjadinya pergolakan dan perubahan struktur masyarakat yang menyangkut perubahan dan kekuasaan dalam menentukan arah dari

20Dochak Latief, Pembangunan Ekonomi dan kebijakan Ekonomi Global[ Muhammadiyah University, Press, Surkarlo, 2003

(29)

gerak perubahan-perubahan tersebut. Dari situasi seperti ini dapat diamati dan dipahami adanya kekuatan sosial yang menciptakan golongan sosial terkemukan (elite), serta kegiatan golongan sosial tersebut dalam menjalankan perubahan-perubahan masyarakat menjadi bangsa modem.

Perubahan masyarakat tradisional ke arah modem akan menimbulkan peran serta fungsi dari lembaga-lembaga lama dan baru. Ada golongan yang mempertahankan status lama dan memandang perubahan sebagai ancaman, dilain pihak terdapat golongan elite baru yang melancarkan pembaharuan-pembaharuan, sehingga melahirkan pergeseran. Pergeseran-pergeseran tersebut akan membentuk pelapisan sosial dalam masyarakat.

Aristoteles, seorang filosof Yunani pemah mengatakan bahwa masyarakat di dalam suatu negara, terbagi dalam tiga kelompok, yaitu :

a) Kelompok yang kaya

b) Kelompok yang miskin

c) Kelompok yang berada di tengah-tengah21.

Menurut Petirim Sorikin dalam bukunya "Sosial Stratification" menyatakan bahwa sistem lapisan masyarakat itu merupakan ciri yang

tetap dan umum dalam setiap masyarakat hidup secara teratur22.

2lAisyah Dachlan, Membina Rumah Tangga Bahagia dan Peranan Agama dalam Rumah Tangga, Jamum, Jakarta, 1969, hal. 19

(30)

Adanya lapiran sosial dalam masyarakat bukan karena adanya perbedaan saja, akan tetapi karena kemampuan manusia menilai perbedaan itu dengan menerapkan berbagai kriteria. Artinya selama ada

sesuatu yang dihargai dan sesuatu yang dihatgai itu akan menjadi bibit tumbuhnya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.

b. Kelas Sosial

Istilah kelas disini tidak selalu mengandung arti sama. Ada kalanya yang dimaksudkan dengan kelas adalah semua orang dan keluarganya yang sadar akan kedudukannya di dalam suatu lapisan. Sedangkan

mengenai kedudukannya tersebut dapat diketahui dan dibatasi oleh masyarakat umum. Dengan demikian maka pengertian kelas adalah sama dengan pengertian lapisan tanpa membedakan dasar lapisan seperti uang, tanah, kekuasaan atau dasar lainnya.

Max Weber membedakan juga atas dasar-dasar ekonomi dan dasar- dasar keduduk sosial dari lapisan itu. Adanya kelas yang bersifat ekonomsi dibagi lagi dalam kelas yang berstandarkan atas pemilikan tanah dan benda-benda dan kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi dengan menggunakan keahliannya.

Dalam proses perkembangan ke arah peningkatan derajat sosial, melalui pemenuhan kriteria ekonomi ilmu dan prestasi, seseorang dapat berada dalam status sosial class, class ini, karena setiap harinya disibukkan oleh kegiatan produktif, memerlukan "waktu senggang". Dan dengan pengisian waktu senggang ini, strata ini menjadi amat bermanfaat bagi perkembangan sosial. Dan dengan proses interelasi dan

(31)

interaksi sosial, maka akan dapat terkurangi perbedaan derajat sosial, saling mengenal dan saling mengerti antara strata sosial yang ada.

c. Konsepsi Islam Dalam Menanggulangi Kesenjangan Sosial

Sebenamyalah bahwa orang miskin dan lemah tidaklah menuntut pemerataan sosial ekonomi yang sempuma, tetapi yang mereka dambakan adalah adanya perlakuan yang adil dalam kegiatan ekonomi

dan sosialnya. Pemerataan yang sempuma yang seadil-adilnya adalah tidak mungkin, tetapi jiwa masyarakat akan tentram seandainya ketimpangan sosial ekonomi dirasakan berjalan cukup wajar, tidak cenderung semakin bertambah lebar jarak antara si kaya dan si miskin yang bisa menyebabkan dampak-dampak kecemburuan sosial dan sikap ketidakpedulian.

Kita harus waspada bahwa masalah kaya-miskin dalam masyarakat bisa menjadi masalah yang rawan, karena keadaan itu dapat menimbulkan pertentangan sosial, sedangkan jurang perbedaan kaya- miskin yang mencolok sangat dirasakan sebagai pertentangan dengan rasa keadilan. Oleh karena adalah kewajiban kita untuk menghapus jurang perbedaan kaya-miskin, setidak-tidaknya harus dikurangi supaya sesuai dengan nilai-nilai keadilan dengan meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi mereka.

(32)

tindakan-tindakan yang berpengaruh demi mengurangi kesenjangan sosial antara

kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat.

Dari uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa kebutuhan akan jaminan kesejahteraan sosial ekonomi bagi kelompok miskin amat mendesak. Maka upaya-upaya untuk menanggulanginya tentu

membutuhkan uluran tangan dari berbagai pihak. Tidak harus mengandalkan dari program-program dan proyek-proyek pemerintah. Akan tetapi peran serta lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan dan organisasi keagamaan, yang didasari oleh dukungan segenap masyarakat justru akan lebih tangguh dan dapat diandalkan keberhasilannya. Dalam hal ini agama Islam memiliki prinsip yang asasi di dalam memandang masalah hak dan kewajiban bagi golongan kaya-miskin. Dan Islam telah memberikan konsep-konsep dasar yang kokoh kepada manusia untuk berkewajiban mewujudkan adanya jaminan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Salah satunya adalah

mencakup lembaga zakat .

Selain zakat, Islam juga menunjukkan pedoman untuk membelanjakan harta melalui infaq dan sedekah. Infaq sifatnya lebih umum dari pada zakat yaitu mengeluarkan harta benda untuk kemaslahatan umum, kepentingan-kepentingan di jalan Allah dan untuk orang yang membutuhkan. Sedangkan sedekah dimaksudkan untuk memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada sesama

! makhluk Allah dimuka bumi. 23

23Ahmad Suyuti, Selekta Khutbah J u m ’at, Pustaka Amani, Jakarta, Cet. Ke I, hal 11

(33)

Allah telah menjamin kepada orang-orang yang mengeluarkan zakat, infaq dan sedekah, mereka tidak akan menjadi miskin, bahkan Allah akan

memberkahi rezeki mereka. Sebagaimana finnan Allah SWT:

I 4.JO L ^m

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (dijalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu. Sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi ju a l beli, tidak ada lagi persahabatan yang akrab, dan tidak ada lagi syafaat". (QS. A1 Baqoroh; 254).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat Landasan filosofi perekonomian kita sejarah kemerdekaan 1945 adalah pancasila, sebagai sistem ekonomi kita adalah sistem ekonomi Pancasila. Pelaksanaan di lapangan, temyata berubah-ubah sebagai contoh kronologosnya;

a. Tahunl945 sampai pertengahan 50-an, sistem perekonomian kita lebih mendekati sistem ekonomi liberal.

b. Tahun 1956 sampai 1965 cenderung kesistem ekonomi sosial.

c. Sejarah orde barn sampai sekarang lebih condong ke ekonomi liberal, tetapi namanya sistem ekonomi pancasila. Hal ini terjadi karena

adanya dua kemungkinan24:

(34)

a. Sistem ekonomi pancasila belum mempunyai paradigma yangjelas sehingga seringkali terombang-ambing oleh paradigma liberal dan sosial secara bergantian.

i

b. Konsep pembangunan sendiri merupakan konsep yang terns berkembang, baik kekuasaan mapun isi dan maknanya.

Usaha untuk mewujudkan pembangunan ekonomi di pedesaan beijalan secara konvensional artinya berjalan secara perlahan dan tanpa tantangan yang cukup berarti. Di samping itu lebih mengarah pada praktik individu daripada kooperatif. Adapun penyebab faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi menurut hemat kami adalah:

a. Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah b. Mobilitas ekonomi tidak lancar

c. Alat pengolah lahan dan bahan-bahan mentah sulit didapat d. Keinginan investasi rendah

e. Lapangan pekeijaan terbatas f. Sumber Daya Alam (SDA)

g. Kerja sama saling menguntungkan yang kurang.

Sebagaimana dengan pembahasan di atas, maka dapat diartikan

bahwa perekonomian pedesaan identik dengan perekonomian perkotaan. Oleh sebab itu perekonomian pedesaan secara fungsional dapat

dirumuskan dengan tiga pengertian25;

I

25M. Dawam Raharjo, Op. C it. Hal. 19

(35)

Pertam a : perekonomian pedesaan adalah perekonomian yang dilakukan oleh kaum pedesaan.

K edua : cakupannya meliputi pengusaha-pengusaha desa (termasuk petani dan pedagang).

K etig a: adalah yang pelakunya kewiraswastaan dalam pedesaan.

B. Tanggung Jawab Orang Tua dalam Keluarga

1. Pengertian keluarga

Menurut Frank J. Mifflen, keluarga adalah dua orang atau lebih I

yang terhubung melalui ikatan perkawinan atau ikatan darah yang

biasanya memelihara tempat tinggal yang sama26.

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat memegang

peranan penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang dapat mengurangi timbulnya masalah-masalah sosial, keutuhan, keserasian dan keharmonisan dalam keluarga merupakan faktor yang sangat penting. Orang tua sebagai pengisi hati nurani dan pendidik anak

harus mampu melakukan tugas ini dengan penuh tanggung jawab dalam suasana kasih sayang antara orang tua dengan anak.

Suatu keluarga dikatakan bahagia dan sejahtera bila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai dengan berkurangnya rasa ketegangan, kekecewaan, dan puas terhadap emosi, dan sosial. Selain itu di dalam keluarga yang bahagia juga tercipta suasana tentram serta perasaan kasih dan sayang diantara sesama anggota keluarga.

(36)

dikembangkan agar nantinya setelah dewasa mampu terjun di masyarakat. Karena itu orang tua harus benar-benar mempersiapkan diri menjadi pengasuh dan pendidik yang baik. Orang tua tidak boleh mengasuh dan mendidik anak mereka hanya dengan naluri saja, melainkan perlu persiapan yang matang.

Suasana yang tercipta dalam suatu keluarga akan membentuk perilaku dasar anak, misalnya :

a. Di dalam keluarga yang teratur dengan baik dan sejahtera anak akan memperoleh latihan-latihan dasar dalam mengembangkan sikap sosial yang baik dan kebiasaan berperilaku baik.

b. Hubungan antara anggota keluarga menentukan pola hubungan sosial dan interaksi sosial yang luas dalam diri anak.

c. Di dalam ikatan keluarga yang akrab dan hangat seorang anak akan memperoleh pengertian tentang hak dan kewajiban dan sikap tanggung jawab sehingga anak akan belajar mematuhi dan tata cara keluarga.

d. Sikap keluarga dalam menghadapi suatu persoalan aklan membentuk sikap anak dalam memandang kehidupan mendatang.

2. Peranan Keluarga

a. Keluarga sebagai masyarakat kecil

Keluarga sebagai tempat yang sangat penting dimana anak memperoleh kemampuan-kemampuan dasar yang akan terus

(37)

Kelompok terkecil yang pertama kali dijumpai manusia sejak lahir adalah keluarga. Dalam pembentukan mental anak, peranan keluarga sangat penting.

b. Keluarga sebagai pusat ketenangan hidup

Dalam hal ini Aisyah Dachlan berpendapat: Sang ibu mengurus dan mengatur, menjadikan rumah tangga itu sebagai muara yang aman dan damai, pelabuhan yang teduh tenang dan tempat peristirahatan yang indah menarik untuk seluruh keluarga baik diwaktu suka dan

duka waktu sedih dan senang, tempat mereka menyimpan hati27. c. Orang Tua Selaku Pendidik

Rumah tangga tempat mencurahkan rasa hati keluarga, rasa cintanya, rasa kasih sayangnya baik antara suami istri atau anak dan orang tua. Satu arsiama yang tidak dapat dibantah bahwa rumh tangga merupakan sekolah pertama tempat mereka belajar hidup dan kehidupan belajar mengenal yang benar dan belajar mengenal yang saleh, belajar menghormati orang tua dan sanak saudara, belajar berakhlak dan berbudi pekerti baik, rumah tangga juga menjadi tempat

ibadah pertama bagi anak-anak sebelum mereka mengenal masjid28. Pendidikan keluarga, merupakan pendidikan yang pasti dialami seseorang sejak dilahirkan, dan biasanya dilaksanakan sendiri oleh

orang tua dan anggota keluarga yang lain.

27Aisyiah Dachlan, op. C/t, hal. 17

(38)

1) Lembaga pendidikan tertua.

Ditinjau sejarah perkembangan pendidikan maka "keluarga merupakan lembaga pendidikan yang paling tua".

Lembaga pendidikan lahir "sejak adanya manusia di mana orang tua yaitu ayah serta ibu sebagai pendidiknya dan anak sebagai si terdidiknya".

2) Lembaga pendidikan informal.

Dengan lembaga informal yang dimaksud adalah lembaga pendidikan yang tidak terorganisir, tidak mengenai penjejangan kronologi atas dasar usia maupun pengetahuan/ketrampilan.

3. Usaha atau Upaya Keluarga (orang tua) Terhadap Pendidikan Anaknya Kesadaran agama diperoleh anak dalam keluarga seeara training dari orang tua. Dengan bimbingan orang tua anak mengenai tentang kerajaan syurga. Pengenalan ini mendidik anak untuk berbuat baik. Anggota rumah tangga yang selalu beribadah atau menghubungkan

dirinya kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pencipta, Maha Penyayang akan membawa ketenangan hidup.

Ketenangan hidup dapat dicapai apabila bahan mental yang mengganjal di hati (jiwa) dapat dihilangkan. Untuk mencapai dan menghilangkan beban itu setiap orang hendaknya bertaubat memohon ampunan kepada Allah, berdzikir (ingat) kepada Allah dan saling memaafkan diantara sesama manusia.

Firman Allah dalam A1 Qur'an :

Sifat-sifat umum keluarga sebagai pusat pendidikan :

(39)

cjjl& i q i aW \ aM V I j ^JLi ( jj^ la jj I j l a l (jj^ f

Artinya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat A llahl ah hati menjadi tentram (Arrodu, 2 8 f9

Syarat utama bagi kelancaran terlaksananya fungsi keluarga adalah terciptanya suasana keluarga yang baik yaitu suasana dimana setiap anak bisa mengembangkan dirinya dengan bantuan orang tua dan saudara-saudaranya.

Suasana hubungan antara anggota keluarga seyogyanya memperlihatkan adanya saling memperhatikan dan saling membantu antara seseorang dengan kasih sayang. Sikap dan usaha apa saja yang dilandasi dengan yang lainnya akan memberikan kehangatan perasaan aman dan terlindungi yang diperlukan, anak agar menjadi orang dewasa yang sejahtera. Hubungan antara anggota keluarga yang baik

juga tercermin dari kebersamaan dalam melakukan kegiatan-kegiatan seperti pekerjaan rumah, hobi, rekreasi dan lain-lain.

(40)

wadah yang memungkinkan perkembangan anak secara wajar dan optimal.

Telah kita ketahui bersama, bahwa pendidikan keluarga

sangatlah penting bagi anak. Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama tempat anak menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya dan anggota keluarga lainnya. Karena sangat pentingnya pendidikan keluarga ini, maka perlulah kiranya ada petunjuk-petunjuk penting di dalam

melaksanakan pendidikan dalam keluarga30.

Ada beberapa tokoh dan ilmuwan pendidikan yang memberikan pandangannya terhadap apa yang harus diperhatikan bagi para pendidik. Diantaranya Purwanto, beberapa petunjuk penting dan perlu diperhatikan adalah :

a. Usahakan suasana yang baik dalam lingkungan keluarga

Dasar dari pendidikan keluarga ialah peasaan cinta mencintai,

kita hendaknya selalu berusaha agar di dalam lingkungan keluarga selalu terdapat tolong menolong, kasih sayang antara anggota- anggota keluarga, dan harus diliputi suasana kegembiraan dan ketentraman.

30Zuhairini, F ilsafatPendidikan Islam, Bumi Aksara dan Dirjen Bimbingan Islam, 1984, hal. 192

(41)

b. Tiap-tiap anggota keluarga hendaklah belajar berpegang pada hak dan tugas kewajiban masing-masing

Orang tua harus berusaha agar anak-anaknya sedikit demi

sedikit secara berangsur-angsur tahu akan kewajibannya sebagai anggota keluarga. Anak-anak perlu dibiasakan melakukan pekeijaan-pekerjaan seperti mengenakan pakaian sendiri, mandi, makan, tidur pada waktunya, mengasuh adik, membantu ayah dan ibu, pekerjaan membereskan dan mengatur kebersihan rumah tangga.

c. Orang tua serta orang dewasa lainnya dalam keluarga itu hendaklah mengetahui tabiat dan watak anak-anak

Hal ini mudah diusahakan karena orang tualah yang setiap hari bergaul dan bermain dengan anak-anaknya, dari pergaulan dan

j

dari ikut serta bermain dengan anak-anak, orang tua dapat mengetahui bagaimana sifat-sifat dan tabiat anak-anaknya masing- masing. Pengetahuan ini sungguh merupakan harta yang tak ternilai harganya untuk mendidik anak-anak ke arah kedewasaan.

d. Hindarkan segala sesuatu yang dapat merusak pertumbuhan jiwa anak-anak

(42)

janganlah menggunakan hukuman itu sebagai alat pendidikan yang satu-satunya.

e. Biarkan anak-anak bergaul dengan teman-temannya di luar

lingkungan keluarga31 32.

Prof. Zakiyah Daradjat memberikan saran-saran kepada orang tua sebagai berikut:

"Kedua orang tua hendaknya mengetahui bahwa anak-anak itu juga membutuhkan penghargaan, penilaian dan penerimaan seperti halnya orang-orang dewasa. Apabila orang tua ingin agar anaknya bertumbuh dengan baik, jauh dari kesukaran emosi, dapat merasa independen dan merasa berharga, maka hendaklah mereka memperlakukan anak-anak mereka dengan jalan pengertian dan penerimaan. Penerimaan tidak berarti hanya menerima semua kelakuan yang baik saja, akan tetapijuga menerima kelakuan yang merupakan ungkapan dari sikap negatif terhadap keluarga, saudara, orang tuanya atau orang lain. Orang tua hendaknya mengarahkan anak-anaknya kepada nilai-nilai yang dapat diterima oleh masyarakat. Hendaknya orang tua dapat menerima sikap anak baik positifm aupun yang negatif*2.

3iM. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Remaja Karya, Bnadung 1988, hal. 91

32Zakiyah Darojat, Peraw atan Jiw a untuk Anak, CV. Bulan Bintang, Jakarta, 1972, hal. 462

(43)

Beberapa petunjuk dan saran-saran yang diberikan oleh kedua tokoh pendidikan di atas memiliki kesamaan-kesamaan dan memiliki maksud serta tujuan yang sama.

C. PERGURUAN TINGGI SEBAGAI PUSAT PENDIDIKAN DAN

PEMBELAJARAN

1. Perguruan tinggi dan hakikatnya

Perwujudan dari konsep pendidikan seumur hidup sebagaimana hadist Rosulullah, yaitu:

Adalah adanya beberapa jenjang di pendidikan formal mulai dari

jmjang pra dasar yaitu TK atau RA/BA, jenjang pendidikan dasaryaitu

SD atau MI dan SMP/MTs, jenjang pendidikan m enengahyailu SMA/MA dan SMK, dan jenjang pendidikan tinggi yaitu PTN/PT^ serta jenjang

Pasca Sarjana.

(44)

jenjang yang lebih tinggi daripada pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah.

Menurut Tali Ziduhu Ndraha, Perguruan Tinggi adalah pada proses interaksi belajar mengajar sehari-hari yang terorganisasikan secara khusus sebagai bagian atau komponen sistem belajar mengajar

secara keseluruhan di dalam masyarakat33. Dari pengertian tersebut

dapat ditarik kesimpulan bahwa perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan formal yang merupakan jenjang lanjutan dari pendidikan menengah seperti SMA, MA dan SMK.

b. Tujuan dan tugas pendidikan tinggi

- Tujuan pendidikan tinggi adalah34 35:

1) Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atu profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

2) Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan

memperkaya kebudayaan nasional .

I - Tugas utama Perguruan Tinggi

33Tali Ziduhu Ndraha, M anajem en Perguruan Tinggi; Bina Aksara, Jakarta, 1987, hal. 42 34Agus M Harjana, K ia t Sukses S tu di d i Perguruan Tinggi, Kanisius, Yogyakarta, 1994, hal 9-10

35UU No 2 Tahun 1989; Pasal 16 ayat (1) dan PP 30 Tahun 1990; Pasal 2 ayat (1), lihat Agus M. Harjana, ibid.

(45)

Yang menjadi tugas utama adalah menyelenggarakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang meliputi:

1) Pendidikan tinggi merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan manusia terdidik dalam rangka mencapai pendidikan tinggi, sebagaimana yang dimaksud PP No. 30 Tahun 1990 pasal 2 ayat (1)

2) Penelitian

Merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan pengetahuan

empirik, teori, konsep, metodologi, model atau informasi baru yang memperkaya ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. 3) Pengabdian kepada masyarakat

Merupakan kegiatan yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam upaya memberi sumbangan demi kemajuan masyarakat. c. Bentuk Perguruan Tinggi

Menurut UU No. 2 Tahun 1989, Pasal 16, ayat (2) dan PP No. 30 Tahun 1990, Pasal 6, ayat (1), Perguruan Tinggi mempunyai 5 (lima) bentuk yaitu:

1. Akademi

Merupakan Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan terapan dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu

pengetahuan, teknologi atau kesenian tertentu36.

(46)

Contoh:

- Akademi Bahasa Asing (ABA) - Akademi Mesin Industri - Akademi Farming - Akademi Pariwisata - Akademi Perawatan

Lembaga pendidikan akademi dipimpin oleh seorang direktur dan tiga pembantu direktur.

2. Politeknik

Merupakan Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan terapan dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus.

Yang dimaksud bidang pengetahuan khusus adalah program- program studi yang dalam pelaksanaan tidak harus terkait satu dengan yang lainnya.

Contoh: Politehnik di Perguruan Tinggi, misalnya di Undip Semarang, dan lain-lain.

Lembaga Pendidikan Politehnik dipimpin oleh seorang direktur dan tiga (3) orang pembantu direktur.

3. Sekolah Tinggi

Merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesional dalam satu disiplin ilmu tertentu.

(47)

Contoh:

- Sekolah Tinggi Filsafat - Sekolah Tinggi Ekonomi - Sekolah Tinggi Komunikasi

- Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

Sekolah tinggi dipimpin oleh seorang ketua dan tiga (3) pembentu ketua.

4. Institut

Merupakan perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesional dalam sekelompok disiplin ilmu yang sejenis.

Contoh: \

- Institut Teknologi Bandung (ITB) - Institut Seni Indonesia (ISI) - Institut Pertanian Bogor (IPB) - Institut Teknologi Surabaya (ITS)

Sebuah institut dipimpin oleh seorang rektor dan tiga (3) orang pembantu rektor.

5. Universitas

Merupakan perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah

(48)

- Universitas Indonesia (UI)

- Universitas Diponegoro (UNDIP) - Universitas Islam Negeri (UIN)

Sebuah universitas dipimpin oleh seorang rektor dan tiga (3) pembantu rektor.

2. Perbedaan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (PTN dan PTS)

Berdasarkan pemilik dan sumber biayanya, perguruan tinggi dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Perguruan Tinggi Negeri (PTN)

Yaitu pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah, misal, UI, UGM, UNDIP, ITB, UIN dan lain-lain.

b. Perguruan Tinggi Swasta (PTS)

Yaitu pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh pihak swasta atau masyarakat atau pihak lain yang mampu membiayai. Misal: Unisula, Untag, Universitas Trisakti dan lain-lain.

Secara jelas perbedaan PTN dan PTS dapat dilihat tabel berikut: Contoh:

Tabel 1

Perbedaan PTN dengan PTS

No Pembeda PTN PTS

1 Pemilik37 Pemerintah atau Departemen / Masyarakat atau pihak yang

Lembaga pemerintah menginvestasi (yayasan)

2 Kualitas / Lebih lengkap pemerintas dan kurang baik atau cenderung

37Agus M. Hardiyono. Op.cit. hal. 18

(49)

mutu38 publik seadanya

3. Fasilitas Lebih lengkap Cenderung seadanya

4. Tanggung jawab Pemerintah dan publik Yayasan atau investor

5. biaya atau dana - Pemerintah secara rutin - pemerintah berupa subsidi

- SPP cenderung lebih murah - SPP cenderung mahal

Antara PTN dan PTS selain memiliki perbedaan juga memiliki persamaan yaitu terletak pada kurikulum dan tim penilai atau badan akreditasi.

Dalam memilih Perguruan Tinggi (PT) baik PTN mempunyai PTS mempertimbangkan faktor-faktor berikut:

Pertam a : Tahun berdirinya.

Sebagai indikator pengalaman dan kawasan perguruan tinggi.

K e dua : Rasio jumlah dosen dengan mahasiswa.

K etiga fasilitas, seperti; ruang kuliah, laboratorium, kantor, perpustakaan, dan peralatan lainya

K eem pat: biaya seperti SPP da uang pengembangan.

K e lim a : lokasi, mengingat biaya transportasi sekarang cukup mahal, maka letak perguruan tinggilah yang menjadi pertimbangan pertama bagi orang tua atau wali mahasiswa,

penilaian secara umum berdasarkan penemuan dan pengamatan di masyarakat / lapangan, sebagai bukti landasan negeri lebih dipercaya daripada landasan swasta.

(50)

Keenam : alumni atau lulusan atau out put. Sebuah perguruan tinggi yang mempunyai out put memadai artinya diterima di pasaran, maka akan banyak didatangi mahasiswa.

Khusus untuk Perguruan Tinggi Swasta (PTS), selain keenam faktor

ditambah faktor lam yaitu, status fakultas dan jurusan yang akan

dimasuki. Status perguruan tinggi swasta yaitu, terdaftar, diakui atau disamakan.

3. Perguruan Tinggi Islam : Antara tantangan dan peluang.

Secara historis Perguruan Tinggi Islan (IAIN/STAIN) atau Perguruan Tinggi Islam swasta lainnya tampak sebagai lembaga pendidikan tinggi agama yang diharapkan untuk mencetak “Intelektual

kiyai” atau “Kiyai Intelektual”39 40.

Perguruan tinggi Islam seperti IAIN dan STAIN setidaknya memiliki dua harapan.

a. Harapan yang bersifat sosial (Social Expectations).

b. Harapan yang bersifat akademis (Academic Expectations).

Realitas yang muncul di lapangan temyata harapan yang bersifat sosial lebih kuat dibandingkan dengan harapan yang bersifat akademik. Harapan lain yang menjadi jati diri Perguruan Tinggi Islam adalah: “Harapan Peran” (Role Expectation). Bahakan masyarakat berasumsi bahwa mahasiswa atau lulusan perguruan Tinggi Islam (IAIN/STAIN), selayaknya menjadi

39Agus M. Hardjono, op. C it. Hal. 24

40

Husni Rahim, A rab Baru Pendidikan Islam d i Indonesia, Logos, Jakarta, 2001, hal. 179. Istilah ini diperguanakn oleh K.H. Ahmad Dahlan untuk menunjuk produk lembaga pendidikan Muhammadiayah.

(51)

pribadi yang taat menjalankan ibadah secara istiqomah atau dengan kata lain terns menerus dan teratur serta berakhlak mulia.

Secara sosial mestinya alumni perguruan Tinggi Islam tidak hanya

memahami doktrin Islam41, tetapi harus mampu.menjadi pemimpin dalam

ibadah mahdloh dan kegiatan sosial keagamaan, sebagai contoh dalam sholat beijamaah, mahasiswa atau alumni perguruan tinggio Islam diharapkan mampu menjadi imam, dalam kegiatan sosial keagamaan mampu memimpin membaca do’a, dalam berbagai peringatan hari besar,

mampu memberikan mauidzoh hasanah dan dalam kehi,dupan mampu 1

menjadi uswah yang baik.

Orang tua yang mengkuliahkan (menyekolahkan) anaknya di Perguruan Tinggi Islam, menaruh harapan sebagai berikut:

a. Agar anaknya menjadi ulama dalam arti mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang agama yang cukup, melaksanakan ajar agama dan mampu memberi bimbingan agama serta berakhlak al karimah.

b. Agar setelah tamat dapat memperoleh pekerjaan yang layak, sehingga dapat mengarungi kehidupan berkeluarga dengan tenteram, bahagia dan sejahtera atau sakinah mawadah warrohmah.

(52)

Dewasa ini perguruan tinggi Islam seperti IAIN dan STAIN, sudah mulai menata diri, hal ini sejalan dengan paradigma baru pendidikan

tinggi. Paradigma itu bertumpu pada tiga tumpu utama yaitu42;

a. Otonomi atau kemandirian dalam pengelolaan. b. Atau pertanggungjawaban.

c. Jaminan mutu.

Bentuk dari menata diri yang dimaksud adalah di masa depan, perguruan tinggi Islam harus lebih dikembangkan sebagai lembaga akademis daripada lembaga keagamaan dan dakwah, atau minimal antara posisi sebagai lembaga keagamaan dan lembaga akademis mendapat porsi

yang seimbang. Dalam hubungan ini, sangat cocok dengan hadist

Rosulullah yang artinya:

“Barang siapa ayang hari in i labih baik dari hari kemarin, maka ia tergolong orang yang beruntung. Barang siap yang hari ini sama saja dengan hari kemarin, maka ia tergolong orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari in i lebih buruk dari hari kemarin, maka ia tergolong orang terlaknat’43.

Hadist ini mengamanatkan kepada kita betapa pentingnya menyiapkan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dan sekarang.

Untuk mewujudkan paradigma di atas perguruan tinggi Islam segera menyongsong tantanga ke depan. Adapun tantangan itu:

42Malik Fajar, dkk, Platform ReformasiPendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Logos, Jakarta, 2001, hal. 51.

43Muhammad Surya, Bina Ke/uarga, Aneka Ilmu, Semarang, 2003, hal. 48.

(53)

a. Tantangan Globalisasi

Dalam era globalisasi terjadi revolusi informasi yang ditandai oleh tingginya prestasi umat manusia dalam teknologo informatika. Adanya

tantangan global memberikan dampak secara positif maupun negatif44,

secara positif globalisasi akan membawa kemudahan-kemudahan dalam proses komunikasi antar bangsa-bangsa, seolah dalan sekejap kita dapat mennyaksikan suatu peristiwa atau kejadian dalam waktu yang sama, secara negatif globalisasi akan memunculkan akulturasi asimetris, yaitu pola hubungan yang timpang (kurang harmonis) antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang.

Pada pola hubungan ini, negara-negara maju akan mendominasi atau

bahkan mengeksploitasi negara-negara berkembang di berbagai bidang, seperti bidang ekonomi, teknologi, politik, militer, budaya dan pendidikan, sehingga akibatnya akan memunculkan persaingan antar bangsa yang

makin keras dan tajam, alhasil negara yang lemah akan terpelanting dan hilang diperedaran pentas intemasional

Secara ringkas dampak globalisasi dapat disimpulkan sebagai berikut:

(54)

- Memunculkan neoimperialisme dari suatu bangsa kepada bangsa lain artinya bangsa yang menguasai Ilmu pengetahuan dan teknologi cenderung menekan bangsa lain.

- Arus informasi yang cepat akan memungkinkan memberikan implikasi yang berseberangan dengan nilai, norma agama dan budaya.

- Dengan informasi yang cepat pula akan mempercepat transportasi masyarakat tradisional ke masyarakat modem dan dari masyaraka agraris ke masyarakat industri.

b.Tentang Indutrialisasi.

Indonesia saat ini sebenamya sudah memasuki era indutrialisasi,

yaitu kurun waktu yang ditempuh bersama untuk mentransformasikan masyarakat (manusia) yang bersifat agraris menjadi masyarakat yang

bersifat industrial45. Indutrialisasi atau industrialisme adalah dua kata yang

berasal dari bahasa inggris artinya cara memprodoksi dan menjual barang- barang serta jasa-jasa berdasarkan kaidah-kaidah perdagangan.

Menurut kamus bahasa inggris The American Heritage Dictionary o f the Language, industrialisme adalah suatu sistem ekonomi yang ditandai oleh dominasi industri.

Sedang menurut G.D.H. Cole, industrialisme adalah satu tahap dalam perkembangan kehidupan manusia menguasai pengetahuan tentang membuat mesin yang mampu memproduksi barang dan mengetahui pula cara menghasilkan kekuatan, maka nikal untuk

45Muhtar Bukhori, Transform asiPendidikan,\KIP Muhammadiyyah Jakarta Press, Jakarta, 2001.Hal. 82

(55)

menggerakkan mesin tadi, sehingga mampu menghasilkan barang dalam jum lah besar46

Industrialisasi yaitu proses merembesnya semangat industrialisme ke seluruh kehidupan masyarakat. Industrialisasi ini dimulai di Inggris yang kemudian dikenal dengan istilah R evolosi Industri.. proses industrialisasi di Inggris beijalan lancar sehingga kehidupan di Inggris berubah menjadi stabil (kokoh dan tenang) dengan keadaan ekonomi yang membaik.

Sercara umum adanya industrialisasi memunculkan dampak sebagai berikut:

a. Mengubah kehidupan ekonomi, politik, dan sosial.

b. Melahirkan suatu kelompok barn dalam masyarakat, kelompok ini dikenal dengan sebutan kelas menengah (Middle Class).

c. Menimbulkan dua kelompok yang berbeda kepentingan yaitu pemilik modal dan kelompok buruh (tidak modal materi).

d. Meningkatkan kesejahteraan hidup manusia secara materi, perbaikan kesehatan masyarakat dan menurunkan angka kematian.

e. Menimbulkan berbagai organisasi sesuai dengan spesialisasinya.

(56)

ajenis kemampuan yaitu kamampuan intelektual47 dan kemampuan

operasional48.

Menurut Person49, pada zaman modem ini pendidikan untuk

industrialisasi pada umumnya berupa pendidikan untuk memperoleh keluwesan okupasional (occupational flexibility), kemampuan menyesuaikan diri dengan kondisi kehidupan yang berubah-ubah dan kemampuan untuk hidup sebagai warganegara dari suatu negara industri. Hal ini karena adanya realita bahwa pada zaman modem ini sifat-sifat teknis dari kebanyakan cabang berubah dengan cepat, sehingga dilakukan penyesuaian.

Dengan adanya dua macam tantangan di atas orang tidak bisa lagi hidup hanya pasrah dengan kehidupan apa adanya, akan tetapi harus secara dinamis dan terarah menghadapi masa depan. Sudah tentu sebagai bangsa yang agamis atau religius, semuanya hams berada atas dasar ketaqwaan dan keimanan kepada Allah SWT. menghadapi masa depan menuntut penguasaan berbagai kemampuan dan ketrampilan termasuk merencanakan masa depan. Yang menjadi permasalahan adalah bahwa semua orang mengharapkan masa depan yang baik, tetapi tidak semua

orang menyadari bahwa untuk itu perlu perencanaan atau planning yang baik. Sebagai ilustrasi, sebagian orang masih menghadapi kehidupan masa

47kemampuan intlktual dibutuhkan untuk memungkinkan anak bangsa mengambil kebijakan- kebujakan.

48Kemampuan operasional dibutuhkan anak bangsa untuk mengelola cabang-cabang industri yang

memproduksi barang dan jasa. 49Muchtar Bukhori, O p.cit. Hal 91

(57)

yang akan datang dengan apa adanya, atau dengan prinsip “bagaimana nanti” dan bukan prinsip “nanti bagaimana”.

Para lulusan / tamatan sekolah menengah, berarti hampir mengahiri masa remaja dan berada di ambang masa dewasa. Dalam memasuki masa dwsa memerlukan berbagai pengetahuan, ketrampilan dan kualitas pribadi tertentu sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Oleh karena itu diperlukan pendidikan yang madai sebagai bekal dalam mencari dan memperoleh sumber pendapatan untuk menunjang kehidupan yang mandiri. Sebagai altematif para lulusan itu bisa memasuki perguruan tinggi Islam negeri, para siswa dapat mengembangkan kemampuan intlektual dan kemampuan operasional.

D. Pengaruh Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga dalam Masyarakat

Terhadap Kesadaran Orang Tua

Secara islami, Islam mengajarkan bahwa kebutuhan hidup di dunia dan di akhirat harus seimbang, artinya orang ditekankan untuk mencari kehidupan dunia (harta dan kepuasan dunia lainnya) sekaligus mencari keperluan ukhrawi seperti beramal shaleh beriman dan bertaqwa serta tawakal kepada Allah Swt.

Orang Islam di dunia tidak boleh fakir, artinya kekurangan harta, sebab bila kekurangan harta akan mudah terjerumus kepada kufur. Di samping itu juga tidak boleh melupakan akhirat (ibadah), sebab akhiratlah kehidupan akan

(58)

Untuk mencapai keberhasilan di atas kita harus selalu berusaha dan berdo’a agar hari esok lebih dari hari ini, sebagaimana hadits Rasulullah Saw.

yang artinya:

“Barang siapa yang hari in i lebih baik dari hari kemarinnya, maka ia tergolong orang yang beruntung, barang siapa yang hari ini sama saja dengan hari kemarinnya, maka ia termasuk golongan orang yang merugi, dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarinnya, maka ia tergolong orang yang teriaknat”.

Maksud hadits ini berarti mengamanatkan kepada kita, bahwa betapa pentingnya menyiapkan masa yang akan datang (termasuk nasib anak-anak) agar lebih baik dari masa lalu dan sekarang.

Sebagai contohnya, ikuti diskripsi di bawah ini:

1. Seorang mahasiswa yang rajin belajar agar dapat segera lulus menjadi sarjana dan segera memperoleh pekerjaan untuk menunjang kehidupannya. 2. Sepasang pengantin yang baru menikah merencanakan kehidupan yang bahagia di masa-masa yang akan datang, maka ia rajin bekerja dan berdo’a agar bisa terkabul harapannya itu.

3. Seorang pegawai yang pada saat ini belum mempunyai rumah sendiri, selalu hidup hemat agar di tahun-tahun yang akan datang dapat memiliki rumah sendiri.

Demikian sekilas kutipan dari kehidupan sehari-hari yang merupakan cerminan dari sebuah keinginan setiap orang. Untuk itu kebijaksanaan ekonomi yang lebih sesuai dengan ajaran kemanusiaan Islam

(59)

adalah kebijaksanaan yang mendorong setiap individu untuk mencari

rizki,50 sebab dengan didapatnya rizki kaum muslim, apalagi pada

masyarakat pedesaan dapat memuliakan hidup dengan mengolah sumber daya alam melalui surber daya manusia yang sebenamya melimpah.

(60)

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

Pada hari ini dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan. Adapun yang diuraikan dan dianalisis berkaitan dengan masalah dan tujuan yang dirumuskan pada bab sebelumnya yaitu pengaruh tingkat sosial ekonomi terhadap kesadaran orang tua

dalam menyekolahkan anak ke perguruan tinggi di Desa Sidoharjo Desa sidoharjo.

A. Gambaran Uraum Desa Sidoharjo

1. Keadaan Geografis Desa Sidoharjo

Desa Sidoharjo terletak dilokasi yang kondisinya sebagai berikut.

a. Seluruh wilayah merupakan pedesaan.

b. Penampakan wilayahnya landai artinya tidak datar. c. Terbelah oleh sungai serang51.

d. Terletak di daerah yang kondusif.

e. Daerahnya cukup subur, dengan irigasi yang lancar. f. Hampir seluruh daerah rawan bencana longsor.

g. Batas-batas Desa Sidoharjo - Sebelah utara Desa Koripan.

Sebelah selatan Desa Susukan dan Ketapang.

51 Sungai Yang Hulunya Berasal Dari Kaki Gunung Merbabu dan Hilirnya di Kedung Ombo

(61)

Sebelah barat Desa Susukan. Sebelah Timur Desa Gentan.

2. Tenaga Pemerintah

Untuk mempermudah pelayanan publik desa dipisahkan menjadi tujuh dusun yang sekaligus tujuh rukun warga (RW). Secara rinci dapat dilihat tabel

berikut:

Tabel 2

DATA TENTANG DUSUN “DESA SIDOHARJO” DENGAN KEPALA DUSUNNYA

No Nama Dusun No. RW Pendidikan Kadus

1 Dusun Petak I SD Suharto

2 Dusun Grabagan II SD Solekhan

3 Dusun Rejoso III SD Umar

4 Dusun Canggal IV SD Sunardi

5 Dusun Blimbing V SD Suradji

6 Dusun Ledok VI SD Komasi

7 Dusun Tlawongan VII SD Subadi

Sumber: Data Primer Desa Sidoharjo

Pekerjaan yang sifatnya administrasi dikerjakan dan dilayani di Baiai Desa oleh Kepala Desa, sekretaris desa dan dibantu oleh beberapa perangkat desa. Selengkapnya tenaga administrasi itu dapat dilihat tabel berikut:

Tabel 3

DATA TENTANG TENAGA ADMINISTRASI DESA SIDOHARJO

No Nama Pegawai Jabatan Pendidikan

1 Drs. Mustofa Kepala Desa Sarjana 2 Zaenal Arifln Sekretaris Desa SMEA

3 Irfani Kaur Pemerintahan MAN

4 Ali Muhtarom Kaur Pembangunan SM^

5 Nur Khozin Kaur Ekonomi MAN

(62)

Secara horisontal pihak desa selalu bekerja sama dengan lembaga-lembaga desa seperti LKMD, BPD, PKK dan Karang Taruna, LKD.

3. Perangkat (Fasilitas Pendukung)

Dalam menyelenggarakan proses pelayanan kepada publik desa ini dilengkapi sarana-sarana pendukung, seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4

DAFTAR INVENTARIS

No Nama Barang Jumlah Keadaan

1 Kantor Kepala Desa 1 Baik

2 Kantor Pelayanan Publik 1 Baik

3 Kantor BPD 1 Baik

4 Kantor LKMD 1 Baik

5 Ruang Pertemuan 1 Segera direhab

6 Kantor PKK 1 Segera direhab

7 Ruang Polindes 1 Baik

Sumber: Data Primer Desa Sidohaijo

4. Jumlah Penduduk

Desa Sidoharjo berpenduduk 2832 jiwa, yang tersebar menjadi 7 RW (7 Dusun), dengan rincian sebagai berikut:

a. Berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5

JUMLAH JIWA BERDASARKAN JENIS KELAMIN

No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa Prosentase

1 Laki-laki 1.445 51%

2 Perempuan 1.387 49%

Jumlah

Sumber : Data primer Desa Sidoharjo

Gambar

Tabel 1Perbedaan PTN dengan PTS
Tabel 2DATA TENTANG DUSUN “DESA SIDOHARJO”
Tabel 4DAFTAR INVENTARIS
Tabel 6JUMLAH JIWA BERDASARKAN USIA
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dari hasil field test yang telah dilakukan dapat dinyatakan bahwa soal penalaran matematika model TIMSS konten Geometri dan Pengukuran yang dikembangkan

BIMB1NGAN KEAGAMAAN TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA KELAS II SMK.. DIPONEGORO SALATIGA

Contohnya dalam Pasal 36 ayat (3) Undang-Undang No. 15 tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, pengertian korban diperluas meliputi juga ahli warisnya

SINAR PURNAMA SAKTI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DRIVEN DEVELOPMENT (MDD) ” ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi

Dilakukan selama proses KBM dan diskusi berlangsung dengan memberikan tanda checklist (  ) pada kolom peserta didik sesuai dengan kegiatan diskusi yang

Kesimpulan dari penulisan ilmiah ini adalah pengembangan roti menjadi lima jenis yaitu : Lapis Surabaya, besar/kecil, Rol Cake besar/kecil, lapis legit rol/kotak, spon cake dan

[r]