PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP
TINGKAT PENGETAHUAN
ANTIBIOTIKA DI KECAMATA
YOGYAKARTA
Disusun untuk M Memperoleh Gelar
PROGRAM STUDI
UNIVERSITAS SANATA
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADA
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT MENGENAI
DI KECAMATAN GONDOKUSUMAN
YOGYAKARTA TAHUN 2011
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh: Marvelaos Marvel NIM : 078114096
PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2012
TERHADAP
MASYARAKAT MENGENAI
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP
TINGKAT PENGETAHUAN
ANTIBIOTIKA DI KECAMATA
YOGYAKARTA
Disusun untuk M Memperoleh Gelar
PROGRAM STUDI FARM
UNIVERSITAS SANATA
ii
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADA
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT MENGENAI
DI KECAMATAN GONDOKUSUMAN
YOGYAKARTA TAHUN 2011
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh: Marvelaos Marvel NIM : 078114096
PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2012
TERHADAP
MASYARAKAT MENGENAI
v
I Never Think The Future. It Comes Soon Enough. (Albert Einstein)
Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; tapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran. - James Thurber
Karyaku ini akan kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Bapak dan Mama tercinta
Kakak dan adikku tersayang
Teman-temanku
viii
PRAKATA
Perjalanan panjang telah dilalui oleh penulis dalam pembuatan skripsi ini. tentunya dalam perjalanan ini, banyak hambatan dan tantangan yang diperoleh penulis dari berbagai pihak. Akan tetapi, penulis tetap memiliki semangat yang tinggi untuk menyelesaikan skripsi ini.
Puji Syukur atas rahmat dan kuasa Tuhan Yang Maha Esa dipanjatkan oleh penulis atas karunia dan juga bimbingan yang diberikan Tuhan kepada penulis saat menulis skripsi ini. Penulis menyadari bahwa berkat dan karunia Tuhanlah yang membuat penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama proses penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih itu penulis sampaikan kepada:
1. Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu M.Kes., Apt., selaku Dosen Pembimbing Skripsi atas segala bantuan dan bimbingan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi.
2. Kepala Dinas Perizinan Kota Yogyakarta beserta seluruh staf, Kepala Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta beserta seluruh staf, Kepala Kelurahan Kotabaru, Terban, Klitren, Demangan, dan Baciro beserta seluruh staf atas pemberian izin dan bantuan selama proses pengambilan data
ix
4. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt dan Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt selaku dosen penguji skripsi atas segala bimbingannya.
5. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas segala bimbingannya kepada penulis selama penulis menjalani masa perkuliahan di Universitas Sanata Dharma.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang juga turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya dengan penuh kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan besar hati penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak yang berguna bagi penulis. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membacanya.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii
PRAKATA ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
INTISARI... xiii
ABSTRACT... xix
BAB I PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Permasalahan... 4
2. Keaslian penelitian ... 4
3. Manfaat penelitian... 6
B. Tujuan penelitian... 6
1. Tujuan umum ... 6
xi
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 8
A. Pendidikan ... 8
B. Pengetahuan ... 9
C. Antibiotika ... 13
1. Definisi antibiotika ... 13
2. Mekanisme kerja antibiotika ... 14
3. Keberhasilan penggunaan antibiotika ... 14
4. Peraturan perundang-undangan tentang distribusi antibiotika 14 5. Resistensi antibiotika ... 15
D. Sumber Informasi... 17
1. Media massa elektronik... 17
2. Media cetak ... 17
E. Landasan Teori ... 18
F. Hipotesis... 18
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 19
A. Jenis dan rancangan Penelitian ... 19
B. Variabel dan definisi operasional... 19
1. Variabel ... 19
2. Definisi operasional ... 20
a. Tingkat pendidikan... 20
b. Tingkat pengetahuan ... 20
c. Kriteria pengetahuan ... 20
xii
e. Kriteria responden penelitian ... 21
C. Lokasi penelitian ... 21
D. Instrumen penelitian ... 22
1. Pertanyaan mengenai fakta ... 22
2. Pertanyaan-pertanyaan informatif... 22
E. Subyek penelitian ... 23
F. Tata Cara Penelitian ... 24
1. Analisis situasi ... 24
2. Penetapan besar sampel... 24
3. Uji pemahaman bahasa ... 25
4. Validasi instrumen ... 25
5. Reliabilitas instrumen... 26
6. Penyebaran kuesioner... 27
7. Analisis hasil ... 27
a. Scoring ... 27
b. Uji normalitas... 28
c. Uji hipotesis... 28
G. Keterbatasan penelitian ... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30
A. Karakteristik Demografi Responden... 30
1. Usia ... 30
2. Jenis kelamin... 31
xiii
C. Pengetahuan mengenai antibiotika ... 33
1. Pengertian umum antibiotika... 33
2. Pengetahuan responden mengenai cara memperoleh antibiotika ... 34
3. Tempat memperoleh antibiotika... 35
4. Cara penggunaan antibiotika ... 37
5. Pengetahuan responden mengenai aturan penggunaan antibiotika ... 38
6. Pengetahuan responden mengenai resistensi antibiotika... 40
7. Pengetahuan rata-rata responden mengenai antibiotika ... 41
D. Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Antibiotika ... 42
E. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat pengetahuan mengenai antibiotika... 43
F. Perolehan informasi masyarakat tentang antibiotika... 44
1. Perolehan informasi melalui media interpersonal ... 44
2. Perolehan informasi melalui media cetak... 46
3. Perolehan informasi melalui media elektronik ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
A. Kesimpulan ... 49
B. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Uji Normalitas Pada Tingkat Pendidikan
Dan Tingkat Pengetahuan ... 28
Tabel II. Perbandingan usia responden ... 30
Tabel III Perbandingan Jenis Kelamin Responden... 31
Tabel IV. Perbandingan Tingkat Pendidikan Terakhir Responden ... 32
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Jumlah responden yang tahu mengenai pengertian
antibiotika secara umum secara benar... 33 Gambar 2. Perbandingan responden berdasarkan tingkat
pengetahuan mengenai pengertian umum antibiotika... 34 Gambar 3. Jumlah responden yang tahu mengenai bagaimana
memperoleh antibiotika secara benar... 34 Gambar 4. Perbandingan responden berdasarkan tingkat pengetahuan
mengenai cara memperoleh antibiotika ... 35 Gambar 5. Jumlah responden yang tahu mengenai tempat
memperoleh antibiotika secara benar... 36 Gambar 6. Perbandingan responden berdasarkan tingkat pengetahuan
mengenai tempat mendapatkan antibiotika... 37 Gambar 7. Jumlah responden yang tahu cara penggunaan antibiotika
secara benar... 37 Gambar 8. Perbandingan responden berdasarkan tingkat pengetahuan
mengenai cara penggunaan antibiotika ... 38 Gambar 9. Jumlah responden yang tahu mengenai aturan penggunaan
antibiotika secara benar... 39 Gambar 10. Perbandingan responden berdasarkan tingkat pengetahuan
xvi
umum resistensi antibiotika... 40 Gambar 12. Perbandingan responden berdasarkan tingkat pengetahuan
mengenai pengertian umum resistensi antibiotika ... 41 Gambar 13. Perbandingan responden berdasarkan rata-rata
keseluruhan pengetahuan mengenai antibiotika ... 41 Gambar 14. Media interpersonal yang digunakan oleh responden sebagai
sumber informasi mengenai antibiotika ... 45 Gambar 15. Media cetak yang digunakan oleh responden sebagai
sumber informasi mengenai antibiotika ... 46 Gambar 16. Media elektronik yang digunakan oleh responden sebagai
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat izin dari Dinas Perizinan... 54
2. Pengesahan dari Kelurahan Klitren, Kota Baru, Terban, Baciro, dan Demangan ... 55
3. Data obat antibiotika di Kecamatan Gondokusuman, Kota gede, Umbulharjo, dan Mergangsan... 56
4. Surat izin dari Dinas Kesehatan ... 57
5. Kuesioner Penelitian ... 58
6. Jawaban responden mengenai pengetahuan antibiotika... 61
7. Jawaban responden mengenai perolehan informasi mengenai Antibiotika ... 61
8. Uji Reliabilitas ... 62
9. Uji Normalitas ... 62
xviii INTISARI
Antibiotika adalah salah satu obat yang digunakan yang digunakan oleh masyarakat dalam pengobatan mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan masyarakat mengenai antibiotika. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan metode non-eksperimental, dengan desain analitik deskriptif dan pendekatan cross sectional, serta jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini sebesar 154 responden. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Data penelitian diperoleh dari kuesioner yang terdiri dari 40 pernyataan mengenai antibiotika, dan uji spearman rank.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan responden (n=154) terdiri dari: SD sebesar 6,5%, SMP sebesar 16,2%, SMA sebesar 51,3%, dan Perguruan tinggi sebesar 26,0%. Tingkat pengetahuan mengenai antibiotika: 25,32% responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi, 66,23% responden memiliki tingkat pengetahuan sedang dan 8,44% responden memiliki tingkat pengetahuan rendah mengenai antibiotika. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat mengenai antibiotika di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.
xix ABSTRACT
Antibiotic is one of medicine used by public in self-medication. This study is aimed at evaluation the influencing of educational level to the study participants’ knowledge of antibiotic. This study was done at Gondokusuman Subdistric Yogyakarta Municipality Indonesia.
As non-experimental method, this study using descriptive analytic design and cross sectional approach, with 154 participants involved. Participants were recruited using purposive sampling. Data were collected by the list of questionnaires which is consisted 40 questions about antibiotic, and spearman rank test was used to analyze the data.
Results of the study show the educational level of participants (n=154) are Elementary School level 6,5%, Junior High School level 16,2%, Senior High School level 51,3% and University Graduated level 26,0%. Level of knowledge about antibiotic: 25,32% good, 66,23% fair, and 8,44% poor. In conclusion, educational level of participants does not affect the level of participants’ knowledge about antibiotic.
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Pada zaman yang semakin maju, pengobatan sendiri menggunakan obat antibiotika menjadi masalah yang sangat penting di seluruh dunia. Salah satu akibat penyalahgunaan dalam pengobatan sendiri adalah terjadinya peningkatan resistensi kuman terhadap antibiotika (WHO, 2001). Timbulnya mikroorganisme yang resisten terhadap antibiotika disebabkan oleh tidak rasionalnya pemakaian antibiotika seperti kurangnya dosis, penggunaan yang terlalu singkat atau terlalu lama, pemilihan jenis antibiotika yang kurang tepat, dan sebagainya (Refdanita, 2004).
Sebuah hasil penelitian berkenaan dengan penggunaan antibiotika bagi manusia di Cina sungguh sangat mengkhawatirkan. Menurut laporan China Youth Daily, sekitar 80.000 warga Cina meninggal setiap tahunnya akibat menggunakan antibiotika tidak dengan rasional. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 40% meninggal lantaran penyalahgunaan antibiotika, 74% pasien meninggal akibat rujukan antibiotika dari rumah sakit, dan 21% merupakan pasien rawat jalan (Ginting, 2009).
untuk penyakit ringan tanpa mengetahui penggunaan dasarnya untuk keperluan pengobatan (Ginting, 2009).
Berdasarkan data distribusi obat antibiotika yang didapatkan dari Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta pada periode 01 Januari s/d 30 September 2010 di 4 kecamatan Kota Yogyakarta, yaitu Kecamatan Mergangsan, Gondokusuman, Umbulharjo, dan Kotagede menunjukkan bahwa distribusi obat terbanyak adalah amoxcilin dengan distribusi di masing-masing Kecamatan lebih dari 50.000 cap. Melihat distribusi obat antibiotika ini, maka dibutuhkan pengetahuan masyarakat mengenai antibiotika untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotika.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sutama dan Suhadi di daerah pasar kembang Yogyakarta menunjukkan bahwa sebagian besar subyek tidak mengetahui aturan pakai obat antibiotika yaitu 63,5% dari 63 responden dan yang mengakui mengetahui adalah 36,5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih rendahnya pengetahuan penduduk di daerah pasar kembang Yogyakarta tentang antibiotika (Sutama dan Suhadi, 2005).
Banyaknya masalah di kalangan masyarakat mengenai penggunaan antibiotika irrasional, maka diperlukanlah edukasi pada kalangan masyarakat mengenai penggunaan antibiotika. Hal ini dilakukan agar penggunaan antibiotika
irrasional dikalangan masyarakat tidak berkembang. Cara yang dapat digunakan adalah dengan komunikasi yang efektif antara tenaga medis (dokter dan farmasis) dengan pasien agar pengetahuan pasien mengenai antibiotika lebih meningkat (Eng,2003). Peningkatan edukasi yang dilakukan tersebut tentunya juga harus didahului dengan pengukuran mengenai tingkat pengetahuan masyarakat mengenai antibiotika.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, timbul permasalahan untuk diteliti yaitu :
a. Seperti apakah data demografi masyarakat di Kecamatan Gondokusuman? b. Seperti apakah tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Gondokusuman? c. Seperti apakah pengetahuan masyarakat Kecamatan Gondokusuman tentang
definisi antibiotika, cara memperoleh antibiotika, tempat memperoleh antibiotika, cara penggunaan antibiotika, bahaya penggunaan antibiotika yang tidak tepat, dan definisi resistensi bakteri terhadap antibiotika?
d. Seperti apakah tingkat pengetahuan (pengetahuan rendah, pengetahuan sedang, dan pengetahuan rendah) masyarakat Kecamatan Gondokusuman terhadap antibiotika?
e. Apakah tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Gondokusuman berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan mengenai antibiotika?
f. Dari mana masyarakat Kecamatan Gondokusuman memperoleh informasi mengenai antibiotika?
2. Keaslian penelitian
a. “Hubungan antara Karakteristik Masyarakat dengan Penggunaan Antibiotika yang Diperoleh Secara Bebas di Kota Medan”, yang dilakukan oleh Michelle Hendriani Djuang pada tahun 2009. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada subjek yang diteliti, tempat dan waktu pelaksanaan penelitian.
b. “Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Tingkat Pengetahuan Wanita Tentang Kanker Payudara di Dukuh Ngambak Lipuro Bekonang Sukoharjo”, yang dilakukan oleh Nanik pada pada tahun 2009. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada tingkat pengetahuan yang akan diukur. Nanik mengukur tingkat pengetahuan wanita tentang kanker payudara, sedangkan yang dilakukan oleh peneliti adalah mengukur tingkat pengetahuan masyarakat mengenai antibiotika. Selain hal tersebut diatas, perbedaan juga terletak pada responden yang diambil, tempat dan waktu pelaksanaan.
3. Manfaat penelitian
a. Bagi masyarakat
Meningkatkan motivasi untuk mencari informasi mengenai antibiotika dan memanfaatkan sumber informasi mengenai obat khususnya antibiotika sebagai penunjang kesehatan
b. Bagi dinas kesehatan
Sebagai dasar untuk melakukan evaluasi pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehubungan dengan distribusi obat serta pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan
c. untuk akademisi
Sebagai dasar pengembangan materi edukasi dan pengembangan penelitian sehubungan dengan pengetahuan masyarakat tentang antibiotika
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan masyarakat Kecamatan Gondokusuman mengenai antibiotika.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui karakteristik demografi masyarakat yang terdapat di Kecamatan Gondokusuman
c. Mengukur pengetahuan masyarakat Kecamatan Gondokusuman tentang definisi antibiotika, cara memperoleh antibiotika, tempat memperoleh antibiotika, cara penggunaan antibiotika, bahaya penggunaan antibiotika yang tidak tepat, dan definisi resistensi bakteri terhadap antibiotika
d. Mengukur tingkat pengetahuan masyarakat Kecamatan Gondokusuman mengenai antibiotika
e. Mengetahui korelasi antara tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Gondokusuman
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pendidikan
Pada Dictionary of Educationdinyatakan bahwa pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku dalam masyarakat dimana ia hidup. Selain itu, Dictionary of Educationjuga menyatakan bahwa pendidikan adalah proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terawasi (misalnya sekolah), sehingga seseorang dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan emosional yang optimum (Shukla, 2005).
Pendidikan dianggap memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia melalui pendidikan. Manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuan manusia akan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik. Implikasinya semakin tinggi tingkat pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas, dimana semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan semakin mudah untuk menerima hal-hal yang baru dan mudah menyesuaikan diri dengan hal-hal baru tersebut, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa pendidikan rendah punya pengetahuan dan sikap yang lebih baik (Machfoedz, 2008).
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan formal semakin tinggi pula pengetahuan tentang kanker payudara.
B. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui yang berkenaan dengan hasil (menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Selain itu, Notoadmodjo (2005) juga mengungkapkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan dasar terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan merupakan penyebab atau motivator bagi seseorang untuk bersikap dan berperilaku (Azwar, 2007). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
telah mulai mencoba perilaku baru; dan yang terakhir adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisa (analysis), sintesis (syntesis), dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo, 2003).
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
3. Analisis(Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari pengguna kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
4. Aplikasi (Application)
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoadmodjo, 2007).
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain:
1. Umur
Semakin muda usia seseorang semakin sedikit pengalaman yang dimiliki seseorang, namun sebaliknya semakin tinggi tingkatan umur seseorang pengalaman yang didapat semakin lebih banyak. Oleh karena itu, sangat penting bila umur dapat dikaitkan dengan pengetahuan seseorang.
Sarwono (2008) mengemukakan bahwa memori atau daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya umur sesorang maka, dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang diperoleh.
2. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal-hal yang baru tersebut; Sehingga semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi tingkat pengetahuannya (Widiawaty, 2009).
3. Lama bekerja
yang diberikan untuk meningkatkan pengetahuan seseorang yang kemudian akan menjadi dasar bagi orang tersebut melakukan sesuatu hal dalam hidupnya untuk berbagai tujuan (Notoatmodjo, 2003).
4. Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi apabila ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Hendra, 2011)
C. Antibiotika 1. Definisi Antibiotika
Antibiotika adalah zat atau senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya (BPOM, 2008). Selain berasal dari makhluk hidup, antibiotika juga dapat diproduksi secara sintetis.
2. Mekanisme Kerja Antibiotika
Mekanisme kerja yang terpenting pada antibiotika adalah perintangan sintesa protein, sehingga kuman musnah atau tidak berkembang lagi tanpa merusak jaringan tuan rumah. Selain itu, beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel dan membran sel (Sanjoyo, 2009).
3. Keberhasilan penggunaan antibiotika
Antibiotika sebagai obat untuk menanggulangi penyakit infeksi, harus digunakan secara rasional, tepat dan aman. Penggunaan antibiotika yang tidak rasional akan menimbulkan dampak negatif, seperti terjadi kekebalan kuman terhadap beberapa antibiotika, meningkatnya efek samping obat dan bahkan kematian. Penggunaan antibiotika dikatakan tepat bila efek terapi mencapai maksimal sementara efek toksis yang berhubungan dengan obat menjadi minimum, serta perkembangan antibiotika resisten seminimal mungkin (WHO, 2002).
4. Peraturan perundang-undangan tentang distribusi antibiotika
Obat-obat antibiotika hanya dapat diperoleh dengan resep dokter dan harus diminum sampai habis walaupun kondisi pasien sudah membaik. Antibiotika sisa dari pengobatan sebelumnya tidak boleh digunakan tanpa persetujuan dokter. Jika tetap digunakan, mungkin antibiotika tidak dapat bekerja maksimal dan jika berfungsi pun belum tentu dapat melemahkan atau membunuh semua bakteri yang ada di dalam tubuh (American Academy of Family Physicians, 2009).
Terdapat beberapa jenis antibiotika yang dapat diperoleh tanpa resep dokter yaitu antibiotika yang masuk dalam daftar obat wajib apotek (OWA). OWA adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter. Sesuai dengan keputusan menteri kesehatan No.347 tanggal 16 Juli 1990 tentang obat wajib apotek, terdapat beberapa jenis antibiotika yang termasuk dalam daftar OWA sehingga dapat diperoleh tanpa resep dokter. Salah satu obat yang masuk dalam OWA adalah neomycinsalep.
5. Resistensi antibiotika
Salah satu pemicu resistensi antibiotika adalah penggunaan antibiotika yang tidak rasional. Hal ini menyebabkan pengobatan menjadi tidak efektif, peningkatan morbiditas maupun mortalitas pasien, dan peningkatan biaya kesehatan. Faktor-faktor yang mempermudah berkembangnya resistensi kuman terhadap antibiotika adalah:
a. Penggunaan antibiotika yang sering b. Penggunaan antibiotika yang irrasional c. Penggunaan antibiotika baru yang berlebihan
d. Penggunaan antibiotika dalam waktu yang lama (Pulungan, 2010).
Pencegahan resistensi bakteri terhadap antibiotika dapat dilakukan dengan cara mematuhi petunjuk dokter, salah satunya dengan menggunakan antibiotika pada rentang terapi dan cara penggunaan yang tepat (American Academy of Family Physicians, 2009).
D. Sumber Informasi
1. Media massa elektronik
Secara garis besar, media massa elektronik dibagi atas radio, televisi dan internet. Media massa ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan media massa cetak atau media massa lainnya, seperti: lebih menarik, jangkauannya lebih luas, dan tidak memerlukan keahlian khusus. Sedangkan kekurangannya adalah: informasi yang ditampilkan hanya sekilas, biaya yang diperlukan untuk memasukkan informasi mahal, dan waktu yang diperlukan untuk mendengar atau melihat informasi sangat berharga (Dyandra, 2010).
Media massa elektronik yang paling mudah digunakan sebagai media informasi adalah internet. Dalam pencarian informasi internet dapat diakses selama 24 jam, kecepatan perolehan informasi cepat dibandingkan dengan radio dan televisi. Selain itu biaya yang digunakan relatif lebih murah (Dyandra, 2010).
2. Media cetak
E. Landasan Teori
Pendidikan dapat meningkatkan kematangan intelektual seseorang. Kematangan intelektual ini berpengaruh pada wawasan dan cara berpikir. Sehingga semakin tinggi pendidikan formal akan semakin baik pengetahuan tentang kesehatan.
Pengetahuan tentang antibiotika seseorang diperoleh dari pengalaman yang berasal dari macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan media poster. Selain media-media yang disebutkan diatas pengetahuan mengenai antibiotika juga dapat diperoleh dengan cara mengikuti seminar mengenai obat antibiotika.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman-kedalaman yang ingin diukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat pengetahuan di atas.
F. Hipotesis
19 BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah non eksperimental karena peneliti tidak
memberikan perlakuan atau intervensi pada responden penelitian. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah analitik deskriptif karena data yang diperoleh
kemudian dianalisis dan selanjutnya dideskripsikan dengan metode statistik dan
deskripsi kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah survey dengan pendekatan Cross Sectionalyaitu pengambilan data dilakukan dalam suatu waktu tertentu saja (Umar, 2010). Penelitian ini merupakan penelitian tim yang
dilakukan oleh empat orang peneliti dengan instrumen penelitian, variabel
penelitian, metode penelitian, rancangan penelitian dan analisis data yang sama.
Perbedaan terletak pada responden penelitian dan lokasi penelitian.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel
a. Variabel bebas
Tingkat pendidikan masyarakat
b. Variabel tergantung
c. Variabel pengacau terkendali
Informasi yang telah diperoleh masyarakat melalui pendidikan formal ataupun
melalui penyuluhan dan seminar mengenai obat antibiotika
d. Variabel pengacau tak terkendali
Informasi mengenai antibiotika yang telah diperoleh masyarakat sebelumnya
melalui penjelasan dokter, apoteker dan/atau media (televisi, radio, internet,
surat kabar)
2. Definisi operasional
a. Tingkat pendidikan masyarakat merupakan jenjang pendidikan terakhir dari
responden yaitu SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.
b. Tingkat pengetahuan yang dimaksud adalah tingkat pengetahuan masyarakat
tentang antibiotika. Penggolongan tingkat pengetahuan adalah sebagai berikut:
1) Tingkat pengetahuan dikatakan tinggi jika responden mampu menjawab
pertanyaan benar 71% hingga 100% dari setiap kriteria pengetahuan.
2) Tingkat pengetahuan dikatakan sedang jika responden mampu menjawab
pertanyaan benar sebanyak 50% - 70% dari setiap kriteria pengetahuan.
3) Tingkat pengetahuan dikatakan rendah jika responden menjawab
pertanyaan benar kurang dari 50% dari setiap krtiteria pengetahuan.
c. Kriteria pengetahuan yang dimaksud adalah pengertian umum mengenai
antibiotika (3 pertanyaan), cara memperoleh antibiotika (5 pertanyaan), tempat
pertanyaan), aturan penggunaan antibiotika (4 pertanyaan), dan resistensi
antibiotika (2 pertanyaan.)
d. Responden dianggap tahu tentang antibiotika jika dapat menjawab pertanyaan
dengan benar mengenai pengetahuan antibiotika secara umum (pengertian
umum antibiotika, cara memperoleh antibiotika, tempat memperoleh
antibiotika, cara penggunaan antibiotika, aturan penggunaan antibiotika, dan
resistensi antibiotika) yang dinilai dari dari jawaban responden atas pertanyaan
yang diajukan melalui kuesioner.
e. Responden yang akan digunakan adalah responden yang sesuai dengan kriteria
inklusi di Kecamatan Gondokusuman yaitu tingkat pendidikan yang telah
ditamatkan minimal SD.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kecamatan Gondokusuman Kota
Yogyakarta. Kecamatan Gondokusuman ini terdiri dari lima kelurahan yaitu
kelurahan Klitren yang terdiri dari 63 RT, kelurahan Terban terdiri dari 59 RT,
kelurahan Demangan terdiri dari 44 RT, kelurahan Kota Baru terdiri dari 21 RT,
dan kelurahan Baciro yang terdiri dari 87 RT. RT yang diambil sebagai lokasi
penelitian ada 28 RT, yaitu 3 RT di kelurahan Demangan (RT 02, RT 12, dan RT
25), 4 RT di kelurahan Terban (RT 24, RT 26, RT 37, dan RT 56), 3 RT di
kelurahan Kota baru (RT 06, RT 10, dan RT 16), 5 RT di kelurahan Baciro (RT
05, RT 09, RT 25, RT 28, RT 31, RT 34, RT 42, RT 43, RT 52, RT 56, dan RT
61).
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar kuesioner.
Kuesioner didalam penelitian ini menggunakan dua jenis pertanyaan yaitu:
1. Pertanyaan mengenai fakta
Pertanyaan ini berisi tentang data-data demografi responden, misalnya
pertanyaan tentang tingkat pendidikan terakhir, usia, alamat tempat tinggal, dan
nama responden.
2. Pertanyaan-pertanyaan informatif
Pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui jawaban dari responden
mengenai definisi antibiotika, cara memperoleh antibiotika, tempat memperoleh
antibiotika, cara penggunaan antibiotika, bahaya penggunaan antibiotika yang
tidak tepat, definisi resistensi bakteri terhadap antibiotika, dan sumber perolehan
informasi masyarakat mengenai antibiotika.
Jumlah pertanyaan-pertanyaan informatif di kuesioner ini terdapat 40
pertanyaan, yang terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama terdiri dari 25 pertanyaan
yang berfungsi untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden mengenai
antibiotika. Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain mengenai: pengertian
mengenai antibiotika (no 1, 2, dan 3); Cara memperoleh antibiotika (no 3, 4, 20,
antibiotika (no 14, 18, 19); Aturan penggunaan antibiotika (no 15, 21, 22, dan 24)
dan bahaya/akibat penggunaan antibiotika (no 16 dan 17)
Bagian kedua terdiri dari 15 pertanyaan yang berfungsi untuk mengetahui
dari mana responden mendapatkan informasi mengenai antibiotika. Pada bagian
ini, cara responden memperoleh informasi dibagi menjadi 3 bagian yaitu: sumber
informasi interpersonal (no 26-33); sumber informasi media cetak (no 34-37); dan
sumber informasi media elektronik (no 38-40).
Bentuk pertanyaan-pertanyaan informatif menggunakan bentuk pertanyaan
closed ended dengan jenis dichotomous choice. Dichotomous choice merupakan pertanyaan yang hanya menyediakan dua alternatif jawaban, yaitu “Ya” dan
“Tidak”. Dalam kuesioner ini peneliti menggunakan alternatif jawaban ya dan
tidak (Notoatmodjo, 2002).
E. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan adalah masyarakat Kecamatan
Gondokusuman baik laki-laki maupun perempuan. Kriteria yang ditetapkan oleh
peneliti adalah tingkat pendidikan terakhir yang telah ditamatkan minimal SD.
Kriteria eksklusi subyek yaitu masyarakat yang sedang atau telah menempuh
pendidikan formal yang berkaitan dengan ilmu kesehatan (dokter, dokter gigi,
dokter hewan, apoteker, farmasis, perawat, ahli gizi, analis kesehatan, bidan) dan
masyarakat yang mengikuti pendidikan non formal (penyuluhan dan seminar)
F. Tata Cara Penelitian
1. Analisis situasi
Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai keadaan
lokasi penelitian serta hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Hal-hal tersebut
antara lain jumlah responden yang memenuhi kriteria inklusi dan waktu yang
tepat untuk mengambil data serta mengetahui batas wilayah daerah pengambilan
data.
Penelitian mengenai pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat
pengetahuan mengenai antibiotika di Kecamatan Gondokusuman ini dimulai
dengan melakukan pengamatan ke beberapa wilayah dan meminta izin kepada
dinas perizinan, kantor Kecamatan Gondokusuman, kantor kelurahan, serta
kepada ketua RT setempat. Surat keputusan izin penelitian diberikan oleh Dinas
Perizinan dimulai dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Juni 2011, dimana
ijin tersebut harus diketahui oleh pejabat kelurahan dan ketua RT.
2. Penetapan besar sampel
Penetapan besar sampel dilakukan secara random dengan metode cluster sampling. Pertama-tama dihitung jumlah RT secara keseluruhan dalam Kecamatan tersebut. Dari total jumlah RT, akan diambil sebanyak 10% secara
random untuk di cluster. Dari setiap RT yang terpilih akan diambil 10% populasi yang memenuhi kriteria inklusi untuk dijadikan sampel uji. Jumlah RT di
Kecamatan Gondokusuman adalah sebanyak 274 RT sehingga akan diambil 28
ambil menggunakan tabel random. Setiap RT yang menjadi sampel penelitian
diambil 10% dari keseluruhan masyarakat yang masuk kriteria inklusi penelitian.
Selanjutnya setelah diketahui jumlah responden pada setiap RT, pengambilan
sampel untuk data penelitian dilakukan secara purposive. Hal ini dikarenakan peneliti kurang mampu menjangkau seluruh masyarakat.
Sampel diambil dari 5 kelurahan yang terdapat di Kecamatan
Gondokusuman yaitu: kelurahan Klitren, kelurahan Terban, kelurahan Demangan,
kelurahan Kota Baru, dan kelurahan Baciro.
3. Uji pemahaman bahasa
Uji bahasa kuesioner dilakukan dengan mengujikan kuesioner yang sudah
dibuat kepada 15 orang dengan kriteria inklusi yang ditetapkan yaitu pendidikan
terakhir minimal SD. Namun, uji pemahaman bahasa ini tidak dilakukan di lokasi
penelitian. Uji pemahaman bahasa dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman responden terhadap maksud atau tujuan pernyataan yang dibuat oleh
peneliti. Hasil uji pemahaman bahasa diketahui bahwa bahasa yang digunakan
dalam kuesioner tersebut dapat dimengerti oleh responden.
4. Validasi instrumen
Validitas yang akan dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian
dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauh mana item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi dan tidak keluar dari batasan tujuan
pengukuran. Validitas isi yang dicapai oleh tes tergantung pada penilaian subjektif
individual. Hal ini dikarenakan validitas isi tidak memerlukan perhitungan
statistik namun menggunakan analisis rasional. Validitas ini didasarkan pada
penilaian ahli bidang tersebut (Azwar, 2007).
5. Reliabilitas instrumen
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji konsistensi dari instrumen.
Semakin tinggi koefisien reliabilitas berarti semakin reliabel instrumen tersebut.
Koefisien reliabilitas dinyatakan dengan angka dalam rentang dari 0 sampai 1,00.
Kuesioner dikatakan reliabel jika nilai r-nya (nilai reliabilitasnya) semakin
mendekati 1,00 dan sebaliknya jika nilai r-nya semakin mendekati 0 berarti
reliabilitasnya semakin rendah. Para ahli merekomendasikan nilai reliabilitas
diatas 0,7 (Umar, 2010).
Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas
terpakai yaitu hasil uji responden sekaligus dipakai untuk uji reliabilitas. Uji
reliabilitas terpakai ini digunakan untuk menghemat waktu karena terbatasnya
waktu penelitian dan luasnya cakupan wilayah penelitian.
Reliabilitas instrumen dilakukan pada 30 responden dan dihitung
0,361. Angka ini menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan oleh peneliti
dapat dinyatakan reliabel.
6. Penyebaran kuesioner
Penyebaran kuesioner dilakukan oleh peneliti ke 22 RT yang sudah dipilih
secara acak. Pengisian kuesioner dilakukan sendiri oleh responden dengan
ditunggui oleh peneliti agar peneliti dapat memeriksa kelengkapan data responden
dan mengurangi kesalahan karena ketidakpahaman responden akan maksud
pernyataan dalam kuesioner. Kuesioner langsung dikumpulkan segera setelah
responden mengisinya sehingga jumlah kuesioner yang disebar sama dengan
jumlah kuesioner yang kembali. Hal ini dilakukan untuk menghindari
kemungkinan bias akibat responden mengumpulkan informasi dari media
informasi yang ada untuk menjawab pernyataan dalam kuesioner yang diberikan
karena variabel yang ingin diukur adalah pengetahuan responden mengenai
antibiotika sampai saat itu.
7. Analisis Hasil
a. Scoring
Setelah responden menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti, peneliti melakukan scoring. Cara scoringuntuk pertanyaan nomor 1-25 adalah dengan memberikan nilai 1 pada pertanyaan yang dijawab secara benar
pertanyaan dengan pilihan jawaban yang salah; Sedangkan pertanyaan no 26-40
nilai 1 diberikan pada jawaban “Ya” dan nilai 0 (nol) pada jawaban “Tidak”.
b. Uji normalitas
Uji normalitas yang dilakukan pada data penelitian ini untuk mengetahui
apakah data yang telah didapat pada saat penelitian ini normal atau tidak. Uji
normalitas juga digunakan untuk mengecek apakah data penelitian berasal dari
populasi sebaran yang normal. Pengujian normalitas pada data ini dengan
menggunakan statistic nonparametric yaitu dengan menggunakan teknik Kolmogorof-Smirnovdengan bantuan komputer (Dahlan, 2009).
Tabel I. Uji Normalitas Pada Tingkat Pendidikan Dan Tingkat Pengetahuan
Variabel Z Sig. (P) Keterangan
Tingkat pengetahuan 1,045 0,225 normal
Tingkat pendidikan 3,579 0,000 tidak normal
Dari tabel di atas, sebaran data pada variabel tingkat pendidikan memiliiki
nilai p < 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa sebaran data pada variabel tingkat
pendidikan tidak normal; Sedangkan sebaran data pada variabel tingkat
pengetahuan memiliki nilai p > 0,05 dan hasil ini menunjukkan bahwa variabel
tingkat pengetahuan normal. Adanya variabel yang memiliki sebaran tidak
normal, menjadi dasar bagi peneliti untuk menganalisis data korelasi Spearman Rank (Patria, 2010).
c. Uji Hipotesis
G. Keterbatasan Penelitian
1. Lokasi penelitian yang tersebar, menyebabkan pengumpulan data menjadi
sedikit terhambat dan pemberian edukasi kepada responden menjadi sangat
kurang.
2. Penelitian ini hanya melakukan penelitian terhadap pengaruh tingkat
pendidikan terhadap tingkat pengetahuan masyarakat mengenai antibiotika
dan sedikit melihat pengaruh informasi terhadap pengetahuan masyarakat.
Banyal faktor lain selain tingkat pendidikan yang dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang antara lain: pengalaman, keyakinan, fasilitas,
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Demografi Responden
Responden dalam penelitian ini memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik responden yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian adalah usia dan jenis kelamin.
1. Usia
Semakin muda usia seseorang semakin sedikit pengalaman yang dimiliki seseorang. Pengalaman yang sedikit akan sangat berkaitan dengan pengetahuan seseorang, pengetahuan seseorang akan semakin rendah apabila pengalaman yang diperolehnya semakin sedikit. Namun sebaliknya bertambahnya usia seseorang maka pengalaman akan semakin banyak dan dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan (Sarwono, 2008).
Tabel II. Perbandingan usia responden
Usia Jumlah Persentase (%)
20-35 51 33,1%
36-49 73 47,4%
50-64 30 19,5%
Tabel diatas menunjukkan, jumlah responden terbanyak berdasarkan usia adalah dari rentang usia 36 sampai 49 dengan jumlah sebanyak 73 responden (47,4%).
mengenai jumlah responden dalam penelitian ini berbanding lurus dengan data yang dikeluarkan oleh BPS kota Yogyakarta, di mana jumlah penduduk dengan rentang usia 50-64 memiliki jumlah yang paling sedikit (BPS kota Yogyakarta, 2009).
2. Jenis kelamin
Pada penelitian ini, peneliti tidak membedakan jenis kelamin responden. Dalam artian seluruh masyarakat yang berada di kecamatan Gondokusuman masuk dalam kriteria responden penelitian ini.
Tabel III. Perbandingan Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Laki-laki 88 57,1%
Perempuan 66 42,9%
Total 154 100%
Jumlah laki-laki dan perempuan berdasarkan tabel diatas adalah jumlah laki-laki sebesar 57,1% dan jumlah perempuan 42,9%. Besarnya jumlah responden laki-laki bila dibandingkan dengan perempuan dikarenakan oleh di daerah kecamatan Gondokusuman responden perempuan lebih banyak menolak untuk berpartisipasi dengan alasan sibuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga; Sedangkan responden laki-laki lebih banyak memiliki waktu luang, karena pengambilan data dilakukan pada waktu sore hari.
B. Tingkat Pendidikan
(SD). Responden dengan tingkat pendidikan terakhir Perguruan Tinggi jurusan kesehatan serta Sekolah Menengah Farmasi tidak masuk dalam karakteristik responden dalam penelitian ini. Hal ini ditentukan untuk menghindari kebiasan dari hasil penelitian ini karena responden yang memiliki tingkat pendidikan terakhir Perguruan Tinggi jurusan kesehatan telah mengetahui mengenai antibiotika. Tingkat pendidikan responden yang dipilih oleh peneliti terdiri dari 4 tingkatan yaitu: SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas), dan PT (Perguruan Tinggi). Sejatinya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya (Widianti, 2007).
Tabel IV. Perbandingan Tingkat Pendidikan Terakhir Responden
Tingkat Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase (%)
SD 10 6,5%
SMP 25 16,2%
SMA 79 51,3%
PT 40 26,0%
Total 154 100%
C.
1. Pengertian umum a
Antibiotika adalah yang dapat membunuh atau (BPOM, 2008). Dari hasil antibiotika digunakan untuk
responden yang mengetahui infeksi virus. Sebagian besa dan virus. Untuk mengobati
menggunakan obat anti virus dan bukan anti
Gambar 1.
Dari data juga dipe
sedang, dan rendahnya responden me hasil dapat diketahui bahwa
umum antibiotika adalah sedang
adalah zat atau senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme
Dari hasil yang didapatkan sebanyak 90,9% mengetahui digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Namun hanya
mengetahui antibiotika tidak dapat digunakan untuk mengobati Sebagian besar responden belum dapat membedakan antara
Untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh virus anti virus dan bukan antibiotika.
. Jumlah responden yang tahu mengenai pengertian antibiotika secara umum secara benar
uga diperoleh informasi mengenai tingkat pengetahuan tingg g, dan rendahnya responden mengenai pengertian umum antibiotika. Dari hui bahwa tingkat pengetahuan terbanyak mengenai pengertian biotika adalah sedang dengan persentase 53,9%
Gambar 2. Perbandingan res mengenai pengerti
2. Pengetahuan responden
Untuk mengetahui
antibiotika, peneliti mencantumkan
kuesioner tersebut terdapat pada nomor 3, 4, 20,
Gambar 3. Jumlah
Pada umumnya, obat diperoleh dengan resep diperoleh tanpa resep dokter.
0.0%
Perbandingan responden berdasarkan tingkat pengetahuan mengenai pengertian umum antibiotika.
Pengetahuan responden mengenai cara memperoleh antibiotika
mengetahui pengetahuan responden mengenai cara memperoleh mencantumkan 5 pertanyaan pada kuesioner. Pertanyaan but terdapat pada nomor 3, 4, 20, 23 dan 25 (kuesioner terlampir).
Jumlah responden yang tahu mengenai bagaimana memperoleh antibiotika secara benar.
umumnya, obat antibiotika merupakan obat keras yang hanya resep dokter. Namun ada beberapa antibiotika yang resep dokter. Obat antibiotika yang dapat diperoleh tanpa
22.1%
diperoleh di apotek tanpa resep dokter
neomicin salep bisa diperoleh di apotek tanpa resep dokter antibiotika yang dapat diperoleh tanpa resep
dokter adalah obat golongan OWA. Sedangkan amoxcilin dengan resep dokter. Hasil mengetahui amoxcilin hanya dapat
Hasil penelitian tersebut, tinggi, sedang, dan rendah.
mengenai cara mempero rendah yaitu sebesar 35,1%.
Gambar 4. Perbandingan responden ber mengenai cara me
3. Tempat memperoleh antibiotika
Untuk mengetahui
antibiotika, peneliti memberikan kuesioner tersebut terdapat pada nomor
31.8%
golongan OWA. Neomisin salep merupakan salah satu amoxcilin merupakan obat keras yang hanya dapat dokter. Hasil penelitian menunjukkan hanya 29,2% responden amoxcilin hanya dapat diperoleh dengan resep dokter.
penelitian tersebut, dapat digolongkan menjadi tingkat pengetahuan dan rendah. Dari gambar menunjukkan bahwa tingkat penge
memperoleh antibiotika di Kecamatan Gondokusuman esar 35,1%.
Perbandingan responden berdasarkan tingkat pengetahuan mengenai cara memperoleh antibiotika.
memperoleh antibiotika
mengetahui pengetahuan responden mengenai tempat memperoleh peneliti memberikan 8 pertanyaan pada kuesioner. Pertanyaan but terdapat pada nomor 5 sampai dengan 12 (kuesioner terlampir).
Gambar
Hasil penelitian menunjukkan tempat memperoleh antibiotika 96,1%. Hal yang mengkhawa antibiotika tidak boleh didapatkan antibiotika baik oral maupun topikal apotek, karena antibiotika
Physicians, 2009).
Selain dari rumah mendapatkan antibiotika distribusi obat antibiotika
responden dapat memperoleh antibioti
Gambar 5. Jumlah responden yang tahu mengenai tem memperoleh antibiotika secara benar.
penelitian menunjukkan bahwa rumah sakit dan apotek merupakan memperoleh antibiotika dengan persentase terbanyak yaitu 96,8%
mengkhawatirkan adalah responden tidak mengetahui boleh didapatkan selain di rumah sakit dan apotek. Menurut te oral maupun topikal hanya dapat diperoleh di rumah sakit ataupun antibiotika merupakan obat keras (American Academy of
dari rumah sakit dan apotek ternyata responden juga antibiotika melalui tempat lain. Hal ini mungkin dika
antibiotika tidak hanya di apotek dan rumah sakit, memperoleh antibiotika secara bebas.
0%
nden yang tahu mengenai tempat
apotek merupakan
responden juga pernah mungkin dikarenakan sakit, sehingga
Gambar 6. Perbandingan responden ber mengenai tempat mend
Hasil penelitian tersebut, tinggi, sedang, dan rendah. mengenai tempat memperoleh persentase 46,1%.
4. Cara penggunaan antibiotika
Untuk mengetahui
antibiotika, peneliti memberikan kuesioner tersebut terdapat pada nomor
Gambar 7. Jumlah
Perbandingan responden berdasarkan tingkat pengetahuan mengenai tempat mendapatkan antibiotika.
penelitian tersebut, dapat digolongkan menjadi tingkat pengetahuan rendah. Dari gambar menunjukkan bahwa tingkat penge
memperoleh antibiotika terbanyak yaitu sedang
penggunaan antibiotika
mengetahui pengetahuan responden mengenai cara penggunaan peneliti memberikan 3 pertanyaan pada kuesioner. Pertanyaan
but terdapat pada nomor 14, 18, dan 19 (kuesioner terlampir).
Jumlah responden yang tahu cara penggunaan antibiotika secara benar.
ng tahu cara penggunaan antibiotika
Penggunaan antibiotika diresepkan oleh dokter harus diderita telah sembuh, ini hasil penelitian terlihat diminum sampai habis hanya sering mendapatkan antibiotika se
yang diberikan oleh dokter yang diberikan oleh dokter
antibiotika, peneliti memberikan kuesioner tersebut terdapat pada nomor
41.6%
antibiotika yang benar adalah jumlah semua obat dokter harus diminum sampai habis walaupun penyakit
buh, ini dilakukan untuk mengurangi resistensi antibiotika. terlihat bahwa responden yang mengetahui antibiotika
habis hanya 54,5%. Hal ini mungkin dikarenakan responden patkan antibiotika selain di apotek dan rumah sakit, sehingg
oleh dokter ataupun apoteker tidak didapatkan, ataupun
oleh dokter dan apoteker masih sangat kurang ketika responden ntibiotika.
Berdasarkan tinggi, sedang, dan rendahnya tingkat pengetahuan mengenai biotika, responden memiliki tingkat pengetahuan yang penggunaan antibiotika dengan persentase 41,6%.
Perbandingan responden berdasarkan tingkat pengetahuan mengenai cara penggunaan antibiotika
Pengetahuan responden mengenai aturan penggunaan antibiotika
mengetahui pengetahuan responden mengenai cara penggunaan peneliti memberikan 4 pertanyaan pada kuesioner. Pertanyaan
but terdapat pada nomor 15, 21, 22, dan 24 (kuesioner terlampir). 20.8% walaupun penyakit yang antibiotika. Dari ntibiotika harus nakan responden ek dan rumah sakit, sehingga edukasi
ataupun informasi ketika responden
pengetahuan mengenai pengetahuan yang tinggi
dasarkan tingkat pengetahuan
biotika
Gambar 9
Penggunaan antibiotika terjadinya resiko resistensi lebih dari 50% responden terdapat pada kuesioner.
Gambar 10
pengetahuan mengenai
Berdasarkan tinggi, aturan penggunaan antibiotika, memiliki tingkat pengetahuan tinggi
0.0%
9. Jumlah responden yang tahu mengenai aturan penggunaan antibiotika secara benar
Penggunaan antibiotika yang sesuai aturan akan membantu mengurangi resistensi antibiotika. Dari hasil penelitian menunjukkan responden dapat menjawab dengan benar semua pertanyaan kuesioner.
10. Perbandingan responden berdasarkan tingkat pengetahuan mengenai aturan penggunaan antibiotika
rkan tinggi, sedang, dan rendahnya tingkat pengetahuan mengenai antibiotika, responden terbanyak adalah responden pengetahuan tinggi yaitu sebsesar 73,4%.
0.0%
6. Pengetahuan responden
Untuk mengetahui
antibiotika, peneliti memberikan kuesioner tersebut terdapat pada nomor
Gambar 11
Salah satu pengetahuan adalah ketepatan dosis. Dosis antibiotika. Resistensi antibiotika efek dari antibiotika.
responden telah mengetahui menunjukkan bahwa pengetahua resistensi antibiotika tinggi
Salah satu penyebab antibiotika bila tidak digunakan didapatkan responden ketika
Pengetahuan responden mengenai resistensi antibiotika
mengetahui pengetahuan responden mengenai cara penggunaan memberikan 2 pertanyaan pada kuesioner. Pertanyaan but terdapat pada nomor 16 dan 17 (kuesioner terlampir).
11. Jumlah responden yang tahu mengenai pengertian umum resistensi antibiotika secara benar
pengetahuan yang penting mengenai penggunaan antibiotika dosis. Dosis yang tidak tepat dapat mengakibatkan
Resistensi antibiotika adalah kemampuan dari bakteri untuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebesar mengetahui pengertian resistensi bakteri itu sendiri bahwa pengetahuan responden mengenai pengertian
ika tinggi
enyebab masyarakat mengetahui pengertian umum tidak digunakan secara rasional adalah banyaknya informasi responden ketika mendapatkan antibiotika di apotek atau rumah sakit.
Gambar 12 pengetahuan
Berdasarkan tinggi, pengertian umum resistensi yang memiliki tingkat menggambarkan bahwa
mengetahui akan resiko apabila tidak me
7. Pengetahuan rata-rata
12. Perbandingan responden berdasarkan tingkat pengetahuan mengenai pengertian umum resistensi antibiotika
rkan tinggi, sedang, dan rendahnya tingkat pengetahuan mengenai resistensi antibiotika, responden terbanyak adalah responden tingkat pengetahuan tinggi yaitu sebsesar 83,1%.
bahwa masyarakat di Kecamatan Gondokusuman akan resiko apabila tidak menggunakan antibiotika secara tidak tepat.
rata responden mengenai antibiotika
Secara umum, dari beberapa pertanyaan-pertanyaan mengenai antibiotika yang disebutkan diatas dapat dirangkum sesuai gambar XIII. Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan responden yang paling rendah adalah pengetahuan mengenai tempat memperoleh antibiotika dengan persentase 57,6%, sedangkan pengetahuan responden yang paling tinggi adalah pengetahuan responden mengenai pengertian umum resistensi antibiotika dengan persentase 90,30%.
D. Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Antibiotika
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mengenai antibiotika yang tinggi sebanyak 39 responden dengan persentase 25,32%; Sedangkan, tingkat pengetahuan yang sedang sebanyak 102 responden dengan persentase 66,23%; Dan tingkat pengetahuan mengenai antibiotika rendah sebanyak 13 responden dengan persentase 8,44%.
Tabel V. Perbandingan Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Antibiotika
Tingkat pengetahuan Frekuensi persentase
Tinggi 39 25,32%
Sedang 102 66,23%
Rendah 13 8,44%
Total 154 100%
pengetahuan yang tinggi mengenai antibiotika, melihat lokasi tempat tinggal tersedia banyak fasilitas untuk memperoleh informasi mengenai antibiotika. Akan tetapi, masyarakat belum memanfaatkan secara maksimal sehingga masyarakat hanya memiliki tingkat pengetahuan sedang mengenai antibiotika.
E. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Pengetahuan Mengenai
Antibiotika
Untuk melihat apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan responden mengenai antibiotika dilakukan perbandingan tingkat pengetahuan responden mengenai antibiotika dengan tingkat pendidikan responden.
Uji statistik yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui hubungan yang jelas antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan mengenai antibiotika adalah korelasi spearman. Hal ini dikarenakan sebaran data variabel tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tidak normal. Dari hasil korelasi didapatkan nilai signifikansi adalah 0,324 dimana nilai ini lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis peneliti ditolak yaitu tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan mengenai antibiotika di kecamatan Gondokusuman kotamadya Yogyakarta.
Penelitian ini ternyata sama dengan hasil penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh Djuang (2009) yaitu bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang mengenai suatu hal, dalam kasus ini adalah pengetahuan mengenai antibiotika secara umum.
F. Perolehan Informasi Masyarakat Tentang Antibiotika
Perolehan informasi tentang antibiotika dibagi menjadi 3 macam, yaitu perolehan informasi melalui media interpersonal, media cetak, dan media elektronik.
1. Perolehan Informasi Melalui Media Interpersonal
Gambar 14. Media interpers
profesi lainnya. Selain itu, kesehatan dari dokter pada
sehingga masyarakat lebih banyak mem Sedangkan informasi
yaitu sebanyak 57, 79% belum begitu merasakan informasi mengenai kesehatan. memfokuskan dirinya
Media interpersonal yang digunakan oleh responden sebagai sumber informasi mengenai antibiotika
diatas dapat dilihat bahwa responden paling mengenai antibiotika dari dokter yaitu sebesar 84,42% da Hal ini dikarenakan tingkat kepercayaan masyarakat mengenai
yang diperoleh dari dokter lebih tinggi dibandingkan Selain itu, masyarakat juga lebih sering memperoleh info dokter pada saat mereka melakukan pemeriksaan di rumah sehingga masyarakat lebih banyak memperoleh info dari dokter.
Sedangkan informasi paling sedikit didapatkan dari mahasiswa kesehatan 57, 79% dari 154 responden. Hal ini dikarenakan masyarakat merasakan peran mahasiswa kesehatan mengenai perolehan mengenai kesehatan. Selain itu, mahasiswa kesehatan juga
dirinya pada perkuliahan dibandingkan peran serta tentang kesehatan kepada masyarakat.
sonal yang digunakan oleh responden
paling banyak kesehatan juga lebih peran serta dalam
2. Perolehan Informasi Me
Perolehan informasi brosur, leaflet, dan majalah.
Gambar 15. Media cetak yang digunakan oleh r sumber
Dari gambar terlihat mendapatkan informasi persentae paling tinggi kare memang digunakan sebagai masyarakat awam. Hal inilah kesehatan sebagai media
kesehatan termasuk tentang antibiotika. Sedangkan yang paling Hal ini dikarenakan informasi kurang. Meskipun koran ba sering disampaikan adalah masyarakat terbaru. Sehingga antibiotika dari koran.
informasi melalui media cetak terdiri dari 4 bagian yaitu an majalah.
Media cetak yang digunakan oleh responden sebagai sumber informasi mengenai antibiotika
gambar terlihat bahwa sebanyak 66,23% dari 154 responden informasi mengenai antibiotika dari brosur. Brosur
tinggi karena pada dasarnya brosur (terutama brosur kesehatan) unakan sebagai media informasi dari tenaga kesehatan
Hal inilah yang mendasari masyarakat lebih memilih sebagai media informasi untuk memperoleh informasi
uk tentang antibiotika.
yang paling rendah adalah koran dengan persentase dikarenakan informasi mengenai obat-obatan terutama antibiotika
koran banyak menyampaikan informasi, namun informasi disampaikan adalah informasi tentang lingkungan sosial serta
3. Perolehan Informasi Me
Gambar 16. Media ele sumber infor
Sumber informasi menjadi tiga sumber informasi Sebanyak 37,66% dari antibiotika dari radio, 44,81% informasi tentang antibiotika sebesar 55,84% responden media elektronik tentang lebih sering digunakan masyarakat sebagai media memang sedikit member
mahalnya biaya untuk menayangkan ikla
Sedangkan radio merupakan reponden untuk mencari
informasi yang global dan
Media elektronik yang digunakan oleh responden sebag sumber informasi mengenai antibiotika
informasi antibiotika dari media elektronik dikelompokkan sumber informasi yang utama yaitu radio, internet dan televisi 37,66% dari 154 responden mendapatkan informasi mengenai
radio, 44,81% dari 154 responden mengatakan mereka mendapat antibiotika dari internet. Sedangkan yang terbanyak responden dari 154 responden memperoleh informasi
tentang antibiotika dari televisi. Hal ini dikarenakan oleh masyarakat pada saat ini dan menjadi media sebagai media utama perolehan informasi. Pada dasarnya
memberikan informasi tentang antibiotika, hal ini dikarenakan ya untuk menayangkan iklan di televisi.
radio merupakan media elektronik yang jarang digunakan mencari informasi. Hal ini dikarenakan radio memiliki global dan tidak detail, yang menyebabkan masyarakat
radio internet televisi (TV) 37.66%
44.81%
55.84%
kan oleh responden sebagai
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Karakteristik demografi masyarakat Kecamatan Gondokusuman adalah usia
36-49 merupakan usia terbanyak dengan persentase 47,4% dan masyarakat berjenis
kelamin terbanyak adalah laki-laki dengan persentase 57,1%
2. Tingkat pendidikan responden di Kecamatan Gondokusuman adalah SD sebesar
6,5%, SLTP 16,2%, SLTA 51,3%, dan Perguruan Tinggi sebanyak 26,0%.
3. Pengetahuan responden mengenai antibiotika paling rendah terdapat pada bagian
mengenai tempat memperoleh antibiotika dengan persentase 57,6%, sedangkan
pengetahuan responden paling tinggi terdapat pengertian umum mengenai
resistensi antibiotika dengan persentase 90,30%
4. Tingkat pengetahuan responden mengenai antibiotika terbanyak adalah sedang
dengan persentase 73,4%
5. Tingkat pendidikan tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat
mengenai antibiotika di Kecamatan Gondokusuman kotamadya Yogyakarta
B. Saran
1. Meningkatkan peran apoteker dalam memberikan informasi tentang obat
khususnya antibiotika bagi masyarakat
2. Memanfaatkan media televisi sebagai sarana untuk menyampaikan informasi
mengenai antibiotika melalui
talk show
, karena media televisi sering digunakan
oleh masyarakat.
51 Daftar Pustaka
AAFP, 2009, Controlling Antibiotic Resistance: Will We Someday See Limited Prescribing Autonomy?, American Academy Of Family Physicians, Http://Www.Aafp.Org/Afp/2001/0315/P1034.Html, diakses tanggal 13 November 2010.
Azzam, S.I., Husein, B.A., Alzoubi, F., And Masadeh, M.M., And Al-Horani, M.A.S., 2007. Self-Medication With Antibiotics In Jourdanian Populations. IJOHMEH.
Arikunto, S. 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta.
Azwar, S., 2007, Reliabilitas Dan Validitas, Edisi Ke-3, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Azwar, S., 2007, Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya, Ed. 2, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan POM RI, Jakarta.
Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta, 2009, Data Jumlah Penduduk, Http://Www.Gudeg.Web.Id/Investasi/Index.Php?Option=Com_Content &View=Article&Id=180&Itemid=254, Diakses Tanggal 5 Desember 2011.
Dahlan, S, 2009, Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel Dalam Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan, Salemba Medika: Jakarta.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, Hal. 204.
Djuang, 2009, Hubungan Antara Karakteristik Masyarakat dengan Penggunaan Antibiotik yang Diperoleh Secara Bebas di Medan, Skripsi, 23, Universitas Sumatera Utara, Medan. Di akses tanggal 25 oktober 2010.
Dyandra, 2010, Media Massa Elektronik,
http://dyandra17.student.umm.ac.id/2010/07/13/media-massa-elektronik.pdf/, diakses tanggal 8 november 2011.