i SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Lasro Bonaventura Situmorang Nim : 019114166
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
There is a pleasure in the pathless woods
there is a rapture on the lonely shore;
There is society, where none intrudes,
By the deep blue sea and music in it's roar;
v
(Paulo Coelho, the Alchemist)
AKU TAHU SEMUA SUDAH TERLAMBAT. TETAPI INI
PERLU DILAKUKAN : SEKARANG SEBELUM AKU
BERANGKAT UNTUK MENYANYI ATAU UNTUK
MATI :
SEKARANG KU MULAI!!!
vi
(Alm) Mama Heddy Henrika Br. Simarmata.
I LOVE YOU MOM…
See you when I see you…
I wrote this novel just for mom…
for all the mommy things she’s done,
for all the time she showed me wrong,
for all the time she sang God’s song…
And I said :
Thank you mom…
Hello Mom…
Thank you Mom…
Hi Mom…
(Placebo)
Ayahanda T. Situmorang yang telah memberikan banyak pelajaran
berharga dalam hidup ini. Buat Bapa yang telah memberikan sebuah
kepercayaan dan mengajariku bagaimana menggunakan kepercayaan itu
dengan baik. Maaf atas keterlambatan ini Bapa.
Abang Marulak Situmorang dan Kak Dhani. Terimakasih atas segala
perhatian, motivasi, kasih sayang, pelajaran dan dukungan moral dan
materi yang telah abang dan kakak berikan, terimalah ini sebagai
permintaan maaf-ku. Maaf atas keterlambatan ini.
Kak Marni, Bang Ambit dan Kak Anita, Kak Murni dan Lae Siboro,
Kak Betty dan Lae Siahaan, Kak Darma, Kak Santi, dan My Little Bro
‘Andra’. Tak ada yang bisa saya ucapkan selain beribu-ribu terimakasih.
Suatu saat aku pasti akan membalasnya.
Buat Joshua, Endah, Jonathan, Grace, Siska, Elise dan Amanda.
viii ABSTRAK
KONSEP DIRI PADA ANGGOTA MAPASADHA (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sanata Dharma)
Lasro Bonaventura Situmorang Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang konsep diri pada anggota Mapasadha. Menurut Fitts, konsep diri sebagai kesadaran Individu tentang citra dirinya. Konsep diri terdiri dari beberapa dimensi yang saling berhubungan satu sama lainnya, yaitu : Identitas diri, kepuasan, tingkah laku, diri fisik, diri pribadi, diri keluarga dan diri sosial.
Subjek penelitian ini adalah anggota Mapasadha yang tinggal di Yogyakarta, berusia 20-30 tahun. Sampel yang digunakan yaitu dengan teknik purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 54 subjek.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan menggunakan skala konsep diri yang disusun oleh peneliti sendiri yang telah diujicobakan terlebih dahulu sehingga validitas dan reliabilitas data dapat dipertanggungjawabkan. Daya diskriminasi dalam penelitian ini menggunakan rix > 0, 300 dan koefisien reliabilitas skala konsep diri sebesar 0,895. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan konsep diri pada anggota Mapasadha yaitu berupa statistik deskriptif persentase.
Pada aspek konsep diri, aspek konsep diri tentang identitas diri memiliki mean tertinggi (19.8), pada urutan ke dua yaitu aspek kepuasan (19) dan pada urutan ketiga yaitu aspek tingkah laku (18.9). Pada urutan ke empat adalah aspek diri sosial (18.7) dan diikuti aspek diri keluarga (18.42). Pada urutan ke enam dan ke tujuh, aspek diri fisik dan dan diri pribadi memiliki mean yang sama yaitu sebesar 18, 09.
ix ABSTRACT
The Self Concept of Mapasadha Members Lasro Bonaventura Situmorang
Faculty of Psychology Sanata Dharma University
Yogyakarta
This research aim to learn about self concept of Mapasadha members. According to Fitts, self concept is an individual awareness of their self image. Self concept is consist of several dimensions that related each other, those are: self identity, satisfaction, behavior, self physical, self personal, self family and self social.
The subject of this research is member of Mapasadha who live in Yogyakarta, with 20 to 30 years old range of age. The sampling technique being used is purposive sampling, and the total of the sample for this research are 54 people.
This research is mainly use self concept scale method which has been arrange and tested by the researcher so that the data result is reliable. The indicators for discrimination level in this research used rix > 0.300 and reliability coefficient of self concept scale is 0.895. Descriptive analysis technique is used to show the self concept of Mapasadha members in the form of descriptive statistic percentage
In the self concept, the self identity aspect reach the highest value of mean at 19,8. Second position is the satisfaction at 19. Then third position is the self behavior at 18,9. Forth position is the self social at 18,7, followed by the self family at 18,42. In the sixth and seventh position, the aspect of self physical and self personal have the same mean at the point of 18,09.
xi
KATA PENGANTAR
Sebuah rasa syukur dan terimakasihyang tak terhingga saya haturkan kepada
Sang Keberadaan dan Kehidupan itu sendiri, atas segala anugerah dan
pemberian-Nya, atas semua ”pelajaran” tentang hidup ini. Atas semua pelajaran dan
bimbingan-Nya, akhirinya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “KONSEP DIRI PADA ANGGOTA MAPASADHA”, sebagai salah satu syarat dalam rangka
menyelesaikan studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Skripsi ini tak akan bisa terwujud tanpa kehadiran dan dukungan orang-orang
yang telah membantu penulis meraihnya. Maka pada kesempatan ini, ijinkanlah
penulis menghaturkan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma dan dosen penguji. Terimakasih banyak untuk
motivasi dan masukan untuk revisinya.
2. Bu Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari. S. Psi., M.Si. selaku Kaprodi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan dosen penguji.
Terimakasih untuk semua motivasi dan dukungan yang Ibu berikan. Semoga
lekas sembuh ya Bu...
3. Bapak Drs. H. Wahyudi, M. si. yang telah meluangkan waktu dan pikiran dan
xii
4. Segenap dosen di Fakultas Psikologi yang sudah mau berbagi pengetahuan.
Terimakasih juga untuk Pak Gie, Mas Gandung dan Mbak Nanik, Mas Muji
dan Mas Doni.
5. Thanks for nothing… hehehe…Tris, Dimas, Ahok, Roy, leo ‘Shadu’… Dia
adalah sahabatku, bahkan lebih…Sekarang kita setara!!!
6. Kaeksi Yuliatriastuti dan keluarga besar. Mathur nuwun sanget… Thanks buat
Eksi, terimakasih atas dukungannya di saat aku jatuh, thanks untuk
masa-masa yang indah... (...in good & bad times...)
7. Bapatua dan Mak Tua Si ringo-ringo… Mauliate Godang Pak Tua, Mauliate
Godang Mak Tua… Seandainya bisa membalas. Semoga!!!
8. Punguan Pomparan Situmorang Si Pitu Ama Djogjakarta & Naposo
Situmorang.
9. Bapatua dan Tante Tarutung dan keluarga besar, Keluarga besar Ibu pondok
kelapa, Bu Le Teti dan keluarga besar, Bu Le Bedingin dan keluarga besar,
Bu Le Nanik dan Dona.
10.Keluarga Incest : Ijo, Oi, Uyi, Aco sendiri dan Bibi Nopi… Keluarga kere,
jorok, tapi musisi lho
11.teman-teman psikologi angkatan ’01 : Nino, Awan, Yofi, Mbut (kapan aku
nduwe keponakan? he), Tiwi (thanks buat masukannya) dan teman-teman
yang masih dalam perjuangan : Angga, Dion, Silva, Jelly, Rini Tante, Aan,
xiii
12.Vembry, Rani, Tista, dan Rika ‘01… thanks atas persahabatannya di awal
semester…
13.Maria Retno Dwi Jayanti. Don’t come and go like you do… Yeah I need to
know all about you…
14.Lim… yang udah ngajarin SPSS. Thanks a lot bro…
15.Aprilia Ariani… Thanks buat Abstract-nya, sharing, masukan, dll… kill ‘em
all and njuk rabi… kwkwkwk…
16.INDONESIA JAYA!!!
17.DJOGJAKARTA!!! “Aku mencintaimu Djogjakarta, sebagaimana aku
mencintai perjuangan hidup”
18.MAPASADHA… Dan selamanya jaya!!!
19.Bapak Anand Krishna dan teman-teman di Anand Khrisna Center (AKC)
Jogjakarta… Be joyful and share your joy with others…
20.Ibu Joan, Mba Petra dan semua teman-teman di Sanggar Anak Cakrawala…
Thanks buat kesempatannya… buat Feni (Lempung), thanks buat singgungan
dan ejekannya yang membuat semangat penulis terpacu kembali.
21.Carissa Sudjono… 5 days such a fairytale… yesterday was yesterday, Isn’t it
right??? Hahaha … Let’s moving forward!!!
22.Gita Rimba Angelina Nico Kelip. Inget Ta... udah UP (Usia Panik) hehehe...
Semoga cepat lulus
23.Bejer & Menusz... Wes tobat po jer?
xiv
25.Anak-anak Budhaya… Robby (Thanks a lot bro…), Martin, Yo, Dedi Tamara.
26.Cah-cah Pondok… Thanks a lot buat semuanya, sebuah persahabatan dan
kekeluargaan sejati!!!
27.Mbah Wungkal. Nuwun yo mbah atas ajakannya bertualang…
28.Mas Blorok (Saru tenan koe mas…), Sober (Si Bos), Pak Ndut (Saiki dadi pak
kuru), hehehe… makasih pak atas segala kesempatan yang diberikan. Kapan
OUT BOND meneh? He.
29.Gamet “smile or death” dan Galih “work hard… drink hard…” dumb and
dumber… (Galih dan Rama) kwkwkwk…
30.Ngebi dan Congor… bali jauh dab… tapi koe wes nang bali… kwkwkwk,
ngko tak susul… tenan po? Btw kapan nikah??? kwkwkwkw
31.Komboe & Vina… Mari berkarya Mboe…
32.Tomblok & Tessa. Urik tenan koe Mblok… Thanks a lot bro!!!
33.Plethot & Olive. Wani ora? Hehehe…
34.Benjoe & Adish… kapan nikah??? Sabar njoe, Hongkong jauh dab,
kkwkwkwkwkw
35. ‘GA’ Gending Angkrem… kwkwkwkw
36.Pak Min ‘Menthok’, Pak Lencung, Mas Ledheng dan kos paingan atas…
37.(Alm) Ucup ‘Tilik’… I Hardly know ya!!! Selamat jalan kawan…
38.Tholo (kapan nyusul bro?), Sikil, Eno, Gembes… dan kos BBTnya
39.Pak Uwi Sianturi dan Kakak Lung, padahal satu nama… kwkwkwkw
xv
41.Mas Markus, Mas Eka, Mas Soel, Mas lakang, Mas Domble & Mbak Sruput,
Pak koci, Mas Njendel, Mas Cawu, Bribil, Ngomple, Pecek, Belek, Sengkleh,
Bange, Tubruk, Tumbung, Sempal, Trondol, Mbelek, Taji, Kuthuk, Tisil,
Jember, Cucuk, Kepek, Mlanjer & Mrenges, Bribil, Ableh, Kabau,
Kumprung, Jenggot, Ucrit, Dawung, Polo, Palkon, Su’uk, Cah-cah Tikus…
Tempus (Autis), Cangus, Moci, Tiset, Muntu…Kobo ‘My Man’ & Bondes,
Vembry, Tejo & Cethul, Danang, Domex, Sapi & Mbek… dan seluruh
Mapasadha di seluruh dunia… Ada Seribu Matahari Bersinar…
42.Semua puncak-puncak keabadian-Nya, wounded knees, Sunset & Sunrise,
semua hutan dan lembah, edelweis-edelweis, embun, hujan, badai dan batu
cadasnya!!! (The freedom and simply beauty is just too good to pass up…)
43.Dropkick Murphys, Ramones, NOFX, Elvis Costello, Joan Baez , Tori Amos,
etc (…and I like my music like I like my life…)
44.Semua pihak dan hal-hal yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah banyak membantu penulis. Thanks for all…
Kiranya Sang Keberadaan dan Kehidupan itu sendiri bermurah hati dan akan
membalas berlipat ganda atas kehadiran dan setiap dukungan kepada penulis. Mari
berkarya dengan ketulusan dan kesungguhan. Untuk INDONESIA JAYA!!!
Yogyakarta, Agustus 2009
xvi
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI... xvi
DAFTAR TABEL ... xviii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang penelitian... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Diri... 10
1. Pengertian Konsep Diri... 10
2. Peran Konsep Diri pada Pembentukan Perilaku ... 12
3. Sumber-sumber Konsep Diri ... 13
4. Isi dan Aspek Konsep Diri... 15
5. Kriteria Konsep Diri Positif dan Kriteria Konsep Diri Negatif .. 18
B. Mapasadha ... 19
1. Mapala ... 19
2. Sejarah Berdirinya Mapasadha... 20
xvii BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 32
B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 32
C. Definisi Operasional... 32
D. Subjek Penelitian ... 33
E. Metode Pengumpulan Data ... 35
F. Uji Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas... 37
1. Uji Validitas ... 37
2. Seleksi Item... 38
3. Uji Reliabilitas... 40
G. Metode Analisis Data ... 41
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah... 44
B. Pelaksanaan Penelitian ... 44
C. Hasil Penelitian ... 45
1. Uji Normalitas... 45
2. Deskriptif Data Penelitian... 46
3. Kategorisasi Konsep Diri pada Anggota Mapasadha... 48
4. Data pada Setiap Aspek Konsep Diri ... 48
D. Pembahasan ... 50
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54
B. Saran... 54
C. Keterbatasan Penelitian ... 55
DAFTAR PUSTAKA... 56
xviii
Tabel 1. Nilai / Skor Berdasarkan Kategori Jawaban... 36
Tabel 2. Blue Print Skala Konsep Diri ... 37
Tabel 3. Blue Print Skala Konsep Diri Setelah Try-Out... 39
Tabel 4. Norma kategori jenjang... 41
Tabel 5. Kategori Skala ... 43
Tabel 6. Deskripsi Keanggotaan Subjek ... 44
Tabel 7. Uji Normalitas ... 46
Tabel 8. Deskripsi Data Penelitian ... 47
Tabel 9. Kategori Skor Total Subjek ... 48
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Mapala atau Mahasiswa Pecinta Alam adalah organisasi yang
beranggotakan para mahasiswa yang mempunyai kesamaan minat, kepedulian dan
kecintaan dengan alam sekitar dan lingkungan hidup (www.id.wikipedia.org).
Hampir setiap perguruan tinggi / universitas di Indonesia memiliki Mapala.
Universitas Sanata Dharma (USD) sebagai salah satu universitas yang berada di
Yogyakarta memiliki sebuah Mapala. Mapala Universitas Sanata Dharma
bernama Mapasadha. Mapasadha (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sanata
Dharma) adalah organisasi dalam bidang kepecintaalaman yang ada di
Universitas Sanata Dharma. Sebagai organisasi, Mapasadha termasuk dalam
UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang ada di USD. UKM sendiri adalah wadah
aktivitas kemahasiswaan untuk mengembangkan minat, bakat dan keahlian
tertentu. Minat yang yang dikembangkan di Mapasadha adalah seperti
pengembangan kemampuan berorganisasi, kemampuan dalam membaca peta dan
navigasi darat di hutan dan gunung, pemahaman mengenai panjat tebing dan
penelusuran gua. Beberapa UKM lain yang ada di USD antara lain UKM KSR
(Korps Suka Rela), UKM Kerohanian, UKM Natas, UKM PSM (Paduan Suara
Menurut Stan Kossen (dalam Udai Pareek, 1985) organisasi merupakan
suatu kelompok individu yang terbentuk oleh kegiatan-kegiatan spesialisasi dan
tingkat wewenang guna mencapai secara efektif tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran
khusus. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa organisasi adalah sekumpulan
orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Anggota Mapasadha adalah mahasiswa yang berasal dari berbagai jurusan
dan berbagai macam daerah yang ada di Indonesia, mulai dari daerah yang berasal
dari Sumatera, Jawa, bali, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Latar belakangnya
pun berbeda-beda mulai dari latar belakang budaya, keluarga, pengalaman hidup
dan lingkungan tempat tinggal. Dalam berorganisasi setiap anggota memiliki
kebutuhan masing-masing dan kebutuhan ini yang menjadikan alasan dan
motivasi mereka menjadi anggota Mapasadha. Kebutuhan seperti aktualisasi diri
dapat diperoleh melalui kegiatan-kegiatan dalam organisasi, naik gunung, panjat
tebing dan pelusuran gua. Kebutuhan akan rasa aman dan cinta kasih dapat
dipenuhi setelah anggota tersebut menjadi anggota dengan adanya keakraban
yang terjalin. Melalui peran atau jabatannya individu dapat memenuhi
kebutuhannya tersebut dalam organisasi. Setiap anggota dan organisasi akan
bersatu padu dalam mencapai kebutuhan anggotanya dan tujuan-tujuan organisasi.
Atas dasar berbagai macam kebutuhan dan minat, Mapasadha sebagai
organisasi kepecintaalaman memiliki kegiatan-kegiatan berupa pendakian gunung
(mountaineering), pemanjatan (climbing), penelusuran gua (caving), arung jeram
berupa kegiatan-kegian sosial berupa bakti sosial, donor darah, workshop, bersih
gunung, penanaman bibit pohon, kegiatan seni dan budaya.
Akhir-akhir ini di mana degradasi lingkungan dirasa semakin parah, maka
peran mapala sangat penting untuk membantu melestarikan lingkungan
(www.id.wikipedia.org). Mapasadha sebagai organisasi kepecintaalaman sudah
seharusnya lebih peka terhadap isu-isu lingkungan hidup yang berkembang
belakangan ini seperti perubahan iklim dan pemanasan global dan lebih
menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat mencintai alam.
Langkah-langkah konkrit pun telah direncanakan dan dilaksanakan seperti pengadaan
workshop pengolahan sampah dan penanaman bibit pohon.
Interaksi sosial di Mapasadha hampir sama dengan interaksi dalam
masyarakat pada umumnya. Kegiatan sehari-hari dalam kehidupan berorganisasi
seperti rapat anggota, pelaksanaan kegiatan, evaluasi setelah kegiatan,
keberhasilan studi, menyelesaikan suatu tugas-tugas maupun berkegitan di alam
bebas seperti pendakian gunung, panjat tebing, penelusuran gua, tentu ada
dinamika yang terjadi seperti keakraban, konflik, konformitas, kebutuhan akan
cinta kasih. Dalam interaksi sosial tersebut, setiap anggota berinteraksi dengan
konsep diri masing-masing maksudnya adalah perilaku masing-masing individu
merupakan perwujudan dari konsep dirinya. Setiap individu tentu berbeda antara
Menurut Burns (1993) ada beberapa sumber yang memiliki fungsi penting
dalam pembentukan konsep diri individu, yaitu : citra diri, bahasa, umpan balik
dari orang lain dan identifikasi diri.
Citra diri memiliki fungsi penting dalam pembentukan konsep diri
individu, citra diri dapat diartikan bagaimana seseorang mempersepsikan dan
mengevaluasikan tubuh dan bagian-bagiannya. Bagaimana setiap anggota
memandang dan mengevaluasi diri sendiri dan dari evaluasi tersebut anggota
dapat mengetahui gambaran lengkap terhadap dirinya.
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal maupun non verbal yang
membentuk individu untuk mendefinisikan dirinya dan mencerminkan tentang
apa yang dipikirkan individu pada orang lain. Bahasa juga hal yang penting dalam
penyampaian pendapat dan berinteraksi dengan orang lain.
Umpan balik yang diberikan orang lain (masyarakat, keluarga atau teman
dekat) memiliki peranan penting dalam pembentukan konsep diri. Clooney (
dalam Burns, 1993) menguraikan sebuah teori looking glass self yang intinya
individu mempersepsikan dirinya sesuai dengan apa yang dipersepsikan orang
lain terhadap dirinya. Hasil penilaian orang lain terhadap individu memiliki
pengaruh baik secara positif maupun negatif bagi terbentuknya konsep diri,
misalnya beberapa opini yang berkembang dalam masyarakat tentang mapala ada
yang terkesan negatif. Timbulnya kesan negatif ini karena penampilan mapala itu
berpakaian lusuh, kuliah lama, suka mabuk-mabukan , berambut gondrong, dekil,
demikian). Kuliah lama bisa disebabkan karena banyaknya waktu yang
dihabiskan di alam bebas, konsep diri akan mempengaruhi individu tersebut
dalam membagi waktu secara efisien antara kehidupan di alam bebas, organisasi
dan kuliah. Kegiatannya pun seperti naik gunung, dan kegiatan lain di alam bebas
sering dianggap sebagai kegiatan yang mubazir, buang-buang waktu, uang,
tenaga, dan dianggap menantang maut. Ada pula anggapan bahwa "pecinta alam
seringkali tidak benar-benar mencintai alam", apakah pecinta alam itu termasuk
orang yang suka naik gunung? penelusur gua? arung jeram? bagi saya tukang
sapu jalanan juga pecinta alam, juga siapapun yang mencintai lingkungan
sekitarnya, keluarganya, dirinya adalah pecinta alam (www.astacala.org).
Sedangkan penilaian yang positif seperti adanya kegiatan mapala dalam
penanaman bibit pohon, penelitian, konservasi alam, kegiatan sosial, seni dan
budaya, pengadaan workshop tentang lingkungan dan pengolahan sampah serta
adanya kegiatan SAR akan menambah hal positif dalam setiap diri anggota
sehingga mampu membuat kegiatan-kegiatan yang lebih berguna bagi
masyarakat. Menurut Burns (1993) evaluasi yang diberikan orang lain memiliki
peranan penting dalam pembentukan konsep diri, umpan balik dari masyarakat
akan mempengaruhi konsep diri pada individu.
Satu lagi yang mempunyai fungsi penting dalam pembentukan konsep diri
adalah Identifikasi diri, identifikasi diri dibentuk mulai dari masa kanak-kanak,
individu. Sikap penerimaan dari anggota lain akan membentuk perasaan positif
pada diri anggota sedangkan penolakan akan membentuk perasaan negatif.
Menurut Kamus Lengkap Psikologi konsep diri adalah evaluasi individu
mengenai diri sendiri ; penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh
individu bersangkutan (Kamus Lengkap Psikologi, J.P Chaplin). Sedangkan
menurut Gunarsa dan Gunarsa (dalam Apollo, 2007), konsep diri adalah sikap
atau pandangan seseorang mengenai dirinya sendiri.
Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa cara individu memandang dirinya
akan mempengaruhi afeksi, emosi dan kognisi. Perasaan individu bahwa ia
memiliki kemampuan atau tidak akan berakibat baik atau tidak pula hasil yang
diperolehnya karena keberhasilan tergantung dari cara individu memandang
kualitas kemampuan yang dimilikinya.
Pentingnya konsep diri dalam berinteraksi dan berorganisasi di
Mapasadha akan menentukan pula kualitas interaksi dan tujuan-tujuan yang akan
dicapai oleh organisasi. Individu yang mempunyai konsep diri positif akan
terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap
segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan
dipandang sebagai keputus-asaan, namun lebih menjadikannya sebagai pelajaran
berharga untuk melangkah ke depan. Orang dengan konsep diri yang positif akan
mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan
Sebaliknya individu yang memiliki konsep diri negatif akan meyakini dan
memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa,
tidak kompeten, gagal, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik
terhadap hidup. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih
sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah dan
cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan organisasi beserta
tujuan-tujuannya.
Konsep diri menurut Fitts (Burns, 1993) adalah sebagai kesadaran
Individu tentang citra dirinya. Dan dimensi-dimensi di dalamnya yang saling
berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, meliputi : identitas diri,
tingkah laku, kepuasan, diri pribadi, diri fisik, diri keluarga dan diri sosial.
Identitas diri sebagai anggota Mapasadha tentu berbeda dengan identitas
diri UKM lainnya, anggota Mapasadha orang-orang yang berkegiatan di alam
bebas dan mengemban nama sebagai seorang pecinta alam, apakah mereka
orang-orang yang benar-benar mencintai alam atau orang-orang-orang-orang yang suka naik gunung.
Penampilan pun apa adanya, lusuh, berambut gondrong dan kuliah lama. Dari hal
tersebut pandangan dan evaluasi yang diberikan oleh masyarakat tentu pula
berbeda-beda. Ada yang beranggapan anggota-anggota Mapasadha itu adalah
orang yang suka berkegiatan di alam bebas seperti naik gunung dan kuliah lama,
dan ada juga yang beranggapan bahwa kegitan-kegiatan Mapasadha itu bersifat
mencintai lingkungan seperti adanya pengadaan workshop mengenai pengolahan
Beranjak dari hal tersebut di atas, pemaparan tentang kehidupan
berorganisasi khususnya Mapasadha, peneliti ingin mengetahui ada masalah apa
dengan konsep diri yang dimiliki oleh anggota Mapasadha. Kancah penelitian ini
dilakukan di Mapasadha karena di Mapasadha inilah peneliti dapat mengalami
dan mengamati secara langsung kehidupan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan bahwa
masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana konsep diri yang dimiliki pada
anggota Mapasadha.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep diri seperti apa
yang dimiliki oleh anggota Mapasadha.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini ada dua yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan pengetahuan
dalam bidang ilmu psikologi, khususnya bidang psikologi sosial mengenai
konsep diri dalam organisasi tertentu. dan menambah khasanah penelitian
2. Manfaat Praktis
a. Menambah wawasan anggota Mapasadha mengenai konsep diri anggota
Mapasadha sehingga dapat mengembangkan konsep diri para anggota
dalam berinteraksi antara sesama anggota maupun anggota dengan
organisasi dan mengembangkan organisasi secara umumnya.
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
penelitian sejenis di masa yang akan datang.
c. Bagi peneliti sebagai tambahan ilmu dimana peneliti dapat melihat
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri
Menurut Kamus Lengkap Psikologi (J.P Chaplin), konsep diri adalah evaluasi individu mengenai diri sendiri ; penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh individu bersangkutan.
Marsh (1998) menyatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi diri individu mengenai berbagai hal di dalam dirinya seperti mengenai kondisi fisik, mental, sosial, emosional, pekerjaan dan akademis. Persepsi diri dapat membentuk perilaku individu sehingga berdasar pengertian konsep diri dapat diprediksi perilaku dari individu. Menurut Fitts (dalam Burns, 1993) yang mendefinisikan konsep diri sebagai kesadaran Individu tentang citra dirinya. Sedangkan menurut Gunarsa dan Gunarsa (dalam Apollo, 2007), konsep diri adalah sikap atau pandangan seseorang mengenai dirinya sendiri.
Allport menyatakan konsep diri merupakan semua wilayah yang ada pada kehidupan individu yang sifatnya erat dan esensial (dalam Burns, 1993) yang terdiri dari tujuh aspek :
a. Indera badan sensasi.
c. Peningkatan diri – penonjolan cinta diri.
d. Perluasan diri – mengidentifikasikan dengan orang lain dan dengan hal lain di dalam diri.
e. Rasionalis, perencanaan, penguasaan. f. Citra diri.
g. Upaya yang terpusat pada keberadaan diri, tingkah laku yang dimotivasi untuk meningkatkan citra diri.
Menurut Rogers (1980), konsep diri merupakan suatu konfigurasi persepsi mengenai karakteristik dan kemampuan seseorang, hal-hal yang diamati dan konsep mengenai diri di dalam hubungannya dengan orang lain dan dengan lingkungannya. Kualitas nilai yang dipersepsikan sebagaimana dihubungkan dengan pengalaman dan objek.
Marsh (1998), dalam penelitiannya menyimpulkan definisi mengenai konsep diri, antara lain :
a. Konsep diri suatu cerminan multidimensional, dengan dimensi tertentu yang mencerminkan system self-referent yang menunjukkan kriteria individu maupun kriteria kelompok.
c. Konsep diri secara global adalah suatu kondisi diri yang stabil dan terus meningkat dari situasi yang spesifik.
Berdasarkan uraian diatas, maka di dalam penelitian ini pengertian konsep diri dapat diartikan sebagai persepsi individu mengenai dirinya secara utuh dan menyeluruh baik mengenai citra diri, kesehatan, emosional, hubungan sosial, pekerjaan, dan bidang akademik yang digelutinya.
2. Peran konsep diri pada pembentukan perilaku
Konsep diri selalu mengorganisasikan persepsi di dalam suatu sistem kerja otak kemudian diaplikasikan dalam bentuk perilaku, artinya perilaku individu dipengaruhi oleh persepsi dari konsep diri yang dimilikinya. Persepsi mempengaruhi konsep diri yang berperan penting terhadap terbentuknya perilaku individu dalam membentuk suatu pengertian terhadap sesuatu yang dihadapi. Dengan menggunakan logika, individu mempertahankan integritasnya sebagai pribadi yang dia persepsikan sehingga perilaku yang muncul adalah hasil dr konsep diri yang dimilikinya. Clooney (dalam Burns, 1993) dengan teori looking glass self menyatakan konsep diri mempengaruhi perilaku yang merupakan hasil dari penilaian atau evaluasi terhadap diri sendiri dan pendapat orang lain.
berharga, rendah diri, merasa selalu gagal dan tidak memiliki rasa percaya diri (Burns, 1993). Konsep diri terbentuk dari pengalaman pada masa lalu yang akan mempengaruhi pengalaman baru sesuai dengan pola yang telah terbentuk, sehingga memunculkan tingkah laku sebagai bentuk mempertahankan konsistensi dari konsep diri yang dimiliki. Konsistensi konsep diri adalah penting bagi pemeliharaan integritas diri. Konsistensi konsep diri ini merupakan indikator penting yang mempengaruhi kesuksesan dan kesehatan mental individu (Funder, 1995).
Pembentukan konsep diri merupakan hasil proses pembelajaran dari pengalaman-pengalaman individu terutama pengalaman menganai diri sendiri, serta penilaian orang lain terhadap dirinya. Konsepsi-konsepsi individu terhadap diri mempengaruhi pilihan tingkah laku dan pengharapannya dalam hidup. Tingkah laku itu mengekpresikan upaya untuk mempertahankan integritas diri ndividu berdasarkan konsep tentang dirinya.
3. Sumber-sumber konsep diri
a. Citra diri
Skema tubuh merupakan hal yang sangat fundamental terhadap perkembangan citra diri. Seseorang mempersepsikan dan mengevaluasikan tubuh dan bagian-bagiannya dengan cara yang sama seperti dia mempersepsikan dan mengevaluasikan setiap objek lainnya. Kesadaran tubuh dan citra tubuh melalui proses indrawi adalah inti dari proses pembentukan identitas diri.
b. Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal maupun non verbal “body language” yang membentuk individu untuk mendefiisikan dirinya dan mencerminkan tentang apa yang dipikirkan individu pada orang lain.
c. Umpan balik pada orang lain
Evaluasi yang diberikan orang lain (keluarga atau teman dekat) memiliki peranan penting dalam pembentukan konsep diri. Clooney (dalam Burns, 1993) menguraikan sebuah teori looking glass self
mengembangkan atau mengurangi pemahaman terhadap harga diri individu.
d. Identifikasi diri;
Identifikasi diri dibentuk mulai dari masa kanak-kanak, hal ini berkaitan erat dengan umpan balik yang diberikan orang lain terhadap diri individu. Sikap penerimaan yang diberikan orang tua akan membentuk perasaan positif pada diri individu sebaliknya penolakan orang tua akan membentuk perasaan negatif pada individu.
4. Isi dan Aspek Konsep Diri
Konsep diri berkembang seiring perkembangan individu dan mencapai puncaknya ketika masa dewasa. Proses pembentukan konsep diri ini berlangsung secara terus menerus dengan aktif dari kelahiran sampai kematian sejalan dengan menggali potensi-potensi yang ada. Sejalan perkembangan individu, konsep diri pun mengalami perkembangan meluas melalui proses identifikasi diri. Konsep diri berkembang sesuai dengan proses kedewasaan fisik dan psikologis. Isi konsep diri (Burns,1993) antara lain :
b. Penampilan yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu mencerminkan kematangan kepribadian individu.
c. Kesehatan dan kondisi fisik akan mengalami perubahan berarti seiring perjalanan usia.
d. Memiliki ketertarikan terhadap benda-benda yang disenangi (hobi). e. Bagaimana sikap dan perlakuan individu terhadap binatang peliharaan
mereka.
f. Hubungan keluarga (perkawinan) dan persahabatan merupakan bagian hidup.
g. Memiliki kesenangan terhadap olah raga.
h. Konsentrasi pekerjaan dan bagaimana sikap individu terhadap pekerjaannya.
i. Status intelektual / kecerdasan.
j. Bakat, kemampuan, dan minat khusus akan berkembang sesuai dengan dukungan internal maupun eksternal.
k. Ciri kepribadian (temperamen, disposisi, ciri karakter, tendensi emosional) akan berkembang berdasarkan pengalaman hidup.
bahwa lingkungan sosial merupakan ancaman yang membahayakan dirinya.
m. Kemampuan dalam menentukan sikap kemandirian.
Gordon (dalam Suwandi, 2004) menyebutkan bahwa isi konsep diri merupakan hasil proses kognitif seperti persepsi, berpikir, merencanakan, evaluasi dan memilih. Hasil ini diperoleh dari refleksi individu secara sadar atas stimulus yang berasal dari lingkungannya, baik keluarga, masyarakat, maupun teman sebaya.
Konsep diri terdiri dari beberapa aspek yang saling berhubungan satu sama lainnya. Menurut Fitts (dalam Burns, 1993) Aspek-aspek konsep diri meliputi :
a. Identitas diri : bagaimana individu mempersepsikan identitas dirinya berdasarkan pengalaman yang dialami dan penilaian orang lain terhadap dirinya.
b. Kepuasan : bagaimana individu merasakan tentang diri yang dipersepsikan.
c. Tingkah laku : bagaimana individu mempersepsikan tingkah lakunya. d. Diri fisik : bagaimana individu memandang kesehatan, penampilan,
daya tahan tubuh, citra tubuhnya.
f. Diri keluarga : bagaimana individu mempersepsikan dirinya dengan mengacu pada orang-orang yang dekat atau akrab dengannya. Artinya bagaimana individu memposisikan dirinya di dalam keluarga.
g. Diri sosial : bagaimana individu mempersepsikan dan memposisikan dirinya di dalam hubungan sosialnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan bentuk penilaian individu terhadap diri sendiri sesuai dengan apa yang dirasakannya, yang akan mengalami perubahan seiring pertambahan usia dan pengalaman hidupnya. Penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya ditinjau berdasarkan segi fisik, moral, keluarga dan sosialnya.
5. Kriteria konsep diri positif dan kriteria konsep diri negatif
William (dalam Rakhmat, 1992) menyebutkan orang yang mempunyai konsep diri positif memiliki ciri, yaitu : yakin akan mampu mengatasi masalah; merasa setara dengan orang lain; menerima pujian tanpa merasa malu; menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat; mampu memperbaiki dirinya, karena ia sanggup menggunakan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha untuk mengubahnya.
Selanjutnya William (dalam Rakhmat, 1992) mengemukakan bahwa orang yang mempunyai konsep diri negatif ditandai berbagai ciri sebagai berikut : peka terhadap kritik, sehingga orang ini sangat tidak tahan terhadap kritik yang diterimanya; responsif terhadap pujian; cenderung tidak disukai orang lain; selalu mencela, mengeluh atau meremehkan apapun dan siapapun; bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganan untuk bersaing dengan orang lain dalam merebut prestasi.
B. Mapasadha
1. Mapala
Mapala atau Mahasiswa Pecinta Alam adalah organisasi yang beranggotakan para mahasiswa yang mempunyai kesamaan minat, kepedulian dan kecintaan dengan alam sekitar dan lingkungan hidup
(http://id.wikipedia.org). Salah satu mapala yang dikenal sebagai pionir berdirinya Mapala di Indonesia adalah Mapala UI (Universitas Indonesia) dan salah satu pendirinya adalah Soe Hok Gie. Mapala didirikan dimaksudkan untuk mewadahi para mahasiswa yang sudah muak dengan organisasi mahasiswa lain yang sangat berbau politik dan perkembangannya mempunyai iklim yang tidak sedap dalam hubungannya antar organisasi
“Tujuan Mapala ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali idealisme di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam, tanah air, rakyat dan almamaternya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang tidak percaya bahwa patriotisme dapat ditanamkan hanya melalui slogan-slogan dan jendela-jendela mobil. Mereka percaya bahwa dengan mengenal rakyat dan tanah air Indonesia secara menyeluruh, barulah seseorang dapat menjadi patriot-patriot yang baik” (Maxwell, John, 2001)
Dalam perkembangannya, hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia memiliki Mapala baik di tingkat universitas maupun fakultas hingga jurusan. Salah satunya adalah Mapasadha (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sanata Dharma).
2. Sejarah Berdirinya Mapasadha
Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sanata Dharma (Mapasadha) merupakan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang mengkhususkan diri pada pembinaan dan pengembangan minat, bakat, dan kreativitas mahasiswa dalam kecintaan dan kepedulian akan kelestarian lingkungan beserta tantangannya. (http://www.usd.ac.id) Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Mapasadha merupakan wadah penyaluran sekaligus pengembangan minat dan bakat mahasiswa USD dalam bidang kepecintaalaman.
akhirnya mereka bersepakat untuk mendirikan sebauh organisasi kepecintaaalaman di IKIP Sanata Dharma. Mereka adalah Widhi, Lukas, Agung, Markus, Sapto, Bambang, Widodo, Ida dan Brashartianto. Dan gunung Lawu menjadi saksi atas berdirinya Mapasadha, sehingga pada tanggal 10 Oktober setiap tahunnya Mapasadha mengadakan kegiatan kirab Lawu untuk memperingati hari jadi Mapasadha.
3. Perkembangan Mapasadha hingga tahun terakhir
Pada tahun-tahun awal adalah masa perintisan, dimana penyesuaian dan pemantapan terus-menerus dilakukan. Sampai tahun 1988 Mapasadha masih menjadi salah satu bagian / sub dari Biro Olah Raga. Kegiatan Mapasadha pada waktu itu masih terbatas hanya pada pendakian gunung saja. Beberapa gunung yang telah disinggahi adalah Gunung Lawu, Merapi, Merbabu, Sumbing, Sindoro, Slamet, Semeru, Rinjani, Salak, Gede, Pangrango, Ceremai, Argopuro, Raung, Arjuna, Welirang, Agung dan Kerinci.
Pengembangan dan pembenahan terus dilakukan, pada tahun 1985, Mapasadha mengadakan Lomba Lintas Alam antar SMTA se – DIY. Sejak saat itu Mapasadha mulai mendapat nama dan tempat di kalangan Pecinta Alam yang ada di Jogjakarta.
Pada tahun 1986 dalam Lustrum I Mapasadha, loncatan kegiatan dimulai. Waktu itu Mapasadha mengadakan berbagai kegiatan kampus yang melibatkan masyarakat luas di lingkungan kampus, yaitu : bersih kampus, susur sungai, bazar, pameran dan pemutaran film kepecintaalaman, sarasehan, penerbitan bulletin dan pendakian umum ke Gunung Lawu untuk mengenang berdirinya Mapasadha. Kegiatan Mapasadha semakin semarak dengan suksesnya pementasan Antologi Puisi yang bekerjasama dengan Lembaga Kebudayaan Indonesia – Belanda yaitu Karta Pustaka pada tahun 1989.
divisi litbang. Dengan adanya Pedoman Umum ini, Mapasadha makin mantap untuk melangsungkan aktivitasnya sebagai layaknya organisasi.
Bidang organisasi mengalami perkembangan yang pesat pada tahun 1986. Sebelumnya kepengurusan masih terbatas pada ketua suku, sekretaris dan bendahara dan sejak berdiri sebagai UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), kepengurusan dikembangkan dengan danya divisi-divisi, yaitu divisi organisasi, divisi seni dan budaya, divisi operasional, divisi sosial dana dan divisi penelitian dan pengembangan. Pembagian kegiatan dalam divisi ini dapat lebih terarah dan profesional sesuai minat yang dimiliki oleh setiap anggotanya.
Bersamaan dengan terbentuknya Pedoman Umum Mapasadha, demi efektivitas kerja, divisi yang ada disederhanakan menjadi empat divisi, yaitu : divisi operasional, divisi seni dan budaya, divisi litbang dan sosial dana. Pada pertengahan 1995, Mapasadha dalam koordinasi divisi penelitian dan pengembangan melaksanakan bakti sosial di Desa Dakan (Lereng Gunung Merbabu), salah satu desa di jalur pendakian gunung merbabu.
C. Peran Konsep Diri pada Pembentukan Perilaku Anggota Mapasadha
Dalam perkembangannya pembentukan konsep diri pada anggota Mapasadha mengenai identitas diri sebagai seorang Mapala dimulai semenjak calon anggota tersebut mulai mendaftar menjadi anggota Mapasadha dan ikut berproses dalam Pra dan Orientasi Mapasadha, menjadi anggota muda hingga menjadi anggota penuh. Erikson (dalam Burns, 1993) menyatakan bahwa identitas timbul dari suatu integrasi yang bertahap dari semua proses identifikasi. Dalam proses Pra dan orientasi tersebut, calon anggota (lonta) diberi materi mengenai pengenalan organisasi Mapasadha dan sejarah berdirinya beserta kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya seperti pendakian gunung (mountaineering), pemanjatan (climbing), penelusuran gua (caving), arung jeram (rafting), SAR (Search and Rescue) dan Kepecintaalaman. Selain itu proses pembentukan mental sebagai seorang Mapala juga dibentuk dalam proses Pra dan Orientasi tersebut. Pembentukan mental seperti bagaimana bertahan ketika tersesat di gunung (survival), baik mengenai teori maupun praktek langsung di lapangan, bagaimana solidaritas antar anggota yang merupakan sebagai satu keluarga dan pemahaman mengenai peranan Mapala dalam terhadap lingkungan hidup, akan diberikan melalui proses Pra dan Orientasi tersebut.
dan simbol yang dikenakan pada diri untuk menjelaskan dan membentuk dirinya. Pemahaman mengenai identitas diri sebagai anggota Mapasadha tentu berbeda-beda antara anggota yang satu dengan yang lainnya. Bagi beberapa anggota, pemahaman sebagai anggota mapasadha adalah orang yang suka naik gunung dan berkegiatan di alam bebas dan bagi anggota lainnya menjadi seorang Mapala adalah orang yang mencintai lingkungan dan terjun langsung dalam kegiatan yang berhubungan dengan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Identitas diri berkaitan erat dengan umpan balik yang diberikan orang lain terhadap diri individu. Sikap penerimaan yang diberikan oleh anggota lain akan membentuk perasaan positif pada diri individu sehingga mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, sebaliknya penolakan oleh anggota lain akan membentuk perasaan negatif pada individu.
Konsep diri terdiri dari beberapa dimensi yang saling berhubungan satu sama lainnya. Menurut Fitts (dalam Burns, 1993) Selain identitas diri, dimensi-dimensi konsep diri meliputi : diri pribadi, diri fisik, diri keluarga, diri sosial, tingkah laku dan kepuasan. Dimensi-dimensi tersebut berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi.
berkegiatan di alam bebas seperti pendakian gunung, penelusuran gua maupun panjat tebing, karena asumsi masyarakat yang berkembang saat ini adalah kebanyakan Mapala itu adalah orang-orang yang suka naik gunung
(www.astacala.org). Namun, dalam diri pribadi anggota Mapasadha itu sendiri, sebagian orang ada yang benar-benar peduli dengan lingkungan dan melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kelestarian lingkungan. Kegiatan-kegiatan seperti pengadaan workshop tentang pengolahan sampah, penanaman bibit pohon, pemutaran film yang berhubungan dengan pemanasan global dan lingkungan hidup untuk civitas kampus, merupakan bukti nyata bahwa di Mapasadha itu sendiri, ada orang-orang yang peduli dengan lingkungan hidup yang sekarang ini semakin merosot.
Berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di alam bebas seperti pendakian gunung, menghabiskan waktu yang cukup lama di gunung, bisa berkisar antara tiga hari sampai satu minggu, maka diri fisik pun akan terkena imbas dengan kegiatan tersebut.
perkembangan zaman dan adanya regenerasi yang terus menuerus berganti penampilan seperti itu sudah mulai ditinggalkan.
Diri keluarga dapat diartikan bagaimana individu mempersepsikan dirinya dengan mengacu pada orang-orang yang dekat atau akrab dengannya. Artinya bagaimana perasaan dan penilaian seseorang sebagai anggota keluarga serta harga dirinya sebagai anggota keluarga. Bagi para anggotanya, Mapasadha adalah sebuah keluarga besar. Di dalam keluarga ini terdapat para alumni-alumni, Anggota penuh, anggota muda dan para simpatisan.
Kunjungan/silaturahmi dan kegiatan-kegiatan bersama yang diadakan angkatan-angkatan tua atau alumni Mapasadha terhadap anggota-angota muda di pondok adalah salah satu bukti dari adanya keakraban dan solidaritas antar anggota Mapasadha.
Dari diri keluarga, beranjak ke diri sosial. Diri sosial dapat diartikan bagaimana individu mempersepsikan dan memposisikan dirinya di dalam hubungan sosialnya. Selain berhubungan dengan lingkungan internal Mapasadha sendiri, para anggota juga berhubungan dengan lingkungan ekternal. Lingkungan eksternal ini adalah mereka-mereka yang ada di luar anggota Mapasadha itu sendiri seperti mahasiswa, UKM lainnya, pihak kampus dan masyarakat sekitar.
Kampus, sebagai tempat Mapasadha itu berorganisasi dan berkegiatan memiliki pandangan dan evaluasi tersendiri terhadap Mapasadha, begitu juga dengan masyarakat sekitar. Evaluasi yang diberikan orang lain memiliki peranan penting dalam pembentukan konsep diri. Clooney (dalam Burns, 1993) menguraikan sebuah teori looking glass self yang intinya individu mempersepsikan dirinya sesuai dengan apa yang dipersepsikan orang lain terhadap dirinya.
korban yang hilang baik di gunung maupun daerah pantai akan memperkuat konsep diri anggota Mapasadha dan perlu meningkatkan kegiatan-kegiatan yang berguna bagi masyarakat. Sedangkan penilaian negatif yang diberikan oleh mahasiswa lain, pihak kampus, masyarakat bahwa anggota Mapasadha adalah orang-orang yang sibuk naik gunung, berpakaian lusuh, gondrong, suka mabuk-mabukan dan kuliah lama (walaupun tidak semua anggota demikian) dapat mengurangi dan menurunkan konsep diri anggota-anggotanya. Konsep diri yang positif akan mampu mencerna dan mengolah pandangan dan evaluasi dari masyarakat baik itu penilaian positif maupun negatif sehingga lebih mampu meningkatkan konsep diri yang dimilikinya sehingga lebih mampu berorganisasi dengan baik dan berkarya bagi kelestarian lingkungan hidup dan kepedulian sosial terhadap masyarakat.
pengalaman pada masa lalu yang akan mempengaruhi pengalaman baru sesuai dengan pola yang telah terbentuk, sehingga memunculkan tingkah laku sebagai bentuk dari konsep diri yang dimiliki.
Sebagai seorang pecinta alam, dari pengalaman yang diperoleh sebagai seorang mapala dan adanya pembelajaran mengenai degradasi lingkungan yang semakin parah belakangan ini, tingkah laku yang terbentuk bagi beberapa anggota seperti adanya kepedulian yang lebih terhadap lingkungan hidup, tingkah laku ini dimulai dari hal-hal kecil yang dimulai dari diri sendiri dengan menanamkan sikap 3R (Reduce, Reuse, Recycle). 3R adalah mengurangi, menggunakan kembali dan daur ulang kembali, contoh nyatanya adalah ketika para anggota berkegiatan di alam bebas seperti pendakian gunung dan penelusuran gua, sampah-sampah seperti sampah plastik, puntung rokok, kaleng bekas, botol, batu baterai dan sampah-sampah yang tidak bisa diuraikan oleh alam tidak ditinggal begitu saja atau dibuang sembarangan melainkan dibawa kembali pulang dan di buang di tempat sampah (walaupun tidak semua anggota bersikap demikian), karena gunung bukanlah tempat sampah. Dalam beberapa kasus tertentu, tingkah laku seperti ini menjadi kebiasaan bagi sebagian anggota dan diterapkan dalam kehidupan di kota, seperti ketika merokok atau makan permen, puntung dan bungkus permen tidak dibuang disembarang tempat melainkan sampah tersebut dikantongi terlebih dahulu sebelum menemukan tempat sampah lalu dibuang.
kepuasan masing-masing anggota. Menurut Fitts (dalam Burns, 1993) Kepuasan dapat diartikan bagaimana individu merasakan tentang diri yang dipersepsikan. Bagaimana perasaan anggota-anggota tersebut dengan adanya identitas diri sebagai seorang pecinta alam, bagaimana diri pribadi sebagai seorang pecinta alam, diri fisik, diri keluarga dan diri sosial serta tingkah laku sebagai seorang pecinta alam.
Dapat disimpulkan bahwa konsep diri memiliki peranan penting dalam pembentukan perilaku pada anggota Mapasadha. Konsep diri selalu mengorganisasikan persepsi di dalam suatu sistem kerja otak kemudian diaplikasikan dalam bentuk perilaku, artinya perilaku anggota Mapasadha dipengaruhi oleh persepsi dari konsep diri yang dimilikinya. Persepsi mempengaruhi konsep diri yang berperan penting terhadap terbentuknya perilaku individu dalam membentuk suatu pengertian terhadap sesuatu yang dihadapi. Dengan menggunakan logika, anggota Mapasadha mempertahankan integritasnya sebagai seorang pecinta alam, sehingga perilaku yang muncul adalah hasil dari konsep diri yang dimilikinya.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel
dan fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang dan menyajikan apa adanya.
Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta
dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu (Azwar,
2001).
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel saja. Variabel utama
dalam penelitian ini adalah konsep diri.
C. Definisi Operasional
Konsep diri adalah gambaran atau pandangan secara menyeluruh
mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan, dari konsep diri ini akan
menentukan bagaimana individu tersebut berperilaku, merasakan dan merespon
lingkungannya. Dimensi-dimensi konsep diri meliputi :
1. Identitas diri : bagaimana individu menggambarkan identitas dirinya.
2. Kepuasan : bagaimana individu menggambarkan perasaan yang
dimilikinya.
3. Tingkah laku : bagaimana individu menggambarkan tingkah lakunya,
tingkah laku berdasarkan identitas dirinya.
4. Diri fisik : bagaimana individu memandang dirinya sendiri dari segi
fisik, penampilan dan kesehatannya.
5. Diri pribadi : bagaimana individu menggambarkan diri pribadinya,
gambaran diri ini berdasarkan pengalaman individu sendiri dan
pandangan orang lain.
6. Diri keluarga : bagaimana perasaan, penilaian dan harga diri sebagai
anggota keluarga Mapasadha.
7. Diri sosial : bagaimana individu memposisikan diri sebagai anggota
masyarakat, bagaimana perannya dan kemampuannya berinteraksi
dalam masyarakat.
D. Subjek Penelitian
Teknik penggambilan subjek dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sample dengan
pertimbangan tertentu (Sugiono, 1999). Pertimbangan-pertimbangannya yaitu
subjek penelitian yang diambil meliputi anggota Mapasadha. Kriteria anggota
1. Anggota penuh :
Anggota penuh adalah anggota muda yang sudah mengikuti suatu
proses dengan ketentuan tertentu selama kurun waktu tertentu yang
telah diatur oleh tim khusus. Anggota muda tersebut adalah calon
anggota yang telah mengikuti dan lulus seleksi dalam pra dan orientasi
yang kemudian diangkat dan dilantik. Setelah dilantik menjadi
anggota muda, kemudian anggota tersebut mengikuti pendidikan lanjut
Mapasadha sehingga pada tahun berikutnya anggota tersebut sudah
menjadi anggota penuh. Yang terkait dengan keanggotaan dua jenis :
a. Anggota biasa :
Keanggotaan terbuka yang bias diperoleh oleh seluruh
mahasiswa Sanata Dharma.
b. Anggota istimewa :
Anggota istimewa adalah anggota yang diangkat oleh Pengurus
Harian Mapasadha dalam suatu sidang berdasarkan pertimbangan
anggota. Syarat menjadi anggota istimewa adalah pertama, karena
jasa diberikan demi kemajuan dan pengembangan serta
perkembangan Mapasadha, kedua karena potensi tertentu yang
dimilikinya dan dibutuhkan oleh Mapasadha. Keanggotaan ini
dapat diisi oleh mahasiswa, dosen, dan karyawan USD maupun
2. Alumni Mapasadha :
Alumni Mapasadha adalah anggota penuh Mapasadha yang
telah lulus dari Universitas Sanata Dharma dan masih menjadi anggota
Mapasadha karena keanggotaan dalam Mapasadha bersifat seumur
hidup.
3. Subjek berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yang berusia antara
20–30 tahun.
4. Subjek berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan
skala kepada responden secara langsung yaitu pada anggota Mapasadha. Skala
konsep diri ini dibuat dengan skala Likert untuk pengumpulan data dengan
metode rating yang dijumlahkan (Summated Ratings Method). Respon yang
digunakan dalam skala ini terdiri dari empat kategori pilihan jawaban yaitu : SS
(sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju) dan STS (sangat tidak setuju).
Menurut Hadi (2004) modifikasi terhadap skala Likert perlu
dilakukan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala lima
tingkat, yaitu adanya arti ganda pada kategori jawaban yang terletak di tengah,
dapat diartikan ragu-ragu atau netral. Menurut Hadi (2004), subjek memiliki
kecenderungan untuk memilih jawaban yang ada di tengah atau disebut juga
peneliti tidak memberikan jawaban tengah dan hanya memberi empat pilihan
jawaban, yaitu : SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju) dan STS
(sangat tidak setuju).
Penskoran jawaban dalam penelitian ini tergantung dari dua jenis
pernyataan yaitu favorable dan unfavorable seperti yang tertulis dalam tabel 1
berikut ini :
Tabel 1
Nilai / Skor Berdasarkan Kategori Jawaban Skor Jawaban
Favorabel Unfavorabel Sangat setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak setuju 2 3
Sangat tidak setuju 1 4
Banyaknya item dalam penelitian ini adalah berjumlah 56 butir item
dan setiap aspek memiliki 8 buah pernyataan, diantaranya 4 buah pernyataan
favorable dan 4 buah pernyataan unfavourable.Berikut ini (tabel 2) akan
ditunjukkan secara jelas tabulasi tabel mengenai aspek-aspek yang digunakan
dengan pertimbangan keseimbangan jumlah item pada setiap aspek konsep diri,
Tabel 2
Blue Print Skala Konsep Diri ITEM No. ASPEK
Favourable Unfavourable
TOTAL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Identitas Diri Kepuasan Tingkah laku Diri fisik Diri pribadi Diri keluarga Diri sosial
1, 41, 54, 56
11, 26, 33, 50
7, 17, 29, 52
2, 13, 35, 47
4, 21, 24, 31
6, 19, 43, 45
9, 15, 37, 49
12, 20, 34, 44
8, 22, 40, 53
3, 25, 32, 48
16, 23, 42, 55
10, 27, 38, 51
14, 28, 30, 39
5, 18, 36, 46
8 8 8 8 8 8 8
TOTAL 28 28 56
F. Uji Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas 1. Uji Validitas
Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2000). Menurut
Hadi (1995), suatu alat ukur dianggap baik dalam mengukur apa yang
seharusnya diukur sesuai dengan tujuan penelitian jika alat tes tersebut
memiliki validitas yang tinggi.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi adalah validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi
validitas terhadap suatu alat ukur yang diberikan oleh orang-orang yang
dianggap ahli dan profesional di bidangnya, dalam hal ini adalah dosen
pembimbing (Azwar, 2003).
2. Seleksi Item
Seleksi item dilakukan dengan cara melihat koefisien korelasi tiap
item yaitu dengan mengkorelasikan skor masing-masing item dengan skor
total keseluruhan item. Besarnya koefisien korelasi item total atau corrected
item total correlation (rix) bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 dengan tanda
positif atau negatif. Semakin mendekati angka 1 yang bertanda positif maka
daya diskriminasi itemnya semakin baik. Pemilihan item terbaik dalam
penelitian ini menggunakan koefisien korelasi sebesar 0,3. Dengan
demikian, item-item yang memiliki corrected item total correlation ≥ 0,3 dinyatakan sebagai item yang lolos seleksi dan dapat digunakan sebagai alat
penelitian sedangkan item-item yang memiliki corrected item total
correlation ≤ 0,3 disisihkan (Azwar, 3003). Pengolahan data akan
dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS for windows 16.
Setelah mengujicobakan skala atau try out pada anggota Mapasadha
yaitu pada tanggal 17 sampai 23 Mei 2009, dari 40 kuesioner yang
disebarkan oleh peneliti, tidak semua kuesioner yang bisa dianalisa karena
ada 7 skala yang tidak dikembalikan, sehingga data yang bisa dianalisa
hanya berjumlah 33 skala. Dari hasil analisa tersebut terdapat 36 item yang
item-item yang tidak lolos seleksi tersebut perlu direvisi kembali dan diganti
(Setyaningsih, 2009). Item-item yang tidak lolos seleksi tersebut merupakan
item yang memiliki corrected item total correlation ≤ 0,3. Setelah merevisi
beberapa item, akhirnya ditambahkan 6 item lagi dan pada setiap aspek
dibagi rata menjadi 6 buah item, 3 item untuk item favourable dan 3 item
untuk item unfavourable.
Jadi item-item yang lolos langsung digunalan untuk penelitan dan
ditambahkan item-item yang sudah direvisi. Berikut adalah distribusi item
skala konsep diri setelah uji coba dan revisi item :
Tabel 3
Blue Print Skala Konsep Diri Setelah Try-Out ITEM
No ASPEK
Favourable Unfavourable
TOTAL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Identitas Diri Kepuasan Tingkah laku Diri fisik Diri pribadi Diri keluarga Diri sosial
1 (1), 41 (30), 56 (36)
11 (10), 26 (21), 42
7 (7), 17 (14), 52 (32)
2 (2), 13 (12), 35 (27)
4 (4), 21 (18), 31 (25)
6 (6) , 19 (16), 34
9 (8), 15 (13), 38
20 (17), 34 (26), 44 (31)
22 (19), 40 (33), 39
3 (3), 37, 41
55 (35), 11, 40
10 (9), 27 (22), 38 (29)
28 (23), 30 (24), 20
TOTAL 21 21 42
Keterangan :
Nomor yang diberi tanda dalam kurung ( ) : nomor item setelah uji coba Nomor yang tidak diberi tanda dalam kurung ( ) : nomor item sebelum uji coba
3. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu keajegan, konsistensi atau kestabilan suatu
alat ukur, di mana alat ukur tersebut dapat digunakan dengan hasil yang
konsisten pada waktu yang berbeda untuk tujuan penelitian yang sama.
Reliabilitas dikaitkan dengan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya (Azwar, 2000). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas
(rxx³) yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi
reliabilitas. Sebaliknya, semakin rendah koefisien reliabilitas mendekati
angka 0, berarti semakin rendah reliabilitasnya.
Reliabilitas penelitian ini akan menggunakan formula koefisien
Alpha dari Cronbach, dengan alasan koefisien alpha dapat mengatasi
kelemahan teknik belah dua dan mengestimasi rata-rata korelasi belah dua
dari semua pembagi tes yang mungkin dilakukan (Azwar, 2002).
Pengolahan data akan dilakukan dengan program komputer SPSS for
Hasil yang diperoleh dari teknik Alpha dari Cronbach adalah 0, 891.
Dapat disimpulkan bahwa tingkat reliabilitas termasuk dalam kategori
tinggi.
G. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan ini, metode analisis data yang digunakan
adalah metode statistik yaitu statistik deskriptif, sehingga peneliti menggunakan
analisis yang meliputi penyajian data melalui tabel, penghitungan nilai
maksimum dan minimum, mean teoritis, mean empiris, standar deviasi dan
penghitungan prosentase. Kategori yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan membandingkan antara mean empirik dengan mean teoritik. Dalam
tabel 4 dapat dilihat norma kategori :
Tabel 4
Norma kategori jenjang Norma kategori
Mean Empirik > Mean teoritik Konsep Diri Positif
Mean Empirik < Mean teoritik Konsep Diri negatif
Penentuan kategori konsep diri dilakukan dengan kategorisasi
jenjang berdasarkan standar deviasi dan mean teoritik (Azwar, 2002) sebagai
X minimum teoritik : Skor paling rendah yang mungkin didapat subjek pada
skala, yaitu 1.
: 42 x 1 = 42
X maximum teoritik : Skor paling tinggi yang mungkin didapat subjek pada
skala, yaitu 4.
: 42 x 4 = 168
Range : Luas jarak sebaran antara nilai maksimum dan nilai
minimum.
: 168 – 42 = 126
Standar deviasi ( σ ) : Luas jarak sebaran yang dibagi kedalam enam satuan
deviasi standar.
: 126 / 6 = 21
Mean ( μ ) : Mean teoritis, yaitu rata-rata teoritis dari skor
maksimum dan minimum.
: 2
42
168+
: 2 210
Dalam tabel 5 dapat dilihat norma kategori berdasarkan perhitungan
di atas :
Tabel 5 Kategori Skala
Norma kategori
Mean Empirik > 105 Konsep Diri Positif
Mean Empirik < 105 Konsep Diri negatif
44 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Orientasi Kancah
Penelitian tentang konsep diri dilaksanakan di Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Mapasadha (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sanata
Dharma) Yogyakarta. Jumlah responden yang digunakan adalah sebanyak 54
orang yang bertempat tinggal di Yogyakarta. Subjek terdiri dari 38 orang pria
dan 16 orang perempuan. Subjek yang digunakan adalah anggota Mapasadha.
Berikut adalah deskripsi keanggotaan subjek penelitian:
Tabel 6
Deskripsi Keanggotaan Subjek
Keanggotaan Rentang usia Jumlah
Anggota Penuh 20 – 25 Tahun 32
Anggota Istimewa 25 – 28 Tahun 13
Alumni Mapasadha 28 – 30 Tahun 9
Jumlah 54
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian tentang konsep diri pada anggota Mapasadha dilaksanakan
pada tanggal 25 Mei 2009 – 6 Juni 2009. Penelitian dilaksanakan dengan cara
berbagai cara yang digunakan yaitu dengan pendekatan langsung kepada
anggota secara personal di UKM Mapasadha, mendatangi rumah ataupun rumah
kos masing-masing anggota. Setelah penyebaran data, skala yang dikembalikan
kepada peneliti adalah sebanyak 54 eksemplar dan 6 eksemplar lainnya
dinyatakan gugur karena tidak diisi dan tidak dikembalikan.
C. Hasil Penelitian
1. Uji Normalitas
Uji normalitas terhadap data dilakukan sebelum data diuji dengan uji
statistik deskriptif. Tujuan dari dilakukannya uji normalitas adalah untuk
mengetahui apakah distribusi frekuensi dari gejala yang diselidiki tidak
menyimpang secara signifikan dari frekuensi harapan distribusi normal
teoritiknya. Normalitas berarti bentuk distribusi variabel dalam populasi
berbentuk distribusi normal atau kurve normal (Hadi,2001). Pengujian ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari
sebuah distribusi normal, dengan mengetahui apakah sebaran skor memenuhi
asumsi distribusi normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan
rumus one sample Kolmogorov – Smirnov Test, dengan menggunakan SPSS
Tabel 7 Uji Normalitas
Total
N 54
Kolmogorov-Smirnov Z 0.954
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.323
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Uji normalitas menyatakan bahwa jika nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05 (p > 0,05) maka sebarannya normal, tetapi bila nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) maka sebaran skornya tidak
normal.
Hasil analisis data dalam penelitian dengan menggunakan teknik
Kolmogorov Smirnov pada SPSS versi 16, diperoleh signifikansi sebesar
0.323. Angka ini menunjukkan bahwa distribusi data subjek adalah normal,
dengan nilai p yang dihasilkan lebih besar dari 0,05.
2. Deskriptif Data Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, sehingga perlu
penyajian data melalui tabel, penghitungan nilai maksimum dan minimum,
mean teoritis, mean empiris dan standar deviasi. Berikut tabel yang berisi
data penilaian berdasarkan penghitungan komputerisasi dengan
Tabel 8
Deskripsi Data Penelitian
N 54
Skor Minimum Teoritik 42 Skor Minimum Empirik 112 Skor Maksimum Teoritik 168 Skor Maksimum Empirik 162
Mean Teoritik 105
Mean Empirik 131.092
Median 128.5
Modus 123
Standar Deviasi Teoritik 21 Standar Deviasi Empirik 12.35
Varians 152.614
Standar Deviasi (SD) teoritik yang diperoleh dari penghitungan
rentang antara nilai maksimum teor