PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PKn YANG DIGUNAKAN DALAM MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK
SISWA KELAS IV SD N UNGARAN II YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Eko Dwi Rahmat
NIM: 081134051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PKn YANG DIGUNAKAN DALAM MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK
SISWA KELAS IV SD N UNGARAN II YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Eko Dwi Rahmat
NIM: 081134051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
MOTTO
Bekerjalah seakan-akan kita akan hidup selamanya
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Karya Sederhana ini untuk:
Ibuku tercinta (ibu Suprijati) yang selalu menyayangiku,
yang tak pernah lelah mendoakanku, dan tak pernah
lelah menjagaku.
Bapakku (Bp Samijan), Adik-adikku: Eka, Deta, Putri,
ABSTRAK
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PKN
YANG DIGUNAKAN DALAM MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK SISWA KELAS IV SD N UNGARAN II
YOGYAKARTA Eko Dwi Rahmat
081134051
Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah utama dan sub masalah.Masalah utama yaitu seperti apakah bahan ajar yang inovatif pada pelajaran PKn menggunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk siswa kelas IV semester 2 SD N Ungaran 2 Yogyakarta. Sub masalah dalam penelitian ini adalah: 1) bahan ajar PKn seperti apakah yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas IV A semester 2 SD N Ungaran II Yogyakarta?, 2) bagaimana pengembangan bahan ajar yang inovatif untuk PKn berdasarkan teori belajar dan model pembelajaran berbasis masalah unutuk siswa kelas IV A SD N Ungaran II Yogyakarta?, 3) bagaimana langkah-langkah pengembangan bahan ajar yang inovatif pada pelajaran PKn untuk siswa kelas IV A SD N Ungaran II Yogyakarta dan semester 2?.
Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab masalah utama dan sub masalah dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan ini mengembangkan bahan ajar berupa buku. Pengembangan bahan ajar yang dilakukan dalam penelitian ini hanya sampai pada prototipe.
Hasil pengembangan bahan ajar ini sesuai dengan kebutuhan siswa, kajian teori belajar (Piaget, Kohlberg, Vygotsky), teori pembelajaran konstruktivisme, dan teori model pembelajaran berbasis masalah. Hasil pengembangan ini juga sudah sesuai dengan prosedur pengembangan instrumen penilaian. Kualitas produk instrumen penilaian ini telah mendapat nilai rata-rata 3,3 dengan kategori setuju dari delapan ahli.
ABSTRACT
Development of Materials PKn using Problem Based Learning Modelfor 4th Grade Students in SD N Ungaran 2 Yogyakarta
Eko Dwi Rahmat 081134051
Universitas Sanata Dharma
This research was aimed to find out the main problem and sub problems. The main problem was how the innovative teaching material was like, that was appropriate with the need of 4th grade students in 2nd semester SD N Ungaran 2 Yogyakarta. The sub problems in this research were 1) how was the teaching material that was needed by 4th grade students in 2nd semester SD N Ungaran 2 Yogyakarta? 2) how was the development of innovative teaching material on PKn that was appropriate with learning theories and problem based learning? 3) what were the steps to develop innovative teaching materialfor 4th grade students in 2nd semester SD N Ungaran 2 Yogyakarta?
This research used research and development (R & D) method to answer the main problem and sub problems. This research developed the teaching material, that was a book. The teaching material development done in this research was until prototype result.
The result of the research was appropriate with student’s need of
theoretical reviews (Piaget, Vygotsky, Kohlberg, and constructivism), and theory of problem based learning model. The result was also appropriate with the procedures of teaching material. The product of teaching material was same to development procedure, with average score from eight experts was 3.27.
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan segala
karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir Skripsi ini dpat
terlaksana dengan baik.Keberhasilan penulisan Tugas Akhir skripsi tidak terlepas
dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti haturkan
terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., B.S.T., M.A., selaku ketua Prodi PGSD
Universitas Sanata Dharma.
3. Drs. Sutarjo Adisusilo,S.Th., M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah
membimbing serta memberikan motivasi dalam penelitian.
4. Ag. Kustulasari 81,S.Pd., M.A., selaku dosen pembimbing II atas segala saran
dan bimbingan yang telah diberikan.
5. Drs. Paulus Wahana, M.Hum., selaku dosen ahli PKn yang telah membantu
memberikan penilaian.
6. Drs. YB Adi Massana, M.A., selaku dosen ahli evaluasi pendidikan yang telah
memberikan penilaian dan saran.
7. Th. Yunia S, S.Pd., M.Hum.,selaku dosen bahan ajar atas penilaian yang
diberikan.
8. Trismantara, S.Pd., selaku guru kelas IV SD N Ungaran II Yogyakarta atas
bantuan dalam penilaian.
9. Tria Ristantio, S.Pd.,selaku wali kelas IV A SD N Ungaran II Yogyakarta atas
10.Sukarim, S.Pd., selaku guru PKn SD N Ngasinan yang telah memberikan
penilaian.
11.Ibu dan Bapak tercinta yang telah memberikan doa serta dukungan kepada
peneliti sampai saat ini.
12.Teman-teman penelitian payung, Eka, Melan, Krisna, Fia, Janu, Fransi, Mita,
Hari, Niken, Pita dan Tere yang telah berjuang bersama-sama dalam
penelitian.
13.Sahabat-sahabat terkasih, Janu, Jepri, Ujang, Wisnu, Fajar, Andi, Candra, dan
Hesta atas dukungan dan semangat yang diberikan.
14.Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini
dengan penuh keikhlasan.
Semoga bantuan dan kebaikan hati dari pihak-pihak yang tertulis di atas
mendapat pengganti dari Tuhan YME.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna, namun demikian semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan bermanfaat bagi para pembaca padaumumnya.
Yogyakarta, 5Juli 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
MOTTO ...iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
1.5. Pentingnya Pengembangan ... 5
1.6. Asumsi dan Batasan Pengembangan ... 6
1.7 Defisi Istilah ... 7
BAB II ... 9
KAJIAN PUSTAKA ... 9
2.1.1 Teori Perkembangan anak ... 10
2.1.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 13
2.1.3 Pendidikan Kewarganegaraan ... 19
2.2 Penelitian Pengembangan Relevan ... 26
2.3 Kerangka Berpikir ... 27
BAB III ... 30
METODE PENELITIAN ... 30
3.1 Model Pengembangan ... 30
3.2 Prosedur Pengembangan ... 33
3.3 Validasi Desain ... 34
3.4 Jadwal Penelitian ... 37
BAB IV ... 38
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38
4.1 Hasil Analisis Kebutuhan ... 38
4.2 Desain Produk Awal ... 41
4.3 Hasil Validasi ... 42
4.4 Revisi Produk ... 45
4.5 Kajian Produk Akhir ... 47
BAB V ... 49
PENUTUP ... 49
5.1 Kesimpulan ... 49
5.2 Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1. Kerangka Berpikir ... 28
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget ... 10
Tabel 2. Fase Tahapan PBM ... 18
Tabel 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 21
Tabel 4. Keterangan Kualifikasi Nilai dari Ahli ... 33
Tabel 5. Jadwal Penelitian... 37
Tabel 6. Angket Siswa Terhadap Kebutuhan Bahan Ajar Pembelajaran PKn Bagian II ... 39
Tabel 7. Data Diri Tim Ahli Penilai Produk Pengembanagan Instrumen Penilaian PKn... 43
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.Surat Ijin Penelitian ... 55
Lampiran 2.Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ... 56
Lampiran 3.Pedoman Wawancara ... 57
Lampiran 4.Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 64
Lampiran 5.Hasil Wawancara ... 67
Lampiran 6.Hasil Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 71
Lampiran 7. Contoh Jawaban Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 73
Lampiran 8.Hasil Validasi Tim Ahli ... 76
Lampiran 9.Silabus ... 100
Lampiran 10.RPP ... 104
Lampiran 11. Foto Hasil Observasi ... 120
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu ditunjang oleh
kinerja pendidikan yang bermutu tinggi. Pendidikan yang berkualitas sangat
diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu
bersaing di era globalisasi. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar
dalam membentuk karakter, perkembangan ilmu dan mental seorang anak, yang
nantinya akan tumbuh menjadi seorang manusia dewasa yang akan berinteraksi
dan melakukan banyak hal terhadap lingkungannya, baik secara individu maupun
sebagai makhluk sosial.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran
penting yang perlu diajarkan kepada siswa di sekolah dasar. Hal ini terbukti
bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diberikan sejak di bangku
Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi. Mata Pelajaran PKn merupakan
mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi
warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan
oleh Pancasila dan UUD 1945. Mata pelajaran PKn yang diajarkan di sekolah
dasar diharapkan dapat membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan
masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta
menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Seorang guru harus bisa memilih bahan ajar yang sesuai dalam
mengajarkan suatu konsep atau materi kepada siswa. Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran PKn lebih menarik perhatian dan mudah dipahami oleh siswa. Jika
siswa sudah menunjukan perhatian pada materi yang akan disampaikan, maka
akan mudah dalam memahami materi dan lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 5 Januari 2012 peneliti
mengetahui bahwa SD Negeri Ungaran II Yogyakarta adalah SD yang cukup
unggul di Yogyakarta. SD Negeri Ungaran II yang beralamat di Jl. Serma Taruna
Ramli No 3 Kotabaru berada satu kompleks dengan SD Negeri Ungaran 1, SD
Negeri Ungaran 3, TK Bopkri Gondokusuman dan UPTD Kecamatan
Gondokusuman. SD ini merupakan SD Negeri yang memiliki akreditasi A, sarana
dan prasarana di SD Negeri ungaran II terbilang lengkap dan memadai. Dapat
dilihat dari seringnya SD tersebut menjadi tuan rumah berbagai perlombaan
tingkat SD.
Pada pelajaran PKn, bahan ajar yang digunakan terbatas pada paket dan
LKS. LKS yang digunakan hanya berisi soal-soal yang kurang membangkitkan
kreativitas siswa. Guru menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan
materi kepada siswa. Kegiatan belajar yang kurang variatif menyebabkan siswa
menjadi kurang tertarik dalam mengikuti kegiatan belajar sehingga sulit untuk
memahami materi. Selain itu, media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
tanya jawab yang hanya mencakup ranah kognitif saja, sedangkan afektif dan
psikomotoriknya belum diukur dalam evaluasi.
Dari hasil pengamatan tersebut penulis menemukan bahwa metode
ceramah pada pembelajaran PKn tidak memunculkan partisipasi belajar yang
maksimal bagi siswa. Siswa cenderung diam, jenuh, dan menerima begitu saja
materi yang disampaikan guru. Tidak ada bahan ajar lain yang digunakan selain
buku paket dan LKS. Dalam wawancara dengan guru kelas, beliau mengharapkan
bahan ajar yang lebih menarik dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa, penulis menemukan bahwa siswa
mengharapkan bahan ajar yang banyak menampilkan gambar-gambar. Menurut
mereka bahan ajar dengan banyak gambar akan lebih menarik daripada bahan ajar
yang hanya berupa tulisan saja. Hal ini didukung dengan pernyataan guru yang
membenarkan hal tersebut.
Pengembangan bahan ajar diharapkan dapat memberikan motivasi belajar
terhadap siswa sehingga berdampak pula pada peningkatan prestasi belajarnya.
Bahan ajar PKn yang digunakan pada siswa kelas IV A SD Negeri Ungaran II
masih kurang inovatif sehingga prestasi belajar siswa kurang maksimal. Maka dari
itu, peneliti mengembangkan bahan ajar PKn dengan model pembelajaran
berbasis masalah. Pengembangan bahan ajar PKn dengan model pembelajaran
berbasis masalah diharapkan menjadi salah satu alternatif dalam usaha
1.2. Rumusan Masalah
Seperti apakah bahan ajar yang inovatif untuk pembelajaran PKn yang
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk siswa kelas IV SD
Negeri Ungaran II Yogyakarta?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut peneliti merumuskan tiga
pertanyaan, ketiga pertanyaan adalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana bahan ajar PKn yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas IV
A SD Negeri Ungaran II Yogyakarta semester 2?
1.2.2 Bagaimana pengembangan bahan ajar yang inovatif untuk pembelajaran
PKn berdasarkan teori belajar dan model pembelajaran berbasis masalah
untuk siswa kelas IV SD Negeri Ungaran II Yogyakarta semester 2?
1.2.3 Bagaimana langkah-langkah pengembangan bahan ajar yang inovatif pada
pembelajaran PKn untuk siswa kelas IV SD Negeri Ungaran II
Yogyakarta?
1.3. Tujuan Penelitian
Menghasilkan bahan ajar yang inovatif untuk pembelajaran PKn yang
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk siswa kelas IV SD
Negeri Ungaran II Yogyakarta.
1.3.1 menghasilkan bahan ajar PKn yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas
IV A SD Negeri Ungaran II Yogyakarta semester 2.
1.3.2 Menghasilkan pengembangan bahan ajar yang inovatif untuk pembelajaran
PKn berdasarkan teori belajar dan model pembelajaran berbasis masalah
1.3.3 Mengetahui cara pengembangan bahan ajar yang inovatif pada
pembelajaran PKn untuk siswa kelas IV SD Negeri Ungaran II
Yogyakarta.
1.4. Spesifikasi Produk
Produk yang dihasilkan berupa buku bahan ajar PKn dengan model
pengembangan berbasis masalah untuk kelas IV semester 2 SD Negeri Ungaran
II. Bahan ajar dalam bentuk LKS yang sesuai dengan SK dan KD tentang
globalisasi. LKS berisi kegiatan belajar siswa yang dilakukan di dalam dan di luar
kelas sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah. Disertakan juga
gambar-gambar yang relevan agar LKS menjadi lebih menarik untuk siswa. Selain
itu, LKS juga dilengkapi dengan informasi tambahan, evaluasi, refleksi, dan
penugasan.
1.5. Pentingnya Pengembangan 1.5.1. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bekal mengajar untuk
menciptakan dan mengembangkan kualitas bahan ajar di sekolah sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan siswa kelas IVA SD N Ungaran 2
Yogyakarta.
1.5.2. Bagi guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam usaha
mengembangkan bahan ajar PKn yang lebih inovatif dengan menggunakan
model Pembelajaran Berbasis Masalah di Kelas IVA SD N Ungaran II
1.5.3. Bagi siswa
Dapat memberikan sesuatu yang baru dan juga meningkatkan minat dan
prestasi belajar siswa terhadap pelajaran PKn di sekolah.
1.5.4. Bagi kepala sekolah
Memberikan wacana baru kepada kepala sekolah tentang pengembangan
bahan ajar .
1.6. Asumsi dan Batasan Pengembangan 1.6.1. Asumsi
1.6.1.1 Jika penelitian ini dilaksanakan dengan baik maka akan menjawab
kebutuhan peserta didik dan guru.
1.6.1.2 Jika produk bahan ajar ini dikembangkan dengan model pembelajaran
berbasis masalah maka akan menciptakan pembelajaran yang efektif.
1.6.1.3 Jika produk bahan ajar ini dikembangkan dengan model pembelajaran
berbasis masalah maka akan mampu memberikan stimulus siswa dan rasa
ingin tahu dalam mempelajari materi PKn.
1.6.1.4 Jika produk bahan ajar ini dikembangkan dengan model pembelajaran
berbasis masalah maka akan dapat meningkatkan motivasi karena
menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa dalam belajar.
1.6.2. Batasan Pengembangan
Pengembangan yang dilakukan hanya terbatas pada pembelajaran PKn
dengan model pembelajaran berbasis masalah untuk siswa kelas IV semester 2 SD
Negeri Ungaran II Yogyakarta. Materi yang dikembangkan sesuai dengan SK dan
yang merupakan revisi dari desain produk awal berdasarkan validasi desain oleh
ahli.
1.7 Defisi Istilah 1.7.1 Pengembangan
Pengembangan adalah suatu kegiatan usaha yang sistematis untuk
menghasilkan bahan ajar berupa modul atau LKS agar kegiatan
pembelajaran PKn dapat efektif, efisien, dan sesuai karakteristik siswa
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
1.7.2 Bahan ajar
Bahan ajar atau materi ajar adalah seperangkat materi atau substansi
pembelajaran dalam bentuk modul atau LKS yang disusun secara sistematis,
yang menampilkan kompetensi yang harus dikuasai siswa serta kegiatan
yang harus dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
1.7.3LKS
LKS adalah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga
siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersbut secara mandiri.
1.7.4Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu bidang ilmu atau mata
pelajaran yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan logika, daya nalar,
dan kecerdasan peserta didik untuk dapat menentukan sikap dalam hidup
berbangsa dan bernegara sebagai landasan penanaman dan pengembangan
1.7.4 Model pembelajaran berbasis masalah
Model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pengajaran yang
menggunakan masalah di dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa
untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan dalam pemecahan
masalah.
1.7.5Prototipe
Prototipe adalah suatu contoh produk yang akan dikembangkan yang pada
akhirnya dapat diterapkan sesuai tujuan dikembangkannya produk tersebut.
Produk dalam penelitian dan pengembangan ini adalah LKS untuk kelas IV
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk bahan ajar PKn
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk siswa kelas IV
semester 2 SD Negeri Ungaran II Yogyakarta. Produk bahan ajar dikembangkan
menggunakan landasan teori sebagai berikut: 1) teori perkembangan, 2) teori
pembelajaran berbasis masalah, 3) hakekat dan tujuan pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan, 4) globalisasi, dan 5) bahan ajar.
Subjek pengembangan produk bahan ini adalah siswa kelas IV semester 2
SD Negeri Ungaran II Yogyakarta. Maka dari itu peneliti harus mengetahui
tingkat perkembangan siswa berdasarkan teori perkembangan Piaget, teori
perkembangan Kolhberg, dan teori perkembangan Vygotsky. Di dalam kegiatan
belajar mengajar ada interaksi antara guru dengan siswa sehingga dibutuhkan teori
belajar konstruktivisme dan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang
digunakan adalah model pembelajaran berbasis masalah. Penelitian ini mengambil
mata pelajaran PKn dengan materi globalisasi. Pembelajaran menggunakan bahan
ajar yang inovatif dapat mengaktifkan siswa dan mempermudah siswa memahami
2.1.1 Teori Perkembangan anak
2.1.1.1 Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget dalam Suparno (1997) mengatakan bahwa ada empat taraf
perkembangan kognitif seseorang: (1) Taraf sensori motor, berkembang pada anak
sejak lahir sampai 2 tahun. Selama taraf ini, seorang anak belum berpikir dan
menggambarkan suatu kejadian atau objek secara konseptual meskipun
perkembangan kognitif sudah mulai ada. (2) Pra operasional, pada anak umur 2-7
tahun mulailah berkembang kemampuan berbahasa dan beberapa bentuk
kemampuan. Penalaran pra logika juga mulai berkembang. (3) Taraf operasional
konkret, umur 7-11 tahun. Anak memperkembangkan kemampuan menggunakan
pemikiran logis dan dalam berhadapan dengan persoalan-persoalan yang konkret.
(4) Taraf operasional formal, umur 11-15 tahun. Anak sudah memperkembangkan
pemikiran abstrak, dan penalaran pemikiran logis untuk macam-macam persoalan.
Taraf perkembangan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Perkembangan Kognitif menurut Piaget
Usia (tahun)
Tahap
Perkembangan Perubahan Perilaku
0 – 2 Sensori Motor Kemampuan berpikir baru melalui gerakan atau
perbuatan. Perkembangan panca indra sangat
berpenaruh dalam diri mereka. Keinginan
terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh atau memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Pada usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah
“menangis”. Memberi pengetahuan pada mereka
pada usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan
menggunakan gambar sebagai alat peraga,
melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak.
2 – 7 Praoperasional Kemampuan skema kognitif masih terbatas, suka
perilaku orang tua dan guru yang pernah dia lihat ketika orang itu merespon terhadap perilaku orang, keadaan dan kejadian yang dihadapi pada masa lampau. Mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu
pula mengekspresikan kalimat pendek secara efektif.
7 – 11 Operasional
Konkret
Usia ini sudah mulai memahami aspek-aspek komulatif materi, misalnya volume dan jumlah.
Mempunyai kemampuan memahami cara
mengkombinasikan beberapa golongan benda yang tingkatannya bervariasi.
Sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret.
11 – ke atas
Operasional Formal
Telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif, secara serentak maupun berurutan. Misalnya kapasitas merumuskan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Kapasitas merumuskan hipotesis dapat membuat siswa mampu berpikir memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan, sedangkan kapasitas dengan menggunakan prinsip-prinsip abstrak, siswa akan mampu mempelajari materi pelajaran yang abstrak, seperti agama, matematika dan
lainnya.
Dalam keempat taraf kognitif di atas pemahaman seseorang berkembang.
Karena pemahamanberkembang dalam taraf perkembangan kognitif seseorang,
maka pemahaman seorang anak mengenai suatu kejadian atau objek tidak seirama
dengan pemahamanyang dimiliki orang tua.
2.1.1.2 Teori Perkembangan Afektif Kohlberg
Kohlberg dalam Crain (2007) mengatakan bahwa tahap perkembangan
moral anak ada enam, yaitu tahap kepatuhan dan orientasi hukuman,
individualisme dan pertukaran, hubungan-hubungan antara pribadi yang
baik,memelihara tatanan sosial, kontrak sosial hak-hak individual, dan prinsip
ini anak-anak melakukan hal-hal yang benar-benar berarti mematuhi otoritas dan
menghindari penghukuman. Selanjutnya anak-anak memasuki tahap yang kedua
yaitu individualisme dan pertukaran. Anak-anak tidak lagi begitu terkesan oleh
satu otoritar tunggal, mereka melihat keberadaan sisi sisi yang berbeda setiap
masalah. Karena segala sesuatunya relatif, kita bebas mengejar kepentingan
sendiri, meskipun sering kali berguna jika membuat kesepakatan dan pertukaran
dengan orang lain. Pada tahap berikutnya, anak-anak membentuk
hubungan-hubungan antara pribadi yang baik. Mereka menekankan menjadi pribadi yang
baik, yang pada dasarnya berarti memiliki motif-motif yang bisa membantu
menuju hubungan intim antar pribadi.
Tahap yang keempat adalah memelihara tatanan sosial. Kepedulian yang
ada pada tahap 3 bergeser menuju mematuhi hukuman untuk mempertahankan
masyarakat secara keseluruhan. Berikutnya adalah kontrak sosial hak-hak
individual. Tahap ini menekankan hak-hak dasar dan proses demokratis yang
memberikan kesempatan setiap orang untuk mengutarakan pendapatnya. Yang
terakhir adalah prinsip-prinsip universal. Yaitu menentukan prinsip-prinsip di
mana sebuah kesepakatan diambil hanya jika paling adil bagi semua pihak.
Keenam tahap tersebut masuk ke dalam tiga tingkatan yaitu moralitas pra
konvensional, konvensional, dan pasca konvensional. Tingkatan pra konvensional
meliputi tahap satu dan tahap dua. Tingkatan selanjutnya yaitu konvensional
meliputi tahap tiga dan tahap empat. Dan pada tingkatan pasca konvensional
2.1.1.3 Teori Perkembangan Vigotsky
Piaget bukanlah satu-satunya tokoh yang menjelaskan tentang teori
perkembangan anak. Tokoh lain yang menjelaskan teori tersebut adalah Vygotsky.
Vygotsky dalam Santrock (2008) mengatakan bahwa fungsi-fungsi mental
mempunyai hubungan eksternal atau hubungan sosial. Vygotsky menyatakan
bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep yang lebih sistematis, logis,
dan rasional. Di dalam teori Vygotsky orang lain dan bahasa memainkan peran
kunci dalam perkembangan kognitif seorang anak.
Selain itu, Vygotsky dalam Santrock (2008) juga mengatakan bahwa
perkembangan kognitif anak tercermin pada konsep zona perkembangan
proksimal yaitu untuk kisaran tugas-tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai anak
sendirian tetapi dapat dikuasai dengan bimbingan dan bantuan dari orang dewasa
atau anak yang lebih terampil. Zona perkembangan proksimal memiliki batas
bawah dan batas atas. Batas atas adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang
dapat diterima anak dengan bantuan seorang pengajar yang berkompeten. Batas
bawah adalah tingkat pemecahan masalah yang dapat diraih pada tugas-tugas ini
dengan dilakukan sendiri.
2.1.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah 2.1.2.1 Teori Belajar Konstruktivisme
Von Glasersveld dalam Suparno (2007) membedakan tiga taraf
konstruktivisme, yaitu realisme radikal, realisme hipotesis, dan konstruktivisme
yang biasa. Konstruktivisme radikal berpegang pada pikiran bahwa kita hanya
dapat mengetahui apa yang dibentuk dalam pikiran kita. Bentukan itu harus
hipotesis menjelaskan bahwa pengetahuan (ilmiah) kita dipandang sebagai suatu
hipotesis dari suatu struktur kenyataan dan berkembang menuju suatu
pengetahuan yang sejati, yang dekat dengan realitas. Taraf yang ketiga adalah
konstruktivisme yang biasa. Aliran ini tidak mengambil semua konsekuensi
konstruktivisme. Menurut aliran ini, pengetahuan kita merupakan gambaran dari
realitas itu. Pengetahuan kita dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk
dari kenyataan suatu objek dalam dirinya sendiri.
Berdasarkan paham konstruktivisme dalam proses belajar mengajar guru
tidak hanya menstransfer pengetahuan yang dimikinya kepada siswa atau dengan
kata lain siswa harus membangun suatu pengetahuan yang didasarkan pada
pengalamannya masing-masing. Pembelajaran merupakan hasil dari peserta didik
tersebut dalam membina ilmu pengetahuan. Pola pembinaan ilmu pengetahuan di
sekolah merupakan skema, yaitu aktifitas mental yang digunakan oleh peserta
didik sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan. Sukarjo
(2009) mengungkapkan bahwa teori konstruktivisme adalah suatu proses
pembelajaran yang mengondisikan siswa untuk melakukan proses aktif
membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkan
data.
Piaget dalam Suparno (1997) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan
suatu konstruksi (bentukan) dari kegiatan/ tindakan seseorang. Piaget
membedakan adanya tiga macam pengetahuan, yaitu: 1) pengetahuan fisis adalah
pengetahuan akan sifat-sifat fisis suatu objek, seperti bentuk, besar, berat dan
bagaimana atas suatu objek, 2) pengetahuan matematis-logis adalah pengetahuan
kejadian tertentu, dan 3) pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang
pengetahuan yang didapatkan dari kelompok budaya dan sosial yang secara
bersama menyetujui sesuatu misalnya norma atau nilai.
Suparno (2007) juga membedakan tiga macam konstruktivisme
berdasarkan siapa atau apa yang menentukan dalam pembentukan pengetahuan.
Pertama, konstruktivisme psikologis personal yang lebih menekankan bahwa
pribadi seseorang sendirilah yang mengkonstruksikan pengetahuan. Kedua,
konstruktivisme sosiologis yang lebih menekankan masyarakat sebagai
pembentuk pengetahuan. Ketiga, sosiokulturalisme yang menggunakan keduanya,
yaitu konstruksi personal dan sosial. Bahwa dalam pembentukan pengetahaun
kedua aspek itu berkaitan.
Berdasarkan uraian di atas, teori belajar konstruktivisme adalah kegiatan
pembelajaran dimana pengetahuan yang didapatkan oleh peserta didik merupakan
pengetahuan yang mereka dapatkan sendiri secara aktif sehingga terjadi
perubahan menuju konsep yang lebih rinci, lengkap, dan sesuai. Pendidik hanya
menjadi fasilitator saja, yang menyediakan sarana yang salah satunya berupa
bahan ajar dan situasi agar proses konstruksi peserta didik dapat berjalan sesuai
dengan situasi yang konkret. Maka dari itu strategi mengajar perlu disesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik.
2.1.2.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah A. Pengertian
Dutch (dalam Amir) mengatakanbahwa PBL merupakan metode
instruksional yang menantang mahasiswa agar belajar untuk belajar.
nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan
serta kemampuan analisis mahasiswa dan inisiatif atas materi
pembelajaran. PBL mempersiapkan siswa untuk berfikir kritis dan
analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran
yang sesuai.
Menurut Tan dalam Rusman (2011), pembelajaran berbasis
masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang
diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia
nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan
kompleksitas yang ada.
Ibrahim dan Nur dalam Rusman (2011) mengatakan bahwa
pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi
siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata,
termasuk di dalamnya belajar bagaiman belajar.
Moffit dalam Rusman (2011) mengemukakan bahwa pembelajaran
berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa
untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi
dari materi pelajaran.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dunia nyata yang dimaksudkan agar siswa dapat berpikir kritis dan
analitis dalam mencari solusi dan menemukan pengetahuan yang baru.
B. Karakteristik
Tan dalam Rusman (2011) mengatakan bahwa karakteristik dalam
PBM adalah permasalahan menjadi starting point dalam belajar.
Permasalahan yang diangkat merupakan permasalahan dunia nyata
yang tidak terstruktur dan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective). Selain itu juga menantang pengetahuan yang dimiliki oleh
siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi
kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar. Belajar pengarahan
diri menjadi hal yang utama. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang
beragam, penggunaannya dan evaluasi sumber informasi merupakan
proses yang esensial dalam PBM.
Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.
Pengembangan keterampilan inquiri dan pemecahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi
dari sebuah permasalahan. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi
sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar. PMB melibatkan
evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar. C. Langkah
Menurut Amir (2009), ada tujuh langkah yang dilakukan dalam
setiap kelompok kecil yaitu yang pertama mengklarifikasi istilah dan
konsep yang belum jelas. Setelah itu merumuskan masalah dan
menganalisisnya secara sitematis. Langkah yang keenam yaitu
menformulasi tujuan pembelajaran. Terakhir adalah mensintesa
(menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan Membuat laporan
untuk dosen/ kelas.
Ibrahim dan Nur (2000) dan Ismail (2002) dalam Rusman
mengemukakan bahwa langkah-langkah PBM adalah:
Tabel 2 Fase Tahapan PBM
Fase Idikator Tingkah Laku Guru
1 Orientasi siswa pada
masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
2 Mengorganisasi siswa
untuk belajar
Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3 Membimbing
pengalaman individu atau kelompok
Mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melakukan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
4 Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.
5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dengan proses yang mereka gunakan
D. Tujuan
Pembelajaran berdasarkan permasalahan memiliki tujuan
membantu siswa mengembangkan ketrampilan berpikir dan ketrampilan
memecahkan masalah. Secara sederhana berpikir didefinisikan sebagai
diartikan sebagai kegiatan menganalisis, mengkritik, dan mencapai
kesimpulan berdasar pada interferensi atau pertimbangan.
Model pembelajaran berbasis masalah dengan sendirinya akan
mengembangkan kemampuan siswa dalam menghadapi masalah. Siswa
dilatih menemukan permasalahan dari hal yang dihadapinya serta
merumuskan dengan jelas. Berdasarkan permasalahan yang yang telah
dirumuskan dengan jelas diharapkan siswa terlatih dalam
kemungkinan-kemungkinan jawaban, dan mampu memilih jawaban yang terbaik
(sebagai hipotesis), dan selanjutnya menguji jawaban tersebut, serta
selanjutnya mengevaluasinya.
Pembelajaran berbasis permasalahan tidak dirancang untuk
membantu guru memberikan informasi kepada siswa sebanyak-banyaknya
kepada siswa, namun diharapkan dapat membantu siswa mengembangkan
kemampuan berfikir, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan
belajar otonom dan mandiri, serta bekerjasama.
2.1.3 Pendidikan Kewarganegaraan
2.1.3.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Wahab (1995) PKn dapat diartikan sebagai mata pelajaran yang
digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur
dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia.Nilai-nilai tersebut
diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari
peserta didik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, dan
Wahab (1995) mengatakan bahwa nilai-nilai moral Pancasila yang dapat
diwujudkan melalui PKn dengan menekankan pada sikap patriotisme antara lain
adalah rela berkorban,berani dan jujur dalam membela kebenaran,menggunakan
bahasa Indonesia secara baik dan benar, dancinta produksi dalam negeri serta
menumbuhkan sikap untuk mampu bersaing dan menjadi keunggulan sebagai
bangsa dalam menghadapi era globalisasi dan informasi agar dapat hidup secara
baik dalam era pasar bebas dunia pada masa yang akan datang. Pendidikan nilai
paling tidak meliputi empat dimensi utama.Dimensi-dimensi yang dimaksud
adalah menemukan nilai-nilai inti pribadi dan masyarakat, inkuiri filosofis dan
rasional terhadap nilai inti tersebut, respon afektif atau emotif terhadap
nilai-nilai inti tersebut, pembuatan keputusan yang berkaitan dengan nilai-nilai-nilai-nilai dasar
berdasarkan inkuiri dan respon.
2.1.3.2Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di SD
Menurut Fathurrohman (2010) tujuan mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sbagai
berikut.Pertama adalah berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam
menanggapi isu kewarganegaraan.Tujuan yang kedua adalah berpartisipasi secara
bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Selanjutnya berkembang secara positif
dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter
masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa
percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
2.1.3.3 Ruang Lingkup PKn
BSNP dalam Fathurrohman (2011) mengatakan bahwa ruang lingkup mata
pelajaran PKn meliputi aspek persatuan dan kesatuan bangsa; norma, hukum dan
peraturan; hak asasi manusia; kebutuhan warga negara; konstitusi Negara;
kekuasaan dan politik; Pancasila; dan globalisasi.
2.1.3.4 SK dan KD PKn di SD
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran PKn semester 2
dengan materi globalisasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
4. Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya.
4.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di
lingkungannya
4.2 Mengidentifikasi jenis budaya Indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan Internasional. 4.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh
globalisi yang terjadi di lingkunganya.
2.1.4 Bahan Ajar
2.1.4.1 Pengertiam Bahan Ajar
Menurut National Centre for Competency Based Training dalam Andi
(2011), bahan ajar adalah segala bahan yang digunakan unuk membantu guru atau
instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang
dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tak terulis.Pandangan dari ahli
secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta lingkungan
atau suasana yang memungkinkan peserta didik utuk belajar.
Ada juga yang berpendapat bahwa bahan ajar adalah informasi, aat, dan
teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan penelaahan
implementasi pelajaran. Pannen dalam Andi (2011) mengungkapkan bahwa bahan
ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis,
yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Dari beberapa pandangan mengenai pengertian bahan ajar tersebut, Andi
(2011) menyimpulkan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi,
alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh
dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses
embelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran. Misalnya buku pelajaran, modul, handout, LKS, model atau maket,
bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, dan sebagainya.
Sekarang banyak buku atau program audio, video, serta komputer yang
berisi materi pelajaran yang dirancang secara sistematis.Walaupun dijual bebas di
pasaran, bahan-bahan ini bisa disebut sebagai bahan ajar.Namun, jika tidak
dirancang secara sistematis, maka kita tidak bisa menyebutnya sebagai bahan ajar,
walaupun bahan ini mengandung materi pelajaran.Itulah letak perbedaan antara
2.1.4.2 Manfaat Bahan Ajar
Menurut Andi (2011), manfaat pembuatan bahan ajar dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu kegunaan bagi pendidik dan kegunaan bagi peserta
didik. Kegunaan bagi pendidik yaitu pendidik akan memiliki bahan ajar yang
dapat membantu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Kemudian bahan ajar
dapat diajukan sebagai karya yang dinilai untuk menambah angka kredit pendidik
guna keperluan kenaikan pangkat.Selain itu juga dapat menambah penghasilan
bagi pendidik jika hasil karyanya diterbitkan.
Sedangkan kegunaan bagi peserta didik adalah apabila bahan ajar tersedia
bervariasi, inovatif, dan menarik, maka paling tidak ada tiga kegunaan bahan ajar
bagi peserta didik yaitu kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik; peserta
didik lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan
bimbingan pendidik; dan peserta didik mendapatkan kemudahan dalam
mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.
2.1.4.3 Unsur-unsur Bahan Ajar
Menurut Andi (2011), bahan ajar merupakan susunan atas bahan-bahan
yang berhasil dikumpulkan dan berasal dari berbagai sumber belajar yang dibuat
secara sistematis. Oleh karena itu bahan ajar mengandung unsur-unsur
tertentu.Untuk mampu membuat bahan ajr yang baik, kita tentu harus memahami
unsur-unsur tersebut. Komponen-komponen yang berkaitan dengan unsur-unsur
tersebut antara lain petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi
pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja atau lembar kerja, dan evaluasi.
Komponen yang pertama adalah petunjuk belajar.Komponen ini meliputi
bagaimana pendidik sebaiknya mengajarkan materi kepada peserta didik dan
bagaimana pula sebaiknya peserta didik sebaiknya mempelajari materi yang ada
dalam bahan ajar tersebut. Komponen selanjutnya yaitu kompetensi yang akan
dicapai. Maksud komponen kedua ini adalah kompetensi yang akan dicapai oleh
siswa. Sebagai pendidik, kita harus menjelaskan dan mencantumkan dalam bahan
ajar yang kita susun tersebut dengan standar kompetensi, kompetensi dasar
maupun indikator pencapaian hasil belajar yang harus dikuasai peserta
didik.Dengan demikian, jelaslah tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik.
Informasi pendukung merupakan bagaimana informasi tambahan yang
dapat melengkapi bahan ajar, sehingga peserta didik akan semakin mudah untuk
menguasai pengetahuan yang akan mereka peroleh. Selain itu, pengetahuan yang
diperoleh peserta didik pun akan semakin komprehensif. Komponen keempat
merupakan suatu bentuk tugas yang diberikan kepada peserta didik untuk melatih
kemampuan mereka setelah mempelajari bahan ajar. Dengan demikian,
kemampuan yang mereka pelajari akan semakin terasah dan terkuasai dengan
matang.
Petunjuk kerja atau lembar kerja adalah satu lembar atau beberapa lembar
kertas yang berisi sejumlah langkah prosedural cara pelaksanaan aktivitas atau
kegiatan tertentu yang harus dilakukan oleh peserta didik berkaitan dengan praktik
dan lain sebagainya. Komponen yang terakhir adalah evaluasi yang merupakan
salah satu bagian dari proses penilaian. Sebab, dalam komponen evaluasi terdapat
sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada peserta didik untuk mengukur
seberapa jumlah penguasaan kompetensi yang berhasil mereka kuasai setelah
efektivitas bahan ajar yang kita buat maupun proses pembelajaran yang mita
selenggarakan pada umumnya. Jika kemudian dipandang masih banyak peserta
didik yang masih belum menguasai, maka diperlukan perbaikan dan
penyempurnaan kegiatan pembelajaran.
2.1.4.4 Cara Penyusunan Bahan Ajar
Masalah yang biasa dialami oleh para pendidik dalam menyusun bahan
ajar adalah tidak dikuasainya cara pembuatan bahan ajar. Hal ini disebabkan
petunjuk atau panduan pembuatan bahan ajar yang ada selama ini susah dipahami,
sehingga para pendidik jarang membuat bahan ajar sendiri. Maka dari itu wajar
jika para pendidik kurang mampu mengembangkan bahan ajar sendiri.
Menurut Andi (2011), langkah-langkah utama penyusunan bahan ajar
terdiri dari tiga tahap penting yang meliputi analisis kebutuhan bahan ajar,
menyusun peta bahan ajar, dan membuat bahan ajar berdasarkan struktur
masing-masing bentuk bahan ajar.
Analisis kebutuhan bahan ajar adalah suatu proses awal yang dilakukan
dalam menyusun bahan ajar. Di dalamnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu analisis
terhadap kurikulum, analisis sumber belajar, dan penentuan jenis serta judul bahan
ajar. Keseluruhan proses tersebut menjadi bagian integral dari suatu proses
pembuatan proses bahan ajar yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Langkah pertama
yaitu menganalisis kurikulum.Ditujukan untuk menetukan
kompetensi-kompetensi yang memerlukan bahan ajar.Dengan demikian bahan ajar yang kita
buat benar-benar diharapkan mampu membuat peserta didik menguasai
kompetensi yang telah ditentukan.Selanjutnya adalah menganalisis sumber
akandigunakan sebagai bahan untuk penyusunan bahan ajar perlu dilakukan
analisis. Adapun kriteria analisis terhadap sumber belajar tersebut dilakukan
berdasarkan ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam
memanfaatkannya.Caranya adalah dengan menginventarisasi ketersediaan sumber
belajar yang dikaitkan dengan kebutuhan.Langkah yang terakhir adalah memilih
dan menentukan bahan ajar.Langkah ketiga ini bertujuan memenuhi salah satu
kriteria bahwa bahan ajar harus menarik dan dapat membantu peserta didik untuk
mencapai kompetensi. Langkah-langkah yang hendaknya kita lakukan antara lain
menentukan dan membuat bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan
kecocokan dengan kompetensi dasar yang akan diraih oleh peserta didik; serta
menetapkan jenis dan bentuk bahan ajar berdasarkan analisis kurikulum dan
analisis sumber bahan.
Arif dan Napitupulu dalam Andi (2011) mengatakan bahwa ada empat hal
penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bentuk bahan ajar, yaitu
kebutuhan dan tingkat kemampuan awal para peserta didik yang menjadi sasaran
pembelajaran, tempat dan keadaan dimana bahan ajar akan digunakan, metode
penerapan dan penjelasannya, serta biaya proses dan produksi serta alat-alat yang
digunakan untuk memproduksi bahan ajar.
2.2 Penelitian Pengembangan Relevan
2.2.1 Dwi Priyono Utomo pada tahun 2008 melakukan penelitian yang berjudul
“Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah pada Pembelajran Matematika di SD”. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan
proses dan hasil pengembangan perangkat pembelajaran berbasis masalah
adalah 1) rencan pembelajaran berbasis masalah, 2) buku siswa, 3) evaluasi
dan lembar kerja siswa yang disusun berdasarkan pembelajaran berbasis
masalah.
2.2.2 Khotimah, Ihda A’yunil (2010) dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar
IPS Kelas IV MI Terintegrasi dengan Nilai Akidah, Syariah dan Akhlak” menghasilkan bahan ajar IPS kelas IV MI dengan rata-rata skor uji
kelayakan 4.18 kategori baik.
2.2.3 Masrukhi (2010) dengan judul “Revitalisasi Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai Pembangun Karakter Melalui Pemberdayaan Kultur Sekolah” menyimpulkan (1) model konfigurasi terbangun oleh variabel laten eksogen berupa apresiasi guru, kepemimpinan kepala
sekolah, kultur sekolah, dan rancangan pembelajaran (2) pembangunan
karakter, lebih banyak terbangun oleh kultur sekolah dan kepemimpinan
kepala sekolah.
2.3 Kerangka Berpikir
Pembelajaran adalah proses kegiatan belajar, dimana kegiatan belajar yang
dimaksud yaitu berkaitan dengan usaha untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Bahan ajar diperlukan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar
merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis, yang menampilkan
kompetensi yang harus dikuasai siswa serta kegiatan yang harus dilakukan siswa
dalam kegiatan pembelajaran. Bahan ajar yang inovatif dapat membantu siswa
menjadi aktif, berpikir secara kritis, dan mencapai tingkat perkembangan siswa
ajar kini terkadang kurang inovatif sehingga materi belum tentu dipahami dengan
Bagan 1. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal bahan ajar PKn untuk kelas IV SD Negeri Ungaran II
belum sesuai dengan teori belajar siswa dan model pembelajaran yang inovatif,
sehingga siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran.
Teori perkembangan anak yang digunakan adalah teori Piaget, teori
Kohlberg, dan teori Vygotsky. Berdasarkan teori perkembangan, siswa berpikir
mulai dari yang konkrit menuju ke yang abstrak. Selain itu bahan ajar yang dibuat
juga memperhatikan teori belajar konstruktivisme yang intinya bahwa siswa yang
belajar dan guru hanya sebagai fasilitator. Teori bahan ajar juga digunakan untuk
pemilihan bahan ajar yang baik dan sesuai.
Penggunaan model pembelajaran yang digunakan untuk pengembangan
produk bahan ajar adalah model pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran
berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang digunakan
untuk merangsang berfikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi
pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Pada
model ini siswa diajak untuk berpikir menemukan permasalahan yang ada dalam
sebuah fakta/ kasus dan kemudian memecahkan masalah tersebut. Teori Belajar
Teori perkembangan Piaget, Vygotsky, dan Kohlberg Teori belajar konstruktivisme. Teori bahan ajar
Kondisi awal siswa SD N Ungaran II Yogyakarta
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Agar suatu pembelajaran dapat berjalan lancar dan variatif maka
diperlukan bahan ajar yang inovatif. Bahan ajar yang dibuat adalah bahan ajar
yang sesuai dengan analisis kebutuhan, teori belajar, dan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah. Peneliti ingin mengembangkan bahan ajar PKn
berupa buku Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan model pembelajaran berbasis
masalah. LKS merupakan bahan ajar yang dikemas sedemikian rupa, sehingga
siswa diharapkan dapat mempelajari materi materi ajar tersebut secara mandiri.
Buku LKS ini dirancang menarik, sehingga diharapkan dengan bahan ajar tersebut
pembelajaran PKn kelas IV semester 2 pada standar kompetensi menunjukkan
sikap terhadap globalisasi di lingkungannya dapat meningkatkan ketercapaian
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Model Pengembangan
Penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan yang termasuk ke
dalam jenis penelitian kualitatif. Dalam bahasa inggris sering disebut Research
and Development (R&D) yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiono,
2009: 297). Borg & Gall (1983) dalam Setyosari (2010) memaparkan bahwa
penelitian pengembangan merupakan suatu proses yang dipakai untuk
mengembangkan dan menvalidasi produk pendidikan. Dalam penelitian
pengembangan terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan. Sugiyono (2009)
menerangkan bahwa dalam langkah dalam penelitian pengembangan adalah: 1)
potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain,
5) revisi desain, 6) ujicoba produk, 7) revisi produk, 8) ujicoba pemakaian, 9)
revisi produk, 10) produk massal. Sedangkan langkah penelitian pengembangan
menurut Setyosari (2010) terdiri atas kajian tentang penelitian temuan produk
yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan tersebut,
melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar di mana produk tersebut akan
dipakai, dan melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan.
Peneliti menggunakan penelitian pengembangan karena penelitian ini
bermaksud untuk menghasilkanprototipe produk tertentu. Prototipe produk yang
pedoman untuk melakukan kegiatan pembelajaran sesuai kebutuhan
tingkatperkembangan siswa dan sesuai dengan kegiatan belajar siswa kelas IV A
SD N Ungaran II Yogyakarta.
Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan langkah penelitian yang
sama persis dengan Sugiyono ataupun Setyosari. Peneliti memodifikasi
langkah-langkah pengembangan yang sudah ada. Langkah-langkah-langkah yang dilakukan oleh
peneliti pada penelitian ini adalah: 1) potensi dan masalah, 2) analisis kebutuhan,
3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi produk, 6) prototipe produk.
dengan alur sebagai berikut:
Bagan 2. Langkah-langkah Model Pengembangan
Penelitian ini dimulai dari potensi dan masalah yang ada pada siswa kelas
IV A SD N Ungaran II Yogyakarta. Potensi dan masalah yang ada kemudian
dikembangkan sebagai objek penelitian. Untuk mengetahui potensi dan masalah
yang ada di kelas IV A SD N Ungaran II Yogyakarta, peneliti melakukan analisis
kebutuhan. Potensi dan
masalah
Analisis kebutuhan
Desain produk
Analisis kebutuhan peneliti lakukan untuk mengumpulkan data dan
informasi berdasarkan potensi dan masalah yang ada. Analisis kebutuhan peneliti
lakukan dengan tiga cara yaitu observasi kelas, wawancara dengan guru, dan
angket untuk siswa. Data yang diperoleh pada analisis kebutuhan dugunakan
sebagai acuan untuk membuat desain produk. Observasi kelas dilakukan secara
langsung untuk melihat fenomena yang nampak di dalam kelas. Sebelum
melakukan wawancara, peneliti merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan analisa kebutuhan dan sesuai dengan teori. Angket untuk
memperoleh analisis kebutuhan dibuat peneliti dengan berdasarkan teori yang
sudah dan disesuaikan untuk mengetahui kebutuhan siswa. Angket yang diracang
dibagi menjadi tiga bagian yang mencakup angket bahan ajar, media
pembelajaran, dan instrumen penilaian. Bahan ajar berada pada angket bagian II.
Siswa memberikan tanda cek list (√) pada kolom (SS) sangan setuju, (S) setuju, TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Peneliti menggunakan skala 4
dalam pembuatan angket. Pilihan jawaban dan rentan skor yang diberikan adalah:
(SS) = 4, (S) = 3, (TS) = 2, dan (STS) = 1. Angket yang telah disusun diuji
keterbacaannya kepada teman sejawat. Setelah uji keterbacaan dilakukan, peneliti
melakukan revisi terhadap angket. Angket yang telah direvisi kemudian
disebarkan kepada siswa.
Desain produk dalam penelitian ini berupa buku bahan ajar yang dirancang
berdasarkan data perolehan analisis kebutuhan dan teori yang ada. Validasi desain
dilakukan setelah desain produk selesai dirancang. Validasi desain dilakukan
untuk menilai rancangan produk. Pihak yang melakukan validasi adalah ahli yang
dan kelebihan yang ada dalam desain produk. Validasi desain oleh para ahli
dirumuskan dalam bentuk angket. Angket disusun berdasarkan analisis kebutuhan
dan teori perkembangan anak. Angket disusun dengan skala likert yang
dimodifikasi dengan 0 = tidak relevan. Skala likert yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. Keterangan Kualifikasi Nilai dari Ahli
Simbol Keterangan Kualifikasi Skor
TR Tidak Relevan 0
STS Sangat Tidak Setuju 1
TS Tidak Setuju 2
S Setuju 3
SS Sangat Setuju 4
Dimodifikasi dari: Mardapi (2008)
Revisi desain produk dilakukan berdasarkan penilaian yang diperoleh
berdasarkan expert judgement. Revisi dilakukan untuk memperbaiki kekurangan
dari desain produk agar hasil desain produk sesuai dengan yang dibutuhkan.
Peneliti memperoleh prototipe produk setelah melakukan revisi produk. Hasil
akhir dalam penelitian ini terbatas pada prototipe produk. Peneliti melakukan
penelitian hanya sampai pada prototipe produk karena faktor keterbatasan biaya
dan waktu dalam penelitian.
3.2 Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan dalam pengembangan bahan ajar pembelajaran
Semester 2 ini adalah sebagai berikut: (1) mengkaji standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang akan dikembangkan, (2) membuat silabus berdasarkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dikembangkan. Pada
pembuatan silabus, peneliti membuat indikator sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa yang merupakan penjabaran kompetensi dasar. Kegiatan
pembelajaran yang dirancang disesuaikan dengan indikator dan menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah, (3) membuat RPP. Dalam membuat RPP,
peneliti menyusun tujuan pembelajaran berdasarkan indikator yang sudah ada.
Tujuan pembelajaran disusun sesuai dengan teori taksonomi Bloom dari tingkatan
yang paling rendah menuju ke tingkatan yang paling tinggi. Peneliti memasukkan
tiga aspek (kognitif, afektif, psikomotor) dalam tujuan pembelajaran, (4) membuat
prototipe produk yang berupa buku LKS bahan ajar. Buku LKS bahan ajar
disusun berdasarkan RPP yang telah dirancang. Dalam buku LKS bahan ajar,
peneliti mendesain buku dan mengumpulkan bahan yang nantinya akan menjadi
sebuah prototipe produk pengembangan penelitian. Bahan yang telah terkumpul
lalu diproses dan disesuaikan dengan desain yang telah dirancang berdasarkan
pustaka terkait.
3.3 Validasi Desain 3.3.1 Jenis Validasi
Analisis uji produk yang akan peneliti ajukan kepada guru kelas IV, guru
PKn, dosen PKn, dan dosen bahan ajar pendidikan sebagai para ahli.
3.3.2 Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV A SD Negeri Ungaran II
3.3.3 Jenis Data
Jenis penelitian ini menggunakan data penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Data kulaitatif berupa tanggapan dari ahli perancang bahan ajar, ahli PKn, dan
guru kelas IV. Data kuantitatif berupa penilaian menggunakan angket oleh para
ahli. Angket berisi tentang kualitas dan isi dari prototipeproduk yang peneliti buat.
Penilaian para ahli terhadap prototipe produk menentukan kelayakan prototipe
produk.
3.3.4 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti berupa angket.
Peneliti memberikan surat ijin, RPP, deskripsi produk, buku LKS dan angket
kepada setiap ahli. Angket ditujukan kepada 6 ahli, yaitu: 2 ahli PKn; 2 ahli bahan
ajar; dan 2 guru kelas IV. Ahli memberikan penilaian pada instrumen penilaian
sesuai dengan produk peneliti.
3.3.5 Teknik Analisis Data
Angket yang telah diisi oleh ahli dianalisis dengan menghitung jumlah skor
yang didapatkan dari para ahli, skor pada setiap point berskala 4 dan poin
keseluruhan ada 20.
Untuk mengetahui penghitungan nilai apakah nilai dari ahli itu setuju atau
tidak, maka perlu dicari rata-rata nilai keseluruhan. Cara menghitungnya
menggunakan dua cara yaitu 1) mencari rata-rata nilai keseluruhan dari para ahli,
dan2) mencari rata-rata keseluruhan dari ahli untuk setiap butir pernyataan. Pada
prinsipnya cara menghitung rata-rata menggunakan rumus yang sama.
Penghitungan rata-rata menggunakan rumus: 𝑀 =∑𝑋𝑁
M = Mean
∑X = Jumlah semua skor
3.4 Jadwal Penelitian
Berikut adalah susunan jadwal kegiatan yang telah dibuat peneliti dalam
melakukan penelitian:
Tabel 5. Jadwal Penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis Kebutuhan
Sebelum membuat desain produk awal, peneliti terlebih dahulu
mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan produk yang akan
dikembangkan, yaitu bahan ajar PKn untuk siswa kelas IV SD Negeri Ungaran II
Yogyakarta. Untuk memperoleh data-data tersebut peneliti menggunakan tiga cara
yaitu: 1) observasi kelas, 2) angket untuk siswa, dan 3) wawancara dengan guru.
4.1.1 Hasil Observasi
Berdasarkan observasi di kelas IV A SD N Ungaran II pada tanggal 5
Januari 2012 penulis menemukan bahwa bahan ajar yang digunakan dalam
pembelajaran PKn yang dilakukan masih menggunakan model lama dan guru
masih menggunakan metode ceramah. Siswa hanya mendengarkan penjelasan dari
guru dan siswa kurang aktif di dalam kegiatan belajar. Dapat terlihat pula bahwa
banyak siswa yang merasa bosan dengan kegiatan pembelajaran, bahkan ada
siswa yang mengantuk pada saat guru menerangkan.
Pembelajaran PKn yang sebagian besar diajarkan kepada siswa dengan
model ceramah terlihat tidak membuat siswa merasa semangat belajar tetapi
malah membuat siswa merasa bosan. Siswa juga masih pasif dalam kegiatan
belajar. Selain menggunakan model ceramah, guru juga hanya menyuruh siswa
mengerjakan tugas dalam buku paket/buku fokus yang berupa soal-soal tertulis
4.1.2 Hasil Angket
Setelah melakukan observasi, kemudian peneliti melakukan langkah yang
selanjutnya yaitu dengan membagikan angket kepada siswa kelas IV A SD Negeri
Ungaran II Yogyakarta. Angket disebarkan pada pada tanggal 19 Februari 2012
dan langsung diminta kembali setelah siswa mengisi. Angket yang disebarkan
hanya 31 karena ada 2 siswa yang tidak masuk. Dari 31 angket ada 1 angket yang
dianggap tidak valid karena ada butir soal yang jawabannya dua. Angket yang
dibagikan kepada para siswa ini dimaksudkan untuk mengetahui bahan ajar
seperti apa yang diharapkan oleh siswa dalam belajar serta pembelajaran yang
bagaimana yang diinginkan siswa agar tidak mudah bosan dan cepat memahami
materi yang dipelajari. Berikut hasil penghitungan data dan analisis dari hasil
angket siswa.
Tabel 6. Angket Siswa Terhadap Kebutuhan Bahan Ajar Pembelajaran PKn Bagian II
No Butir Pernyataan Sangat
Tidak 1. Saya suka ketika penyajian materi
disertai dengan kegiatan belajar kelompok
1 3 10 16
2. Saat belajar di kelas, saya hanya menggunakan buku paket dan LKS
9 17 4 -
3. Saat belajar di rumah, saya belajar menggunakan buku paket dan LKS.
3 10 11 6
4. Saya merasa terbantu dengan adanya buku paket dan LKS.
1 4 19 6
5. Saya menyukai penyajian materi yang berisi tulisan saja.
16 7 6 1
6. Saya menyukai penyajian materi yang dilengkapi gambar.
- 1 6 23
7. Saya menyukai penyajian materi yang disertai dengan kegiatan
belajar di luar kelas.
8. Saya menyukai penyajian materi yang dilengkapi dengan informasi
tambahan “Tahukah Kamu”
4 5 19 2
9. Saya menyukai penyajian materi yang dilengkapi dengan lembar kerja.
3 9 14 4
10. Saya menyukai pendalaman materi menggunakan permainan.
2 2 5 21
Dari hasil angket yang dibagikan oleh peneliti kepada siswa, peneliti
menemukan bahwa sebagian besar siswa menyukai penyajian materi dengan
disertai kegiatan belajar kelompok. Dari 30 siswa sebanyak 16 siswa menyatakan
sangat setuju dan 10 siswa menyatakan setuju. hanya 3 siswa yang menyatakan
tidak setuju dan 1 siswa yang menyatakan sangat tidak setuju. sebagian besar
siswa juga tidak menyukai penyajian materi yang berisikan tulisan saja. Siswa
lebih menyukai penyajian materi yang dilengkapi dengan gambar. Hal ini dapat
dilihat dari hasil angket yang menunjukkan77 % siswa tidak setuju dengan
penyajian materi yang berisi tulisan saja dan 77% siswa sangat setuju dengan
penyajian materi yang dilengkapi gambar. Selain itu, siswa menginginkan
kegiatan belajar tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja tetapi juga dilakukan di
luar kelas. Hasil angket menunjukkan 29 dari 30 siswa menyukai penyajian materi
yang disertai kegiatan belajar di luar kelas. Penyajian materi yang dilengkapi
dengan informasi tambahan digemari oleh sebagian besar siswa. Hal ini dapat
dilihat dari hasil angket yang menunjukkan 70 % siswa menyukai penyajian
materi yang dilengkapi dengan informasi tambahan. Siswa yang menyukai
pendalaman materi menggunakan permainan sebanyak 86%, jadi dapat