• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan bahan ajar PKn yang digunakan dalam model pembelajaran berbasis masalah untuk siswa kelas IV SD N Ungaran II Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan bahan ajar PKn yang digunakan dalam model pembelajaran berbasis masalah untuk siswa kelas IV SD N Ungaran II Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
219
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PKn YANG DIGUNAKAN DALAM MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK

SISWA KELAS IV SD N UNGARAN II YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Eko Dwi Rahmat

NIM: 081134051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PKn YANG DIGUNAKAN DALAM MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK

SISWA KELAS IV SD N UNGARAN II YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Eko Dwi Rahmat

NIM: 081134051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

MOTTO

Bekerjalah seakan-akan kita akan hidup selamanya

(6)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Karya Sederhana ini untuk:

Ibuku tercinta (ibu Suprijati) yang selalu menyayangiku,

yang tak pernah lelah mendoakanku, dan tak pernah

lelah menjagaku.

Bapakku (Bp Samijan), Adik-adikku: Eka, Deta, Putri,

(7)
(8)
(9)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PKN

YANG DIGUNAKAN DALAM MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK SISWA KELAS IV SD N UNGARAN II

YOGYAKARTA Eko Dwi Rahmat

081134051

Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah utama dan sub masalah.Masalah utama yaitu seperti apakah bahan ajar yang inovatif pada pelajaran PKn menggunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk siswa kelas IV semester 2 SD N Ungaran 2 Yogyakarta. Sub masalah dalam penelitian ini adalah: 1) bahan ajar PKn seperti apakah yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas IV A semester 2 SD N Ungaran II Yogyakarta?, 2) bagaimana pengembangan bahan ajar yang inovatif untuk PKn berdasarkan teori belajar dan model pembelajaran berbasis masalah unutuk siswa kelas IV A SD N Ungaran II Yogyakarta?, 3) bagaimana langkah-langkah pengembangan bahan ajar yang inovatif pada pelajaran PKn untuk siswa kelas IV A SD N Ungaran II Yogyakarta dan semester 2?.

Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab masalah utama dan sub masalah dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan ini mengembangkan bahan ajar berupa buku. Pengembangan bahan ajar yang dilakukan dalam penelitian ini hanya sampai pada prototipe.

Hasil pengembangan bahan ajar ini sesuai dengan kebutuhan siswa, kajian teori belajar (Piaget, Kohlberg, Vygotsky), teori pembelajaran konstruktivisme, dan teori model pembelajaran berbasis masalah. Hasil pengembangan ini juga sudah sesuai dengan prosedur pengembangan instrumen penilaian. Kualitas produk instrumen penilaian ini telah mendapat nilai rata-rata 3,3 dengan kategori setuju dari delapan ahli.

(10)

ABSTRACT

Development of Materials PKn using Problem Based Learning Modelfor 4th Grade Students in SD N Ungaran 2 Yogyakarta

Eko Dwi Rahmat 081134051

Universitas Sanata Dharma

This research was aimed to find out the main problem and sub problems. The main problem was how the innovative teaching material was like, that was appropriate with the need of 4th grade students in 2nd semester SD N Ungaran 2 Yogyakarta. The sub problems in this research were 1) how was the teaching material that was needed by 4th grade students in 2nd semester SD N Ungaran 2 Yogyakarta? 2) how was the development of innovative teaching material on PKn that was appropriate with learning theories and problem based learning? 3) what were the steps to develop innovative teaching materialfor 4th grade students in 2nd semester SD N Ungaran 2 Yogyakarta?

This research used research and development (R & D) method to answer the main problem and sub problems. This research developed the teaching material, that was a book. The teaching material development done in this research was until prototype result.

The result of the research was appropriate with student’s need of

theoretical reviews (Piaget, Vygotsky, Kohlberg, and constructivism), and theory of problem based learning model. The result was also appropriate with the procedures of teaching material. The product of teaching material was same to development procedure, with average score from eight experts was 3.27.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan segala

karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir Skripsi ini dpat

terlaksana dengan baik.Keberhasilan penulisan Tugas Akhir skripsi tidak terlepas

dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti haturkan

terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., B.S.T., M.A., selaku ketua Prodi PGSD

Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. Sutarjo Adisusilo,S.Th., M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah

membimbing serta memberikan motivasi dalam penelitian.

4. Ag. Kustulasari 81,S.Pd., M.A., selaku dosen pembimbing II atas segala saran

dan bimbingan yang telah diberikan.

5. Drs. Paulus Wahana, M.Hum., selaku dosen ahli PKn yang telah membantu

memberikan penilaian.

6. Drs. YB Adi Massana, M.A., selaku dosen ahli evaluasi pendidikan yang telah

memberikan penilaian dan saran.

7. Th. Yunia S, S.Pd., M.Hum.,selaku dosen bahan ajar atas penilaian yang

diberikan.

8. Trismantara, S.Pd., selaku guru kelas IV SD N Ungaran II Yogyakarta atas

bantuan dalam penilaian.

9. Tria Ristantio, S.Pd.,selaku wali kelas IV A SD N Ungaran II Yogyakarta atas

(12)

10.Sukarim, S.Pd., selaku guru PKn SD N Ngasinan yang telah memberikan

penilaian.

11.Ibu dan Bapak tercinta yang telah memberikan doa serta dukungan kepada

peneliti sampai saat ini.

12.Teman-teman penelitian payung, Eka, Melan, Krisna, Fia, Janu, Fransi, Mita,

Hari, Niken, Pita dan Tere yang telah berjuang bersama-sama dalam

penelitian.

13.Sahabat-sahabat terkasih, Janu, Jepri, Ujang, Wisnu, Fajar, Andi, Candra, dan

Hesta atas dukungan dan semangat yang diberikan.

14.Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini

dengan penuh keikhlasan.

Semoga bantuan dan kebaikan hati dari pihak-pihak yang tertulis di atas

mendapat pengganti dari Tuhan YME.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari sempurna, namun demikian semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

pada khususnya dan bermanfaat bagi para pembaca padaumumnya.

Yogyakarta, 5Juli 2012

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

1.5. Pentingnya Pengembangan ... 5

1.6. Asumsi dan Batasan Pengembangan ... 6

1.7 Defisi Istilah ... 7

BAB II ... 9

KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1.1 Teori Perkembangan anak ... 10

2.1.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 13

2.1.3 Pendidikan Kewarganegaraan ... 19

(14)

2.2 Penelitian Pengembangan Relevan ... 26

2.3 Kerangka Berpikir ... 27

BAB III ... 30

METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Model Pengembangan ... 30

3.2 Prosedur Pengembangan ... 33

3.3 Validasi Desain ... 34

3.4 Jadwal Penelitian ... 37

BAB IV ... 38

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Hasil Analisis Kebutuhan ... 38

4.2 Desain Produk Awal ... 41

4.3 Hasil Validasi ... 42

4.4 Revisi Produk ... 45

4.5 Kajian Produk Akhir ... 47

BAB V ... 49

PENUTUP ... 49

5.1 Kesimpulan ... 49

5.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(15)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1. Kerangka Berpikir ... 28

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget ... 10

Tabel 2. Fase Tahapan PBM ... 18

Tabel 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 21

Tabel 4. Keterangan Kualifikasi Nilai dari Ahli ... 33

Tabel 5. Jadwal Penelitian... 37

Tabel 6. Angket Siswa Terhadap Kebutuhan Bahan Ajar Pembelajaran PKn Bagian II ... 39

Tabel 7. Data Diri Tim Ahli Penilai Produk Pengembanagan Instrumen Penilaian PKn... 43

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.Surat Ijin Penelitian ... 55

Lampiran 2.Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ... 56

Lampiran 3.Pedoman Wawancara ... 57

Lampiran 4.Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 64

Lampiran 5.Hasil Wawancara ... 67

Lampiran 6.Hasil Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 71

Lampiran 7. Contoh Jawaban Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 73

Lampiran 8.Hasil Validasi Tim Ahli ... 76

Lampiran 9.Silabus ... 100

Lampiran 10.RPP ... 104

Lampiran 11. Foto Hasil Observasi ... 120

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu ditunjang oleh

kinerja pendidikan yang bermutu tinggi. Pendidikan yang berkualitas sangat

diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu

bersaing di era globalisasi. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar

dalam membentuk karakter, perkembangan ilmu dan mental seorang anak, yang

nantinya akan tumbuh menjadi seorang manusia dewasa yang akan berinteraksi

dan melakukan banyak hal terhadap lingkungannya, baik secara individu maupun

sebagai makhluk sosial.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran

penting yang perlu diajarkan kepada siswa di sekolah dasar. Hal ini terbukti

bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diberikan sejak di bangku

Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi. Mata Pelajaran PKn merupakan

mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang

memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi

warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan

oleh Pancasila dan UUD 1945. Mata pelajaran PKn yang diajarkan di sekolah

dasar diharapkan dapat membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan

(19)

masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta

menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Seorang guru harus bisa memilih bahan ajar yang sesuai dalam

mengajarkan suatu konsep atau materi kepada siswa. Hal ini dimaksudkan agar

pembelajaran PKn lebih menarik perhatian dan mudah dipahami oleh siswa. Jika

siswa sudah menunjukan perhatian pada materi yang akan disampaikan, maka

akan mudah dalam memahami materi dan lebih aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 5 Januari 2012 peneliti

mengetahui bahwa SD Negeri Ungaran II Yogyakarta adalah SD yang cukup

unggul di Yogyakarta. SD Negeri Ungaran II yang beralamat di Jl. Serma Taruna

Ramli No 3 Kotabaru berada satu kompleks dengan SD Negeri Ungaran 1, SD

Negeri Ungaran 3, TK Bopkri Gondokusuman dan UPTD Kecamatan

Gondokusuman. SD ini merupakan SD Negeri yang memiliki akreditasi A, sarana

dan prasarana di SD Negeri ungaran II terbilang lengkap dan memadai. Dapat

dilihat dari seringnya SD tersebut menjadi tuan rumah berbagai perlombaan

tingkat SD.

Pada pelajaran PKn, bahan ajar yang digunakan terbatas pada paket dan

LKS. LKS yang digunakan hanya berisi soal-soal yang kurang membangkitkan

kreativitas siswa. Guru menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan

materi kepada siswa. Kegiatan belajar yang kurang variatif menyebabkan siswa

menjadi kurang tertarik dalam mengikuti kegiatan belajar sehingga sulit untuk

memahami materi. Selain itu, media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran

(20)

tanya jawab yang hanya mencakup ranah kognitif saja, sedangkan afektif dan

psikomotoriknya belum diukur dalam evaluasi.

Dari hasil pengamatan tersebut penulis menemukan bahwa metode

ceramah pada pembelajaran PKn tidak memunculkan partisipasi belajar yang

maksimal bagi siswa. Siswa cenderung diam, jenuh, dan menerima begitu saja

materi yang disampaikan guru. Tidak ada bahan ajar lain yang digunakan selain

buku paket dan LKS. Dalam wawancara dengan guru kelas, beliau mengharapkan

bahan ajar yang lebih menarik dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa, penulis menemukan bahwa siswa

mengharapkan bahan ajar yang banyak menampilkan gambar-gambar. Menurut

mereka bahan ajar dengan banyak gambar akan lebih menarik daripada bahan ajar

yang hanya berupa tulisan saja. Hal ini didukung dengan pernyataan guru yang

membenarkan hal tersebut.

Pengembangan bahan ajar diharapkan dapat memberikan motivasi belajar

terhadap siswa sehingga berdampak pula pada peningkatan prestasi belajarnya.

Bahan ajar PKn yang digunakan pada siswa kelas IV A SD Negeri Ungaran II

masih kurang inovatif sehingga prestasi belajar siswa kurang maksimal. Maka dari

itu, peneliti mengembangkan bahan ajar PKn dengan model pembelajaran

berbasis masalah. Pengembangan bahan ajar PKn dengan model pembelajaran

berbasis masalah diharapkan menjadi salah satu alternatif dalam usaha

(21)

1.2. Rumusan Masalah

Seperti apakah bahan ajar yang inovatif untuk pembelajaran PKn yang

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk siswa kelas IV SD

Negeri Ungaran II Yogyakarta?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut peneliti merumuskan tiga

pertanyaan, ketiga pertanyaan adalah sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana bahan ajar PKn yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas IV

A SD Negeri Ungaran II Yogyakarta semester 2?

1.2.2 Bagaimana pengembangan bahan ajar yang inovatif untuk pembelajaran

PKn berdasarkan teori belajar dan model pembelajaran berbasis masalah

untuk siswa kelas IV SD Negeri Ungaran II Yogyakarta semester 2?

1.2.3 Bagaimana langkah-langkah pengembangan bahan ajar yang inovatif pada

pembelajaran PKn untuk siswa kelas IV SD Negeri Ungaran II

Yogyakarta?

1.3. Tujuan Penelitian

Menghasilkan bahan ajar yang inovatif untuk pembelajaran PKn yang

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk siswa kelas IV SD

Negeri Ungaran II Yogyakarta.

1.3.1 menghasilkan bahan ajar PKn yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas

IV A SD Negeri Ungaran II Yogyakarta semester 2.

1.3.2 Menghasilkan pengembangan bahan ajar yang inovatif untuk pembelajaran

PKn berdasarkan teori belajar dan model pembelajaran berbasis masalah

(22)

1.3.3 Mengetahui cara pengembangan bahan ajar yang inovatif pada

pembelajaran PKn untuk siswa kelas IV SD Negeri Ungaran II

Yogyakarta.

1.4. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan berupa buku bahan ajar PKn dengan model

pengembangan berbasis masalah untuk kelas IV semester 2 SD Negeri Ungaran

II. Bahan ajar dalam bentuk LKS yang sesuai dengan SK dan KD tentang

globalisasi. LKS berisi kegiatan belajar siswa yang dilakukan di dalam dan di luar

kelas sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah. Disertakan juga

gambar-gambar yang relevan agar LKS menjadi lebih menarik untuk siswa. Selain

itu, LKS juga dilengkapi dengan informasi tambahan, evaluasi, refleksi, dan

penugasan.

1.5. Pentingnya Pengembangan 1.5.1. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bekal mengajar untuk

menciptakan dan mengembangkan kualitas bahan ajar di sekolah sesuai

dengan kebutuhan dan perkembangan siswa kelas IVA SD N Ungaran 2

Yogyakarta.

1.5.2. Bagi guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam usaha

mengembangkan bahan ajar PKn yang lebih inovatif dengan menggunakan

model Pembelajaran Berbasis Masalah di Kelas IVA SD N Ungaran II

(23)

1.5.3. Bagi siswa

Dapat memberikan sesuatu yang baru dan juga meningkatkan minat dan

prestasi belajar siswa terhadap pelajaran PKn di sekolah.

1.5.4. Bagi kepala sekolah

Memberikan wacana baru kepada kepala sekolah tentang pengembangan

bahan ajar .

1.6. Asumsi dan Batasan Pengembangan 1.6.1. Asumsi

1.6.1.1 Jika penelitian ini dilaksanakan dengan baik maka akan menjawab

kebutuhan peserta didik dan guru.

1.6.1.2 Jika produk bahan ajar ini dikembangkan dengan model pembelajaran

berbasis masalah maka akan menciptakan pembelajaran yang efektif.

1.6.1.3 Jika produk bahan ajar ini dikembangkan dengan model pembelajaran

berbasis masalah maka akan mampu memberikan stimulus siswa dan rasa

ingin tahu dalam mempelajari materi PKn.

1.6.1.4 Jika produk bahan ajar ini dikembangkan dengan model pembelajaran

berbasis masalah maka akan dapat meningkatkan motivasi karena

menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa dalam belajar.

1.6.2. Batasan Pengembangan

Pengembangan yang dilakukan hanya terbatas pada pembelajaran PKn

dengan model pembelajaran berbasis masalah untuk siswa kelas IV semester 2 SD

Negeri Ungaran II Yogyakarta. Materi yang dikembangkan sesuai dengan SK dan

(24)

yang merupakan revisi dari desain produk awal berdasarkan validasi desain oleh

ahli.

1.7 Defisi Istilah 1.7.1 Pengembangan

Pengembangan adalah suatu kegiatan usaha yang sistematis untuk

menghasilkan bahan ajar berupa modul atau LKS agar kegiatan

pembelajaran PKn dapat efektif, efisien, dan sesuai karakteristik siswa

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

1.7.2 Bahan ajar

Bahan ajar atau materi ajar adalah seperangkat materi atau substansi

pembelajaran dalam bentuk modul atau LKS yang disusun secara sistematis,

yang menampilkan kompetensi yang harus dikuasai siswa serta kegiatan

yang harus dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

1.7.3LKS

LKS adalah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga

siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersbut secara mandiri.

1.7.4Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu bidang ilmu atau mata

pelajaran yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan logika, daya nalar,

dan kecerdasan peserta didik untuk dapat menentukan sikap dalam hidup

berbangsa dan bernegara sebagai landasan penanaman dan pengembangan

(25)

1.7.4 Model pembelajaran berbasis masalah

Model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pengajaran yang

menggunakan masalah di dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa

untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan dalam pemecahan

masalah.

1.7.5Prototipe

Prototipe adalah suatu contoh produk yang akan dikembangkan yang pada

akhirnya dapat diterapkan sesuai tujuan dikembangkannya produk tersebut.

Produk dalam penelitian dan pengembangan ini adalah LKS untuk kelas IV

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk bahan ajar PKn

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk siswa kelas IV

semester 2 SD Negeri Ungaran II Yogyakarta. Produk bahan ajar dikembangkan

menggunakan landasan teori sebagai berikut: 1) teori perkembangan, 2) teori

pembelajaran berbasis masalah, 3) hakekat dan tujuan pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan, 4) globalisasi, dan 5) bahan ajar.

Subjek pengembangan produk bahan ini adalah siswa kelas IV semester 2

SD Negeri Ungaran II Yogyakarta. Maka dari itu peneliti harus mengetahui

tingkat perkembangan siswa berdasarkan teori perkembangan Piaget, teori

perkembangan Kolhberg, dan teori perkembangan Vygotsky. Di dalam kegiatan

belajar mengajar ada interaksi antara guru dengan siswa sehingga dibutuhkan teori

belajar konstruktivisme dan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang

digunakan adalah model pembelajaran berbasis masalah. Penelitian ini mengambil

mata pelajaran PKn dengan materi globalisasi. Pembelajaran menggunakan bahan

ajar yang inovatif dapat mengaktifkan siswa dan mempermudah siswa memahami

(27)

2.1.1 Teori Perkembangan anak

2.1.1.1 Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Piaget dalam Suparno (1997) mengatakan bahwa ada empat taraf

perkembangan kognitif seseorang: (1) Taraf sensori motor, berkembang pada anak

sejak lahir sampai 2 tahun. Selama taraf ini, seorang anak belum berpikir dan

menggambarkan suatu kejadian atau objek secara konseptual meskipun

perkembangan kognitif sudah mulai ada. (2) Pra operasional, pada anak umur 2-7

tahun mulailah berkembang kemampuan berbahasa dan beberapa bentuk

kemampuan. Penalaran pra logika juga mulai berkembang. (3) Taraf operasional

konkret, umur 7-11 tahun. Anak memperkembangkan kemampuan menggunakan

pemikiran logis dan dalam berhadapan dengan persoalan-persoalan yang konkret.

(4) Taraf operasional formal, umur 11-15 tahun. Anak sudah memperkembangkan

pemikiran abstrak, dan penalaran pemikiran logis untuk macam-macam persoalan.

Taraf perkembangan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Perkembangan Kognitif menurut Piaget

Usia (tahun)

Tahap

Perkembangan Perubahan Perilaku

0 – 2 Sensori Motor Kemampuan berpikir baru melalui gerakan atau

perbuatan. Perkembangan panca indra sangat

berpenaruh dalam diri mereka. Keinginan

terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh atau memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Pada usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah

“menangis”. Memberi pengetahuan pada mereka

pada usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan

menggunakan gambar sebagai alat peraga,

melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak.

2 – 7 Praoperasional Kemampuan skema kognitif masih terbatas, suka

(28)

perilaku orang tua dan guru yang pernah dia lihat ketika orang itu merespon terhadap perilaku orang, keadaan dan kejadian yang dihadapi pada masa lampau. Mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu

pula mengekspresikan kalimat pendek secara efektif.

7 – 11 Operasional

Konkret

Usia ini sudah mulai memahami aspek-aspek komulatif materi, misalnya volume dan jumlah.

Mempunyai kemampuan memahami cara

mengkombinasikan beberapa golongan benda yang tingkatannya bervariasi.

Sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret.

11 – ke atas

Operasional Formal

Telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif, secara serentak maupun berurutan. Misalnya kapasitas merumuskan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Kapasitas merumuskan hipotesis dapat membuat siswa mampu berpikir memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan, sedangkan kapasitas dengan menggunakan prinsip-prinsip abstrak, siswa akan mampu mempelajari materi pelajaran yang abstrak, seperti agama, matematika dan

lainnya.

Dalam keempat taraf kognitif di atas pemahaman seseorang berkembang.

Karena pemahamanberkembang dalam taraf perkembangan kognitif seseorang,

maka pemahaman seorang anak mengenai suatu kejadian atau objek tidak seirama

dengan pemahamanyang dimiliki orang tua.

2.1.1.2 Teori Perkembangan Afektif Kohlberg

Kohlberg dalam Crain (2007) mengatakan bahwa tahap perkembangan

moral anak ada enam, yaitu tahap kepatuhan dan orientasi hukuman,

individualisme dan pertukaran, hubungan-hubungan antara pribadi yang

baik,memelihara tatanan sosial, kontrak sosial hak-hak individual, dan prinsip

(29)

ini anak-anak melakukan hal-hal yang benar-benar berarti mematuhi otoritas dan

menghindari penghukuman. Selanjutnya anak-anak memasuki tahap yang kedua

yaitu individualisme dan pertukaran. Anak-anak tidak lagi begitu terkesan oleh

satu otoritar tunggal, mereka melihat keberadaan sisi sisi yang berbeda setiap

masalah. Karena segala sesuatunya relatif, kita bebas mengejar kepentingan

sendiri, meskipun sering kali berguna jika membuat kesepakatan dan pertukaran

dengan orang lain. Pada tahap berikutnya, anak-anak membentuk

hubungan-hubungan antara pribadi yang baik. Mereka menekankan menjadi pribadi yang

baik, yang pada dasarnya berarti memiliki motif-motif yang bisa membantu

menuju hubungan intim antar pribadi.

Tahap yang keempat adalah memelihara tatanan sosial. Kepedulian yang

ada pada tahap 3 bergeser menuju mematuhi hukuman untuk mempertahankan

masyarakat secara keseluruhan. Berikutnya adalah kontrak sosial hak-hak

individual. Tahap ini menekankan hak-hak dasar dan proses demokratis yang

memberikan kesempatan setiap orang untuk mengutarakan pendapatnya. Yang

terakhir adalah prinsip-prinsip universal. Yaitu menentukan prinsip-prinsip di

mana sebuah kesepakatan diambil hanya jika paling adil bagi semua pihak.

Keenam tahap tersebut masuk ke dalam tiga tingkatan yaitu moralitas pra

konvensional, konvensional, dan pasca konvensional. Tingkatan pra konvensional

meliputi tahap satu dan tahap dua. Tingkatan selanjutnya yaitu konvensional

meliputi tahap tiga dan tahap empat. Dan pada tingkatan pasca konvensional

(30)

2.1.1.3 Teori Perkembangan Vigotsky

Piaget bukanlah satu-satunya tokoh yang menjelaskan tentang teori

perkembangan anak. Tokoh lain yang menjelaskan teori tersebut adalah Vygotsky.

Vygotsky dalam Santrock (2008) mengatakan bahwa fungsi-fungsi mental

mempunyai hubungan eksternal atau hubungan sosial. Vygotsky menyatakan

bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep yang lebih sistematis, logis,

dan rasional. Di dalam teori Vygotsky orang lain dan bahasa memainkan peran

kunci dalam perkembangan kognitif seorang anak.

Selain itu, Vygotsky dalam Santrock (2008) juga mengatakan bahwa

perkembangan kognitif anak tercermin pada konsep zona perkembangan

proksimal yaitu untuk kisaran tugas-tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai anak

sendirian tetapi dapat dikuasai dengan bimbingan dan bantuan dari orang dewasa

atau anak yang lebih terampil. Zona perkembangan proksimal memiliki batas

bawah dan batas atas. Batas atas adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang

dapat diterima anak dengan bantuan seorang pengajar yang berkompeten. Batas

bawah adalah tingkat pemecahan masalah yang dapat diraih pada tugas-tugas ini

dengan dilakukan sendiri.

2.1.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah 2.1.2.1 Teori Belajar Konstruktivisme

Von Glasersveld dalam Suparno (2007) membedakan tiga taraf

konstruktivisme, yaitu realisme radikal, realisme hipotesis, dan konstruktivisme

yang biasa. Konstruktivisme radikal berpegang pada pikiran bahwa kita hanya

dapat mengetahui apa yang dibentuk dalam pikiran kita. Bentukan itu harus

(31)

hipotesis menjelaskan bahwa pengetahuan (ilmiah) kita dipandang sebagai suatu

hipotesis dari suatu struktur kenyataan dan berkembang menuju suatu

pengetahuan yang sejati, yang dekat dengan realitas. Taraf yang ketiga adalah

konstruktivisme yang biasa. Aliran ini tidak mengambil semua konsekuensi

konstruktivisme. Menurut aliran ini, pengetahuan kita merupakan gambaran dari

realitas itu. Pengetahuan kita dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk

dari kenyataan suatu objek dalam dirinya sendiri.

Berdasarkan paham konstruktivisme dalam proses belajar mengajar guru

tidak hanya menstransfer pengetahuan yang dimikinya kepada siswa atau dengan

kata lain siswa harus membangun suatu pengetahuan yang didasarkan pada

pengalamannya masing-masing. Pembelajaran merupakan hasil dari peserta didik

tersebut dalam membina ilmu pengetahuan. Pola pembinaan ilmu pengetahuan di

sekolah merupakan skema, yaitu aktifitas mental yang digunakan oleh peserta

didik sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan. Sukarjo

(2009) mengungkapkan bahwa teori konstruktivisme adalah suatu proses

pembelajaran yang mengondisikan siswa untuk melakukan proses aktif

membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkan

data.

Piaget dalam Suparno (1997) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan

suatu konstruksi (bentukan) dari kegiatan/ tindakan seseorang. Piaget

membedakan adanya tiga macam pengetahuan, yaitu: 1) pengetahuan fisis adalah

pengetahuan akan sifat-sifat fisis suatu objek, seperti bentuk, besar, berat dan

bagaimana atas suatu objek, 2) pengetahuan matematis-logis adalah pengetahuan

(32)

kejadian tertentu, dan 3) pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang

pengetahuan yang didapatkan dari kelompok budaya dan sosial yang secara

bersama menyetujui sesuatu misalnya norma atau nilai.

Suparno (2007) juga membedakan tiga macam konstruktivisme

berdasarkan siapa atau apa yang menentukan dalam pembentukan pengetahuan.

Pertama, konstruktivisme psikologis personal yang lebih menekankan bahwa

pribadi seseorang sendirilah yang mengkonstruksikan pengetahuan. Kedua,

konstruktivisme sosiologis yang lebih menekankan masyarakat sebagai

pembentuk pengetahuan. Ketiga, sosiokulturalisme yang menggunakan keduanya,

yaitu konstruksi personal dan sosial. Bahwa dalam pembentukan pengetahaun

kedua aspek itu berkaitan.

Berdasarkan uraian di atas, teori belajar konstruktivisme adalah kegiatan

pembelajaran dimana pengetahuan yang didapatkan oleh peserta didik merupakan

pengetahuan yang mereka dapatkan sendiri secara aktif sehingga terjadi

perubahan menuju konsep yang lebih rinci, lengkap, dan sesuai. Pendidik hanya

menjadi fasilitator saja, yang menyediakan sarana yang salah satunya berupa

bahan ajar dan situasi agar proses konstruksi peserta didik dapat berjalan sesuai

dengan situasi yang konkret. Maka dari itu strategi mengajar perlu disesuaikan

dengan kebutuhan peserta didik.

2.1.2.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah A. Pengertian

Dutch (dalam Amir) mengatakanbahwa PBL merupakan metode

instruksional yang menantang mahasiswa agar belajar untuk belajar.

(33)

nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan

serta kemampuan analisis mahasiswa dan inisiatif atas materi

pembelajaran. PBL mempersiapkan siswa untuk berfikir kritis dan

analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran

yang sesuai.

Menurut Tan dalam Rusman (2011), pembelajaran berbasis

masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang

diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia

nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan

kompleksitas yang ada.

Ibrahim dan Nur dalam Rusman (2011) mengatakan bahwa

pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan

pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi

siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata,

termasuk di dalamnya belajar bagaiman belajar.

Moffit dalam Rusman (2011) mengemukakan bahwa pembelajaran

berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa

untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan

masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi

dari materi pelajaran.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

(34)

dunia nyata yang dimaksudkan agar siswa dapat berpikir kritis dan

analitis dalam mencari solusi dan menemukan pengetahuan yang baru.

B. Karakteristik

Tan dalam Rusman (2011) mengatakan bahwa karakteristik dalam

PBM adalah permasalahan menjadi starting point dalam belajar.

Permasalahan yang diangkat merupakan permasalahan dunia nyata

yang tidak terstruktur dan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective). Selain itu juga menantang pengetahuan yang dimiliki oleh

siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi

kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar. Belajar pengarahan

diri menjadi hal yang utama. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang

beragam, penggunaannya dan evaluasi sumber informasi merupakan

proses yang esensial dalam PBM.

Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.

Pengembangan keterampilan inquiri dan pemecahan masalah sama

pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi

dari sebuah permasalahan. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi

sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar. PMB melibatkan

evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar. C. Langkah

Menurut Amir (2009), ada tujuh langkah yang dilakukan dalam

setiap kelompok kecil yaitu yang pertama mengklarifikasi istilah dan

konsep yang belum jelas. Setelah itu merumuskan masalah dan

(35)

menganalisisnya secara sitematis. Langkah yang keenam yaitu

menformulasi tujuan pembelajaran. Terakhir adalah mensintesa

(menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan Membuat laporan

untuk dosen/ kelas.

Ibrahim dan Nur (2000) dan Ismail (2002) dalam Rusman

mengemukakan bahwa langkah-langkah PBM adalah:

Tabel 2 Fase Tahapan PBM

Fase Idikator Tingkah Laku Guru

1 Orientasi siswa pada

masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah

2 Mengorganisasi siswa

untuk belajar

Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

3 Membimbing

pengalaman individu atau kelompok

Mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai, melakukan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan

pemecahan masalah.

4 Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.

5 Menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dengan proses yang mereka gunakan

D. Tujuan

Pembelajaran berdasarkan permasalahan memiliki tujuan

membantu siswa mengembangkan ketrampilan berpikir dan ketrampilan

memecahkan masalah. Secara sederhana berpikir didefinisikan sebagai

(36)

diartikan sebagai kegiatan menganalisis, mengkritik, dan mencapai

kesimpulan berdasar pada interferensi atau pertimbangan.

Model pembelajaran berbasis masalah dengan sendirinya akan

mengembangkan kemampuan siswa dalam menghadapi masalah. Siswa

dilatih menemukan permasalahan dari hal yang dihadapinya serta

merumuskan dengan jelas. Berdasarkan permasalahan yang yang telah

dirumuskan dengan jelas diharapkan siswa terlatih dalam

kemungkinan-kemungkinan jawaban, dan mampu memilih jawaban yang terbaik

(sebagai hipotesis), dan selanjutnya menguji jawaban tersebut, serta

selanjutnya mengevaluasinya.

Pembelajaran berbasis permasalahan tidak dirancang untuk

membantu guru memberikan informasi kepada siswa sebanyak-banyaknya

kepada siswa, namun diharapkan dapat membantu siswa mengembangkan

kemampuan berfikir, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan

belajar otonom dan mandiri, serta bekerjasama.

2.1.3 Pendidikan Kewarganegaraan

2.1.3.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Wahab (1995) PKn dapat diartikan sebagai mata pelajaran yang

digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur

dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia.Nilai-nilai tersebut

diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari

peserta didik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, dan

(37)

Wahab (1995) mengatakan bahwa nilai-nilai moral Pancasila yang dapat

diwujudkan melalui PKn dengan menekankan pada sikap patriotisme antara lain

adalah rela berkorban,berani dan jujur dalam membela kebenaran,menggunakan

bahasa Indonesia secara baik dan benar, dancinta produksi dalam negeri serta

menumbuhkan sikap untuk mampu bersaing dan menjadi keunggulan sebagai

bangsa dalam menghadapi era globalisasi dan informasi agar dapat hidup secara

baik dalam era pasar bebas dunia pada masa yang akan datang. Pendidikan nilai

paling tidak meliputi empat dimensi utama.Dimensi-dimensi yang dimaksud

adalah menemukan nilai-nilai inti pribadi dan masyarakat, inkuiri filosofis dan

rasional terhadap nilai inti tersebut, respon afektif atau emotif terhadap

nilai-nilai inti tersebut, pembuatan keputusan yang berkaitan dengan nilai-nilai-nilai-nilai dasar

berdasarkan inkuiri dan respon.

2.1.3.2Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di SD

Menurut Fathurrohman (2010) tujuan mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sbagai

berikut.Pertama adalah berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam

menanggapi isu kewarganegaraan.Tujuan yang kedua adalah berpartisipasi secara

bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Selanjutnya berkembang secara positif

dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter

masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa

(38)

percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi.

2.1.3.3 Ruang Lingkup PKn

BSNP dalam Fathurrohman (2011) mengatakan bahwa ruang lingkup mata

pelajaran PKn meliputi aspek persatuan dan kesatuan bangsa; norma, hukum dan

peraturan; hak asasi manusia; kebutuhan warga negara; konstitusi Negara;

kekuasaan dan politik; Pancasila; dan globalisasi.

2.1.3.4 SK dan KD PKn di SD

Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran PKn semester 2

dengan materi globalisasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

4. Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya.

4.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di

lingkungannya

4.2 Mengidentifikasi jenis budaya Indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan Internasional. 4.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh

globalisi yang terjadi di lingkunganya.

2.1.4 Bahan Ajar

2.1.4.1 Pengertiam Bahan Ajar

Menurut National Centre for Competency Based Training dalam Andi

(2011), bahan ajar adalah segala bahan yang digunakan unuk membantu guru atau

instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang

dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tak terulis.Pandangan dari ahli

(39)

secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta lingkungan

atau suasana yang memungkinkan peserta didik utuk belajar.

Ada juga yang berpendapat bahwa bahan ajar adalah informasi, aat, dan

teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan penelaahan

implementasi pelajaran. Pannen dalam Andi (2011) mengungkapkan bahwa bahan

ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis,

yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Dari beberapa pandangan mengenai pengertian bahan ajar tersebut, Andi

(2011) menyimpulkan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi,

alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh

dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses

embelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi

pembelajaran. Misalnya buku pelajaran, modul, handout, LKS, model atau maket,

bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, dan sebagainya.

Sekarang banyak buku atau program audio, video, serta komputer yang

berisi materi pelajaran yang dirancang secara sistematis.Walaupun dijual bebas di

pasaran, bahan-bahan ini bisa disebut sebagai bahan ajar.Namun, jika tidak

dirancang secara sistematis, maka kita tidak bisa menyebutnya sebagai bahan ajar,

walaupun bahan ini mengandung materi pelajaran.Itulah letak perbedaan antara

(40)

2.1.4.2 Manfaat Bahan Ajar

Menurut Andi (2011), manfaat pembuatan bahan ajar dapat dibedakan

menjadi dua macam, yaitu kegunaan bagi pendidik dan kegunaan bagi peserta

didik. Kegunaan bagi pendidik yaitu pendidik akan memiliki bahan ajar yang

dapat membantu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Kemudian bahan ajar

dapat diajukan sebagai karya yang dinilai untuk menambah angka kredit pendidik

guna keperluan kenaikan pangkat.Selain itu juga dapat menambah penghasilan

bagi pendidik jika hasil karyanya diterbitkan.

Sedangkan kegunaan bagi peserta didik adalah apabila bahan ajar tersedia

bervariasi, inovatif, dan menarik, maka paling tidak ada tiga kegunaan bahan ajar

bagi peserta didik yaitu kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik; peserta

didik lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan

bimbingan pendidik; dan peserta didik mendapatkan kemudahan dalam

mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.

2.1.4.3 Unsur-unsur Bahan Ajar

Menurut Andi (2011), bahan ajar merupakan susunan atas bahan-bahan

yang berhasil dikumpulkan dan berasal dari berbagai sumber belajar yang dibuat

secara sistematis. Oleh karena itu bahan ajar mengandung unsur-unsur

tertentu.Untuk mampu membuat bahan ajr yang baik, kita tentu harus memahami

unsur-unsur tersebut. Komponen-komponen yang berkaitan dengan unsur-unsur

tersebut antara lain petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi

pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja atau lembar kerja, dan evaluasi.

Komponen yang pertama adalah petunjuk belajar.Komponen ini meliputi

(41)

bagaimana pendidik sebaiknya mengajarkan materi kepada peserta didik dan

bagaimana pula sebaiknya peserta didik sebaiknya mempelajari materi yang ada

dalam bahan ajar tersebut. Komponen selanjutnya yaitu kompetensi yang akan

dicapai. Maksud komponen kedua ini adalah kompetensi yang akan dicapai oleh

siswa. Sebagai pendidik, kita harus menjelaskan dan mencantumkan dalam bahan

ajar yang kita susun tersebut dengan standar kompetensi, kompetensi dasar

maupun indikator pencapaian hasil belajar yang harus dikuasai peserta

didik.Dengan demikian, jelaslah tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik.

Informasi pendukung merupakan bagaimana informasi tambahan yang

dapat melengkapi bahan ajar, sehingga peserta didik akan semakin mudah untuk

menguasai pengetahuan yang akan mereka peroleh. Selain itu, pengetahuan yang

diperoleh peserta didik pun akan semakin komprehensif. Komponen keempat

merupakan suatu bentuk tugas yang diberikan kepada peserta didik untuk melatih

kemampuan mereka setelah mempelajari bahan ajar. Dengan demikian,

kemampuan yang mereka pelajari akan semakin terasah dan terkuasai dengan

matang.

Petunjuk kerja atau lembar kerja adalah satu lembar atau beberapa lembar

kertas yang berisi sejumlah langkah prosedural cara pelaksanaan aktivitas atau

kegiatan tertentu yang harus dilakukan oleh peserta didik berkaitan dengan praktik

dan lain sebagainya. Komponen yang terakhir adalah evaluasi yang merupakan

salah satu bagian dari proses penilaian. Sebab, dalam komponen evaluasi terdapat

sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada peserta didik untuk mengukur

seberapa jumlah penguasaan kompetensi yang berhasil mereka kuasai setelah

(42)

efektivitas bahan ajar yang kita buat maupun proses pembelajaran yang mita

selenggarakan pada umumnya. Jika kemudian dipandang masih banyak peserta

didik yang masih belum menguasai, maka diperlukan perbaikan dan

penyempurnaan kegiatan pembelajaran.

2.1.4.4 Cara Penyusunan Bahan Ajar

Masalah yang biasa dialami oleh para pendidik dalam menyusun bahan

ajar adalah tidak dikuasainya cara pembuatan bahan ajar. Hal ini disebabkan

petunjuk atau panduan pembuatan bahan ajar yang ada selama ini susah dipahami,

sehingga para pendidik jarang membuat bahan ajar sendiri. Maka dari itu wajar

jika para pendidik kurang mampu mengembangkan bahan ajar sendiri.

Menurut Andi (2011), langkah-langkah utama penyusunan bahan ajar

terdiri dari tiga tahap penting yang meliputi analisis kebutuhan bahan ajar,

menyusun peta bahan ajar, dan membuat bahan ajar berdasarkan struktur

masing-masing bentuk bahan ajar.

Analisis kebutuhan bahan ajar adalah suatu proses awal yang dilakukan

dalam menyusun bahan ajar. Di dalamnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu analisis

terhadap kurikulum, analisis sumber belajar, dan penentuan jenis serta judul bahan

ajar. Keseluruhan proses tersebut menjadi bagian integral dari suatu proses

pembuatan proses bahan ajar yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Langkah pertama

yaitu menganalisis kurikulum.Ditujukan untuk menetukan

kompetensi-kompetensi yang memerlukan bahan ajar.Dengan demikian bahan ajar yang kita

buat benar-benar diharapkan mampu membuat peserta didik menguasai

kompetensi yang telah ditentukan.Selanjutnya adalah menganalisis sumber

(43)

akandigunakan sebagai bahan untuk penyusunan bahan ajar perlu dilakukan

analisis. Adapun kriteria analisis terhadap sumber belajar tersebut dilakukan

berdasarkan ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam

memanfaatkannya.Caranya adalah dengan menginventarisasi ketersediaan sumber

belajar yang dikaitkan dengan kebutuhan.Langkah yang terakhir adalah memilih

dan menentukan bahan ajar.Langkah ketiga ini bertujuan memenuhi salah satu

kriteria bahwa bahan ajar harus menarik dan dapat membantu peserta didik untuk

mencapai kompetensi. Langkah-langkah yang hendaknya kita lakukan antara lain

menentukan dan membuat bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan

kecocokan dengan kompetensi dasar yang akan diraih oleh peserta didik; serta

menetapkan jenis dan bentuk bahan ajar berdasarkan analisis kurikulum dan

analisis sumber bahan.

Arif dan Napitupulu dalam Andi (2011) mengatakan bahwa ada empat hal

penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bentuk bahan ajar, yaitu

kebutuhan dan tingkat kemampuan awal para peserta didik yang menjadi sasaran

pembelajaran, tempat dan keadaan dimana bahan ajar akan digunakan, metode

penerapan dan penjelasannya, serta biaya proses dan produksi serta alat-alat yang

digunakan untuk memproduksi bahan ajar.

2.2 Penelitian Pengembangan Relevan

2.2.1 Dwi Priyono Utomo pada tahun 2008 melakukan penelitian yang berjudul

“Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah pada Pembelajran Matematika di SD”. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan

proses dan hasil pengembangan perangkat pembelajaran berbasis masalah

(44)

adalah 1) rencan pembelajaran berbasis masalah, 2) buku siswa, 3) evaluasi

dan lembar kerja siswa yang disusun berdasarkan pembelajaran berbasis

masalah.

2.2.2 Khotimah, Ihda A’yunil (2010) dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar

IPS Kelas IV MI Terintegrasi dengan Nilai Akidah, Syariah dan Akhlak” menghasilkan bahan ajar IPS kelas IV MI dengan rata-rata skor uji

kelayakan 4.18 kategori baik.

2.2.3 Masrukhi (2010) dengan judul “Revitalisasi Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan sebagai Pembangun Karakter Melalui Pemberdayaan Kultur Sekolah” menyimpulkan (1) model konfigurasi terbangun oleh variabel laten eksogen berupa apresiasi guru, kepemimpinan kepala

sekolah, kultur sekolah, dan rancangan pembelajaran (2) pembangunan

karakter, lebih banyak terbangun oleh kultur sekolah dan kepemimpinan

kepala sekolah.

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran adalah proses kegiatan belajar, dimana kegiatan belajar yang

dimaksud yaitu berkaitan dengan usaha untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Bahan ajar diperlukan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar

merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis, yang menampilkan

kompetensi yang harus dikuasai siswa serta kegiatan yang harus dilakukan siswa

dalam kegiatan pembelajaran. Bahan ajar yang inovatif dapat membantu siswa

menjadi aktif, berpikir secara kritis, dan mencapai tingkat perkembangan siswa

(45)

ajar kini terkadang kurang inovatif sehingga materi belum tentu dipahami dengan

(46)

Bagan 1. Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal bahan ajar PKn untuk kelas IV SD Negeri Ungaran II

belum sesuai dengan teori belajar siswa dan model pembelajaran yang inovatif,

sehingga siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran.

Teori perkembangan anak yang digunakan adalah teori Piaget, teori

Kohlberg, dan teori Vygotsky. Berdasarkan teori perkembangan, siswa berpikir

mulai dari yang konkrit menuju ke yang abstrak. Selain itu bahan ajar yang dibuat

juga memperhatikan teori belajar konstruktivisme yang intinya bahwa siswa yang

belajar dan guru hanya sebagai fasilitator. Teori bahan ajar juga digunakan untuk

pemilihan bahan ajar yang baik dan sesuai.

Penggunaan model pembelajaran yang digunakan untuk pengembangan

produk bahan ajar adalah model pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran

berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang digunakan

untuk merangsang berfikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi

pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Pada

model ini siswa diajak untuk berpikir menemukan permasalahan yang ada dalam

sebuah fakta/ kasus dan kemudian memecahkan masalah tersebut. Teori Belajar

Teori perkembangan Piaget, Vygotsky, dan Kohlberg Teori belajar konstruktivisme. Teori bahan ajar

Kondisi awal siswa SD N Ungaran II Yogyakarta

Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(47)

Agar suatu pembelajaran dapat berjalan lancar dan variatif maka

diperlukan bahan ajar yang inovatif. Bahan ajar yang dibuat adalah bahan ajar

yang sesuai dengan analisis kebutuhan, teori belajar, dan menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah. Peneliti ingin mengembangkan bahan ajar PKn

berupa buku Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan model pembelajaran berbasis

masalah. LKS merupakan bahan ajar yang dikemas sedemikian rupa, sehingga

siswa diharapkan dapat mempelajari materi materi ajar tersebut secara mandiri.

Buku LKS ini dirancang menarik, sehingga diharapkan dengan bahan ajar tersebut

pembelajaran PKn kelas IV semester 2 pada standar kompetensi menunjukkan

sikap terhadap globalisasi di lingkungannya dapat meningkatkan ketercapaian

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Model Pengembangan

Penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan yang termasuk ke

dalam jenis penelitian kualitatif. Dalam bahasa inggris sering disebut Research

and Development (R&D) yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiono,

2009: 297). Borg & Gall (1983) dalam Setyosari (2010) memaparkan bahwa

penelitian pengembangan merupakan suatu proses yang dipakai untuk

mengembangkan dan menvalidasi produk pendidikan. Dalam penelitian

pengembangan terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan. Sugiyono (2009)

menerangkan bahwa dalam langkah dalam penelitian pengembangan adalah: 1)

potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain,

5) revisi desain, 6) ujicoba produk, 7) revisi produk, 8) ujicoba pemakaian, 9)

revisi produk, 10) produk massal. Sedangkan langkah penelitian pengembangan

menurut Setyosari (2010) terdiri atas kajian tentang penelitian temuan produk

yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan tersebut,

melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar di mana produk tersebut akan

dipakai, dan melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan.

Peneliti menggunakan penelitian pengembangan karena penelitian ini

bermaksud untuk menghasilkanprototipe produk tertentu. Prototipe produk yang

(49)

pedoman untuk melakukan kegiatan pembelajaran sesuai kebutuhan

tingkatperkembangan siswa dan sesuai dengan kegiatan belajar siswa kelas IV A

SD N Ungaran II Yogyakarta.

Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan langkah penelitian yang

sama persis dengan Sugiyono ataupun Setyosari. Peneliti memodifikasi

langkah-langkah pengembangan yang sudah ada. Langkah-langkah-langkah yang dilakukan oleh

peneliti pada penelitian ini adalah: 1) potensi dan masalah, 2) analisis kebutuhan,

3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi produk, 6) prototipe produk.

dengan alur sebagai berikut:

Bagan 2. Langkah-langkah Model Pengembangan

Penelitian ini dimulai dari potensi dan masalah yang ada pada siswa kelas

IV A SD N Ungaran II Yogyakarta. Potensi dan masalah yang ada kemudian

dikembangkan sebagai objek penelitian. Untuk mengetahui potensi dan masalah

yang ada di kelas IV A SD N Ungaran II Yogyakarta, peneliti melakukan analisis

kebutuhan. Potensi dan

masalah

Analisis kebutuhan

Desain produk

(50)

Analisis kebutuhan peneliti lakukan untuk mengumpulkan data dan

informasi berdasarkan potensi dan masalah yang ada. Analisis kebutuhan peneliti

lakukan dengan tiga cara yaitu observasi kelas, wawancara dengan guru, dan

angket untuk siswa. Data yang diperoleh pada analisis kebutuhan dugunakan

sebagai acuan untuk membuat desain produk. Observasi kelas dilakukan secara

langsung untuk melihat fenomena yang nampak di dalam kelas. Sebelum

melakukan wawancara, peneliti merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang

berhubungan dengan analisa kebutuhan dan sesuai dengan teori. Angket untuk

memperoleh analisis kebutuhan dibuat peneliti dengan berdasarkan teori yang

sudah dan disesuaikan untuk mengetahui kebutuhan siswa. Angket yang diracang

dibagi menjadi tiga bagian yang mencakup angket bahan ajar, media

pembelajaran, dan instrumen penilaian. Bahan ajar berada pada angket bagian II.

Siswa memberikan tanda cek list (√) pada kolom (SS) sangan setuju, (S) setuju, TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Peneliti menggunakan skala 4

dalam pembuatan angket. Pilihan jawaban dan rentan skor yang diberikan adalah:

(SS) = 4, (S) = 3, (TS) = 2, dan (STS) = 1. Angket yang telah disusun diuji

keterbacaannya kepada teman sejawat. Setelah uji keterbacaan dilakukan, peneliti

melakukan revisi terhadap angket. Angket yang telah direvisi kemudian

disebarkan kepada siswa.

Desain produk dalam penelitian ini berupa buku bahan ajar yang dirancang

berdasarkan data perolehan analisis kebutuhan dan teori yang ada. Validasi desain

dilakukan setelah desain produk selesai dirancang. Validasi desain dilakukan

untuk menilai rancangan produk. Pihak yang melakukan validasi adalah ahli yang

(51)

dan kelebihan yang ada dalam desain produk. Validasi desain oleh para ahli

dirumuskan dalam bentuk angket. Angket disusun berdasarkan analisis kebutuhan

dan teori perkembangan anak. Angket disusun dengan skala likert yang

dimodifikasi dengan 0 = tidak relevan. Skala likert yang digunakan adalah sebagai

berikut:

Tabel 4. Keterangan Kualifikasi Nilai dari Ahli

Simbol Keterangan Kualifikasi Skor

TR Tidak Relevan 0

STS Sangat Tidak Setuju 1

TS Tidak Setuju 2

S Setuju 3

SS Sangat Setuju 4

Dimodifikasi dari: Mardapi (2008)

Revisi desain produk dilakukan berdasarkan penilaian yang diperoleh

berdasarkan expert judgement. Revisi dilakukan untuk memperbaiki kekurangan

dari desain produk agar hasil desain produk sesuai dengan yang dibutuhkan.

Peneliti memperoleh prototipe produk setelah melakukan revisi produk. Hasil

akhir dalam penelitian ini terbatas pada prototipe produk. Peneliti melakukan

penelitian hanya sampai pada prototipe produk karena faktor keterbatasan biaya

dan waktu dalam penelitian.

3.2 Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan dalam pengembangan bahan ajar pembelajaran

(52)

Semester 2 ini adalah sebagai berikut: (1) mengkaji standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang akan dikembangkan, (2) membuat silabus berdasarkan

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dikembangkan. Pada

pembuatan silabus, peneliti membuat indikator sesuai dengan tingkat

perkembangan siswa yang merupakan penjabaran kompetensi dasar. Kegiatan

pembelajaran yang dirancang disesuaikan dengan indikator dan menggunakan

model pembelajaran berbasis masalah, (3) membuat RPP. Dalam membuat RPP,

peneliti menyusun tujuan pembelajaran berdasarkan indikator yang sudah ada.

Tujuan pembelajaran disusun sesuai dengan teori taksonomi Bloom dari tingkatan

yang paling rendah menuju ke tingkatan yang paling tinggi. Peneliti memasukkan

tiga aspek (kognitif, afektif, psikomotor) dalam tujuan pembelajaran, (4) membuat

prototipe produk yang berupa buku LKS bahan ajar. Buku LKS bahan ajar

disusun berdasarkan RPP yang telah dirancang. Dalam buku LKS bahan ajar,

peneliti mendesain buku dan mengumpulkan bahan yang nantinya akan menjadi

sebuah prototipe produk pengembangan penelitian. Bahan yang telah terkumpul

lalu diproses dan disesuaikan dengan desain yang telah dirancang berdasarkan

pustaka terkait.

3.3 Validasi Desain 3.3.1 Jenis Validasi

Analisis uji produk yang akan peneliti ajukan kepada guru kelas IV, guru

PKn, dosen PKn, dan dosen bahan ajar pendidikan sebagai para ahli.

3.3.2 Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV A SD Negeri Ungaran II

(53)

3.3.3 Jenis Data

Jenis penelitian ini menggunakan data penelitian kualitatif dan kuantitatif.

Data kulaitatif berupa tanggapan dari ahli perancang bahan ajar, ahli PKn, dan

guru kelas IV. Data kuantitatif berupa penilaian menggunakan angket oleh para

ahli. Angket berisi tentang kualitas dan isi dari prototipeproduk yang peneliti buat.

Penilaian para ahli terhadap prototipe produk menentukan kelayakan prototipe

produk.

3.3.4 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti berupa angket.

Peneliti memberikan surat ijin, RPP, deskripsi produk, buku LKS dan angket

kepada setiap ahli. Angket ditujukan kepada 6 ahli, yaitu: 2 ahli PKn; 2 ahli bahan

ajar; dan 2 guru kelas IV. Ahli memberikan penilaian pada instrumen penilaian

sesuai dengan produk peneliti.

3.3.5 Teknik Analisis Data

Angket yang telah diisi oleh ahli dianalisis dengan menghitung jumlah skor

yang didapatkan dari para ahli, skor pada setiap point berskala 4 dan poin

keseluruhan ada 20.

Untuk mengetahui penghitungan nilai apakah nilai dari ahli itu setuju atau

tidak, maka perlu dicari rata-rata nilai keseluruhan. Cara menghitungnya

menggunakan dua cara yaitu 1) mencari rata-rata nilai keseluruhan dari para ahli,

dan2) mencari rata-rata keseluruhan dari ahli untuk setiap butir pernyataan. Pada

prinsipnya cara menghitung rata-rata menggunakan rumus yang sama.

Penghitungan rata-rata menggunakan rumus: 𝑀 =∑𝑋𝑁

(54)

M = Mean

∑X = Jumlah semua skor

(55)

3.4 Jadwal Penelitian

Berikut adalah susunan jadwal kegiatan yang telah dibuat peneliti dalam

melakukan penelitian:

Tabel 5. Jadwal Penelitian

(56)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Kebutuhan

Sebelum membuat desain produk awal, peneliti terlebih dahulu

mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan produk yang akan

dikembangkan, yaitu bahan ajar PKn untuk siswa kelas IV SD Negeri Ungaran II

Yogyakarta. Untuk memperoleh data-data tersebut peneliti menggunakan tiga cara

yaitu: 1) observasi kelas, 2) angket untuk siswa, dan 3) wawancara dengan guru.

4.1.1 Hasil Observasi

Berdasarkan observasi di kelas IV A SD N Ungaran II pada tanggal 5

Januari 2012 penulis menemukan bahwa bahan ajar yang digunakan dalam

pembelajaran PKn yang dilakukan masih menggunakan model lama dan guru

masih menggunakan metode ceramah. Siswa hanya mendengarkan penjelasan dari

guru dan siswa kurang aktif di dalam kegiatan belajar. Dapat terlihat pula bahwa

banyak siswa yang merasa bosan dengan kegiatan pembelajaran, bahkan ada

siswa yang mengantuk pada saat guru menerangkan.

Pembelajaran PKn yang sebagian besar diajarkan kepada siswa dengan

model ceramah terlihat tidak membuat siswa merasa semangat belajar tetapi

malah membuat siswa merasa bosan. Siswa juga masih pasif dalam kegiatan

belajar. Selain menggunakan model ceramah, guru juga hanya menyuruh siswa

mengerjakan tugas dalam buku paket/buku fokus yang berupa soal-soal tertulis

(57)

4.1.2 Hasil Angket

Setelah melakukan observasi, kemudian peneliti melakukan langkah yang

selanjutnya yaitu dengan membagikan angket kepada siswa kelas IV A SD Negeri

Ungaran II Yogyakarta. Angket disebarkan pada pada tanggal 19 Februari 2012

dan langsung diminta kembali setelah siswa mengisi. Angket yang disebarkan

hanya 31 karena ada 2 siswa yang tidak masuk. Dari 31 angket ada 1 angket yang

dianggap tidak valid karena ada butir soal yang jawabannya dua. Angket yang

dibagikan kepada para siswa ini dimaksudkan untuk mengetahui bahan ajar

seperti apa yang diharapkan oleh siswa dalam belajar serta pembelajaran yang

bagaimana yang diinginkan siswa agar tidak mudah bosan dan cepat memahami

materi yang dipelajari. Berikut hasil penghitungan data dan analisis dari hasil

angket siswa.

Tabel 6. Angket Siswa Terhadap Kebutuhan Bahan Ajar Pembelajaran PKn Bagian II

No Butir Pernyataan Sangat

Tidak 1. Saya suka ketika penyajian materi

disertai dengan kegiatan belajar kelompok

1 3 10 16

2. Saat belajar di kelas, saya hanya menggunakan buku paket dan LKS

9 17 4 -

3. Saat belajar di rumah, saya belajar menggunakan buku paket dan LKS.

3 10 11 6

4. Saya merasa terbantu dengan adanya buku paket dan LKS.

1 4 19 6

5. Saya menyukai penyajian materi yang berisi tulisan saja.

16 7 6 1

6. Saya menyukai penyajian materi yang dilengkapi gambar.

- 1 6 23

7. Saya menyukai penyajian materi yang disertai dengan kegiatan

(58)

belajar di luar kelas.

8. Saya menyukai penyajian materi yang dilengkapi dengan informasi

tambahan “Tahukah Kamu”

4 5 19 2

9. Saya menyukai penyajian materi yang dilengkapi dengan lembar kerja.

3 9 14 4

10. Saya menyukai pendalaman materi menggunakan permainan.

2 2 5 21

Dari hasil angket yang dibagikan oleh peneliti kepada siswa, peneliti

menemukan bahwa sebagian besar siswa menyukai penyajian materi dengan

disertai kegiatan belajar kelompok. Dari 30 siswa sebanyak 16 siswa menyatakan

sangat setuju dan 10 siswa menyatakan setuju. hanya 3 siswa yang menyatakan

tidak setuju dan 1 siswa yang menyatakan sangat tidak setuju. sebagian besar

siswa juga tidak menyukai penyajian materi yang berisikan tulisan saja. Siswa

lebih menyukai penyajian materi yang dilengkapi dengan gambar. Hal ini dapat

dilihat dari hasil angket yang menunjukkan77 % siswa tidak setuju dengan

penyajian materi yang berisi tulisan saja dan 77% siswa sangat setuju dengan

penyajian materi yang dilengkapi gambar. Selain itu, siswa menginginkan

kegiatan belajar tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja tetapi juga dilakukan di

luar kelas. Hasil angket menunjukkan 29 dari 30 siswa menyukai penyajian materi

yang disertai kegiatan belajar di luar kelas. Penyajian materi yang dilengkapi

dengan informasi tambahan digemari oleh sebagian besar siswa. Hal ini dapat

dilihat dari hasil angket yang menunjukkan 70 % siswa menyukai penyajian

materi yang dilengkapi dengan informasi tambahan. Siswa yang menyukai

pendalaman materi menggunakan permainan sebanyak 86%, jadi dapat

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget ........................................
Tabel 1. Perkembangan Kognitif menurut Piaget
Tabel 2 Fase Tahapan PBM
Tabel 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
+7

Referensi

Dokumen terkait

4. Pimpinan dan seluruh pegawai UPTD Pendidikan Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan

Sementara bagi Pemerintah Desa Meninting perlu membangun kapasitas kelembagaan kelompok nelayan sehingga ada ikatan kepentingan jangka panjang dalam pembangunan desa

Dari analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui desain dengan biaya konstruksi awal terendah yaitu perkerasan dengan metode Bina Marga Pt - T-01-2002-B, sedangkan desain

Fenomena banjir pasang adalah fenomena alam yang terjadi di banyak tempat di wilayah Indonesia, yakni di daerah pesisir atau pantai yang tidak terlalu jauh dibelakangnya

Secara luas, Komputer dapat didefinisikan sebagai suatu peralatan elektronik yang terdiri dari beberapa komponen, yang dapat bekerja sama antara komponen satu dengan yang

Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa peran teknologi informasi, kompetensi sumber daya manusia, serta peran internal audit telah baik dilakukan tapi masih ada beberapa hal

melaksanakan pembelajaran; (c) menilai hasil pembelajaran; (d) membimbing dan melatih peserta didik; dan (e) melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan

Penurunan titik beku yang diakibatkan oleh satu mol partikel zat terlarut dalam satu kilogram pelarut disebut penurunan titik beku molal, yang digunakan sebagai tetapan untuk