• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LAMA PROSES DAN KECEPATAN PUTAR PADA MASERASI DAGING BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH LAMA PROSES DAN KECEPATAN PUTAR PADA MASERASI DAGING BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) SKRIPSI"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Maria Ratri Damarini NIM : 078114062

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

PENGARUH LAMA PROSES DAN KECEPATAN PUTAR PADA MASERASI DAGING BUAH ASAM JAWA

(Tamarindus indicaL.)

Oleh :

Maria Ratri Damarini

NIM : 078114062

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I

Yohanes Dwiatmaka, M.Si. Tanggal : ………..

Pembimbing II

(3)

iii Oleh:

Maria Ratri Damarini NIM: 078114062

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma pada tanggal : ………

Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

(Ipang Djunarko, M.Sc.,Apt.)

Panitia Penguji : Tanda tangan

1. Yohanes Dwiatmaka, M.Si ………...

2. Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si ………...

3. Dr. C. J. Soegiharjo, Apt. ………...

(4)

iv

Halaman Persembahan

Seluruh pikiran, perasaan dan perjuangan kupersembahkan

untuk mereka yang

memberi embun di antara duri menghadiri senyum diantara sepi

Keluargaku, Bapak, Mamah, mas Pandu dan mas Galih, Kekasihku Dimas,

Teman seperjuangan Farmasi 2007, Almamaterku, Sanata Dharma

tidak perlu TERPURUK dengan KELEMAHAN yang ada, karena dalam KELEMAHAN itu TUHAN menunjukkan KEBESARAN-NYA

Ideas are only seeds,

(5)
(6)
(7)

vii

berjudul “Pengaruh lama peoses dan kecepatan putar pada maserasi buah asam jawa (Tamarindus indica L.) “. Skripsi ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.Farm).

Dalam proses penyusunan skrispsi ini, penulis banyak mendapat bantuan berupa bimbingan, dorongan, sarana, maupun finansial dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I atas bimbingan dan pengarahan selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan dan pengarahan selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Dr. C. J. Soegiharjo, Apt. selaku Dosen Penguji yang telah memberi kan

saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Ibu Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak, Mamah, mas Pandu, mas Galih atas seluruh kasih sayang , semangat dan dukungannya selama ini.

7. Silvester Dimas atas seluruh kasih sayang , semangat dan dukungannya selama ini.

8. Yumi atas seluruh bantuannya, membantu dan merawat saya selama ini. 9. Mas Wagiran, yang telah membantu jalannya penelitian.

10. Teman-teman satu tim, Paulina, Kadek Risna dan Fransiska atas kekompakannya menyelesaikan proyek ini bersama.

(8)

viii

12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007 khususnya FKK.

13. Sahabat setiaku Hypster, Nana, Sani, Dian, Wenny, Alin, Ferri dan Fidhya atas dukungan dan keceriaan kalian.

14. Sahabat kecilku, Elisabeth Anggi yang jauh dimata namun dekat dihati yang selalu memberikan semangat.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, Januari 2011 Penulis

(9)

ix

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

INTISARI... xv

ABSTRACT...xvi

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah... 4

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian... 5

(10)

x

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 6

A. Asam Jawa ... 6

1. Keterangan botani ... 6

2. Deskripsi ... 6

3. Nama daerah ... 7

4. Kandungan kimia ... 7

5. Beberapa contoh asam organik ... 8

B. Simplisia ... 10

C. Maserasi ... 10

D. High Perfomance Liquid Chromatography(HPLC) ... 11

E. Desain Faktorial ... 12

F. Landasan Teori ... 13

G. Hipotesis ... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 16

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 16

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 16

1. Variabel penelitian ... 16

2. Definisi Operasional ... 16

3. Bahan dan alat ... 18

(11)

xi

C. Uji Kadar Asam ... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

A. Kesimpulan ... 40

B. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

LAMPIRAN ... 43

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

I. Notasi Formula Desain Faktorial ... 12

II. Variasi perbandingan lama maserasi dan kecepatan putar ... 19

III. Orientasi lama proses ... 25

IV. Hasil uji angka asam ... 29

V. Perhitungan ANOVA terhadap respon Angka asam pada software design expert... 29

VI. Waktu retensi standar asam tartart ... 33

VII. Waktu retensi sampel asam tartrat ... 34

VIII. Prosentase kadar asam ... 36

(13)

xiii

2. Struktur asam sitrat ... 9

3. Struktur asam tartrat ... 9

4. Struktur asam malat... 9

5. Instrumentasi HPLC... 12

6. Grafik interaksi efek faktor lama proses maserasi dengan kecepatan putar maserasi terhadap angka asam ... 31

7. Kurva hubungan antara konsentrasi asam tartratvsAUC ... 34

8. Contoh kromatogram (a) standar asam tartart. (b) sampel... 35

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Deskripsi tata nama ... 43

2. Organoleptik ekstrak ... 43

3. Data penimbangan sampel ... 43

4. DataVacum Rotary Evaporator ... 42

5. Data ekstrak setelah dimaserasi ... 44

6. Data pengentalan ekstrak setelah dievaporasi ... 44

7. DataOven ... 45

8. Data pengentalan ekstrak di dalamoven ... 45

9. Uji angka asam buah asam jawa ... 45

10. Uji kadar asam buah asam jawa ... 49

11. Foto Bahan penelitian buah asam jawa ... 67

12. Foto ekstrak cair daging buah asam jawa ... 67

13. Foto ekstrak kental daging buah asam jawa ... 67

14. Foto hasil angka asam ... 68

15. FotoVacum Rotary evapotaror ... 68

16. Foto Timbangan analitik ... 69

17. Fotooven ... 69

18. Foto Orbital shaker ... 70

(15)

xv

Pada penelitian ini buah asam jawa diperlakukan dengan beberapa variasi lama waktu proses dan kecepatan putar maserasi.

Buah asam jawa biasanya digunakan sebagai obat tradisional yang dikombinasikan dengan kunyit. Buah asam sendiri mengandung antara lain asam sitrat, malat dan tartrat. Asam ini berfungsi menjaga kestabilan kurkumin dalam jamu kunyit asam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama proses dan kecepatan putar terhadap hasil angka asam dan kadar asam tartrat dalam ekstrak daging buah asam jawa pada proses maserasi. Selanjutnya penelitian ini bertujuan dalam upaya mendapatkan kadar asam tartrat yang maksimal.

Buah asam jawa diekstraksi dengan cairan penyari aquadest. Setelah didapat ekstrak cair buah asam jawa, ekstrak dibagi dua. Ekstrak pertama dikentalkan dan dihitung angka asamnya. Ekstrak cair kedua dihitung kadar asam tartrat denganHigh Performance Liquid Chromatograpy(HPLC).

Melalui proses ini diharapkan dapat diketahui lama proses dan kecepatan putar agar didapatkan ekstrak dengan kadar asam yang maksimal. Selanjutnya tingkat keasaman ekstrak dapat dilihat dari nilai angka asam. Penelitian ini menggunakan aplikasi desain faktorial dengan dua faktor dan dua level. Dua faktor tersebut adalah lama proses dan kecepatan putar sedangkan dua level adalah level tinggi dan level rendah.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lama proses dan kecepatan putar pada maserasi daging buah asam jawa menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna terhadap nilai angka asam maupun kadar asam tartrat.

(16)

xvi ABSTRACT

The study of extraction by maceration of the tamarind pulp (Tamarindus indica L.) is included in this type of pure experimental research. In this study, tamarind fruit is treated with various such as the lengths of time and speed of rotation on the maceration.

Tamarind fruit is commonly used as traditional medicine in combination with turmeric. Sour fruit itself contains, among others, citric acid, malic and tartaric. These acids work to maintain the stability of curcumin in turmeric herbal acid.

This study is aimed at investigating the effect of a long process and speed on the number of acid and tartaric acid levels in the extract of tamarind fruit pulp in the process on maceration.

Tamarind fruit is extractioned with distilled water. The extract of tamarind fruit is then divided by two. The first extract is thickened and its acid number is calculated. The tartaric acid levels of the second liquid extract are calculated with High Performance Liquid Chromatograpy (HPLC).

Through this process are expected to know the long process and rotational speed for the extract obtained with a maximum acid content. Furthermore, the acidity of the extract can be seen from the acid number value.This study used factorial design applications with two factors and two levels. The two factors are length of maceration and speed of rotation and however the two levels are high level and low level.

The results can be concluded that the long process of maceration and rotational speed on tamarind pulp showed non-significant difference to the number of acid and tartaric acid levels.

(17)

1 A.

Masyarakat mengenal obat tradisional secara turun-temurun dari nenek moyangnya, seperti tanaman buah asam jawa (Tamarindus indica L.) sebagai salah satu tanaman obat yang digunakan dalam sediaan jamu kunyit asam. Jamu kunyit asam merupakan kombinasi dari daging buah asam jawa dan rimpang kunyit (Soedibyo, 1998).

(18)

2

Dalam pembuatan jamu kunyit asam secara tradisional maupun perusahaan besar komposisi buah asam jawa sangat penting dan berperan dalam komposisi jamu kunyit asam. Karena alasan tersebut penelitian tentang optimasi ektraksi untuk mendapatkan kadar asam yang maksimal perlu dilakukan.

Teknik untuk mendapatkan ekstrak daging buah asam jawa yang merupakan salah satu bahan baku penyusun jamu kunyit asam dapat dilakukan dengan bermacam-macam, antara lain dengan teknik maserasi, infundasi dan perkolasi.

Teknik maserasi merupakan usaha paling sederhana dalam mendapatkan kadar asam yang optimal. Dalam proses maserasi ini cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif tersebut akan larut, karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Agar cairan penyari dapat menembus sel perlu ada putaran. (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1986).

Kandungan terbanyak buah asam jawa adalah senyawa asam. Asam tersebut mudah larut dalam air, (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Oleh karena itu pada penelitian ini pelarut yang digunakan adalah air (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1986).

(19)

lama sejumlah simplisia dimaserasi maka ekstrak yang didapat semakin banyak. Namun demikian waktu tetap perlu dibatasi, karena menurut Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI (1986) apabila terlalu lama simplisia tersebut akan ditumbuhi mikroorganisme.

Teknik infundasi tidak dipilih dalam penelitian ini, karena dalam teknik infundasi menggunakan panas. Adanya panas membuat kandungan amilum yang terkandung di dalam buah asam jawa membentuk gel, sehingga konsistensi ekstrak menjadi lebih kental (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1986).

Teknik perkolasi juga tidak dipilih dalam penelitian. Teknik ini yang paling optimal dalam proses menarik sari, namun proses ini membutuhkan waktu yang lama, teknik ini kurang efektif dari sisi waktu. Selain itu, kemungkinan ekstrak untuk ditumbuhi mikroorganisme menjadi semakin tinggi (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1986).

Pada maserasi terdapat unsur lama proses dan pengadukan atau dalam hal ini dikatakan sebagai kecepatan putar. Lama proses maserasi mempengaruhi dalam penarikan sari dari dalam simplisia buah asam jawa. Semakin lama proses, diharapkan semakin banyak asam yang tersari kedalam cairan penyari hingga mencapai kesetimbangan. Unsur pengadukan pada maserasi mempercepat terjadinya kesetimbangan.

(20)

4

Angka asam akan memberikan gambaran secara cepat tingkat keasaman ekstrak buah asam jawa.

Sedangkan dari kadar asam tartrat diketahui secara lebih detail dan spesifik presentase kadar asam. Penelitian ini hanya membatasi pada analisis kadar asam tartrat karena asam tartrat memiliki prosentase kadar asam yang paling besar pada ekstrak buah asam jawa dibanding asam-asam yang lain (Bustan, 2008).

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh lama proses dan kecepatan putar pada maserasi daging buah asam jawa.

1. Perumusan masalah

a. Apakah terdapat pengaruh lama proses dan kecepatan putar terhadap hasil angka asam ekstrak daging buah asam jawa pada proses maserasi?

b. Apakah terdapat pengaruh lama proses dan kecepatan putar terhadap hasil kadar asam tartrat ekstrak daging buah asam jawa pada proses maserasi?

2. Keaslian penelitian

(21)

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Dari penelitian ini dapat diketahuai pengaruh lama proses dan kecepatan putar terhadap hasil angka asam dan kadar asam ekstrak daging buah asam jawa pada proses maserasi.

b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat pada umumnya dan industri jamu khususnya mengenai lama proses dan kecepatan putar untuk mendapat ekstrak buah asam yang maksimal.

B. Tujuan Penelitian

(22)

6 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Asam Jawa 1. Keterangan botani

Asam jawa (Tamarindus indicaL.) termasuk dalam familia Ceacalpiniaceae. Nama umum biasa disebut tamarind (Inggris), tamarinier (Perancis), sedangkan di Indonesia lebih dikenal dengan nama asam jawa (Arisandi, 2006).

Gambar 1. Tanaman asam jawa (Maguire, 2010). 2. Deskripsi

(23)

juga terdapat biji berjumlah 2-5 yang berbentuk pipih dengan warna coklat agak kehitaman (Thomas, 1989).

3. Nama daerah

Tumbuhan asam jawa mempunyai nama yang berbeda-beda di beberapa daerah. Di Sumatera dikenal dengan nama bak mee (Aceh), acam lagi (Gayo), asam jawa (Melayu), cumalagi (Minangkabau). Di Jawa dikenal dengan nama tangkal asem (Sunda), witasem (Jawa), acem (Madura). Di Bali dikenal dengan celagi. Di Nusa Tenggara dikenal dengan nama bage (Sasak), mangga (Bima), kanefo kiu (Timor), tobi (Solor). Di Kalimantan dikenal dengan asam jawa (Dayak). Di Sulawesi dikenal dengan nama asang jawi (Gorontalo), tamalagi (Buol), saamba lagi (Barros), combo (Makasar). Di Maluku dikenal dengan nama sablaki (Tanimbar), asam jawa ka (Buru), asam jawa (Ternate), tabelaka (Seram) (Hutapea, 1994).

4. Kandungan kimia

Daging buah asam jawa antara lain mengandung asam-asam organik antara lain sitrat, asam tartrat, dan asam malat. Selain itu juga mengandung pektin dan monosakarida (Bruneton, 1999). Asam-asam ini sebagian terikat antara lain oleh kalium bitartrat. Kandungan lainnya adalah sterol/terpen; saponin; selulosa; gula; vitamin A; B dan C (Departemen Kesehatan RI, 1995).

(24)

8

tumbuhan, bila dibandingkan dengan metabolisme hewan dan mikroorganisme lain adalah kemampuannya menimbun asam organik dalam vakuola sel dengan jumlah asam tumbuhan yang dihasilkan beragam terutama asam sitrat, asam tartrat dan asam malat (Dwidjoseputro, 1986).

Asam organik sederhana yang tertimbun dalam tumbuhan secara tepat dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam daur trikarboksilat (Krebs) dan asam yang lainnya. Asam dikarboksilat paling sederhana adalah asam malonat, dan homolog berikutnya yang lebih tinggi adalah asam suksinat. Turunan asam suksinat tak jenuh adalah asam fumarat dan asam maleat. Asam monohidroksisuksinat dikenal sebagai asam malat sedangkan asam dihidrosuksinat adalah asam tartrat. Apabila terdapat dalam jumlah banyak asam tersebut mudah dikenal berdasarkan rasanya dalam larutan dan berdasarkan pH rendah dalam ekstrak air tumbuhan tersebut. Asam sitrat mempunyai pH antara 3,8 - 4,2. Asam tartrat mempunyai pH 1,6. Asam malat pH 2,2. Secara umum dapat dideteksi berdasarkan pengaruhnya pada indikator asam-basa seperti hijau bromokresol atau biru bromotimol (Harborne, 1987).

5. Beberapa contoh asam organik

(25)

air, mudah larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter. Mempunyai nilai pH antara 3,8 – 4,2.

Gambar 2. Struktur asam sitrat (Harborne,1987)

b. Asam tartrat. Asam Tartrat (C4H6O6) dengan BM 150,09, pemperian hablur tidak berwarna atau bening, serbuk halus sampai granul, warna putih, tidak berbau, rasa asam dan stabil di udara. Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol. Nilai pH asam tartrat adalah 1,6.

Gambar 3. Struktur asam tartrat (Harborne,1987)

c. Asam malat. Asam malat (C4H6O5) dengan BM 134,09 mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 100,5 % C4H6O5. Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol . Nilai pH asam malat adalah 2,2

(26)

10

B. Pengertian Simplisia

Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati ialah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni (Departemen Kesehatan RI, 1977).

Simplisia nabati harus bebas dari serangga, fragmen hewan atau kotoran hewan; tidak boleh menyimpang bau dan warnanya; tidak boleh mengandung lendir dan cendawan atau menunjukkan tanda-tanda pengotoran lain; tidak boleh mengan-dung bahan lain yang beracun atau berbahaya (Departemen Kesehatan RI, 1977).

C. Maserasi

(27)

Pada penyarian dengan cara maserasi, perlu dilakukan pengadukan. Pengadukan diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi yang sebesar-besarnya antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel. Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1986).

D.High Performance Liquid Chromatography(HPLC)

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) adalah kromatografi yang fase geraknya dialirkan dengan cepat dengan bantuan tekanan dan kemudian hasilnya dideteksi dengan instrumen (Gritter, Bobbitt, and Schwarting, 1985).

(28)

12

Gambar 5. Instrumentasi HPLC (Willard,1988)

E. Desain Faktorial

Desain faktorial adalah desain penelitian yang dipilih untuk menentukan pengaruh secara simultan dari beberapa faktor dan interaksinya. Faktor adalah variabel yang ditentukan. Pemilihan faktor pada suatu penelitian bergantung pada tujuan penelitian. Level adalah nilai dari faktor. Notasi standar untuk kombinasi faktor dinyatakan dengan (1), a, b, dan ab (Tabel I). Efek adalah perubahan yang terjadi pada respon yang disebabkan karena variasi level dari faktor (Bolton, 1990).

Tabel I. Notasi Formula Desain Faktorial

Percobaan A B AB

(1) - - +

a + -

-b - +

(29)

Keterangan :

(1) = faktor A dan Faktor B pada level rendah

a = faktor A pada level tinggi dan Faktor B pada level rendah b = faktor A pada level rendah dan Faktor B pada level tinggi ab = faktor A dan Faktor B pada level tinggi

- = faktor pada level rendah + = faktor pada level tinggi

Persamaan umum untuk desain faktorial (Bolton, 1990) adalah :

Y = b0+ b1XA + b2XB + b12XAXB (1)

Keterangan :

Y = respon hasil atau sifat yang diamati XA, XB = level A dan level B

b0, b1, b2, b12= koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan

Yate’s treatmentmerupakan metode yang sistematis untuk menganalisis data dari 2n faktor percobaan. Replikasi dalam percobaan merupakan cara yang terbaik. Pengulangan duplikasi (replikasi dua kali) sudah cukup. Semakin sedikit replikasi makaexperimental errorsemakin besar (Bolton, 1990).

F. Landasan Teori

(30)

14

unsur waktu proses dan pengadukan yang akan mempercepat tercapainya kesetimbangan. Unsur-unsur tersebut akan mempengaruhi jumlah asam yang dapat disarikan pada maserasi ini. Perpaduan variasi lama proses dan kecepatan putar ini memberikan suatu kondisi yang optimum dalam usaha mendapatkan asam yang maksimal.

Penelitian ini menjadikan angka asam dan kadar asam sebagai respon. Analisis kuantitatif angka asam memberikan gambaran cepat tingkat keasaman ekstrak buah asam jawa secara keseluruhan. Angka asam dilakukan secara titrimetri. Analisis kuantitatif kadar asam tartrat memberikan informasi prosentase kadar asam secara lebih mendetail tiap jenis asam. Penelitian ini hanya membatasi analisis kadar asam tartrat karena asam tartrat memiliki kadar asam yang paling banyak pada simplisia buah asam jawa. Analisis kuantitatif kadar asam dilakukan dengan HPLC. Pada HPLC terjadi pemisahan senyawa berdasarkan waktu retensi. Asam tartrat akan terdeteksi dengan jelas dan prosentase kadar asam tartrat dapat diketahui dariArea Under Curve(AUC) dengan cara membandingkan dengan kurva baku.

(31)

G. Hipotesis

1. Lama proses dan kecepatan putar akan mempengaruhi hasil angka asam ekstrak daging buah asam jawa pada proses maserasi.

(32)

16 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Berdasarkan proses penelitian yang dilakukan dan bagaimana variabel diamati, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimental murni dengan aplikasi desain faktorial.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas. Lama maserasi yang di gunakan adalah 1 jam sebagai level rendah dan 3 jam sebagai level tinggi. Kecepatan putar yang di gunakan adalah 140 rpm sebagai level rendah dan 170 rpm sebagai level tinggi.

b. Variabel tergantung. Angka asam dan kadar asam tartrat dalam ekstrak. c. Variabel pengacau terkendali. Umur buah dan varietas tanaman.

2. Definisi operasional

a. Daging buah asam jawa. Daging buah asam jawa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah endokarpium beserta pulpa buah asam jawa. Asam jawa yang digunakan pada penelitian ini adalah buah asam jawa yang telah disimpan beberapa lama.

(33)

c. Optimasi ekstraksi. Proses mencoba dua variasi lama proses dan kecepatan putar untuk mengetahui pengaruh dua variabel tersebut dalam mendapatkan kadar asam jawa. Optimasi ini menggunakan aplikasi desain faktorial.

d. Maserasi. Maserasi yang dilakukan adalah maserasi mekanis dilakukan dengan alat orbital shaker, dan dilakukan dengan batas waktu dan kecepatan putar tertentu.

e. Angka asam. Angka asam di selaraskan dengan banyaknya milligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam bebas di dalam satu gram ekstrak air daging buah asam jawa.

f. Kadar asam. Kadar asam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kadar asam tartrat yang ditetapkan dengan HPLC.

g. Faktor. Faktor yang dimaksud adalah variabel bebas yang ditentukan dalam penelitian yaitu lama proses dan kecepatan putar.

h. Respon. Respon yang dimaksud adalah variabel tergantung yang ditentukan dalam penelitian yaitu angka asam dan kadar asam tartrat.

i. Level. Level yang dimaksud adalah nilai dari faktor. Terdiri dari level rendah dan level tinggi. Level rendah lama maserasi adalah 1 jam sedangkan kecepatan putar adalah 140 rpm. Level tinggi lama maserasi adalah 3 jam sedangkan kecepatan putar adalah 170 rpm.

(34)

18

3. Bahan dan alat

a. Bahan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah asam yang didapat dari pasar tradisional di daerah Kecamatan Prambanan. Berdasarkan wawancara dengan pedagang, didapatkan informasi bahwa buah asam ini berasal dari daerah Boyolali. Buah asam jawa yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah asam jawa yang telah disimpan. Bahan dari Merck antara lain: baku asam tartrat, aquadest, indikator phenophthlein (PP), KOH p.a, NaOH p.a, heksan p.a , etanol p.a, kloroform p.a, methanol p.a.

b. Alat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah orbital shaker (innova 2100), neraca elektrik (Mettler Toledo GB3002), neraca analitik (Mettler Toledo AB204 dan Scaltec SBC 22), mantle-heater (Toshniwal), Beaker glass (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), Erlenmeyer bertutup (Pyrex), labu ukur (Pyrex), pipet tetes, pipa kapiler 1 μl (IntraEND), corong Buchner, kertas saring, Vacuum rotary evaporator (Janke & Kunkel Ika Labortechnik), termometer, oven (Memmert dan Termaks), pemanas elektrik (Cenco), dan HPLC (KNAUER HPG-PDA).

4. Tata cara penelitian

(35)

b. Maserasi. Sebanyak 10,0 g daging buah asam jawa dimasukkan ke dalam Erlenmeyer bertutup. Kemudian ditambahkan cairan penyari sebanyak 10,0 ml. Cairan penyari yang dipakai adalah aquadest. Lalu diekstraksi dengan cara maserasi, pengadukan dengan orbitalshaker. Maserasi ini menggunakan variasi lama maserasi dan kecepatan putar (Tabel II).

Tabel II. Variasi perbandingan lama maserasi dan kecepatan putar Formula Lama maserasi

Percobaan ini dilakukan dua kali replikasi. Hasil maserasi disaring dengan corong Buchner dibantu dengan vacum. Ekstrak yang diperoleh digunakan sebagai sampel untuk analisis selanjutnya.

(36)

20

d. Uji kadar asam. Uji kadar asam berupa analisis kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan instrumen HPLC. Analisis kualitatif dilakukan dengan pengamatan waktu retensi dari sampel yang dibandingkan dengan waktu retensi asam tartrat. Pada analisa kuantitatif dilakukan dengan perhitungan kadar asam tartrat pada sampel. Dilakukan preparasi sbb:

1) Penyiapan fase gerak. Fase gerak yang digunakan adalah asam sulfat pekat pro analisis yang terlebih dahulu disaring denganFilter Milipore 0,45 mm dan di degassing selama 15 menit.

2) Optimasi metode HPLC. Optimasi metode HPLC mengikuti prosedur penggunaan pada kolom Metacarb Hplus yang diaplikasikan khusus untuk pengukuran asam organik. Dengan panjang gelombang 215 nm, kecepatan alir 0,6 ml/menit, suhu 68°C.

3) Pengamatan waktu retensi asam tartrat. Larutan asam tartrat diinjeksikan pada HPLC dengan sistem yang telah di optimasi sehingga diperoleh nilai waktu retensi dari masing-masing asam organik tersebut.

(37)

5) Penyiapan larutan sampel. Sampel ekstrak air daging buah asam jawa diambil kurang lebih 3 ml dan disaring dengan Filter Milipore 0,45 µm. Kemudian diencerkan 10 kali dengan aquades tambahkan pada labu ukur 10 ml dan di degasing selama 15 menit.

6) Penetapan kadar asam tartrat dalam sampel. Sebanyak 20 µl larutan sampel diinjeksikan pada HPLC dengan sistem yang telah dioptimasi. Larutan standar dan larutan sampel diinjeksikan pada HPLC dengan sistem HPLC yang digunakan sbb :

Instrumen : KNAUER HPG-PDA

Kolom : Metacarb Hplus PN ; A 5215

Fase gerak : H2SO4, 125 µL ~ 500 mL H2O Kecepatan alir : 0,6 ml/menit

Detektor : UV/Vis 6000 LP

Panjang gelombang : 215 nm

Tekanan : 113/100

Suhu : 68ºC

Sampel : ekstrak air daging buah asam jawa

Baku : asam tartrat p.a.

(38)

22

(39)

23

Ekstrak cair daging buah asam jawa ini dibuat berbahan dasar daging

buah asam jawa yang sudah tua dengan ciri daging buah berwarna coklat tua.

Warna coklat tua ini menandakan bahwa buah asam jawa ini telah matang. Buah

asam jawa yang tua memiliki total asam yang maksimum.

Setelah dilepaskan dari bijinya, selanjutnya daging buah asam jawa

dimaserasi dengan variasi kecepatan putar dan waktu. Maserasi dipilih karena

merupakan cara yang paling sederhana dalam mengoptimalkan kadar asam.

Maserasi mudah dilakukan. Maserasi dipilih karena melihat dari karateristik

daging buah asam jawa. Buah asam jawa mengandung amilum yang akan

membentuk gel bila ada unsur panas, sehingga cara ekstraksi infundasi tidak

digunakan. Cara ekstraksi infundasi memiliki unsur pemanasan.

Buah asam jawa mengandung senyawa-senyawa asam organik yang larut

dalam air, sehingga pelarutnya yang tepat adalah aquadest. Karena pelarutnya

adalah air, maka simplisia buah asam jawa ini tidak tahan terhadap penyimpanan

yang terlalu lama. Penyimpanan yang lama akan membuat simplisia buah asam

jawa ditumbuhi mikroorganisme. Maka dari itu, cara ektraksi perkolasi tidak

tepat. Perkolasi merupakan cara yang paling baik dalam penyarian, namun cara

perkolasi ini membutuhkan waktu yang lama. Hal ini tidak dapat diaplikasikan

pada ektraksi buah asam jawa dengan pelarut aquadest karena simplisia buah

(40)

24

asam jawa tidak berbentuk porus sehingga tidak dapat diekstraksi dengan cara

perkolasi.

Buah asam jawa dapat terekstraksi karena cairan penyari menembus

dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif

akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di

dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar

(Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1986).

Gerakan dari orbital shaker membantu dalam penyarian asam dalam

daging buah asam jawa. Konsentrasi cairan penyari terhadap kandungan asam

menjadi meningkat seiring dengan adanya pengadukan yang berasal dari orbital

shaker tersebut. Pada saat tertentu, kandungan asam tersebut akan berada pada

kadar yang konstan artinya konsentrasi asam pada cairan penyari sudah tidak

dapat meningkat lagi. Hal ini dikarenakan antara daging buah asam jawa dan

cairan penyari telah mengalami kesetimbangan.

Maserasi buah asam jawa ini menggunakan pelarut aquadest. Pelarut

yang digunakan adalah aquadest karena asam pada daging buah asam jawa ini

larut dalam aquadest (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI,

1995). Aquadest mudah didapat, dan tidak bereaksi dengan kandungan pada

daging buah asam jawa itu sendiri (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan

Makanan RI, 1986).

Perlakuan terhadap daging buah asam jawa ini terletak pada variasi

maserasinya. Variasi diketahui dari orientasi yang dilakukan di awal penelitian.

(41)

putar dengan kriteria putaran tersebut mampu menggerakkan cairan penyari

sehingga asam jawa dapat terbasahi semua namun disisi lain pengadukan tersebut

tidak membuat cairan penyari keluar melewati mulut Erlenmeyer. Kecepatan

putar 140 rpm didapat dan dijadikan level rendah. Sejauh pengamatan peneliti,

dengan putaran 140 rpm, orbital shaker sudah mampu membuat cairan penyari

membasahi asam jawa dengan kondisi cukup. Kecepatan putar 170 rpm didapat

dan dijadikan level tinggi. Kecepatan 170 rpm orbital shaker membuat cairan

penyari membasahi asam jawa dengan cukup kencang namun tidak sampai

membuat cairan penyari melewati bibir Erlenmeyer.

Orientasi waktu didapat dengan mencoba maserasi dengan berbagai level

waktu. Mulai dari 1 jam, 3 jam, 6 jam, 12 jam dan 24 jam. Khusus untuk orientasi

ini digunakan kecepatan putar 140 rpm (Tabel III).

Kemudian maserasi pada tahap orientasi diamati dengan nilai angka

asam. Angka asam digunakan sebagai respon karena merupakan analisa

kuantitatif. Angka asam diketahui total asam pada ekstrak daging buah asam jawa

secara cepat.

Tabel III. Orientasi lama proses

Lama proses (jam) Angka Asam

1 10,41

3 10,58

6 10,62

12 10,65

24 11.01

Sesuai hasil orientasi (Tabel III) dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan

(42)

26

maserasi 3 jam ke 6 jam. Namun kemudian hasil angka asam pada lama proses

maserasi 6 jam ke 12 jam menunjukkan hasil angka asam yang dapat dikatakan

stabil. Kemudian pada lama proses maserasi 24 jam menunjukkan hasil angka

asam yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya.

Pada lama proses 6 jam ke 12 jam menunjukkan hasil angka asam yang

stabil, maka variasi lama proses ini tidak dipilih karena kurang efektif.

Selanjutnya variasi lama proses 24 jam tidak dipilih karena pertimbangan

pencemaran mikroorganisme. Pada ekstraksi ini menggunakan cairan penyari

berupa aquadest. Melihat dari sifat penyari, ekstrak ini rentan terhadap

pencemaran mikroorganisme. Untuk menghindari pencemaran oleh mikroba,

variasi lama proses maserasi 24 jam tidak digunakan. Variasi lama proses yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 1 jam sebagai level rendah dan 3 jam

sebagai level tinggi.

Hasil maserasi ini kemudian disaring. Tujuan penyaringan untuk

memisahkan zat padat berupa daging buah asam jawa dengan cairan penyarinya,

yaitu aquadest. Hasil penyaringan ini akan menghasilkan ekstrak dengan

konsistensi yang cair, coklat tua, sedikit keruh. Ekstrak cair tersebut merupakan

bahan dasar yang digunakan oleh peneliti. Setelah didapat ekstrak hasil maserasi,

ekstrak hasil penyaringan dibagi menjadi dua. Ekstrak pertama digunakan dalam

uji angka asam dan yang kedua digunakan untuk uji kadar asam.

Ekstrak pertama untuk uji angka asam ini kemudian dikentalkan dengan

menggunakanvacum rotary evaporatordan dilanjutkan diovendengan suhu 40oC

(43)

Bobot tetap dikatakan saat ekstrak yang sedang dalam proses pengeringan sudah

tidak menunjukkan penurunan bobot. Dalam pengeringan digunakan suhu 40o C

karena suhu tersebut merupakan suhu pengeringan yang tepat untuk ekstrak yang

termasuk dalam senyawa asam organik.

Tujuan ekstrak dikentalkan adalah mempermudah dalam pengukuran dan

penimbangan yang disesuaikan dengan prosedur pengujian pada parameter

standar umum pengujian ekstrak (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan

Makanan RI, 2000). Pengentalan ekstrak cair menggunakan vacum rotary

evaporator memungkinkan penguapan larutan pengekstraksi yang lebih cepat

karena adanya tekanan dan suhu. Pengentalan selanjutnya dilakukan diovenpada

suhu 40º C hingga diperoleh ekstrak kental. Pengentalan dilakukan dengan suhu

40º C, karena jika dilakukan dengan kondisi suhu yang tinggi senyawa yang

terkandung dalam ekstrak menjadi rusak. Selain itu ekstrak daging buah asam

jawa yang mengandung gula pada suhu tinggi dapat membentuk karamel. Oleh

karena itu pengentalan dilakukan pada suhu 40º C. Pada penelitian ini ekstrak

kental yang diperoleh sesuai dengan definisi ekstrak kental menurut Voigt (1994),

ekstrak kental merupakan ekstrak dengan konsistensi liat dalam keadaan dingin

dan sampai bobot tetap.

Ekstrak kedua untuk uji kadar asam tartrat. Hasil maserasi kemudian

segera diuji kadar asam tartratnya. Ekstrak buah asam jawa ini sedapat mungkin

harus segera diuji karena ekstrak ini menggunakan cairan penyari yaituaquadest

yang tidak tahan pada penyimpanan. Ekstrak cair ini dikhawatirkan akan

(44)

28

B. Uji Angka Asam

Uji angka asam bertujuan mengetahui berapa banyak asam total yang

terkandung dalam ekstrak cair daging buah asam jawa. Uji angka asam

memberikan gambaran secara cepat tingkat keasaman secara keseluruhan dari

ektrak cair daging buah asam jawa.

Pada penelitian ini, uji angka asam ini menggunakan metode titrasi asam

basa. Metode titrasi asam basa ini dipilih karena merupakan metode yang

sederhana. Dengan metode ini, dapat diketahui jumlah total asam pada ekstrak

daging buah asam jawa. Proses yang terjadi adalah analit berupa kandungan asam

organik yang merupakan asam lemah dalam sampel ekstrak akan bereaksi dengan

titran yaitu kalium hidroksida. Sampel dipanaskan dengan alkohol netral bertujuan

untuk melarutkan asam. Titrasi dilakukan dengan penambahan kalium hidroksida

secara perlahan-lahan dengan menggunakan Buret hingga indikator phenophthlein

tepat berubah warna menjadi merah muda pada akhir titrasi dan volume titran

yang digunakan dicatat. Dalam percobaan ini angka asam berarti banyaknya

milligram kalium hidroksida yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam

bebas di dalam satu gram substansi yang dianalisa, yaitu dalam ekstrak air daging

buah asam jawa.

Uji angka asam diperlukan sebagai analisis kuantitatif terhadap ekstrak

(45)

Tabel IV. Hasil uji angka asam

Variasi lama proses level rendah (1 jam) dan kecepatan putar level tinggi

(170 rpm) memiliki rata-rata nilai angka asam yang paling tinggi. Namun untuk

membuktikan apakah perbedaan angka asam ini memiliki makna atau tidak, perlu

dilakukan uji analisis statistik. Pada penelitian ini digunakan model percobaan

factorial design (DF). Analisis ini dikerjakan dengan software design expert.

Aplikasi DF menganalisis lebih teliti dalam optimasi lama proses dan kecepatan

putar. Pada DF dapat diketahui interaksi faktor-faktor terhadap respon angka

asam yang telah ditentukan oleh peneliti sebagai bagian dalam tahap persiapan

penelitian.

Tabel V. Perhitungan ANOVA terhadap respon Angka asam pada softwaredesign expert

Response : Angka Asam

ANOVA for selected factorial model

Analysis of variance table [Partial sum of squares - Type III] Sum of Source Squares Mean

df

Model 2.29 3 0.76 3.20 0.1455 not significant

rpm 0.55 1 0.55 2.31 0.2030

waktu 0.42 1 0.42 1.77 0.2536

rpm-waktu 1.31 1 1.31 5.50 0.0789

Pure Error 0.95 4 0.24

(46)

30

Hasil perhitungan ANOVA pada desain faktorial akan dinyatakan

signifikan apabila prob≤0,05. Dari analisa statistik dengan model desain faktorial

(Tabel V) diketahui bahwa hasil model tidak signifikan karena prob > 0,05. Untuk

respon angka asam, nilai Prob dari sampel adalah 0,1455. Nilai Prob tersebut

lebih besar dari 0,05 maka model percobaan ini tidak signifikan. Artinya adanya

perlakuan variasi lama proses dan kecepatan putar tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap respon angka asam ekstrak buah asam jawa.

Dari software design expert diketahui persamaan 2 yang berguna untuk

memprediksi nilai respon apabila model penelitian menunjukkan hasil yang

signifikan.

Y= - 0,395 + 0,071 XA + 4,415 XB – 0,027 XAXB (2)

Hasil yang tidak signifikan menyebabkan model persamaan 2 pada

penelitian ini tidak dapat digunakan untuk memprediksi nilai respon. Persamaan

2 tidak menggambarkan pengaruh lama maserasi dan kecepatan putar. Sehingga

faktor lama maserasi dan kecepatan putar tidak secara signifikan menyebabkan

perubahan nilai respon angka asam.

Namun, interaksi tetap terjadi pada penelitian ini. Interaksi antara lama

proses dengan kecepatan putar terhadap respon angka asam (Gambar 6). Interaksi

(47)

Gambar 6. Grafik interaksi efek faktor lama proses maserasi dengan kecepatan putar maserasi terhadap angka asam

Peningkatan kecepatan putar maserasi pada level rendah lama waktu

maserasi akan meningkatkan nilai angka asam. Sedangkan dengan peningkatan

kecepatan putar maserasi pada level tinggi lama waktu maserasi akan menurunkan

nilai angka asam.

C. Uji Kadar Asam

Uji kadar asam yang dilakukan dengan menggunakan instrumen HPLC.

Ekstrak daging buah asam jawa mengandung asam organik antara lain asam sitrat,

asam tartrat dan asam malat. Menurut batasan yang dibuat oleh peneliti, kadar

asam yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah asam tartrart. Ditinjau dari

penelitian terkait sebelumnya (Bustan, 2008). Asam tartart memiliki kadar yang

Design-Expert® Software

140.00 147.50 155.00 162.50 170.00

(48)

32

paling tinggi pada ekstrak buah asam jawa. Hal ini memperkuat teori, asam tartrat

memiliki PH yang paling rendah yaitu 1,6 (Departemen Kesehatan RI, 1995).

Maka dari itu, pada penelitian ini hanya menitikberatkan untuk menganalisa asam

tartratnya saja.

Analisa kuantitatif bertujuan untuk menetapkan prosentase kadar

kandungan asam organik terbesar di dalam ekstrak yaitu asam tartrat. Analisa

kuantitatif dilakukan dengan menghitung AUC (luas daerah di bawah kurva)

pada kromatogram masing-masing senyawa.

Pada analisa dengan instrumen HPLC ini digunakan kolom yang

diaplikasikan khusus untuk penetapan kadar asam organik, yaitu kolom Metacarb

Hplus PN ; A 5215. Dilakukan pengamatan waktu retensi dari masing-masing

baku asam organik dengan spesifikasi alat berdasarkan hasil optimasi. Optimasi

dengan HPLC disesuaikan dengan spesifikasi pada kolom. Berdasarkan optimasi

diperoleh panjang gelombang overlapping asam sitrat, asam tartrat dan asam

malat adalah 215 nm. Analisis yang dilakukan pada panjang gelombang serapan

maksimum dapat memberikan perubahan serapan per satuan konsentrasi paling

besar, sehingga diperoleh sensitivitas yang maksimum. Analisis ini menggunakan

optimasi kecepatan alir 0,6 ml/menit, tekanan 113/100 dan suhu 68º C.

Sebagai fase diam adalah kolom Metacarb Hplus PN ; A 5215. Kolom ini

merupakan kolom berupa resin khusus untuk menganalisis senyawa organik,

dengan mekanisme pertukaran ion. Fase gerak yang digunakan adalah asam sulfat,

125 µL ~ 500 mL air. Digunakan fase gerak tersebut karena pada fase gerak

(49)

gerak harus disaring dengan menggunakan millipore 0,45 µm untuk

menghilangkan partikel dan senyawa pengotor yang dapat menyumbat dan

merusak kolom. Setelah disaring, fase gerak di degassing untuk menghilangkan

gas-gas yang terlarut (Gritter et al., 1985). Adanya gelembung gas dapat

menyumbat kolom dan mempengaruhi detektor, sehingga menghasilkan sinyal

palsu.

Analisis dilakukan terlebih dahulu dengan pengamatan waktu retensi (tR)

baku asam tartrat (Tabel VI). Asam tartart muncul sekitar pada menit ke 9,060.

Pengamatan waktu retensi dilakukan dengan menggunakan beberapa konsentrasi

senyawa baku dari asam organik yang akan dianalisis.

Tabel VI. Waktu retensi standar asam tartart

Standar Asam Tartart Waktu Retensi (menit)

Standar 1 9,052

Standar 2 9,067

Standar 3 9,068

Standar 4 9,068

Waktu retensi untuk masing-masing senyawa bersifat spesifik, sehingga

waktu retensi dapat digunakan untuk analisis kualitatif. Standar asam tartrat

dibuat dalam empat level dengan konsentrasi yang berbeda. Standar asam tartrat

berfungsi untuk membuat kurva baku (Gambar 7). Kurva baku dibuat dengan

mengukur AUC (luas daerah di bawah kurva) suatu seri larutan baku asam tartrat,

pada konsentrasi yang berbeda. Tujuan pembuatan kurva baku ini adalah untuk

mendapatkan persamaan regresi linier. Persamaan kurva baku :

(50)

34

Persamaan kurva baku ini selanjutnya digunakan untuk menghitung

kadar asam organik tersebut dalam sampel ekstrak daging buah asam jawa.

Persamaan regresi linier yang diperoleh merupakan hubungan antara konsentrasi

asam tatrtatvsAUC.

Gambar 7. Kurva hubungan antara konsentrasi asam tartratvsAUC

Persamaan 3 memiliki linieritas yang baik dapat dilihat dari nilai

koefisien korelasi (r2> 0,9972), menunjukkan bahwa metode analisis memberikan

hasil yang linier karena memenuhi kriteria penerimaan. Linieritas yang baik juga

dapat nampak dari kurva baku (Gambar 7).

Tabel VII. Waktu retensi sampel asam tartart

Variasi Perlakuan

Pengamatan waktu retensi sampel telah dibandingkan dengan standar,

(51)

kemiripan dengan waktu retensi baku asam tartart. Hal ini mengartikan bahwa

pada sampel berupa ekstrak daging buah asam jawa terdapat asam tartart pula.

Pengamatan waktu retensi ini untuk membuktikan dan menyakinkan bahwa benar

bahwa asam tartart yang di uji pada penelitian ini. Dari waktu retensi tersebut

maka didapat kadar sampel.

(a)

(b)

(52)

36

Hasil waktu retensi juga dapat diamati dari kromatogram (Gambar 8).

waktu retensi antara standar asam tartrat dan sampel ekstrak daging uah asam

jawa memiliki kemiripan. Asam tartrat terelusi sekitar pada menit ke 9,055, hal

ini terlihat pada kromatogram standar (Gambar 8.a). Pada sampel ekstrak daging

buah asam jawa (Gambar 8.b) terdapat senyawa yang terelusi pada menit ke

9,055. Hal ini menunjukkan bahwa sampel ekstrak daging buah asam jawa

mengandung asam tartrat yang sama dengan asam tartrat pada sampel.

Tabel VIII. Persentase kadar asam

Variasi Perlakuan

Kadar asam tartart merupakan respon yang berupa variabel tergantung

yang ditentukan pada penelitian ini. Respon kadar ini dicari untuk merespon

faktor yang berupa variable bebas. Kadar akan dipakai untuk melihat adakah

interaksi dari faktor-faktor variabel bebas yaitu lama proses dan kecepatan putar,

dalam usaha mendapatkan asam yang paling tinggi.

Mengacu pada tabel VIII, variasi lama proses level tinggi (3 jam) dan

kecepatan putar level tinggi (170 rpm) memiliki persentase nilai kadar yang

(53)

uji statistik. Model percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

factorial design (DF). Analisa ini dikerjakan dengan softwaredesign expert. Pada

aplikasi DF ini didapat interaksi faktor-faktor terhadap respon yang telah

ditentukan oleh peneliti.

Tabel IX. Perhitungan ANOVA terhadap respon Kadar Asam Tartart pada softwaredesign expert

Response Kadar

ANOVA for selected factorial model

Analysis of variance table [Partial sum of squares - Type III] Sum of Source Squares Mean

df

Model 3.01 3 1.00 0.52 0.6902 not significant

rpm 0.91 1 0.91 0.47 0.5294

waktu 1.39 1 1.39 0.72 0.4428

rpm-waktu 0.71 1 0.71 0.37 0.5771 Pure Error 7.71 4 1.93

Cor Total 10.72 7

Dari analisa statistik dengan model desain faktorial (Tabel IX ) diketahui

bahwa hasil model tidak signifikan karena prob > 0,05. Untuk respon kadar asam

tartrat, nilai Prob dari sampel adalah 0,6902. Nilai Prob tersebut lebih besar dari

0,05 maka model percobaan ini tidak signifikan.

Persamaan 4 didapat dari software design expert. Persamaan 4 dapat

digunakan untuk memprediksi nilai respon apabila model penelitian menunjukkan

hasil yang signifikan.

Hasil model tidak signifikan, untuk itu persamaan 4 model ini tidak

dapat digunakan.

(54)

38

Persamaan 4 tidak menggambarkan pengaruh lama maserasi dan

kecepatan putar terhadap kadar asam tartrat. Faktor lama maserasi dan kecepatan

putar tidak secara signifikan menyebabkan perubahan nilai respon kadar asam

tartrat.

Interaksi tetap terjadi pada model penelitian ini. Interaksi antara lama

proses dengan kecepatan putar terhadap respon kadar asam tartrat (Gambar 9)

terlihat dengan adanya garis yang tidak sejajar.

Gambar 9. Grafik interaksi efek faktor lama proses maserasi dengan kecepatan putar maserasi terhadap kadar asam tartrat

Peningkatan kecepatan putar pada level rendah maupun tinggi lama

proses maserasi akan meningkatkan kadar asam tartrat. Namun, peningkatan

kecepatan putar pada level tinggi lama proses maserasi meningkatkan kadar asam

(55)

Respon angka asam dan kadar asam tartrat menunjukkan hasil yang tidak

signifikan terhadap faktor-faktor. Hal ini dikarenakan pada maserasi 1jam dan 3

jam jumlah asam dalam ekstrak telah mencapai kesetimbangan. Pada level 1 dan

3 jam, respon yang dihasilkan sudah mencapai nilai yang konstan dan telah

mencapai kesetimbangan. Kemungkinan kesetimbangan telah tercapai sebelum

waktu maserasi 1 jam, sehingga hasil angka asam dan kadar asam tartrat pada

level ini merupakan hasil yang sudah stabil.

Ada kemungkinan kesetimbangan angka asam dan kadar asam telah

tercapai sebelum waktu maserasi 1 jam. Hal ini melihat karakteristik dari asam itu

sendiri yang sangat mudah larut dalam air.

Bila dikaji dari respon angka asam dan prosentase kadar asam tartrat

yang tidak signifikan, dan terkait dengan kebutuhan industri jamu kunyit asam,

pembuatan jamu kunyit asam akan lebih efisien dalam hal waktu dan energi bila

dilakukan pada lama proses 1 jam dan kecepatan putar 140 rpm. Variasi lama

proses dan kecepatan putar tersebut akan menghasilkan asam yang cukup untuk

(56)

40

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :

1. Tidak ada pengaruh lama proses dan kecepatan putar terhadap hasil angka

asam dalam ekstrak daging buah asam jawa pada proses maserasi.

2. Tidak ada pengaruh lama proses dan kecepatan putar terhadap hasil kadar

asam dalam ekstrak daging buah asam jawa pada proses maserasi.

B. SARAN

Saran yang dapat dipertimbangkan sesuai hasil penelitian ini adalah :

1. Perlu dilakukan variasi lama proses dan kecepatan putar terhadap asam

organik yang lain yang terkandung dalam buah asam jawa yaitu asam malat

dan asam sitrat.

2. Perlu dilakukan penelitian lain dengan menurunkan level pada variasi lama

proses.

(57)

41

Bolton, S., 1990,Pharmaceutical Statistics: Practical and Clinical Applications, 2nd edition, 308-337, Marcel Dekker Inc., New York.

Bruneton, Jean., 1999, Pharmacognocy,Phytochemistry and Medical Plants, 2nd edition, 24, Lavoisier Publishing, UK

Bustan, M., 2008, Karakterisasi Ekstrak Air Daging Buah Asam Jawa (Tamarindus Indica L.), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Departemen Kesehatan RI, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid I, XI, XII, XX, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 1995, Materia Medika, jilid VI, 288-291, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1986, Sediaan Galenik, 2-4, 10-13, 25-26, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope Indonesia IV, 48-53, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, cetakan pertama, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.

Dwidjoseputo, 1986,Pengantar Fisiologi Tumbuhan,83, Gramedia, Jakarta.

Gritter, R.J., Bobbitt, J.M., and Schwarting, A.E., 1985, Introduction to Chromatography, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Edisi II, 4-5,15, 93, 213, 219, ITB, Bandung.

Harborne, 1987,Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, terbitan kedua, Penerbit ITB, Bandung.

(58)

42

Maguire, 2010,Tamarind,http://www.tropicalfruitnursery.com/fruitproducts_sw.htm, diakses tanggal 12 Januari 2010

Noegrohati, S., 1994, Pengantar Kromatografi, dalam Noegrohati, S. dan Narsito, (Eds.), Risalah Prinsip dan Aplikasi Beberapa Teknik Analisis Instrumental, hal 1, 6, 16-17, 28, 31-32, Laboratorium Analisis Kimia dan Fisika Pusat UGM, Yogyakarta.

Soedibyo,M., 1998, Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan, jilid I, 60- 61, Balai Pustaka, Jakarta.

Sudarmadji, S., 1984,Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian, 63-64, Liberty, Yogyakarta.

Thomas, 1989,Tanaman Obat Tradisional 1, 78-82, Kanisius, Yogyakarta.

Voigt, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi 5, 579-582 Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

(59)

43

(ekstrak air daging buah asam jawa) Nama latin tumbuhan Tamarindus indicaL.

Bagian tumbuhan yang digunakan Pulpa daging buah Nama Indonesia tumbuhan asam jawa Senyawa identitas asam tartrat

Lampiran 2. Organoleptik ekstrak

Identifikasi Ekstrak cair Ekstrak kental

warna Coklat Hitam

Bau Khas asam Khas asam

Rasa Asam Asam

Bentuk Cair Kental

Lampiran 3. Data penimbangan sampel

Sampel Replikasi Bobot (g)

140 ; 1 1 10,0005

Lampiran 4. Data Vacum Rotary Evaporator

Set point (m bar) 100

Suhu (⁰C) 40

∆p (⁰C) 10

Tekanan 72

(60)

44

Lampiran 5. Data ekstrak setelah dimaserasi

Sampel Replikasi ml

Lampiran 6. Data pengentalan ekstrak setelah dievaporasi

Sampel Replikasi Bobot cawan

(61)

Lampiran 7. Data Oven

Suhu (⁰C) 40

Waktu 3 hari

Lampiran 8. Data pengentalan ekstrak di dalam oven

Sampel Replikasi Bobot

Lampiran 9. Uji angka asam

ℎ =vol titrasi sampel × N KOH × 56,1

(62)

46

Response 2 Angka Asam

ANOVA for selected factorial model

Analysis of variance table [Partial sum of squares - Type III]

Sum of Mean F p-value

Source Squares df Square Value Prob > F

Model 2.29 3 0.76 3.20 0.1455 not

significant

rpm 0.55 1 0.55 2.31 0.2030

waktu 0.42 1 0.42 1.77 0.2536

rpm - waktu 1.31 1 1.31 5.50 0.0789

Pure Error 0.95 4 0.24

Cor Total 3.24 7

Kode

Angka asam Replikasi 1 Angka asam Replikasi 2

(63)

Std. Dev. 0.49 R-Squared 0.7057

Mean 11.15 Adj R-Squared 0.4849

C.V. % 4.38 Pred R-Squared -0.1773

PRESS 3.81 Adeq Precision 3.867

A negative "Pred R-Squared" implies that the overall mean is a better predictor of your response than the current model.

Coefficient Standard 95% CI 95% CI

Factor Estimate df Error Low High

VIF

Intercept 11.15 1 0.17 10.67 11.63

A-A 0.26 1 0.17 -0.22 0.74

Final Equation in Terms of Coded Factors:

Angka Asam =

+11.15

+0.26 * A

+0.23 * B

-0.40 * A * B

Final Equation in Terms of Actual Factors:

Angka Asam =

-0.39500

+0.071500 * A

+4.41500 * B

(64)

48

Term Effect SumSqr % Contribtn

Require Intercept

Model A-A 0.525 0.55125 17.0121

Model B-B 0.46 0.4232 13.0603

Model AB -0.81 1.3122 40.4956

Error Lack Of Fit 0 0

Error Pure Error 0.9537 29.432

Lenth's ME 1.20407

3.96 Bonferroni Limit 3. 96079

t-Value Limit 2.77645

1 2 3

AB

A

(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)

Response 1 Kadar ANOVA for selected factorial model

Analysis of variance table [Partial sum of squares - Type III]

Sum of Mean F p-value

Source Squares df Square Value Prob > F

Model 3.01 3 1.00 0.52 0.6902

not sig

rpm 0.91 1 0.91 0.47 0.5294

waktu 1.39 1 1.39 0.72 0.4428

rpm - waktu 0.71 1 0.71 0.37 0.5771

Pure Error 7.71 4 1.93

Cor Total 10.72 7

Std. Dev. 1.39 R-Squared 0.2811

Mean 9.82 Adj R-Squared -0.2580

C.V. % 14.13 Pred R-Squared -1.8754

PRESS 30.82 Adeq Precision 1.539

A negative "Pred R-Squared" implies that the overall mean is a better predictor of your response than the current model.

Coefficient Standard 95% CI 95% CI

Factor Estimate df Error Low High

VIF

Intercept 9.82 1 0.49 8.46 11.18

A-A 0.34 1 0.49 -1.02 1.70

Final Equation in Terms of Coded Factors:

Kadar =

+9.82

+0.34 * A

+0.42 * B

+0.30 * A * B

Final Equation in Terms of Actual Factors:

Kadar =

+11.64833

-0.017167 * A

-2.65667 * B

(82)

66

Term Effect SumSqr % Contribtn

Require Intercept

Model A-A 0.675 0.91125 8.50082

Model B-B 0.835 1.39445 13.0085

Model AB 0.595 0.70805 6.60522

Error Lack Of Fit 0 0

Error Pure Error 7.7058 71.8855

(83)

Lampiran 11. Foto Bahan penelitian buah asam jawa

Lampiran 12. Foto ekstrak cair daging buah asam jawa

(84)

68

Lampiran 14. Foto hasil angka asam

(85)

Lampiran 16. FotoTimbangan analitik

(86)

70

Lampiran 18. Foto orbitalshaker

(87)

71

(Tamarindus indica L.) ” memiliki nama lengkap Maria Ratri

Gambar

Grafik interaksi efek faktor lama proses maserasi dengan kecepatan putar
Gambar 1. Tanaman asam jawa (Maguire, 2010).
Gambar 2. Struktur asam sitrat (Harborne,1987)
Gambar 5. Instrumentasi HPLC (Willard,1988)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ili Universitas Sebelas Maret berhak menyimpan, mengaiihmediakan, mengelolauya dalam bentuk pangkalan data (database),

Dari sedemikian banyak software statistika tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa SPSS adalah software statistika yang paling oopuler digunakan oleh user data statistika.. Berikut

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi hirarki pusat-pusat aktivitas & keberadaan kota kecil dan menengah yang dapat menunjang pembangunan wilayah di

Dengan analisis data panel statis diketahui bahwa faktor-faktor yang signifikan memengaruhi nilai ekspor kopi Indonesia pada taraf nyata lima persen ialah populasi negara

The technique of data collection in this research is watching the original movie for several times; reading the movie script; determining the character that will be analyzed;

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh senam aerobik terhadap daya tahan jantung paru ( VO 2 Max ), Indeks Massa Tubuh (IMT), dan

Penelitian pada skripsi ini difokuskan pada perancangan dan pengujian karakteristik transmitter dan receiver laser hijau sebagai modul saklar cahaya yang merupakan salah

Nilai rasio harga cabe merah per harga beras pada Tabel 21 bernilai negatif, yang menunjukkan bahwa penurunan harga cabe akan berpengaruh pada peningkatan tingkat diversifikasi