BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Deskripsi Konseptual
1. Pendekatan Saintifik
Permendikbud 81A Tahun 2013 menjelaskan bahwa pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Hosnan (2014: 31) menyatakan bahwa pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan.”
umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau obsevasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan. Oleh sebab itu kegiatan percobaan dapat diganti dengan kegiatan memperoleh informasi dari berbagai sumber.
Hosnan (2014: 36) menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) berpusat pada siswa; 2) melibatkan keterampilan proses; 3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa; dan 4) dapat mengembangkan karakter siswa.
Sedangkan karakteristik pembelajaran di sekolah dasar dengan menerapkan pendekatan saintifik menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 22) adalah sebagai berikut: 1) berpusat pada siswa; 2) melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, prinsip atau teori (mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan); 3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa; dan 4) dapat mengembangkan karakter siswa (teliti, rasa ingin tahu, kerja keras, pantang menyerah, komunikatif, dll.)
kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa; 2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik; 3) terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan; 4) diperolehnya hasil belajar yang tinggi; 5) untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah; dan 6) untuk mengembangkan karakter siswa.
Tujuan pembelajaran di sekolah dasar yang menerapkan pendekatan saintifik menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 22) adalah sebagai berikut: 1) untuk meningkatkan kemampuan intelektual siswa, khususnya kemampuan berpikir tinqkat tinggi; 2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematis; 3) untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang mendorong minat dan keinginan siswa bahwa belajar merupakan kebutuhan; 4) untuk melatih keterampilan proses ilmiah siswa (mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan); 5) diperolehnya hasil belajar siswa yang tinggi; 6) untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-idenya; dan 7) untuk mengembangkan karakter/sikap ilmiah siswa (teliti, rasa ingin tahu, kerja keras, pantang menyerah, komunikatif, dll.)
dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip; 5) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berfikir siswa; 6) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan memotivasi mengajar guru; 7) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi; dan 8) adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikontruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
Beberapa prinsip pembelajaran di sekolah dasar yang menerapkan pendekatan saintifik menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 22) adalah: 1) pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa dalam mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan; 2) pembelajaran mengarah kepada penemuan dan pengembangan pengetahuan oleh siswa dan terhindar dari verbalisme (transfer pengetahuan); 3) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa; 4) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan keterampilan proses ilmiah (mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan); dan 5) adanya proses validasi terhadap konsep, prinsip atau teori yang dikonstruksisiswa baik melaluipenguatan oleh guru maupun siswa.
(proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas“ menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”.
Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas“ mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas“ mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan
mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan
turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
Jadi langkah-langkah umum pembelajaran dengan menggunakan saintifik, meliputi: menggali informasi melalui observing/pengamatan, questioning/bertanya, experimenting/percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, associating/menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta serta membentuk jejaring/networking.
a.Observing/mengamati
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
1) Tujuan Observasi
Menurut Hosnan (2015: 41), observasi bertujuan adalah untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut.
2) Tahap-tahap dalam kegiatan observasi
Observasi memiliki 7 tahap kegiatan sebagai berikut :
a) seleksi suatu latar (setting), yaitu dimana, kapan proses-proses dan individu-individu yang menarik itu dapat diobservasi
b) berikan pengertian tentang apa yang dapat didokumentasikan dalam observasi itu dan dalam setiap kasus
c) berikan latihan untuk pengamatan supaya ada standarisasi, misalnya apa yang dijadikan fokus-fokus pengamatan
e) observasi terfokus yang semakin terkonsentrasi pada aspek-aspek yang relevan dengan pertanyaan pengamatan
f) observasi selektif yang dimaksudkan untuk secara sengaja menangkap hanya aspek-aspek pokok
g) akhir dari observasi apabila kepemenuhan teori telah tercapai, yaitu apabila observasi lebih lanjut tidak memberikan pengetahuan lanjutan
3) Langkah-langkah dalam mengamati/observasi
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah, seperti berikut ini.
a) menentukan objek apa yang akan diobservasi
b) membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
c) menentukan secara jeras data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
d) menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
e) menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan dengan mudag dan lancar
4) Manfaat observasi
Menurut Guba dan Lincoln (1981: 191-193) dalam Moleong, (2001: 125-l) alasan-alasan pengamatan (observasi) dimanfaakan sebesar-besarnya dalam pengamatan kualitatif intinya karena hal berikut ini.
a) Pengamatan memberi pengalaman langsung dan pengalaman langsung dinilai merupakan alat yang ampuh untuk memperoleh kebenaran. Apabila informasi yang diperoleh kurang meyakinkan, maka pengamat dapat melakukan pengamatan sendiri secara langsung untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.
b) Dengan pengamatan dimungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang sebenarnya.
c) Pengamatan memungkinkan pengamat mencatat peristiwa yang berkaitan dengan pengetahuan yang relevan maupun pengetahuan yang diperoleh dari data.
e) Pengamatan memungkinkan pengamat mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Situasi yang rumit mungkin terjadi jika pengamat ingin memperhatikan tingkah laku sekali gus. Jadi, pengamatan dapat menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan untuk perilaku yang kompleks.
f) Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan menjadi alat yang sangat bermanfaat. Misalkan, seseorang mengamati perilaku bayi yang belum bisa berbicara atau mengamati orang-orang luar biasa, dan sebagainya.
5) Pencatatan hasil observasi
Catatan hasil pengamatan mutlak dibuat secara lengkap dengan keterangan tanggal dan waktu yang lengkap. Untuk mampu menulis catatan hasil pengamatan yang lengkap dan informatif, peneliti perlu melatih kedisiplinan untuk melakukan pencatatan secara kontinu, dan menuliskannya langsung saat melakukan observasi di hasil pengamatan. Apabila pencatatan tidak mungkinkan dilakukan langsung di hasil pengamatan, maka hal tersebut wajib dilakukan sesegera mungkin setelah peneliti meninggalkan hasil pengamatan.
6) Aspek-aspek tingkah laku yang cocok dievaluasi dengan metode
observasi
Intelegensi, bakat dan hasil belajar dapat pula dievaluasi dengan metode observasi, tetapi pelaksanaannya sangat sulit dan kurang efektif.
7) Prosedur Kegiatan Mengamati berdasarkan Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 adalah:
a) kegiatan mengamati dilakukan melalui kegiatan membaca, melihat, menyimak, menonton, mendengar, merasa, meraba, mencium dan sebagainya dengan menggunakan panca indera (mata, hidung, telinga, kulit dan lidah) tanpa atau menggunakan alat bantu (teleskop, stetoskop, angket, kuesioner, interview, dll.).
b) kegiatan ini didasari oleh kesadaran akan objek observasi.
c) hasil dari kegiatan mengamati adalah skema dari fakta/fenomena. d) guru harus menyusun indikator-indikator pengamatan yang dilakukan
siswa.
e) kompetensi yang dikembangkan pada langkah mengamati adalah kesungguhan dan ketelitian.
f) guru harus menilai proses ketika siswa melakukan kegiatan mengamati sesuai dengan indikator.
8) Langkah-langkah dalam kegiatan mengamati menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 23) terdiri dari:
a) Guru menentukan objek yang akan diamati
c) Guru mengecek apakah yang diamati peserta didik sudah tepat sesuai indikator. Contoh: "Ceritakan apa yang telah kalian amati!"
b.Questioning/menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.
Kegiatan menanya dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotik.
Bertanya merupakan salah satu pintu masuk untuk memperoleh pengetahuan. Karena itu bertanya dalaan kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan guru untuk mendorong membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Demikian pula, bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembalajaran inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.
1) Fungsi Bertanya dalam Kegiatan Pembelajaran adalah :
a) membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang tema atau topik pembelajaran.
b) mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
c) mendiagnosis kesulitan berajar peserta didik sekaligus menyampaikan rancangan untuk mencari solusinya.
d) menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
e) membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan membenri jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
f) mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir dan menarik simpulan.
g) membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
i) melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
2) Manfaat Penggunaan Model Pembelajaran Questioning
Manfaat penerapan model questioning dalam sebuah pembelajaran adalah sabagai berikut:
a) menggali informasi, baik administrasi maupun akademis. b) mengecek pemahaman siswa.
c) membangkitkan respons kepada siswa.
d) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa. e) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.
f) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru.
g) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
3) Kriteria Pertanyaan yang Baik
Kriteria pertanyaan yang baik adalah: 1) singkat dan jelas; 2) menginspirasi jawaban; 3) memiliki fokus; 4) bersifat probing atau divergen; 5) bersifat validatif atau penguatan; 6) memberi kesempatan peserta didik untuk berfikir ulang; 7) merangsang peningkatan tuntutan kemampuan berfikir kognitif; dan 8) merangsang proses interaksi.
4) Tingkatan Pertanyaan
apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi, sebagai berikut.
Tabel 2.1 Bobot Pertanyaan Berdasarkan Tingkatan Kognitif
Tingkat Subtingkat Kata-kata kunci pertanyaan
Kognitif yang
Jodohkan atau pasangkan... Persamaan kata ...
Berikanlah interpretasi . Penerapan
Kemukakan bukti-bukti ... Mengapa ...
Identifikasikan...
Rancanglah ... Tulislah ...
Bagaimana kita dapat memecahkan .. .
Apa yang terjadi seaindainya... Bagaimana kita dapat
memperbaiki ... Kembangkan ... Evaluasi
(evaluation)
Berilah pendapat ...
Alternatif mana yang lebih baik ... Setujukah anda ...
Prosedur Kegiatan Menanya menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 22) adalah :
a) Kegiatan dilakukan melalui kegiatan membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab dan sebagainya.
b) Kegiatan ini merupakan perwujudan dari rasa ingin tahu siswa terhadap apa yang tidak dipahaminya.
c) Pada saat siswa menanya, guru harus memfokuskan pada pertanyaan yang sesuai dengan cakupan materi.
d) Bentuk pertanyaan dari siswa dapat berupa pertanyaan faktual, konseptual, prosedural atau hipotetik.
" Kapan kejadiannya?" Jawabannya berupa fakta
ii. Contoh Pertanyaan Konseptual: " Apa yang dimaksud dengan gaya?" Jawabannya berupa konsep
iii. Contoh Pertanyaan Prosedural: " Bagaimana caranya?" " Bagaimana menggunakannya?"
" Bagaimana melakukannya?" Jawabannya berupa prosedur
iv. Contoh Pertanyaan Hipotetik " Mengapa bisa begitu?" " Mengapa itu terjadi?" Jawabannya berupa prinsip atau generalisasi
e) Guru harus menyusun indikator-indikator pertanyaan yang baik dan tepat f) Kegiatan menanya dapat mengembangkan kreativitas dan rasa ingin tahu g) Guru harus menilai proses pada saat siswa membuat, menyusun dan
menyampaikan pertanyaannya.
6) Langkah-Langkah Penerapan Model Questioning
Beberapa langkah penerapan model questioning (bertanya) yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
a) Model pertama
Langkah-langkah dalam pengembangan model ini adalah seperti berikut. i. Pilihlah salah satu kompetensi dasar yang sesuai.
iii. Buatlah kelompok atau pasangan siswa untuk saling membuat pertanyaan.
iv. Berikan waktu kepada siswa untuk membuat pertanyaan berdasarkan media yang telah disediakan guru.
v. Tukar pertanyaan yang telah dibuat siswa atau kelompok yang satu dengan siswa atau kelompok yang lain.
vi. Adakan pembahasan di bawah panduan guru.
b) Model kedua
i. Pilihlah salah satu kompetensi dasar yang sesuai.
ii. Tentukan media kontekstual, sesuai KD dan dapat merangsang siswa untuk bertanya atau mengembangkan pertanyaan.
iii. Pajangkan atau bagikan media yang telah disiapkan kepada siswa. iv. Berikan waktu kepada siswa untuk memperhatikan media yang telah
dipersiapkan.
v. Tugaskan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan membuat pertanyaan untuk dibahas.
vi. Adakan kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa atau sebaliknya sekitar materi/KD yang dibahas dengan mengacu pada media pembelajaran yang disampaikan.
c) Model ketiga
i. Pilihlah salah satu kompetensi dasar yang sesuai.
iii. Buatlah kelompok atau pasangan siswa untuk saling membuat pertanyaan.
iv. Berikah waktu kepada siswa untuk membuat pertanyaan berdasarkan media yang telah disediakan guru.
v. Tukarkan pertanyaannya yang telah dibuat siswa atau kelompok yang satu dengan siswa atau kelompok yang lain.
vi. Adakan kegiatan tanya jawab multi-arahan yang dipandu oleh guru sekitar materi/KD yang dibahas dengan mengacu pada media pembelajaran dan daftar pertanyaan yang telah dibuat siswa di kelompoknya.
Menurut Silberman (2007: 13-14) dalam Hosman (2014: 56) Langkah yang strategis questions students have adalah sebagai berikut.
a) bagikan kartu kosong kepada masing-masing siswa.
b) mintalah setiap siswa menulis beberapa pertanyaan yang mereka miliki tentang matapelajaran atau sifat pelajaran yang sedang dipelaiari.
c) putarlah kartu tersebut searah jarum jam. ketika setiap kartu diedarkan kepada siswa berikutnya, siswa tersebut harus membacanya dan memberikan tanda cek pada kartu itu apabila kartu itu berisi pertanyaan mengenai pembaca.
e) panggil beberapa siswa berbagi pertanyaan secara sukarela, sekalipun mereka tidak memperoleh suara terbanyak.
f) kumpulkan semua kartu. kartu tersebut mungkin berisi pertanyaan yang menurut guru penting untuk dijawab.
Langkah-langkah kegiatan menanya menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 24) adalah:
a) Guru memastikan bahwa apa yang diamati siswa sudah tepat; b) Guru memberikan stimulus supaya siswa berani bertanya;
c) Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan penuntun supaya muncul pertanyaan dari siswa sesuai dengan yang guru harapkan;
d) Guru memfokuskan pertanyaan-pertanyaan siswa pada pertanyaan yang sesuai dengan materi atau apa yang akan dicari oleh siswa; dan
e) Guru memberikan penguatan kepada siswa yang sudah berani bertanya dan motivasi bagi siswa yang belum berani bertanya.
7) Kelebihan dan kekurangan kegiatan menanya.
Adapun kelebihan questions students have, diantaranya sebagai berikut.
a) dapat mengaktifkan siswa secara penuh. b) melatih rasa percaya diri siswa.
c) melatih siswa untuk berbuatjujur. d) meningkatkan kreativitas siswa.
Sedangkan kelemahan questions students have, diantaranya sebagai berikut.
a) memakan waktu lama jika digunakan dalam kelas besar.
b) pertanyaan dari siswa sering kali tidak sesuai dengan topik yang dibahas.
c. Percobaan/Experimenting
Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi.
Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memeroses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.
berajar sepanjang hayat. Pada langkah pembelajaran ini, setiap siswa dituntut untuk mencoba mempraktikkan apa yang dipelajari.
Eksperimen/mencoba dapat didefenisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji sesuatu hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika variabel yang dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis juga kondisi-kondisi yang akan dikontrol sudah tepat. uUntuk keberhasilan ini maka setiap eksperimen harus dirancang dulu kemudian diuji coba.
Menurut Syaifin Bahri Djamarah (1995) dalam Hosnah (2014: 58), metode ersperimen adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Kemudian Mulyani Sumantri, dkk, (1999); mengatakan bahwa metode eksperimen diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan siswa dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan. Menurut Roetiyah (2001: 80), metode eksperimen adalah suatu cara mengajar di mana siswa merakukan sesuatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.
Menurut Al-Farisi (2005: 2) dalam Hosnan (2014: 58) metode eksperimen adalah metode yang bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah.
Karakteristik metode eksperimen menurut Winataputra (Triadi, 2011) dalam Hosnan (2014: 58) adalah :
1) ada alat bantu yang digunakan, 2) siswa aktif melakukan percobaan, 3) guru membimbing,
4) tempat dikondisikan, 5) ada pedoman untuk siswa, 6) ada topik yang dieksperimenkan, 7) ada temuan-temuan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode eksperimen adalah :
1) setiap siswa harus engadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi siswa,
3) siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu,
4) siswa sedang belajar dan berlatih, maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka di samping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta keterampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih objek eksperimen,
5) tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan beberapa segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia.
Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001: 81) dalam Hosnan (2014: 60) adalah :
1) perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen,
2) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan diperlukan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat,
3) selama eksperimen berlangsung, guru harus mengawasi pekerjaan siswa. bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen,
4) setelah eksperimen selesai, guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
1) kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan eksperimen, mencoba sesuatu, membuat sesuatu, mendemonstrasikan, meniru gerak, membaca berbagai sumber, mewawancara narasumber dan sebagainya.
2) guru perlu menyusun indikator-indikator bahwa siswa mengumpulkan informasi dengan benar dan tepat
3) guru melakukan penilaian proses ketika siswa melaksanakan kegiatan mengumpulkan informasi
4) hasil dari kegiatan ini berupa dalal informasi
Tahap-tahap eksperimen menurut Palendeng (2003: 82) dalam Hosnan (2014: 61) adalah :
1) percobaan awal yaitu pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemontrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. demontrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fisika yang akan dipelajari,
2) pengamatan yang merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut,
3) hipotesis awal yaitu siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya,
5) aplikasi konsep yaitu setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang dipelajari,
6) evaluasi merupakan kegiatan terakhir setelah selesai satu konsep. penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep.
Langkah-langkah kegiatan mengumpulkan informasi/mencoba menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 25) adalah:
1) guru merumuskan tujuan pengumpulan informasi yang akan dilakukan 2) guru bersama siswa menyiapkan perlengkapan
3) siswa memperhitungkan tempat dan waktu
4) guru menyediakan keftas kerja untuk mengarahkan kegiatan siswa 5) siswa mengumpulkan informasi menggunakan kertas kerjanya 6) guru mengumpulkan hasil kerja siswa dan mengevaluasinya
Kelebihan metode eksperimen menurut Rusyan (Maulidia, 2011) dalam Hosnan (2014: 63) adalah:
1) melatih disiplin diri siswa melalui eksperimen yang dilakukannya, terutama kaitannya dengan keterlibatan, ketelitian, ketekunan dalam melakukan eksperimen,
2) kesimpulan eksperimen lebih lama tersimpan dalam ingatan siswa melalui eksperimen yang dilakukanya sendiri secara langsung.
4) mengembangkan sikap terbuka bagi siswa,
5) melibatkan aktivitas dan kreativitas siswa secara langsung dalam pengajaran, sehingga mereka akan terhindar dari verbalisme.
Kelemahan metode eksperimen adalah : 1) memakan waktu yang banyak,
2) metode ini kebanyakan cocok untuk sain dan teknologi, kurang tepat jika diterapkan pada pelajaran lain, terutama bidang ilmu sosial,
3) pada hal-hal tertentu seperti pada eksperimen bahan-bahan kimia, kemunginan memiliki bahaya selalu ada,
4) memerlukan alat dan fasilitas yang lengkap, jika kurang salah satu padanya, maka eksperimen tidak akan berhasil dengan baik.
d. Menalar / Associating
Kegiatan menalar dengan menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data/kategori, menyimpulkan dari hasil analisis data. Kegiatan menalar sebagaimana dalam Permendikbud No 81a Tahun 2013 adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
1) Metode menalar
deduktif adalah metode berfikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. 2) Cara menalar
Cara menalar dengan metode induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena atau artribut-artribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum. Cara menalar dengan deduktif dengan menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme. Cara kerja penalaran deduktif adalah menerapkan ha-hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagian yang khusus.
3) Hubungan Antarfenomena
Hubungan sebab akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa fakta yang lain. Penalaran sebab akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif yang disebut dengan penalaran induktif sebab akibat. Penalaran induktif sebab akibat terdiri atas tiga jenis.
b) Hubungan akibat sebab. Pada penalaran hubungan akibat sebab, hal-hal yang menjadi akibat dikemukakan terlebih dahulu, selanjutnya ditarik kesimpulan yang merupakan penyebabnya.
c) Hubungan sebab akibat 1, akibat 2. Pada penalaran hubungan sebab akibat 1, akibat 2 suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat, akibat yang pertama menjadi penyebab sehingga menimbulkan akibat yang kedua. Akibat yang kedua menjadi penyebab sehingga menimbulkan akibat ketiga dan seterusnya.
4) Prosedur kegiatan menalar/mengasosiasikan menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 25) adalah:
a) kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan mengolah informasi, menganalisis data, menemukan pola, menyimpulkan dan sebagainya.
b) hasil dari kegiatan ini adalah dala/informasi yang telah diolah dan digeneralisasi
c) guru perlu merumuskan indikator-indikator bahwa siswa melakukan kegiatan mengasosiasi dengan tepat
d) guru harus menilai proses ketika siswa melakukan kegiatan mengasosiasi 5) Langkah-langkah dalam kegiatan menalar/mengasosiasikan menurut
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 25) mengasosiasi terdiri dari: a) siswa mencermati data/ informasi satu per satu
b) siswa mengolah data/ informasi tersebut
e. Mengomunikasikan
Kegiatan mengkomunikasikan dilakukan dengan menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.
Beberapa hal yang dapat dilaksanakan dalam kegiatan mengkomunikasikan adalah sebagai berikut.
1) setiap kelompok bekerja sama untuk mendiskripsikan karakter dan kegiatan pada kotak-kotak yang telah disediakan dalam buku siswa,
2) setiap peserta didik memahami bagaimana mendeskripsikan orang dan binatang yang ada dilingkungan sekitar rumahnya,
3) peserta didik membacakan hasil kerja mereka di depan kelas,
4) setiap kelompok mendengarkan dengan baik, dan bisa memberikan masukan/tambahan tentang karakter dan kegiatan yang dilakukan oleh orang maupun binatang yang ada dilingkungan sekitar rumahnya,
5) setiap kelompok bergiliran membacakan hasil kerja kelompoknya di depan kelas,
6) guru mengarahkan dan memastikan jalannya roses kegiatan penerapan ini bisa berjalan dengan baik,
8) setelah semua kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, dan menampung masukan-masukan dari kelompok lain, guru memberikan penjelasan di depan kelas.
9) guru menjelaskan tentang karakter-karakter orang, binatang, dan benda/pepohonan.
10) guru mengucapkan setiap kalimat deskriptif dengan baik dan benar.
Prosedur kegiatan mengkomunikasikan menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 26) adalah :
1) kegiatan ini dapat dilakukan melalui presentasi, pajang karya, kunjung karya, menyajikan laporan secara lisan atau tertulis mulai dari proses, hasil dan kesimpulan.
2) guru harus merumuskan indikator-indikator bahwa siswa mengomunikasikan dengan tepat.
3) guru harus menilai proses ketika siswa melakukan kegiatan mengomunikasikan.
Langkah-langkah dalam kegiatan mengkomunikasikan menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2016: 26) terdiri dari:
1) siswa menentukan apa yang akan dikomunikasikan
2) siswa menentukan siapa yang akan menjadi penerima informasi
3) siswa memikirkan bagaimana cara mengomunikasikan supaya penerima informasi bisa menerimanya atau memahaminya
2. Posisi Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013
Kedudukan Bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013 berperan sangat penting yaitu sebagai penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). Pembelajaran di Sekolah Dasar tidak lagi berbasis mata pelajaran, melainkan berbasis tema, baik tema alam, sosial, maupun tema budaya. Di dalam buku yang tematik masih mengandung 8 (delapan) mata pelajaran inti untuk SD yaitu Agama, PPKN, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS SBdp dan PJOK. Walaupun terdapat mata pelajaran, tetapi penyampaian pembelajarannya dilakukan secara tematik-terpadu. Materi pelajaran tidak disajikan dalam buku-buku mata pelajaran tetapi dalam bentuk buku-buku tema-tema pelajaran. Tentu semua tema pelajaran itu bukan saja ditulis dalam Bahasa Indonesia melainkan pula Bahasa Indonesia dijadikan sebagai penghela dan pembawa ilmu pengetahuan (carrier of knowledge): Bahasa Indonesia tidak semata diajarkan sebagai ilmu pengetahuan tetapi dipraktikkan sebagai penghela ilmu pengetahuan.
3. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Saintifik
Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Permendiknas No 22 (2006: 317) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
a. berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis
b. menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara
untuk berbagai tujuan
d. menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial
e. menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
f. menghargai dan membanggakan sastra indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia indonesia.
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Permendiknas Nomor 22 (2006: 318) mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) mendengarkan; 2) berbicara; 3) membaca; dan 4) menulis.
atau menyimak dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi menyimak noninteraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa pembicara mengulangi apa yang diucapkan, dan tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.
Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus mampu menguasai beberapa hal berikut:
a. menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek (short-term memory);
b. berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa target;
c. menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara, intonasi, dan adanya reduksi bentuk-bentuk kata;
d. membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar;
e. mengenal bentuk-bentuk kata khusus (typical word-order patterns); f. mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasi topik dan gagasan; g. menebak makna dari konteks;
h. mengenal kelas-kelas kata (grammatical word classes); i. menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis;
j. mengenal perangkat-perangkat kohesif (recognize cohesive devices);
Berbicara (Asnah 2014: 4) merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat produktif. Sehubungan dengan keterampilan berbicara ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan menyimak, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta lawan bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian, ada pula situasi berbicara yang semiinteraktif, misalnya alam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara. Seorang pembicara harus dapat:
a. mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya;
b. menggunakan tekanan dan nada serta intonasi yang jelas dan tepat sehingga pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara;
c. menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat; d. menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi
e. berupaya agar kalimat-kalimat utama (the main sentence constituents) jelas bagi pendengar;
f. berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide utama;
g. berupaya agar wacana berpautan secara selaras sehingga pendengar mudah mengikuti pembicaraan.
Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat reseptif (Asnah 2014: 5). Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan menyimak dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah berkembang, sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki pembaca adalah:
a. mengenal sistem tulisan yang digunakan; b. mengenal kosakata;
c. menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan utama;
d. menentukan makna-makna kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis; e. mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat, dan sebagainya;
f. menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek, dan preposisi;
h. merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan, dan partisipan; i. menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik
kesimpulan-kesimpulan;
j. menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan gramatikal untuk memahami topik utama atau informasi utama;
k. membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan;
l. menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara mendalam.
Menulis (Asnah 2014: 6) merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat produktif. Menulis dapat dikatakan keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat; melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis, penulis perlu untuk:
a. menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan; b. memilih kata yang tepat;
c. menggunakan bentuk kata dengan benar; d. mengurutkan kta-kata dengan benar;
g. mengupayakan ide-ide atu informasi utama didukung secara jelas oleh ide-ide atau informasi tambahan;
h. mengupayakan terciptanya paragraf dan keseluruhan tulisan koheren sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan;
i. membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca sasaran mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui dan penting untuk ditulis.
Hubungan antara membaca dan menulis yaitu membaca adalah merupakan proses awal yang melatih dan meningkatkan keterampilan bahasa lisan sehingga mampu mengembangkan keterampilan bahasa tulis dalam bentuk karya sastra. Secara garis besar hubungan antara membaca dan menulis adalah sebagai berikut :
a. membaca (reseptif) dan menulis (produktif);
b. menulis adalah kegiatan menyampaikan gagasan, pesan, informasi, sedangkan membaca adalah kegiatan memahami gagasan, perasaan, informasi dalam tulisan;
c. sebelum menulis, seringkali penulis melakukan aktifitas membaca;
d. dalam kegiatan membaca, seringkali pembaca menulis atau membuat catatan, bagan, rangkuman, atau komentar; dan
e. Seringkali kita menulis apa yang kita baca dan membaca apa yang kita tulis Ruang lingkup materi Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar tertuang dalam Permendikbud Nomor 64 (2013: 49) sebagai berikut:
1) bentuk dan ciri teks faktual (deskriptif, petunjuk/arahan, laporan sederhana), teks tanggapan (ucapan terima kasih, permintaan maaf, diagram/tabel), teks cerita (narasi sederhana, puisi) teks cerita non-naratif (cerita diri/personal, buku harian);
2) konteks budaya, norma, serta konteks sosial yang melatarbelakangi lahirnya jenis teks;
3) paralinguistik (lafal, kelantangan, intonasi, tempo, gestur, dan mimik); dan 4) satuan bahasa pembentuk teks: kalimat sederhana dua kata pola SP.
b. Materi Bahasa Indonesia untuk kelas III dan kelas IV
1) bentuk dan ciri teks genre faktual (teks laporan informatif hasil observasi, teks arahan/petunjuk, teks instruksi, teks surat tanggapan pribadi), genre cerita (cerita petualangan, genre tanggapan, teks dongeng, teks permainan/dolanan daerah (teks wawancara, ulasan buku );
2) konteks budaya, norma, serta konteks sosial yang melatarbelakangi lahirnya jenis teks; dan
3) satuan bahasa pembentuk teks: kalimat sederhana pola SPO dan SPOK, kata, dan kelompok kata Penanda kebahasaan dalam teks.
c. Materi Bahasa Indonesia untuk kelas V dan kelas VI
2) konteks budaya, norma, serta konteks sosial yang melatarbelakangi lahirnya jenis teks;
3) satuan bahasa pembentuk teks: kalimat sederhana pola SPPel, SPOPel, SPOPelK, kata, frasa, pilihan kata/diksi;
4) penanda kebahasaan dalam teks; dan
5) paralinguistik (lafal, kelantangan, intonasi, tempo, gestur, dan mimik) Implementasi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2005: 441) adalah
implementasi/impleméntasi/E pelaksanaan: pertemuan kedua ini bermaksud mencari bentuk – dari apa yang telah disepakati dulu.
Jadi implementasi pembelajaran saitifik yang tematik adalah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran tema sebagai pengikat antar mata pelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran tematik, menurut Hosnan (2014: 366) perlu dilakukan kegiatan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.
a. Menentukan tema
1) mempelajari standar kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.
2) menetapkan lebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan. untuk menentukan tema tersebut, guru bekerja sama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
1) memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa 2) dari yang termudah menuju yang sulit
3) dari yang sederhana menuju yang kompleks 4) dari yang kongkrit menuju ke yang abstrak
5) tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berfikir pada diri siswa.
6) ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya.
c. Menetapkan jejaring tema
Buatlah jejaring tema yang menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antartema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema. Untuk jejaring tema pada kurikulum 2013 sudah dibuatkan jejaring oleh tim penyusun buku kurikulum 2013.
d. Tahap kegiatan
Untuk tahapan kegiatan pembelajaran pada kurikulum 2013 sudah dibuatkan alur pembelajaran yang ada dalam buku pegangan guru, contoh pembelajaran sebagai berikut.
1) Pembelajaran kelas I
Langkah-langkah pembelajaran Kelas I, Tema 2 Kegemaranku, Subtema 2 Gemar Menyanyi dan Menari, Pembelajaran 2 dalam Kemendikbud (2014: 37-38) sebagai berikut.
Tabel 2.2 Contoh Langkah-langkah Pembelajaran di Kelas I
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
Kegiatan Inti 1. Siswa mengamati teks lagu anak-anak “Naik Naik ke Puncak Gunung” di buku siswa.
2. Siswa bertanya jawab tentang isi lagu bersama guru. 3. Siswa membaca nyaring isi lagu dengan mengikuti guru
membaca.
4. Siswa dan guru menyanyikan lagu tersebut secara bersama-sama dengan penuh semangat.
5. Setelah semua siswa bernyanyi, siswa menghitung jumlah kata yang terdapat dalam lagu.
6. Kemudian siswa melanjutkan kegiatan dengan mencari kata-kata yang sudah ditentukan di buku siswa dan menghitung jumlah kata tersebut dalam teks lagu yang dipelajari. Siswa menuliskan hasil pengamatannya dengan benar pada tabel yang telah disiapkan. Siswa dan guru membahas hasil penghitungan secara bersama-sama. 7. Siswa mendengarkan teks lagu anak-anak yang dibacakan
guru. (“Naik Puncak Gunung”). Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok beranggotakan orang per kelompok. 8. Dengan mengamati teks lagu siswa melengkapi kalimat
yang terdapat pada buku siswa sehingga menjadi teks lagu yang utuh secara berkelompok.
9. Kelompok siswa yang sudah selesai boleh membantu kelompok lain yang membutuhkan.
10. Setelah selesai dengan kegiatan melengkapi kalimat, siswa menuliskan kata-kata yang belum dimengerti di buku 11. Siswa dan guru mendiskusikan kata-kata yang sulit
dimengerti siswa pada teks lagu.
2) Pembelajaran Kelas II
Langkah-langkah pembelajaran Kelas II Tema 2 Bermain di Lingkunganku, Subtema 1 Bermain di Lingkungan Rumah, Pembelajaran 6 yang tertuang dalam Kemendikbud (2014: 45-47) sebagai berikut.
Tabel 2.3 Contoh Langkah-langkah Pembelajaran di Kelas II
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
Kegiatan inti Guru memberikan arahan kepada siswa untuk membaca teks dengan cermat.
Siswa mengamati gambar tentang kegiatan ibu di dapur pulang dari berbelanja.
Siswa mengamati teks percakapan antara Tiur, Beni, dan Ibu Siswa membaca teks percakapan.
Siswa menanya tentang gambar kegiatan ibu di dapur pulang dari berbelanja
Siswa menanya tentang teks percakapan antara Tiur, Beni, dan Ibu
Siswa bertanya tentang pembagian kelompok dalam membaca teks percakapan
Siswa bermain peran sesuai teks percakapan Tiur, Beni dan Ibu tentang bersatu dalam keragaman di lingkungan rumah Siswa melengkapi kalimat berdasarkan teks percakapan Tiur,
Ibu, dan Beni
Guru memberikan arahan kepada siswa untuk melakukan kegiatan dengan bertanggung jawab.
Siswa menjawab pertanyaan dari teks percakapan yang dibaca Siswa mendiskusikan jawaban yang didapat
Siswa mengisi tabel tentang manfaat daun pisang, daun kelapa dan beberapa daun lainnya berdasarkan teks percakapan mengenai berbelanja
Siswa menjelaskan manfaat hidup bersatu dalam keragaman dari pertanyaan yang diberikan guru
Siswa menjelaskan akibat hidup tidak bersatu dalam keragaman
Siswa memperhatikan jadwal harian Beni Siswa menyebutkan urutan aktivitas Beni
Siswa ditugaskan guru menyusun ulang jadwal sehari Beni Siswa ditugaskan menulis jadwal harian sendiri berdasarkan
kegiatan dan aktivitas bermain yang dilakukan
Guru membimbing siswa agar mengerjakan soal dengan cermat.
Siswa mengerjakan soal tentang menentukan suku yang belum diketahui dari kalimat matematika yang berkaitan dengan pengurangan ( ruas kanan dan kiri dari 2 suku) dengan bimbingan guru
Siswa mengemukakan langkah-langkah menentukan suku yang belum diketahui dari kalimat matematika pengurangan (ruas kanan dan kiri terdiri dari 2 suku
Guru memberi arahan kepada siswa untuk melakukan kegiatan dengan percaya diri.
Siswa membaca petunjuk sederhana tentang membuat anyaman dari daun kelapa
Siswa menjelaskan cara mengolah bahan alam yang dapat digunakan sebagai karya kreatif
Siswa membuat anyaman dari daun kelapa
3) Pembelajaran Kelas III
Langkah-langkah pembelajaran Klas III Tema 3 Perubahan Alam, Subtema 4 Kegiatan Berbasis Proyek, Pembelajaran 5 yang tertuang dalam Kemendikbud (2014: 129) sebagai berikut.
Tabel 2.4 Contoh Langkah-langkah Pembelajaran di Kelas III
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
Inti Guru mengingatkan siswa untuk mencatat kecepatan angin selama lima menit.
Siswa membuat draft diagram batang mengenai kecepatan angin yang telah dicatat selama empat hari (pembelajaran 2- pembelajaran 4).
Guru memeriksa draft diagram batang yang diberikan oleh setiap kelompok.
Siswa mulai membuat diagram batang dalam lembar presentasi besar (karton atau kardus bekas) setelah draft yang dibuat disetujui oleh guru.
Guru berkeliling dan memberi masukan pada siswa dalam proses pembuatan diagram batang mengenai kecepatan angin.
Setiap kelompok siswa mempresentasikan diagram batang yang telah dibuatnya.
4) Pembelajaran Kelas IV
Langkah-langkah pembelajaran di Kelas IV, Tema 4 Berbagai Pekerjaan, Subtema 2 Barang dan Jasa, Pembelajaran 4 yang tertuang dalam Kemendikbud (2014: 78-81) sebagai berikut.
Tabel 2.5 Contoh Langkah-langkah Pembelajaran di Kelas IV
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
Inti Siswa mengamati 2 gambar yang ada di buku siswa dan mendiskusikan peralatan yang dipakai oleh kedua tukang kayu. Saat kegiatan membandingkan, guru dapat meminta untuk melihat
secara detail tentang apa saja yang berbeda dari dua gambar itu jika dihubungkan dengan pekerjaan mereka.
Siswa menjawab pertanyaan yang ada di buku siswa dengan kegiatan membandingkan gambar. Kegiatan ini dapat dilakukan secara individu terlebih dahulu. Kemudian siswa dapat berdiskusi dengan teman sebangkunya utuk mengecek jawaban mereka. Guru mengonfirmasi jawaban siswa
Siswa menyimpulkan tentang penggunaan teknologi dari kedua tukang kayu dengan mengisi tabel yang ada di buku siswa. luas segitiga. (Penilaian no. 2)
Penutup Siswa menuliskan ide-ide agar penggunaan teknologi modern dapat digunakan dengan sebaik-baiknya tanpa menggangu lingkungan.
Guru dapat menambahkan pertanyaan perenungan berdasarkan perenungan di halaman 150.
Pengayaan
Siswa dapat mencoba membuat soal sendiri yang berhubungan dengan luas segitiga.
Siswa dapat berkreasi membuat soal sendiri dengan menggabungkan dua bangun yang sudah dipelajari (bangun datar persegi panjang dan segitiga).
Remidial
dapat diberikan sebagai pekerjaan rumah. Siswa mencoba dahulu untuk mengerjakan semampunya. Guru akan memeriksa kembali pekerjaan siswa dan melihat hal–hal yang belum dikuasai. Penguatan akan diberikan setelah pulang sekolah.
5) Pembelajaran Kelas V
Pembelajaran Kelas V, Tema 2 Peristiwa dalam Kehidupan, Subtema 2 Peristiwa-peristiwa Penting, Pembelajaran 4 yang tertuang dalam Kemendikbud (2014: 98-105) sebagai berikut.
Tabel 2.6 Contoh Pembelajaran di Kelas V
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
Inti Mulai kegiatan dengan membaca teks bacaan secara cermat tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, dan sosialisasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada tema peristiwa sejarah Siswa menyimak tentang informasi penting dalam bacaan.
(Mengamati)
Siswa kemudian mengamati dan meringkas dengan teliti tentang kehidupan bermasyarakat pada masa penjajahan secara mandiri dari bacaan.
Hasil yang diharapkan :
Pengetahuan siswa tentang topik bacaan
Keterampilan siswa dalam mencari informasi melalui bacaan Kecermatan dan ketelitian siswa dalam menjawab pertanyaan Siswa membuat pertanyaan dengan menggunakan informasi
yang ada pada bacaan yang telah disediakan sebelumnya.(Menanya)
Siswa berdiskusi (tanya-jawab) dengan menggunakan informasi yang ada. penting dari bacaan dengan bimbingan guru
Siswa menulis ringkasan dengan teliti dan mandiri tentang kehidupan bermasayarakat di Indonesia pada masa penjajahan.
Siswa dapat berkolaborasi dengan teman sebangku untuk menanyakan informasi apa yang teman mereka dapatkan dari kegiatan membaca
Hasil yang diharapkan :
Siswa dapat menunjukkan sikap tertib dan berpikir sistematis dalam membuat ringkasan tentang kehidupan bermasyarakt dan perjuangan rakyat Indonesia pada masa penjajahan
Gunaka rubrik “Membuat Ringkasan” untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik
Guru memancing rasa ingin tahu siswa dengan meminta mereka mencari dari berbagai sumber tentang kondisi pulau-pulau bekas wilayah jajahan Belanda dan Jepang di Indonesia. (Mencari Informasi)
Siswa membentuk kelompok terdiri atas 3-4 peserta didik Siswa memperhatikan petunjuk langkah penyelidikan serta
informasi apa yang harus mereka dapatkan dalam penyelidikan mereka.
Siswa secara berkelompok melakukan studi literatur secara sederhana dari berbagai sumber.
Guru membimbing siswa dalam merumuskan dan mencatat informasi-informasi penting dalam proses penyelidikan dan studi literatur mereka.
Hasil yang diharapkan :
Siswa diharapkan timbul sikap rasa ingin tahu dan terampil berdiskusi memecahkan masalah terhadap topik yang sedang dipelajari.
Siswa dapat bekerja kelompok secara mandiri
Siswa dapat mencari dan mencatat informasi yang penting yang mereka dapatkan guna melengkapi tabel penyelidikan mereka dengan cermat dan sistematis.
Siswa mempresentasikan dan mendiskusikan hasil kerja kelompok mereka.
Siswa melengkapi hasil catatan penelitian mereka berdasarkan hasil diskus
Siswa menggolongkan beberapa syair sesuai tema (Menalar) Siswa menyimpulkan karakteristik karya syair dengan cermat
dan teliti.
Siswa secara berkelompok mengisi dan melengkapi karya sastra syair di kolom yang telah disediakan dengan percaya diri dan kompak.
Hasil yang diharapkan :
Pengetahuan siswa tentang syair dan pantun
Siswa bersikap cermat dan teliti ketika membedakan karakteristik syair dan pantun.
Siswa dapat melatih kekompakan dan bersikap percaya diri ketika mencoba melengkapi syair danpantun yang ada bersama teman-temannya
Kemandirian peserta didik dalam mengerjakan tugas
pencapaian kompetensi peserta didik.
Siswa mengidentifikasikan permasalahan tentang pemeliharaan museum dan pemeliharaan barang-barang peninggalan bersejarah di museum. (Mengasosiasi)
Siswa berdiskusi dalam kelompok mengenai topik Pemeliharaan barang-barang bersejarah di museum dan bagaiman menyelamatkan barangbarang peninggalan bersejarah dan mengaitkannya dengan pembahasan kewajiban Siswa secara berkelompok menuliskan hasil diskusi dalam bentuk essay dengan memperhatikan kriteria penulisan essay yang baik.
Hasil yang diharapkan :
Siswa terampil dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapat sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki.
Siswa dapat menunjukkan sikap saling menghargai pendapat teman dalam proses diskusi.
Siswa dapat melatih sikap teliti dan bepikir kritis dalam memecahkan permasalahan sosial dan budaya di Indonesia Siswa mencoba membuat poster dengan mengingat kembali
teknik dan kriteria membuat sebuah poster.
Siswa menyajikan poster yang berisi ajakan untuk menyadarkan orang lain agar bertanggung jawab terhadap pemeliharaan barang bersejarah di museum sebagai sebuah tindakan yang mencerminkan kewajiban.
Bimbing siswa untuk memilih gambar dan kalimat ajakan (persuasif) yang sesuai tema untuk pembuatan poster.
Siswa mencoba merumuskan hak dan kewajiban mereka dalam anggota kelompok.
Hasil yang diharapkan :
Siswa dapat membuat sebuah poster yang menarik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan kreatif.
Siswa dapat berpikir kritis dalam memahami, merumuskan, serta menuliskan hak dan kewajiban mereka sebagai anggota dalam kelompok.
Siswa dapat menilai diri mereka sendiri secara jujur tehadap pemahaman akan hak dan kewajiban mereka sebagai anggota kelompok.
Siswa dapat menunjukkan sikap kemandirian dan terampil dalam membuat poster
Gunakan rubrik “Membuat Poster” dan “ceklis penilaian hak dan kewajiban” untuk mengukur pencapaian kompetensi siswa.
Hasil yang diharapkan :
Pengetahuan siswa tentang hak dan kewajiban
bentuk poster
Sikap mandiri dan bertanggung jawab siswa
Siswa dapat bersikap reflektif dan jujur dalam menyimpulkan penguasaan hasil pembelajaran mereka.
Merupakan media untuk mengukur seberapa banyak materi yang sudah dipelajari dan dipahami siswa.
Pada aktivitas ini lebih ditekankan pada sikap siswa setelah mempelajari materi.
Penutup Sebagai tindaklanjut dari kegiatan ini, guru dapat memberikan remedial dan pengayaan sesuai dengan tingkat pencapaian masing-masing siswa.
Penilaian
6) Pembelajaran Kelas VI
Langkah-langkah pembelajaran Kelas VI, Tema 3 Tokoh dan Penemuan, Subtema 3 Ayo Menjadi Penemu, Pembelajaran 1 yang tertuang dalam Kemendikbud (2014: 136-140 ) sebagai berikut.
Tabel 2.7 Contoh Langkah-langkah Pembelajaran di Kelas 6
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
Inti Siswa membaca teks singkat tentang Thomas Alva Edison. Siswa berdiskusi bersama seorang teman, tentang:
Nilai-nilai keteladanan Thomas Alva Edison. Contoh sikap dari setiap nilai dalam kehidupan sehari- hari. Manfaat setiap nilai tersebut bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Siswa menuliskannya dalam bagan yang tersedia
Motivasi siswa bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi seorang penemu dengan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam sikap keseharian mereka.
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil untuk melakukan percobaan guru menemukan listrik statis di sekitar mereka.
Siswa mengikuti instruksi yang diberikan di dalam buku. Siswa menjawab pertanyaan berdasarkan hasil percobaan. Siswa menuliskan hasil percobaan dalam bentuk teks
eksplanasi. (Penilaian 1 dan 2)
Siswa membaca senyap teks eksplanasi tentang listrik statis. Siswa menjawab pertanyaan berdasarkan teks.
(Penilaian 1)
Meminta siswa melakukan refleksi apakah telah mempraktikkan sikap ingin tahu yang tinggi, tekun, dan pantang menyerah saat melakukan
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil.
Siswa dalam kelompok mengamati satu poligon yang terdapat di buku.
Siswa berdiskusi untuk menentukan luas poligon tersebut, kemudian mendiskusikan hasilnya dengan kelompok lain. Jika terdapat perbedaan jawaban, siswa akan mencari tahu strategi yang mereka gunakan.
Setiap kelompok mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Siswa bersama guru bersama-sama membahas dua strategi
untuk mencari luas poligon tersebut.
Siswa mengerjakan latihan mencari luas poligon yang terdapat di buku.
Siswa membandingkan cara yang mereka gunakan dengan teman yang lain.
Penutup Siswa melakukan refleksi harian, apakah mereka telah menerapkan rasa ingin tahu dan tekun.
Pengayaan
Siswa diberikan latihan tambahan soal problem solving mencari luas bangun datar segi banyak (poligon) pada kertas berpetak
guru tentang pendekatan saintifik belum optimal dan mengalokasian 4 jam pelajaran dalam seminggu dibuat 2 kali tatap muka.
Demikian halnya penelitian I Nyoman Sumayasa tahun 2015, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh motivasi belajar Bahasa Indonesia antara siswa yang mengikuti pelajaran dengan pendekatan saintifik dan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional pada siswa Kelas VI Gugus VI Kecamatan Abang, Karangasem adalah : 1) motivasi belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran saintifik (kelompok eksperimen) hasilnya lebih baik daripada motivasi belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (kelompok kontrol); 2) hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran saintifik (kelompok eksperimen) hasilnya lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (kelompok kontrol); 3) motivasi dan hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran saintifik (kelompok eksperimen) hasilnya lebih baik daripada motivasi dan hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (kelompok kontrol).
Demikian pula, penelitian Rokhis Setiawati (2015: 73) menyatakan bahwa pembelajaran pendekatan Scientific Learning pada materi konsep dan pengelolaan koperasi mendapat respon positif dari siswa, mencapai hasil belajar yang baik dan efektif terhadap hasil belajar siswa.
dalam tahap pelaksanaan pembelajaran kelima kegiatan pokok pendekatan saintifik tampak dalam kegiatan pembelajaran dan terlaksana dalam dua kali pertemuan; 3) dalam tahap evaluasi pembelajaran penilaian meliputi penilaian aspek pengetahuan dan keterampilan; dan 4) kendala-kendala yang dialami guru adalah ketidaksesuaian antara waktu dengan cakupan materi pembelajaran, serta contoh yang disajikan dalam buku pegangan siswa tidak kontekstual.
C. Kerangka pikir
Pendekatan saintifik yang menjadi metode ilmiah dalam kurikulum 2013 harus dipahami dan dimengerti oleh guru, baik konsep maupun langkah-langkah kerja pendekatan saintifik di kelas. Dengan demikian apabila guru menguasai pendekatan saintifik dan mahir mengimplementasikan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan baik, maka hasil pembelajaran akan baik/positif. Demikian halnya sebaliknya bila guru kurang menguasai pendekatan saintifik dan tidak mampu mengimplementasikan pembelajaran Bahasa Indonesia, maka pembelajaran tidak berjalan dengan lancar dan hasilnya tidak memuaskan atau tidak sesuai dengan ketentuan.
Sekolah Dasar se-Kabupaten Cilacap dengan kerangka pikir pada tabel 2.1 sebagai berikut.
Bagan 2.1 Kerangka Pikir.
Pendekatan Saintifik Penguasaan
Guru
Implementasi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Hubungan Penguasaan Guru dengan Implementasi Pembelajaran Bahasa