• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

165

BAB 6

PENUTUP

Pada bab ini disampaikan kesimpulan hasil studi pengembangan konsep revitalisasi tata lingkungan tradisional Baluwarti, saran untuk kepentingan program revitalisasi kawasan Baluwarti, dan pembelajaran (lesson learned) yang dapat dipetik setelah melakukan penelitian.

6.1 Kesimpulan

Tujuan studi ini adalah untuk mengembangkan konsep revitalisasi tata lingkungan tradisional Baluwarti yang sedang mengalami pergeseran identitas. Isu-isu utama terkait dengan revitalisasi kawasan Baluwarti adalah perkembangan elemen-elemen pembentuk identitas kawasan Baluwarti, faktor-faktor yang menggeser identitas kawasan, dan kriteria revitalisasi sebagai dasar pengembangan konsep tata lingkungan tradisional yang kontekstual dengan kawasan Baluwarti yang sedang mengalami pergeseran identitas.

a. Penataan elemen pembentuk identitas kawasan Baluwarti didominasi prinsip mikrokosmis-hierarkis. Selain itu juga merupakan transformasi pokok-pokok pikiran yang terlihat dari perwujudannya yang tradisional mitologis. Yaitu dengan menggunakan sistem klasifikasi simbolik tradisional jawa berupa poros imajiner mancapat-mancalima, pembagian wilayah dan zona peruntukan lahan berdasarkan pola gradasi kesakralan, menggunakan benteng dan pola supit urang sebagai kawasan pertahanan, serta pengaturan kawasan yang dapat mendukung pola pergerakan ritual.

b. Pada perkembangannya, elemen pembentuk identitas kawasan mengalami pergeseran secara fisik dan non-fisik.

- Jejalur pradaksina (path) mengalami pergeseran fisik dan fungsi. Hal ini dapat diindikasikan dengan berkembangnya pradaksina menjadi 2 (dua) arah, berkembangnya fasade dan skyline menjadi tidak seirama, dan berkurangnya aktivitas budaya pada pathways yang mempengaruhi berkurangnya sense of occation kawasan.

- Benteng Baluwarti (edges) tidak mengalami pergeseran fisik, namun mengalami pergeseran fungsi. Hal ini dapat diindikasikan dengan tidak lagi menjadi sebagai pemisah area berdasarkan gradasi kesakralan

(2)

166

(Prabasuyasa, Keraton, Negari, Negarigung) dengan kawasan di luar Baluwarti (Mancanegara), namun menjadi batas administrasi kelurahan Baluwarti.

- Unit permukiman (district) mengalami pergeseran fisik dan fungsi. Hal ini dapat diindikasikan dari permukiman yang berkembang tanpa menerapkan pola U-S, mancapat-mancalima, gradasi kesakralan, dan tidak berdasarkan profesi abdi dalem, serta terjadi pergeseran fungsi baru bersifat non–budaya.

- Kamandungan dan butulan (nodes) mengalami pergeseran fisik dan fungsi. Hal ini dapat diindikasikan dari penambahan pintu ‘butulan’ yang tidak sesuai dengan konsep mancapat-mancalima, dan berkembangnya fungsi Brojanala yang mempengaruhi aktivitas ekonomi masyarakat Baluwarti.

- Keraton-dalem pangeran (landmark) mengalami pergeseran fisik dan fungsi. Sebagian besar landmark kawasan dalam kondisi tidak terawat dan terjadi perubahan fungsi. Selain itu apresiasi terhadap sense of occation juga rendah

c. Faktor yang menggeser identitas kawasan Baluwarti tidak hanya faktor fisik, namun terdapat faktor non-fisik yang juga berperan serta, yaitu:

- Perkembangan fisik yang mempengaruhi karakteristik visual kawasan. - Perubahan fungsi yang mempengaruhi ragam aktivitas kawasan.

- Perekonomian yang mempengaruhi karakter visual kawasan, ragam aktivitas serta nilai sosial.

- Nilai sosial yang mempengaruhi ikatan batin dan sense of belonging terhadap kawasan. Selain itu, kedudukan politik keraton juga berpengaruh dalam menerapkan aturan pengendalian kawasan.

- Status kepemilikan yang mempengaruhi rasa kepemilikan masyarakat Baluwarti (sense of belonging).

- Pemahaman masyarakat Baluwarti terhadap kegiatan pelestarian yang mempengaruhi peran serta masyarakat dalam kegiatan revitalisasi kawasan.

d. Kriteria revitalisasi yang diterapkan pada kawasan Baluwarti mengandung arti lebih dari ‘visible feature of teritory’, dengan menyerap konflik interaksi antar kegiatan manusia dan lingkungan. Setiap elemen fisik, manusia, budaya, sosial, dan ekonomi menjadi bagian yang setara.

(3)

167

Konsep yang digunakan adalah dengan mensinergikan aspek fisik, aspek ekonomi, dan aspek sosial. Intervensi fisik merupakan strategi jangka pendek untuk meningkatkan kondisi fisik dan menjaga karakteristik visual kawasan serta mendorong peningkatan aktivitas ekonomi jangka panjang. Sehingga tetap diperlukan perbaikan dan peningkatan aktivitas ekonomi (economic revitalization) yang merujuk pada aspek sosial-budaya serta aspek lingkungan (environmental objectives). Melalui pemanfaatan yang produktif, diharapkan akan terbentuk mekanisme perawatan dan kontrol yang langgeng terhadap artifak kawasan. Sehingga tercapai sinergi pemenuhan aktivitas sosial-budaya-ekonomi dengan terjaganya karakter kawasan.

Selain itu, revitalisasi juga melibatkan partisipasi masyarakat. Dengan adanya partisipasi masyarakat, diharapkan upaya revitalisasi yang dilakukan tidak hanya bertahan dalam kurun waktu singkat akan tetapi dapat berkelanjutan dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Dari pendekatan konsep yang digunakan, diharapkan akan terwujud konsep revitalisasi kawasan Baluwarti yang berkelanjutan (sustainability), berupa keseimbangan antara karakteristik fisik, pemanfaatan potensi ekonomi, dan kelestarian nilai sosial kawasan Baluwarti.

Gambar 6.1 konsep revitalisasi kawasan Baluwarti yang berkelanjutan (sustainability) Sumber: Peneliti, 2010

Rehabilitasi Ekonomi

- peruntukan fungsi baru kawasan dengan adaptive-use

- zoning management aktivitas dan fungsi baru sesuai karakteristik segmen, - pewadahan aktivitas dan penunjang ekonomi kawasan.

Interfensi Fisik

Rehabilitasi Ekonomi Rehabilitasi Sosial

SUSTAINABLE

Rehabilitasi Sosial

- pewadahan “srawung warga”,

- pewadahan pergelaran budaya

dan kerajinan tradisional (grebeg syawal, jamasan pusaka, wayang beber, keris, dll),

- meningkatkan kepedulian

masyarakat terhadap bangunan lama,

- peletakan informasi budaya dan potensi kawasan pada spot penting, dan

- mewadahi forum diskusi antara warga dengan akademisi/ pemerintah.

Interfensi Fisik

- zoning management,

- Pembentukan hirarki ruang luar,

- mengabstraksikan bentuk dan elemen dari konsep asli kawasan Baluwarti,

- intervensi fisik sesuai tingkat pergeseran.

(4)

168 6.2 Saran

Beberapa saran untuk kepentingan revitalisasi tata lingkungan tradisional Baluwarti dan saran penelitian dengan objek studi kawasan Baluwarti yang dapat diusulkan adalah:

6.2.1 Bagi Warga Baluwarti

Perlu adanya peningkatan kesadaran dan pemahaman bagi masyarakat Baluwarti, dan masyarakat luas pada umumnya, akan pentingnya keberlangsungan dan keberlanjutan urban heritage berupa tata lingkungan tradisional Baluwarti sebagai artifak kota. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama dan peran aktif masyarakat dalam melangsungkan hidup dan berkehidupan agar tercapai sinergi antara pemenuhuan kebutuhan sosekbud dengan terjaganya karakter kawasan.

Khusus bagi generasi baru yang mendiami kawasan Baluwarti, meskipun bukan merupakan abdi dalem atau sebagai keluarga Keraton, hendaknya mempunyai jiwa “ngrumangsani” atau merasa memiliki kawasan (sense of belonging).

6.2.2 Bagi Pihak Keraton

Keluarga Keraton sebagai “handarbeni” atau pihak yang memiliki keraton, memiliki tanggung jawab moral untuk keberlangsungan dan keberlanjutan peran sosial-budaya Keraton. Oleh karena itu, hendaknya menyelesaikan permasalahan konflik intern untuk mengembalikan citra Keraton sebagai panutan sosial-budaya bagi warga Baluwarti, dan warga Solo secara umum. Diperlukan hubungan simbiosis mutualisme antara warga Baluwarti dengan pihak Keraton. Keraton harus menghargai dan melibatkan warga Baluwarti dalam kegiatan Keraton, begitu juga sebaliknya. 6.2.3 Bagi Pihak Pemerintah

Perlu ada penetapan batas kawasan (permukiman dan bangunan) tradisonal adat dan kejelasan status kepemilikan, sehingga mempermudah admistrasi serta pelaksanaan kegiatan revitalisasi. Selain itu, diperlukan suatu aturan atau kebijakan terkait dengan pengendalian bangunan dan fungsi dalam kawasan Baluwarti.

6.2.4 Bagi Pihak Swasta

Keterlibatan pihak swasta, pengusaha (investor) dibutuhkan dalam penyediaan modal dan membantu promosi potensi kawasan (karakter spasial, aktivitas seni-budaya, kerajinan tradisional, dll). Pihak swasta yang akan berinvestasi di kawasan Baluwarti hendaknya memperhatikan aspek historis dan karakter sosial-budaya kawasan Baluwarti, sehingga tercipta iklim investasi yang kontekstual dengan keberadaan Keraton. Hal ini terkait dengan potensi kawasan yang dapat dikembangkan menjadi komoditi komersial berbasis sejarah dan sosial-budaya.

(5)

169 6.2.5 Bagi Peneliti/ Akademisi

Pihak akademisi dapat berperan menjadi jembatan komunikasi antara masyarakat Baluwarti dengan pihak pemerintah dan investor

Penentuan sampel bangunan kuno pada penelitian selanjutnya disarankan dengan mempertimbangkan aspek lain selain aspek usia bangunan, kondisi fisik, fungsi, dan ekonomis. Namun dapat mempertimbangkan makna cultural (cultural significances), meliputi: estetika, kejamakan, kelangkaan, keluarbiasaan, peranan sejarah, dan memperkuat kawasan. Selain itu, perlu studi lebih lanjut mengenai tipologi regol pada bangunan dalem pangeran dan permukiman abdi dalem, serta pola persebaran permukiman magersari pada dalem pangeran.

6.3 Pembelajaran (Lesson Learned)

Konsep revitalisasi umumnya terbatas pada estetika kawasan berupa pemolesan fisik tanpa menyentuh potensi sosial-ekonomi masyarakat dan roh kawasan, serta belum mampu menjembatani fenomena perubahan fungsi dan aktivitas dengan keberlanjutan karakter sebuah artifak kota.

Oleh karena itu, perlu adanya reformasi konsep revitalisasi agar tumbuh dengan akar yang kuat, sehingga mampu berkembang secara berkelanjutan. Konsep baru tersebut adalah dengan mensinergikan aspek fisik, aspek ekonomi, dan aspek sosial. Intervensi fisik merupakan strategi jangka pendek untuk mendorong peningkatan aktivitas ekonomi jangka panjang. Intervensi fisik diyakini dapat meningkatkan kondisi fisik dan menjaga karakteristik visual kawasan, namun tidak untuk jangka panjang. Sehingga tetap diperlukan perbaikan dan peningkatan aktivitas ekonomi (economic revitalization) yang merujuk kepada aspek sosial-budaya serta aspek lingkungan (environmental objectives). Melalui pemanfaatan yang produktif, diharapkan akan terbentuk sebuah mekanisme perawatan dan kontrol yang langgeng terhadap artifak kawasan. Sehingga tercapai sinergi pemenuhan aktivitas sosial-budaya-ekonomi dengan terjaganya karakter kawasan.

Selain itu, revitalisasi harus melibatkan partisipasi masyarakat. Dengan adanya partisipasi masyarakat, diharapkan upaya revitalisasi yang dilakukan tidak hanya bertahan dalam kurun waktu singkat akan tetapi dapat berkelanjutan dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Karena kegiatan apapun yang diselenggarakan di kawasan konservasi harus memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat setempat

Dalam pelaksanaanya, program revitalisasi memerlukan tekad dan komitmen yang kuat dari semua pihak yang terlibat dan persepsi yang sama terutama bagi pemerintah kota untuk memberikan payung hukum dan termasuk menjamin keberlanjutan (pemeliharaan) atas program Revitalisasi yang akan diusulkan.

(6)

170

Gambar

Gambar 6.1 konsep revitalisasi kawasan Baluwarti yang berkelanjutan (sustainability)

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan individu di pengaruhi oleh faktor keturunan.faktor keturunan muncul dari gen yang di turunkan oleh kedua orangtua,sementara faktor pengalaman terkait dengan

Tugas akhir ini mencoba untuk menentukan strategi pengembangan urban heritage tourism yang tepat di Koridor Kali Besar berdasarkan faktor strength, weakness, opportunity serta

Terkait hal ini, maka acuan revitalisasi kawasan kota lama Semarang harus memadukan semua aspek yang terkait, tidak hanya dari sisi teknis arsitektur dan geografis saja, tapi

Berkaitan dengan isu-isu kejahatan di ruang jalan dan tidak meratanya pengaruh perkembangan kawasan terhadap Ruang jalan Selokan Mataram penggal jalan Affandi/

Meskipun beberapa peneliti telah melakukan penelitian terkait isu lingkungan dan produk ramah lingkungan, namun masih jarang ditemukan penelitian mengenai faktor yang

ƒ Ketika melakukan penelitian terhadap perkembangan dari fasilitas publik seperti universitas, selain faktor jumlah mahasiswa ada banyak faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan

penelitian ini, semua sampel SMS terkait kualitas pelayanan publik Trans Jogja merupakan isu yang khas karena semua SMS merupakan bentuk apresiasi masyarakat dengan

Kanker payudara merupakan kanker yang patogenesisnya terkait dengan faktor hormonal terutama paparan estrogen. Kadar estradiol sebagai estrogen utama pada wanita