Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-1 2.1 Konsep Perencanan dan Pelaksanaan Program Ditjen Cipta Karya
2.1.1 Kedudukan Infrastruktur Dalam Konteks Pembangunan
Pembangunan infrastruktur tidaklah berdiri sendiri, akan tetapi harus ditempatkan dalam
konteks upaya pengembangan wilayah. Hal ini perlu dilakukan karena, infrastruktur
merupakan salah satu faktor pendorong dalam mewujudkan tujuan pembangunan. Karena itu
penyelenggaraan pembangunan infrastruktur harus diselenggarakan secara sistematis,
terarah, komprehensif, dan berkelanjutan sehingga dapat mencapai tujuan dan sasaran yang
ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien. Untuk itu,
diperlukan adanya manajemen pembangunan yang mampu mengarahkan setiap kegiatan
agar memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan dan sasaran yang selaras dengan visi
daerah. Oleh karena itu setiap kegiatan pembangunan harus didesign sedemikian rupa
sehingga mempunyai relefansi dengan Visi - Misi daerah. Dalam konteks ini maka, yang
menjadi orientasi penyelenggaraan pembangunan infrastruktur adalah sasaran strategis
(strategic goals) yaitu:
1. Kontribusi Pelayanan Infrastruktur bagi Pertumbuhan Ekonomi;
2. Kontribusi Pelayanan Infrastruktur bagi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat dan
pengentasan kemiskinan;
3. Kontribusi Pelayanan Infrastruktur bagi Peningkatan Kualitas Lingkungan.
4. Menjamin agar daya dukung lingkungan dalam pengelolaannya dapat menjadi
berkelanjutan.
Sesuai dengan sasaran strategis yang menjadi orientasi penyelenggaraan pembangunan
tersebut maka, konsep perencanaan dan pelaksanaan pengembangan infrastruktur dapat
diperlihatkan seperti pada Gambar II.1. Dalam formulasinya, pengembangan infrastruktur
menurut konsep tersebut dimaksudkan agar pada tataran perencanaan dapat diselenggarakan
secara terpadu dan pada tataran pelaksanaan dapat dilaksanakan secara bersinergis antar
pemangku kepentingan.
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-2 Gambar II.1.
Konsep Penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur
Berdasarkan kerangka pikir dan konsep keterpaduan sebagaimana yang diuraian tersebut di
atas maka, yang menjadi dasar rujukan utama dalam merumuskan rencana kebutuhan
program infrastruktur permukiman adalah Rencana Tata Ruang (RTR), baik tata ruang
nasional, Tata Ruang Pulau, maupun Tata Ruang Provinsi, Kab./Kota dan Kawasan. Karena
itu yang menjadi Pendekatan Kebijakan Keterpaduan bidang Cipta Karya adalah pengisi
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) khususnya wilayah-wilayah yang menjadi kawasan
strategis, baik kawasan strategis nasional, provinsi maupun kabupaten/kota. Melalui
pendekatan tersebut maka, pembangunan keciptakaryaan dapat terintegrasi, yang dengan
sendirinya program/kegitan Cipta Karya dapat mendukung pengembangan kabupaten/kota
yang responsif dan sesuai kebutuhan penanganannya. Dalam kaitan ini maka, yang menjadi
tujuan tujuan Pembangunan Bidang Cipta Karya adalah :
1. Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan infrastruktur dan permukiman, dan
pengendalian pemanfaatan ruang bagi terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan
(termasuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim): Kondisi Eksiting
- UU No. 1/2011 Tentang Rumah Susun - UU 28/2002 Tentang Bangunan - Standar Pelayanan Minimal Bidang PU
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-3 Penyusunan NSPK (UU, PP, Perpres, Permen, SNI)
Pendampingan Penyusunan NSPK Daerah/Perda Pembinaan SDM
Sosialisasi
Pendidikan/Pelatihan
2. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan (dasar) bidang
pekerjaan umum untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3. Pengembangan prasarana dan sarana bidang Cipta Karya
4. Meningkatkan pembangunan kawasan strategis, wilayah tertinggal dan penanganan
kawasan rawan bencana untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah.
2.1.2 Pendekatan Penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur
Sejalan dengan konsep tersebut di atas maka, pendekatan penyelenggaraan pembangunan
infrastruktur bidang cipta karya adalah:
1. Pendekatan Perencanaan
a) Pencapaian Sasaran Kinerja Kementrian Pekerjaan Umum
Mendukung dan berbasis penataan ruang
Mendukung Prioritas pembangunan nasional dan pencapaian sasaran RPJM
dan Renstra 2010-2014
Mendukung implementasi otonomi daerah yang nyata dan bertangung jawab.
b) Peningkatan Kualitas Kegiatan
Mengacu pada kinerja, keterpaduan, dan sinergi (baik antar sektor dan antar
aras/level kewenangan)
Memenuhi kaidah-kaidah teknis dan dapat dipertanggung jawabkan
Memenuhi standar kelayakan dari segi teknik, lingkungan social, dan juga
ekonomi
c) Penanganan Isu-Isu Strategis
Mengikuti konsepsi pelestarian lingkungan dan adaptasi terhadap perubahan iklim (climate change)
Mengeliminasi timbulnya penyebab dan mengatasi bencana Menerapkan prinsip-prinsip “Good Governance”
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-4 2. Pendekatan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur
Pendekatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur bidang cipta karya, terutama yang
terkait dengan pola kegiatan dan pendanaan diselenggarakan berdasarkan kaidah-kaidah
sebagai berikut:
1. Pengaturan, Pembinaan dan Pengawasan (Turbinwas)
Pengaturan yang dilakukan Pemerintah melalui penyusunan kebijakan dan
strategi, NSPM, SPM, dll.
Pembinaan yang dilakukan Pemerintah dalam bentuk pemberian bimbingan
teknis, supervisi, konsultasi.
Pengawasan yang dilakukan Pemerintah dalam bentuk monitoring dan evaluasi Dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dengan menggunakan dana APBN.
2. Pembangunan
Cost Recovery, kegiatan pulih biaya yang tidak memerlukan bantuan dana
pemerintah.
Pengusahaan / mandiri Non Cost Recovery
Stimulan, yaitu kegiatan yang dilakukan bersama Pemerintah dan
Pemerintah Daerah (berdasarkan RPIJM).
Pemberdayaan, yaitu kegiatan untuk mendorong peran masyarakat dalam
pembangunan lingkungan
DAK, bantuan khusus yang diberikan kepada Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu.
Hibah, yaitu Bantuan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah atau
Masyarakat untuk melaksanakan kegiatan strategis.
2.1.3 Prinsi Penyusunan RPIJM
Dalam rangka penyusunan program yang sesuai dengan isu-isu strategis di daerah yang
selaras dengan konsep perencanaan dan pelaksanaan pembangunan Bidang Cipta Karya
tersebut di atas maka, yang menjadi prinsip dasar penyusunan RPIJM adalah:
1. Mengedepankan pencapaian Output Tepat Sasaran, melalui pelaksanaan kegiatan yang
efektif dengan pemanfaatan sumberdaya (termasuk pendanaan) secara efisien;
2. Berorientasi pada Pencapaian Outcome, yaitu berfungsinya output secara tepat waktu
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-5 3. Memperkuat Sinergi Antar-Stakeholders dalam rangka pemanfaatan sumberdaya
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Masyarakat, dan sumber dari luar negeri;
4. Dalam Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) yang Mengedepankan
Pendekatan Program, bukan pendekatan keproyekan.
2.2 Amanat Pembangunan Nasional
2.2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional disusun dalam bentuk visi, misi dan arah
pembangunan nasional. Dokumen bersifat visioner dan hanya memuat hal-hal yang
mendasar, sehingga memberi keleluasaan yang cukup bagi penyusunan rencana jangka
menengah dan tahunannya.
Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang
meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas
mewujudkan tujuan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Rangkaian upaya pembangunan tersebut
memuat kegiatan pembangunan yang berlangsung tanpa henti, dengan menaikkan tingkat
kesejahteraan masyarakat dari generasi demi generasi. Upaya pelaksanaan tersebut
dilakukan dalam konteks memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengurangi
kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya.
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 merupakan kelanjutan dari
pembangunan sebelumnya untuk mencapai tujuan pembangunan sebagaimana diamanatkan
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk
itu, dalam 20 tahun mendatang, sangat penting dan mendesak bagi bangsa Indonesia untuk
melakukan penataan kembali dengan berbagai langkah-langkah, antara lain di bidang
pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, lingkungan hidup dan
kelembagaannya sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dan mempunyai
posisi yang sejajar serta daya saing yang kuat di dalam pergaulan masyarakat Internasional.
RPJP Nasional 2005-2025 terbagi dalam tahap perencanaan menurut periodisasi
pembangunan jangka menengah nasional 5 (lima) tahunan, yaitu: RPJM Nasional I (2005–
2009), RPJM Nasional II (2010–2014), RPJM Nasional III (2015–2019), dan RPJM
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-6 RPJP Nasional sebagai pedoman dalam menyusun RPJM Nasional. Pentahapan rencana
pembangunan nasional disusun dalam masing-masing periode RPJM Nasional sesuai dengan
visi, misi, dan program Presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat. RPJM Nasional
memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementerian/lembaga
dan lintas kementerian/lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka
ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah
kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka
pendanaan yang bersifat indikatif.
Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahunan
mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, dan
amanat pembangunan yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, maka Visi Pembangunan Nasional Tahun 2005-2025
adalah : Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. Dengan penjelasan:
Mandiri : Bangsa mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan
sederajat dengan bangsa lain yang telah maju dengan mengandalkan pada kemampuan dan
kekuatan sendiri.
Maju : Suatu bangsa dikatakan makin maju apabila sumber daya manusianya memiliki
kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang tinggi.
Adil : Sedangkan Bangsa adil berarti tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun, baik
antarindividu, gender, maupun wilayah.
Makmur : Kemudian Bangsa yang makmur adalah bangsa yang sudah terpenuhi seluruh
kebutuhan hidupnya, sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi
bangsa-bangsa lain di dunia.
Terkait dengan Visi tersebut, Misi pembangunan nasional adalah:
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila adalah memperkuat jati diri dan karakter
bangsa melalui pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal dan
antarumat beragama, melaksanakan interaksi antarbudaya, mengembangkan modal
sosial, menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, dan memiliki kebanggaan sebagai
bangsa Indonesia dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-7 2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing adalah mengedepankan pembangunan
sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing; meningkatkan penguasaan dan
pemanfaatan iptek melalui penelitian; pengembangan, dan penerapan menuju inovasi
secara berkelanjutan; membangun infrastruktur yang maju serta reformasi di bidang
hukum dan aparatur negara; dan memperkuat perekonomian domestik berbasis
keunggulan setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun
keter-kaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan, termasuk pelayanan jasa dalam negeri.
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum adalah memantapkan
kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil;
mem-perkuat kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin pengembangan media dan
kebebasan media dalam mengomunikasikan kepentingan masyarakat; dan melakukan
pembenahan struktur hukum dan meningkatkan budaya hukum serta menegakkan
hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak rakyat kecil.
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu adalah membangun kekuatan TNI
hingga melampaui kekuatan esensial minimum serta disegani di kawasan regional dan
internasional; memantapkan kemampuan dan meningkatkan profesionalisme Polri agar
mampu melindungi dan mengayomi masyarakat; mencegah tindak kejahatan, dan
menuntaskan tindakan kriminalitas; membangun kapabilitas lembaga intelijen dan
kontra-intelijen negara dalam penciptaan keamanan nasional; serta meningkatkan
kesiapan komponen cadangan, komponen pendukung pertahanan dan kontribusi
industry pertahanan nasional dalam sistem pertahanan semesta.
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan adalah meningkatkan
pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh, keberpihakan
kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi
kemiskinan dan pengangguran secara drastis; menyediakan akses yang sama bagi
masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasarana ekonomi;
serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk gender.
6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari adalah memperbaiki pengelolaan pelaksanaan
pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antara pemanfaaatan, keberlanjutan,
keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap
menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan masa kini dan masa
depan, melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk permu-kiman,
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-8 sumber daya alam dan lingkungan secara berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan;
memberikan keindahan dan kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan pemeliharaan
dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan.
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional adalah menumbuhkan wawasan bahari bagi
masyarakat dan pemerintah agar pembangunan Indonesia berorientasi kelautan;
meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang berwawasan kelautan melalui
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan; mengelola wilayah laut
nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun
ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber
kekayaan laut secara berkelanjutan.
8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional
adalah memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan kepentingan
nasional; melanjutkan komitmen Indonesia terhadap pembentukan identitas dan
pemantapan integrasi internasional dan regional; dan mendorong kerja sama
internasional, regional dan bilateral antarmasyarakat, antarkelompok, serta antar
lembaga di berbagai bidang.
2.2.2 RPJM Nasional 2010 – 2014
Strategi pelaksanaan Visi - Misi tersebut dijabarkan secara bertahap dalam periode lima
tahunan atau RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah). Masing-masing tahap
mempunyai skala prioritas dan strategi pembangunan yang merupakan kesinambungan dari
skala prioritas dan strategi pembangunan pada periode-periode sebelumnya. Pentahapan
RPJM dapat diperlihatkan seperti pada Gambar II.2.
Skala prioritas penanganan masing-masing tahapan RPJM Nasional tersebut adalah :
1. RPJM ke-1 (2005–2009) diarahkan untuk menata kembali dan membangun Indonesia
di segala bidang yang ditujukan untuk menciptakan Indonesia yang aman dan damai,
yang adil dan demokratis, dan yang tingkat kesejahteraan rakyatnya meningkat.
2. RPJM ke-2 (2010–2014) ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali
Indonesia di segala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan iptek serta penguatan daya
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-9 Gambar II.2
Tahapan RPJM Nasional
3. RPJM ke-3 (2015–2019) ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara
menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif
perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia
berkualitas serta kemampuan iptek yang terus meningkat.
4. RPJM ke-4 (2020–2025) ditujukan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang
mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang
dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan
berdaya saing.
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1, RPJM ke-2
ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan
menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan
kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian.
RPJM sebagaimana tersebut di atas dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
yang merupakan rencana pembangunan tahunan nasional, yang memuat prioritas
pembangunan nasional, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran
perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program
kementerian/lembaga, lintas kementerian/lembaga kewilayahan dalam bentuk kerangka
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-10 2.2.3 Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) adalah
merupakan salah satu bagian dari rencana pembangunan jangka panjang Indonesia yang
difokuskan pada beberapa sektor seperti pangan, energi, dan infrastruktur. MP3EI
merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi
Indonesia untuk periode lima belas tahun sejak 2011 sampai 2025 dalam rangka pelaksanaan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, dan melengkapi dokumen
perencanaan yang ada.
Untuk mendukung penguatan MP3EI, Pemerintah menetapkan Cetak Biru Pengembangan
Sistem Logistik Nasional, yang antara lain mengatur strategi program, peta panduan, dan
rencana aksi dalam memperbaiki kinerja logistik sebagaimana diatur dalam Perpres No. 26
tahun 2012. Dalam lampiran Perpres itu, disebutkan bahwa MP3EI disusun mengingat
membesarnya peran Indonesia dalam perekonomian global. Indonesia menempati urutan
ekonomi ke-17 terbesar di dunia. Karena itu Indonesia diharapkan terlibat dalam berbagai
forum global dan regional seperti ASEAN, APEC, G-20, dan berbagai kerjasama bilateral
lainnya. Lebih lanjut dipaparkan bahwa keberhasilan Indonesia melewati krisis ekonomi
global tahun 2008, mendapatkan apresiasi positif dari berbagai lembaga internasional.
Sementara itu, keberadaan Indonesia di pusat baru gravitasi ekonomi global, yaitu kawasan
Asia Timur dan Asia Tenggara, mengharuskan negara ini mempersiapkan diri lebih baik
untuk mempercepat terwujudnya suatu negara maju dengan hasil pembangunan dan
kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat.
Luasnya wilayah, penduduk terbanyak dan sumber daya alam terkaya menempatkan
Indonesia sebagai kekuatan utama di Asia Tenggara. Karena itu Indonesia perlu
memposisi-kan dirinya sebagai basis ketahanan pangan dunia, pusat pengolahan produk pertanian,
perkebunan, perikanan, dan sumber daya mineral serta pusat mobilitas logistik global.
MP3EI memfukuskan pada 8 (delapan) program utama, yaitu: pertanian, pertambangan,
energi, industri, kelautan, pariwisata, dan telematika, serta pengembangan kawasan
strategis. Pengembangan kawasan dengan penentuan koridor-koridor tersebut dapat
memberi dampak spill over (melampaui batas) dan mendorong pertumbuhan
kawasan-kawasan sekitarnya secara lebih cepat. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-11 pembangunan ekonomi sesuai dengan keunggulan dan potensi serta strategis wilayah dalam
enam koridor pengembangan. Percepatan dan perluasan pembangunan dilakukan melalui
pengembangan delapan program utama yang terdiri atas 22 kegiatan ekonomi utama.
Strategi pelaksanaan MP3EI adalah dengan mengintregasikan tiga elemen utama, yaitu :
(1) Mengembangkan potensi ekonomi wilayah di enam Koridor Ekonomi (KE) Indonesia,
yaitu: KE Sumatera, KE Jawa, KE Kalimantan, KE Sulawesi, KE Bali–Nusa Tenggara,
dan KE Papua–Kepulauan Maluku;
(2) Memperkuat konektivitas nasional yang terintregasi secara lokal dan terhubung secara
global (locally integrated, globally connected);
(3) Memperkuat kemampuan sumber daya manusia (SDM) dan iptek nasional untuk
mendukung pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi. Sesuai dengan
yang dicanangkan, ketiga strategi utama itu dilihat dari perspektif penelitian perguruan
tinggi sesuai dengan cabang keilmuan di setiap perguruan tinggi tersebut, dan
sumberdaya alam (SDA) yang berada dalam setiap koridor terkait.
Indonesia masih menjadi salah satu produsen besar di dunia untuk berbagai komoditas,
antara lain kelapa sawit (penghasil dan eksportir terbesar di dunia), kakao (produsen terbesar
kedua di dunia), timah (produsen terbesar kedua di dunia), nikel (cadangan terbesar keempat
di dunia), dan bauksit (cadangan terbesar ketujuh di dunia) serta komoditas unggulan
lainnya seperti besi baja, tembaga, karet, dan perikanan. Indonesia juga memiliki cadangan
energi yang sangat besar seperti batu bara, panas bumi, gas alam, dan air yang sebagian
besar dimanfaatkan untuk mendukung industri andalan seperti tekstil, perkapalan, peralatan
transportasi, dan pangan. Selengkapnya tentang tema pembangunan Koridor Ekonomi
berdasarkan Keunggulan dan Potensi Strategis Masing-masing Wilayah dapat dilihat pada
Gambar II.3.
MP3EI ini diletakkan pada delapan program utama, yaitu: pertanian, pertambangan, energi,
industri, kelautan, pariwisata, dan telematika, serta pengembangan kawasan strategis.
Delapan program utama tersebut terdiri atas 22 kegiatan ekonomi utama, yaitu: pertanian/
pangan, pariwisata, perikanan, bauksit, tembaga, nikel, batu bara, minyak dan gas,
perkayuan, peternakan, kakao, karet, kelapa sawit, alutsista, besi baja, makanan-minuman,
tekstil, perkapalan, telematika, peralatan transportasi, dan KSN Selat Sunda, serta wilayah
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-12 Gambar II.4
Gambar II.5 Gambar II.3
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-13 Gambar II.6
2.2.4 MP3KI
Dalam upaya menekan angka kemiskinan, pemerintah sejak 2009 mendesain program
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI).
Program ini langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami kemiskinan ekstrim di
Indonesia. Sebagai program andalan, MP3KI ini juga bertujuan untuk mengimbangi rencana
besar pembangunan ekonomi yang terintegrasi dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). MP3EI digulirkan guna menjaga stabilitas
makro-ekonomi, mendorong percepatan pertumbuhan sektor riil, memperbaiki iklim
investasi, mempercepat dan memperluas pembangunan infrastruktur, menguatkan skema
kerja sama pembiayaan investasi dengan swasta, ketahanan energi, ketahanan pangan,
reformasi birokrasi dan tata kelola, meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan inovasi
teknologi.
Sementara, fokus kerja MP3KI tertuang dalam sejumlah program, pertama, penanggulangan
kemiskinan eksisting Klaster I, berupa bantuan dan jaminan/perlindungan sosial. Klaster II
adalah pemberdayaan masyarakat, Klaster III tentang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (KUMKM), dan Klaster IV adalah program prorakyat. Kedua, transformasi
perlindungan dan bantuan sosial. Ketiga, pengembangan livelihood, pemberdayaan, akses
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-14 Untuk klaster-klaster yang terdapat dalam MP3KI, pemerintah sudah melakukan identifikasi
dan mmerealisasikannya. Klaster I diibaratkan sebagai ikan, dimana melalui MP3KI, pada
2012 lalu, pemerintah memberikan bantuan kepada masyarakat miskin atau rumah tangga
sasaran (RTS). Bantuan dimaksud berupa, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang
dianggarkan Rp27,67 Triliun. Untuk BOS ini, per siswa SD seharusnya mendapatkan Rp.
580.000 per tahun dan SMP Rp. 710.000 per tahun. Selain itu juga ada beras untuk rumah
tangga miskin (Raskin) sebanyak 15 kg/RTS/bulan dengan harga RP 1.600/kg. Kedua,
Program Keluarga Harapan (PKH) yang diberikan kepada rumah tangga sangat miskin
(RTSM). Setiap RTSM mendapat Rp600.000 sampai dengan Rp. 2,2 Juta per tahun. Ketiga,
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) untuk berobat gratis di Puskesmas dan rumah
sakit kelas III milik pemerintah. Tahun 2011, peserta Jamkesmas diperluas kepada
gelandangan dan narapidana. Selain Jamkesmas, diberikan juga Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK) senilai Rp. 100 Juta/Puskesmas/Tahun. Keempat, Bantuan sosial untuk
pengungsi/korban bencana. Kelima, bantuan untuk penyandang cacat Rp. 300 Ribu/bulan.
Keenam, bantuan untuk lanjut usia (lansia) terlantar sekitar Rp. 300 ribu/bulan.
Selain program-program tersebut, yang terkait dengan masyarakat yang berpengasilan
rendah dan usaha kecil, dikembangkan juga program-program antara lain:
1. Pinjaman untuk Rakyat Miskin
Berikutnya, Klaster II diibaratkan sebagai kail yang dilaksanakan dalam Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dengan melibatkan 13
kementerian dan 1 lembaga. Anggaran untuk mendukung program ini sebesar Rp. 9,94
Triliun, dimana setiap kecamatan memperoleh bantuan hingga Rp. 3 Miliar. Seperti
pada 2012 lalu, PNPM telah mencapai sasaran sebanyak 6.680 Kecamatan, 495
Kabupaten/Kota di 33 Provinsi.
Klaster III dapat dikatakan sebagai perahu. Melalui program ini, usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) mendapat Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari 19 bank, yakni BRI,
BNI, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Bukopin, Bank BTN, Bank DKI,
Bank Nagari, Bank Jabar-Banten, Bank Jateng, BPD DIY, Bank Jatim, Bank NTB,
Bank Kalbar, BPD Kalsel, Bank Kalteng, Bank Sulut, Bank Maluku dan Bank Papua.
Pemerintah memberikan jaminan melalui PT Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo)
sebesar Rp. 2 Triliun/tahun. Realisasi KUR 2010 mencapai Rp. 17,23 triliun. Jumlah ini
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-15 Besaran pinjaman yang dilepas ke masyarakat hingga Rp 20 juta. Persyaratannya sangat
mudah, dimana nasabah KUR harus memiliki usaha tetap, lalu menyerahkan Kartu
Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK) dan Keterangan Usaha dari desa/
kelurahan. Sementara itu ada juga KUR untuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan
kredit maksimal mencapai Rp. 60 Juta.
Untuk Klaster IV terbagi dalam beberapa program. Pertama, program Rumah Sangat
Murah dan Murah yang mulai dilaksanakan pada 2012 oleh Kementerian Perumahan
Rakyat (Kemenpera). Program ini menyerap anggaran sebesar Rp. 514,58 Miliar untuk
membangun 6.162 unit rumah. Sedangkan tahun 2011 melalui PNPM Mandiri
Perumahan dan Permukiman, telah dibangun 20.600 unit dan peningkatan kualitas
39.500 unit di 33 provinsi dengan anggaran sebesar Rp. 812,88 Miliar. Kedua, Program
Kendaraan Umum Angkutan Murah. Pada 2012, program ini disokong anggaran dari
APBN sebesar Rp. 10 Miliar. Ketiga, Program Penyediaan Air Minum Berbasis
Masyarakat (Pamsismas). Tahun 2012, program ini sudah dilaksanakan di 15 Provinsi,
694 Kabupaten dengan anggaran sebesar Rp. 144,3 Miliar. Tahun sebelumnya, program
berjalan di 15 provinsi, 560 kawasan dengan anggaran sebesar Rp. 240,8 Miliar.
Keempat, Program Listrik Murah dan Hemat. Kelima, Program Peningkatan Kehidupan
Nelayan. Dan keenam, Program Peningkatan Kehidupan Masyarakat Pinggir Kota. Pada
2012, program ini sudah dilaksanakan di DKI Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan,
Palembang dan Makassar.
Hasil dari implementasi MP3KI sudah terlihat, seperti pada Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) yang diprediksi terus menurun dari 6,32% pada Februari 2012, menjadi
5,8% – 6,1% pada bulan yang sama tahun 2013. Penurunan ini dengan asumsi bahwa
pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 6,8% sampai 7,2%. Inti dari MP3KI adalah
pendapatan masyarakat yang terintegrasi dengan koridor pembangunan dalam MP3EI.
Ekonomi masyarakat diperkuat dengan pendekatan pemberdayaan lahan dan juga
pelatihan. Sebagai contohnya, dalam Koridor I MP3EI, yaitu sektor pertambangan dan
perkebunan akan disinergikan dengan program pengentasan kemiskinan dalam MP3KI.
Caranya, masyarakat di wilayah Koridor I dilibatkan dan diberi pekerjaan pada kedua
sektor tersebut. Idealnya, menurut Hatta, pengurangan kemiskinan berjalan seiring
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-16 2. Menggapai yang Rentan Miskin
Sejak diluncurkan pada Mei 2012 lalu, MP3KI diarahkan untuk menyasar 40%
kelompok masyarakat paling bawah secara ekonomi. Menurut perkiraan jumlah
kelompok ini mencapai 29 juta orang miskin dan 70 juta orang rentan miskin. Kenapa
kelompok rentan miskin jauh lebih besar dengan yang miskin? Hal ini disebabkan oleh
program pemerintah yang tumpang tindih. Untuk mendukung MP3KI,
program-program yang selama ini ada di tiap kementerian, fokus pada satu kementerian saja.
Dalam pandangan Hatta, dengan fokus di satu kementerian, mengontrolnya akan lebih
muda dan realisasinya juga lebih bisa mencapai sasaran.
Memasukkan kelompok masyarakat rentan miskin ke program pengentasan kemiskinan
yang terintegrasi dalam MP3KI. Keberadaan Komite Ekonomi Nasional (KEN) bisa
dioptimalkan untuk realisasi MP3KI dengan cara melakukan pengawasan langsung ke
lapangan. Misalnya, memastikan bahwa program perlindungan sosial, raskin dan
sebagainya tidak hanya diperuntukkan kelompok miskin. Karena apabila hanya untuk
kelompok miskin, maka yang masuk kategori rentan akan masuk dalam jurang
kemiskinan lagi.
Mengingat pentingnya program ini, tidak ada alasan untuk tidak merealisasikannya.
Menko Perekonomian menegaskan bahwasannya untuk soal anggaran tidak
dikhawatirkan karena alokasinya sudah di-plot jauh-jauh hari. Dengan dijalankannya
MP3KI, diharapkan sebagian besar masyarakat miskin memiliki akses terhadap sumber
daya ekonomi dan lapangan kerja untuk meningkatkan taraf hidupnya di masa depan.
2.2.5 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dilaksanakan pembangunan
perekonomian nasional berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,
efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi,
diperlukan keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan kesempatan dan dukungan
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-17 manfaat bagi industri dalam negeri. Berkaitan dengan hal itu, dalam Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) disediakan lokasi bagi UMKM dan koperasi agar dapat mendorong
terjadinya keterkaitan dan sinergi hulu hilir dengan perusahaan besar, baik sebagai Pelaku
Usaha maupun sebagai pendukung Pelaku Usaha lain.
Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional, diperlukan
peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan
geoekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan
kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi
tinggi. Pengembangan KEK bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan
sebagai model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain
industri, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
mengatur bahwa ketentuan mengenai Kawasan Ekonomi Khusus diatur dengan
Undang-Undang. Ketentuan tersebut menjadi dasar hukum perlunya diatur kebijakan tersendiri
mengenai KEK. KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi
perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Fungsi KEK adalah untuk melakukan dan
mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi,
transportasi, maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain.
Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara lain Zona
pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi yang
kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor dan untuk dalam negeri.
Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai KEK adalah sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung,
adanya dukungan dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam pengelolaan KEK, terletak
pada posisi yang strategis atau mempunyai potensi sumber daya unggulan di bidang kelautan
dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan pariwisata, serta mempunyai batas yang
jelas, baik batas alam maupun batas buatan. Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk
lembaga penyelenggara KEK yang terdiri atas Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan
Kawasan di tingkat provinsi. Dewan Kawasan membentuk Administrator KEK di setiap
KEK untuk melaksanakan pelayanan, pengawasan, dan pengendalian operasionalisasi KEK.
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-18 diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya saing agar lebih diminati oleh
penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas fasilitas fiskal, yang berupa perpajakan,
kepabeanan dan cukai, pajak daerah dan retribusi daerah, dan fasilitas nonfiskal, yang
berupa fasilitas pertanahan, perizinan, keimigrasian, investasi, dan ketenagakerjaan, serta
fasilitas dan kemudahan lain yang dapat diberikan pada Zona di dalam KEK, yang akan
diatur oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal pengawasan, ketentuan larangan tetap diberlakukan di KEK, seperti halnya
daerah lain di Indonesia. Namun, untuk ketentuan pembatasan, diberikan kemudahan dalam
sistem dan prosedur yang ditetapkan oleh Pemerintah dengan tetap mengutamakan
pengawasan terhadap kemungkinan penyalahgunaan atau pemanfaatan KEK sebagai tempat
melakukan tindak pidana ekonomi.
Menilik statusnya yang “multifungsi”, KEK seharusnya bisa menjadi motor pertumbuhan
berbagai sector industri manufaktur nasional. Dengan fasilitas fiskal dan nonfiskal yang
demikian luas, seperti perpajakan, kepabeanan, perdagangan, pertanahan, keimigrasian,
ketenagakerjaan, perizinan, permodalan, kepelabuhan, dan keamanan, KEK bukan saja bisa
meningkatkan pertumbuhan industri, ekspor, investasi, dan menyerap banyak tenaga kerja,
tapi juga berpotensi meningkatkan keunggulan kompetitif produk local dan kualitas SDM
domestik melalui transfer teknologi.
KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi
dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan
kegiatan ekonomi lainnya yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.
KEK terdiri atas satu atau beberapa zona: pengolahan ekspor; logistik; industri;
pengembangan teknologi; pariwisata; energi; dan/atau ekonomi lainnya. Didalam KEK
dapat dibangun fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Didalam setiap KEK
disediakan lokasi untuk UMKM dan koperasi.
2.2.6 Direktif Presiden
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan 10 direktif dan instruksi kepada jajaran
Pemerintahannya, dalam rangka percepatan dan peningkatan ekonomi nasional. 10
(Sepuluh) arahan khusus Presiden meliputi:
1. Lakukan langkah-langkah untuk mengatasi kenaikan harga pangan dan energi dunia
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-19 Meningkatkan stock, utamanya BULOG
Meningkatkan produksi nasional, utamanya beras mulai tahun 2011 Persiapkan rencana kontinjensi
2. (Bersama DPR) pastikan APBN (kemungkinan Perubahan) senantiasa tepat kelola agar
subsidi tepat sasaran dan jumlahnya tepat serta lakukan penyerapan anggaran secara
optimal dan tepat waktu.
3. Pastikan program pembangunan infrastruktur dan listrik berhasil baik
Jangan ada yang meleset
Pemda fasilitasi dan permudah perijinan
Swasta yang telah diberikan peluang jangan sampai meleset pula
Pemda bantu dan tangani pembebasan tanah sesuai ketentuan, “untuk kepentingan umum, tanpa mengorbankan hak rakyat”
Kalau ada permasalahan dan kemacetan, segera carikan jalan keluarnya Peningkatan daya listrik adalah prioritas nasional, termasuk geo-thermal Terus kembangkan “public private partnership”
4. Untuk mencapai iklim investasi yang benar-benar baik :
Pastikan betul perijinan mudah, cepat dan murah
Peran Gubernur, Bupati, Walikota sangat penting Jangan kecewakan rakyat karena
tanpa investasi, pengangguran dan kemiskinan tidak akan turun.
Pastikan “kepastian hukum” dapat dijaga, demikian pula jika ada sengketa, “Rule of
Law” ditegakkan
Pastikan tidak ada pertentangan antara peraturan daerah dengan peraturan di tingkat
pusat
Selesaikan restrukturisasi industri strategis/pertahanan yang belum tuntas
5. Pastikan penyimpangan dan korupsi terus berkurang
Intensifkan gerakan pencegahan korupsi, jangan terkesan “dijebak dan dibiarkan” Pejabat pemerintah (pusat dan daerah) yang ragu-ragu (apakah keputusan dan
tindakan yang akan diambil korupsi atau bukan) konsultasi dengan pejabat terkait
Berhentilah dari tindakan korupsi sejalan dengan peningkatan gaji dan
kesejahteraan pejabat dan pegawai
Cegah penggunaan anggaran negara untuk kepentingan politik perseorangan
(misalnya Pemilu kada)
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-20 Cegah dan berantas “mark up” pengadaan barang
Cegah dan hentikan pungli kepada para investor (beritanya tersebar ke seluruh
dunia)
Cegah dan berantas praktek-praktek mafia hukum dan peradilan Lakukan reformasi di Ditjen Pajak
Reformasi di semua lembaga penegak hukum perlu dilanjutkan
Tertibkan praktek usaha pertambangan dan kehutanan yang illegal dan merusak
lingkungan
Pejabat daerah, kepolisian dan penegak hukum lainnya, berada di “depan”
Cegah kolusi antara “pejabat-pengusaha” yang menyimpang
Penegakan hukum mesti dilaksanakan secara sungguh-sungguh, dengan ancaman
hukuman yang berat
Kementerian terkait bersama para Gubernur, Bupati dan Walikota mesti sering
turun ke lapangan
Cegah dan hentikan pemberian ijin yang tidak semestinya (pusat dan daerah)
6. Mari kita kikis dan cegah politik uang
KPU perlu membuat aturan yang tidak mudah politik uang terjadi
Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas keuangan dlm kompetisi politik perlu
diperketat
Perlu dipikirkan tentang cara mengurangi “politik biaya tinggi” dan “politik uang”
7. Pastikan program-program pro-rakyat, dan pelayanan masyarakat berjalan baik
Kelancaran dan ketepat-waktuan program BOS, Jamkesmas, Raskin, PKH, PNPM
dan KUR
Tingkatkan pelayanan kepada kelompok marjinal
Berikan pelayanan cepat dan baik untuk para korban bencana
Permudah, percepat dan permurah pengurusan administrasi masyarakat (KTP, SIM,
STNK, dll)
Capai sasaran MDGs dan sukseskan program KB
8. Tingkatkan perlindungan dan bantuan kepada TKI
Pelatihan dan penyiapan di perusahaan jasa TKI (PJTKIS) Tawarkan program KUR untuk TKI
Pastikan TKI mengerti hak dan kewajibannya (termasuk wajib lapor jika
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-21 Pastikan perwakilan RI di luar negeri aktif dan bertanggung jawab membantu dan
melindungi TKI
Bagi negara penerima TKI yang pemerintah, agen TKI dan pihak yang
mempekerjakan lalai dan tidak bertanggung jawab, dapat diberlakukan moratorium.
9. Pastikan daerah dan pusat memiliki kesiagaan dan kesigapan mengatasi bencana alam
Daerah pemukiman yang sangat berbahaya memang harus direlokasi
Protap menghadapi bahaya (tsunami dan Letusan G. Berapi) harus dimengerti dan
dilatihkan
Jika terjadi bencana BNPD dan pemda harus sangat aktif (sebelum BNPB dan pusat
memberikan bantuan
Peringatan dini harus sungguh dimengerti, dilatihkan dan dijalankan secara efektif Untuk menyelamatkan jiwa penduduk (Pemerintah bisa memaksa mereka untuk
pindah ke tempat yang aman)
Militer dan organisasi kemanusiaan harus tetap siaga dan siap dikerahkan
kemanapun.
2.2.7 Rencana Aksi Direktif Presiden Bidang Ke-PU-aN
Presiden memberikan rencana aksi direktif kepada para pimpinan pusat, provinsi dan
kabupaten/kota untuk tahun 2011. Dalam pertemuan di Bogor beberapa waktu lalu, Presiden
RI memberikan arahan Sembilan Rencana Aksi Direktif Bogor. Instruksi kepada Menteri
Pekerjaan Umum dan menteri terkait dengan pembangunan dan penyediaan infrastruktur
adalah meng-up date dan menentukan kembali prioritas pembangunan infrastruktur.
Rumusan dan penganggaran, panduan antara APBN dan APBD sesuai dengan kemampuan.
Pertemuan para pimpinan pusat, provinsi dan kabupaten/kota telah menghasilkan Inpres I,
Inpres II dan 9 direktif (arahan) Presiden dalam Inpres Bogor. Penekanannya pada
menyamakan pemahaman sistem penyelenggaraan pemerintahan yang berdasarkan UUD
1945 yang telah diamandeman. Selain itu, koordinasi antara Kepala Pemerintahan/Kepala
Negara dengan Gubernur dan Bupati. Presiden mengarahkan agar Gubernur dan Bupati
mempertanggungjawabkan pekerjaan dengan bersinergi. Bupati walau dipilih oleh
masyarakat tetap harus melapor kepada Gubernur. Gubernur melapor kepada Presiden.
Bagaimanapun, Gubernur dan Bupati melaksanakan kewenangan yang diberikan pemerintah
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-22
Presiden mengharapkan agar semua pejabat baik di pusat, provinsi dan kabupaten/kota
mengerti, memahami asal dan rencana penggunaan APBN. APBN yang diterima oleh pusat
akan diserahkan ke daerah untuk pembiayaan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan di daerah.
Dari Survei Kementerian Dalam Negeri, pemanfaatan APBN di daerah sebagian besar
dipergunakan untuk gaji pegawai dan belanja barang sehingga, dana untuk pembangunan
menjadi berkurang. Selain dari itu, pelaksanaan pembangunan bidang infrastruktur antara
pusat dan daerah belum terintegrasi dengan baik, sehingga belum efisien dan efektif. Arahan
Presiden yang langsung kepada Kementerian PU adalah mensinkronkan dan mempertajam
kembali pembangunan infrastruktur yang ada di daerah. Pedoman harus dibuat sebagai
panduan kepada pemerintah daerah agar dalam pembuatan program ke depan
memperhati-kan program di sektor yang disesuaimemperhati-kan dengan APBD. Dengan demikian program dan
pelaksanaan pekerjaan menjadi efisien, terintegrasi dan termanfaatkan dengan baik.
Otonomi dipersepsikan seluas luasnya. Pemilihan Daerah baik Gubernur dan Bupati
dipahami memiliki kewenangan seluas-luasnya di daerah sehingga, antara pusat dan daerah
kadang tidak terkoordinasi. Padahal menurut UU, Gubernur dan Bupati adalah perwakilan
representatif pusat yang ada di daerah.
Pemahaman lokal yakni janji-janji saat pilkada dimasukkan dalam pembangunan sehingga,
untuk mendukung program dan merealisasikan janji, cenderung diinterpretasikan dalam
rekrutmen pegawai. Padahal potensi daerah dan kemampuan kapasitas dan rencana yang
direalisasikan banyak mengalami kemunduran. Ketiga, RTRW dan rencana pembangunan
harus disinergikan antara program pusat, kebutuhan di daerah dan program daerah.
Tantangan ke depan yaitu, pemahaman anggaran, dan sinkronisasi pusat dengan daerah
harus disamakan, penyusunan pedoman program, memonitor dan pengawasan agar
terorganisasi dengan baik. Ada dua hal penting untuk Kementerian PU, pertama sinkronisasi
dan penajaman program pusat dan daerah. kedua, memuat Badan Koordinasi Penataan
Ruang Nasional (BPKRN).
2.3 Peraturan Perundangan Pembangunan Bidang Cipta Karya
2.3.1 UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28H ayat (1)
menyebutkan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Tempat tinggal mempunyai peran
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-23 upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif
sehingga terpenuhinya kebutuhan tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar bagi setiap
manusia, yang akan terus ada dan berkembang sesuai dengan tahapan atau siklus kehidupan
manusia. Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat
tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam lingkungan yang sehat,
aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai salah satu
kebutuhan dasar manusia, idealnya rumah harus dimiliki oleh setiap keluarga, terutama bagi
masyarakat yang berpenghasilan rendah dan bagi masyarakat yang tinggal di daerah padat
penduduk di perkotaan. Negara juga bertanggung jawab dalam menyediakan dan
memberikan kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat melalui penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman serta keswadayaan masyarakat. Penyediaan dan
kemudahan perolehan rumah tersebut merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata
ruang, kehidupan ekonomi, dan social budaya yang mampu menjamin kelestarian
lingkungan hidup sejalan dengan semangat demokrasi, otonomi daerah, dan keterbukaan
dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang bertumpu pada masyarakat
memberikan hak dan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk ikut berperan.
Sejalan dengan peran masyarakat dalam pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman, Pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab untuk menjadi
fasilitator, memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat, serta melakukan
penelitian dan pengembangan yang meliputi berbagai aspek yang terkait, antara lain; tata
ruang, pertanahan, prasarana lingkungan, industri bahan dan komponen, jasa konstruksi dan
rancang bangun, pembiayaan, kelembagaan, sumber daya manusia, kearifan lokal, serta
peraturan perundang-undangan yang mendukung.
Kebijakan umum pembangunan perumahan diarahkan untuk :
a. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang
sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana, dan utilitas umum secara
berkelanjut-an serta mampu mencerminkberkelanjut-an kehidupberkelanjut-an masyarakat yberkelanjut-ang berkepribadiberkelanjut-an Indonesia;
b. Ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk pemenuhan
kebutuhan rumah, perumahan, permukiman, serta lingkungan hunian perkotaan dan
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-24 c. mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tata ruang serta tata
guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna;
d. memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatan negara; dan
e. mendorong iklim investasi asing.
Sejalan dengan kebijakan umum tersebut, penyelenggaraan perumahan dan permukiman,
baik di daerah perkotaan yang berpenduduk padat maupun di daerah perdesaan yang
ketersediaan lahannya lebih luas perlu diwujudkan adanya ketertiban dan kepastian hukum
dalam pengelolaannya. Pemerintah dan pemerintah daerah perlu memberikan kemudahan
perolehan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui program perencanaan
pembangunan perumahan secara bertahap dalam bentuk pemberian kemudahan pembiayaan
dan/atau pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum di lingkungan hunian.
Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman tidak hanya melakukan
pembangunan baru, tetapi juga melakukan pencegahan serta pembenahan perumahan dan
kawasan permukiman yang telah ada dengan melakukan pengembangan, penataan, atau
peremajaan lingkungan hunian perkotaan atau perdesaan serta pembangunan kembali
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Untuk itu, penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman perlu dukungan anggaran yang bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan belanja daerah, lembaga
pembiayaan, dan/atau swadaya masyarakat. Dalam hal ini, Pemerintah, pemerintah daerah,
dan masyarakat perlu melakukan upaya pengembangan sistem pembiayaan perumahan dan
permukiman secara menyeluruh dan terpadu.
Di samping itu, sebagai bagian dari masyarakat internasional yang turut menandatangani
Deklarasi Rio de Janeiro, Indonesia selalu aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diprakarsai
oleh United Nations Centre for Human Settlements. Jiwa dan semangat yang tertuang dalam
Agenda 21 dan Deklarasi Habitat II adalah bahwa rumah merupakan kebutuhan dasar
manusia dan menjadi hak bagi semua orang untuk menempati hunian yang layak dan
terjangkau (adequate and affordable shelter for all). Dalam Agenda 21 ditekankan
pentingnya rumah sebagai hak asasi manusia. Hal itu telah sesuai pula dengan semangat
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pengaturan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan untuk
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-25 permukiman, mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk
yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai
dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR,
meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan
dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di lingkungan hunian
perkotaan maupun lingkungan hunian perdesaan, dan menjamin terwujudnya rumah yang
layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana,
terpadu, dan berkelanjutan. Penyelenggaraan perumahan dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan
pemerataan kesejahteraan rakyat, yang meliputi perencanaan perumahan, pembangunan
perumahan, pemanfaatan perumahan dan pengendalian perumahan.
Salah satu hal khusus yang diatur dalam undang-undang ini adalah keberpihakan negara
terhadap masyarakat berpenghasilan rendah. Dalam kaitan ini, Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah dengan memberikan kemudahan pembangunan dan perolehan rumah melalui
program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dan berkelanjutan.
Kemudahan pembangunan dan perolehan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah itu,
dengan memberikan kemudahan, berupa pembiayaan, pembangunan prasarana, sarana, dan
utilitas umum, keringanan biaya perizinan, bantuan stimulan, dan insentif fiskal.
Penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang
berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan
rencana tata ruang. Penyelenggaraan kawasan permukiman tersebut bertujuan untuk
memenuhi hak warga negara atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang sehat,
aman, serasi, dan teratur serta menjamin kepastian bermukim, yang wajib dilaksanakan
sesuai dengan arahan pengembangan kawasan permukiman yang terpadu dan berkelanjutan.
Undang-undang perumahan dan kawasan permukiman ini juga mencakup pemeliharaan dan
perbaikan yang dimaksudkan untuk menjaga fungsi perumahan dan kawasan permukiman
agar dapat berfungsi secara baik dan berkelanjutan untuk kepentingan peningkatan kualitas
hidup orang perseorangan yang dilakukan terhadap rumah serta prasarana, sarana, dan
utilitas umum di perumahan, permukiman, lingkungan hunian dan kawasan permukiman. Di
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-26 perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang dilakukan untuk meningkatkan mutu
kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni perumahan kumuh dan permukiman
kumuh. Hal ini dilaksanakan berdasarkan prinsip kepastian bermukim yang menjamin hak
setiap warga negara untuk menempati, memiliki, dan/atau menikmati tempat tinggal, yang
dilaksanakan sejalan dengan kebijakan penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan
dan kawasan permukiman.
2.3.2 UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
Pembangunan nasional untuk memajukan kesejahteraan umum sebagaimana dimuat di
dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada hakekatnya adalah pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia yang menekankan
pada keseimbangan pembangunan, kemakmuran lahiriah dan kepuasan batiniah, dalam suatu
masyarakat Indonesia yang maju dan berkeadilan sosial berdasarkan Pancasila.
Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, mempunyai peranan
yang sangat strategis dalam pembentukan watak, perwujudan produktivitas, dan jati diri
manusia. Oleh karena itu, penyelenggaraan bangunan gedung perlu diatur dan dibina demi
kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat, sekaligus untuk
mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, andal, berjati diri, serta seimbang, serasi,
dan selaras dengan lingkungannya. Bangunan gedung merupakan salah satu wujud fisik
pemanfaatan ruang. Oleh karena itu dalam pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada
pengaturan penataan ruang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk
menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung, setiap
bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung,
serta harus diselenggarakan secara tertib.
Undang-undang tentang Bangunan Gedung mengatur fungsi bangunan gedung, persyaratan
bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, termasuk hak dan kewajiban pemilik
dan pengguna bangunan gedung pada setiap tahap penyeleng-garaan bangunan gedung,
ketentuan tentang peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah, sanksi, ketentuan
peralihan, dan ketentuan penutup.
Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan tersebut dilandasi oleh asas kemanfaatan,
keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya, bagi
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-27 untuk terlibat dan berperan secara aktif bukan hanya dalam rangka pembangunan dan
pemanfaatan bangunan gedung untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi juga dalam
meningkatkan pemenuhan persyaratan bangunan gedung dan tertib penyelenggaraan
bangunan gedung pada umumnya.
Perwujudan bangunan gedung juga tidak terlepas dari peran penyedia jasa konstruksi
berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa konstruksi baik sebagai
perencana, pelaksana, pengawas atau manajemen konstruksi maupun jasa-jasa
pengembangannya, termasuk penyedia jasa pengkaji teknis bangunan gedung. Oleh karena
itu, pengaturan bangunan gedung juga harus berjalan seiring dengan pengaturan jasa
konstruksi sesuai dengan peraturan perundangan. Dengan diberlakukannya
undang-undang ini, maka semua penyelenggaraan bangunan gedung baik pembangunan maupun
pemanfaatan, yang dilakukan di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
pemerintah, swasta, masyarakat, serta oleh pihak asing, wajib mematuhi seluruh ketentuan
yang tercantum dalam Undang-undang tentang Bangunan Gedung.
Dalam menghadapi dan menyikapi kemajuan teknologi, baik informasi maupun arsitektur
dan rekayasa, perlu adanya penerapan yang seimbang dengan tetap mempertimbangkan
nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik arsitektur dan lingkungan
yang telah ada, khususnya nilai-nilai kontekstual, tradisional, spesifik, dan bersejarah.
Pengaturan dalam undang-undang ini juga memberikan ketentuan pertimbangan kondisi
sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Indonesia yang sangat beragam. Berkaitan dengan
hal tersebut, pemerintah terus mendorong, memberdayakan dan meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk dapat memenuhi ketentuan dalam undang-undang ini secara bertahap
sehingga jaminan keamanan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat dalam
menyeleng-garakan bangunan gedung dan lingkungannya dapat dinikmati oleh semua pihak secara adil
dan dijiwai semangat kemanusiaan, kebersamaan, dan saling membantu, serta dijiwai
dengan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik.
Undang-undang ini mengatur hal-hal yang bersifat pokok dan normatif, sedangkan
ketentuan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah dan/atau
peraturan perundang-undangan lainnya, termasuk Peraturan Daerah, dengan tetap
mempertimbangkan ketentuan dalam undang-undang lain yang terkait dalam pelaksanaan
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-28 2.3.3 UU No.07 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat
untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam segala bidang.
Sejalan dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, undang-undang ini menyatakan bahwa sumber daya air dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat secara adil. Atas penguasaan sumber
daya air oleh negara dimaksud, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air
bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan melakukan pengaturan hak atas air.
Penguasaan negara atas sumber daya air tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah dengan tetap mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya, seperti hak ulayat masyarakat hukum adat
setempat dan hak-hak yang serupa dengan itu, sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pengaturan hak atas air diwujudkan melalui penetapan hak guna air, yaitu hak untuk
memperoleh dan memakai atau mengusahakan air untuk berbagai keperluan. Hak guna air
dengan pengertian tersebut bukan merupakan hak pemilikan atas air, tetapi hanya terbatas
pada hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan sejumlah (kuota) air sesuai
dengan alokasi yang ditetapkan oleh pemerintah kepada pengguna air, baik untuk yang
wajib memperoleh izin maupun yang tidak wajib izin. Hak guna air untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari, pertanian rakyat, dan kegiatan bukan usaha disebut dengan hak
guna pakai air, sedangkan hak guna air untuk memenuhi kebutuhan usaha, baik penggunaan
air untuk bahan baku produksi, pemanfaatan potensinya, media usaha, maupun penggunaan
air untuk bahan pembantu produksi, disebut dengan hak guna usaha air. Jumlah alokasi air
yang ditetapkan tidak bersifat mutlak dan harus dipenuhi sebagaimana yang tercantum
dalam izin, tetapi dapat ditinjau kembali apabila persyaratan atau keadaan yang dijadikan
dasar pemberian izin dan kondisi ketersediaan air pada sumber air yang bersangkutan
mengalami perubahan yang sangat berarti dibandingkan dengan kondisi ketersediaan air
pada saat penetapan alokasi.
Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan
pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi dijamin oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah. Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-29 tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan tanahnya. Pemerintah atau
pemerintah daerah menjamin alokasi air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi
perseorangan dan pertanian rakyat tersebut dengan tetap memperhatikan kondisi
ketersediaan air yang ada dalam wilayah sungai yang bersangkutan dengan tetap menjaga
terpeliharanya ketertiban dan ketentraman.
Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong lebih menguatnya
nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi sosialnya. Kondisi tersebut berpotensi
menimbulkan konflik kepentingan antarsektor, antarwilayah dan berbagai pihak yang terkait
dengan sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air yang lebih bersandar pada
nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat
mengabaikan fungsi sosial sumber daya air. Berdasarkan pertimbangan tersebut
undang-undang ini lebih memberikan perlindungan terhadap kepentingan kelompok masyarakat
ekonomi lemah dengan menerapkan prinsip pengelolaan sumber daya air yang mampu
menyelaraskan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi.
Air sebagai sumber kehidupan masyarakat secara alami keberadaannya bersifat dinamis
mengalir ke tempat yang lebih rendah tanpa mengenal batas wilayah administrasi.
Keberadaan air mengikuti siklus hidrologis yang erat hubungannya dengan kondisi cuaca
pada suatu daerah sehingga menyebabkan ketersediaan air tidak merata dalam setiap waktu
dan setiap wilayah. Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan meningkatnya
kegiatan masyarakat mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan yang berdampak negative
terhadap kelestarian sumber daya air dan meningkatnya daya rusak air.
2.3.4 UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Persampahan
Jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan
bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan
kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin beragam, antara lain, sampah
kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh proses alam. Selama ini sebagian besar
masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan
sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih
bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan
dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah dengan volume
yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH4)
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 2-30 pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam, diperlukan
jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar.
Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya
ditinggalkan dan diganti dengan paradigm baru pengelolaan sampah. Paradigma baru
memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat
dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri.
Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak
sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu
pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan
ke media lingkungan secara aman.
Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan
pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan,
penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah
meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir.
Dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (Pasal 28H ayat 1) memberikan hak kepada
setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Amanat tersebut
memberikan konsekuensi bahwa pemerintah wajib memberikan pelayanan publik dalam
pengelolaan sampah. Hal itu membawa konsekuensi bahwa pemerintah merupakan pihak
yang berwenang dan bertanggung jawab di bidang pengelolaan sampah, meskipun secara
operasional pengelolaannya dapat bermitra dengan badan usaha. Selain itu organisasi
persampahan, dan kelompok masyarakat yang bergerak di bidang persampahan dapat juga
diikut sertakan dalam kegiatan pengelolaan sampah.
Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan komprehensif,
pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewenang Pemerintah dan
pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan publik, diperlukan payung hukum
dalam bentuk undang-undang. Pengaturan hukum pengelolaan sampah dalam
Undang-Undang ini berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas
keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai
ekonomi.
Berdasarkan pemikiran sebagaimana diuraikan di atas, pembentukan Undang-Undang ini