BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penggumpalan lateks merupakan peristiwa perubahan sol menjadi gel. Proses
penggumpalan lateks dapat terjadi dengan sendirinya dan dapat pula karena
pengaruh dari luar seperti gaya mekanis (gesekan), listrik panas, elektrolit, enzim,
asam, maupun zat penarik air. Penggumpalan lateks karena pengaruh dari luar
dilakukan untuk mempercepat penggumpalan dan untuk memperoleh koagulum
karet dengan mutu yang lebih baik dengan cara yang lebih efisien dan lebih
murah. Penggumpalan lateks dengan cara menarik air (dehidrasi) dilakukan
dengan menambahkan senyawa yang dapat mengganggu lapisan molekul air yang
mengelilingi partikel karet di dalam lateks. Senyawa yang digunakan antara lain
alkohol dan aseton. Penggumpalan dengan cara penambahan senyawa penarik air,
jarang dilakukan karena karet yang dihasilkan memiliki mutu yang kurang baik
(Riset,2004).
Peranan pH sangat menetukan mutu karet. Penggumpalan pada pH yang
sangat rendah mengakibatkan warna karet semakin gelap dan nilai modulus karet
semakin rendah. Sebaliknya keuntungannya, masa pemeraman singkat dan PRI
dapat dipertahankan setinggi mungkin. Penambahan elektrolit yang bermuatan
positif juga dapat menetralkan muatan negatif dari partikel karet dan
menggumpalkan karet (Ompusunggu,1987).
Selama ini bahan penggumpal lateks kebun yang baik dan dianjurkan adalah
asam formiat atau asam asetat, akan tetapi karena kedua jenis asam tersebut
Pemanfaatan asam jawa selama ini hanya digunakan untuk bumbu masakan
dan untuk mengobati bermacam penyakit. Pemanfaatan asam jawa yang selama
ini yang jarang digunakan perlu dikembangkan lebih lanjut untuk pengolahan
yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan.
Daging buah asam jawa mengandung 8-14% asam tartarat, 30 -40% gula,
serta sejumlah kecil asam sitrat dan kali um bitaetrat sehingga berasa sangat
masam. Warna asli daging asam adalah kuning kecoklat -coklatan. Akibat
pengaruh pengolahan, warnanya berubah menjadi kehitam -hitaman. Pulp buah
asam yang masak mengandung air sekitar 63,3 -68,6%, bahan padat total
31,3-36,6%, protein 1,6- 3,1%, lemak 0,27- 0,69%, sukrosa 0,1- 0,8%, selulosa
2,0-3,4%, dan abu 1,2- 1,6%. Abu dari tanaman asam tersusun atas kalium, silikon,
natrium, fosfor, dan kalsium. Asam tartarat merupakan komponen asam yang
paling utama dalam pulp . Kandungan asam dalam pulp asam berkisar antara
8-16%, sedangkan asam lainnya total hanya sekitar 3% dari berat pulp (Rukmana,
2005).
Penelitian mengenai jenis asam yang digunakan sebagai penggumpal lateks
telah banyak dilakukan diantaranya :
Rudi Munzirwan (2004) telah menggunakan asam asetat dan asam formiat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam formiat lebih baik digunakan sebagai
penggumpal lateks karena menghasilkan nilai Plastisitas Awal, Plastisitas Retensi
Index, viskositas mooney dan kadar abu yang lebih tinggi dibandingkan dengan
asam asetat.
Khairani (1995) telah memanfaatkan limbah cair tahu sebagai penggumpal
lateks. Lateks yang berasal dari perkebunan ditambahkan limbah cair tahu yang
mempunyai pH =4 dan akhirnya akan membentuk koagulan. Kemudian digiling
dan dikeringkan pada suhu 1100C selama 3,5 jam. Karet kering yang dihasilkan
diuji mutu karetnya meliput plastisitas awal, Plastisitas Retensi Indeks (PRI),
kadar kotoran, kadar abu dan kadar zat menguap. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa lateks kebun yang digumpalkan dengan limbah cair tahu memenuhi
Khairina Safitri (2010) telah memanfaatkan ekstrak belimbing wuluh
sebagai penggumpal lateks kebun pH 4.7 yang membentuk koagulum. Sebagai
kontrol digunakan asam formiat sebagai penggumpal lateks. Dari hasil penilitian
menunjukkan variasi konsentrasi ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa billimbi L)
20:100 (v/v karet) memilki nilai Plastisitas Awal (Po) 39.33; Plastisitas Retensi
Index (PRI) 50% ; Viskositas Mooney (VM) 65.5 dan Kadar Abu 0.16% serta
sifat fisika yang dihasikan menurut Standar Indonesia Rubber (SIR) – 20 - 1990.
Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk memanfaatkan buah Asam Jawa
(Tamarindus Indica L.) untuk bahan koagulan lateks kebun, yang akhirnya dapat
digunakan oleh petani sebagai bahan pengganti asam formiat yang pada saat ini
masih digunakan oleh petani.
1.2.Perumusan Masalah
1. Apakah buah asam jawa dapat digunakan sebagai penggumpal lateks.
2. Apakah buah asam jawa yang digunakan sebagai penggumpal lateks tanpa
amonia menghasilkan mutu karet yang memenuhi SIR 20.
3. Apakah buah asam jawa yang digunakan sebagai penggumpal lateks
dengan amonia menghasilkan mutu karet yang memenuhi SIR 20.
1.3 Pembatasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi pada :
1. Bahan penggumpal yang digunakan adalah buah asam jawa
2. Lateks yang digunakan berasal dari Perkebunan PTPN 3, Sumatera Utara
3. Koagulum hasil penggumpalan digiling dengan creper sebanyak enam kali,
4. Karet kering yang dihasilkan digiling dengan blending mill sebanyak tiga
kali
5. Parameter pengujian mutu yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
Plastisitas awal (Po), Plastisitas Retensi Index (PRI), Viskositas Money,
Kadar Abu, dan Kadar Kotoran
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui pengaruh buah asam jawa dalam penggumpalan lateks.
2. Untuk mengetahui mutu SIR dari lateks yang digumpalkan dengan buah
asam jawa (Tamarindus Indica L.) dan dibandingkan dengan asam formiat
sebagai penggumpal lateks tanpa menggunakan amonia.
3. Untuk mengetahui mutu SIR dari lateks yang digumpalkan dengan buah
asam jawa (Tamarindus Indica L.) dan dibandingkan dengan asam formiat
sebagai penggumpal lateks dengan menggunakan amonia.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yaitu penggunaan buah
asam jawa sebagai penggumpal lateks pada karet sehingga menghasilkan mutu
karet yang lebih baik sehingga dapat digunakan dalam industri lateks.
1.6. Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan menggunakan lateks yang
diperoleh dari perkebunan, Sumatera Utara sebagai populasi yang bersifat
homogen yang kemudian lateks akan digumpalkan melalui penambahan buah
Adapun tahap – tahap yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
- Tahap I : Diambil buah asam jawa sebanyak 10 gram, di tambahkan 100
ml aquadest, di saring buah asam jawa, di ambil fitrat buah asam jawa
sebagai variasi 10%.
- Tahap II : Diambil lateks kebun sebanyak 1000 mL, disaring, dan
dihomogenkan
- Tahap III : Diukur Asam Formiat 67 % sebanyak 80 ml, kemudian
diambil 40 ml sebagai kontrol penggumpal tanpa amonia, dan 40 ml
sebagai kontrol penggumpal dengan amonia.
- Tahap IV : Diukur 50 ml amonia 25 %, dimasukkan kedalam labu takar
500 ml, dihomogenkan, diambil amonia 2,5 % sebanyak 10 ml.
- Tahap V : Dimasukkan 100 mL lateks dan buah asam jawa kedalam
wadah penggumpal dengan masing-masing konsentrasi 10 % ; 20 % ;
30%. Lalu masing-masing campuran di variasikan suhu dengan
perbandingan suhu 250C ; 300C ; 350C. Di diamkan selama 1 malam,
koagulum yang dihasilkan di giling dengan alat creper, di keringkan
selama 7 hari, di giling dengan blending mill, dan di uji mutu karetnya.
Adapun variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
- Variabel bebas : Konsentrasi buah asam jawa 10 % ; 20 % ; 30%. Suhu
250C ; 300C; 350C.
- Variabel terikat : Plastisitas Awal (Po), Plastisitas Retensi Index (PRI),
Kadar Abu, Kadar Kotoran, dan Kadar Karet Kering (KKK).
- Variabel tetap : Jenis Penggumpal, pH Penggumpal
1.7 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisika FMIPA USU, Medan dan