• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Buku Cerita Bergambar tentang Sejarah dan Keunikan Drumblek sebagai Media Komunikasi Massa T1 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Buku Cerita Bergambar tentang Sejarah dan Keunikan Drumblek sebagai Media Komunikasi Massa T1 BAB IV"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

25

BAB IV

TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA PRODUKSI

4.1. Pra-Produksi

Sebelum melakukan proses produksi, penulis melalui pra-produksi terlebih dahulu. Pra-produksi melalui beberapa tahap yang di antaranya adalah riset, pembuatan story line, kemudian pembuatan story board.

4.1.1. Riset

Tahap riset dimulai dengan mengumpulkan sumber sejarah atau

heuristis, pada tanggal 17 September 2016, bertemu dengan Muhammad Edi Kurniawan (Wawan) selaku Ketua Paguyuban Drumblek Salatiga untuk memperoleh informasi umum seputar Drumblek seperti sejarah singkat dan perkembangan Drumblek di Kota Salatiga, sumber sejarah yang diperoleh adalah sumber sejarah lisan dengan hasil mengetahui sejarah singkat, rekomendasi narasumber dan peningkatan jumlah grup Drumblek cukup signifikan dengan bukti nyata eksistensi Drumblek yang semakin digandrungi.

Kemudian pada 16 November 2016, penulis bertemu dengan Lilla Eridianti Kepala Seksi Kebudayaan Dinas Perhubungan Komunikasi Budaya dan Pariwisata Kota Salatiga untuk meminta pendapat tentang Drumblek dan bentuk dukungan pemerintah terhadap Drumblek, sumber sejarah yang diperoleh adalah sumber sejarah lisan dengan hasil Drumblek adalah sebuah kesenian dan pemerintah mendukung adanya Drumblek dengan sering mengikutkan Drumblek dalam lomba atau acara tingkat regional serta memberi bantuan dana kepada grup Drumblek yang dinilai berprestasi.

(2)

26 Asli Salatiga”. Sangat disayangkan hanya terdapat dua buku yang memuat informasi sejarah Drumblek.

Atas rekomendasi dari ketua Paguyuban Drumblek Salatiga, pada tanggal 2 Maret 2017, penulis melakukan wawancara langsung terhadap pencetus Drumblek untuk pertama kali yaitu Didik Subiyantoro Masruri untuk mendapatkan informasi mengenai sejarah Drumblek, penulis mendapatkan sumber sejarah lisan bahwa benar peristiwa ini sudah dipikirkan sejak tahun 1986 namun baru muncul pada tahun 1988. Drumblek muncul ketika kreativitas menjadi solusi untuk minimnya biaya, seperti yang sudah diuraikan dalam bab satu. Penulis juga mendapatkan sumber sejarah kebendaan yaitu beberapa bukti foto dokumentasi yang masih tersimpan dalam album lama milik Didik.

Wawancara selanjutnya dilakukan pada tanggal 15 Maret 2017 untuk menguji autentisitas dan kredibilitas atau tahap kritik sumber dari sumber sejarah lisan yaitu hasil wawancara sebelumnya, sumber sejarah kebendaan berupa foto dan dua buku yang sudah terbit sebelumnya. Sumber sejarah lisan yaitu hasil wawancara dengan Wawan dan Didik dapat dikatakan autentik dan kredibel karena mengandung peristiwa penting yang tidak lain adalah sejarah Drumblek dan tidak ada kontra tentang sejarah Drumblek antara generasi Didik tahun 1988 dengan generasi Wawan tahun 2016.

(3)

27 scan). Untuk uji kredibilitas, Didik menyampaikan bahwa foto yang ada adalah asli dan sesuai kejadian pada masa itu tanpa adegan rekayasa.

Selanjutnya buku pertama yang sudah terbit sebelumnya “Drumblek Dari Salatiga Untuk Dunia”. Uji autentisitas mendapatkan hasil bahwa buku ini dibuat di Kota Salatiga pada tahun 2013, dibuat oleh tim Kampoeng Salatiga, diketik komputer yang dicetak pada media kertas berbentuk buku dan merupakan bentuk asli (bukan fotokopi) dengan bukti kesamaan buku yang diperoleh penulis dengan buku yang dimiliki oleh Didik. Uji kredibilitas mendapatkan hasil bahwa isi dari buku sudah sesuai dengan fakta sejarah yang sebenarnya, Didik mengklarifikasi hal tersebut karena dirinya sendiri yang menjadi narasumber dalam buku “Drumblek Dari Salatiga Untuk Dunia”.

Uji autentisitas pada buku kedua “Drumblek Kesenian Asli Salatiga” mendapatkan hasil bahwa buku ini dibuat di Kota Salatiga pada tahun 2014, dibuat oleh Eddy Supangkat, dkk, diketik komputer yang dicetak pada media kertas berbentuk buku dan merupakan bentuk asli (bukan fotokopi). Sedangkan untuk uji kredibilitas mendapatkan hasil bahwa terdapat beberapa konten yang kurang tepat dengan sejarah yang sebenarnya, Didik mengklarifikasi hal tersebut dengan menyatakan bahwa dirinya tidak menjadi narasumber, Didik hanya mengetahui pembuatan buku ini namun belum pernah membacanya.

(4)

28 mengisi bagian sumber sejarah kebendaan (foto dokumentasi) yang hilang atau memang tidak terdokumentasikan.

Berdasarkan hasil sumber sejarah yang sudah dikumpulkan, diuji dan dianalisis serta disintesis, penulis mendapatkan informasi-informasi seputar sejarah, keunikan dan perkembangan Drumblek. Dari hasil tersebut penulis menemukan bahwa dibutuhkan sebuah media komunikasi massa untuk menyampaikan informasi tentang sejarah dan keunikan Drumblek kepada masyarakat luas karena masih minimnya media komunikasi massa yang tersedia.

Tahap selanjutnya adalah interpretasi, yaitu menyusun story line dan story board.

4.1.2. Story Line

Melalui riset yang sudah dilakukan sebelumnya, penulis memulai tahap interpretasi yaitu merancang alur cerita dalam buku cerita bergambar tentang sejarah dan keunikan Drumblek sebagai media komunikasi massa sebagai berikut:

Tabel 4.1.

Story Line buku cerita bergambar sejarah dan keunikan Drumblek

No Cerita Visual

1 Didik sebagai pemuda Kampung

Pancuran diminta oleh panitia

karnaval HUT RI untuk

mengoordinasi warga Kampung

Pancuran untuk ikut berpartisipasi

dalam acara HUT RI ke 43. Di sinilah

cikal bakal Drumblek dimulai.

Ilustrasi – Didik sedang berbicara

dengan salah satu Panitia Karnaval.

Salah satu panitia seperti menawarkan

sesuatu, terlihat dari belakang. Ekspresi

muka Didik diilustrasikan tertantang

atau tertarik akan sebuah hal baru dan

mengangkat jempol tangannya sebagai jawaban “oke”. Digambarkan mereka sedang berada di Kampung Pancuran, di

(5)

17-29 08-88 untuk menunjukkan bahwa pada

waktu itu menjelang HUT RI ke 43.

2 Didik berdiskusi dengan warga

tempat mereka sering berkumpul.

Ilustrasi – Didik dan beberapa orang

sedang berkumpul di bawah pohon

Randu. Mereka tampak sedang

berdiskusi satu sama lain.

3 Hasil diskusi mereka adalah mereka

terkendala biaya untuk ikut

berpartisipasi. Mereka merasa sedih,

Indonesia sudah merdeka, namun

untuk merayakan hari kemerdekaan

masih terkendala biaya.

Ilustrasi – Beberapa teman Didik datang

membawa sekantong plastik berisi uang

kepada Didik. Ekspresi mereka sedih,

karena terkendala biaya.

4 Didik mengusulkan ide yang

sebenarnya sudah dia pikirkan sejak

tahun 1986, yaitu menggunakan

barang-barang bekas yang ada di

sekitar mereka sebagai alat musik.

Mengembalikan arti musik pada

hakikatnya yaitu nada, suara dan

irama.

Ilustrasi – Dengan ide yang Didik

punya, dia membawa tong kaleng bekas

sambil memukulnya di hadapan warga

yang ketika itu ikut berkumpul. Warga

yang ada di sana menjadi senang karena

mempunyai sebuah harapan.

5 Warga mulai mengumpulkan barang

bekas, tong kaleng bekas, bambu,

drum plastik bekas ke tempat mereka

berkumpul, Randu Alas. Beberapa

orang juga mulai mengubah

barang-barang bekas yang akan digunakan

sebagai alat musik Drumblek.

Ilustrasi – Warga membawa

barang-barang bekas untuk di kumpulkan ke

Randu Alas. Ekspresi mereka senang.

Beberapa orang digambarkan mulai

sibuk mengubah barang-barang bekas

menjadi alat musik Drumblek.

6 Merasa masih kurang, untuk

menambah alat musik, beberapa orang

pergi meminjam drum plastik ke

penjual ikan.

Ilustrasi – Beberapa teman Didik pergi

meminjam drum plastik ke penjual ikan

di sekitar Kampung Pancuran untuk

menambah alat musik Drumblek.

(6)

30 7 Latihan pertama dilakukan. Sekitar 50

orang ikut dalam latihan pertama ini.

Mengilustrasikan foto dokumentasi.

Latihan pertama Drumblek di sekitar

Kampung Pancuran.

8 Mereka membutuhkan nama untuk

Drumblek ini. Akhirnya mereka

memutuskan untuk memakai nama

Tinggal Kandas yang merupakan

plesetan dari nama program

pemerintah pada masa itu yaitu

Skenario Tinggal Landas.

Ilustrasi – Satu orang terlihat sedang

menggambar tulisan “Tinggal Kandas”

di selembar kain berukuran besar.

9 Persiapan penampilan pertama.

Anggota Drumblek mulai berkumpul

lengkap dengan kostum dan teklek.

Ilustrasi – Anggota Drumblek mulai

berkumpul dengan sudah memakai

kostum dan menggunakan teklek.

Terdapat satu mayoret, digambarkan

juga salah satu orang yang tampak

grogi.

10 Penampilan pertama Drumblek

Tinggal Kandas pada HUT RI ke 43,

tahun 1988. Dengan keunikannya,

barang bekas, teklek dan kostum

sederhana. Keberhasilan ekspresi budi

daya.

Mengilustrasikan foto dokumentasi.

Penampilan Drumblek pertama kali

tahun 1988.

11 Warga Kota Salatiga begitu antusias

dengan kehadiran Drumblek. Pada

waktu itu Drumblek menjadi sebuah

acara tahunan dengan tampil di

karnaval HUT RI setiap tahunnya.

Mengilustrasikan foto dokumentasi.

Penampilan kedua Drumblek tahun

1989 dan penampilan ketiga Drumblek

tahun 1990.

12 Eksistensi Drumblek di Kota Salatiga

terus berkelanjutan setiap tahunnya.

Sampai pada HUT RI ke 50, tahun

1995, penampilan Drumblek diliput

oleh salah satu stasiun televisi

nasional (RCTI).

Mengilustrasikan dua foto yang

digabungkan menjadi satu peristiwa.

Penampilan Drumblek kedelapan tahun

1995 dan potongan foto dokumentasi

ketika RCTI meliput Drumblek.

13 Beberapa tahun kemudian, Drumblek

mendapat kesempatan tampil pada

Ilustrasi – Didik (terlihat dari belakang)

(7)

31 acara Deklarasi HAM ke 60 di Jakarta.

Untuk acara besar tersebut, mereka

bergabung dengan grup Drumblek

lain sehingga terkumpul kurang lebih

300 orang yang akan berangkat ke

Jakarta dengan menggunakan bus dan

truk untuk mengangkat alat.

Deklarasi HAM ke 60. Tampak di

hadapan Didik, teman-temannya sedang

menaikkan alat Drumblek ke truk untuk

dibawa ke Jakarta dan beberapa orang

juga tampak sedang masuk ke dalam

bus.

14 Drumblek gabungan se-Kota Salatiga

berjumlah 300 orang, berkesempatan

tampil pada acara Deklarasi HAM ke

60 di Jakarta tahun 2008.

Ilustrasi – Menggambarkan situasi

Monas dari atas, tampak sekumpulan

orang yaitu grup Drumblek sedang

berada di Monas.

15 Tahun berganti tahun, kini Drumblek

menjadi kesenian untuk menghibur

masyarakat. Tampil lebih modern

dengan kostum yang lebih menarik.

Drumblek pada tahun 2017.

Mengilustrasikan foto dokumentasi.

Penampilan Drumblek BCAD dari Kota

(8)

32

4.1.3. Story Board

(9)
(10)
(11)
(12)

36

4.1.4. Perancangan Buku Cerita Bergambar

Buku cerita bergambar akan diberi judul dengan penyusunan sebagai berikut:

Buku Cerita Bergambar

Salam Prak Prak Brung

Sejarah dan Keunikan Drumblek #DariSalatigaUntukDunia

Keterangan “Buku Cerita Bergambar” disematkan pada bagian atas sebagai tanda jenis buku. Judul utama diambil dari jargon atau salam khas para pemain Drumblek masa kini yaitu “Salam Prak Prak Brung”, salam yang unik menirukan bunyi yang dihasilkan dari alat Drumblek itu sendiri. Pemilihan judul utama ini dirasa lebih menarik dan menjual karena unik dalam penulisan dan pelafalan kata namun tetap mencerminkan Drumblek dan semangat para pemainnya. Kalimat “Sejarah dan Keunikan Drumblek” ditampilkan untuk memperjelas judul utama. Kemudian terakhir adalah hashtag yang memuat slogan Paguyuban Drumblek Salatiga yaitu “#DariSalatigaUntukDunia”, memberikan kalimat ini untuk mewakili semangat orang-orang pencetus, pengurus, pembina dan peserta Drumblek. Layout atau tata letak pada buku yang akan dibuat oleh penulis akan dijelaskan dalam gambar berikut, kecuali untuk story board 8.

(13)

37 Meskipun ilustrasi dalam bentuk kartun, ilustrator akan membuat ilustrasi tetap realis dalam arti tidak meninggalkan elemen, keterangan dan ciri-ciri penting yang terdapat dalam foto dan narasi hasil wawancara dengan Didik. Proses ilustrasi menggunakan aplikasi grafis komputer yaitu Adobe Photoshop CS6 dan CorelDraw X8.

(14)

38

4.2. Produksi

Pada proses produksi, penulis dibantu oleh seorang ilustrator Greg Sidharta. Software yang digunakan adalah Adobe Photoshop CS6. Proses produksi melalui beberapa tahap dengan acuan story line dan story board yang telah dibuat sebelumnya.

Tahap pertama adalah penyempurnaan garis-garis setiap elemen dari sketsa gambar pada story board agar lebih terlihat jelas anatomi dan line art cartoon sehingga menjadi ilustrasi yang matang untuk masuk ke proses pewarnaan.

Gambar 4.2. Software Adobe Photoshop CS6.

(15)

39 Tahap kedua adalah pewarnaan. Setelah garis-garis setiap elemen disempurnakan, setiap elemen siap diberi warna sesuai dengan citranya.

Gambar 4.4. Proses Penyempurnaan Garis-Garis, Menggunakan Adobe Photoshop CS6.

(16)

40 Tahap terakhir dari proses produksi adalah pembuatan sampul buku bagian depan dan belakang. Bagian depan berisi judul dan ilustrasi pendukung, sedangkan bagian belakang berisi narasi sinopsis buku.

Gambar 4.6. Proses Pewarnaan Sudah Selesai Dilakukan dengan Adobe Photoshop CS6.

(17)

41

4.3. Pasca Produksi

Tahap selanjutnya dalam pembuatan buku sebelum naik cetak adalah layouting. Dalam tahap ini penulis menggunakan software Corel-Draw X8 untuk mengatur tata letak dari setiap ilustrasi yang telah dibuat. Tujuan dari tahap ini adalah mendapatkan susunan atau runtutan ilustrasi yang tepat dan sesuai story line setelah melalui proses cetak dan jilid.

Layouting disesuaikan dengan pembaca buku cerita bergambar ini yaitu masyarakat Kota Salatiga dan masyarakat pendatang, laki-laki dan perempuan semua umur khususnya pelajar SD (6-12 tahun) yang gemar membaca. Gaya yang

Gambar 4.8. Software CorelDraw X8.

(18)

42 dipakai adalah satu ilustrasi landscape menjadi dua halaman portrait. Dengan gaya tersebut dapat mendukung fungsi desain sebagai media komunikasi massa penyalur informasi, sehingga pesan yang akan disampaikan berupa ilustrasi tidak terpisah di halaman selanjutnya.

Untuk memudahkan dalam mengatur susunan atau runtutan ilustrasi dengan halaman buku maka penulis membagi setiap ilustrasi menjadi dua bagian dan memberi tanda huruf A dan B. Misalnya pada ilustrasi 7, akan dibagi menjadi 7A dan 7B, begitu juga dengan ilustrasi selanjutnya. Hal ini dilakukan karena proses cetak dilakukan pada dua sisi kertas dan disusun seperti buku tulis garis-garis pada umumnya sehingga ilustrasi 7A akan bersebelahan dengan 9B dan 7B akan tercetak dengan 9A.

(19)

43 Tahap ketiga adalah penataan teks atau narasi pendukung ke dalam setiap bagian ilustrasi yang telah dibuat. Berbeda dengan story board lain, pada story board 8 penempatan teks berada ditengah, seperti contoh pada gambar berikut.

Gambar 4.11. Penataan Teks atau Narasi Pendukung pada Story Board 8.

(20)

44 Untuk mengisi sampul bagian belakang, maka perlu ditambahkan sinopsis tentang buku tersebut.

Apakah kalian tahu Drumblek?

Drumblek adalah seni bermain musik sebagai bentuk ekspresi budi daya. Kesenian ini mulai muncul tahun 1988 diawali oleh warga Kampung Pancuran,

Kota Salatiga

Perjalanan dan semangat Drumblek di Kota Salatiga dari awal sampai sekarang, terus berdentum hingga kamu membuka halaman depan buku ini.

Salam Prak Prak Brung!

Terakhir, setelah melalui proses layouting baik itu penataan ilustrasi dan penataan teks, tahap selanjutnya adalah proses cetak. Berikut adalah gambar pratinjau dari buku cerita bergambar yang telah dicetak.

4.4. Korelasi

Hubungan teori komunikasi dengan buku cerita bergambar yang akan dibuat dapat dijelaskan mulai dari penulis bertindak sebagai komunikator atau pemberi

(21)

45 pesan, sejarah dan keunikan Drumblek adalah pesan yang akan disampaikan, media yang dipakai adalah buku cerita bergambar, masyarakat Kota Salatiga dan masyarakat pendatang adalah komunikan atau penerima pesan dan efek yang diharapkan adalah komunikan yang berarti masyarakat Kota Salatiga dan masyarakat pendatang dapat lebih mengetahui sejarah dan keunikan Drumblek yang berasal dari Kota Salatiga. Unsur-unsur tersebut kemudian disusun dalam satu konsep model komunikasi dari Lasswell.

Sehubungan dengan pesan yang disampaikan bersifat umum, melalui saluran sebuah buku cerita bergambar, dengan komunikan yang heterogen, proses komunikasi satu arah dan dengan harapan menimbulkan keserempakan, maka produk dari tugas akhir ini berhubungan dengan komunikasi massa. Produk dari tugas akhir ini adalah sebuah buku, yang termasuk dalam salah satu bentuk media komunikasi massa, dapat memenuhi fungsi dari media komunikasi massa tersebut yaitu fungsi informasi dengan pesan yang akan disampaikan adalah sejarah dan keunikan Drumblek yang berasal dari Kota Salatiga. Dengan pesan tersebut pula, buku cerita bergambar ini juga dapat memenuhi fungsi transmisi budaya atau pewarisan sosial. Informasi sejarah dan keunikan Drumblek mentransmisikan budaya yang ada pada masa lampau untuk generasi selanjutnya, mewariskan informasi meliputi ide pencetusan Drumblek, aktivitas pembuatan Drumblek pertama kali dan benda hasil kegiatan manusia berupa alat-alat Drumblek.

(22)

46 Desain grafis dapat diartikan sebagai ketrampilan seni dan komunikasi. Sebagaimana pula dengan buku cerita bergambar ini akan dikemas, seni dalam pembuatan gambar harus dapat mewakili pesan yang akan disampaikan yaitu sejarah dan keunikan Drumblek. Selain fungsinya untuk menyalurkan pesan, desain grafis dalam buku cerita bergambar ini juga berfungsi sebagai pengilustrasian sumber-sumber sejarah yang hilang dan sekaligus membuat buku cerita bergambar ini lebih menarik perhatian.

Gambar-gambar yang akan ditampilkan pada buku memang bukan hanya sekedar foto-foto yang disusun ulang namun berupa ilustrasi. Ilustrasi selain sebagai reka ulang adegan, juga sebagai penjelasan atas suatu makna secara visual. Minimnya foto-foto dokumentasi yang tersisa dapat dikaitkan dengan peristiwa terbentuknya Drumblek, yang mana pada saat itu tidak ada yang mengira bahwa Drumblek akan menjadi kesenian yang populer sampai masa kini sehingga ada beberapa peristiwa yang tidak terdokumentasi, selain itu perlu diketahui bahwa pada tahun sekitar 1986 kamera adalah barang eksklusif yang hanya dimiliki beberapa orang saja. Jika pun ada, foto-foto dokumentasi yang tersisa sudah termakan usia, ada beberapa bagian yang mulai rusak, maka dibutuhkan ilustrasi untuk menampilkan kembali dalam bentuk yang lebih fresh dan menarik. Untuk melengkapi bagian yang hilang atau memang tidak terdokumentasi, ilustrasi dalam bentuk gambar diperlukan untuk reka ulang adegan hasil dari wawancara dengan Didik dan menjadi jembatan untuk menggabungkan kedua sumber tersebut sehingga didapatkan sebuah keselarasan yang utuh.

(23)

47 Segmentasi, targeting dan positioning tentu saja berhubungan dengan perancangan buku cerita bergambar ini. Ketiga hal tersebut memengaruhi gaya ilustrasi sepenuhnya dalam penentuan garis gambar dan warna serta juga layouting. Hubungan bauran pemasaran dengan pembuatan atau produk tugas akhir ini adalah sebagai perkiraan jika suatu saat produk dari tugas akhir ini yaitu buku cerita bergambar tentang sejarah dan keunikan Drumblek akan diproduksi masal atau menjadi barang profit dengan catatan tetap mencantumkan nama penulis dan ilustrator. Dalam bauran pemasaran terdapat empat unsur yaitu yang pertama produk, sudah jelas bahwa produk adalah buku cerita bergambar tentang sejarah dan keunikan Drumblek.

Kedua adalah price atau harga, dengan perkiraan biaya produksi sebesar Rp 30.000 – Rp 35.000 per buku, buku cerita bergambar ini dapat dijual kembali dengan range harga Rp 50.000 (harga tersebut adalah perkiraan untuk biaya produksi partai kecil). Penghasilan atau laba yang didapat akan dibagi untuk penerbit dan penulis dengan perhitungan yang akan disepakati atau dapat disebut sebagai royalti, dengan catatan jika penerbitlah yang membiayai seluruh biaya produksi. Namun jika biaya ditanggung sepenuhnya oleh penulis maka laba akan menjadi hak penulis sepenuhnya.

Ketiga, place atau tempat, buku cerita bergambar ini diperkirakan dapat dijual di toko buku, di pameran buku atau ketika diselenggarakannya sebuah event Drumblek.

Gambar

Tabel 4.1.
Gambar 4.1. Contoh Ilustrasi dari Foto yang Sudah Diambil. Ilustrator: Greg Sidharta.
Gambar 4.2. Software Adobe Photoshop CS6.
Gambar 4.4. Proses Penyempurnaan Garis-Garis, Menggunakan Adobe Photoshop CS6.
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim di Pengadilan Negeri Klas IB Metro, pada hari Senin tanggal 6 Oktober 2014, pada pukul 11.15. Pegawai di Lembaga Pemasyarakatan Klas II

Distribusi frekuensi merupakan salah satu cara untuk meringkas serta menyusun sekelompok data mentah (raw data) yang diperoleh dari penelitian dengan didasarkan pada

Hung & Cheng (2013) investigated the be- havior of individuals’ knowledge sharing inten- tions of a new technology in virtual communities using the concept of the Technology

Jika perkara ditangani dengan penyidik, maka penyidikan akan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya disebut PPNS) BPOM, namun jika perkara

2. Accountability yaitu tanggung gugat terhadap apa yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan bertanggung jawab terhadap klien, diri sendiri,

“Strategi inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari ndan menyelidiki secara

(RIBA), robot nurse yang membantu pasien untuk mobilisasi dalam ruangan (DO-U-MI),robot nurse untuk melayani pasien yang tidak bisa bepergian jauh namun butuh konsultasi