• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris pada Mahasiswi Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris pada Mahasiswi Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Sumatera Utara"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akne Vulgaris 2.1.1 Definisi

Akne Vulgaris adalah penyakit kulit obstruktif dan inflamatif kronik pada unit pilosebasea yang sering terjadi pada masa remaja (Zanglein et al, 2008). Ditandai dengan adanya erupsi komedo, papul, pustul, nodus dan kista pada tempat predileksi: muka, leher, lengan atas, dada dan punggung (Wasitaatmadja, 2011). 2.1.2 Epidemiologi

(2)

2.1.3 Etiopatogenesis

Etiologi penyakit ini diduga multifaktorial dan kadang-kadang kontroversial. (Wasitaatmadja, 2011).

Etiologi akne vulgaris belum jelas sepenuhnya. Patogenesis akne adalah multifaktorial, namun telah diidentifikasi empat teori sebagai etiopatogenesis akne. Keempat patogenesis tersebut adalah hiperproliferasi epidermis folikuler, produksi sebum yang berlebih, bakteri Propionibacterium acnes(P. acnes), dan inflamasi (Zaenglein et al, 2008).

2.1.3.1Hiperproliferasi epidermis folikuler

Kulit penderita akne menunjukkan peningkatan densitas reseptor androgen dan aktivitas 5α reduktase yang lebih tinggi. Dihydrotestosterone (DHT) adalah androgen poten yang berperan pada akne. Androgen menyebabkan peningkatan ukuran kelenjar sebasea, menstimulasi produksi sebum, serta menstimulasi proliferasi keratinosit pada duktus kelenjar sebasea dan akroinfundibulum (Zouboulis et al, 2005).

Hiperproliferasi epidermal folikuler menyebabkan terbentuknya lesi primer akne, yaitu mikrokomedo. Epitel folikel rambut bagian atas, infundibulum, menjadi hiperkeratotik dan disertai peningkatan kohesi keratinosit. Peningkatan sel dan kepekatannya menyebabkan sumbatan pada ostium folikuler. Sumbatan ini menyebabkan terjadinya akumulasi keratin, sebum dan bakteri pada folikel, yang kemudian menyebabkan dilatasi pada folikel rambut bagian atas, dan terjadi mikrokomedo (Zaenglein et al, 2008).

2.1.3.2 Produksi sebum berlebih

(3)

akan menyebabkan terjadinya lebih banyak kolonisasi P. acnes, memicu inflamasi, dan selain itu juga bersifat komedogenik (Zaenglein et al, 2008).

2.1.3.3 Bakteri Propionibacterium acnes (P. acnes)

Patogenisitas Propionibacteria diduga disebabkan karena adanya dua hal, yaitu :

a. Produksi enzim eksoseluler dan produk ekstraseluler bioaktif lainnya, seperti protease, lipase, lecithinase, hyaluronat lipase, neuramidase, phospatase, phospolipase, proteinase, dan RNase.

b. Interaksi mikroorganisme dengan sistem imun manusia. 
Pada saat pubertas, jumlah P. acnes pada wajah dan pipi penderita acne meningkat drastis, dan saat dewasa akan menunjukkan jumlah yang konstan. Penelitian tentang DNA P.acnes yang dilakukan oleh Miura et al, menemukan bahwa pada penderita acne berusia 10-14 tahun didapatkan jumlah P.acnes di hidung dan dahi yang lebih tinggi secara signifikan daripada non akne. Namun pada pasien akne berusia lebih dari 15 tahun, tidak didapatkan perbedaan jumlah P.acnes yang signifikan (Miura et al, 2010).

2.1.3.4 Inflamasi

Beberapa hipotesis menyatakan peran P.acnes dalam terbentuknya acne. Kerusakan jaringan kulit dapat merupakan akibat dari enzim bakteri yang memiliki sifat degradasi, dan mempengaruhi integritas sel epidermis kulit dan fungsi barier dinding folikuler folikel sebaseus. Hal ini menyebabkan pelepasan sitokin pro inflamasi dari keratinosit, yang akan berdifusi ke dermis dan memicu inflamasi (Bruggemann, 2005).

2.1.4 Gejala Klinis

(4)

sakit kecuali bila telah terjadi pustul atau nodul yang besar. (Wasitaatmadja, 2011). Lesi utama acne adalah mikrokomedo yaitu pelebaran folikel rambut yang mengandung sebum dan P. acnes. Sedangkan lesi akne lainnya dapat berupa papul, pustul, nodul, dan kista pada daerah predileksi akne yaitu pada wajah, bahu, dada, punggung, dan lengan atas. Komedo yang tetap berada di bawah permukaan kulit tampak sebagai white head, sedangkan komedo yang bagian ujungnya terbuka pada permukaan kulit disebut black head karena secara klinis tampak berwarna hitam pada epidermis (Baumann dan Keri, 2009).

2.1.5 Gradasi

Pada akne tak dikenal adanya stadium atau tahap perjalanan penyakit, yang ada adalah gradasi yaitu tingkat berat ringannya penyakit. Berbagai peneliti membuat gradasi penyakit yang berlainan satu dengan yang lain, misalnya:

A. Pillsbury (1963) membuat gradasi sebagai berikut: Derajat 1: komedo di muka

Derajat 2: komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam di muka

Derajat 3: komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam di muka, dada, punggung

Derajat 4: Akne konglobata. (Adatyan et al, 2009) B. Frank (1970) membuat gradasi sebagai berikut:

Derajat 1: akne komedonal non-inflamasi Derajat 2: akne komedonal inflamasi Derajat 3: akne papular

(5)

Derajat 7: akne nodulo kistik / konglobata (Adatyan et al, 2009)

C. Sjarif M. Wasitaatmadja (1982) Bagian Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo membuat gradasi sebagai berikut: 1. Ringan: beberapa lesi tak beradang pada 1 predileksi, sedikit lesi tak

beradang pada beberapa tempat predileksi, sedikit lesi beradang pada 1 predileksi.

2. Sedang: banyak lesi tak beradang pada 1 predileksi, beberapa lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi, beberapa lesi beradang pada 1 predileksi, sedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi.

3. Berat: banyak lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi, banyak lesi beradang pada 1 atau lebih predileksi

Catatan: sedikit <5, beberapa 5-10, banyak >10 lesi.

Tak meradang: komedo, papul; meradang: pustul, nodus dan kista (Wasitaatmadja, 2011)

D. Lehman (2003) membuat gradasi sebagai berikut: Ringan : komedo <20, pustul <15, kista = 0, total <30

Sedang: komedo 20-100, pustul 15-20, kista <5, total 30-125

Berat: komedo >100, pustul >50, kista >5, total: >12 (Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia, 2012)

E. International consensus conference on acne classification system membuat gradasi sebagai berikut:

1. Ringan: terdapat sedikit komedo, papul dan pustul, tidak terdapat nodul 2. Sedang : terdapat beberapa komedo, papul dan pustul. Sedikit hingga

beberapa nodul

3. Berat: banyak komedo, papul pustul dan nodul

(6)

2.1.6 Diagnosis

Menurut Wasitaatmadja (2009), diagnosis akne vulgaris ditegakkan atas dasar: 1. Klinis dan pemeriksaan ekskohliasi sebum yaitu pengeluaran sebum dengan

komedo ekstraktor (sendok unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.

2. Pemeriksaan histologis tidak memperlihatkan suatu gambaran yang spesifik, hanya berupa sebukan sel radang kronis di sekitar folikelpilosebasea dengan massa sebum didalam folikel.

3. Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran pada etiologi dan patogenesis penyakit, namun hasilnya sering tidak memuaskan

4. Pemeriksaan pada susunan kulit dan kadar lipid permukaan kulit dapat pula dilakukan unuk tujuan serupa. Pada akne vulgaris, kadang asam lemak bebas meningkat dan karena itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk menurunkannya.

2.1.7 Diagnosis Banding

Diagnosis banding akne vulgaris yaitu (Wasitaatmadja, 2009):

1. Erupsi akneiformis yang disebabkan oleh obat misalnya kortikosteroid, isoniazid (INH), barbiturat, yodida, bromida, difenilhidantoin, trimetadion, adrenocorticotropic hormone (ACTH) dan lain-lainnya. Klinis berupa erupsi papul-papul yang timbul di berbagai tempat pada kulit tanpa adanya komedo, timbul mendadak, dan kadang-kadang disertai demam. Dapat terjadi pada segala usia.

(7)

dengan tempat predileksi di tempat kontak zat kimia atau rangsangan fisisnya.

3. Rosasea (dulu: akne rosasea), merupakan penyakit peradangan kronik di daerah muka dengan gejala eritem, pustul, teleangiektasis dan kadang-kadang disertai papul, pustul, nodulus, atau kista. Tidak terdapat komedo kecuali bila kombinasi dengan akne.

4. Dermatitis perioral yang terjadi terutama pada wanita. Klinis berupa polimorfi eritema, papul, dan pustul disekitar mulut yang terasa gatal

2.1.8 Penatalaksanaan

Penanggulangan akne meliputi usaha untuk mencegah terjadinya jerawat (preventif) dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang terjadi (kuratif). Kedua usaha harus dijalankan bersamaan mengingat bahwa kelainan ini terjadi akibat berbagai faktor yang kadang-kadang tidak dapat dihindari penderita (Wasitaatmadja, 2011).

A. Terapi Topikal

(8)

klindamisin. Produk-produk benzoil peroksida juga efektif digunakan melawan P. acnes dan belum terbukti adanya resistensi pada obat ini (Fulton, 2009)

B. Terapi Sistemik

Menurut Wasitaatmadja (2011), pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan aktifitas jasad renik di samping dapat juga menekan reaksi radang, menekan produksi sebum dan mempengaruhi keseimbangan hormonal. Golongan obat sistemik terdiri dari:

1. Antibakteri sistemik misalnya tetrasiklin, minosiklin, eritromisin, kotrimoksasol atau trimetoprim, linkomisin dan klindamisin. Dosis dari antibiotika dapat diturunkan setelah terlihat adanya perbaikan dan dapat dipertahankan dalam dosis initial dalam jangka waktu lebih lama.

2. Obat hormonal dapat digunakan untuk menekan produksi androgen atau secara kompetitif menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea. Penggunaan etinil estradiol (50 mg) dan anti androgen seproteron asetat (2 mg) sehari selama 21 hari diselingi waktu istirahat 7 hari selama 4-5 bulan pada wanita dewasa, kawin, dengan akne nodulokistik rekalsitran dapat dipertimbangkan tentunya dengan memikirkan efek sampingnya. 3. Retinoid dan asam vitamin A oral dipakai dengan tujuan menekan

hiperkeratinisasi yang merupakan faktor patofisiologi pada akne.

4. Dengan pemikiran dan tujuan berbeda dipakai obat sistemik berupa antiinflamasi nonsteroid, dapson atau seng sulfat.

C. Bedah kulit

(9)

2.2 Kualitas Hidup 2.2.1 Definisi

Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kualitas hidup (quality of life) sebagai persepsi individual dari keberadaannya dalam hidup, dalam kontekskultural dan sistem nilai dimana dia hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standard dan perhatiannya. (Both et al, 2007)

2.2.2 Efek Akne Vulgaris terhadap Kualitas Hidup

Walaupun akne vulgaris tidak membahayakan kehidupan, tetapi sering menjadi masalah kosmetik pada bentuk akne vulgaris yang berat akibat skar yang ditimbulkan, dan tidak jarang menjadi keluhan psikologis penderita terhadap lingkungan sosial sekelilingnya, bahkan menyebabkan kurang percaya diri pada individu tersebut (Anwar, 2013).

Penampilan seseorang apabila terkena penyakit akne vulgaris terutama pada remaja dengan timbulnya bermacam-macam lesi khususnya pada wajah akan sangat mengganggu penampilan orang tersebut dan dapat mengganggu rasa percaya diri pada remaja tersebut (Anwar,2013).

Akne vulgaris juga dapat memberikan dampak psikologis. Diperkirakan 30% hingga 50% remaja dengan akne mengalami gangguan emosi akibat akne. Penelitian menunjukkan bahwa pasien akne memiliki tingkat gangguan sosial, psikologis dan emosi yang setara dengan pasien asma dan epilepsi (Zanglein et al, 2008).

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Khoirun Nisak bahwa nilai - t hitung &gt; t tabel Artinya “ada pengaruh penggunaan model ARIAS didukung media Benda Konkrit

gunung pegat tersebut dilanggar, maka akan mengakibatkan suatu ancama seperti perceraian (pegatan), sakit-sakitan, sulit rizki dan kematian. Penelitian ini, terdapat dua rumusan

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jantung pisang batu terhadap peningkatan produksi ASI pada Ibu Menyusui di Wilayah Puskesmas Srikuncoro

Muhammad Zein Painan akan melaksanakan Pelelangan Sederhana pascakualifikasi secara non elektronik untuk paket pekerjaan pengadaan Jasa Lainnya sebagai berikut:..

(1) Pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat, hibah tidak terikat, serta hasil kerja sama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya

Figure 11 shows the generated return pulses by delaying the pulse model, which is resized in order that the integral of pulse is the received energy of sub-beam

In this paper we present the results of the comparison between two terrestrial laser scanners (TLS), a discrete return system (Riegl LMS-Z620) and an echo-digitizing system

Sedangkan dasar hukum presiden sebagai kepala pemerintahan dapat di lihat pada pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI tahun 1945 yang menentukan bahwa :” Presiden Republik Indonesia