• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanian Karet Rakyat Di Desa Simangumban Jae Kecamatan Pahae Jae 1969-1995

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanian Karet Rakyat Di Desa Simangumban Jae Kecamatan Pahae Jae 1969-1995"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

12

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA SIMANGUMBAN JAE

2.1Letak Geografis

Desa Simangumban Jae merupakan salah satu dari 31 desa11 yang ada di

Kecamatan Pahae Jae, Kabupaten Tapanuli Utara. Secara administratif batas-batas

wilayah Desa Simangumban Jae adalah: Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aek

Nabara, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan, Sebelah

Timur berbatasan dengan Desa Dolok Sanggul dan di Sebelah Barat berbatasan Desa

Silosung. Jarak antara Desa Simangumban Jae dengan ibukota kecamatan Sarulla

yakni 11 km, dengan ibukota kabupaten Tarutung yakni 53 km, dengan kota Padang

Sidempuan 100 km. Saat ini Desa Simangumban Jae merupakan bagian dari wilayah

Kecamatan Simangumban.

Letak Desa Simangumban Jae terbentang di sisi kanan dan kiri jalan lintas

Barat Sumatera sehingga desa ini dapat dicapai dengan mudah. Desa ini dapat dicapai

dengan menggunankan bus dalam kota, juga becak bermotor. Dari Kota Tarutung,

dibutuhkan waktu hingga 1,5 jam untuk sampai ke Desa Simangumban Jae. Luas

11 Desa Nahornop Marsada, Desa Pardamean Nainggolan, Desa Pardomuan Nainggolan, Desa

(2)

13 wilayah Desa Simangumban Jae adalah 1.300 hektar, dengan ketinggian 500 sampai

800 meter di atas permukaan laut (dpl). Berdasarkan ketinggian tersebut Desa

Simangumban Jae mempunyai iklim tropis. Musim hujan di Desa Simangumban Jae

jatuh pada bulan September sampai dengan bulan Desember. Untuk musim kemarau

jatuh pada bulan April sampai dengan bulan Agustus.

Penggunaan tanah di Desa Simangumban Jae berdasarkan pemanfaatannya

adalah 736 hektar sawah, 546 hektar ladang, 18 hektar pemukiman. Kondisi lahan di

Desa Simangumban Jae sangat cocok untuk pertanian. Sebelum tahun 1969,

penduduk sudah bertani seperti kemenyan, padi, dan ubi. Padi dan ubi menjadi

tanaman penopang kebutuhan masyarakat, ubi merupakan makanan penting selain

nasi.

Pola perkampungan penduduk umumnya mengelompok, rumah-rumah

penduduk berdekatan satu sama lain. Rumah tersebut terbuat dari bahan seperti papan

dan batu. Di Desa Simangumban Jae ini, umumnya rumah penduduk berlantai papan,

walaupun terdapat beberapa yang berlantai semen. Atap rumah penduduk terbuat dari

seng dan ijuk. Penduduk yang rumahnya semi permanen merupakan penduduk yang

bermata pencaharian sebagai PNS dan petani yang mempunyai lahan pertanian yang

luas. Rumah-rumah yang terbuat dari batu kebanyakan terdapat di tepi jalan utama

yakni lintas Barat Sumatera. Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain

kira-kira 4 sampai 6 meter. Di sekitar pekarangan rumah penduduk ditanami dengan

(3)

14 tempat yang lebih rendah permukaanya, jika dibandingkan dengan tanah perumahan

penduduk. Hal ini karena sawah di Desa Simangumban Jae merupakan sawah tadah

hujan, sehingga jika hujan turun air akan berkumpul di areal persawahan dan

perumahan penduduk tidak akan tergenangi oleh air.

2.2 Penduduk

Etnik mayoritas yang mendiami Desa Simangumban Jae adalah Batak Toba,

terdapat juga beberapa suku Mandailing dari Tapanuli Selatan. Alasan masyarakat

Mandailing memilih Desa Simangumban Jae adalah banyaknya lahan kosong,

sehingga mereka dapat membuka hutan belukar untuk dijadikan lahan pemukiman

maupun pertanian. Kehidupan masyarakat Desa Simangumban Jae sangat kental

dengan tradisi peninggalan nenek moyang mereka seperti gotong-royong.12

Etnik Mandailing mudah beradaptasi di tengah-tengah pemukiman

masyarakat Batak Toba walaupun terdapat perbedaan bahasa dan agama diantara

kedua suku ini, yakni Orang Mandailing umumnya beragama Islam dan Orang Batak

Toba umumnya beragama Kristen. Di Desa Simangumban Jae ini kerukunan antar

umat beragama sangat dijaga. Marga-marga yang ada di desa ini adalah Marga

Sitompul, Ritonga, Simatupang, Gultom, Silitonga, dan marga-marga lainnya.13

12 Wawancara, dengan Lambok Ritonga warga Desa Simangumban Jae, 03 September 2015.

(4)

15 Kebudayaan dan adat istiadat pada masyarakat Desa Simangumban Jae masih

kental. Tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang mereka tetap dijalankan. Adat

istiadat ketika acara pernikahan masih tetap dijalankan, seperti acara manortor14yang

diiringi dengan musik batak. Manortor dilakukan pada acara ulang tahun, acara

pernikahan, acara kematian, dan acara besar lainnya dan hal ini masih dijalankan oleh

masyarakat Desa Simangumban Jae.

Laju pertumbuhan penduduk Desa Simangumban Jae diperkirakan sebesar

2,23% setiap tahunnya. Jumlah penduduk Desa Simangumban Jae tahun 1969

sebanyak 936 jiwa, tahun 1975 sebanyak 1.236 jiwa, tahun 1980 berjumlah 1.486

jiwa, tahun 1985 berjumlah 1.736, tahun 1990 berjumlah 1.986 jiwa. Pada tahun 1995

penduduk Desa Simangumban Jae berjumlah 2.236 jiwa, dimana sebanyak 1.060 jiwa

merupakan laki-laki dan sebanyak 1.176 jiwa merupakan perempuan. Jumlah tersebut

terdiri dari 465 kepala keluarga dengan rata-rata 5 jiwa dalam satu keluarga. Jumlah

penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani yakni sebanyak 450 kepala

keluarga. Penduduk yang beragama Islam sebanyak 1.418 jiwa dan Kristen Protestan

sebanyak 818 jiwa.15

Selanjutnya jumlah penduduk di Desa Simangumban Jae berdasarkan tingkat

umur dapat dilihat pada tabel berikut.

14

Manortor merupakan salah satu kebudayaan masyarakat batak toba yang diwariskan oleh nenek moyang.

(5)

16 Tabel 2.1

Jumlah Penduduk Desa Simangumban Jae Berdasarkan Tingkat Umur Tahun 1995

Sumber : Arsip Kantor Kepala Desa Simangumban Jae

Dari tabel di atas diketahui bahwa, jumlah penduduk paling besar dari seluruh

jumlah penduduk adalah golongan umur antara 10-14 tahun, yakni 519 jiwa (23,2%),

umur antara 15-24 tahun sebanyak 510 jiwa (22,8%), umur antara 5-9 tahun sebanyak

436 jiwa (19,5%), umur antara 25-49 tahun sebanyak 402 jiwa (18,0%), umur antara

50-64 tahun sebanyak 195 jiwa (8,7%), umur antara 0-4 tahun sebanyak 116 jiwa

(5,2%), dan umur 65 tahun ke atas sebanyak 58 jiwa (2,6 %).

Berdasarkan tabel di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kelompok umur

yang belum produktif yakni umur antara 0-14 tahun sebanyak 1.071 jiwa (47,9%),

artinya penduduk yang umurnya antara 0-14 tahun belum terlibat langsung dalam

No Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa)

1 0-4 116

2 5-9 436

3 10-14 519

4 15-24 510

5 25-49 402

6 50-64 195

7 65- ke atas 58

(6)

17

kegiatan mencari nafkah. Kelompok umur yang produktif16 yakni antara umur 15-49

tahun sebanyak 912 jiwa (40,8%), dan kelompok umur 50 tahun ke atas sebanyak 253

jiwa (11,3%) dari seluruh jumlah penduduk, beberapa dari mereka masih bekerja jika

fisiknya masih kuat.

2.3 Mata Pencaharian

Selain tanaman karet dan kemenyan, masyarakat juga menanam tanaman

seperti padi, cabai, ubi dan kacang-kacangan di lahan pertanian mereka. Tujuan

utama penduduk Desa Simangumban Jae mengusahakan tanaman tumpangsari yakni

dengan umur tanaman yang tidak sama, maka ketersediaan bahan makanan sepanjang

tahun terjamin. Cara ini dapat mengurangi risiko, jika satu macam tanaman tidak

berhasil maka diharapkan tanaman lainnya akan memberikan hasil.17

Tanaman padi merupakan tanaman pokok dan kebutuhan pokok bagi

penduduk Desa Simangumban Jae. Selain padi, tanaman ubi juga banyak ditanam

penduduk. Ubi bukan saja sebagai tanaman tambahan, tetapi bisa dikatakan juga

sebagai tanaman pokok. Disamping beras untuk makanan, terkadang ubi dijadikan

sebagai bahan konsumsi pokok pengganti nasi. Hal ini dikarenakan panen padi yang

hanya dua kali dalam setahun dan dalam jumlah relatif sedikit memaksa penduduk

16 Usia produktif ini mengacu pada standar yang biasa dipergunakan oleh Departemen Tenaga

Kerja yakni antara usia 15-55 tahun, Pujo Suharso, Tanah, Petani, Politik Pedesaan, Solo: Pondok Edukasi, 2002, hlm. 131.

(7)

18 harus pintar menghemat. Hal inilah yang menyebabkan tanaman ubi tidak terlepas

dari kehidupan penduduk di Desa Simangumban Jae.18

Tanaman padi sebagai tanaman utama oleh penduduk Desa Simangumban Jae

ditanam dua kali dalam setahun. Jenis padi yang ditanam adalah jenis padi sawah

yang berumur 5 sampai 6 bulan. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja

keluarga yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, istri, dan anak-anak petani.

Anak-anak yang berumur 12 tahun sudah dapat sebagai tenaga kerja yang produktif.

Mereka dapat membantu mengatur pengairan, mengangkut bibit padi, dan pupuk ke

sawah.

Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani sendiri, merupakan sumbangan

keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dengan

uang.19 Jika seorang petani mengalami kekurangan tenaga kerja pada saat

penggarapan tanah sawah maka ia dapat meminta tolong kepada tetangga dan

familinya dengan pengertian ia akan kembali menolongnya pada kesempatan yang

lain. Cara ini dapat menekan ongkos upah uang tenaga kerja yang harus dibayar. Hal

ini juga terjadi pada petani yang ada di Desa Simangumban Jae.

Pekerjaan yang berat dan awal dalam penanaman padi di sawah adalah

mengolah tanah serta mempersiapkan tanah yang akan dijadikan persawahan.

Sebelum petani di Desa Simangumban Jae mengenal traktor sebagai alat untuk

mengolah tanah pertanian, pekerjaan tersebut dikerjakan oleh tenaga manusia.

18 Wawancara, dengan Majid Ritonga warga Desa Simangumban Jae, 03 September 2015.

(8)

19 Pekerjaan ini umumnya dilakukan oleh laki-laki. Penduduk mengolah tanah

persawahan dengan cara gotong-royong.20

Alat yang digunakan untuk mengolah tanah masih tradisional yakni dengan

menggunakan cangkul. Setelah tanah dicangkul, kemudian digemburkan dengan cara

petak sawah digenangi air agar tanah menjadi lunak dan tidak melekat pada mata

cangkul. Lamanya penggenangan petak sawah sesuai kondisi tanah. Pekerjaan

mengolah tanah ini akan membutuhkan waktu yang cukup lama, tergantung luas

lahan yang dikerjakan petani. Untuk satu hektar sawah dengan tenaga kerja enam

orang membutuhkan waktu seminggu. Setelah pengolahan tanah selesai dilaksanakan,

maka petani di Desa Simangumban Jae mengerjakan pembibitan padi.

Pembibitan padi dilakukan petani setelah tanah sawah dicangkul dan

dibersihkan dari rerumputan yang bercampur dengan tanah akibat pencangkulan.

Biasanya bibit padi yang digunakan untuk pembenihan padi berasal dari hasil panen

sebelumnya atau petani lain baik dengan meminta atau membelinya. Bibit padi sudah

harus dipersiapkan di petak-petak sawah khusus pesemaian. Petak pembenihan

biasanya dicangkul hingga tanahnya lembut dan cukup air. Pembenihan memakan

waktu sekitar empat puluh hari. Setelah itu, bibit padi siap untuk dicabut kemudian

dibersihkan pada saluran air dan siap untuk ditanam. Pekerjaan menanam bibit padi

dilakukan oleh kaum wanita. Bibit padi tersebut ditanam pada petak-petak sawah

20 Wawancara, dengan Sabudin Simanjuntak warga Desa Simangumban Jae, 03 September

(9)

20 yang telah disediakan. Menanam padi dilakukan dengan jarak yang sama, biasanya

sekitar 20 cm.

Setelah padi ditanam, untuk menjaga pemeliharaan padi dilakukan pekerjaan

marbabo.21 Marbabo dilakukan setelah penanaman padi berumur dua bulan, lalu

diberi pupuk yaitu pupuk urea. Untuk menjaga serangan hama petani melakukan

penyemprotan racun hama, akan tetapi hal ini jarang dilakukan karena keterbatasan

modal petani. Jika padi sudah keluar petani kemudian melakukan penjagaan supaya

tidak diserang oleh tikus dan dimakan burung.

Setelah padi berumur enam bulan dan telah menguning, masyarakat bersiap

untuk masa panen. Masa panen dilakukan dengan cara memotong padi menggunakan

sabit, kemudian gabahnya dirontokkan dengan cara membanting dan dengan cara

menginjak-injak padi. Bantingan padi dibuat berupa meja dengan permukaannya

menggunakan bambu. Bambu-bambu tersebut dibuat dengan jarak sekitar 3 cm,

sehingga butir-butir padi jatuh dari susunan bambu. Selanjutnya dilakukan pemisahan

padi yang berisi dengan padi yang hampa.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Marudut Sianturi22 sebagai petani

di Desa Simangumban Jae tidak mampu memberikan pupuk secara rutin, karena

kekurangan modal sehingga hasil yang diperoleh tidak memungkinkan untuk

membeli pupuk. Di samping tanah yang kurang subur, penduduk juga tidak memiliki

sistem irigasi persawahan. Penduduk hanya mengandalkan air tadah hujan untuk

21

Marbabo merupakan sebutan Masyarakat Batak Toba dalam melakukan pekerjaan membersihkan padi dari rumput.

(10)

21 mengairi lahan pertanian. Di Desa Simangumban Jae ini, penggunaan tanah untuk

menanam tidak mengenal sistem rotasi atau perpindahan lahan, tetapi dengan sistem

penggunaan tanah tetap. Akibatnya kesuburan tanah tiap tahunnya berkurang dan

mempengaruhi hasil produksi pertanian setiap tahunnya.

Risiko yang ditanggung petani, akan mempengaruhi tingkat pendapatannya.

Sikap petani adalah berusaha menghindari kegagalan yang akan menghancurkan

kehidupannya, bukan berusaha memperoleh keuntungan besar dengan mengambil

risiko.23 Padi sebagai tanaman dalam memenuhi keberlangsungan hidup masyarakat

akan mengalami risiko jika tidak dipikirkan sejak dini. Jika tanaman pangan tidak

menjanjikan ketersediaan tiap tahunnya, maka harus mencoba tanaman yang lebih

menjanjikan.

Akibat produksi kemenyan dan padi yang cenderung menurun tiap tahunnya,

penduduk mulai mengkonversi lahan pertaniannya menjadi lahan karet.24 Penduduk

Desa Simangumban Jae menanam karet antara 100 meter hingga 15 km dari rumah.

Pohon karet ditanam di tanah bekas perladangan yang sudah ditinggalkan dan dataran

tinggi bekas tanaman kemenyan. Lahan ini biasanya kurang subur, sehingga

pertumbuhan karet kurang baik dan getah yang dihasilkan lebih sedikit. Sehubungan

dengan perubahan pola sumber mata pencaharian penduduk Desa Simangumban Jae

tersebut, maka muncul bidang pekerjaan lain, seperti tenaga kerja penyadap dan toke

karet.

23

James C. Scott, Moral Ekonomi Petani: Pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara , Jakarta: LP3ES, 1994, hlm. 15.

(11)

22 Selain bermatapencaharian sebagai petani, sebagian penduduk di Desa

Simangumban Jae juga melakukan usaha dagang dengan membuka warung.

Kebanyakan dari mereka adalah warga desa yang memiliki rumah di pinggir jalan,

yang menghubungkan desa yang satu dengan yang lain. Warung tersebut

menyediakan berbagai macam kebutuhan dapur dan peralatan sekolah. Warung ini

sangat membantu warga Desa Simangumban Jae yang pemukimannya jauh dari

pasar. Dengan demikian untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, mereka tidak perlu

ke pasar kecamatan yang jaraknya cukup jauh.25 Mereka baru akan ke pasar apabila

membutuhkan barang-barang yang tidak terdapat di daerahnya, misalnya pakaian dan

alat-alat pertanian. Terdapat juga beberapa penduduk di Desa Simagumban Jae yang

bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Gambar

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Desa Simangumban Jae Berdasarkan Tingkat Umur Tahun 1995

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, tidak akan terjadi pelaksanaan program yang Dengan demikian, tidak akan terjadi pelaksanaan program yang terkotak-kotak, semua program akan

4.2 Mempraktikkan variasi dan kombinasi pola gerak dasar lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif dalam permainan bola kecil yang dilandasi konsep gerak dalam berbagai

[r]

Tukad Tebe Teuku Umar - Batu Dalam Kota

Aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual adalah aset keuangan yang ditetapkan untuk dimiliki untuk periode tertentu dimana akan dijual dalam rangka pemenuhan likuiditas

Dengan JavaScript gambar dan teks dapat dipadukan kedalam perangkat komputer untuk kemudian diproses dan diolah sehingga menjadi bentuk informasi yang ditampilkan secara menarik

Dalam rangka merespon “sapu bersih pungutan liar (saber pungli) ” yang diserukan oleh Presiden Joko Widodo, pada bulan Oktober 2016 Menteri Keuangan kembali

Selisih perubahan kadar gula darah antar waktu perlakuan dari jam ke-0 ke pengukuran jam ke-1 menunjukkan bahwa peningkatan kadar gula terrendah adalah pada pemberian