• Tidak ada hasil yang ditemukan

Catatan Kuliah Sakramentologi 2.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Catatan Kuliah Sakramentologi 2.docx"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

SAKRAMENTOLOGI 2

UTS 10 April 2013

Bab I

Inisiasi Kristen

Pendekatan Etimologis (Asal Kata)

in (ke dalam) + ire (pergi) = pergi ke dalam  initiare – inisiatif (orang yang memulai) – inisial (huruf yang memulai suatu nama/awal)

Arti inisiasi = upacara untuk memasukkan seseorang ke dalam kelompok. Upacara inisiasi mirip dengan POSMA sebelum masuk kuliah. Mirip juga dengan upacara dari anak-anak menjadi dewasa, misalnya sweet seventeen. Mirip juga dengan sunat sebagai tanda masuknya seorang laki-laki menjadi milik Allah dalam tradisi Yahudi dan tradisi Islam. Dalam Yahudi ada yang disebut Bar-Mizwot. Inisiasi memasukkan seseorang ke dalam suatu kelompok. Proses inisiasi menjadi penanda bagaimana mudahnya atau sulitnya masuk dalam suatu kelompok. Dalam Gereja Katolik, proses masuknya seseorang ke dalam Gereja cukup sulit. Ada persiapan dan syarat, tidak dibaptis begitu saja seperti di gereja-gereja lain.

Munculnya kata BAPTIS.  Baptein – Baptizein artinya menceburkan, mencelupkan, memasukkan sesuatu ke dalam air. Jarang diartikan membasuh, mandi. Baptein dipakai dalam kegiatan sehari-hari dengan arti mencelupkan. Yang dipakai dalam ibadat bukan Baptein, tetapi Baptizein yang diartikan membasuh atau menahirkan. Dari kata Baptizein, muncul kata Baptisma (kata benda, yang berarti pembaptisan) dan kata membasuh atau menahirkan mirip dengan kata wudhu dalam Islam. Kata Baptizein menjadi kata kerja membaptis atau mempermandikan. Pembedaan ini berguna untuk menunjukkan bahwa kata baptis dalam ibadat bukan baptein, tetapi baptizein yang berarti membasuh atau menahirkan, bukan arti mencelupkan atau menceburkan. Pembedaan ini berguna dalam memahami kata BAPTIS, yaitu MEMBASUH atau MENAHIRKAN. Dalam KSPB, baptis mendapat arti baru, bukan hanya membasuh dan menahirkan, tetapi juga ada arti KELAHIRAN KEMBALI atau KELAHIRAN BARU. Kelahiran baru dikaitkan dengan fungsi air. Dalam upacara inisiasi Gereja, ada tiga cara penggunaan air:

1. Immersio (im + merger) = bergabung menjadi satu  baptis selam 2. Infussio  baptis curah

3. Aspersio  pemercikan (waktu malam Paskah)

Pada umumnya kita mengandaikan orang dibaptis dengan menceburkan diri, tetapi juga dimungkinkan pencurahan misalnya dalam kisah Sida-Sida Etiopia yang dibaptis oleh Filipus.

Dalam PB, yang ditekankan adalah kelahiran baru yang dikaitkan dengan air, sebagai yang memiliki fungsi membersihkan dan memberi hidup. Dua fungsi ini yang diangkat secara rohani dan dijadikan fungsi rohani, yaitu membersihkan diri dari dosa dan memberi hidup ilahi, membasuh dan menahirkan. Dua fungsi air ini menjadikan manusia mengalami kelahiran baru. KSPB tidak menekankan caranya, tetapi fungsi alamiah air itu sendiri.

Dalam Gereja Katolik, ada dua cara yaitu pencurahan pada dahi untuk baptis dan pemercikan untuk pembaharuan janji baptis.

Ritus inisiasi berasal dari mana?

(2)

Baptis Kristiani mirip dalam hal cara, tetapi makna yang diberikan berbeda. Baptis Kristiani melanjutkan dan menyempurnakan baptis Yohanes. Baptis Yohanes mengacu pada pertobatan, janji Roh Kudus, menuju komunitas eskatologis. Baptis Kristiani mengacu pada pertobatan, pemenuhan janji Roh Kudus, dan sudah masuk dalam komunitas eskatologis.

Dalam Kitab Suci, rumus baptisan tidak selalu dalam rumus tritunggal dalam Mat 28:19. Ada juga rumus Kristologis misalnya dalam Kis 2:38 dan Kis 8:16. Tampaknya pada awalnya, rumus ini banyak dipakai. Ada denominasi gereja tertentu yang menggunakan rumus ini. Namun sekarang, rumus yang sah adalah rumusan tritunggal.

Orang yang berasal dari denominasi gereja non-katolik yang memiliki rumus baptis yang sama dengan Gereja Katolik, diterima dalam Gereja Katolik tanpa baptis ulang. Yang harus dibaptis ulang adalah mereka yang berasal dari gereja yang rumus baptisannya berbeda, misalnya Mormon dan Saksi Jehova. Dan tentunya mereka yang berandal dari luar kristen.

Gagasan Inkorporasi  Baptis (menyatu dengan baptisan Kristus), Krisma (menyatu dengan tugas Kristus), Ekaristi (menyatu dengan Tubuh dan Darah Kristus sendiri) menyaturagakan seseorang dengan Kristus. Persatuan secara bertahap seseorang dalam Gereja, dalam Tubuh Mistik Kristus.

TEOLOGI INISIASI MASA KINI

Inisiasi sekarang dipandang sebagai identitas Kristiani, untuk menjadi semacam “suku bangsa yang baru” dari berbagai suku bangsa. Semua yang dibaptis menjadi satu tubuh. Setiap sakramen menonjolkan salah satu segi penyelamatan yang diefektifkan oleh Kristus, dan Ekaristi menunjukkan secara substansial kehadiran Kristus. Kristuslah yang hadir dalam setiap perayaan Sakramen. Pelaku inisiasi bukan Kristus, melainkan jemaat. Artinya seluruh umat itu aktif sebagai pelaku inisiasi, bukan hanya Kristus atau imam. KV II mengajarkan kalau seseorang dibaptis, Kristus dan Tubuh mistiknya (seluruh jemaat) yang membaptis. Imam menjadi pelayan sakramen yang mewakili jemaat Gereja. Dalam situasi normal, yang boleh membaptis ialah Uskup, Imam, dan Diakon. Tetapi di daerah tertentu, uskup bisa memberi otoritas kepada pemimpin umat untuk membaptis.

Pembaptisan merupakan ungkapan iman. Iman adalah syarat pembaptisan. Baptis adalah meterai kekal, sehingga kalau seseorang yang sudah dibaptis lalu berpindah-pindah agama lagi, baptisnya tidak hilang.

Paulus menyebut sunat sebagai tanda baptis kita sebagai tanda bahwa kita menjadi milik Tuhan. Kol 2:11. Sunat Kristus yang terdiri atas penanggalan tubuh yang berdosa.

SAKRAMEN BAPTIS

Sakramen Baptis (SB) tindakan simbolis yang paling sering disebut dalam PB, sakramen ini disebut sakramen kelahiran kembali dan pembaharuan, lahir kembali dari air dan Roh. SB disebut juga ianua sacramentorum. Mengapa harus melalui SB? Karena SB menjadi awal yang menghapus dosa-dosa. Untuk menerima sakramen, orang perlu membuka hati dan bersatu dengan Kristus. Pembersihan ini dilakukan melalui SB. Dengan menerima SB orang tersebut disiapkan untuk menerima sakramen lainnya.

DASAR BIBLIS SB

KS bukan buku sistematis, melainkan ditulis sesuai kebutuhan jemaat. Bagaimana kita mengambil ajaran-ajaran ini lalu merangkumnya menjadi ajaran yang sistematis untuk menjadi dasar SB.

(3)

dilihat dari teks-teks sebelumnya. Kesimpulan para ahli ialah rumus ini adalah kebiasaan jemaat perdana yang disebutkan atas nama Yesus. Mrk 16:16 juga dilihat sebagai rangkuman, lalu dijadikan akhir Injil Markus. Maka sulit untuk menentukan bagi para ekseget bahwa teks-teks ini asli dari Yesus. Dengan demikian teks ini bukan dasar yang kuat untuk SB. Dalam Injil Sinoptik, tidak ada peristiwa pembaptisan lain selain baptisan Yohanes atas Yesus di Sungai Yordan. Pembaptisan Yesus ada di semua Injil. Yang menarik, dalam Lukas, pembaptisan diletakkan setelah Yohanes ditangkap oleh Herodes. Dalam Lukas, pembaptisan Yesus tidak menyebut nama Yohanes pembaptis. Memang ada polemik antara murid Yesus dengan Yohanes. Lukas berusaha menekankan superioritas Yesus sementara pribadi Yohanes tidak begitu penting.

Dari sudut dogmatik, apa yang penting dari pembaptisan Yesus. Tampaknya kisah ini memakai pola apa yang dimengerti oleh jemaat awali sebagai pembaptisan yang benar, yaitu pembaptisan Yesus menunjukkan (1) pembaptisan yang menekankan pengampunan dosa, (2) turunnya Roh Kudus atas orang yang dibaptis. Hal ini tidak terjadi pada orang-orang yang dibaptis Yohanes selain Yesus sendiri. Pola ini diikuti dalam pola baptis Kristiani. Dua unsur ini, menjadi unsur baru dalam pembaptisan Kristiani yaitu pengampunan dosa dan turunnya Roh Kudus.

Kedua, rasul Yohanes sendiri, melihat bahwa baptis merupakan kelahiran kembali. Melalui SB, RK dilimpahkan, diberikan, dan RK melahirkan kembali. Ingat bab-bab awal Yohanes ketika Nikodemus berbicara dengan Yesus tentang kelahiran kembali, bukan secara lahiriah melainkan secara rohaniah. Para ekseget melihat Yoh 3:5, pembaptisan dilakukan dengan air dan Roh. “Air dan ...” dinyatakan tidak asli oleh para ekseget karena mungkin dalam teks-teks sebelumnya tidak ada. Kata ini ditambahkan untuk menekankan SB yang dilakukan dengan air. Yohanes dan murid-muridnya membaptis. Yesus dan muridnya juga. Tetapi lantas bahwa Yesus membaptis itu disangkal. Ini menjadi pertanyaan yang sulit dijawab. Apa arti pembaptisan murid Yesus yang dilakukan sebelum Yesus sengsara, wafat dan bangkit. Kalau kita meneliti Injil Yohanes, pembaptisan disebut peristiwa kelahiran kembali.

Ketiga, dalam Kisah Para Rasul, kita sudah melihat rumus yang dipakai dalam pembaptisan. Kis membedakan pembedaan dengan air dan pembaptisan dengan roh. Pembedaan ini kemudian menjadi argumen biblis untuk membedakan sakramen baptis dengan krisma. Dalam Kis, orang dibaptis dalam nama Yesus, misalnya dalam Kis 2:38. Ayat ini menunjukkan pola pembaptisan yang dialami Yesus, yaitu Roh Kudus. Orang yang dibaptis menerima pengampunan dosa dan anugerah Roh Kudus. Baptisan Yohanes menjanjikan Roh Kudus dan komunitas eskatologis, Baptisan Kristus menyatakan Roh Kudus dan memasukkan dalam komunitas eskatologis. Dalam Kis, rumus yang dipakai adalah rumus Kristologis. Mereka dibaptis dalam nama Yesus Kristus.

Apa beda dan persamaan rumus Trinitas dan Kristologis? Kuncinya ada pada “NAMA”. NAMA berarti kuasa. “Dalam Nama Yesus” memiliki kuasa dari Allah Bapa yang terwujud dalam Roh Kudus. Maka pembaptisan dalam nama Yesus sama dengan pembaptisan dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus. Namun Gereja menetapkan rumusan yang lebih jelas yaitu dengan rumus Trinitas.

Keempat, surat-surat Paulus. Paulus sebagaimana dalam Injil Yohanes, menyebut SB sebagai kelahiran kembali. Kelahiran kembali ini dilihat dari konteks sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus. Bagi Paulus SB merupakan kelahiran kembali, juga penciptaan baru yang ditimba dari Injil Yohanes. Hal ini juga mengandung pemurnian, pengudusan. Kelahiran kembali ini terjadi melalui inkorporasi dengan Yesus Kristus, bahkan Paulus melihatnya bukan melihatnya inkorporasi rohani, tetapi sungguh-sungguh real. Bersamaan dengan kata inkorporasi, muncul kata lain yaitu konformasi, artinya diserupakan dengan Kristus dalam sengsara, wafat dan kebangkitannya.

(4)

pembaharuan manusia dari peristiwa Adam menuju peristiwa Yesus. Adam mati tetapi Yesus bangkit. Kemenangan Kristus atas dosa dan kematian, itulah yang dihadirkan oleh Paulus. Paulus melihat bahwa pembaptisan melahirkan kembali, dan kelahiran kembali ini ada dalam konteks penyatuan diri dengan sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus serta kemenangan-Nya atas dosa dan maut. Paulus menyebutkan tiga tingkatan persatuan.

(1) persatuan dengan Kristus sebagai anggota umat manusia. Seluruh anggota umat manusia bersatu dalam penebusan Kristus. Apa yang terjadi di Kalvari adalah penebusan objektif. Kalau dosa adalah hutang, hutang ini dilunasi Kristus untuk semua manusia. Penebusan ini menjadi efektif ketika manusia mengamini dan mengimani penebusan ini. Hal inilah yang dirujuk sebagai penebusan seluruh umat manusia, yang terjadi pada waktu Yesus menderita sengsara, wafat dan bangkit.

(2) persatuan dengan Kristus karena iman. Orang yang dibaptis mengalami kebangkitan bersama Yesus dan dilahirkan kembali. Iman akan Yesus Kristus menjadikannya anak-anak Allah. Melalui iman, Roh Kudus sudah bekerja. Penebusan objektif bersifat pendamaian. Penebusan subjektif bersifat penyelamatan yaitu ketika orang mengamini dan mengimani penebusan objektif Kristus. (3) persatuan dengan Kristus karena baptis. Iman penuh seseorang terungkap dalam Sakramen Baptis. Orang ini percaya dengan sungguh-sungguh, sehingga di depan publik dan secara tampak jelas dilakukan secara lahiriah.

Kelima, Surat Petrus. Petrus memakai gambaran bahtera Nuh yang diselamatkan dari air bah. Tekanan baptis ada pada pemurnian yang dilakukan melalui buah-buah sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus. SIMPULAN  LIHAT DIKTAT

MAKNA SAKRAMEN BAPTIS

Makna adalah arti pokok dan masih ada kelanjutannya yaitu buah-buah. Makna SB memiliki dua arti. (1) Individual Kristologis, (2) Sosial Eklesial. Ini merupakan satu hal yang baru diperkenalkan oleh KV II. Makna utama SB bukan pertama-tama bersatu dengan komunitas. Yang pertama-tama adalah persatuan dengan Kristus sendiri dan dikonformasikan dengan Kristus.

Proses penyatuan ini dilakukan pertama melalui pertobatan. Kedua, beriman. Setelah dibersihkan seseorang menjadi satu dengan Kristus.

(5)

yang bicara tentang imamat umum. Imamat umum diterima oleh semua orang yang menerima sakramen baptis.

Gereja Katolik dan Gereja-Gereja di bawah PGI masih memiliki kesamaan yaitu hanya pada Baptis karena forma dan materianya sama. Intensi masih dapat diterima dan imamat yang berlaku adalah imamat umum. Maka, Sakramen Baptis yang dilakukan Protestan di bawah PGI, diakui sah oleh Gereja Katolik.

Kesatuan Gereja-Gereja tertata secara berikut:

1. Pimpinan  Petrus dan penerusnya yaitu Paus 2. Ungkapan Liturgi / Sakramen

3. Iman

BUAH-BUAH SAKRAMEN BAPTIS

1. Pengampunan Dosa

Air memiliki fungsi pembersihan (dari dosa asal). Dosa dan akibatnya dilepaskan dari orang yang dibaptis. Pengampunan dosa ini adalah buah yang sangat ditekankan. Pengampunan dosa ini bukan paksaan Allah. Allah memberi, tetapi manusialah yang menanggapi. Harus ditegaskan pula bahwa pengampunan dosa tidak terjadi karena manusia sendiri, tetapi karena adanya jasa Yesus yang rela wafat di salib. Yesus membalik kerusakan dosa akibat manusia pertama. Manusia juga memiliki akibat sementara dari dosa yaitu penderitaan, dan kecenderungan ke arah dosa (konkubisensia). Kecenderungan ke arah dosa ini harus dilawan sebagai konsekuensi pertobatan orang yang sudah dibaptis.

2. Pengangkatan menjadi anak-anak Allah.

Hal ini terjadi melalui dalam mengikuti Yesus Kristus. Kita disatukan menjadi anak-anak Allah. Mulailah proses divinisasi / pengilahian, proses menjadikan kita semakin ilahi seperti Bapa. Proses ini terus berlangsung dan hal ini menjadi habitus, yaitu keinginan untuk berpartisipasi dalam karya Allah.

3. Menjadi Kenisah Roh Kudus

Orang yang dibaptis menerima pengudusan dan menjadi bait Roh Kudus. Roh Kudus inilah yang bekerja dalam diri kita untuk proses pengudusan ini. Kita menjadi sarana rahmat bagi sesama, perpanjangan tangan Tuhan dalam karya-Nya. Kehadiran karunia Roh Kudus tidak netral, artinya hadir atau tidak sama saja. Karunia Roh Kudus ini membuat segala hal menjadi baik, memampukan manusia untuk hidup sesuai ajaran Tuhan.

Sakramen berasal dari Kristus karena menghadirkan Kristus. Lantas Kristus yang bagaimana yang dihadirkan dalam Sakramen Baptis? Dosa asal menunjukkan bahwa manusia melakukan sesuatu sesuka hati. Kristus mewartakan Kerajaan Allah, berarti Allah meraja atas dunia. Kerajaan Allah ini terwujud dalam terjadinya kehendak Allah. Yesus Kristus menghadirkan Diri dalam baptis berupa Ketaatan Penuh kepada Allah. Kristus Yesus benar-benar melaksanakan kehendak Allah. Inilah wujud kehadiran Kristus. Setiap orang yang dibaptis, dosanya diampuni karena dia disatukan dengan Kristus yang taat sepenuhnya kepada Allah. Pembaptisan membatinkan rahmat penebusan / pengampunan dan kemenangan Kristus.

Baptis darah dan Baptis Rindu (hlm. 21)

(6)

Deus non tenetur sacramentis. Allah tidak terikat dalam Sakramen. Artinya Allah bisa berbuat segala sesuatu di luar sakramen. Tanpa sakramen pun Allah dapat menyelamatkan orang yang hidup dan yang mati, sehingga pemahaman Mormon tentang baptis tidak dapat diterima oleh Gereja Katolik. Baptis darah adalah orang yang menerima buah-buah sakramen baptis tanpa air, tetapi karena mati membela imannya. Darahnyalah yang menjadi baptisannya.

Baptis rindu misalnya seorang katekumen yang keburu mati sebelum sempat dibaptis, namun semasa hidupnya ia sungguh-sungguh beriman dan rindu akan pembaptisan.

Bagaimana dengan orang-orang yang tidak mengenal Kristus atau belum dibaptis? Extra Ecclesia Nulla Salus. Hal ini bertentangan dengan GS 22 & LG 16 yang mengajarkan mereka yang bukan karena kesalahan sendiri, namun hidup menurut hati nuraninya, mereka tetap diselamatkan.

Limbo: Limbu Patrum dan Infantium. Limbus Patrum  ketika Adam berdosa pintu surga ditutup. Ketika Yesus wafat, pintu surga terbuka bagi mereka sebelum Kristus, mereka yang menunggu di tempat penantian. Infantium  tesis teologis / ajaran yang mengatakan karena bayi-bayi belum sempat hidup apalagi berdosa mereka masuk ke sini. Namun setelah Benediktus XVI, ajaran ini dihapus. Karena kalau kita mempertimbangkan kerahiman Allah, bayi-bayi ini belum berdosa, apakah kerahiman Allah tidak mengatasi dosa asal juga. Maka bayi-bayi tak berdosa ini pasti sudah berbahagia bersama Allah di surga.

Simbolik Upacara Pembaptisan

Materia. Pembaptisan memakai air alamiah, lebih pada fungsi ganda yaitu membersihkan dan menghidupkan. Masih ada pakaian putih, lilin dll., namun yang terpenting adalah air, air yang alami, murni dan dialirkan. Air pembaptisan harus air alami.

Formanya harus trinitaris (Mat 28:19), bukan kristologis. “Dalam nama. . .” artinya kuasa. “dalam nama Yesus” sebenarnya sudah mengandung unsur trinitaris karena kuasa Yesus berasal dari Bapa dalam persekutuan Roh Kudus. Namun Gereja Katolik tetap memakai forma trinitaris.

Pelayannya adalah Yesus Kristus. Yesus terwujud dalam causa instrumentalis, yaitu imam atau para awam yang memiliki otorisasi dari uskup setempat. Dalam keadaan darurat menjelang ajal, siapa pun bisa membaptis.

Intensinya, saya melakukan seperti apa yang dilakukan Gereja.

Yang boleh menerima sakramen baptis adalah mereka yang sudah dibaptis dengan forma dan materia yang diakui Gereja Katolik. Baptisan ulang dilakukan hanya untuk mereka yang dibaptis dengan forma yang berbeda dari Gereja Katolik. Ada baptis ulang, baptisan bersyarat untuk umat yang tidak yakin dengan baptisan pertamanya.

Wali baptis. Bukan melulu kelengkapan liturgi, tetapi punya fungsi sebagai orang tua asuh dalam bidang rohani, maka tidak boleh orang tuanya sendiri. Wali baptis harus mampu mendampingi, membimbing anak baptis, sehingga setidak-tidaknya wali baptis lebih tua dari anak baptis. Dalam KHK tidak ada larangan bagi para biarawan untuk menjadi wali baptis. Dulu tidak boleh karena mereka sering pindah-pindah, namun sekarang tidak ada batasan jarak lagi karena kemajuan teknologi. Wali baptis dan anak baptis ada aturan tidak boleh menikah. Wali baptis setidaknya berumur 16 tahun dan sudah krisma, dan hidup sesuai imannya. Kalau sudah menikah, pernikahannya harus sah, bukan kawin cerai dan tidak ternoda hukuman hukum Gereja.

Nama Baptis. Biasanya diambil dari orang kudus yang dirayakan sekitar tanggal pembaptisan.

(7)

Baptisan anak.  sudah pernah dilakukan sejak abad kedua, bahkan dalam Kisah Para Rasul. Soal pembaptisan ini, banyak pengaruh yang ditimba dari St. Agustinus. Agustinus dalam hal ini memengaruhi Gereja ketika berhadapan dengan pelagianisme. Pelagianisme adalah aliran yang mengatakan bahwa manusia bisa menyelamatkan diri sendiri tanpa bantuan rahmat Allah. Dengan kemampuan sendiri, manusia bisa menyelamatkan dirinya, karena itu tidak perlu rahmat Allah. Maka baptis tidak perlu dilakukan sejak kecil. Agustinus menentangnya dengan mengatakan bahwa manusia tidak bisa selamat tanpa rahmat, maka bayi perlu dibaptis sejak awal. Penekanan ini berlanjut sampai sekarang. Lih. Rom 5:12-21. Yesus membalik dosa Adam bagi semua orang. Baptisan bayi didasarkan pada sikap panik, seolah-olah dosa lebih kuat dari rahmat. Oleh karena itu, dari surat Paulus, kita harus melihat masalah secara lebih objektif. Kalau bayi juga mewarisi dosa Adam, seharusnya dia juga mewarisi rahmat Kristus. Mana yang lebih kuat? Tentunya rahmat Kristus. Lantas mengapa kita takut kalau bayi tidak masuk surga? Maka, kita tidak perlu panik. Allah pasti memenangkan kasih karunia atas bayi-bayi. Kalau begitu perlukah bayi dibaptis? Gereja mengatakan tetap perlu dibaptis, namun bukan karena kepanikan ini. Lalu apa alasannya? Lih. hlm. 27, no. 2.7.3. (1) hlm. 28, bayi dan anak-anak belum bisa mengimani secara pribadi pada tawaran rahmat Allah, belum bisa mengamini dan mengimani secara pribadi. Iman yang dimaksud di sini ialah iman Gereja. Bukan tanggapan masing-masing orang, tetapi iman Gereja sebagai tempat bertumpu, dan iman inilah yang diungkapkan oleh orang tua dan wali baptis. Jadi iman Gereja menanggapi atas nama jemaat. Karena itu, bayi tidak boleh dibaptis kalau sekurang-kurangnya satu dari orang tuanya tidak menyetujui pembaptisan tersebut karena orang tua dan walinya yang akan mewakili pengungkapan iman si bayi atau anak. Merekalah yang bertanggung jawab untuk mendidik dan membina iman si bayi atau anak. Yang harus juga diingat, baptis adalah tanda adanya iman. Namun bukan hanya tanda melainkan juga sebab atau yang menumbuhkan iman.

Anak-anak sering dikatakan memiliki kebebasan murni, namun sebenarnya kehidupan mereka sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, orangtua adalah teladan bagi anak-anak. Orangtua harus memberikan pengaruh yang baik, sehingga pada saat dewasa, imannya pun hidup dari teladan orang tua.

SAKRAMEN KRISMA

Masuk dalam sakramen inisiasi dan disatukan dengan baptis hanya untuk orang yang dewasa, yaitu baptis, krisma dan Ekaristi. Bahkan bisa serentak. Beda dengan baptis bayi atau baptis tidur, biasanya tidak bisa ikut urutan inisiasi. Setelah baptis, sakramen tobat, lalu Ekaristi (dan komuni pertama), baru menerima sakramen Krisma.

Sakramen krisma disebut juga sakramen penguatan. Krisma berasal dari chrismatio artinya pengurapan. Dalam bahasa inggris disebut confirmation (penguatan). Dalam sejarah Gereja, krisma dikaitkan dengan peristiwa Pentakosta ketika roh dicurahkan atas para rasul. Pneumatologi Gereja belum banyak Gereja saat itu, sehingga sakramen krisma dipikirkan atau direnungkan sebagai sakramen yang memberikan Roh Kudus. Refleksi ini terjadi ketika teologi Gereja belum berkembang. Setelah banyak berkembang terutama tentang karya Roh Kudus, Gereja melihat bahwa untuk bertobat, beriman, dibersihkan dari dosa, adalah karya Roh Kudus. Maka setiap sakramen itu memberikan karunia Roh Kudus. Tantangannya kemudian ialah apa karunia khusus yang diberikan oleh Krisma.

Permasalahan dalam refleksi tentang sakramen Krisma.

(8)

Apa makna utama sakramen krisma, karena krisma dipandang seperti turunnya Roh Kudus. Ini ditegaskan dalam dekrit yang mengatakan bahwa pemberian Roh Kudus adalah untuk menguatkan, sebagai kelanjutan Pentakosta sebagaimana para rasul yang diutus. Secara teologis muncul pertanyaan apakah ini memang pemberian Roh Kudus, dalam arti apa. Dalam tradisi Yohanes, Roh Kudus memberikan pengampunan dosa yang sudah diberikan dalam sakramen baptis. Kapan Roh Kudus dicurahkan, baptis atau Krisma? Kapan diberikan karunia beriman, pengampunan dosa dan pengutusan. Dalam KGK tidak ada pemecahannya. KGK mengatakan Krisma membuat penerima menjadi lebih teguh, lebih sungguh, lebih sempurna. Lantas apakah sakramen krisma hanya sebagai booster (pemercepat, peningkat, pendorong, penguat) dari sakramen baptis, tetapi tidak ada yang sejati dari dirinya sendiri? Jika demikian Krisma tidak punya kekhasan. Ada masalah praktis juga, apakah orang yang mau menjadi pelayan Gereja, entah misdinar, akolit, lektor, harus sudah krisma? Dalam Kitab Suci, Roh Kudus dikisahkan dalam Kisah Para Rasul dan Surat-Surat Paulus – Yohanes. Menurut Kis, Roh Kudus dicurahkan melalui penumpangan tangan, dan ini terjadi sesudah baptis. Dalam surat-surat Paulus – Yohanes, Roh Kudus diberikan saat dibaptis. Dari sini kita melihat perbedaan baptis Katolik dan Protestan. Katolik menekankan Roh Kudus diberikan sesudah baptis, sementara Protestan meyakini Roh Kudus turun saat pembaptisan. Dalam Kitab Kejadian, Roh Kudus adalah Roh yang kreatif, ikut menciptakan, Roh yang memberi hidup. Pemberi hidup adalah gelar Roh Kudus. Hal ini tertulis dalam Ensiklik Dominum et Vivicantem. Dalam Kitab Kejadian, ditunjukkan Roh yang memberikan hidup, Roh yang ikut menciptakan. Hal ini terjadi sekali untuk selamanya, semel pro semper. Dalam KSPL, Roh pemberi hidup muncul kuat pada kitab Kejadian, tetapi tidak pernah ditampilkan lagi. Dalam perjalanan sejarah Israel, Roh Kudus yang dicurahkan juga memberi pengutusan khususnya bagi para nabi. Roh ini disebut Roh Profetis. Roh ini muncul lagi, ketika Israel di pembuangan lalu muncul lagi peran Roh Pemberi Hidup. Roh ini dimiliki para nabi dan kelak menjadi Roh Mesias. Dalam Mesias, Roh Kudus berfungsi sebagai nabi dan pemberi hidup.

Dalam hidup Yesus, ketika Ia dibaptis Roh Kudus turun. Begitu juga pada saat ia berpuasa di padang gurun. Roh pemberi hidup dimunculkan lagi, tetapi yang lebih menonjol adalah Roh Profetis. Dalam KSPB (Kis), yang ditekankan dalam pencurahan Roh Kudus adalah setelah pembaptisan. Dalam Paulus – Yohanes, Roh Kudus ditekankan sebagai Roh Pengampunan dosa dan Roh Pemberi hidup. Maka kita bisa mengatakan baik roh hidup dan roh kenabian muncul kedua-duanya dalam KSPB, meskipun lebih kuat tekanannya pada roh profetis. Ketidakjelasan tentang Roh mana yang diberikan ini berkaitan dengan belum berkembangnya pneumatologi KSPB. Roh pemberi hidup muncul dulu baru muncul roh profetis. Maka antara Kis dan PY, dalam baptis Roh turun sebagai pemberi hidup dan perutusan. Dalam krisma, Roh turun sebagai perutusan bukan secara pribadi namun secara lebih luas. Jadi kedua tulisan ini tidak saling bertentangan, namun saling melengkapi.

Ada dua hal yaitu sakramen baptis dan krisma, yaitu baik dalam baptis maupun krisma ada roh hidup dan profetis. Dalam sejarah ada yang ingin menekankan kedua peran Roh Kudus yaitu kreatif dan profetis. Kreatif dalam PY menunjuk pada pengampunan dosa dan kelahiran kembali pengangkatan menjadi anak Allah. Dalam Kis, perutusan. Namun kemudian keduanya baik roh kreatif dan profetis. Teologi yang sekarang tidak memenangkan baptis atau krisma, namun melihat bahwa dua Roh (kreatif dan profetis) ini diberikan pada saat baptis dan krisma.

Roh pemberi hidup diberikan dalam baptis, dan Roh pendewasaan ini diberikan dalam krisma. Roh profetis sudah diberikan waktu baptis, tetapi masih secara pribadi. Dalam krisma, roh profetis dikuatkan sebagai persona publica perutusan dalam komunitas hidup dunia. Pembedaan ini adalah pemecahan untuk membedakan baptis dan krisma.

Lantas apa khas baptis dan apa khas krisma?

Berkaitan dengan Baptis Krisma

Roh Pemberi Hidup Roh Kelahiran kembali Roh Pendewasaan

(9)

Makna Karunia Sakramen Krisma

1. Roh Pendewasaan

Hal ini dapat dianalogikan dengan dengan pertumbuhan biologis, pertumbuhan intelegensi dan pertumbuhan emosional. Perkembangan spiritual pun demikian. Pertumbuhan hidup rohani adalah aspek dalam sakramen krisma. Bagaimana hidup rohani yang dewasa? Dewasa berarti berani berpegang pada keyakinannya, mandiri secara rohani, bisa dipercaya, mantap dalam iman, mampu bekerja sama dengan gerak Roh Kudus dalam berbagai bentuk.

Krisma membentuk struktur hidup yang dewasa. Struktur ini menjadi kerangka yang diberikan oleh krisma agar perkembangan rohani seseorang dapat bekerja secara dewasa dalam hal rohani.

Menjadi dewasa tidak cukup hanya dari atas tetapi juga dari tanggapan manusiawi pribadi itu sendiri. Manusia harus mengimani dan mengamini, sehingga rahmat seperti gayung bersambut, mengalir secara efektif bagi manusia.

2. Roh Perutusan

Krisma menjadikan seseorang persona publica yang hadir menjadi saksi bagi banyak orang. Krisma menjadi dimensi pneumatis misioner ecclesia atau functional ecclesia.

Dua karunia inilah yang membedakan krisma dengan baptis. Gratia supponit perficitque naturam. Rahmat mengandaikan dan menyempurnakan kodrat. Maksudnya bukan karena krisma, manusia mendapat kemampuan secara ajaib. Rahmat bekerja dalam kemampuan kodrati manusiawi. Rahmat menyempurnakan dan mengembangkannya. Rahmat bekerja harus ada dasar kodratinya.

Simbolik Krisma

Materia yang dipakai adalah minyak krisma, minyak yang diberkati uskup. Biasanya minyak zaitun ditambah dengan balsam. Biasanya minyak ini diberkati pada saat misa hari Kamis pagi pada pekan suci (Kamis Putih pagi).

Tindakannya bagaimana? Diurapi atau penumpangan tangan? Untuk jalan tengahnya, bisa diurapi sambil penumpangan tangan.

Rumusnya “Terimalah tanda pengurapan Roh Kudus.”

Pelayannya siapa? Harus uskup. Atau dalam situasi dengan izin uskup adalah imam.

LG 26 bicara tentang minister originarius (pelayan asali) Krisma adalah Uskup. Kita mengenal adanya minister ordinarius dan minister extra ordinarius (pengecualian dengan izin). Pemberi sakramen krisma di Gereja timur, minister ordinariusnya adalah imam. LG 26 mengatakan bahwa uskup adalah minister originarius. Hal ini mau mengatakan bahwa uskup adalah asal, aslinya. Maksud penulisan originarius ialah untuk menunjukkan adanya kesempatan bagi imam (di gereja barat) agar dapat memberikan krisma juga. KHK (1983) KGK (1993) Dalam KHK, minister ordinariusnya adalah uskup. Lantas jabatan uskup sebagai minister originarius tertutup lagi.

Siapa penerimanya? Tentunya orang yang belum pernah dikrisma, karena fungsinya juga materai sakramental, sekali untuk seumur hidup. Usia dapat dipertimbangkan secara rasional yaitu sekurang-kurangnya umur 14 tahun. Perlu juga wali krisma yang berfungsi sama dengan wali baptis. Boleh juga memakai nama krisma, boleh sama dengan nama baptis, tetapi tidak harus sama.

SAKRAMEN EKARISTI

(10)

perubahan konsep aspek yang lain. Dulu Gereja digambarkan secara piramidal, sehingga bentuk Ekaristi tampak dalam posisi imam yang menghadap tembok (altar). Gambaran Gereja saat ini membuat bentuk misa saat ini, imam menghadap umat.

Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani. “Sumber” menimbulkan konsep air yang mengalir. Ekaristi digambarkan seperti mata air yang menjiwai, menghidupi, dan memberi kesegaran bagi hidup manusia. “Puncak” merupakan gambaran gunung, di mana segala sesuatu ditujukan kepada Ekaristi. Inilah pentingnya Ekaristi yang ditekankan oleh KV II. SC 47 meringkas pandangan tentang Ekaristi dengan menyebut kisah perjamuan terakhir sampai kebangkitan Kristus. (lih. Diktat). Ekaristi dikenal dengan banyak nama, misalnya Misa. Ada beberapa nama yang masing-masing menekankan aspek tertentu. Misalnya Ekaristi dari kata Yunani eucharistein yang berarti mengucap syukur atau terima kasih. Dalam bahasa Ibrani dan Arab (rumpun bahasa Semit) bere akat, artinya berkat. Ekaristi merujuk pada keseluruhan, meskipun terjadi hanya pada Liturgi Ekaristi. Orang Protestan menggunakan kata “Perjamuan Tuhan.” Ada juga yang menyebut “Pemecahan Roti”. Ada juga “Kenangan” yang berarti menghadirkan kembali peristiwa perjamuan malam terakhir dalam tindakan Gereja saat ini. “Kurban Kudus,” “Kurban Syukur,” “Liturgi Kudus” atau “Liturgi Ilahi” dan juga “Comunnio.” Nama paling umum adalah Misa Kudus. “Misa” dari “misi” pengutusan, “Itte Missa est.” Misa telah selesai, pergilah, kita diutus.

Dasar biblis Ekaristi

Kalau kita lihat perayaan Ekaristi, dari bentuknya kita bisa mengatakan bahwa Ekaristi sebenarnya berasal dari doa sebelum dan sesudah makan pada perjamuan Yahudi. Pada saat orang yahudi mengadakan perjamuan, ada doanya. Doa ini yang diambil alih dalam Ekaristi. Dalam perjamuan Yahudi, pengertiannya mereka disatukan karena mereka makan dari satu tempat dan minum dari cawan yang sama. Dari sudut waktu, Ekaristi merujuk pada perjamuan malam terakhir dalam konteks paskah Yahudi atau Perayaan Roti tak Beragi. Dalam tradisi Israel ada pengertian roti dan anggur adalah wakil dari seluruh karya dan kerja hidup mereka. Persembahan berupa roti dan anggur menjadi perwakilan atas seluruh persembahan manusia kepada Tuhan.

Yesus mengadakan perjamuan terakhir pada saat orang Yahudi mengadakan perjamuan paskah. Perjamuan paskah merupakan peringatan akan pembebasan orang Yahudi dari perbudakan Mesir. Sebelumnya orang Israel masuk Mesir karena Yusuf. Orang Israel berkembang biak begitu cepat, sehingga Mesir menjadikan orang Israel budak yang ditindas. (Lanjut dengan cerita “Ten Commandments”) Pada tulah terakhir, anak-anak sulung Mesir dibunuh. Orang Israel harus menyembelih anak domba, dan darahnya dioleskan di pintu. Gambaran pintu mengacu pada salib yang dioles dengan darah Anak Domba Allah yaitu Yesus Kristus yang menyelamatkan manusia. Jadi peristiwa yang diperingati Yahudi ialah peristiwa pembebasan dari Mesir dengan darah anak domba dan segala keajaiban karya Allah. Yesus juga merayakan paskah Yahudi ini. Yesus melakukan sesuatu yang berbeda dengan perjamuan Yahudi umumnya yaitu pengambilan dan pemecahan roti sebagai Tubuh-Nya dan membagi anggur sebagai Darah-Nya. Setelah peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus, para murid baru menyadari bahwa Tubuh Kristus merupakan NIAT PERSEMBAHAN DIRI dan HIDUP yang diwujudkan dalam jalan salib menuju Kalvari.

Injil Sinoptik mengisahkan perjamuan ini. Yohanes tidak mengisahkannya, tetapi mengisahkan ajaran “Yesus sebagai Roti Hidup”. Dari kisah-kisah ini ada empat poin penting dalam teologi Ekaristi.

20 Februari 2013

1. Ekaristi dilakukan dalam konteks perjamuan Paskah Yahudi.

Konteks ini menunjukkan bahwa Yesus mati karena pengurbanan diri sebagai Anak Domba Allah. 2. Kristus mengidentifikasikan dirinya dengan roti dan anggur.

(11)

Ini adalah tanda ketaatan penuh kepada Allah sebagai bagian dari karya penebusan Allah bagi manusia.

3. Ekaristi merupakan undangan Yesus kepada para rasul untuk makan dan minum.

Makan minum di sini bukan masalah perut, tetapi soal persatuan rohani pribadi dengan Yesus Kristus, terutama dengan kurbannya. Bukan hanya kurban Kristus, tetapi juga kurban Gereja. Umat juga ikut mengurbankan hidupnya melalui imamat umum yang mereka terima.

4. Perintah untuk menghadirkan kembali apa yang dilakukan oleh Yesus. Dalam perintah untuk mengulangi ini, ditunjukkan kaitan antara perjamuan dengan peristiwa Kalvari. Kata-kata konsekrasi yang diulangi oleh para imam disebut kata-kata pelembagaan (word of constitution) karena kata-kata ini dipandang sebagai yang mengadakan Ekaristi. Perintah untuk menghadirkan kembali berarti perintah untuk mengulangi, melakukan kembali apa yang dilakukan Yesus dalam perjamuan tersebut, dan dalam hal ini kenangan bukan dalam arti psikologis, tetapi menghadirkan kembali apa yang dilakukan Yesus. Tidak hanya menghadirkan kembali kurban Kristus, tetapi juga dengan segenap hidup dan ajaran-Nya. Pengertian ini menonjol dalam Injil Lukas. Yang dihadirkan kembali bukan hanya perjamuan malam terakhir tetapi juga peristiwa Kalvari di mana Yesus wafat di salib dan kebangkitan-Nya.

Yohanes Bab 6 menampilkan ajaran Yesus soal roti hidup setelah mukjizat pergandaan roti. Yesus mengidentifikasikan diri-Nya sebagai roti sejati dari Allah. Roti ini membawa kehidupan abadi dalam diri mereka yang memakannya, sebagai anugerah Bapa melalui Yesus.

Ekaristi dalam Komunitas Kristiani Pertama

Semula mereka ikut ibadah dalam Sinagoga lalu dilanjutkan dengan perjamuan di rumah, dalam persekutuan meja. Dalam perkembangannya, dilanjutkan dengan di rumah umat lalu seltelah diakui sebagai agama, mereka membangun rumah ibadat sendiri. Perjamuan ini membentuk komunitas. Paulus mengajarkan bahwa perjamuan Tuhan membentuk komunitas yang mengeratkan hubungan antara umat yang satu dengan yang lain, dan mereka bersatu dalam Kristus.

26 Februari 2013

Sejarah Ekaristi

Air = H2O = X110Y54Z271 Kendati banyak rumusnya, realitas air itulah yang penting.

Yesus mengatakan “Inilah Tubuh-Ku.” Kalau suatu ketika orang merumuskan, “Tubuh Kristus itu begini... atau begitu ... “ Itu hanya rumus. Perubahan rumus, tidal mengubah realitas. Air sebagai contohnya. Rumusnya bisa berubah-ubah, namun realitasnya tetap air. Rumus selalu muncul belakangan. Realitas muncul lebih dulu, baru muncul rumus. Kehidupan muncul lebih dulu baru dirumuskan. Artinya rumus tidak merealitaskan sesuatu.

Tahun 325 konsili Nicea merumuskan homo ousious untuk mengenal realitas Yesus sehakikat Allah. Gereja tidak mengubah / mengangkat Yesus menjadi Tuhan.

Dalam sejarah Ekaristi, Gereja berusaha merumuskan kata-kata Yesus, “Inilah Tubuh-Ku.” Realitasnya Yesus mengatakan, “INIlah Tubuh-Ku.” Selama perjalanan sejarahnya, Gereja ingin merumuskan kata-kata Yesus, “Terimalah dan makanlah, inilah Tubuh-Ku . . .” Rumus ini berasal dari Skolastik yang membedakan substansi dan aksiden. Setiap benda punya substansi, intinya. Yang tampak di luar, rasanya itu aksiden. Ketika Yesus berkata “Inilah Tubuhkua,” substansinya diubah. Aksidennya tetap roti. Substansinya berubah. Maka Gereja menggunakan transubstansiasi. Inti dalamnya yang berubah. Ajaran ini dicetuskan oleh teologi skolastik dan masih dipakai sampai saat ini.

(12)

Gereja melihat kehadiran nyata Kristus berupa tubuh dan darah Kristus dalam roti dan anggur. Hal ini tidak diadakan oleh Gereja melainkan disimpulkan dari Kitab Suci. Para murid berusaha memahami ajaran Kristus dan dalam perjalannya berjumpa dengan para filsuf Yunani. Para filsuf Yunani mengajarkan adanya dua dunia. Maka muncul pemikiran bahwa roti dan anggur merupakan tanda kehadiran Kristus yang berasal dari dunia sana. Gagasan Yunani tentang anamnesis sama dengan konsep kenangan dalam Yahudi. Kehadiran Yesus dalam tubuh dan darah bukan hanya simbol yang menunjuk pada yang real. Oleh para rasul, roti dan anggur bukan melulu simbol, tetapi realitas kehadiran nyata. Maka muncul gagasan simbol real. Inilah perjalanan awal perumusan kata-kata Yesus tentang tubuh dan darah-Nya.

Muncul juga konsep ekaristi sebagai kurban. Hal ini semula dihindari para bapa Gereja untuk menghindari pandangan yang menyamakan Gereja dengan agama lain. Para teolog Anthiokia mengatakan bahwa ekaristi dilihat sebagai kurban, Kristus mengurbankan diri, seperti dalam konteks pembebasan Yahudi. Berkembanglah teologi kurban, dan kurban di sini bukan dalam arti fisik, maka mereka mengatakan bahwa ekaristi adalah kurban rohani Kristus yang diwujudkan dalam penyerahan diri-Nya dan mewujudkannya di salib. Inilah yang dirayakan dalam perayaan ekaristi.

Pada zaman awal sampai abad IV, muncul Ambrosius yang mengatakan, ketika Yesus mengatakan, “Inilah Tubuh-Ku,” terjadilah perubahan (convertio) dan perubahan ini dinyatakan melalui karya Roh Kudus. Tertulianus dan Siprianus mengatakan bahwa ekaristi adalah tanda sengsara dan wafat Kristus. Agustinus menyebut kurban ekaristi sebagai kurban Yesus bersama seluruh Gereja. Christus Totus. Bersama seluruh Gereja, Kristus mengurbankan diri.

Pada abad V – IX. Di Gereja timur muncul bagaimana perubahan terjadi. Mereka mencari rumusnya. Melalui Ambrosius, gagasan bahwa terjadi perubahan ini mulai dibahas di Gereja Barat. Pengertian pada waktu itu – istilahnya belum – membedakan apa yang tampak dan apa intinya. Istilah substansi dan aksiden belum muncul. Yang muncul adalah realisme ekaristi artinya menghadirkan Yesus secara penuh. Muncul pula gagasan imamat yang kemudian murid-murid Yesus menjadi imam yang mempersembahkan kurban. Pada abad VIII – IX muncul praktik silih sebagai pengganti roti anggur dan lilin dengan persembahan umat. Muncul juga misa privat artinya imam misa sendiri. Muncul juga misa sistem tarif, maksudnya secara meriah atau sederhana.

Dalam sejarah ekaristi terjadi polemik pada abad IX sampai XI. Polemik ekaristi terjadi dua kali antara Paskasius Rabertus melawan Ratramus. Paskasius adalah abbas, Ratramus adalah rahib. Paskasius menulis tentang tubuh dan Kristus yang menekankan adanya kesamaan antara tubuh historis dan tubuh ekaristis Yesus. Kesamaan ini terjadi secara real. Ratramus kemudian menulis dengan judul yang sama De Corpore et Sanguine Domine. Ia menyangkal kesamaan yang disebut Paskasius. Ia mengatakan bahwa roti anggur adalah gambaran tubuh Kristus. Ratramus lantas dihukum. Letak polemiknya adalah apakah hosti ini benar tubuh Kristu atau hanya gambaran.

Polemik kedua dst. lih dikat.

5 Maret 2013

Sejarah Gereja menunjukkan bagaimana Gereja menafsirkan kata-kata “Inilah Tubuh-Ku.” Penafsiran ini dipermudah dengan pertemuan dengan filsafat Yunani dan kemudian Agustinus, bapa Gereja lainnya, meneorikan bagaimana harus mengerti kata-kata Yesus, “Inilah Tubuh-Ku.” Kemudian kita melihat adanya polemik pada abad IX – XI, bagaimana ketegangan soal perubahan yang terjadi pada roti. Kalau ada bagaimana. Gereja menegaskan adanya perubahan, hanya saja bagaimana belum bisa dijelaskan. Mereka yang tidak mengakui adanya perubahan, kemudian dihukum.

(13)

Kristus sehakikat dengan Allah. Inilah salah satu contoh munculnya terminologi baru untuk merumuskan permasalahan iman.

Yang lain, apakah Gereja sudah sempurna atau belum. Gereja sering disebut Societas Perfecta yang artinya masyarakat yang sempurna. Pertanyaannya apakah sungguh sempurna? Dikatakan sempurna karena dihidupi oleh Roh Kudus. Namun dalam kenyataannya, anggota Gereja masih sering berdosa. Lalu dalam LG Gereja disebut memiliki sisi ilahi dan insani. Struktur pribadi Kristus sama dengan Struktur Gereja, yaitu ilahi dan insani. Inilah contoh bagaimana persoalan dipecahkan dengan terminologi baru.

Demikian pula dengan sakramen Ekaristi yaitu Tubuh Kristus. Kita dapat bertanya apakah hosti itu Tubuh Kristus? Ya. Tetapi mengapa bentuknya masih roti dan rasanya tetap roti. Teologi skolastik menemukan terminologi dari filsafat Yunani. Thomas mengambil ide Aristoteles, beda dengan Agustinus yang Platonian. Dalam filsafat Aristotelianisme, setiap benda memiliki materi – forma. Maka demikian juga dengan setiap sakramen dan juga Ekaristi. (lih. Diktat hlm. 57 dst.)

Materia – Forma. Substansi – Aksiden. Esensi – Eksistensi. Aktus – Potensi.

(Hlm. 59) Skolastik mengenal substansi dan aksiden. Aksiden adalah apa yang tampak, namun substansinya tidak terlihat. Maka teori ini digunakan untuk merumuskan Ekaristi. Karena ada materi (roti) dan forma (kata-kata), terjadilah perubahan hanya pada substansi, bukan pada aksiden. Maka muncul terminologi TRANSUBSTANSIASI yaitu perubahan yang terjadi pada roti dan anggur pada saat Ekaristi. Substansi roti diubah menjadi Tubuh Kristus, tetapi aksidennya tetap roti. Substansi anggur diubah menjadi Darah Kristus, tetapi aksisdennya tetap anggur.

Kata-kata dari epiklese pertama sampai epiklese kedua. Yang pertama adalah permohonan kepada Roh Kudus untuk mengubah roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus. Yang kedua adalah permohonan kepada Roh Kudus untuk mengubah Gereja.

Concomitantia berarti utuh, untuk menjawab bahwa ketika umat menerima tubuh Kristus saja, mereka juga menerima darah Kristus. Dimensi Tubuh Kristus tidak bisa lepas dari dimensi Darah Kristus. Dalam teologi skolastik, imam bertindak sebagai In Persona Christie dan Alter Christus. Imam dilihat sebagai alter christus sebenarnya semua orang juga karena Mamat umumnya dalam baptis. Alter Christus yang mana? Umat menjadi tubuh, dan imam menjadi kepala. Konsili Florence tahun 1415 berbicara tentang rahmat yang diberikan oleh Ekaristi. Kita menerima rahmat disatukan dengan Kristus. Rahmat pemeliharaan hidup dan segala hal yang baik. Semua ini adalah karunia yang diberikan dalam penyambutan Tubuh Kristus dalam Ekaristi. Ketika muncul pengertian rahmat, muncul juga penerapan rahmat untuk jiwa-jiwa. Maka kita bisa mempersembahkan Ekaristi untuk arwah tertentu. Paha Kristus diperuntukkan bagi arwah orang-orang yang kita doakan. Yang paling baik ialah melalui Ekaristi.

Martin Luther : Prinsip Ekaristi: ia menolak transubstansiasi tapi consubstansiasi. Ia menolak identifikasi riil. Ada ungkapan yang penting dalam gereja Katolik yakni PRAESENTIA REALIS (Real Presence). Luther menolak devosi Ekaristis. (dll. Lihat hlm. 60-61).

6 Maret 2013

(14)

filsafat Aristoteles untuk memahami iman dengan lebih baik, lalu merumuskannya. Agustinus menggunakan filsafat Plato. Ia banyak menggunakan istilah Signum untuk menjelaskan sakramen. Sakramentum mengacu pada tanda, sehingga dalam sejarah dimensi misterion berkurang.

Allah menggerakkan orang-orang dalam Gereja. Allah berkarya melalui Sabda-Nya (Kristus) yang dilanjutkan dalam hierarki para rasul sampai hierarki Gereja saat ini. Roh Kudus (Karisma) menghidupi dan menjiwai perjalanan hidup Gereja. Roh Kudus menggerakkan orang-orang ini untuk kemudian mengembalikan “keseimbangan”. Konsili Trente menekankan unsur Signum, partisipasi pribadi, relasi dengan Allah kurang ditekankan. Lantas Allah menggerakkan Odo Cassel. Ia merasakan hilangnya dimensi misteri. Maka ia mengembalikan dimensi misteri dalam sakramentologi. Maka dalam KVII dimensi misteri dimasukkan dalam sakramentologi.

Pada Teologi Skolastik, kuasa terlalu ditekankan, sehingga muncul klerikalisme. Akibatnya tekanan pada peran awam kurang. Lalu Roh Kudus menggerakkan berbagai gerakan awam. Dalam KVII, awam berperan lebih banyak.

Inilah gerak Karisma Roh Kudus untuk membawa keseimbangan dalam Gereja. Dengan demikian jelas bahwa Allah terus berkarya seumur hidup Gereja. Sejarah bukan sekadar catatan sejarah kronologis.

Rumusan tentang siapa Yesus mengalami perjalanan panjang. Ketika Yesus dikenal sebagai manusia, Ia tidak dilihat sebagai Allah. Ketika Yesus disebut Allah, Ia tidak disebut manusia. Tetapi Gereja mempertegas bahwa Yesus sungguh Allah sungguh manusia, dengan rumusan terminologi uniohipostatis, 1 pribadi 2 kodrat. Hal ini juga berlanjut pada karakter Gereja. Gereja itu ilahi sekaligus manusiawi. Tubuh mistik Kristus subsistit in Gereja Katolik. Artinya, Tubuh Mistik Kristus bukan monopoli Gereja Katolik.

Sejarah panjang Gereja mau menunjukkan PEDAGOGI ALLAH. Allah berkarya melalui Roh Kudus untuk menggerakkan orang-orang dalam Gereja untuk mendidik Gereja.

Kembali ke Teologi Ekaristi, KVII menekankan: 1. Ekaristi sebagai kenangan, memoria, anamnese.

2. Ekaristi sebagai kurban. Perjamuan terakhir diwujudkan di puncak Kalvari. Kurban Ekaristi bukan hanya Kurban Kristus tetapi juga kurban Gereja. Kata-kata Yesus mengajak kita untuk menyatu dengan Kristus.

3. Teologi Tubuh Kristus. 4. Ekaristi sebagai sakramen. Makna Pokok Ekaristi

1. Ekaristi sebagai Ucapan Syukur

berarti ucapan syukur. Liturgi paskah Yahudi adalah liturgi ucapan syukur. Perjamuan Yesus bersama murid merupakan jamuan syukur atas karunia. Biasanya orang bersyukur ketika orang terhindar dari kecelakaan, mendapat sesuatu atau menyelesaikan sesuatu. Terhindar dari kecelakaan dilihat sebagai rahmat Tuhan. Ketika orang mendapat sesuatu, orang bisa melihatnya sebagai karunia dari Tuhan. Sering kali syukur diucapkan ketika mendapat sesuatu yang besar. Hal kecil pun perlu disyukuri. Orang yang bersyukur tahu dan mengakui bahwa apa yang dia terima merupakan karunia Tuhan. Maka dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan dan inilah karunia Tuhan.

Ekaristi adalah ucapan syukur, artinya mengakui bahwa segala sesuatu pemberian Tuhan, mengakui ketergantungan manusia kepada Allah. Ekaristi menjadi persembahan umat kepada Tuhan sebagai syukur atas karunia Tuhan.

(15)

dan anggur. Ini dianggap buah sulung. Roti juga mengingatkan orang Israel dengan roti manna. Makna-makna ini dimasukkan dalam roti dan anggur.

Apa yang disyukuri dalam Ekaristi? (hlm. 66) Yaitu Yesus Kristus yang sengsara, wafat dan bangkit, yang menebus kita sebagai karya Allah yang terbesar bagi manusia. Objek syukur bukan masa lalu, melainkan masa sekarang, karena karya penebusan Allah terus berlangsung sampai saat ini. Ekaristi juga merupakan ucapan syukur Kristus sebagai imam.

2. Ekaristi sebagai kenangan.

Menghadirkan kembali kurban Kristus dan keseluruhan hidup-Nya sekarang dan di sini. Dengan menghadirkan kembali peristiwa perjamuan terakhir dan peristiwa Kalvari, peristiwa Ekaristi menghadirkan kembali rahmat penebusan saat ini juga. Dalam peristiwa ini, Gereja menghadirkan kembali kurban satu-satunya yaitu Kristus. Kurban Kristus pada perjamuan terakhir disebut oblatio (penyerahan, kurban rohani) dan peristiwa di Kalvari disebut dengan immolatio (penyataan). Kristuslah satu-satunya kurban nyata di Kalvari. Dengan oblatio Gereja menghadirkan kembali kurban rohani Kristus. Gereja tidak bisa menjadi kurban Kalvari, karena Kristuslah satu-satunya. Kurban rohani apa yang dipersembahkan Gereja? Lih. LG34. Dalam LG34, seluruh Gereja harus mempersembahkan kurban, dan kurban bagi orang awam disebut kurban rohani oblatio yang diwujudkan dalam seluruh kegiatan hidupnya yang dilakukan dalam Roh. Kurban ini disatukan dalam Gereja yang diwakili oleh roti dan anggur. Kurban rohani inilah yang dihantar ke altar melalui roti dan anggur sebagai wakil kurban rohani awam. Kurban inilah yang diubah menjadi tubuh dan darah Kristus, menjadi kurban yang sempurna bagi Allah dalam Kristus Yesus.

3. Ekaristi sebagai kehadiran Kristus melalui Sabda dan Roh Kudus. Kehadiran Nyata hanya dalam roti dan anggur, kehadiran puncak, yang membuat Ekaristi paling utama di antara tujuh sakramen yang ada. Kristus hadir dalam berbagai bentuk, yang pertama ialah dalam Gereja di antara umat yang berkumpul. Kedua dalam diri imam sebagai pemimpin. Imam menjadi pusat. Ketiga dalam Sabda. Keempat dalam roti dan anggur. Kehadiran nyata hanya dalam roti dan anggur.

13 Maret 2013

Dalam Sakramentologi 1 kita telah belajar mengenai Kristus adalah Sakramen Dasar yang berarti setiap sakramen menghadirkan Yesus.

Sakramen penyembuhan ada 2 yakni Sakramen Rekonsiliasi dan Sakramen Pengurapan Borg sakit. Sakramen Rekonsiliasi menghadirkan Yesus yang mengampuni, sedangkan Sakramen Pengurapan orang sakit menghadirkan Yesus yang menyembuhkan orang sakit. Sakramen baptis menghapuskan semua dosa manusia. Tetapi setelah dibaptis bukan berarti Borg tidak berbuat dosa, maka dibutuhkan sarana penghapusan dosa dengan sakramen rekonsiliasi.

Sakramen Rekonsiliasi tidak populer karena jarang dilakukan. Rasa dosa itu bersifat subyektif yang bergantung pada subyek masing-masing dan dipengaruhi oleh budaya tertentu, misalnya orang-orang barat dididik untuk berterus terang. Sedangkan di Timur kita masih kurang.

Data Biblis berkaitan dengan Dosa

(16)

lalu mempertuhankan diri sendiri itu berkaitan dengan pribadi, dan tidak seia/ selingkuh berkaitan dengan relasi.

Allah meraja kalau kehendak-Nya dilakukan,dan apabila kehendak itu dilakukan maka kita taat. Dlm PL ada3 kata yang ini Hata (luput dari sasaran), phesya (penolakan Allah dan kasih-Nya), Dlm PB Hamartia, Shyiodas (kepalsuan), Dosa itu seperti tulang yang patah (kardinal), dosa itu seperti bangkai, dosa itu seperti kalau orang tempat pembuangan akhir dan bau yang menyengat. Definisi oleh Agustinus bahwa

1. dosa sebagai tindakan atau perbuatan yang melawan hukum abadi. 2. Berpaling dari Allah, memalingkan diri ke ciptaan.

Rumusan pertama bisa memberikan kesan legalistis, tetapi peraturan itu harus dilihat sebagai tatanan yang penuh kasih yang bersal dari Allah. Perintah Allah bukan untuk membatasi kita, tetapi agar kita dibebaskan dari kecendrungan2 dari dosa.

Rumusan pertama. “Dosa sebagai tindakan atau perbuatan yang melawan hukum abadi” mengandaikan adanya tatanan moral subyektif. Allah selalu mengikutsertakan manusia secara aktif/ partisipasi untuk menentukan pilihan.

Rumusan kedua “Berpaling dari Allah, memalingkan diri ke ciptaan”. Mengandung pengertian campur tangan manusia yang melakukan kesukaannya sendiri dan lepas dari Allah. Yang penting adalah orang yang berpaling kran ada sesuatu. Dosa itu menyenangkan dan nikmat seperti dalam Kej. 3:6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya. Inti Dosa adalah menolak Allah (menolak pribadi Allah) dan kehendak-Nya (menolak perintah-Nya). Dosa dibedakan dari dosa asal (situasi dosa yang diwariskan, dosa yang mengena orang lain,) dan dosa pribadi (orang tahu, sengaja dan menyimpang). Kedua dosa ini juga memiliki perbedaan.

Dosa dapat dibedalkan juga dalam dua yakni Dosa pribadi: dosa yang berkaitan dengan pribadi, sedangkan dosa sosial dimensi sosial, ada 3 pengertian. Contohnya remot kontrol.

1.Dosa... 2Dosa... 3 Dosa...

Dosa struktural: situasi dosa yang diwujudkan dalam struktur mislnya dalam pemilu yang tidak seimbang dan mementingkan diri sendiri. Struktur tidak punya dosa tapi tetap pribadi orang yang berada dalam struktur. Dalam tadi ada beberapa cara dua membedakan dosa, soal kadar kebebasan, kesulitannya ketika ditanya batas dari setiap dosa.

Dosa yang melawan Roh Kudus, artinya kita harus sadar bahwa Roh Kudus mendorong manusia melawan dosa, lalu dosa Roh Kudus berarti manusia menolak pengampunan dari Allah karena tidak menolak Roh Kudus.

DOSA Hukum Dosa AKAR

DOSA

-. Pikiran -. Perkataan

-. Perbuatan -. Kelalaian

(17)

Ketika manusia jatuh dalam dosa bisa dikatakan sebagai sinfullness. Ada yang disebut dengan rasa dosa yang menjadi kesadaran manusia akan kedosaannya baik subyektif maupun obyektif. Contoh seorang putri yang mengaku dosa sal ganti2 pacar terus, setiap kali pasaran gratis itu merasa bebas, ketika cowok serius lalu putri itu menolak. Rasa dosanya muncul sebagai pribadi yang tidak pantas dicintai. Akar dosa ini karena putri itu pernah ditolak ada luka batin. Dosa membawa hukuman, tetapi juga dosa itu mempunyai apa yang disebut akibat dosa. Akibat dosa ini misalnya saya marah dan menempeleng org, sehingga pipi orang sakit, datang mengaku dosa, dosa dihapuskan tetapi pipi tetap sakit. Anti bodi rohaninya berkurang, atau kemampuan saya untuk mengendalikan diri ini berkurang. Akibat dosa ini tak langsung diperbaiki dari sakramen pengakuan. Begitu pula concupiscentia/ kecenderungan itu tetap ada.

Ada ungkapan “ext abundantia cordis/ dari kelimpahan hati”.

5.1.4. Sakramen Rekonsiliasi

Sakaramen Pertobatan, ada sarana2 non-sakramental ada 4 dan sakramental. Non-sakramental:

1. mendengarkan sabda Allah, dengan membaca Kitab Suci dosa2 dihapuskan, jadi jika manusia mengamini dan meresapkan dalam hati maka terjadi pengampunan dosa).

2. Ganti Rugi/ restitusi

3. Kasih yang Produktif; bukan hanya perasaan, tetapi ujud nyata dalam tindakan. Suatu praksis cinta kasih terdapat dalam Surat Petrus. Bersifat umum.

4. Melalui lakutapa, puasa, pantang, mati raga itu menghapuskan dosa. Sakramental:

1. Baptis; menghapus semua dosa

2. Ekaristi; Tuhan tidak bisa bersama dengan dosa sehingga Tuhan akan menyingkirkan dosa. Kehadiran Tuhan menjadi sarana rekonsiliasi dari dosa, ekaristi juga telah memberikan pengampunan

3. Rekonsiliasi; agak khusus, yakni mengharuskan dosa2 berat. Juga dosa ringan dihapuskan. 4. Pengurapan orang sakit; yang boleh memberikan sakramen ini adalah imam.

Seruan untuk bertobat merupakan seruan untuk direkonsiliasikan dengan Allah. Yesus membedakan antara orang pendosa dan dosa, artinya dia mencintai pendosa (orangnya) tetapi melawan dosanya. Yesus menunjukkan pengertian kepada perempuan yang berdosa dan mengatakan “jangan berbuat dosa lagi”. Yesus mengecam dosa tetapi Yesus mencintai manusia. Dia mengampuni orang yang bertobat. Peristiwa di salib Yesus mengatakan “Bapa ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka dilakukan”. Itu adalah sesuatu yang mengalir dari dalam. Yesus menunjukkan “kalau Dia mengampuni bukanlah Dia yang mengampuni tetapi Bapa yang mengampuni”.

26 Maret 2013 Dalam sakramen tobat ada empat unsur, yaitu: tobat, pengakuan, pengampunan (absolusi, bukan abdulgensi), dan penitensi.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, dengan dikeluarkannya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PUU-XIII/2015 berdampak juga terhadap harta bersama, sebelum dikeluarkannya Putusan ini

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyeleseikan penyusunan skripsi yang berjudul

[r]

Hasil penelitian tindakan kelas ini adalah: (1) pada siklus I 64.583 meningkat menjadi di siklus II 75,875 dan menjadi pada siklus III 78,375 dan peningkatan

Pengaruh Pendekatan Saintifik dan Kebugaran Jasmani Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bermain Sepak Bola.. Bandung:

Sampah organik kota yang dihidrolisis dilanjutkan dengan fermentasi menggunakan bakteri Clostridium acetobutylicum akan diperoleh biobutanol dengan hasil samping aseton dan etanol

Berdasarkan lembar observasi guru dalam menerapkan pembelajaran problem solving, guru sudah melaksanakan semua kegiatan pembelajaran dengan baik dan sesuai yang ingin

Plant stage as the main plot consisted of four levels, i.e 15 days, after transplanting (DAT), 40 DAT, 65 DAT, and 90 DAT, whereas viral infection as sub-plot consisted of