KONSEP DAN PRINSIP KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DAN KESEIMBANGAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT PERTEMUAN ke-2
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
Mahasiswa mampu menguasai Teknik, prinsip dan prosedur pelaksanaan asuhan/ praktik keperawatan yang dilakukan secara mandiri/ berkelompok, untuk memenuhi kebutuhan cairan, elektrolit dan keseimbangan cairan-elektrolit
Cairan dan Elektrolit
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan tubuh di bedakan menjadi dua bagian :
•Cairan intrasel : cairan yang berada dalam sel
merupakan jumlah cairan terbanyak, kira kira 70% dari jumlah total air dalam tubuh.
•Cairan extrasel : cairan yang berada di luar
sel kira kira 30% dari cairan seluruh tubuh.
Fitri Respati dan Nita Nasution.2015. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Parama Ilmu
Cairan extrasel terdiri dari :
1. Cairan intersitial : cairan yang berada
diantara sel jaringan.
2. Cairan intravaskuler (plasma) : cairan yang
3. Cairan limfe : cairan yang berada dalam pembuluh, beredar di seluruh tubuh mengangkut partikel
protein, selanjutnya masuk kedalam pembuluh darah.
4. Cairan transelurel : merupakan cairan yang berada
di tempat tempat khusus misalnya cairan otak,
Didalam tubuh manusia terdapat empat macam cairan:
1. Cairan Empedu
Sifatnya panas kering yang berasal dari unsur api alami. Letaknya dalam empedu manusia.
2. Cairah Darah
Sifatnya dingin lembab yang berasal dari unsur udara alami. Letaknya dalam hati manusia.
3. Cairan Lendir
Sifatnya dingin lembab yang berasal dari unsur air alami. Letaknya dalam paru-paru.
4. Cairan Empedu Hitam
Komposisi Cairan Intrasel
40% dari BB total adalah cairan intraseluler (CIS). Cairan intraseluler adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada organ dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah cairan intraseluler, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi yang merupakan cairan
Komposisi Cairan Ekstrasel
20% dari BB total adalah CES. Cairan ekstraseluler adalah cairan diluar sel. Ukuran relative dari (CES)
dapat menurun seiring dengan bertambahnya usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan tubuh terkandung di dalam cairan ekstraseluler (CES). Setelah berusia 1
Prinsip dasar keseimbangan cairan
1. Air bergerak cepat melintasi membran membran sel karena osmolaritas cairan
intraselurel dan extraselurel tetap hampir sama satu sam lain kecuali beberapa menit setelah perubahan salah satu kompartemen.
Cairan tubuh mengandung ion elektrolit yang dapat menghantarkan arus listrik yaitu kation (muatan positif) dan anion (muatan negatif).
A Tamsuri - 2009 - books.google.com
Kation Anion Natrium (Na+ ) Klorida (Cl
- )
Kalium (K+) Sulfat (SO
42-)
Kalsium(Ca2+) Fosfat (PO
43-)
KESEIMBANGAN
ELEKTROLIT
Fungsi elektrolit meliputi :
1.Membantu dalam perpindahan cairan dalam sel dan di luar sel terutama dengan adanya natrium. 2.Mengantur keseimbangan asam basa dan
menentuka Ph darah dengan adanya sistem bufer 3.Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS maka akan terjadi perpindahan yang menghasilkan impuls impuls saraf dan mengakibatkan terjadinya kontraksi otot.
s sumber: giphy.com
Keseimbangan elektrolit sangat penting karena total konsentrasi elektrolit akan memengaruhi keseimbangan cairan, dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi sel. Elektrolit berperan dalam
mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa, memfasilitasi reaksi enzim dan transmisi reaksi neuromuskular.
Faktor yang memengaruhi
keseimbangan cairan dan elektrolit:
•Usia.
•Suhu lingkungan. •Diet.
•Stres. Sumber :https://kantormeme.blogspot.com
•Sakit. Seperti,trauma, penyakit ginjal
dan kardiovaskular
Gangguan pada Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
A.Gangguan Keseimbangan Natrium
Seseorang dikatakan hiponatremia, bila konsentrasi natrium plasma dalam
tubuhnya turun lebih dari beberapa
miliekuivalen dibawah nilai normal (135-145 mEq/L) dan hipernatremia bila
konsentrasi natrium plasma meningkat di atas normal.
Gangguan Keseimbangan Kalium
Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/L disebut sebagai hipokalemia dan kadar kalium lebih dari 5,3 mEq/L disebut
sebagai hiperkalemia. Kekurangan ion kalium dapat menyebabkan frekuensi denyut jantung melambat. Peningkatan kalium plasma 3-4 mEq/L dapat
Penyebab hipokalemia
dapat dibagi sebagai berikut
:
1. Asupan Kalium Kurang
2. Pengeluaran Kalium Berlebihan 3. Kalium Masuk ke Dalam Sel
Penyebab Hiperkalemia
1. Keluarnya Kalium dari Intrasel ke Ekstrasel Kalium keluar dari sel
2. Berkurangnya Ekskresi Kalium melalui Ginjal Berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal
Hipovolume atau Dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penrunan asupan cairan dan kelebihan
Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya adalah sebagai
1. Dehidrasi berat
- Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 liter. - Serum natrium 159-166 mEq/l.
- Hipotensi.
- Turgor kulit buruk.
2. Dehidrasi sedang
- kehilangan cairan 2-4 L / antara 5-10% BB - Serum natrium 152-158 mEq/l
- Mata cekung
3. Dehidrasi ringan
- Kehilangan cairan mencapai 5% BB
Pengaturan Volume
Cairan Tubuh
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari
keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
Asupan cairan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ≤ 2500cc/hari. Asupan cairan dapat
langsung berupa cairan atau ditambah makanan lain.
Pengeluaran cairan
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam
mengimbangi asupan cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ≤ 2300cc. jumlah air yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal(berupa urin), sebanyak ≤ 1500cc/hari pada orang dewasa.
Intake Cairan
No. Umur Berat Badan (kg) Kebutuhan Cairan (mL/24 Jam) 1. 3hari 3,0 250-300
2. 1tahun 9,5 1150-1300 3. 2tahun 11,8 1350-1500 4. 6tahun 20,0 1800-2000 5. 10tahun 28,7 2000-2500 6. 14tahun 45,0 2200-2700 7. 18 tahun(adult) 54,0 2200-2700
Mengukur intake dan output
cairan
Pengertian
Pengukuran intake dan output cairan merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mengukur jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh
Tujuan mengukur intake & output :
1.Menentukan status keseimbangan cairan tubuh klie
Prosedur mengukur intake &
output
1. Tentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh. Cairan yang masuk ke dalam tubuh melalui air
minum,air dalam makanan, air hasil oksidasi (metabolisme),dan cairan intravena.
2. Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien. Cairan yang keluar dari tubuh terdiri atas urine,
insensible water loss (IWL), feses dan muntah.
Hal yang perlu diperhatikan :
Rata-rata intake cairan per hari:
1.Air minum :
1500-2500 ml
Rata-rata output cairan per hari :
1.Urine : 1-2 CC/kgBB/jam
2.Insensible Water Loss :
- Dewasa: IWL=10-15 cc/kgBB/hari - Anak-anak : IWL=30-umur (th)
cc/kgBB/hari
- bila ada kenaikan suhu :IWL= 200 (suhusekarang-36,8° C)
Rumus menghitung Balance cairan
Contoh : Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37°C IWL = (15x60) = 37,5 cc/jam
24 jam
Teknik Menghitung Balance Cairan
Perhitungan Balance Cairan Untuk Dewasa
•Input cairan : Air (makan+minum) = ….. cc
Cairan infus = …… cc Therapi Injeksi = …… cc
Air Metabolisme= …… cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)
•Output cairan: Urine = ….. cc
Feses = …. cc (kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc)
Muntah/perdarahan/cairan drainage luka/cairan NGT terbuka = ….cc
Contoh Kasus
Tn. Y (35 tahun), BB 60 Kg dirawat dengan Post op laparatomy hari ke-2 akibat apendiks perforasi, keadaan
umum masih lemah, kesadaran composmentis, vital sign TD: 110/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit; T 37°C:
masih dipuasakan, saat initerpasang NGT terbuka cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah luka insisi operasi terpasang drainage berwarna merah
sebanyak 100 cc, infus terpasang dekstrose 5% drip antrain 1 ampul/kolf: 2000 cc/24 jam, terpasang catheter urin dengan jumlah urin 1700 cc, dan mendapat transfusi WB 300 cc;
• Input cairan : Infus = 2000 cc Jumlah = 2900 cc
Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak
= (30 – usia anak dalam tahun) x cc/kgBB/hari
Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan Air Metabolisme, menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko do (1995) dari PT. Otsuka
Indonesia yaitu:
•Usia Balita (1 – 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari
•Usia 5 – 7 tahun : 8 – 8,5 cc/kgBB/hari
•Usia 7 – 11 tahun : 6 – 7 cc/kgBB/hari
CONTOH :
•An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien menurut ibunya: “rewel, tidak
nafsu makan; malas minum, badannya masih hangat;
gusinya tadi malam berdarah” Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat data: Keadaan umum terlihat lemah,
kesadaran composmentis, TTV: HR 100 x/menit; T 37,3 °C; petechie di kedua tungkai kaki, Makan /24 jam
hanya 6 sendok makan, Minum/24 jam 1000 cc;
BAK/24 jam : 1000 cc, mendapat Infus Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr terakhir:
Input cairan
Balance cairan = Intake cairan – Output Cairam = 2112 cc – 1478 cc
= + 634 cc
Standar Operasional
Prosedur (SOP)
Pemasangan infus :
Merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien dengancara memasukkan cairan
melalui intra Vena dengan bantuan infus set, dengan tujuan memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, sebagai tindakan pengobatan dan pemberian nutrisi parenteral
Indikasi pemasangan infus
· Kekurangan cairan dan eletrolit (adanya tanda-tanda dehidrasi)
· Anoreksia (tidak nafsu makan)
Bahaya pemasangan infus
· Perdarahan
· Resiko infeksi
Tujuan pemasangan infus
· Mengganti/mempertahankan cairan tubuh yang hilang
· Hemostasi (keseimbangan asam basa)
· Transfusi darah
· Sebagai alternatif dalam pemberian obat
Acuan dalam pemilihan vena
· Sebaiknya gunakan vena distal dahulu
· Pasang di lengan pasien yang tidak jarang dipakai/tidak dominan
· Sangat disarankan untuk memilih vena yang besar
· Pilih area pemasangan yang tidak mengganggu
prosedur pengobatan ataupun pembedahan yang akan direncanakan
Persiapan alat/bahan:
Persiapan alat/bahan:
•Standar infus
•Infus set
•Cairan sesuai dengan
kebutuhan pasien
•Jarum infus dengan
ukuran yang sesuai
•Pengalas
•Torniket/ karet
Prosedur pelaksanaan
• Cuci tangan
• Jelaskan prosedur yang akan dilakukan • Hubungkan cairan dan infus set dengan
menusukkan kedalam botol infus (cairan)
• Isi cairan ke dalam infus sat dengan
menekan bagian ruang tetesan sehingga ruangan tetesan terisi sebagian dan
• Letakkan pengalas dibawah vena yang
akan dilakukan infus
• Lakukan pembendungan dengan
torniket atau karet pembendung 10-12cm diatas tempat penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam
• Gunakan sarung tangan steril.
• Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
• Lakukan penusukan pada vena dengan posisi
jarum mengarah keatas
• Cek keluarnya darah melalui jarum. Apabila
saat penusukan terjadi pengeluaran darah
maka Tarik keluar bagian dalam jarum sambal meneruskan tusukan ke vena.
• Setela jarum infus bagian dalam dikeluarkan,
• Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan
• Lakukan fksasi dengan kasa steril
• Tuliskan tanggal,jam pelaksanaan infus pada plester, catat ukuran, tipe jarum, jenis cairan, letak infus, dan kecepatan aliran
Pengelompokan
Cairan Infus
Menurut pengelompokannya, cairan infus dapat di kelompokkan menjadi :1.Cairan Hipotonik :
Osmolaritasnya lebih rendah di bandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah di bandingkan serum), maka larut dalam serum, & menurunkan
osmolaritas serum.
2.Cairan Isotonik :
Osmolaritas (merupakan tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (merupakan bagian cair dari komponen darah), maka terus berada di dalam pembuluh darah.
3.Cairan hipertonik :
C. Jenis-Jenis Cairan Infuse & Fungsinya
Adapun jenis-jenis cairan infus antara lain :
ASERING
Indikasi : Dehidrasi (syok hipovolemik & asidosis) pada keadaan : gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Otsu-RL
Indikasi :
•Suplai ion bikarbonat
•Resusitasi
KA-EN 1B
Indikasi :
•Sebagai larutan awal apabila status elektrolit pasien belum diketahui, misalnya ditemukan pada kasus emergensi (dehidrasi lantaran asupan oral tidak memadai, demam)
•Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian dengan cara IV.
Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) & 50-100 ml/jam pada anak-anak
•< 24 jam pasca operasi
•Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih
Sumber : anesthesiology - WordPress.com
eMingko blog
Sumber: