• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN HARGA DIRI PADA WARIA YANG TERHIMPUN DALAM KOMUNITAS SRIKANDI PASUNDAN DI BANDUNG Ferdinan Sihombing), Fransiska Setiyani Purwanti) Email) : sihombingferdinangmail.com Dosen Keperawatan Komunitas STIKes Santo Borrome

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN HARGA DIRI PADA WARIA YANG TERHIMPUN DALAM KOMUNITAS SRIKANDI PASUNDAN DI BANDUNG Ferdinan Sihombing), Fransiska Setiyani Purwanti) Email) : sihombingferdinangmail.com Dosen Keperawatan Komunitas STIKes Santo Borrome"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN HARGA DIRI PADA WARIA YANG TERHIMPUN DALAM KOMUNITAS SRIKANDI PASUNDAN DI BANDUNG

Ferdinan Sihombing*), Fransiska Setiyani Purwanti**) Email*) : sihombingferdinan@gmail.com

*Dosen Keperawatan Komunitas STIKes Santo Borromeus **Mahasiswa Program Profesi Ners STIKes Santo Borromeus

ABSTRAK

Fenomena waria masih merupakan hal yang sangat sulit untuk diterima oleh masyarakat di Indonesia. Identitas dan sifat yang lazim ada dalam masyarakat adalah laki-laki atau perempuan, sedangkan transgender oleh masyarakat dianggap sebagai kelainan atau penyimpangan, dan bahkan penyakit. Pandangan lingkungan sosial

terhadap waria merupakan hal yang sulit untuk diubah.Waria adalah kelompok marjinal yang mendapat tekanan secara struktur dan kultur, serta minim dukungan. Waria sering dikucilkan bahkan mendapat perlakuan diskriminatif. Stigmatisasi masyarakat dan perlakuan yang diskriminatif menyebabkan waria mengalami harga diri yang rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan harga diri waria. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan desain deskriptif korelasional dengan pendekatan

cross sectional menggunakan skala dukungan sosial dan skala harga diri. Jumlah subyek sebanyak 66 waria yang didapatkan secara accidental sampling. Hipotesis penelitian diuji dengan teknik korelasi product moment dari Pearson. Hasil pengolahan data diperoleh bahwa tingkat dukungan sosial dominan pada kategori tinggi (53%) dan tingkat harga diri dominan pada kategori tinggi (57,6%). Dari hasil uji hipotesis diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan harga diri waria di Komunitas Srikandi Pasundan Bandung (r = 0,169 dan nilai p = 0,175 lebih besar dari α 0,05).

Kata kunci: Dukungan Sosial, Harga Diri, Waria

ABSTRACT

The phenomenon of transgender is still a very difficult thing to be accepted by people in Indonesia. The identities and traits prevalent in society are male or female, whereas transgender by society is considered as a disorder or aberration, and even disease. The social environment view of transgender is difficult to change. Transgenders is a marginalized group that is subjected with structural and cultural pressure, and minimal support. Transgender are often ostracized and even discriminated against. Stigmatization of society and discriminatory treatment caused transgenders tend to experience low self-esteem. The purpose of this study is to determine the correlation between the social support and the self-esteem of transgenders. This research used quantitative method and descriptive correlational design with cross sectional approach using social support scale and self-esteem scale. The number of subjects was 66 transgenders who obtained by accidental sampling. The research hypothesis was tested by Pearson correlation technique. Results of data processing found that the level of social support dominant in the high category (53%) and the level of self-esteem dominant in the high category (57.6%). The result of hypothesis test is there’s no significant correlation between social support and self-esteem of transgender in Bandung Srikandi Pasundan Community (r = 0,169 and p-value = 0,175 higher

than α 0,05).

(2)

LATAR BELAKANG

Erickson (1974) berpendapat bahwa identitas diri adalah identitas yang menyangkut kualitas “eksistensi” dari individu, yang berarti bahwa individu memiliki suatu gaya pribadi yang khas. Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang berasal dari observasi dan penilaian (Dermawan dan Rusdi, 2013). Berhubungan dengan perasaan yang berbeda dengan orang lain; dan juga berhubungan dengan jenis kelamin (Kusumawati, 2010). Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga, kemampuan dan penyesuaian diri. Hal yang terpenting dalam identitas adalah jenis kelamin. Dimana identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai dengan konsep laki-laki dan perempuan, dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap masing-masing jenis kelamin tersebut (Keliat, 2011).

Di Indonesia ada dua jenis kelamin yang diakui negara yaitu laki-laki dan perempuan. Namun, tidak semua orang mempunyai identitas gender yang sama dengan seks orang tersebut, masih ada penyimpangan terhadap identitas diri dalam bentuk

transgender.Transgender adalah fenomena ketika seseorang secara fisik memiliki jenis kelamin tertentu tetapi secara psikologis berlawanan dan memiliki keinginan yang kuat untuk mengubah seperti fisik jenis kelamin yang berlawanan dengan yang dimilikinya (June, 2013). Transgender dibagi menjadi dua jenis yaitu Female to Male (FtM)

transgender, dan Male to Female (MtF)

transgender atau dikenal sebagai waria (wanita pria)

Mia (2011) menyebutkan bahwa tanda-tanda dari penyimpangan gender dapat dilihat sejak kecil dan terjadi karena adanya proses belajar mengenai gender yang tidak tepat baik oleh orang tua, guru, teman-teman, lingkungan sosial serta media massa. Keputusan individu untuk menjadi waria melalui proses yang cukup panjang. Meskipun waria menyadari akan banyak masalah yang datang ketika mengalami perubahan dalam hidupnya, seperti kebingungan dengan identitas di lingkungan tempat tinggal, sikap penolakan terhadap mereka dalam lingkungan masyarakat karena pertentangan identitas jenis kelamin.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah transgender yang cukup besar. Menurut Forum Komunikasi Waria Indonesia populasi waria setidaknya terdapat 3,9 juta jiwa atau 1,6% dari penduduk Indonesia. Rughea dkk (2014) menyatakan penolakan menjadi dasar permasalahan utama bagi waria, sehingga merekamenjadi sulit

untuk beradaptasi dengan lingkungan dan ini menimbulkan perasaan cemas karena mereka merasa tidak mampu menjalankan aktivitas sehari-hari seperti biasanya. Kecenderungan mereka menghindar dari keadaan tersebut, mereka berharap dapat bertahan dalam kondisi saat ini meskipun semua subjek merasa apa yang mereka mau telah tercapai, yaitu merubah penampilan diri mereka menjadi sosok seorang perempuan.

Fenomena waria masih merupakan hal yang sangat sulit untuk diterima oleh masyarakat di Indonesia. Identitas dan sifat yang lazim ada dalam masyarakat adalah laki-laki atau perempuan, sedangkan transgender oleh masyarakat dianggap sebagai kelainan atau penyimpangan, dan bahkan penyakit. Pandangan lingkungan sosial terhadap

waria merupakan hal yang sulit untuk diubah.Waria adalah kelompok marjinal yang mendapat tekanan secara struktur dan kultur, serta minim dukungan. Waria sering dikucilkan bahkan mendapat perlakuan diskriminatif. Padahal, dengan dukungan sosial yang didapat oleh waria, mereka akan mendapat keyakinan yang lebih atas apa yang telah mereka jalani sekarang atau mereka dapat menerima diri mereka sebagai waria. S elf-acceptance yang merupakan faktor psikologis yang penting dalam membantu mereka melupakan aspek-aspek negatif dari kehidupan mereka dan berpikir lebih positif terhadap lingkungan mereka (Clark dalam Sari & Reza, 2013).

Dukungan sosial dapat memberi manfaat bagi seseorang antara lain, dalam memperkuat atau menaikkan perasaan harga dirinya, memberikan informasi yang relevan terhadap masalah yang dihadapi dan alternatif penyelesaiannya, memberi nasehat ataupun pedoman, berfungsi bagi individu dalam mengambil keputusan serta memberikan keyakinan bahwa masalah yang dihadapi dapat terselesaikan (Wills, Cohen, dan Syme, 2015).

Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara dukungan sosial dan harga diri pada waria yang terhimpun dalam Komunitas Srikandi Pasundan di Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi dukungan sosial pada waria yang terhimpun dalam Komunitas Srikandi Pasundan di Bandung.

(3)

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah deskripsi korelasi dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel dimana variabel independen dan variabel dependen diidentifikasi pada satu satuan waktu (Dharma, 2011). Variabel independen dalam penelitian ini adalah dukungan sosial dan variabel dependennya adalah harga diri. Jumlah subyek penelitian sebanyak 66 waria yang didapatkan secara accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan menggunakan skala dukungan sosial dan skala harga diri. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei–Juni 2017.

Skala dukungan sosial menggunakan kuesioner dukungan sosial Sarafino (1990) yang menggunakan skala Likert dengan nilai untuk setiap pernyataan positif Sangat Setuju = 4, Setuju = 3, Tidak Setuju = 2, Sangat Tidak Setuju = 1. Pemberian nilai untuk setiap pernyataan negatif sebaliknya.

Skala harga diri menggunakan Self-Esteem Scale (Rosenberg, 1965). Untuk versi adaptasi berbahasa Indonesia ini, Azwar melaporkan koefisien korelasi aitem-total yang berada antara 0,415 sampai dengan 0,703 bagi kesepuluh aitem dalam skala (n =71), sedangkan koefisien tes-ulang dengan tenggang waktu satu hari menghasilkan rxxi = 0,8587 (Azwar, 1979). Setiap pernyataan favorable Sangat Setuju = 5, Setuju = 4, Tidak Menentukan Setuju atau Tidak = 3, Tidak Setuju = 2, Sangat Tidak Setuju = 1. Pemberian nilai untuk setiap pernyataan unfavorable sebaliknya.

Analisa yang digunakan yaitu analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat untuk mendiskripsikan tingkat dukungan sosial dan harga diri pada waria. Analisa Bivariat yaitu analisa yang dilakukan untuk melihat hubungan 2 variabel yang meliputi variabel bebas

(dukungan sosial) dan variabel terikat (harga diri). Sebelum dilakukan uji statistik pada variabel bebas dan variabel terikat untuk mengetahui normalitas sebaran data dilakukan uji Kolmogorov smirnov. Hasil uji normalitas didapatkan data berdistribusi normal maka dilakukan uji korelasi dengan menggunakan uji Spearman Rank dengan nilai probabilitas < dari taraf signifikan 5% atau 0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.

Analisa Univariat

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Dukungan Sosial Pada Waria di Komunitas Srikandi Pasundan Bandung, Mei-Juni 2017 (n=66)

Tabel 1 menunjukkan bahwa tingkat dukungan sosial yang dominan ada pada kategori tinggi (53%).

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Harga Diri Pada Waria di Komunitas Srikandi Pasundan Bandung, Mei-Juni 2017 (n=66) yang dominan ada pada kategori rendah (57,6%).

2.

Analisa Bivariat

Tabel 3

Analisa Hubungan Dukungan Sosial dengan Harga Diri Pada Waria di Komunitas

Srikandi Pasundan di Bandung, Mei – Juni 2017 (n=66)

Inteprestasi output SPSS Pada tabel correlation, diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,169, dengan signifikansi sebesar 0,175. Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat dilakukan pengujian hipotesis dengan membandingkan taraf signifikansi (p-value) dengan galatnya.

(4)

Dari tabel 3 terlihat bahwa koefisien korelasi adalah 0,169 dengan signifikansi 0,175. Karena signifikansi > 0,05, maka Ho gagal ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikansi antara dukungan sosial dengan harga diri pada waria di Komunitas Srikandi Pasundan Bandung.

Pengujian koefisien korelasi hasil analisis korelasi product moment dengan r tabel:

Jika r hitung > r tabel, maka Ho di tolak ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan harga diri pada waria di Komunitas Srikandi Pasundan Bandung.

Berdasarkan hasil koefisien korelasi tersebut dapat dipahami bahwa korelasinya bersifat positif, artinya semakin tinggi dukungan sosial maka akan disertai dengan semakin tinggi pula harga diri pada waria di Komunitas Srikandi Pasundan Bandung. Dengan memperhatikan nilai koefisiaen korelasi sebesar 0,169 berarti bersifat korelasinya sangat lemah.

PEMBAHASAN

1. Dukungan sosial kalangan transgender dalam menghadapi stigma masyarakat di Komunitas Srikandi Pasundan Bandung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 35 waria (53%) mendapatkan dukungan sosial pada kategori Tinggi dari masyarakat.Menurut Sarafino dalam Rachmawati, Machmuroch, & Nugroho (2013) sesuatu dikatakan sebagai dukungan sosial ketika seseorang memiliki persepsi positif atas dukungan itu dan merasa nyaman atas segala bentuk perhatian, penghargaan, dan bantuan yang diterimanya. Dukungan sosial pada waria adalah ketika merasa nyaman atas segala bentuk perhatian, penghargaan, dan bantuan yang diterimanya dalam menghadapi stigma masyarakat.

Purnama dkk (2016) menyatakan stigma merupakan label negatif yang melekat pada tubuh seseorang yang diberikan oleh masyarakat dan dipengaruhi oleh lingkungan. Stigma yang terus tumbuh di masyarakat dapat merugikan dan memperburuk bagi yang terkena label sosial ini. Meskipun waria mengalami diskriminasi, komunitas waria adalah lembaga yang berfungsi mengatasi permasalahan yang ada. Mereka membutuhkan akses layanan publik seperti layanan kesehatan, sosial, dan ekonomi. Permasalahan yang timbul yaitu masalah kesehatan, sosial, ekonomi, dukungan, serta pendidikan, sehingga membutuhkan dukungan kelompok (Yuliani, 2006). Waria sangat membutuhkan dukungan

penghargaan berupa penerimaan dan penilaian positif dari masyarakat. Setidaknya penerimaan skala lingkup kecil, seperti tetangga yang lebih terbuka dan menerima mereka di lingkungan tempat tinggalnya (Khairunnisa, 2015). Masyarakat di sekitar tempat tinggal responden juga mengikutsertakan mereka dalam kegiatan bakti sosial, pertandingan olahraga bersama dan rapat rutin rt/rw mengenai kegiatan di lingkungannya.

Penelitian Maharani (2014) menyatakan bahwa dukungan sosial dalam bentuk informasi adalah bentuk dukungan sosial yang lebih mudah diberikan karena sifat bantuannya yang lebih efisien dan efektif serta dapat diberikan oleh siapa saja, kapan saja, dimana saja, dan melalui media apa saja, seperti contoh memberikan saran atau nasihat secara lisan kepada waria dalam menghadapi masalah sosial ataupun kesehatannya.

2. Tingkat harga diri pada waria di Komunitas Srikandi Pasundan di Bandung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 38 waria (57,6%) memiliki harga diri yang tinggi. Faktanya adalah bahwa mayoritas komunitas waria harus menghadapi semacam diskriminasi dalam hal identitas mereka, dan karena ini, banyak dari mereka telah menderita harga diri yang rendah. Studi ini sangat penting bagi komunitas waria karena banyak waria telah mengalami konflik yang luar biasa berkenaan dengan harga diri rendah.

Penelitian-penelitian yang lalu menunjukkan bahwa individu homoseksual memiliki harga diri yang lebih rendah daripada individu heteroseksual (Jacobs & Tedford, 1980; Myrick, 1974). Dalam memahami harga diri, seseorang harus melihat bagaimana identitas diri didefinisikan oleh para profesional untuk menemukan penyebab harga diri rendah. John dan Catherine MacArthur mengemukakan penjelasan Blaskcovich dan Tomaka tentang harga diri sebagai "komponen evaluatif dari konsep diri seseorang, representasi diri yang lebih luas yang mencakup aspek kognitif dan perilaku serta evaluatif atau afektif" (2004, 1991). Elemen konsep diri individu mencakup aspek kognitif, perilaku, evaluatif, atau afektif, yang kesemuanya ditemukan dalam proses pembelajaran teori perkembangan Jean Piaget (Benoit, 2001/2008).

(5)

waria, banyak waria yang mendapatkan harga diri yang lebih tinggi melalui keefektifan diri mereka sendiri.

Bagi banyak waria, beberapa faktor dapat memainkan peran kunci dalam menyebabkan harga diri waria turun; penolakan dari keluarga, teman atau organisasi keagamaan, media dan penampilan, etnisitas, status keuangan, obat-obatan dan /atau alkohol, HIV/AIDS serta masalah kesehatan lainnya, atau prasangka, diskriminasi, dan stigma.

3. Hubungan dukungan sosial dengan harga diri pada waria di Komunitas Srikandi Pasundan di Bandung.

Hasil uji statistik terhadap dukungan sosial dengan tingkat harga diri wariadi Komunitas Srikandi Pasundan Bandung didapatkan nilai koefisien korelasi r = 0,175 dan P value = 0,169, dibandingkan dengan nilai koefisien alpha (α) =

0,05, maka P < α, hal ini dapat disimpulkan bahwa H0 gagal ditolak sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan harga diri pada wariadi Komunitas Srikandi Pasundan Bandung.

Stigma yang dipandang masyarakat pada diri waria adalah bahwa dunia waria erat hubungannya dengan dunia prostitusi atau pekerja seks. Dampak yang muncul atas identitas diri sebagai waria mengharuskan mereka memiliki strategi coping

agar tetap menjalani kehidupannya. Bentuk strategi coping yang dilakukan yaitu mengubah hubungan antara diri sendiri dengan lingkungan dan juga mengatur emosi negatif (Rokhmah dkk, 2013)

Ada satu artikel tambahan yang ditemukan dalam Journal and Family Review dari tahun 1989 mengenai penindasan religius terhadap individu gay dan lesbian, namun tidak ada penelitian lain yang membahas penyebab pasti rendahnya harga diri pada individu waria.

Didukung oleh penelitian Widanarti (2002) yang menyatakan bahwa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi self-efficacy individu tersebut yaitu pengalaman masa lalu tentang penilaian negatif masyarakat, pengalaman orang lain sebagai model, dan kondisi emosional individu yang mengakibatkan waria tersebut mengalami harga diri rendah meskipun dukungan sosial yang diterima dalam kategori tinggi. Lama waria bergabung di komunitas juga membuat mereka dapat beradaptasi dengan keadaannya dalam menghadapi stigma masyarakat. Meskipun dukungan masyarakat atau teman-teman yang diberikan kepada waria dalam kategori tinggi, namun bila waria mengalami pengalaman diskriminasi, marginalisasi, serta perasaan bahwa kondisi mereka adalah sebuah kesalahan maka

mengakibatkan rasa harga diri yang rendah, bukan semata-mata persoalan tinggi tidaknya dukungan yang diterima secara sosial.

Konflik sosial berdampak dengan adanya tekanan sosial terhadap waria. Kehidupan waria harus menghadapi tekanan sosial, yaitu paksaan dari lingkungan yang mengharuskan tingkah laku mereka untuk mengikuti kebiasaan yang ada di lingkungan tersebut. Sikap tidak semata-mata ditentukan oleh aspek internal psikologis individu melainkan melibatkan juga nilai-nilai yang dibawa dari kelompoknya. Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat memberi pengaruh kepada individu tersebut. Jadi sikap masyarakat atau kelompok itu lebih dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, sedangkan untuk waria, identitas gender merupakan masalah dasar kaum waria yang menyebabkan mereka mengalami dua konflik, yaitu konflik psikologis dan konflik sosial. Konflik psikologis banyak berkaitan dengan keinginan yang berlawanan dengan keadaan fisiknya. Sedangkan konflik sosial dialami karena tersingkir dari keluarga dan terisolasi dari pergaulan sosial masyarakat (Arfanda, 2015). Waria masih merasa tidak mudah untuk bergabung dalam kegiatan bermasyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Walaupun dalam beberapa penelitian sudah membuktikan bahwa waria sudah terbuka pada masyarakat dan masyarakat sudah berbaur tapi dominan masih menolak (Arfanda, 2015).

Dukungan sosial erat kaitannya dengan hubungan keluarga, teman, tetangga, guru dan masyarakat yang mencakup empati, perhatian, peduli, cinta dan kepercayaan. Harga diri yang rendah mempunyai ciri-ciri kurang aktif, kurang percaya diri, kesulitan dalam proses sosialisasi, dan ditunjukkan dengan sikap yang minder, pasif, mudah putus asa, dan sukar bergaul (Novita, 2011).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. Tingkat dukungan sosial dominan pada kategori tinggi pada waria di Komunitas Srikandi Pasundan Bandung

2. Tingkat harga diri dominan pada kategori tinggi pada waria di Komunitas Srikandi Pasundan Bandung

3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan harga diri pada waria di Komunitas Srikandi Pasundan Bandung

Saran

Bagi Komunitas Srikandi Pasundan

(6)

para waria agar dapat sepenuhnya mengalami self acceptance.

Daftar Pustaka

Arfanda, Firman dan Sakaria. (2015). Konstruksi Sosial Masyarakat Terhadap Waria : Jurnal Merasa Bersalah ? (Studi Kasus Diskriminasi dan Kekerasan terhadap LGBTI). Jakarta : Arus Pelangi & Yayasan Tifa

Azmi, Khilman Rofi. (2015). Enam Kontinum Dalam Konseling Transgender Sebagai Alternatif Solusi Untuk Konseli LGBT : Jurnal Psikologi

Pendidikan dan Konseling. Dalam

http://ojs.unm.ac.id/index.php/JPPK. Diakses 31 Oktober 2016

Bockting, W.O. (2008). “Transgender Identity and HIV: Resilience in the Face of Stigma”. Focus a Guide to AIDS Research and Counseling, 23 (2), 1-8. (Online), (http://action.aac.org), diunduh pada 31 Maret 2017

Budi, Anna Keliat. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa : CMHN (Intermediate Course). Jakarta : EGC

Ekasari, Mia Fatma. (2011). Studi Fenomenologi : Pengalaman Waria Remaja Dalam Menjalani Masa Puber di Wilayak DKI Jakarta. (Tesis). Depok : Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Keperawatan Elvina, Julia. (2008). Relasi Interpersonal Waria (Studi Kasus terhadap Waria F di Cimahi). Skripsi Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan. Tidak diterbitkan. Universitas Pendidikan Indonesia Gani, Husni Abdul dan Rokhmah, Dewi. (2013). Stigma dan Proses Sosialisasi Waria serta Dampaknya pada Peningkatan Risiko Penularan IMS dan HIV/AIDS. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Universitas Jember

Hafidz. (2005). Mengapa Harus Jadi Waria ?

Dalam situs http://www.dudung.net/buletin-gaul-islam/mengapa-harus-jadi-waria.html. Artikel diakses pada tanggal 15 Februari 2017

Herdiansyah, Haris. (2007). Kecemasan dan Strategi Coping Waria Pelacur. Jurnal Psikologi

__________, Haris. (2009). Kecemasan dan Strategi Coping Pelacur Wanita dan Pelacur Waria

: Jurnal Psikologi. Dalam http://www.ubaya.ac.id. Diakses 10 Oktober 2016

Ibarra-Rovillard, M.Sol., & Kuiper N. A. (2011).

Social Support and Social Negativity Findings in Depression: Perceived Responsiveness to Basic Psychological Needs. Clinical Psychology Review, 31, 342-352. DOI: 10.1016/j.cpr.2011.01.005

Jasruddin & Daud, Jasmin. (2016). Transgender

dalam Persepsi Masyarakat. Jurnal Equilibrium. Universitas Makassar

Junker. (2011). Linking Health Communication with : Social Support, dalam Mattson’s Health as Communication Nexus. New York : Shutterstock, Inc

Khairunnisa, Dhea Ariesta. (2015). Efektivitas Dukungan Sosial Bagi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak Kota Depok. Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikas. Universitas Islam Negeri

Kurniawati, M. (2003). Latar Belakang Kehidupan Laki-Laki yang Menjadi Waria. Skripsi Fakultas Psikologi. Tidak diterbitkan. Universitas Surabaya _________, M. (2011). Latar Belakang Kehidupan Laki-Laki yang Menjadi Waria : Sebuah Kegagalan dalam Proses Pendidikan Pembentukan Identitas Gender. Artikel Psikologi Universitas Tarumanegara

Larasati, Marsya. (2012). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Dukungan Sosial dan Depresi Pada Homoseksual Usia Dewasa Muda : Jurnal Psikologi. Dalam http://lib.ui.ac.id. Diakses pada 22 September 2016

Nadia, Z. (2005). Waria Laknat atau Kodrat ?. Yogyakarta : Galang Press

Nevid, J. S., Rathus, S.A & Greene, B. (2005).

Psikologi Abnormal. Ed. 5. Jil.2. Jakarta : Penerbit Erlangga

Papalia, Olds, & Feldman. (2009). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Kencana

Parendrawati, Dwi P. (2011). Aspek Kejiwaan Kelompok Transgender dan Transeksual. Dalam situs www.stikku.ac.id . Artikel diakses pada tanggal 15 Februari 2017

Pontororing, Mulyadi. (2012). Kaum Lesbian di Kota Manado. Jurnal Antropologi. Diterbitkan 27 Desember 2012. FISIP USNRAT

Ruhghea, dkk. (2014). Studi Kualitatif Kepuasan Hidup Pria Transgender (Waria) di Banda Aceh : Jurnal Psikologi. Dalam http://ejournal.undip.ac.id. Diakses pada 03 Oktober 2016

Safri, Arif Nuh. (2016). Penerimaan Keluarga Terhadap Waria atau Transgender (Studo Kasus Atas Waria/Transgender di Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta). Pusat Pengembangan Bahasa UIN Sunan Kalijaga

_______, E. P. (2006). Health Psychology : Bio Psychosocial Interaction. New York : Jhon Wiley and Son’s. Inc

_______, E. P , & Timothy W. Smith. (2012).

Health Psychology Biopsychososial Interaction 7th

Edition. USA : Jhon Wiley & Sons, Inc

Sumartini, dkk. (2014). Pola Komunikasi Antarpribadi Waria di Taman Kesatuan Bangsa Kecamatan Wenang. Journal “Acta Diurna”

Sutandi, Andi. (2011). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Coping Stres Homoseksual di Jakarta : Jurnal Psikologi. Dalam

(7)

Suwarti. (2009). Strategi Coping Waria dalam Menghadapi Kecemasan Terjangkit HIV?AIDS di Purwokerto. Jurnal Psikologi. Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Stieqlitz, K. A. (2010). Development, risk, and resilience of transgender youth. Journal of the Association of Nurses in AIDS Care, 21 (3), 192-206

Tarmidi, dan Rambe, Ade Riza Rahma. (2010). Korelasi Antara Dukungan Sosial Orang Tua Dan Self-Directed Learning Pada Siswa SMA. Jurnal Psikologi : Universitas Sumatra Utara

UNAIDS. (2013). Hidup Sebagai LGBT di Asia: Laporan Nasional Indonesia. Tinjauan dan Analisa Partisipasif tentang Lingkungan Hukum dan Sosial

bagi Orang dan Masyarakat Madani Ledbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT). Bali

UNDP. (2014). Human Development Indeks Trend 1980-2013. Dalam http://hdr.undp.org/en/data#. Diakses tanggal 25 Januari 2017

Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan. Jakarta : EGC

Widanarti, Niken dan Indati, Aisah. (2002). Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Self Efficacy pada Remaja di SMU Negeri 9 Yogyakarta. Jurnal Psikologi. Universtas Gadjah Mada

Gambar

Tabel 1

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi untuk memperoleh data nama-nama siswa dan data prestasi belajar matematika siswa, metode angket untuk memperoleh

Keadaan sosial ekonomi orang tua berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan, termasuk biaya serta sarana dan prasarana belajar sebagai faktor pendukung siswa dalam belajar

Metode yang digunakan yaitu menggunakan metode uji aktivitas daya hambat dan pengaplikasian langsung pada jagung dengan parameter penilaian yaitu pH, total plate count

TINDAKAN SUCTION ENDOTRACHEAL MENGGUNAKAN KANUL SIZE 10Fr DAN 12 Fr TERHADAP PENURUNAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN YANG TERPASANG DIRUANG ICU RSUD MARGONO.

• Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.. •

Untuk memberikan solusi atas masalah tersebut, penulis mencoba memberikan solusi dengan melakukan pengembangan e-kiosk yang dapat diperbaharui dan berguna bagi

bahwa dengan telah diterbitkannya Peraturan m・セエ・イゥ@ Energi dan Somber Days Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan dan memahami ideologi Pramoedya Ananta Toer yang terdapat dalam trilogi novel Gadis Pantai, Larasati, dan Panggil Aku Kartini