TINJAUAN PUSTAKA
Itik Peking
Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami
perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking
dapat dipelihara dilingkungan subtropis maupun tropis. Itik peking mudah
beradaptasi dan keinginan untuk terbang kecil sekali. Umumnya dipelihara secara
intensif dengan dilengkapi kolam yang dangkal (Murtidjo, 1996).
Itik peking termasuk golongan itik pedaging yang mulai popular di Indonesia.
Produksi dagingnya dapat mencapai 3 sampai 3,5 kg pada umur 7-8 minggu. Namun
meskipun itik peking adalah itik pedaging, pemeliharaannya belum meluas,
kemungkinan karena masalah harga saat itik dipasarkan (Anggorodi, 1995).
Tujuan pokok pemeliharaan itik pedaging adalah untuk menghasilkan daging
bagi konsumsi manusia. Itik pedaging adalah itik yang mampu tumbuh cepat dan
dapat mengubah pakan secara efisien menjadi daging yang bernial gizi tinggi.
Disamping itu itik pedaging harus memiliki konfirmasi dan struktur perdagingan
yang baik (Srigandono, 1996).
Berbeda dengan itik petelur, itik pedaging mempunyai badan yang besar dan
tubuhnya tidak tegak berdiri, tetapi mendatar atau horizontal, dagingnya juga banyak.
Bangsa-bangsa itik termasuk dalam itik pedaging putih, itik Aylesbury, itik Manila,
itik Rouaan. Banyak kemungkinaan untuk masa mendatang, itik peking akan menjadi
popular, terutama untuk membantu pemenuhaan gizi masyarakat pedesaan (Rasyaf,
Kebutuhan Nutrisi Itik Pedaging
Bahan pakan itik pedaging adalah bahan pakan yang memiliki unsur-unsur
gizi seperti energi, mineral, protein, vitamin, karbohidrat dan air. Bahan pakan untuk
itik biasanya jagung kuning, bungkil kedelai, tepung ikan dan pakan lainnya yang
menjadi sumber energi. (Wahyu, 1992).
Ransum untuk itik pada dasarnya sama seperti untuk anak ayam,
kesamaannya terutama dalam penggunaan bahan pakan. Ransum itik umumnya
diberikan agak basah, Air perlu ditambahkan kedalam ransum untuk membuat bahan
ransum saling melekat, akan tetapi ransum tidak boleh begitu basah sehingga becek
(Anggorodi, 1995).
Unsur-unsur gizi untuk itik terdiri dari protein yang merupakan unsur gizi
yang paling banyak dibutuhkan untuk kehidupan dan produksi, energi dan air.
Kebutuhan protein untuk itik dipengaruhi oleh: umur itik, pertumbuhan, reproduksi
dan iklim, dimana temperatur mempengaruhi konsumsi ransum. Pada temperatur
yang panas itik mengurangi konsumsinya dan sebaliknya pada musim dingin. Bila
protein dan asam aminonya kekurangan atau tidak terpenuhi akan menyebabkan
pertumbuhannya terganggu dan proses pembentukan dan keindahan bulunya
terganggu (Rasyaf, 1982).
Secara garis besar dianjurkan bahwa pada periode starter hendaknya ransum
mengandung protein 20 sampai 22% dengan energi metabolisme 2800 sampai 3000
kkal, sedangkan setelah umur 2 minggu sampai saat dipotong protein diturunkan
Laju pertumbuhan dan konsumsi itik pedaging menurut NRC (1994) Disitasi
Srigandono (1997) dicantumkan pada Tabel 1 berikut:
Tabel1. Laju pertumbuhan konsumsi makanan itik pedaging
Umur
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
0 0.06 0.06
Sumber: NRC (1994) disitasi Srigandono (1997)
Penggolongan zat-zat nutrisi adalah karbohidrat, lemak, protein, zat-zat
mineral, zat-zat vitamin dan air. Fungsi karbohidrat pada ternak unggas adalah
sebagai energi dan panas serta disimpan sebagai lemak jika berlebihan, sementara
karena lemak mudah tengik, maka sebagian besar ransum mengandung tidak lebih
dari sekitar 4-5% lemak. Protein adalah unsur pokok alat tubuh dan jaringan lunak
tubuh ternak unggas, zat tersebut diperlukan untuk pertumbuhan, pengelolaan dan
produksi telur serta merupakan bagian semua enzim dalam tubuh. Zat-zat mineral dan
vitamin merupakan nutrisi mikro penting untuk mencegah penyakit-penyakit
defisiensi. Sementara air mempunyai peranan penting sebagai stabilitator suhu
Kebutuhan gizi itik peking menurut NRC (1994) disitasi Anggorodi (1997)
dicantumkan pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Kebutuhan nutrisi itik peking
Nutrisi Pemula
(0-2 minggu)
Pertumbuhan
(0-2 minggu) Breeding
Em (Kkal/Kg) 2900 3000 2900
Protein (%) 22,00 16,00 15,00
Aginin (%) 1,10 1,00 -
Lisin (%) 1,10 0,90 0,70
Methionin+sistin(%) 0,80 0,60 0,55
Kalsium (%) 0,68 0,60 2,75
Asam Pantothenat(mg) 11,00 11,00 11,00
Niasin (mg) 55,00 55,00 55,00
Sumber : National Rescarch Council (199 ) disitasi Anggorodi (1997)
Roti Afkir
Roti merupakan makanan manusia yang praktis, yang memberikan kebutuhan
untuk pertumbuhan badan yang sehat. Bahan pokok dalam pembuatan roti terdiri dari
tepung terigu, ragi dan air. Tepung terigu dibuat dari gandum, karena itu kandungan
karbohidratnya cukup tinggi berkisar 70-73%, yang terdiri dari amilosa dan
amilopektin dalam jumlah yang sama (1 : 1). Sedangkan kadar proteinnya secara
Roti afkir adalah roti yang sudah tidak layak lagi dikonsumsi oleh manusia
dikarenakan sudah melewati batas ketahanan roti tersebut. Roti afkir sudah tidak
memiliki nutrisi yang sama seperti roti yang belum afkir, dikarenakan roti afkir
sudah mengalami perubahan tekstur, aroma dan rasa. Oleh karena itu, roti afkir dijual
dengan harga yang murah berkisar Rp 1700 sampai Rp 2000 per kg nya. Roti afkir
tidak langsung dibuang karena dapat menjadi pakan alternatif bagi hewan unggas
ataupun hewan lainnya (Daghir,1995).
Roti yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia mengandung energi
sebesar 215 kkal, protein 5,29 g, karbohidrat 44,95 g, lemak 1,9 g, kalsium 15 mg,
fosfor 94 mg dan zat besi 1,24 mg. Selain itu di dalam roti coklat juga terkandung
vitamin A sebanyak 2 IU dan vitamin B1 0,06 mg. Hasil tersebut didapat dari
melakukan penelitian terhadap 100 g roti. Kandungan nutrisi yang terkandung pada
roti afkir tidak jauh berbeda dengan roti yang belum afkir. Pada Tabel 3 disajikan
kandungan nilai gizi dari roti afkir :
Tabel 3. Komposisi nutrisi roti afkir
Jenis Nutrisi Kandungan
Energi metabolis (Kkal/kg) 2952u
Protein kasar (%) 6,47a
Lemak kasar (%) 24,34a
Serat kasar (%) 0,85a
Abu (%) 1,90a
Sumber : u Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas
Peternakan UNPAD ( 2007 ).
a
Karkas
Karkas unggas adalah daging bersama tulang hasil pemotongan setelah
dipisahkan dari kepala sampai pangkal leher dan dari kaki sampai batas lutut, isi
rongga perut serta darah dan bulu (Murtidjo, 1992).
Karkas itik peking bewarna kuning dan kelihatan sangat menarik, tekstur
dagingnya juga sangat bagus. Persilangan dengan bangsa itik Aylesbury
menghasilkan keturunan dengan tekstur daging yang lebih bagus lagi. Daging itik
sebenarnya mirip dengan bahan yang lezat dan bergizi tinggi. Kandungan protein
daging ini sepadan dengan jenis ternak lain, sedangkan kandungan lemaknya terlalu
tinggi (Srigandono, 1997).
Sifat karkas yang baik adalah berbentuk padat, tidak kurus, tidak terdapat
kerusakan kulit ataupun dagingnya, sedangkan untuk karkas yang kurang baik
mempunyai daging yang kurang pada bagian dada sehingga kelihatan panjang dan
kurus (Siregar et al., 1980).
Kualitas daging dan karkas dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah
pemotongan. Faktor sebelum pemotongan dapat mempengaruhi kualitas daging
antara lain adalah genetik, species, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur dan
ransum. Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi antara lain metode
pemanasan, ph karkas dan daging. Faktor yang menentukan nilai dari karkas meliputi
berat karkas, jumlah daging yang dihasilkan, dan kualitas daging dari karkas yang
Disamping itu bahwa produksi karkas sangat erat kaitannya dengan bobot
badan, sedangkan pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh bahan pakan penyusun
ransum (Nataamidjaya dkk, 1995).
Menurut Ensminger (1992), kualitas karkas terbagi atas 3 bagian, yaitu
kualitas A, kualitas B dan kualitas C. Ciri-ciri dari masing-masing kualitas tersebut
dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. Ciri-ciri kualitas karkas
Faktor Kualitas Kualitas A Kualitas B Kualitas C
Konformasi Sempurna Boleh ada cacat
sedikit tapi tidak boleh pada bagian paha
Ada cacat sedikit
Pedagingan Tebal Sedang Tipis
Perlemakan Cukup Cukup Tipis
Keutuhan Sempurna Tulang sempurna
kulit boleh sobek
Perubahan warna Bebas dari memar Ada memar sedikit tapi tidak pada bagian dada
Ada memar
Bobot Potong
Ternak itik yang layak dipotong biasanya berumur 7-8 minggu. Sebelum
dipotong itik dipuasakan terlebih dahulu 8-10 jam. Pemuasaan bertujuan agar saluran
pencernaan relative kosong sehingga pada saat diproses karkas tidak terkontaminasi
Persentase karkas
Persentase karkas merupakan faktor penting untuk menilai produksi ternak,
karena produksi erat kaitannya dengan bobot hidup, dimana semakin bertambah
bobot hidupnya maka produksi karkasnya semakin meningkat (Murtidjo, 1996).
Menurut Kartadisastra (1998), persentase karkas adalah perbandingan antara
bobot karkas dengan bobot tubuh kosong (BTK) atau bobot ternak setelah dipuasakan
dikali 100%. Secara umum persentase karkas unggas berkisar antara 65-75% dari