• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM KEADILAN DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM KEADILAN DAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM, KEADILAN DAN KEMANFAATAN

DALAM PUTUSAN HAKIM DI PERADILAN PERDATA

Fence M. Wantu

Universit as Negeri Goront alo E-mail: f ence. want u@yahoo.co. id

Abst ract

Cour t s’ ver di ct s i ssued by t he j udge i deal l y cont ai n aspect s of legal cer t ai nt y, j ust i ce, and ut i l i t y. It i s not easy t hough t o syner gi ze t he t hr ee aspect s af or ement ioned. Bet ween aspect s of l egal cer t ai nt y and j ust i ce, i n par t i cul ar , t her e ar e al ways di sagr eement s. The r esear ch r esul t s concl ude t hat a j udge does not have t o st i ck on one pr i nci ple whenever examini ng and deci di ng a case. In t er ms of obst acles, t he j udge i s f aci ng a deadl ock whenever wr it t en st i pul at i ons cannot answer t he pr obl ems ar ose. The emphasi s on j ust i ce pr i nci pl e means t hat t he j udge shoul d t ake i nt o consi der at ion t he l aw, whi ch exi st s i n t he soci et y, i ncl udi ng cust oms and unwr i t t en l aws. The j udge i n hi s ar gument and l egal consi der at ion must be abl e t o accommodat e any st i pul at ions exi st in t he soci et y, bot h cust oms and unwr it t en l aw. The emphasi s on ut i l it y pr i nci pl e t ends t o dir ect t o an economi c nuance cir cumst ance. It bases it s t hought on t he i dea t hat l aw i s f or human bei ngs or publ i c.

Key words: l egal cer t ai nt y, j ust i ce, ut i l i t y, civi l j ust ice

Abst rak

Put usan hakim di pengadilan idealnya mengandung aspek kepast ian hukum, keadilan dan kemanf aat an. Dalam implement asinya t idak mudah unt uk mensinergikan ket iga aspek t ersebut , t erut ama ant ara aspek kepast ian hukum dan keadilan biasanya saling bert ent angan. Hasil penelit ian menunj ukkan bahwa seorang hakim dalam memeriksa dan memut us perkara t idak selamanya t erpaku pada sat u asas saj a. Kendala yang di hadapi hakim yang cenderung kepada kepast ian hukum mengalami kebunt uan manakala ket ent uan-ket ent uan t ert ulis t idak dapat menj awab persoalan yang ada. Penekanan yang lebih cenderung kepada asas keadilan berart i harus mempert imbangkan hukum yang hidup di masyarakat , yang t erdiri dari kebiasaan-kebiasaan dan ket ent uan hukum yang t idak t ert ulis. Hakim dalam alasan dan pert imbangan hukumnya harus mampu mengakomodir segala ket ent uan yang hidup dalam masyarakat berupa kebiasaan dan ket ent uan hukum yang t idak t ert ulis. Penekanan yang lebih cenderung pada asas kemanf aat an lebih bernuansa ekonomi.

Kat a kunci: kepast ian hukum, keadilan, kemanf aat an, peradilan perdat a.

Pendahuluan

Pembangunan hukum meliput i t iga kom-ponen ut ama, yakni mat eri (subst ansi), kelem-bagaan (st rukt ur) dan budaya (kult ur) hukum.1 Pembangunan hukum dilaksanakan melalui pem-baharuan hukum dengan t et ap memperhat ikan kemaj emukan t at anan hukum yang berlaku dan

Tul isan ini merupakan sebagian dari Disert asi Penul i s yang t el ah di pert ahankan dal am Uj i an Promosi Dokt or Fakul t as Hukum Universit as Gadj ah Mada t ahun 2011

1 Bandingkan dengan LW Friedman, 1975, The Legal

Syst em; A Soci al Sci ence Pr espect i ve, New York: Russel l Sage Foundat ion, hl m 14-15

pengaruh globalisasi.2 Kondisi demikian sebagai upaya unt uk meningkat kan kepast ian, kesadar-an, pelayanan dan penegakan hukum yang ber-int ikan keadilan, kebenaran, ket ert iban dan ke-sej aht eraan dalam rangka penyelenggaraan ne-gara yang makin t ert ib dan t erat ur.

2 Bandingkan dengan Hibnu Nugroho, “ Paradigma

(2)

Polit ik hukum sebagai arah kebij akan pembangunan hukum harus dij adikan sebagai ukuran unt uk dapat melihat hasil yang t elah diraih pembangunan hukum saat ini. Penegakan hukum merupakan salah sat u t onggak ut ama dalam negara bahkan yang dit empat kan sebagai sat u bagian t ersendiri dalam sist em hukum. Ek-sist ensi penegakan hukum mengakibat kan set iap sengket a yang ada dapat diselesaikan,3 baik it u sengket a ant ar sesama warga, ant ar warga ne-gara dengan nene-gara, nene-gara dengan nene-gara lain, dengan demikian, penegakan hukum merupakan syarat mut lak bagi usaha pencipt aan negara Indonesia yang damai dan sej aht era.

Int i dan art i penegakan hukum, secara konsepsional, t erlet ak pada kegiat an menye-rasikan hubungan nilai-nilai yang t erj abarkan di dalam kaidah-kaidah yang ada dalam masyara-kat guna memelihara dan mempert ahankan ke-t erke-t iban. Proses penegakan hukum, dengan de-mikian merupakan penerapan dari kaidah yang berlaku pada masyarakat .4

Pada dasarnya penegakan hukum dapat dimulai diant aranya dengan memperhat ikan pe-ranan penegak hukum. Kunci ut ama dalam me-mahami penegakan hukum yang baik adalah pe-mahaman at as prisnip-prinsip di dalamnya.5 De-mikian j uga halnya dengan hakim dalam me-wuj udkan penegakan hukum yang bercirikan ke-adilan, kepast ian hukum dan kemanf aat an me-lalui peradilan.

Kekuasaan kehakiman merupakan kekua-saan yang merdeka unt uk menyelenggarakan peradilan6 guna menegakkan hukum dan

3 Lihat j uga Idrus Abdul l ah, “ Penyel esai an Sengket a Bisni s

Di Luar Pengadil an Ant ar Warga Sesama Et ni s (St udi Ka-sus Di Pul au Sumbawa)” , Jur nal Yust i t i a, 77 Mei-Agust us 2009, Surakart a: FH UNS, hl m. 5; Mahyuni, “ Lembaga Damai Dal am Proses Penyel esai an Perkara Per dat a Di Pengadil an” , Jur nal Hukum Ius Qui a Iust um, Vol . 16 No. 4, Okt ober 2009, Yogyakart a: FH UII, hl m 534.

4

Bandingkan dengan Tedi Sudr aj at , “ Aspir asi Ref or masi Hukum Dan Penegakan Hukum Progresif Mel al ui Medi a Hakim Per damai an Desa” , Jur nal Di nami ka Hukum, Vol . 10 No. 3, Sept ember 2010, Purwokert o: FH Univer sit as Jenderal Soedirman, hl m. 286.

5 Kusnu Goesni adhie S, “ Perspekt if Moral Penegakan

Hu-kum Yang Baik” , Jur nal Hukum Ius Qui a Iust um, Vol . 17 No. 2, Apr il 2010, Yogyakart a: FH UII, hl m. 205.

6 Bandingkan dengan hasil penel it i an dari Edy Herdyant o,

“ Kebij akan Penyel enggaraan Kekuasaan Kehakiman Se-bagai Kendal i Pembent ukan Pengadil an Khusus Di

Indo-dilan. Penegasan t ersebut t erdapat j uga dalam Undang-undang Kekuasaan Kehakiman yang mengat ur bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka unt uk menye-lenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila demi t er-selenggaranya negara hukum Republik Indone-sia. Fakt a hukum umumnya menunj ukkan ada-nya ket idakpercayaan masyarakat pada kekua-saan kehakiman,7 dikarenakan salah sat u f akt or ut amanya yait u put usan hakim belum mencer-minkan nilai kepast ian hukum, keadilan dan manf aat an yang didambakan para pencari ke-adilan8.

Kondisi kekuasaan kehakiman yang masih memprihat inkan t ersebut , sesuai dengan apa yang digambarkan oleh Kant er bahwa, “ j ika an-da t ian-dak mau kehilangan kerbau demi menyela-mat kan seekor kambing, j anganlah anda mem-prosesnya ke pengadilan”9 Pernyat aan dari Kant er t ersebut menunj ukkan ket idakpercayaan masyarakat pencari keadilan hukum kepada pro-ses penegakan hukum di negeri ini.

Hakim mempunyai t uj uan menegakkan kebenaran dan keadilan sert a dalam t ugasnya waj ib selalu menj unj ung t inggi hukum10. Kehi-dupannya t idak dibenarkan melakukan t indakan-t indakan yang indakan-t idak sesuai dengan norma-norma kehormat an dan harus mempunyai kelakuan pri-badi yang t idak cacad. Menurut Ot ong Rosadi, hukum bagaimanapun membut uhkan moral, se-pert i pepat ah dimasa kekaisaran (qui d l eges l e-ges si ne mor i bus) apa art inya undang-undang

nesi a” . Jur nal Yust i t i a, Vol . 72, Sept ember -Desember 2007, Sur akart a: FH Univer sit as Sebel as Maret , hl m. 83.

7 Pendapat yang sama t er dapat dal am penel it i an dari C.

Maya Indah S, “ Mewuj udkan Sist em Per adil an Berwi baw a Di Indonesia” , Jur nal Medi a Hukum, Vol . 14 No. 3, No-vember 2007, Yogyakart a: FH UMY, hl m. 67.

8

Bandingkan dengan Penel it i an dari Umbu Lil y Pekuw al i , “ Memposi sikan Hukum Sebagai Penyei mbang Kepent ing-an Masyarakat ” , Jur nal Pr o Just i t i a, Vol . 26 No. 4, Ok-t ober 2008, Bandung: FH Universi Ok-t as KaOk-t hol ik Praha-yangan, hl m. 359.

9 Kant er, 2000, Et i ka Pr of esi Hukum: Sebuah Pendekat an Sosi o-Rel i gi us. Cet akan Pert ama. Jakar t a: St or ia Gra-f ika, hl m. 161.

10 Bandingkan dengan Tat a Wij ayant a dan Heri

(3)

kalau t idak disert ai moralit as.11 Hakim dalam proses peradilan memiliki t anggung j awab besar kepada masyarakat dalam melahirkan put usan-put usan yang mencerminkan kepast ian hukum dan keadilan, sert a kemanf aat an sehingga pera-dilan menj adi t empat mengayomi harapan dan keinginan masyarakat .

Hakim, sebagai salah sat u pej abat kekua-saan kehakiman yang melaksanakan proses per-adilan, t ermasuk j uga proses peradilan perda-t a, sudah perda-t enperda-t u mempunyai perda-t anggung j awab yang besar t erhadap lahirnya put usan.12 Put usan yang dihasilkan oleh hakim di pengadilan ide-alnya t idak menimbulkan masalah-masalah ba-ru13 di lingkungan masyarakat , art inya kualit as put usan hakim berpengaruh pent ing pada ling-kungan masyarakat dan berpengaruh pada kewi-bawaan dan kredibilit as lembaga pengadilan it u sendiri.14 Kenyat aan di lapangan masih banyak put usan hakim dalam proses peradilan yang j us-t ru mencipus-t akan polemik baru dan us-t idak menye-lesaikan masalah. Padahal idealnya put usan ha-kim yang dilahirkan t ersebut harus mampu me-nyelesaikan perkara.15

Hakim, idealnya harus mampu melahirkan put usan yang mencerminkan kepast ian hukum, keadilan dan kemanf aat an.16 Put usan hakim

11 Ot ong Rosadi, “ Hukum Kodrat , Pancasil a Dan Asas

Hu-kum Dal am Pembent ukan HuHu-kum Di Indonesia” , Jur nal Di nami ka Hukum, Vol . 10 No. 3, Sept ember 2010, Pur-wokert o: FH Univer sit as Jender al Soedir man, hl m. 281.

12

Lihat j uga R. Benny Riyant o, “ Kebebasan Haki m Dal am Memut uskan Perkara Per dat a di Pengadil an Neger i” ,

Jur nal Hukum Yust i t i a, Vol . 74, Mei-Agust us 2008, Sura-kart a: FH UNS, hl m. 52.

13 Lihat j uga Bambang Sut i yoso, “ Mencari Format Ideal

Ke-adil an Put usan Dal am PerKe-adil an” , Jur nal Hukum Ius Qui a Iust um, Vol . 17 No. 2, April 2010, Jakart a: FH UII, hl m. 219.

14 Lihat j uga Rusl i Muhammad, “ St r at egi Dal am

Mem-bangun Kembal i Kemandiri an Pengadil an Di Indonesi a” ,

Jur nal Hukum Ius Qui a Iust um, Vol . 25 No. 11, Apri l 2004, Yogyakar t a: FH UII, hl m. 18; Nunuk Nuswar dani , “ Upaya Peningkat an Kual i t as Put usan Haki m Agung Dal am Mewuj udkan Law And Legal Ref or m” , Jur nal Hu-kum Ius Qui a Iust um, Vol . 16 No. 4, Okt ober 2009, Yog-yakart a: FH UII, hl m. 517.

15

Bandingkan dengan Anang Pri yant o, “ Cit ra Hakim Dan Penegakan Hukum Dal am Sist em Per adil an Pi dana Di Indonesi a” , Jur nal Ci vi cs Medi a Kaj i an Kewar ganegar a-an, Vol . 2 No. 2, Desember 2005, Yogyakart a: Fakul t as Il mu Sosial Dan Ekonomi , hl m. 5.

16 Bandingkan dengan El isabet h Nurhai ni But arbut ar, “

Ke-bebasan Haki m Perdat a Dal am Penemuan Hukum Dan Ant inomi Dal am Pener apannya” , Jur nal Mi mbar Hukum, Vol . 23 No. 1, Febr uar i 2011, Yogyakart a: FH UGM, hl m. 62.

yang t idak mencerminkan kepast ian hukum, ke-adilan dan kemanf aat an pada akhirnya t urut mempengaruhi cit ra lembaga pengadilan. Me-wuj udkan put usan hakim yang didasarkan pada kepast ian hukum, keadilan dan kemanf aat an memang t idak mudah, apalagi t unt ut an ke-adilan. Hal ini disebabkan konsep keadilan da-lam put usan hakim t idak mudah mencari t olok ukurnya.17 Adil bagi sat u pihak, belum t ent u di-rasakan sama oleh pihak lain. Berdasarkan urai-an di at as, penulis t ert arik unt uk mengurai-angkat t ulisan ini dengan j udul Mewuj udkan Kepast ian Hukum, Keadilan dan Kemanf aat an dalam Pu-t usan Hakim di Peradilan PerdaPu-t a.

Permasalahan

Bert it ik t olak dari uraian lat ar belakang di at as, yang menj adi masalah dalam penelit ian ini adalah apakah kepast ian hukum, keadilan dan kemanf aat an dapat diwuj udkan dalam put usan hakim di peradilan perdat a.

Met ode Penelitian

Penelit ian ini merupakan penelit ian yang bersif at yur i di s nor mat i f yait u penelit ian hukum yang bert uj uan mencari kaedah, norma at au das sol l en. Pengert ian kaedah dalam hal ini meliput i asas hukum, kaedah hukum, sist em hukum dan perat uran hukum kongkrit khususnya t erhadap seluruh perangkat perundang-undangan.

Sesuai dengan obyek kaj iannya yakni norma hukum, maka penelit ian ini mendasarkan pada ket ersediaan bahan hukum sekunder. Berkenaan dengan hal t ersebut , Sudikno Mert o-kusumo18 menyat akan dalam upaya menyempur-nakan dat a (bahan hukum) yang diperoleh dari penelit ian kepust akaan dapat dilengkapi dengan penelit ian lapangan. Menurut Piet er Mahmud Marzuki bahan hukum merupakan dokumen-dokumen resmi berupa semua publikasi t ent ang hukum. Publikasi t ent ang hukum meliput i Pera-t uran Perundang-undangan, PeraPera-t uran Pemerin-t ah, buku-buku Pemerin-t eks, kamus-kamus hukum, j

17 Fence M Want u, “ Ant inomi Dal am Penegakan Hukum

O-l eh Haki m” , Jur nal Mi mbar Hukum, Vol . 19 No. 3, Okt o-ber 2007, Yogyakart a: FH UGM, hl m. 391.

(4)

nal-j urnal hukum, dan koment ar-koment ar at as put usan pengadilan.19 Bahan hukum t ersebut , kemudian dibedakan dalam 3 (t iga) kelompok bagian yakni: bahan hukum primer, bahan hu-kum sekunder dan bahan huhu-kum t ert ier. Bahan hukum sekunder diperoleh melalui st udi doku-men yait u dengan doku-mengumpulkan dan doku- mengana-lisis put usan hakim dari peradilan perdat a.

Unt uk melengkapi bahan hukum t ersebut dilakukan j uga penelit ian lapangan. Dat a yang diperoleh adalah dat a primer. Penent uan nara-sumber dilakukan dengan menunj uk langsung pihak yang dianggap berkompet en unt uk men-j awab pert anyaan-pert anyaan sesuai obmen-j ek pe-nelit ian. Sement ara responden hanya dibat asi kepada mereka yang pernah t erlibat secara langsung dengan masalah yang dit elit i.

Penelit ian ini dilakukan pada beberapa lo-kasi, dengan perincian lokasi penelit ian yakni sebagai berikut : Pengadilan Negeri Jakart a Sela-t an. Pengadilan Negeri YogyakarSela-t a, Pengadilan Negeri Manado, Pengadilan Negeri Limbot o dan Pengadilan Negeri Boalemo yang ada diwilayah Provinsi Goront alo. Selain PN yang t elah dise-but kan, dilakukan j uga penelit ian di PT DKI Ja-kart a, PT YogyaJa-kart a, PT Sulawesi Ut ara dan PT Goront alo. Met ode analisis yang dipergunakan dalam penelit ian ini adalah analisis kualit at if . Met ode analisis kualit at if merupakan t at a cara pene-lit ian yang menghasilkan dat a deskript if .

Pembahasan

Pada dasarnya put usan pengadilan harus mampu dan berani t ampil menyuarakan hat i nu-rani masyarakat . Pengadilan dalam melaksana-kan f ungsi dan t ugasnya bekerj a sesuai dengan hat i nurani dan impian rakyat . Inst it usi penga-dilan t idak hanya menj adi mesin undang-un-dang, t et api j uga mampu mengamat i kehidupan bangsa secara int ens.

Sesungguhnya put usan hakim diperlukan unt uk menyelesaikan suat u perkara yang dia-j ukan ke pengadilan. Put usan hakim harus dapat menyelesaikan perkara yang diaj ukan, j angan sampai j ust ru memperuncing masalah, bahkan

19 Piet er Mahmud Marzuki, 2006, Penel i t i an Hukum, Ce-t akan Kedua Mei. JakarCe-t a: Prenada Medi a Group, hl m. 141.

j ust ru menimbulkan kont roversi di kalangan prakt isi hukum maupun masyarakat umum. Pe-nyebab kont roversi put usan hakim t ersebut ada-lah keadaan hakim yang kurang menguasai bagai bidang ilmu penget ahuan hukum yang ber-kembang pesat sesuai dengan perber-kembangan za-man, sert a dipengaruhi oleh kurang t elit inya hakim unt uk menent ukan proses suat u perkara.

Put usan hakim selayaknya mengandung beberapa aspek. Per t ama, put usan hakim meru-pakan gambaran proses kehidupan sosial sebagai bagian dari proses kont rol sosial; kedua, put us-an hakim merupakus-an penj elmaus-an dari hukum yang berlaku dan pada int inya berguna unt uk set iap orang maupun kelompok dan j uga negara;

ket i ga, put usan hakim merupakan gambaran keseimbangan ant ara ket ent uan hukum dengan kenyat aan di lapangan; keempat , put usan hakim merupakan gambaran kesadaran yang ideal ant ara hukum dan perubahan sosial, kel i ma, pu-t usan hakim harus bermanf aapu-t bagi sepu-t iap orang yang berperkara; keenam, put usan hakim meru-pakan t idak menimbulkan konf lik baru bagi para pihak yang berperkara dan masyarakat .

Put usan hakim merupakan hasil dari pro-ses persidangan di pengadilan. Sement ara peng-adilan sendiri sebagai t empat pelarian t erakhir bagi pencari keadilan, oleh karenanya put usan hakim di pengadilan t ent unya harus dapat me-menuhi apa yang dit unt ut oleh pencari keadil-an. Dengan demikian, hakim dalam memut uskan suat u perkara t et ap bert it ik t olak pada ket iga unsur yakni kepast ian hukum, keadilan dan ke-manf aat an.

Putusan Hakim yang Mencerminkan Kepast ian Hukum

Hakim dalam menyelesaikan perkara per-dat a di pengadilan, mempunyai t ugas unt uk nemukan hukum yang t epat . Hakim, dalam me-nemukan hukum,20 t idak cukup hanya mencari dalam undang-undang saj a, sebab kemungkinan undang-undang t idak mengat ur secara j elas dan

20 Lihat j uga Bambang Sut i yoso, “ Impl ement asi Gugat an

(5)

lengkap, sehingga hakim harus menggali nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat .21

Nilai-nilai hukum yang hidup dalam ma-syarakat t idak lain hukum adat dan hukum t idak t ert ulis. Hakim bert ugas sebagai penggalinya dan merumuskannya dalam suat u put usan. Pu-t usan hakim merupakan bagian dari proses pe-negakan hukum yang bert uj uan unt uk mencapai salah sat unya kebenaran hukum at au demi t er-wuj udnya kepast ian hukum. Put usan hakim me-rupakan produk penegak hukum yang didasarkan pada hal-hal yang relevan secara hukum ( yu-r i di s) dari hasil proses secara sah di persidang-an. Pert imbangan hukum yang dipakai oleh para hakim sebagai landasan dalam mengeluarkan amar put usan merupakan det erminan dalam melihat kualit as put usan.22

Idealnya, dalam upaya menerapkan ke-past ian hukum, put usan hakim harus sesuai t u-j uan dasar dari suat u pengadilan, mengandung kepast ian hukum sebagai berikut : per t ama, me-lakukan solusi aut or it at i f, art inya memberikan j alan keluar dari masalah hukum yang di hadapi oleh para pihak (penggugat dan t ergugat ); ke-dua, ef isiensi art inya dalam prosesnya harus ce-pat , sederhana, biaya ringan; ket i ga, sesuai de-ngan t uj uan undang-undang yang dij adikan da-sar dari put usan hakim t ersebut ; keempat , me-ngandung aspek st abilit as yait u dapat memberi-kan rasa t ert ib dan rasa aman dalam masyara-kat ; kel i ma, mengandung egual i t y yait u mem-beri kesempat an yang sama bagi pihak yang berperkara.

Kepast ian hukum yang dit uangkan dalam put usan hakim merupakan hasil yang didasarkan pada f akt a-f akt a persidangan yang relevan se-cara yuridis sert a dipert imbangkan dengan hat i nurani. Hakim selalu dit unt ut unt uk selalu dapat menaf sirkan makna undang-undang dan perat ur-an-perat uran lain yang dij adikan dasar unt uk dit erapkan. Penerapan hukum harus sesuai de-ngan kasus yang t erj adi, sehingga hakim dapat

21 Lihat j uga Busyro Muqaddas, “ Mengkrit ik Asas-Asas

Hu-kum Acar a Perdat a” , Jur nal Hukum Ius Qui a Iust um, Vol . 20 No. 9, Juni 2002, Yogyakart a: FH UII, hl m. 21.

22 Bandingkan dengan Art i dj o Al kost ar, “

FenomenFeno-mena Paradigmat ik Duni a Pengadil an Di Indonesi a (Tel a-ah Kr it i s Terhadap Put usan Sengket a Konsumen), Jur nal Hukum Ius Qui a Iust um, Vol . 26 No. 11, Mei 2004, FH UII Yogya. Hl m 1

mengkonst ruksi kasus yang diadili secara ut uh, bij aksana dan obj ekt if .

Put usan hakim yang mengandung unsur kepast ian hukum akan memberikan kont ribusi bagi perkembangan ilmu penget ahuan di bidang hukum. Hal ini disebabkan put usan hakim yang sudah mempunyai kekuat an hukum t et ap, bukan lagi pendapat dari hakim it u sendiri yang memu-t uskan perkara, memu-t ememu-t api sudah merupakan pen-dapat dari inst it usi pengadilan dan menj adi acu-an masyarakat dalam pergaulacu-an sehari-hari.

Sehubungan dengan put usan hakim yang mencerminkan kepast ian hukum, perlu dilaku-kan analisis salah sat u cont oh Put usan Penga-dilan Negeri Jakart a Selat an No 1145/ Pdt . G/ 2004/ PN. Jak. Sel, yait u gugat an Permohonan Bat al Penet apan No 61/ Pdt . P/ 2004/ PN. Jaksel. dan penet apan wali yang sah t erhadap anak di luar nikah.

Bahwa Penggugat adalah warganegara In-donesia, sedangkan Tergugat adalah war-ganegara Aust ralia. Bahwa hubungan an-t ara Penggugaan-t dan Tergugaan-t an-t elah dikaru-nai anak laki-laki bernama Mart in Javier berusia 9 (sembilan) t ahun, berdasarkan Sert if ikat Kelahiran at au Bir t h Cer t i f i ca-t ed No. S9526052G yang dit erbit kan oleh

Thomsom Medi cal Cent er (bukt i P 3). Bah-wa hubungan ant ara Penggugat dan Ter-gugat t elah t erpisah sekit ar Desember 2001. Bahwa menurut hukum posit if yang berlaku di Indonesia mengenai anak yang dilahirkan di luar perkawinan, maka anak t ersebut hanya memiliki hubungan darah dengan ibunya bukan bapaknya. Bahwa t ernyat a t anpa diket ahui oleh Penggugat , Tergugat t elah membuat suat u Permohon-an PerwaliPermohon-an dPermohon-an sekaligus pengakuPermohon-an anak melalui Kepanit eraan Pengadilan Ne-geri Jakart a Selat an, hal mana perbuat an Tergugat j elas-j elas melanggar ket ent uan hukum yang berlaku.

Maj elis Hakim yang mengadili perkara ini mem-berikan pert imbangan hukum yang int i pokoknya sebagai berikut :

(6)

Mart in Javier Cooper, sedangkan Tergugat merupakan Ayah dari anak t ersebut . Bah-wa berdasarkan Yurisprudensi MARI Reg. No 3302K/ Pdt / 1996 t anggal 28 Mei 199823 dalam salah sat u pert imbangannya me-nyebut kan bahwa Penet apan Pengadilan Negeri Jakart a Pusat Tanggal 25 Okt ober 1994 No 539/ Pdt . P/ 1994/ PN. Jak. Pst , me-nurut Maj elis Hakim Pengadilan Tinggi se-harusnya dimohonkan pembat alannya pa-da Mahkamah Agung Republik Indonesia. Bahwa oleh karena pokok gugat an Penggu-gat adalah mengenai pembat alan pene-t apan yang dianggapnya melanggar hu-kum, maka Maj elis Hakim berpendapat gugat an yang diaj ukan oleh Penggugat adalah keliru karena seharusnya Penggu-gat mengaj ukan kasasi ke Mahkamah Agung. Bahwa berdasarkan alasan-alasan t ersebut di at as, maka gugat an Penggugat dinyat akan t idak dapat dit erima, dan Pe-nggugat dinyat akan pada pihak yang kalah harus dihukum unt uk membayar biaya perkara ini.

Maj elis Hakim yang mengadili perkara ini menyat akan gugat an Penggugat t idak da-pat dit erima. Menghukum Penggugat un-t uk membayar biaya perkara ini sej umlah Rp. 149. 000, 00 (serat us empat puluh sem-bilan ribu rupiah.

Put usan hakim yang memeriksa perkara ini se-benarnya mengandung unsur keadilan dan ke-manf aat an, namun demikian penekanannya le-bih pada kepast ian hukum. Pemenuhan unsur keadilan t erut ama keadilan f ormal dalam per-kara ini t idak lain bahwa karena Penggugat ha-nya mempersoalkan dan ingin memint a maj elis hakim unt uk membat alkan t ent ang penet apan Pengadilan Negeri Jakart a Selat an No 61/ Pdt . P/ 2004 PN. Jak. Sel t anggal 11 Maret 2004. Semen-t ara pemenuhan unsur kemanf aaSemen-t an dalam per-kara ini adalah put usan maj elis hakim dalam perkara ini sangat bermanf aat bagi kedua belah pihak, karena dengan put usan maj elis hakim de-mikian menyangkut st at us perwalian anak sudah dapat ket ahui past i siapa sebenarnya yang pa-ling berhak t erhadap anak t ersebut . Selain it u, put usan ini t idak hanya membawa manf aat ke-pada kedua belah pihak, t api j uga berpengaruh

23

Anoni m, t anpa j udul , Maj al ah Var ia Peradil an Vol ume XVII No 198 t ahun 2002. hl m. 31.

pada put usan perkara yang nant inya muncul di kemudian hari.

Put usan hakim dalam perkara ini, menu-rut penilaian penulis lebih condong pada unsur pemenuhan kepast ian hukum bukan berart i t i-dak memperhat ikan keadilan dan kemanf aat an. Pada dasarnya put usan maj elis hakim ini t elah memperhat ikan ket iga unsur t ersebut yakni ke-past ian hukum, keadilan dan kemanf aat an, na-mun demikian penekanannya lebih ke arah ke-past ian hukum. Hal ini pula dapat dipahami dengan melihat apa yang menj adi obj ek gugat an penggugat unt uk pembat alan penet apan PN Jak. Sel No No 61/ Pdt . P/ 2004 PN. Jak. Sel.

Bert it ik t olak pada kasus t ersebut , maka dapat dikat akan kepast ian hukum menunt ut a-gar prosedur pembuat an pengesahan hukum ha-rus j elas dan diket ahui oleh masyarakat umum. Kepast ian hukum j uga menunt ut agar hukum it u dibangun secara berkelanj ut an dan t aat asas.

Putusan Hakim yang Mencerminkan Keadilan.

Sesungguhnya konsep suat u put usan yang mengandung keadilan, sulit dicarikan t olok u-kurnya bagi pihak-pihak yang bersengket a. Adil bagi sat u pihak, belum t ent u dirasakan adil oleh pihak lain.

Hakim mempunyai t ugas unt uk menegak-kan keadilan.24 Hal ini sesuai dengan kepala pu-t usan yang berbunyi: “ Demi Keadilan Berdasar-kan Ket uhanan Yang Maha Esa” . Dalam pelak-sanaan put usan hakim yang mencerminkan kea-dilan, penulis menganalisis salah sat u put usan hakim di Pengadilan Negeri Tilamut a No 01/ Pdt . G/ 2008/ PN. TLM t ent ang perbuat an mela-wan hukum menikmat i hasil t erhadap obj ek sengket a yang sudah dij ual belikan.

Bahwa Penggugat memiliki sebidang t anah seluas 2 (dua) Ha dan 185 (serat us dela-pan puluh lima) pohon kelapa yang t um-buh di at asnya t erlet ak di Desa Tabongo Kecamat an Dulupi Kabupat en Boalemo. Kemudian t anpa ij in Penggugat , pada t a-hun 2002 Tergugat mulai mengambil buah

24 Bandingkan dengan Yohanes Suhar di n “ Fenomena

(7)

kelapa t ersebut . Bahwa Penggugat merasa dirugikan at as perbuat an Tergugat . Maj elis hakim berpendapat Tergugat lah pemilik sah dari 185 (serat us delapan pu-luh lima) pohon kelapa, berdasarkan Surat Jual Beli t anggal 24 Januari 1997 (T. 1). Dengan demikian t indakan Tergugat me-nguasai dan menikmat i buah kelapa t er-sebut bukan sebagai suat u perbuat an me-lawan hukum sebagaimana ket ent uan 1365 KUHPerdat a.

Maj elis Hakim mengadili:

Menolak gugat an Penggugat seluruhnya. Menyat akan 185 (serat us delapan puluh lima) pohon kelapa yang t erlet ak di Desa Tabongo Kecamaan Dulupi Kabupat en Bo-alemo adalah milik sah Tergugat yang di-peroleh berdasarkan j ual beli t anggal 24 Januari 1997. Menghukum Penggugat un-t uk membayar biaya perkara sebesar Rp 159. 000, 00 (serat us lima puluh sembilan ribu rupiah).

Analisis hukumnya bahwa put usan dalam perka-ra ini mencerminkan unsur keadilan, karena ma-j elis hakim t elah mengakui adanya persamaan hak dan kewaj iban bagi kedua belah pihak, ma-j elis hakim t elah menerapkan kesesuaian ant ara perat uran yang ada dengan put usan hakim, dan put usan hakim ini t elah sesuai keadilan yang diinginkan oleh masyarakat , pihak yang menang dapat menunt ut apa yang sebenarnya menj adi haknya dan pihak yang kalah memenuhi apa yang menj adi kewaj ibannya.

Put usan hakim ini penekanannya lebih ke unsur keadilan, bukan berart i bahwa kepast ian hukum dan kemanf aat an t idak ada, unsur kepas-t ian hukum dan kemanf aakepas-t an kepas-t ekepas-t ap ada dalam put usan hakim t ersebut . Pemenuhan unsur ke-past ian hukum dapat dilihat sepert i put usan ini t elah memberikan j alan keluar dari masalah hu-kum bagi kedua belah pihak, put usan hakim su-dah didasarkan pada undang-undang, dan t elah memberikan kesempat an yang sama bagi pihak yang berperkara. Sement ara pemenuhan unsur kemanf aat an put usan ini t elah mencipt akan ke-puasaan bagi pihak yang berperkara, menghi-langkan polemik at au konf lik bagi yang berseng-ket a dan diperolehnya kembali oleh pihak yang menang apa yang menj adi haknya.

Berdasarkan kasus yang diuraikan di at as, dalam rangka dan upaya menemukan dan mene-rapkan keadilan, put usan hakim di pengadilan harus sesuai dengan t uj uan sej at inya, yait u:

per t ama, put usan hakim harus melakukan solusi aut orit at if , art inya memberikan j alan keluar da-ri masalah hukum yang dihadapi oleh para pihak (penggugat dan t ergugat ); kedua, put usan ha-kim harus mengandung ef isiensi, yait u cepat se-derhana, biaya ringan, karena keadilan yang t ert unda merupakan ket idakadilan; ket i ga, pu-t usan hakim harus sesuai dengan pu-t uj uan undang-undang yang dij adikan dasar put usan pengadilan t ersebut ; keempat, put usan hakim harus me-ngandung aspek st abilit as yait u ket ert iban sosial dan ket ent raman masyarakat ; dan kel i ma, put u-san hakim harus ada f air ness, yait u memberi ke-sempat an yang sama bagi pihak yang berper-kara.

Adil pada hakekat nya bermakna menem-pat kan sesuat u pada t emmenem-pat nya dan memberi-kan kepada siapa saj a apa yang menj adi hak-nya, yang didasarkan pada suat u asas bahwa se-mua orang sama kedudukannya di muka hukum (equal i t y bef or e t he l aw). Penekanan yang lebih cenderung kepada asas keadilan dapat berart i harus mempert imbangkan hukum yang hidup di masyarakat , yang t erdiri dari kebiasaan dan ke-t enke-t uan hukum yang ke-t idak ke-t erke-t ulis. Hakim dalam alasan dan pert imbangan hukumnya harus mam-pu mengakomodir segala ket ent uan yang hidup dalam masyarakat berupa kebiasaan dan ket en-t uan hukum yang en-t idak en-t eren-t ulis, manakala me-milih asas keadilan sebagai dasar memut us per-kara yang dihadapi.

Putusan Hakim yang Mencerminkan Keman-faat an

(8)

ke-gunaan bagi semua pihak. Hakim diharapkan da-lam menerapkan undang-undang maupun hukum yang ada didasarkan pada t uj uan at au keman-f aat annya bagi yang berperkara dan masyara-kat .

Mengingat put usan hakim merupakan hu-kum, maka hakim harus memelihara keseim-bangan dalam masyarakat dengan memulihkan kembali t at anan masyarakat pada keadaan se-mula (r est i t ut i o i n i nt egr um). Masyarakat sa-ngat mengharapkan penyelesaian perkara mela-lui pengadilan it u akan membawa manf aat at au kegunaan bagi kehidupan bersama dalam ma-syarakat . Harapan set idak-t idaknya put usan ha-kim dapat memulihkan keseimbangan t at anan masyarakat , art inya kepada pihak yang bersalah diberi sanksi, sement ara kepada pihak yang di-rugikan akan mendapat gant i rugi at au men-dapat kan apa yang menj adi haknya.

Unt uk menget ahui bent uk put usan hakim yang mencerminkan kemanf aat an, perlu dilaku-kan analisis t erhadap pelaksanaan put usan di Pengadilan Negeri Yogyakart a Nomor 48/ Pdt . G/ 2006/ PN. Yk, t ent ang perceraian dalam ikat an perkawinan.

Bahwa Marlyna Hent ry/ Goei Ngiok Moy (Penggugat ) dan Hent ry (Tergugat ) meru-pakan pasangan suami ist ri. Dalam perka-winan t ersebut , t elah mempunyai dua orang anak yakni Pert ama, Vika Felina Pe-rempuan lahir di Yogyakart a pada t anggal 8 Maret 1989. Kedua, Vicko Hent ry Wicak-sono, laki-laki lahir di Yogyakart a pada t anggal 3 April 1993. Kemudian pasangan suami ist eri t erlibat percekcokan yang beruj ung perceraian.

Maj elis Hakim Pengadilan Negeri Yogyakart a memberikan pert imbangan hukum yang pada pokoknya sebagai berikut :

Bahwa Penggugat dengan bukt i-bukt inya t elah berhasil membukt ikan dalil gugat an-nya yang didasarkan pada Pasal 19 huruf f PP No 9 t ahun 1975, dan karena it u t un-t uun-t an Penggugaun-t agar perkawinan Penggu-gat dan TerguPenggu-gat dinyat akan put us karena perceraian dapat dikabulkan. Mengabul-kan gugat an Penggugat seluruhnya. Me-nyat akan bahwa perkawinan ant ara Peng-gugat dan TerPeng-gugat yang t elah

dilangsung-kan di Yogyakart a pada t anggal 28 Okt o-ber 1986, kut ipan Akt a Perkawinan No 86/ C/ 1986, t ert anggal 28 Okt ober 1986, put us karena perceraian dengan segala akibat hukumnya.

Analisis hukumnya bahwa Put usan maj elis hakim yang memeriksa perkara ini t elah memenuhi kemanf aat an, karena t elah sesuai dengan kri-t eria kemanf aakri-t an, yaikri-t u kri-t elah memberikan ke-bahagian at au kepuasaan bagi pihak-pihak yang berperkara, t elah mengat asi polemik at au konf lik baru bagi para pihak, normalnya hubung-an baik hubung-ant ara pihak-pihak yhubung-ang bersengkt a, di-perolehnya kembali apa yang menj adi obj ek sengket a oleh pihak yang dinyat akan menang, dan t elah mencipt akan keseimbangan dalam masyarakat .

Put usan Hakim Pengadilan Negeri Yogya-kart a, apabila dicermat i secara j elas, benar-be-nar t elah memiliki unsur kemanf aat an. Unsur kemanf aat an dalam put usan ini dapat dilihat dari keinginan dari masing-masing pihak, baik pihak Penggugat dan Tergugat yang sudah t idak mampu lagi mempert ahankan perkawinan, kare-na sering t imbul cekcok at au perselisihan. Se-lain it u, komunikasi ant ara Penggugat dan Ter-gugat sudah t idak ada lagi, sehingga sangat sulit dipersat ukan lagi dalam ikat an perkawin-an. Memang harus diakui bahwa suat u percerai-an merupakan t indakan at au pilihan yang paling berat dalam perkawinan, namun karena perka-winan t ersebut sudah t idak dapat dipert ahankan lagi, maka konsekuensinya usaha unt uk melaku-kan gugat an perceraian dapat dibenarmelaku-kan.25

Bahwa put usan hakim t ersebut lebih me-nekankan kemanf aat an bukan berart i kepast ian hukum dan keadilan t elah diabaikan. Kepast ian hukum dan keadilan t et ap ada dalam put usan hakim ini, yakni kepast ian hukum dengan t elah memberikan j alan keluar t erhadap masalah hu-kum yang dihadapi oleh para pihak dan put usan ini sudah sesuai dengan perat uran perundang-undangan. Keadilan yang dimaksudkan dalam put usan maj elis hakim yakni adanya persamaan

25 Bandingkan dengan Sri Wardah, “ Inst it usional i sasi Proses

(9)

hak dan kewaj iban dan pihak yang menang da-pat menunt ut haknya sert a pihak yang kalah memenuhi kewaj ibannya.

Berbagai perkara perdat a sepert i yang t e-lah diuraikan sebelumnya, dapat diambil kesim-pulan bahwa seorang hakim dalam memeriksa dan memut us perkara t idak selamanya t erpaku pada sat u asas saj a.26 Hakim, pada set iap per-kara secara kasuist is, dapat saj a berubah-rubah dari asas yang sat u ke asas yang lain.

Hakim harus memperhat ikan pert imbang-an hukum dengimbang-an nalar yimbang-ang baik, mengapa da-lam kasus t ert ent u harus memilih pada salah sat u asas. 27 Dengan demikian kualit as put usan hakim dapat dinilai dari bobot alasan dan t imbangan hukum yang digunakan dalam per-kara. 28

Seorang hakim, melalui suat u pert imba-ngan hukum deimba-ngan nalar yang baik, dapat me-nent ukan kapan berada lebih dekat dengan ke-past ian hukum dan kapan lebih dekat dengan keadilan. Pada dasarnya asas kemanf aat an ber-gerak di ant ara t it ik kepast ian hukum dan t it ik keadilan, di mana hakim lebih melihat kepada t uj uan at au kegunaan dari hukum it u kepada masyarakat . Hakekat nya hukum dibuat unt uk menj aga kepent ingan manusia.

Penekanan kepada asas kepast ian hukum oleh hakim lebih cenderung mempert ahankan norma-norma hukum t ert ulis dari hukum posit if yang ada. Perat uran perundang-undangan dit e-gakkan demi kepast ian hukum. Kendala yang di hadapi hakim yang cenderung kepada kepast ian hukum mengalami kebunt uan manakala ket en-t uan en-t eren-t ulis en-t idak dapaen-t menj awab persoalan-persoalan yang ada. Dalam sit uasi demikian

26 Lihat j uga Hart ini, “ Pengecual ian Ter hadap Penerapan

Asas Ul t ra Pet it um Part um Dal am Beracara di Penga-dil an Agama” , Jur nal Mi mbar Hukum, Vol . 21 No. 2, Ju-ni 2009, Yogyakart a: FH UGM, hl m. 383.

27

Bandingakan dengan M. Syamsudin, “ Rekonst ruksi Pol a Pikir Haki m Dal am Memut uskan Perkara Korupsi Berbasi s Hukum Progresif ” , Jur nal Di nami ka Hukum, Vol . 11 No. 1, Januari 2011, Purwokert o: FH Uni versit as Jenderal Soedir man, hl m. 11; El isabet Nurhai ni But arbut ar, “ Kon-sep Keadil an Dal am Si st em Per adil an Perdat a” . Jur nal Mi mbar Hukum, Vol . 21 No. 3, Juni 2009, Yogyakar t a: FH UGM, hl m. 363.

28 Bandingkan dengan Luki Indr awat i, “ Rekonst r uksi Legal

Reasoning Haki m (Sudut Pandang Epi st i mol ogis Terhadap Logika Hukum” , Jur nal Medi a Hukum, Vol . 14 No. 3, November 2007, Yogyakart a: FH Uni versit as Muham-madi yah, hl m. 175.

kim harus menemukan unt uk mengisi keleng-kapan hukum. Penekanan yang lebih cenderung asas kemanf aat an lebih bernuansa ekonomi. Dasar pemikirannya bahwa hukum adalah unt uk ma-nusia at au orang banyak, oleh karena it u t uj uan hukum harus berguna unt uk manusia.29

Put usan hakim di peradilan perdat a, de-ngan demikian dapat dikat akan t elah mencer-minkan ket iga asas yakni kepast ian hukum, kea-dilan dan kemanf aat an. Namun demikian, dalam set iap put usan hakim t ersebut ada penekanan-penekanan t ert ent u ant ara ket iga asas t erse-but .30 Set iap put usan hakim yang mencerminkan kepast ian hukum bukan berart i t idak memper-hat ikan asas keadilan dan kemanf aat an, asas keadilan dan kemanf aat an t et ap ada hanya saj a penekanannya lebih condong pada kepast ian hu-kum. Demikian j uga put usan hakim yang men-cerminkan keadilan bukan berart i t elah menia-dakan kepast ian hukum dan kemanf aat an, asas kepast ian hukum dan kemanf aat an t ercermin dalam put usan hakim t ersebut , t et api pene-kanannya lebih kepada asas keadilan. Sebalik-nya j uga apabila put usan hakim yang t elah men-cerminkan kemanf aat an bukan berart i t idak mengakomodir kepast ian hukum dan keadilan. Asas kepast ian hukum dan keadilan t et ap ada, hanya saj a put usan hakim t ersebut lebih con-dong pada kemanf aat an.

Penut up Simpulan

Seorang hakim dalam memeriksa dan me-mut us perkara t idak selamanya t erpaku pada sa-t u asas saj a. Pada sesa-t iap perkara secara kasuis-t is, hakim dapakasuis-t saj a berubah-rubah dari asas yang sat u ke asas yang lain. Hakim harus mem-perhat ikan pert imbangan hukum dengan nalar yang baik, mengapa dalam kasus t ert ent u harus memilih salah sat u asas. Dengan demikian kua-lit as put usan hakim dapat dinilai dari bobot

29 Lihat j uga Yant o Suf r iadi , “ Penerapan Hukum Progresi f

Dal am Pemul i han Kr isis Hukum Di Tengah Kemacet an Demokrasi di Era Gl obal ” , Jur nal Hukum Ius Qui a Iust um, Vol . 17 No. 2, April 2010, Yogyakart a: FH UII.

30 Lihat j uga Nindyo Pr amono, “ Probl emat ika Put usan

(10)

alasan dan pert imbangan hukum yang digunakan dalam perkara.

Seorang hakim, mengan suat u pert im-bangan hukum dengan nalar yang baik, dapat menent ukan kapan berada lebih dekat dengan kepast ian hukum, dan kapan lebih dekat dengan keadilan. Pada dasarnya asas kemanf aat an ber-gerak di ant ara t it ik kepast ian hukum dan t it ik keadilan, di mana hakim lebih melihat kepada t uj uan at au kegunaan dari hukum it u kepada masyarakat . Hakekat nya hukum dibuat unt uk menj aga kepent ingan manusia.

Penekanan pada asas kepast ian hukum, mengakibat kan hakim lebih cenderung memper-t ahankan norma-norma hukum memper-t ermemper-t ulis dari hu-kum posit if yang ada. Perat uran perundang-undangan dit egakkan demi kepast ian hukum. Kendala yang dihadapi hakim yang cenderung menekankan kepast ian hukum yait u hakim akan mengalami kebunt uan manakala ket ent uan-ke-t enuan-ke-t uan uan-ke-t eruan-ke-t ulis uan-ke-t idak dapauan-ke-t menj awab persoal-an-persoalan yang ada. Dalam sit uasi demikian, hakim harus menemukan unt uk mengisi kokoso-ngan hukum. Penekanan yang lebih cenderung kepada asas keadilan dapat berart i harus mem-pert imbangkan hukum yang hidup di masyara-kat , yang t erdiri dari kebiasaan-kebiasaan dan ket ent uan hukum yang t idak t ert ulis. Hakim da-lam alasan dan pert imbangan hukumnya harus mampu mengakomodir segala ket ent uan yang hidup dalam masyarakat berupa kebiasaan dan ket ent uan hukum yang t idak t ert ulis. Penekanan yang lebih cenderung asas kemanf aat an lebih bernuansa ekonomi. Dasar pemikirannya bahwa hukum adalah unt uk manusia at au orang ba-nyak, oleh karena it u t uj uan hukum harus ber-guna unuk manusia at au orang banyak.

Saran

Kepada para hakim baik Pengadilan Nege-ri dan Pengadilan t inggi sert a hakim agung di Mahkamah Agung sebagai salah sat u pelaku pe-laksana kekuasaan kehakiman, perlu t et ap me-ngusahakan idealnya put usan hakim harus men-cerminkan ket iga unsur yakni keadilan, kepast i-an hukum di-an kemi-anf aat i-an. Suat u hal yi-ang me-mang harus diakui bahwa unt uk mewuj udkan ket iga unsur t ersebut secara bersama-sama agak

sulit , namun demikian harus t et ap diusahakan. Hakim harus t et ap perlu bert it ik t olak dan usaha mungkin berpedoman pada asas yang ber-laku dalam hukum acara perdat a dengan t idak melupakan nilai-nilai yang hidup dalam masya-rakat

Daft ar Pust aka

Abdullah, Idrus. “ Penyelesaian Sengket a Bisnis Di Luar Pengadilan Ant ar Warga Sesama Et nis (St udi Kasus Di Pulau Sumbawa)” .

Jur nal Yust i t i a. 77 Mei-Agust us 2009. Surakart a: FH UNS;

Alkost ar, Art idj o. “ Fenomena-f enomena Para-digmat ik Dunia Pengadilan Di Indonesia (Te-laah Krit is Terhadap Put usan Sengket a Kon-sumen). Jur nal Hukum Ius Qui a Ius-t um. Vol. 26 No. 11 Mei 2004. Yogyakart a: FH UII;

But arbut ar, Elisabet Nurhaini. “ Konsep Keadilan Dalam Sist em Peradilan Perdat a” . Jur nal Mi mbar Hukum Vol. 21 No. 3. Juni 2009. Yogyakart a: FH UGM;

---. “ Kebebasan Hakim Perdat a Dalam nemuan Hukum dan Ant inomi Dalam Pe-nerapannya” . Jur nal Mi mbar Hukum. Vol. 23 No. 1. Februari 2011. Yogyakart a: FH UGM;

Friedman, LW. 1975. The Legal Syst em; A Soci al Sci ence Pr espect ive, New York: Russell Sage Foundat ion;

Goesniadhie, Kusnu S. “ Perspekt if Moral Pene-gakan Hukum Yang Baik” . Jur nal Hukum Ius Qui a Iust um. Vol. 17 No. 2. April 2010. Yogyakart a: FH UII;

Hart ini. “ Pengecualian Terhadap Penerapan A-sas Ult ra Pet it um Part um Dalam Beracara di Pengadilan Agama” . Jur nal Mimbar Hu-kum. Vol. 21 No. 2; Juni 2009; Yogyakar-t a: FH UGM;

Herdyant o, Edy. “ Kebij akan Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman Sebagai Kendali Pembent ukan Pengadilan Khusus Di Indo-nesia” . Jur nal Yust i t ia. Vol. 72. Sept em-ber-Desember 2007. Surakart a: FH Uni-versit as Sebelas Maret ;

Indah, C Maya S. “ Mewuj udkan Sist em Peradilan Berwibawa Di Indonesia” . Jur nal Medi a Hukum. Vol. 14 No. 3. November 2007. Yogyakart a: FH UMY;

(11)

Ter-hadap Logika Hukum” . Jur nal Media Hu-kum. Vol. 14 No. 3 November 2007. Yog-yakart a: FH Universit as Muhammadiyah; Kant er. 2000. “Et i ka Pr of esi Hukum: Sebuah

Pendekat an Sosi o-Rel i gi us” . Cet akan Per-t ama. JakarPer-t a: SPer-t oria Graf ika;

Mahyuni. “ Lembaga Damai Dalam Proses Penye-lesaian Perkara Perdat a Di Pengadilan” .

Jur nal Hukum Ius Qui a Iust um. Vol. 16 No. 4. Okt ober 2009. Yogyakart a: FH UII; Marzuki, Piet er Mahmud, 2006. Penel it i an

Hu-kum. Cet akan Kedua Mei. Jakart a: Pre-nada Media Group;

Mert okusumo, Sudikno. 2007. Penemuan Hukum Sebuah Pengant ar . Yogyakart a: Penerbit Universit as At ma Jaya;

Muhammad, Rusli. “ St rat egi Dalam Membangun Kembali Kemandirian Pengadilan Di Indo-nesia” . Jur nal Hukum Ius Qui a Iust um. Vol. 25 No. 11. April 2004. Yogyakart a: FH UII;

Muqaddas, Busyro. “ Mengkrit ik Asas-Asas Hukum Acara Perdat a” . Jur nal Hukum Ius Qui a Iust um. Vol. 20 No. 9. Juni 2002. Yogya-kart a: FH UII;

Nazriyah, Riri. “ Peranan Cit a Hukum Dalam Pembent ukan Hukum Nasional” . Jur nal Hukum Ius Qui a Iust um. Vol. 20 No. 9. Ju-ni 2002. Yogyakart a: FH UII;

Nugroho, Hibnu. “ Paradigma Penegakan Hukum Indonesia dalam Era Global. Jur nal Pr o Just i t i a. Vol. 26 No. 4. Okt ober 2008. Bandung: FH UNPAR;

Nuswardani, Nunuk. “ Upaya Peningkat an Kuali-t as PuKuali-t usan Hakim Agung Dalam Mewuj ud-kan Law And Legal Ref orm” . Jur nal Hu-kum Ius Qui a Iust um. Vol. 16 No. 4. Ok-t ober 2009. YogyakarOk-t a: FH UII;

Pekuwali, Umbu Lily. “ Memposisikan Hukum Se-bagai Penyeimbang Kepent ingan Masya-rakat ” . Jur nal Pr o Just it i a. Vol. 26 No. 4. Okt ober 2008. Bandung: FH Universit as Kat holik Prahayangan;

Pramono, Nindyo. “ Problemat ika Put usan Hakim Dalam Perkara Pembat alan Perj anj ian” .

Jur nal Mimbar Hukum, Vol. 22 No. 2. Juni 2010. Yogyakart a: FH UGM;

Priyant o, Anang. “ Cit ra Hakim Dan Pengakan Hukum Dalam Sist em Peradilan Pidana Di Indonesia” . Jur nal Ci vi cs Medi a Kaj i an Kewar ganegar aan. Vol. 2 No. 2. Desember 2005. Yogyakart a: Fakult as Ilmu Sosial Dan Ekonomi;

Riyant o, R. Benny. “ Kebebasan Hakim Dalam Memut uskan Perkara Perdat a di Pengadil-an Negeri” . Jur nal Hukum Yust it i a. Vol. 74. Mei-Agust us 2008. Surakart a: FH UNS; Rosadi, Ot ong. “ Hukum Kodrat , Pancasila dan

Asas Hukum dalam Pembent ukan Hukum Di Indonesia” . Jur nal Di nami ka Hukum.

Vol. 10 No. 3. Sept ember 2010. Purwoker-t o: FH UniversiPurwoker-t as Jenderal Soedirman; Sudraj at , Tedi. “ Aspirasi Ref ormasi Hukum Dan

Penegakan Hukum Progresif Melalui Media Hakim Perdamaian Desa” . Jur nal Dinami -ka Hukum. Vol 10 No. 3. Sept ember 2010. Purwokert o: FH Universit as Jende-ral Soedirman;

Suf riadi, Yant o. “ Penerapan Hukum Progresif Dalam Pemulihan Krisis Hukum Di Tengah Kemacet an Demokrasi di Era Global” . Jur -nal Hukum Ius Qui a Iust um. Vol. 17 No. 2. April 2010. nYogyakart a: FH UII;

Suhardin, Yohanes. “ Fenomena Mengabaikan Keadilan dalam Penegakan Hukum” . Jur -nal Mi mbar Hukum Vol. 21 No. 2. Juni 2009. Yogyakart a: FH UGM;

Sut iyoso, Bambang. “ Implement asi Gugat an Le-gal St anding Dan Class Act ion Dalam Prak-t ik Peradilan Di Indonesia” . Jur nal Hukum Ius Qui a Iust um. Vol. 26 No. 11. Mei 2004. Yogyakart a: FH UII;

Sut iyoso, Bambang. “ Mencari Format Ideal Kea-dilan Put usan Dalam PeraKea-dilan” . Jur nal Hukum Ius Qui a Iust um Vol. 17 No. 2. Ap-ril 2010. Jakart a: FH UII;

Syamsudin, M. “ Rekonst ruksi Pola Pikir Hakim Dalam Memut uskan Perkara Korupsi Ber-basis Hukum Progresif ” . Jur nal Di nami ka Hukum. Vol. 11 No. 1. Januari 2011. Pur-wokert o: FH Universit as Jenderal Soedir-man;

Want u, Fence M. “ Ant inomi Dalam Penegakan Hukum Oleh Hakim” . Jur nal Mi mbar Hu-kum. Vol. 19 No. 3. Okt ober 2007. Yogya-kart a: FH UGM;

Wardah, Sri. “ Inst it usionalisasi Proses Mediasi Dalam Sist em Peradilan Di Indonesia” .

Jur nal Hukum Ius Qui a Iust um. Vol. 26 No. 11, Mei 2004. Yogyakart a: FH UII;

(12)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

02.A4.2/SRT/PL/PEDU-PDT/VII/2012 tanggal 10 Juli 2012, Panitia Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Satuan Kerja Pembinaan Ekonomi dan Dunia Usaha di Lingkungan

[r]

Sebelum melakukan Syncron cek dulu dimenu setting validasi -> cek apakah masih ada data ganda atau belum valid lainnya jika sinkron masih gagal.. Nyalakan dulu

04.1/SRT/PL/PEDU- PDT/VIII/2012 tanggal 2 Agustus 2012, Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah pada Satuan Kerja Pembinaan Ekonomi dan Dunia Usaha di Lingkungan Kementerian

– To revise article 27 paragraph 3 of Indonesian Electronic Information and Transaction Law and emphasize multi-stakeholder dialogue.. •

[r]

2012 I EEE EMBS I nt er nat ional Confer ence on Biom edical Engineer ing and