• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006-2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006-2010"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

ii

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI

SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

TAHUN 2006-2010

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh :

ARIS PRASOJO

F0108139

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

commit to user

v

MOTTO

JANGANLAH MENYIA-NYIAKAN WAKTU DAN KESEMPATAN, KARENA

WAKTU DAN KESEMPATAN TAK AKAN TERULANG KEMBALI. MAKA

JALANILAH HIDUP ANDA DENGAN OPTIMIS.

KEBAHAGIAAN DATANGNYA DARI KITA SENDIRI,

BUKAN DARI SIAPA-SIAPA.

( ARIS PRASOJO )

(5)

commit to user

vi

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010”

Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Selama menyusun skripsi ini penulis tidak lepas dari beberapa pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Wisnu Untoro M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Supriyono selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. J.J Sarungu, MS selaku dosen pembimbing akademik serta dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar telah membimbing penulis. Terimakasih atas saran, kritik, dan perhatiannya selama penulis menyelesaikan skripsi.

4. Bapak dan Ibu dosen pengampu yang telah memberikan ilmunya selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan bantuan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(6)

commit to user

vii

dan doa yang tiada terputus kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 8. Teman-teman jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2008 yang telah menjadi

rekan yang menyenangkan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

9. Pihak-pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhirnya, segala kekurangan, kesalahan dan ketidaksempurnaan skripsi ini adalah tanggung jawab penulis. Namun apabila kebenaran dalam skripsi semata hanya keridhoan Allah SWT sang Maha Sempurna. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Amin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 2012

Aris Prasojo F0108139

(7)

commit to user

viii

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Tinjauan Teoritik ... 9

1. Pengertian Pembangunan Ekonomi ... 9

2. Teori Tranformasi dan Perubahan Struktur Ekonomi ... 11

3. Teori Basis Ekonomi ... 15

4. Konsep Pertumbuhan Ekonomi ... 17

5. Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah ... 21

(8)

commit to user

ix

C. Kerangka Analisis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Tipe Penelitian ... 39

B. Jenis dan Sumber Data ... 39

C. Definisi Operasional Konsep Penelitian ... 40

D. Teknik Analisis ... 41

1. Analisis Shift Share ... 41

2. Analisis Location Quotient (LQ) ... 43

3. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ... 45

4. Analisis Matrik Potensi ... 48

5. Analisis Tipologi Klassen ... 50

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... A. Ganbaran Umum ... 53

1. Kondisi Geografis dan Luas Wilayah ... 53

2. Kependudukan ... 56

3. Deskripsi Pertanian ... 57

1) Pertanian ... 57

2) Kehutanan dan Perkebunan ... 59

3) Peternakan ... 60

4. Deskripsi Ekonomi ... 61

1) Mata Pencaharian ... 61

(9)

commit to user

x

6. Deskripsi Sosial ... 64

1) Pendidikan ... 64

2) Kesehatan ... 65

B. Hasil Analisis dan Pembahasan ... 66

1. Analisis Shift Share ... 66

2. Analisis Location Quotient (LQ) ... 75

3. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ... 81

4. Analisis Matrik Potensi ... 84

5. Analisis Tipologi Klassen ... 90

BAB IV PENUTUP ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

commit to user

xi

Tabel 1.1 PDRB Atas Harga Berlaku dan PDRB Atas Harga Konstan

Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010 ... 4

Tabel 1.2 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Sukoharjo Tahun 2006-2010 ... 5

Tabel 3.1 Model Matrik Potensial ... 48

Tabel 3.2 Model Tipologi Klassen ... 51

Tabel 4.1 Luas Wilayah Dan Persentase Menurut Kecamatan Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 ... 55

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010 ... 56

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006 - 2010 ... 57

Tabel 4.4 Produksi Hasil Perkebunan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006 -2010 ... 60

Tabel 4.5 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009-2010 ... 61

Tabel 4.6 Jumlah Unit Usaha Industri Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010 ... 63

Tabel 4.7 Hasil Analisis Shift Share Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010 (dalam jutaan Rupiah) ... 67

(11)

commit to user

xii

Atas Harga konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2010 Kabupaten Sukoharjo ... 82 Tabel 4.10 Pertumbuhan dan Proporsi Kabupaten Sukoharjo

Tahun 2006-2010 ... 86 Tabel 4.11 Hasil Matriks Potensi PDRB Atas Harga konstan Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2006-2010 Kabupaten Sukoharjo ... 87 Tabel 4.12 Hasil Analisis Tipologi Klassen Di Kabupaten Sukoharjo

Tahun 2006-2010 ... 92

(12)

commit to user

xiii

Gambar 2.1 Kerangka Analisis ... 38 Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Analisis LQ Tahun 2006-2010 ... 79

(13)

commit to user

xiv

LAMPIRAN 1

1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Dan Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010.

2. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Dan Atas Dasar Harga Konstan Jawa Tengah Tahun 2006-2010.

LAMPIRAN 2

1. Laju Pertumbuhan Kabupaten Sukoharjo Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006-2010.

2. Laju Pertumbuhan Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006-2010

LAMPIRAN 3

PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010.

LAMPIRAN 4

(14)

commit to user

ii

ABSTRAK

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

TAHUN 2006-2010

Oleh : Aris Prasojo

F0108139

Tujuan penelitian ini adalah: Pertama, untuk mengetahui perubahan struktur

ekonomi di Kabupaten Sukoharjo. Kedua, untuk mengetahui kondisi basis ekonomi

sektoral di Kabupaten Sukoharjo. Ketiga, untuk mengetahui kondisi kegiatan

ekonomi yang potensial di Kabupaten Sukoharjo.

Penelitian ini menggunakan data data sekunder yaitu Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sukoharjo dan Propinsi Jawa Tengah selama tahun

2006-2010. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Shift Share

(SS), analisis Location Quotient (LQ), analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP),

analisis Matrik Potensi dan analisis Model Tipologi Klassen.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan; Pertama, berdasarkan analisis Shift

Share, Kabupaten Sukoharjo mengalami kenaikan kinerja perekonomian daerah. Dari semua sektor ekonomi, sektor perdagangan adalah sektor yang menyumbangkan nilai terbesar bagi kenaikan kinerja perekonomian daerah. Hal ini bertanda terjadi

perubahan struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor tersier. Kedua, berdasarkan

analisis Location Quotient, yang termasuk sektor basis di Kabupaten Sukoharjo

adalah sektor pertanian, sektor listrik dan air bersih dan sektor perdagangan. Ketiga,

berdasarkan analisis Model Rasio Pertumbuhan, sektor ekonomi yang dominan pertumbuhannya baik itu di Provinsi maupun di Kabupaten, yaitu sektor listrik, gas

dan air bersih. Keempat, berdasarkan analisis Matrik potensi, sektor ekonomi di

Kabupaten Sukoharjo dikelompokkan dalam ketegori sektor prima adalah sektor

pertanian dan sektor perdagangan. Kelima, berdasarkan analisis Tipologi Klassen

sektor ekonomi di Kabupaten Sukoharjo sebagian besar dikelompokkan dalam ketegori sektor ekonomi berkembang cepat.

Dari hasil analisis tersebut maka dapat diajukan beberapa saran yaitu pemerintah daerah diharapkan meningkatkan sektor yang telah menjadi sektor basis melalui penerapan kebijakan yang tepat sasaran dan diharapkan mampu membuat suatu strategi pengembangan yang tepat sasaran dalam pengembangan kegiatan sektor ekonomi yang potensial dan perencanaan pembangunan daerah hendaknya mengutamakan pembangunan sektor-sektor ekonomi yang prima dan potensial.

(15)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi suatu daerah adalah suatu proses dimana

pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan

membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor

swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah

tersebut (Lincolin, 1999). Pembangunan dilaksanakan bersama oleh

masyarakat dan pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan

sedangkan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing dan

menciptakan sarana dan prasarana yang menunjang.

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bukanlah perencanaan

dari suatu daerah, tetapi perencanaan untuk suatu daerah. Perencanaan

pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk

memperbaiki penggunaan berbagai sumber daya publik yang tersedia di

daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam

menciptakan sumber-sumber daya swasta secara bertanggung jawab. Melalui

perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah dilihat secara

keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi yang didalamnya terdapat berbagai

(16)

commit to user

2 Otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 januari 2001

sebagaimana telah tertuang dalam UU nomor 22 tahun 1999 ( yang telah

diperbaharuhi dengan UU nomor 32 tahun 2004) tentang pemerintah daerah

dan UU nomor 25 tahun 1999 (diperbaharuhi dengan UU nomor 33 tahun

2004) tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah. Selain mengerahkan segala potensi yang ada untuk lebih

mendorong pembangunan dalam rangka pengembangan wilayah dan

masyarakatnya, pembangunan ekonomi regional yang sudah mulai ditekankan

pada kerjasama antar sektor dan antar daerah.

Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat 5 “Otonomi daerah

adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, daerah

diberikan sejumlah kewenangan dalam mengupayakan dan mengelola

sumber-sumber keuangan untuk pembiayaan pemerintahan dan pembangunan

daerah. Pada era otonomi daerah sekarang ini, pemerintah daerah harus

mampu mencari dan menggali potensi ekonomi yang ada untuk

dikembangkan secara optimal untuk merancang dan membangun

perekonomian daerah. Sektor-sektor yang ada di daerah dapat dijadikan dan

diwujudkan sebagai sektor unggulan baik ditingkat lokal, regional, bahkan

internasional. Sektor-sektor unggulan yang ada tersebut diharapkan dapat

(17)

commit to user

3 dan dapat mengurangi tingkat ketergantungan terhadap subsidi dan bantuan

dari pemerintah pusat.

Dalam proses pembangunannya tidak terlepas dari dampak dari

pembangunan nasional namun sangat disesuaikan dengan potensi dan

permasalahan yang ada di daerahnya. Untuk itu pemerintah daerah diharapkan

mampu mencari dan menggali potensi daerah tersebut yang ada untuk

dikembangkan dan dioptimalkan. Hal ini berguna untuk menghindari

kesalahan dalam penentuan program pembangunan yang berhasil untuk suatu

daerah belum tentu berhasil jika diterapkan di daerah lain. Hal ini disebabkan

karena adanya perbedaan kondisi, permasalahan, kebutuhan dan potensi yang

dimiliki oleh masing-masing daerah. Selain itu, diketahuinya keadaan

sektor-sektor ekonomi yang potensial suatu daerah dapat sekaligus diwujudkan

sebagai sektor-sektor yang dapat diandalkan di tingkat lokal, regional maupun

internasional, sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih tinggi

terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan mengurangi ketergantungan

terhadap subsidi dari Pemerintah Pusat.

Salah satu indikator yang digunakan untuk dapat mengetahui kondisi

ekonomi suatu daerah dalam periode tertentu dapat ditunjukkan dalam PDRB

( Produk Domestik Regional Bruto), yang dapat didefinisikan sebagai jumlah

nilai tambah bruto (gross value aded) yang timbul dari seluruh sektor

perekonomian di wilayah tersebut. Suatu daerah bisa dikatakan mengalami

tingkat keberhasilan dalam pembagunan apabila nilai PDRB yang berhasil

(18)

commit to user

4 Berdasarkan data PDRB berikut ini dapat diketahui bagaimana perkembangan

struktur perekonomian di Kabupaten Sukoharjo.

Tabel 1.1

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PRDB Atas Dasar Harga Konstan

Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010

Tahun PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga konstan

Jumlah (Juta Rp) Pertumbuhan (%) Jumlah (Juta Rp) Pertumbuhan (%)

2006 6 277 623,81 13.20 4 120 437,33 4.53

2007 7 054 172,76 12.37 4 330 992,96 5.11

2008 8 041 276,35 13.99 4 540 751,53 4.84

2009 8 920 761,89 10.93 4 756 902,50 4.76

2010 9 911 509,17 11.10 4 978 263,31 4.65

Sumber : BPS Kab. Sukoharjo. ( data diolah)

Berdasarkan Tabel 1.1. di atas, pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Sukoharjo mengalami penurunan setiap tahunnya dilihat dari harga konstan,

terjadi pertumbuhan PDRB di tahun 2006 sebesar 4,53 persen, di tahun 2007

pertumbuhan PDRB meningkat sebesar 5,11 persen dan tahun 2008 menurun

sebesar 4,84 persen. Pertumbuhan PDRB pada tahun 2009 mencapai 4,76

persen dan pada tahun 2010 sebesar 4,65 persen. Berhubungan dengan hal

tersebut, maka perlu dikaji sektor-sektor apa saja yang memberikan kontribusi

yang besar dalam peningkatan pendapatan daerah. Hal ini berguna agar

penentuan program pembangunan dapat berhasil sesuai yang direncanakan.

Pelaksanaan pembangunan daerah harus selalu memperhatikan karakteristik

(19)

commit to user

5 daya yang dimiliki harus dapat dimanfaatkan dengan baik demi tercapainya

kesejahteraan masyarakat. Kondisi pertumbuhan ekonomi secara riil juga

tergambar dalam laju pertumbuhan ekonomi sektoral pada tabel berikut ini:

Tabel 1.2

Pertumbuhan Sektor Ekonomi Di Sukoharjo Tahun 2006-2010 ( % )

Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata

pertumbuhan ekonomi sektoral diKabupaten Sukoharjo menunjukan adanya

suatu tingkat pertumbuhan yang menurun dari tahun ke tahun. Sektor dengan

rata-rata laju pertumbuhan tertinggi adalah sektor listrik, gas dan air (7,33%)

yang kemudian diikuti sektor bangunan (6,38%) dan Jasa-jasa (6,33%). Sektor

pertanian mengalami rata-rata pertumbuhan (4,77%) terendah ketiga setelah

sektor perdagangan, hotel dan restoran (4,73%). Sektor pertambangan dan

(20)

commit to user

6 Pembangunan yang sudah berjalan selama ini semakin beragam dan

kompleks. Namun perlu disadari bahwa dalam pelaksanaannya perlu diadakan

evaluasi setiap akhir periode tertentu. Sehingga kita dapat mengetahui dampak

keberhasilan pembangunan dan faktor penghambat pemgembangan potensi

dan prospek di masa depan. Peranan pembangunan daerah sangat menentukan

berhasilnya pembangunan daerah dengan pemilihan strategi perencanaan yang

tepat, maka tidak mustahil peran itu akan tercapai.

Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembangunan daerah adalah

masalah pembiayaan yang terbatas, akibatnya peran pemerintah daerah dalam

penyelenggaraan pelayanan pada masyarakat menjadi lebih rendah, hal ini

berimbas pada kinerja pemerintah daerah kurang efektif. Apabila pemerintah

daerah hanya menggantungkan pembiayaan dari pemerintah pusat maka

pelayanan pada masyarakat daerah tidak akan mengalami peningkatan. Maka

dari itu, pemerintah daerah harus berupaya mencari dan mengusahakan

sumber-sumber pembiayaan dari daerahnya yang dapat diandalkan sehingga

daerah tidak tergantung pada pusat dan daerah menjadi mandiri.

Berdasarkan uraian dan data yang dipaparkan diatas, penelitian ini

bermaksud untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi yang terjadi dan

menganalisa kondisi dan potensi sektor-sektor ekonomi di daerah Kabupaten

Sukoharjo, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mencari dan menciptakan

sektor unggulan daerah yang mampu bersaing dengan daerah lain dan dapat

meningkatkan pembangunan serta mampu menunjang tingkat pertumbuhan

(21)

commit to user

7 tentu akan bermanfaat terhadap tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Adapun

penelitian ini mengambil periode tahun 2006-2010 karena peneliti ingin

mengetahui struktur ekonomi dan identifikasi sektor unggulan Sukoharjo

setelah otonomi daerah, dan pada periode setelah otonomi daerah sampai

tahun 2006 penelitian ini sudah pernah diteliti (penelitian oleh Widiyanta.

2009), dengan demikian peneliti ingin melanjutkan periode pada tahun

2006-2010. Maka dari itu, penelitian ini mengambil Judul Analisis Struktur

Ekonomi Dan Identifikasi Sektor Unggulan Di Kabupaten Sukoharjo Tahun

2006-2010.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas, maka

permasalahan penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana Struktur ekonomi di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010 ?

2. Bagaimana kondisi basis ekonomi sektoral di Kabupaten Sukoharjo Tahun

2006-2010 ?

3. Bagaimana kondisi kegiatan ekonomi yang potensial di Kabupaten

(22)

commit to user

8

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Struktur ekonomi di Kabupaten Sukoharjo Tahun

2006-2010.

2. Untuk mengetahui kondisi basis ekonomi sektoral di Kabupaten

Sukoharjo Tahun 2006-2010.

3. Untuk mengetahui kondisi kegiatan ekonomi yang potensial di

Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat diharapkan memberikan manfaat dan kontribusi

sebagai berikut :

1. Dapat memberikan informasi dan bahan referensi kepada pihak yang

berkepentingan dalam membahas dan memperdalam masalah yang ada

hubungannya dengan penelitian ini.

2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan untuk

penelitian – penelitian selanjutnya.

3. Diharapkan mampu memberikan masukan dan sumbangan pemikiran

kepada instansi terkait dalam penyusunan perencanaan dan kebijakan

(23)

commit to user

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik

1. Pengertian Pembangunan Ekonomi

Pembangunan secara umum dipandang sebagai suatu proses

multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur

sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi nasional disamping tetap

mengejar akslerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan

pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Menurut Lincolin (1999)

Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses

yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara

dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.

Sementara proses pembangunan menurut Todaro (2000) bahwa

keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh 3 nilai pokok yaitu (1)

berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya (basic needs), (2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem)

masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat

untuk memilih (freedom from servitude) yang merupakan salah satu dari hak

asasi manusia.

Menurut pengertian akademis, istilah pembangunan (development)

secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian

(24)

commit to user

10 yang cukup lama untuk menciptakan dan mempertahankan kenaikan

pendapatan nasional bruto / GNI (Gross National Income) tahun pada tingkat

katakanlah 5 hingga 7 persen atau bahkan lebih tinggi jika hal itu

memungkinkan. Secara umum, sebelum tahun 1970an pembangunan

sematamata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. Tinggi rendahnya

kemajuan pembangunan di suatu negara hanya diukur berdasarkan tingkat

pertumbuhan GNI, baik secara keseluruhan maupun perkapita, yang diyakini

akan menetas dengan sendirinya sehingga menciptakan lapangan pekerjaan

dan berbagai peluang ekonomi lain, yang pada akhirnya akan menumbuhkan

berbagai kondisi yang diperlukan demi terciptanya distribusi hasil-hasil

pertumbuhan ekonomi dan sosial secara lebih merata. Itulah yang dikenal

sebagai prinsip ”efek penetasan ke bawah” (trickle down effect). Dengan

demikian, tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang paling

diutamakan sedangkan masalah-masalah lain seperti kemiskinan,

diskriminasi, pengangguran dan ketimpangan distribusi pendapatan, sering

kali dinomorduakan ( Todaro, 2008 ).

Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional

yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, siakp-sikap

masyarakat dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar

pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta

pengentasan kemiskinan. Jadi, pada intinya pembangunan harus

mencerminkan perubahan total masyarakat atau penyesuaian sistem sosial

(25)

commit to user

11 keinginan individu maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya,

untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik, baik

secara materiil maupun spiritual.

2. Teori Transformasi Dan Perubahan Struktur Ekonomi.

Pembangunan Ekonomi dalam periode jangka panjang, pada dasarnya

memiliki dimensi pokok antara lain:

a. Pertumbuhan

Pertumbuhan pendapatan nasional akan membawa suatu

perubahan mendasar dalam struktur ekonomi,dari ekonomi tradisional

dengan pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang

didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri manufaktur.

b. Penanggulangan Kemiskinan

Dapat dilihat sebagai suatu hipotesis bahwa semakin tinggi laju

pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun membuat semakin tinggi

peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, semakin cepat perubahan

struktur ekonomi,dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain seperti

tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi mendukung proses tersebut.

· Perubahan atau Transformasi ekonomi

· Keberlanjutan pembangunan masyarakat agraris menjadi masyarakat

(26)

commit to user

12 Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan

kesinambungan pertumbuhan dan penanggulangan kemiskinan, sekaligus

pendukung bagi kelanjutan pembangunan. Pada kenyataannya, pertumbuhan

ekonomi tidak disertai dengan perubahan struktur tenaga kerja yang

berimbang artinya titik balik untuk aktivitas ekonomi tercapai lebih dahulu

dibanding titik balik penggunaan tenaga kerja. Sehingga terjadi

masalah-masalah yang seringkali diperdebatkan diantaranya apakah pangsa PDB

sebanding dengan penurunan pangsa serapan tenaga kerja sektoral dan

industri mana yang berkembang lebih cepat, agroindustri atau industri

manufaktur. Apabila transformasi kurang seimbang dikuatirkan akan terjadi

proses pemiskinan dan eksploitasi sumber daya manusia pada sektor primer.

Proses perubahan struktur perekonomian ditandai dengan:

a) Merosotnya pangsa sektor primer (pertanian)

b) Meningkatnya pangsa sektor sekunder (industri)

c) Pangsa sektor jasa kurang lebih konstan, tetapi kontribusinya akan

meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.

Dalam menganalisis struktur ekonomi terdapat dua teori utama, yaitu

teori Arthur Lewis (Teori migrasi) dan Hollins Chenery (Teori transformasi

struktural). Dalam Teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian

suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu perekonomian

tradisional di pedesaan yang didominasi sektor pertanian dan perekonomian

modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama. Di pedesaan,

(27)

commit to user

13

suplai tenaga kerja. Akibat over supply tenaga kerja ini, tingkat upah menjadi

sangat rendah. Sebaliknya, di perkotaan, sektor industri mengalami

kekurangan tenaga kerja. Hal ini menarik banyak tenaga kerja pindah dari

sektor pertama ke sektor kedua sehingga terjadi suatu proses migrasi dan

urbanisasi.selain itu tingkat pendapatan di negara bersangkutan meningkat

sehingga masyarakat cenderung mengkonsumsi macam-macam produk

industri dan jasa. Hal ini menjadi motor utama pertumbuhan output di

sektor-sektor nonpertanian.

Teori Chenery memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan

proses perubahan ekonomi di suatu negara yang mengalami transformasi dari

pertanian tradisional ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan

ekonomi.

Faktor-faktor penyebab transisi ekonomi:

1) Kondisi dan Struktur awal ekonomi dalam negeri

Suatu negara yang pada awal pembangunan ekonomi sudah

memiliki industri-industri dasar yang relatif kuat akan mengalami proses

industrialisasi yang lebih pesat.

2) Besarnya pasar dalam negeri

Pasar dalam negeri yang besar merupakan salah satu faktor insentif

bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi, termasuk industri, karena menjamin

(28)

commit to user

14

3) Pola distribusi pendapatan

Merupakan faktor pendukung dari faktor pasar. Tingkat

pendapatan tidaklah berarti bagi pertumbuhan industri-industri bila

distribusinya sangat pincang.

4) Karakteristik Industrialisasi

Mencakup cara pelaksanaan atau strategi pembangunan industri

yang diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan

industri, dan insentif yang diberikan.

5) Keberadaan sumber daya alam

Ada kecenderungan bahwa negara yang kaya SDA mengalami

pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, terlambat melakukan

industrialisasi, tidak berhasil melakukan diversifikasi ekonomi (perubahan

struktur) daripada negara yang miskin SDA.

6) Kebijakan perdagangan luar negeri

Negara yang menerapkan kebijakan ekonomi tertutup (inward

looking policy), pola hasil industrialisasinya akan berkembang tidak

efisien dibandingkan negara-negara yang menerapkan outward looking

(29)

commit to user

15

3. Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi mengemukakan bahwa laju pertumbuhan

ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan daerah dalam

memenuhi permintaan akan barang dan jasa dari daerah lain. kemampuan

suatu daerah untuk mengekspor produknya akan memicu timbulnya efek

pengganda (multiplier effect). pertumbuhan industri-industri yang

menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku

untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan menciptakan

peluang kerja (job creation).

Menurut Robinson (2006:28) Teori basis ekonomi (economic base

theory) mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu

wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut.

Kegiatan ekonomi dikelompokan atas kegiatan basis dan kegiatan nonbasis.

Hanya kegiatan basis yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah.

Strategi pembangunan daerah yang muncul yang didasarkan pada teori

ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan kepada dunia usaha yang

mempunyai pasar secara nasional maupun internasional. Implementasi

kebijakannya mencakup pengurangan hambatan/batasan terhadap

perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah

(30)

commit to user

16 Teori basis ekonomi bahwa pertumbuhan ekonomi regional sangat

tergantung pada permintaan (demand) yang bersifat ekstern dari luar

daerahnya. menurut hoover (1984:316-317), pertumbuhan beberapa sektor

basis akan menentukan pembangunan daerah secara keseluruhan, sementara

sektor non basis hanya merupakan konsekuensi-konsekuensi dari

pembangunan daerah. barang-barang dan jasa-jasa dari sektor basis yang

diekspor akan menghasilkan pendapatan bagi daerah serta meningkatkan

konsumsi dan investasi. peningkatan pendapatan tidak hanya menyebabkan

kenaikan permintaan terhadap sektor basis, tetapi juga akan meningkatkan

permintaan terhadap sektor non basis, yang pada akhirnya akan mendorong

pula kenaikan investasi sektor non basis.

Selanjutnya Glasson (1990: 63) mendefinisikan kedua sektor tersebut

sebagai berikut :

a. kegiatan sektor basis (basic activities) adalah kegiatan sektor ekonomi

yang mengekspor barang dan jasa-jasa ke tempat lain di luar batas

perekonomian masyarakat yang bersangkutan, artinya bahwa sektor ini

dalam aktifitasnya mampu melayani baik pasar domestik maupun pasar di

luar daerah itu.

b. kegiatan sektor non basis (non basic activities) yaitu kegiatan sektor

ekonomi yang hanya mampu menyediakan barang dan jasa-jasa yang

dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas

(31)

commit to user

17 Menurut teori ini bahwa suatu daerah tidak akan berkembang apabila

tidak terjadi peningkatan dari sektor ekspor di daerah tersebut, namun pada

kenyataannya suatu daerah dapat berkembang walaupun terjadi penurunan

ekspor, jika pada sisi lain sektor non ekspor dapat tumbuh dan berkembang

sehingga mengimbangi penurunan sektor ekspor tersebut, dan hal ini

merupakan salah satu kelemahan teori ini. namun demikian, para ilmuwan dan

praktisi tetap memanfaatkannya dalam kegiatan-kegiatan penelitian empirik.

penggunaan teori ini dalam studi empirik dimaksudkan untuk

mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang termasuk sektor basis maupun

sektor non basis disuatu wilayah atau daerah.

4. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefinisikan sebagai faktor-faktor

apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dan

penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses

pertumbuhan (Boediono 1999:2). Menurut Schumpeter dan Hicks dalam

Jhingan (2003:4), ada perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan

pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan perubahan

spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa

mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya,

sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara

perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk.

(32)

commit to user

18 pengembangan sumber-sumber yang tidak atau belum dipergunakan, kendati

penggunanya telah cukup dikenal.

Menurut Simon Kuznet dalam Jhingan (2003:57), yang dimaksud

pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan

suatu negara (daerah) untuk menyediakan semakin banyak barang-barang

ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan

kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang

diperlukannya.

Atas sudut pandang tersebut, penelitian ini menggunakan istilah

pertumbuhan ekonomi yang akan dilihat dari sudut pandang Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan

membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB

sebelumnya (PDRBt – 1).

Laju Pertumbuhan ekonomi =

Menurut ahli ekonomi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi (Sadono, 1996:425) yaitu:

a) Tanah dan kekayaan alam

Kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk membangun

perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari

proses pertumbuhan ekonomi. Dalam setiap negara dimana pertumbuhan

ekonomi baru bermula terdapat banyak hambatan untuk mengembangkan

(33)

commit to user

19 kekayaan alam terdapat kekurangan modal, kekurangan tenaga ahli dan

kekurangan pengetahuan para pengusaha untuk mengembangkan kegiatan

ekonomi modern di satu pihak, dan terbatasnya pasar bagi berbagai jenis

barang kegiatan ekonomi di lain pihak, sehingga membatasi kemungkinan

untuk mengembangkan berbagai jenis kegiatan ekonomi.

Apabila negara tersebut mempunyai kekayaan alam yang dapat

diusahakan dengan menguntungkan, hambatan yang baru saja dijelaskan

akan dapat diatasi dan pertumbuhan ekonomi dipercepat kemungkinannya

untuk memperoleh keuntungan tersebut dan menarik

pengusaha-pengusaha dari negara-negara/daerah-daerah yang lebih maju untuk

mengusahakan kekayaan alam tersebut. Modal yang cukup, teknologi dan

teknik produksi yang modern, dan tenaga-tenaga ahli yang dibawa oleh

pengusaha-pengusaha tersebut dari luar memungkinkan kekayaan alam itu

diusahakan secara efisien dan menguntungkan.

b) Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja

Penduduk yang bertambah dapat menjadi pendorong maupun

penghambat pertumbuhan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan

memperbesar jumlah tenaga kerja dan penambahan tersebut akan

memungkinkan negara tersebut menambah produksi. Selain itu pula

perkembangan penduduk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui

perluasan pasar yang diakibatkannya. Besarnya luas pasar dari

barangbarang yang dihasilkan dalam suatu perekonomian tergantung

(34)

commit to user

20 Akibat buruk dari pertambahan penduduk pada pertumbuhan

ekonomi dapat terjadi ketika jumlah penduduk tidak sebanding dengan

faktor-faktor produksi lain yang tersedia. Ini berarti penambahan

penggunaan tenaga kerja tidak akan menimbulkan pertambahan dalam

tingkat produksi atau pun kalau bertambah, pertambahan tersebut akan

lambat sekali dan tidak mengimbangi pertambahan jumlah penduduk.

c) Barang-barang modal dan tingkat teknologi

Barang-barang modal penting artinya dalam meningkatkan atau

mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi, barang-barang modal yang

sangat bertambah jumlahnya dan teknologi yang telah menjadi bertambah

modern memegang peranan yang penting sekali dalam mewujudkan

kemajuan ekonomi yang tinggi itu. Apabila barang-barang modal saja

yang bertambah, tetapi tingkat teknologi tidak mengalami perkembangan

maka kemajuan yang akan dicapai akan jauh lebih rendah.

d) Sistem sosial dan sikap masyarakat

Sikap masyarakat dapat menentukan sampai dimana pertumbuhan

ekonomi dapat dicapai. Di sebagian masyarakat terdapat sikap masyarakat

yang dapat memberikan dorongan yang besar pada pertumbuhan ekonomi.

Sikap itu diantaranya adalah sikap menghemat untuk mengumpulkan lebih

besar uang untuk investasi, sikap kerja keras dan kegiatan-kegiatan

mengembangkan usaha, dan sikap yang selalu menambah pendapatan dan

keuntungan. Disisi lain sistem sosial dan sikap masyarakat yang masih

(35)

commit to user

21 menghambat masyarakat untuk menggunakan cara-cara produksi yang

modern dan yang produktivitasnya tinggi. Oleh karenanya pertumbuhan

ekonomi tidak dapat dipercepat.

e) Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan

Adam Smith menunjukkan bahwa spesialisasi dibatasi oleh

luasnya pasar, dan spesialisasi yang terbatas membatasi pertumbuhan

ekonomi. Pandangan ini menunjukkan bahwa sejak lama orang telah lama

menyadari tentang pentingnya luas pasar dalam pertumbuhan ekonomi.

Apabila luas pasar terbatas, tidak ada dorongan kepada para pengusaha

untuk menggunakan teknologi modern yang tingkat produktivitasnya

tinggi. Karena produktivitasnya rendah maka pendapatan para pekerja

tetap rendah, dan ini selanjutnya membatasi pasar.

5. Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah

Perlu kita ketahui bahwa pertumbuhan ekonomi regional dianalisa

melalui pendekatan teori-teori, yaitu : (Lincolin, 1999)

a. Teori Ekonomi Neo Klasik

Peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam

menganalisis pembangunan daerah (regional) karena teori ini tidak

memiliki dimensi spasial yang signifikan. Namun demikian, teori ini

memberikan dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu

keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi. Artinya, sistem

(36)

commit to user

22

mengalir tanpa restriksi (pembatasan). Oleh karena itu, modal akan

mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju daerah yang berupah

rendah.

b. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)

Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu utama

pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan

permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan

industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal termasuk tenaga kerja dan

bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan

penciptaan peluang kerja (job creation). Strategi pembangunan daerah

yang muncul yang didasarkan pada teori ini adalah penekanan terhadap arti

penting bantuan (aid) internasional. Implementasi kebijakannya mencakup

pengurangan hambatan atau batasan terhadap perusahaan-perusahaan yang

berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah tersebut.

c. Teori Lokasi

Para ekonomi regional sering mengatakan bahwa ada 3 faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan daerah yaitu lokasi, lokasi, dan lokasi.

Pernyataan tersebut sangat masuk akal jika dikaitkan dengan

pengembangan kawasan industri. Perusahaan cenderung untuk

meminimumkan biayanya dengan cara memilih lokasi yang

memaksimumkan peluangnya untuk mendekati pasar. Model

pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik adalah

(37)

commit to user

23 variabel lainnya yang mempengaruhi kualitas atau suitabilitas suatu lokasi

misalnya upah tenaga kerja, biaya energi, ketersediaan pemasok,

komunikasi, fasilitas-fasilitas pendidikan dan latihan (diklat), kualitas

pemerintah daerah dan tanggungjawabnya, dan sanitasi. Perusahaan-

perusahaan yang berbeda membutuhkan kombinasikombinasi yang berbeda

pula atas faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu, seringkali masyarakat

berusaha untuk memanipulasi biaya dari faktor-faktor tersebut untuk

menarik perusahaan-perusahaan industri.

d. Teori Tempat Sentral

Teori tempat sentral (central place theory) menganggap bahwa ada

hierarki tempat (hierarchy of place). Setiap tempat sentral didukung oleh

sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumber daya industri

dan bahan baku. Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman

yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya.

Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi

daerah, baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Misalnya, perlunya

melakukan pembedaan fungsi antara daerah-daerah yang bertetangga

(berbatasan). Beberapa daerah bisa menjadi wilayah penyedia jasa

sedangkan lainnya hanya sebagai daerah pemukiman. Seorang ahli

pembangunan ekonomi daerah dapat membantu masyarakat untuk

(38)

commit to user

24 e. Teori Kausasi Kumulatif

Kondisi daerah-daerah kota yang semakin buruk menunjukkan

konsep dasar dari tesis kausasi kumulatif (cumulative causation) ini.

Kekuatan kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antara

daerah-daerah tersebut (maju versus terbelakang). Daerah yang maju

mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibandingkan daerah-daerah

lainnya. Hal ini yang disebut Myrdal (1957) sebagai back wash effect.

f. Model Daya Tarik (Attraction)

Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang

paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang

mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi

pasarnya terhadap industrialis melalui pemberian subsidi dan insentif.

6. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai

perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumberdaya-sumberdaya public

yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor

swasta dalam menciptakan nilai sumberdaya-sumberdaya swasta secara

bertanggung jawab (Lincolin, 1999).

Tahap pertama perencanaan bagi setiap organisasi yang tertarik dalam

pembangunan ekonomi daerah adalah menentukan peran yang akan dilakukan

(39)

commit to user

25 daerah dalam proses pembangunan ekonomi daerah yaitu sebagai (Lincolin,

1999):

a. Entrepreneur

Perannya sebagai entrepreneur, pemerintah daerah bertanggung

jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis. Pemerintah daerah bisa

mengembangkan suatu usaha sendiri (BUMN). Aset-aset pemerintah

daerah harus dapat dikelola dengan lebih baik sehingga secara ekonomis

menguntungkan.

b. Koordinator

Pemerintah daerah dapat bertindak sebagai koordinator untuk

menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi

pembangunan di daerahnya. Perluasan dalam peranan ini dalam

pembangunan ekonomi bisa melibatkan kelompok-kelompok dalam

masyarakat dalam proses pengumpulan dan pengevaluasian informasi

ekonomi, misalnya tingkat kesempatan kerja, angkatan kerja,

pengangguran dan sebagainya. Dalam perannya sebagai koordinator,

pemerintah daerah bisa juga melibatkan lembaga-lembaga pemerintah

lainnya, dunia usaha, dan masyarakat dalam penyusunan sasaran ekonomi,

rencana-rencana, dan strategi-strategi. Pendekatan ini sangat potensial

dalam menjaga konsistensi pembangunan daerah dengan nasional (pusat)

dan menjamin bahwa perekonomian daerah akan mendapatkan manfaat

(40)

commit to user

26 c. Fasilitator

Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui

perbaikan lingkungan attitudinal (perilaku atau budaya masyarakat) di

daerahnya. Hal ini akan mempercepat proses pembangunan dan prosedur

perencanaan serta pengaturan penetapan daerah yang lebih baik.

d. Stimulator

Pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan

pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan

mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan

menjaga agar perusahaan-perusahaan yang telah ada tetap berada di daerah

tersebut. Stimulasi ini dapat dilakukan dengan cara antara lain : pembuatan

brosur-brosur, pembangunan kawasan industri, pembuatan outlet untuk

produk-produk industri kecil, membantu industri-industri kecil melakukan

pameran.

Ada 3 implikasi pokok dari perencanaan pembangunan ekonomi

daerah (Lincolin, 1999) :

1) Perencanan pembangunan ekonomi daerah yang realistik memerlukan

pemahaman tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan

nasional (horizontal dan vertikal) di mana daerah tersebut merupakan

bagian darinya, keterkaitan secara mendasar antara keduanya, dan

(41)

commit to user

27

2) Sesuatu yang tampaknya baik secara nasional belum tentu baik untuk

daerah, dan sebaliknya yang baik bagi daerah belum tentu baik secara

nasional.

3) Perangkat kelembangaan yang tersedia untuk pembangunan daerah,

misalnya, administrasi, proses pengambilan keputusan, otoritas

biasanya sangat berbeda pada tingkat daerah dengan yang tersedia

pada tingkat pusat. Selain itu, derajat pengendalian kebijakan sangat

berbeda pada dua tingkat tersebut. Oleh karena itu, perencanaan

daerah yang efektif harus bisa membedakan apa yang seyogyanya

dilakukan dan apa yang dapat dilakukan, dengan menggunakan

sumberdaya-sumberdaya pembangunan sebaik mungkin yang

benar-benar dapat dicapai, dan mengambil manfaat dari informasi yang

lengkap yang tersedia pada tingkat daerah karena edekatan para

perencananya dengan obyek perencanaan.

B. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

1. Penelitian oleh Widiyanta (2009) dengan Judul Analisis Perubahan

Struktur Ekonomi Di Kabupaten Sukoharjo Periode Sebelum Dan

Selama Propeda Tahun 1999 Sampai 2006. Penelitian ini bertujuan

untuk (1) Untuk mengetahui kondisi perekonomian di setiap kecamatan di

Kabupaten Sukoharjo, yang dihitung dari besaran pertumbuhan dan

sumbangan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), antara era

(42)

commit to user

28

status perkembangan wilayah di setiap kecamatan kabupaten Sukoharjo,

yang dihitung dari besaran pertumbuhan PDRB dan PDRB Perkapita,

antara sebelum dan selama pelaksanaa Propeda. (3) Untuk mengetahui

kondisi basis ekonomi sektoral di setiap kecamatan di kabupaten

Sukoharjo, antara era sebelum dan selama pelaksanaan Propeda. Data

yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh

dari beberapa sumber, dengan cara mengambil data-data statistik yang

diperlukan. Penelitian ini dilakukan di kabupaten Sukoharjo yang terdiri

dari 12 kecamatan. Metode yang digunakan adalah Model Matriks

Potensi Daerah, Model Metodologi Klassen, dan LQ (Location Qoetion).

Hasil yang didapat hampir semua daerah wilayah kabupaten Sukoharjo

termasuk kategori daerah terbelakang baik sebelum propeda maupun

selama propeda. Dengan menggunakan Tipologo Klassen, didapat

pergeseran status perekonomian yang berbeda-beda di masing-masing

kecamatan di kabupaten Sukoharjo. Misalnya di Kecamatan Kartasura

memiliki status maju dan tumbuh yangn terjadi pada tahun 2000, 2003,

2005, 2006, sedangkan pada 2001, 2002, 2004 maju namun tertekan.

Dengan perhitungan LQ didapat bahwa pad athu 2000 sampai 2006

rata-rata dibidang pertanian, industri, pengelohan, bangunan, perdagangan

hotel, dan restoran, angkutan dan komunikasi, jasa dan pemerintahan

termasuk sektor basis. Sedangkan yang termasuk di sektor non basis

adalah pertambangan, listrik, air dan keuangan. Berdasarkan hasil-hasil

tersebut maka diajukan saran-saran agar memerintah meningkatkan

(43)

commit to user

29

2. Penelitian oleh Shanti Indriyani (2010) dengan Judul Analisis Struktur

Ekonomi, Sektor Basis Dan Sektor Potensial Ekonomi Kabupaten

Sukoharjo Selama Otonomi Daerah ( 2001-2008 ). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi pola kontribusi

sektoral dan laju pertumbuhan PDRB secara sektoral, sektor

manakahyang menjadi sektor basis perekonomian, bagaimana kondisi

struktur ekonomi, dan manakah yang menjadi sektor potensial di

Kabupaten Sukoharjo selama otonomi daerah (2001-2008). Penelitian

ini menggunakan data sekunder yaitu Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

Tahun Dasar 2000 selama otonomi daerah tahun 2001-2008. Alat

analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis

kontribusi sektoral, analisis lajupertumbuhan, analisis Location

Quotient, analisis Shift Share, analisis Model Rasio Pertumbuhan dan

analisis Overlay. Hasil analisis pola kontribusi sektoral Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sukoharjo Selama

Otonomi Daerah menunjukkan perkembangan yang relatif stabil dari

tahun ke tahun. Hasil analisis pola laju pertumbuhan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sukoharjo Selama Otonomi

Daerah menunjukkan perkembangan yang relatif stabil dari tahun ke

tahun. Sektor basis Kabupaten Sukoharjo Selama Otonomi Daerah

adalah Sektor Industri dan Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan

(44)

commit to user

30 menunjukkan peningkatan yang relatif stabil dari tahun ke tahun.

Struktur ekonomi Kabupaten Sukoharjo Selama Otonomi Daerah

menunjukkan peningkatan dilihat dari kinerja pertumbuhan PDRB.

Sektor potensial menurut analisis Model Rasio Pertumbuhan di

Kabupaten Sukoharjo Selama Otonomi Daerah adalah sektor industri

dan sektor angkutan dan komunikasi. Sedangkan menurut analisis

Overlay adalah sektor industri.

Dari hasil analisis tersebut maka dapat diajukan beberapa saran yaitu

pemerintah daerah diharapkan mampu mempromosikan daerahnya

dengan melakukan beberapa perbaikan dari segi sarana dan prasarana,

birokrasi serta iklim usaha yang kondusif, mengembangkan dan

meningkatkan sektor yang telah menjadi sektor basis melalui

penerapan kebijakan yang tepat sasaran. Mengembangkan dan

memajukan sektor potensial dan kebijakan yang diambil harus

diarahkan untuk lebih terkonsentrasi pada sektor ekonomi yang

tumbuh lebih cepat serta tidak mengabaikan sektor ekonomi yang

tumbuh lambat serta meningkatkan produktivitas dibidang pertanian.

3. Penelitian Hastarini Dwi Atmanti (2010) dengan Judul Analisis

Pertumbuhan Ekonomi Dan Studi Unggulan Di Kabupaten/Kota

Se-Jawa Tengah. Mayoritas Kabupaten/Kota di Bakorlin I dan Bakorlin II

rnempunyai sektor unggulan pada sektor pertanian Dorninasi sektor

pertanian sebagai sektor unggulan tidak terjadi pada Bakorlin III.

(45)

commit to user

31 uuggulan kecuali Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes yang

ditopang kurang dari sama dengan dua sektor unggulan. Kondisi yang

unik terjadi pada sektor industri pengolahan, di mana tidak ada

satupun wilayah kabupaten/kota di Bakorlin III yang memiliki sektor

unggulan di sektor ini kecuali Kabupaten Cilacap. Dengan rnelihat

hasil perhitungan dapat diketahui bahwa semua kabupaten/kota di

Bakorlin I mempunyai kontribusi positif terhadap Produk Dornestik

Regional Bruto. sebagian besar wilayah di Bakorlin I memiliki nilai

proportional share yang positif kecuali Kabupaten Kudus. Kabupaten

Sukoharjo. Kota Salatiga dan Kota Sukoharjo, dan seluruh wilayah di

Bakorlin I tidak memiliki keuntungan lokasional yang disebabkan oleh

tidak memiliki sumber daya yang melimpah/efisien. Kontribusi yang

positif terhadap PDRB juga dimiliki oleh kabupaten/kota di Bakorlin

II. Spesialisasi pada sektor yang secara nasional tumbuh cepat

ditunjukkan oleh sebagian besar kabupaten/kota di Bakorlin II dan

tidak ada satupun wilayah di Bakorlin.II yang tidak mempunyai

keuntungan lokasional. Untuk wilayah Bakorlin III, hasil dari analisis

shift share secara umum tidak jauh berbeda dengan dua wiiayah

Bakorlin sebelumnya. Kesamaan kondisi umum tergambarkan pada

nilai NS yang positif, sebagian besar berspesialisasi pada sektor-sektor

yang secara nasional tumbuh dengan cepat dan seluruh daerah tidak

merniliki keuntungan lokasional seperti di Bakorlin I dan Bakortin II

(46)

commit to user

32 Berdasarkan Model Rasio Pertumbuhan (MRP), pada Bakorlin I sektor

vang masuk kedalam kriteria potensial adalah sektor keuangan,

perdagangan. hotel,industri pengolahan dan pengangkutan. Pada

Bakorlin II dan III. sektor yang potensial yaitu industri pengolahan,

keuangan dan perdagangan. Dalam tataran praktis, menginterpretasi

hasil analisis ini harus hati-hati karena harus memahami karaktenstik

masing-masirtg sektor.

Dari hasil analisis overlay, Sektor perdagangan, industri pengolahan,

dan keuangan merupakan sektor yang potensial dalam pertumbuhan

dan kontribusi pada Bakorlin I. Pada Bakorlin II hanya ada satu yaitu

sektor perdagangan, dan Bakorlin III mempunyai sektor industri

pengolahan dan keuangan.

Secara umum ketimpangan di Jawa Tengah dalam kondisi

ketimpangan vang moderat. Hal ini terlihat dari nilai Indeks

Williamson yang rata-rata sebesar 0.5. Sektor unggulan tidak

berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan perturnbuhan ekonorni

yang diukur dengan Indeks Williamson. Dengan menggunakan kriteria

kesenjangan relatif menurut Bank Dunia. ketimpangan di Jawa Tengah

selama periode 2002 sampai 2006 tergolong rendah. Ini dapat dilihat

dari 40% kabupaten/kota yang berpendapatan terendah menerima lebih

(47)

commit to user

33 Berdasarkan hasil perhitungan regresi dapat diketahui bahwa di

Bakorlin I variabel kontribusi sektor unggulan terhadap PDRB

berpengaruh signifikan terhadap ketirnpangan pertumbuhan ekonomi

(Indikator Kesenjangan Relatif) pada α = 10%, Pengaruh variabel

kontribusi sektor unggulan terhadap ketimpangan pertumbuhan

ekonomi yang signifikan tidak terjadi di Bakorlin II. Kemampuan

variabel kontribusi sektor unggulan sebagai variable independen

menjelaskan variabel dependen adalah sebesar 22,2% dan nilai r

(koefisien kolelasi) sebesar -0,471. Di Bakorlin III. pengaruh variabel

kontribusi sektor unggulan terhadap ketimpangan pertumbuhan

ekonomi adalah signifikan. Kemampuan variabel independen

menjelaskan variabel dependen hanya sebesar 13,7%, keeratan

hubungan tergolong rendah serta memiliki arah hubungan yang positif

(r = 0.37 ).

4. Penelitian Bayu Wijaya Dan Hastarini Dwi Atmanti (2006) dengan

Judul Analisis Pengembangan Wilayah Dan Sektor Potensial Guna

Mendorong Pembangunan Di Kota Salatiga. Penelitian ini

menggunakan analisis LQ digunakan untuk mengetahui dan

menentukan sektor ekonomi yang merupakan sektor basis dan yang

non basis. Dengan menggunakan besarnya PDRB Provinsi Jawa

Tengah selama periode 1994-2002 sektor ekonomi yang tergolong

sektor basis atau berpotensi ekspor dengan rata-rata indeks LQ-nya >1

(48)

commit to user

34 3,40 sektor Bangunan nilai LQ sebesar 1,32 pengangkutan dan

komunikasi dengan rata-rata indeks LQ-nya 2,62 kemudian sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan rata-rata indeks

LQ-nya 2,18 sektor basis yang terakhir yaitu sektor jasa-jasa dengan

rata-rata indeks LQ-nya 2,92. Dengan detnikian sektor-sektor tersebut

mempunyai potensi untuk dikembangkan guna meningkatkan laju

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Kota Salatiga. Sedangkan

yang tennasuk sektor non basis dengan rata-rata indeks LQ<1 yaitu

sektor pertanian dengan rata-rata indeks LQ-nya sebesar 0,28 sektor

pertambangan dan penggalian dengan rata-rata indeks LQ-nya sebesar

0,52 sektor industri pengolahan dengan rata-rata indeks LQ-nya 0,71

kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan rata-rata

indeks LQ-nya 0,50. Walaupun merupakan sektor non basis dan hanya

mampu melayani kebutuhan dalam perekonomian daerah

bersangkutan (lokal), bukan berarti tidak dapat dikembangkan namun

sektor ini harus dipacu untuk dapat lebih berkembang sehingga dapat

menjadi sektor basis.

Metode ini Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui proses

pertumbuhan ekonomi suatu daerah dalam kaitannya dengan

perekonomian acuan, yaitu wilayah yang lebih luas. Dalam hal ini

adalah wilayah Kota Salatiga dikaitkan dengan Provinsi Jawa Tengah.

Variabel yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto

(49)

commit to user

35 pada tahun 1994/1995 komponen pertumbuhan PDRB toal Kota

Salatiga (Gj) adalah sebesar 14785,71 padahal pertumbuhan PDRB

total Jateng (Nj) sebesar 15113,32 ini berarti terjadi penyimpangan

dari National Share dalam pertumbuhan PDRB, dalam hal ini

diperoleh nilai penyimpangan negatif sebesar 327,61 dan ini

menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB Kota Salatiga lebih lambat

dari pada Pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah. Dan untuk tahun

1995/1996 dari kedua komponen tersebut masih terjadi penyimpangan

yang berarti pertumbuhan Kota Salatiga lebih lambat dari pada

pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

(Gj) sebesar 15574,55 dan nilai (Nj) sebesar 16105,76 dan diperoleh

nilai penyimpangan negative sebesar 531,21.

Pada Tahun 1996/1997 nilai (Gj) turun menjadi 8815,62 dan nilai (Nj)

juga mengalami penurunan menjadi 7151,90 untuk nilai (Gj-Nj)

penyimpangan naik menjadi sebesar 1663,72 menunjukkan

pertumbuhan PDRB Kota Salatiga masih lebih cepat dibanding

Provinsi Jawa Tengah, tahun 1997/1998 laju pertumbuhan PDRB Kota

Salatiga lebih cepat dari pada laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa

Tengah. Hal ini ditandai dengan nilai (Gj) sebesar -3710,72 dan nilai

(Nj) sebesar -28769,26 sehingga penyimpangannya mempunyai nilai

positif. Pada tahun 1998/1999 nilai (Gj) sebesar 4312,9 dan nilai (Nj)

sebesar 8425,80 dan nilai penyimpangannya negatif 4112,89. Hal ini

(50)

commit to user

36 lambat dari pada laju pertumbuhan PDRB di Provinsi Jawa Tengah.

Untuk tahun 1999/2000 laju pertumbuhan PDRB Kota Salatiga jugs

masih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan Provinsi Jawa

Tengah, hal ini ditunjukkan dengan nilai (Gj) sebesar 8761,04 dan

nilai (Nj) sebesar 9645,57 sehingga masih terjadi penyimpangan

dengan nilai negatif 884,53.

Pada tahun 2000/2001 laju pertumbuhan PDRB Kota Salatiga lebih

cepat dibangdingkan dengan laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa

Tengah, hal ini karena nilai penyimpangannya adalah positif, dan nilai

(Gj) adalah sebesar 9282,57 dan nilai (Nj) sebesar 8471,20. pada tahun

2001/2002 nilai (Gj) adalah 10055,30 dan nilai (Nj) sebesar 9166,09

dengan nilai penyimpangan positifyaitu 7123,03 sehingga laju

pertumbuhan PDRB Kota Salatiga lebih cepat jika dibanding dengan

laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Tengah. dapat diketahui

bahwa Kota Salatiga berspesialisasi pada sektor ekonomi yang tumbuh

lebih cepat dan mempunyai daya saing yang meningkat dibandingkan

dengan sektor yang sama di Provinsi Jawa Tengah dimana ditunjukkan

pada nilai komponen (Dj>0). Berdasarkan perhitungan rata-rata maka

yang termasuk sektor yang mendapat prioritas untuk dikembangkan

adalah adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor

bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Hal ini berarti

(51)

commit to user

37 menunjukkan sektor yang tumbuh dengan cepat dan daya saingnya

kuat. Kota Salatiga diharapkan mampu untuk mengembangkan sektor

di atas dam melalui kebijakan-kebijakannya diharapkan mampu

meningkatkan perolehan PDRB dan Kota Salatiga dapat berkembang

maju. Sedangkan untuk sektor yang mempunyai rata-rata (Dj) negatif

(Dj<0) adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas,

dan air bersih dan sektor perdagangan, hotel.dan restoran. Hal ini

menunjukkan sektor-sektor tersebut daya saingnya rendah sehingga

pertumbuhannya lambat.

C. Kerangka Analisis

Pembangunan daerah merupakan hal yang sangat penting untuk

meningkatkan dan mengembangkan perekonomian suatu daerah. Sebagian

integral dan merupakan penjabaran pembangunan nasional, pembangunan

daerah dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai sasaran pembangunan

serta meningkatkan hasil pembangunan daerah untuk masyarakat secara adil

dan merata. Seiring dengan meningkatnya pembangunan daerah maka peran

masing-masing sektor juga akan mengalami perubahan, yang pada akhirnya

mengubah struktur perekonomian daerah.

Salah satu indikator dalam menilai terjadinya perubahan struktur

ekonomi di suatu daerah dapat dilihat melalui Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB). Dengan melihat data PDRB Kabupaten Sukoharjo dan PDRB

(52)

commit to user

38 potensial di Kabupaten Sukoharjo. Untuk mengetahui perubahan struktur

ekonomi, maka digunakan alat analisis Shift Share (SS) serta digunakan

analisis Location Quotient (LQ), dan untuk mengetahui identifikasi sektor

unggulan digunakan Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Matrik potensial dan

Model Tipologi Klassen guna melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang

potensial terutama struktur ekonomi di wilayah studi.

Gambar 2.1. Kerangka Analisis

Kondisi Perekonomian Kab. Sukoharjo

Struktur Ekonomi

Identkifikasi Sektor Unggulan

· Shift share

· LQ

· MRP

· Matrik Potensi

(53)

commit to user

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk studi analisis

deskriptif mengenai hasil analisis pertumbuhan (laju pertumbuhan) serta

analisis kuantitatif untuk mengetahui struktur ekonomi dan sektor potensial

dalam perekonomian daerah. Sedangkan lokasi yang diambil untuk penelitian

ini adalah Kabupaten Sukoharjo.

B. Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang merupakan data runtut waktu (time series) dari PDRB Kabupaten

Sukoharjo dan Propinsi Jawa Tengah selama priode waktu 2006-2010. Data

sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung tetapi

melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data

diperoleh dari sumber, seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten

Sukoharjo dan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah serta studi pustaka

yang relefan dengan penelitian ini, dengan mengambil data-data statistik serta

(54)

commit to user

40

C. Definisi Operasional Konsep Penelitian

1. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

PDRB merupakan jumlah nilai tambah (value added) yang timbul

dari semua unit produksi di dalam suatu wilayah dalam jangka waktu

tertentu dan dinyatakan absolut dalam rupiah per tahun (BPS Provinsi

Jawa Tengah). Untuk menghindari adanya fluktuasi kenaikan

harga/inflasi, PDRB yang dipakai adalah PDRB atas dasar harga konstan

tahun 2000, sehingga perkembangan agregat terjadi dari tahun ke tahun

merupakan perkembangan produksi riil.

2. Laju pertumbuhan sektor

Laju kenaikan sumbangan sektor ekonomi terhadap PDRB yang

diukur dalam satuan persen.

3. Sektor basis

Sektor basis merupakan sektor ekonomi yang memiliki spesialisasi

atau lebih dominan di wilayah studi dibandingkan dengan wilayah

referensi.

4. Sektor potensial

Sektor potensial merupakan sektor ekonomi yang tingkat

pertumbuhannya dominan tetapi dari sisi kontribusi terhadap PDRB relatif

(55)

commit to user

41

D. TEKNIK ANALISIS

A. Teknik Analisis Struktur Ekonomi menggunakan :

1. Analisis Shift Share

Adalah salah satu teknik kuantitatif yang biasa digunakan

untuk menganalisis Struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur

ekonomi wilayah adminitratif yang lebih tinggi sebagai pembanding

atau referensi. Analisis ini menggunakan 3 informasi dasar yang

berhubungan satu sama lain yaitu ( Tri, 2006:112)

a. Pertumbuhan ekonomi referensi propinsi atau nasional yang

menunjukan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional

terhadap perekonomian daerah.

b. Pergeseran proposional menunjukan perubahan relative kinerja

suatu sector di daerah tertentu terhadap sector yang sama di

referensi propinsi atau nasional. Pergeseran proposional ini disebut

juga pengaruh bauran industri. Pengukuran ini memungkinkan kita

untuk dapat mengetahui apakah perekonomian yang terkonsentrasi

pada industri tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang di

jadikan referensi.

c. Pergeseran diferensial, yang menunjukan tingkat kekompetitifan

suatu sector tertentu di suatu daerah dibanding tingkat propinsi.

Pergeseran diferensial ini disebut juga pengaruh keunggulan

Gambar

Tabel 4.12 Hasil  Analisis Tipologi Klassen Di Kabupaten Sukoharjo
Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Analisis LQ Tahun 2006-2010  .............  79
Tabel 1.1
Tabel 1.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

mendapatkan banyak saran dan komentar dari siswa. Selanjutnya telah dilakukan revisi terhadap modul sehingga modul layak untuk disebar-luaskan dalam skala umum. Pembelajaran

-Increase of disaster related diseases -(Shift of) high temperatures &amp;

hanya Mbak Meita yang paham), Mbak Fara (mbak cantik yang selalu heboh, hahaha), Mbak Dian (mbak cantik yang paling diem diantara yang lain), Mbak Opha, Mbak

mewujudkan visi menjadi tindakan, mampu menggerakkan klinisi dari luar rumah sakitnya terkait sistem rujukan, mampu membangun infrastruktur pelayanan klinik agar bermutu dan

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. The vision of Diamonlight Artwear is being a useful and well-known company among the society as a

Dalam penelitian ini digunakan beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan penanaman modal asing di Indonesia antara lain pertumbuhan ekonomi, suku bunga, nilai tukar, dan

Adanya Senyawa alkaloid dalam pengamatan ini ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna putih pada larutan uji, senyawa ini juga memiliki efek farmakologis seperti: Sebagai

Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Retribusi Jasa Usaha yang meliputi Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Grosir dan/atau