commit to user
iiANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI
SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN 2006-2010
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh :
ARIS PRASOJO
F0108139
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
vMOTTO
JANGANLAH MENYIA-NYIAKAN WAKTU DAN KESEMPATAN, KARENA
WAKTU DAN KESEMPATAN TAK AKAN TERULANG KEMBALI. MAKA
JALANILAH HIDUP ANDA DENGAN OPTIMIS.
KEBAHAGIAAN DATANGNYA DARI KITA SENDIRI,
BUKAN DARI SIAPA-SIAPA.
( ARIS PRASOJO )
commit to user
viAssalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010”
Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Selama menyusun skripsi ini penulis tidak lepas dari beberapa pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Wisnu Untoro M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Supriyono selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dr. J.J Sarungu, MS selaku dosen pembimbing akademik serta dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar telah membimbing penulis. Terimakasih atas saran, kritik, dan perhatiannya selama penulis menyelesaikan skripsi.
4. Bapak dan Ibu dosen pengampu yang telah memberikan ilmunya selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan bantuan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
viidan doa yang tiada terputus kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 8. Teman-teman jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2008 yang telah menjadi
rekan yang menyenangkan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
9. Pihak-pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akhirnya, segala kekurangan, kesalahan dan ketidaksempurnaan skripsi ini adalah tanggung jawab penulis. Namun apabila kebenaran dalam skripsi semata hanya keridhoan Allah SWT sang Maha Sempurna. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 2012
Aris Prasojo F0108139
commit to user
viiiABSTRAK ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Tinjauan Teoritik ... 9
1. Pengertian Pembangunan Ekonomi ... 9
2. Teori Tranformasi dan Perubahan Struktur Ekonomi ... 11
3. Teori Basis Ekonomi ... 15
4. Konsep Pertumbuhan Ekonomi ... 17
5. Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah ... 21
commit to user
ixC. Kerangka Analisis ... 37
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
A. Tipe Penelitian ... 39
B. Jenis dan Sumber Data ... 39
C. Definisi Operasional Konsep Penelitian ... 40
D. Teknik Analisis ... 41
1. Analisis Shift Share ... 41
2. Analisis Location Quotient (LQ) ... 43
3. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ... 45
4. Analisis Matrik Potensi ... 48
5. Analisis Tipologi Klassen ... 50
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... A. Ganbaran Umum ... 53
1. Kondisi Geografis dan Luas Wilayah ... 53
2. Kependudukan ... 56
3. Deskripsi Pertanian ... 57
1) Pertanian ... 57
2) Kehutanan dan Perkebunan ... 59
3) Peternakan ... 60
4. Deskripsi Ekonomi ... 61
1) Mata Pencaharian ... 61
commit to user
x6. Deskripsi Sosial ... 64
1) Pendidikan ... 64
2) Kesehatan ... 65
B. Hasil Analisis dan Pembahasan ... 66
1. Analisis Shift Share ... 66
2. Analisis Location Quotient (LQ) ... 75
3. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ... 81
4. Analisis Matrik Potensi ... 84
5. Analisis Tipologi Klassen ... 90
BAB IV PENUTUP ... 97
A. Kesimpulan ... 97
B. Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
xiTabel 1.1 PDRB Atas Harga Berlaku dan PDRB Atas Harga Konstan
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010 ... 4
Tabel 1.2 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Sukoharjo Tahun 2006-2010 ... 5
Tabel 3.1 Model Matrik Potensial ... 48
Tabel 3.2 Model Tipologi Klassen ... 51
Tabel 4.1 Luas Wilayah Dan Persentase Menurut Kecamatan Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 ... 55
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010 ... 56
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006 - 2010 ... 57
Tabel 4.4 Produksi Hasil Perkebunan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006 -2010 ... 60
Tabel 4.5 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009-2010 ... 61
Tabel 4.6 Jumlah Unit Usaha Industri Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010 ... 63
Tabel 4.7 Hasil Analisis Shift Share Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010 (dalam jutaan Rupiah) ... 67
commit to user
xiiAtas Harga konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2010 Kabupaten Sukoharjo ... 82 Tabel 4.10 Pertumbuhan dan Proporsi Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2006-2010 ... 86 Tabel 4.11 Hasil Matriks Potensi PDRB Atas Harga konstan Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2006-2010 Kabupaten Sukoharjo ... 87 Tabel 4.12 Hasil Analisis Tipologi Klassen Di Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2006-2010 ... 92
commit to user
xiiiGambar 2.1 Kerangka Analisis ... 38 Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Analisis LQ Tahun 2006-2010 ... 79
commit to user
xivLAMPIRAN 1
1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Dan Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010.
2. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Dan Atas Dasar Harga Konstan Jawa Tengah Tahun 2006-2010.
LAMPIRAN 2
1. Laju Pertumbuhan Kabupaten Sukoharjo Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006-2010.
2. Laju Pertumbuhan Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006-2010
LAMPIRAN 3
PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010.
LAMPIRAN 4
commit to user
ii
ABSTRAK
ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN 2006-2010
Oleh : Aris Prasojo
F0108139
Tujuan penelitian ini adalah: Pertama, untuk mengetahui perubahan struktur
ekonomi di Kabupaten Sukoharjo. Kedua, untuk mengetahui kondisi basis ekonomi
sektoral di Kabupaten Sukoharjo. Ketiga, untuk mengetahui kondisi kegiatan
ekonomi yang potensial di Kabupaten Sukoharjo.
Penelitian ini menggunakan data data sekunder yaitu Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sukoharjo dan Propinsi Jawa Tengah selama tahun
2006-2010. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Shift Share
(SS), analisis Location Quotient (LQ), analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP),
analisis Matrik Potensi dan analisis Model Tipologi Klassen.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan; Pertama, berdasarkan analisis Shift
Share, Kabupaten Sukoharjo mengalami kenaikan kinerja perekonomian daerah. Dari semua sektor ekonomi, sektor perdagangan adalah sektor yang menyumbangkan nilai terbesar bagi kenaikan kinerja perekonomian daerah. Hal ini bertanda terjadi
perubahan struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor tersier. Kedua, berdasarkan
analisis Location Quotient, yang termasuk sektor basis di Kabupaten Sukoharjo
adalah sektor pertanian, sektor listrik dan air bersih dan sektor perdagangan. Ketiga,
berdasarkan analisis Model Rasio Pertumbuhan, sektor ekonomi yang dominan pertumbuhannya baik itu di Provinsi maupun di Kabupaten, yaitu sektor listrik, gas
dan air bersih. Keempat, berdasarkan analisis Matrik potensi, sektor ekonomi di
Kabupaten Sukoharjo dikelompokkan dalam ketegori sektor prima adalah sektor
pertanian dan sektor perdagangan. Kelima, berdasarkan analisis Tipologi Klassen
sektor ekonomi di Kabupaten Sukoharjo sebagian besar dikelompokkan dalam ketegori sektor ekonomi berkembang cepat.
Dari hasil analisis tersebut maka dapat diajukan beberapa saran yaitu pemerintah daerah diharapkan meningkatkan sektor yang telah menjadi sektor basis melalui penerapan kebijakan yang tepat sasaran dan diharapkan mampu membuat suatu strategi pengembangan yang tepat sasaran dalam pengembangan kegiatan sektor ekonomi yang potensial dan perencanaan pembangunan daerah hendaknya mengutamakan pembangunan sektor-sektor ekonomi yang prima dan potensial.
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi suatu daerah adalah suatu proses dimana
pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor
swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah
tersebut (Lincolin, 1999). Pembangunan dilaksanakan bersama oleh
masyarakat dan pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan
sedangkan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing dan
menciptakan sarana dan prasarana yang menunjang.
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bukanlah perencanaan
dari suatu daerah, tetapi perencanaan untuk suatu daerah. Perencanaan
pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk
memperbaiki penggunaan berbagai sumber daya publik yang tersedia di
daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam
menciptakan sumber-sumber daya swasta secara bertanggung jawab. Melalui
perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah dilihat secara
keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi yang didalamnya terdapat berbagai
commit to user
2 Otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 januari 2001
sebagaimana telah tertuang dalam UU nomor 22 tahun 1999 ( yang telah
diperbaharuhi dengan UU nomor 32 tahun 2004) tentang pemerintah daerah
dan UU nomor 25 tahun 1999 (diperbaharuhi dengan UU nomor 33 tahun
2004) tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Selain mengerahkan segala potensi yang ada untuk lebih
mendorong pembangunan dalam rangka pengembangan wilayah dan
masyarakatnya, pembangunan ekonomi regional yang sudah mulai ditekankan
pada kerjasama antar sektor dan antar daerah.
Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat 5 “Otonomi daerah
adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, daerah
diberikan sejumlah kewenangan dalam mengupayakan dan mengelola
sumber-sumber keuangan untuk pembiayaan pemerintahan dan pembangunan
daerah. Pada era otonomi daerah sekarang ini, pemerintah daerah harus
mampu mencari dan menggali potensi ekonomi yang ada untuk
dikembangkan secara optimal untuk merancang dan membangun
perekonomian daerah. Sektor-sektor yang ada di daerah dapat dijadikan dan
diwujudkan sebagai sektor unggulan baik ditingkat lokal, regional, bahkan
internasional. Sektor-sektor unggulan yang ada tersebut diharapkan dapat
commit to user
3 dan dapat mengurangi tingkat ketergantungan terhadap subsidi dan bantuan
dari pemerintah pusat.
Dalam proses pembangunannya tidak terlepas dari dampak dari
pembangunan nasional namun sangat disesuaikan dengan potensi dan
permasalahan yang ada di daerahnya. Untuk itu pemerintah daerah diharapkan
mampu mencari dan menggali potensi daerah tersebut yang ada untuk
dikembangkan dan dioptimalkan. Hal ini berguna untuk menghindari
kesalahan dalam penentuan program pembangunan yang berhasil untuk suatu
daerah belum tentu berhasil jika diterapkan di daerah lain. Hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan kondisi, permasalahan, kebutuhan dan potensi yang
dimiliki oleh masing-masing daerah. Selain itu, diketahuinya keadaan
sektor-sektor ekonomi yang potensial suatu daerah dapat sekaligus diwujudkan
sebagai sektor-sektor yang dapat diandalkan di tingkat lokal, regional maupun
internasional, sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih tinggi
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan mengurangi ketergantungan
terhadap subsidi dari Pemerintah Pusat.
Salah satu indikator yang digunakan untuk dapat mengetahui kondisi
ekonomi suatu daerah dalam periode tertentu dapat ditunjukkan dalam PDRB
( Produk Domestik Regional Bruto), yang dapat didefinisikan sebagai jumlah
nilai tambah bruto (gross value aded) yang timbul dari seluruh sektor
perekonomian di wilayah tersebut. Suatu daerah bisa dikatakan mengalami
tingkat keberhasilan dalam pembagunan apabila nilai PDRB yang berhasil
commit to user
4 Berdasarkan data PDRB berikut ini dapat diketahui bagaimana perkembangan
struktur perekonomian di Kabupaten Sukoharjo.
Tabel 1.1
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PRDB Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010
Tahun PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga konstan
Jumlah (Juta Rp) Pertumbuhan (%) Jumlah (Juta Rp) Pertumbuhan (%)
2006 6 277 623,81 13.20 4 120 437,33 4.53
2007 7 054 172,76 12.37 4 330 992,96 5.11
2008 8 041 276,35 13.99 4 540 751,53 4.84
2009 8 920 761,89 10.93 4 756 902,50 4.76
2010 9 911 509,17 11.10 4 978 263,31 4.65
Sumber : BPS Kab. Sukoharjo. ( data diolah)
Berdasarkan Tabel 1.1. di atas, pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Sukoharjo mengalami penurunan setiap tahunnya dilihat dari harga konstan,
terjadi pertumbuhan PDRB di tahun 2006 sebesar 4,53 persen, di tahun 2007
pertumbuhan PDRB meningkat sebesar 5,11 persen dan tahun 2008 menurun
sebesar 4,84 persen. Pertumbuhan PDRB pada tahun 2009 mencapai 4,76
persen dan pada tahun 2010 sebesar 4,65 persen. Berhubungan dengan hal
tersebut, maka perlu dikaji sektor-sektor apa saja yang memberikan kontribusi
yang besar dalam peningkatan pendapatan daerah. Hal ini berguna agar
penentuan program pembangunan dapat berhasil sesuai yang direncanakan.
Pelaksanaan pembangunan daerah harus selalu memperhatikan karakteristik
commit to user
5 daya yang dimiliki harus dapat dimanfaatkan dengan baik demi tercapainya
kesejahteraan masyarakat. Kondisi pertumbuhan ekonomi secara riil juga
tergambar dalam laju pertumbuhan ekonomi sektoral pada tabel berikut ini:
Tabel 1.2
Pertumbuhan Sektor Ekonomi Di Sukoharjo Tahun 2006-2010 ( % )
Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
pertumbuhan ekonomi sektoral diKabupaten Sukoharjo menunjukan adanya
suatu tingkat pertumbuhan yang menurun dari tahun ke tahun. Sektor dengan
rata-rata laju pertumbuhan tertinggi adalah sektor listrik, gas dan air (7,33%)
yang kemudian diikuti sektor bangunan (6,38%) dan Jasa-jasa (6,33%). Sektor
pertanian mengalami rata-rata pertumbuhan (4,77%) terendah ketiga setelah
sektor perdagangan, hotel dan restoran (4,73%). Sektor pertambangan dan
commit to user
6 Pembangunan yang sudah berjalan selama ini semakin beragam dan
kompleks. Namun perlu disadari bahwa dalam pelaksanaannya perlu diadakan
evaluasi setiap akhir periode tertentu. Sehingga kita dapat mengetahui dampak
keberhasilan pembangunan dan faktor penghambat pemgembangan potensi
dan prospek di masa depan. Peranan pembangunan daerah sangat menentukan
berhasilnya pembangunan daerah dengan pemilihan strategi perencanaan yang
tepat, maka tidak mustahil peran itu akan tercapai.
Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembangunan daerah adalah
masalah pembiayaan yang terbatas, akibatnya peran pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan pelayanan pada masyarakat menjadi lebih rendah, hal ini
berimbas pada kinerja pemerintah daerah kurang efektif. Apabila pemerintah
daerah hanya menggantungkan pembiayaan dari pemerintah pusat maka
pelayanan pada masyarakat daerah tidak akan mengalami peningkatan. Maka
dari itu, pemerintah daerah harus berupaya mencari dan mengusahakan
sumber-sumber pembiayaan dari daerahnya yang dapat diandalkan sehingga
daerah tidak tergantung pada pusat dan daerah menjadi mandiri.
Berdasarkan uraian dan data yang dipaparkan diatas, penelitian ini
bermaksud untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi yang terjadi dan
menganalisa kondisi dan potensi sektor-sektor ekonomi di daerah Kabupaten
Sukoharjo, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mencari dan menciptakan
sektor unggulan daerah yang mampu bersaing dengan daerah lain dan dapat
meningkatkan pembangunan serta mampu menunjang tingkat pertumbuhan
commit to user
7 tentu akan bermanfaat terhadap tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Adapun
penelitian ini mengambil periode tahun 2006-2010 karena peneliti ingin
mengetahui struktur ekonomi dan identifikasi sektor unggulan Sukoharjo
setelah otonomi daerah, dan pada periode setelah otonomi daerah sampai
tahun 2006 penelitian ini sudah pernah diteliti (penelitian oleh Widiyanta.
2009), dengan demikian peneliti ingin melanjutkan periode pada tahun
2006-2010. Maka dari itu, penelitian ini mengambil Judul Analisis Struktur
Ekonomi Dan Identifikasi Sektor Unggulan Di Kabupaten Sukoharjo Tahun
2006-2010.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas, maka
permasalahan penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana Struktur ekonomi di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010 ?
2. Bagaimana kondisi basis ekonomi sektoral di Kabupaten Sukoharjo Tahun
2006-2010 ?
3. Bagaimana kondisi kegiatan ekonomi yang potensial di Kabupaten
commit to user
8
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Struktur ekonomi di Kabupaten Sukoharjo Tahun
2006-2010.
2. Untuk mengetahui kondisi basis ekonomi sektoral di Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2006-2010.
3. Untuk mengetahui kondisi kegiatan ekonomi yang potensial di
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat diharapkan memberikan manfaat dan kontribusi
sebagai berikut :
1. Dapat memberikan informasi dan bahan referensi kepada pihak yang
berkepentingan dalam membahas dan memperdalam masalah yang ada
hubungannya dengan penelitian ini.
2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan untuk
penelitian – penelitian selanjutnya.
3. Diharapkan mampu memberikan masukan dan sumbangan pemikiran
kepada instansi terkait dalam penyusunan perencanaan dan kebijakan
commit to user
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritik
1. Pengertian Pembangunan Ekonomi
Pembangunan secara umum dipandang sebagai suatu proses
multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur
sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi nasional disamping tetap
mengejar akslerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan
pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Menurut Lincolin (1999)
Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses
yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara
dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.
Sementara proses pembangunan menurut Todaro (2000) bahwa
keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh 3 nilai pokok yaitu (1)
berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya (basic needs), (2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem)
masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat
untuk memilih (freedom from servitude) yang merupakan salah satu dari hak
asasi manusia.
Menurut pengertian akademis, istilah pembangunan (development)
secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian
commit to user
10 yang cukup lama untuk menciptakan dan mempertahankan kenaikan
pendapatan nasional bruto / GNI (Gross National Income) tahun pada tingkat
katakanlah 5 hingga 7 persen atau bahkan lebih tinggi jika hal itu
memungkinkan. Secara umum, sebelum tahun 1970an pembangunan
sematamata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. Tinggi rendahnya
kemajuan pembangunan di suatu negara hanya diukur berdasarkan tingkat
pertumbuhan GNI, baik secara keseluruhan maupun perkapita, yang diyakini
akan menetas dengan sendirinya sehingga menciptakan lapangan pekerjaan
dan berbagai peluang ekonomi lain, yang pada akhirnya akan menumbuhkan
berbagai kondisi yang diperlukan demi terciptanya distribusi hasil-hasil
pertumbuhan ekonomi dan sosial secara lebih merata. Itulah yang dikenal
sebagai prinsip ”efek penetasan ke bawah” (trickle down effect). Dengan
demikian, tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang paling
diutamakan sedangkan masalah-masalah lain seperti kemiskinan,
diskriminasi, pengangguran dan ketimpangan distribusi pendapatan, sering
kali dinomorduakan ( Todaro, 2008 ).
Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional
yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, siakp-sikap
masyarakat dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar
pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta
pengentasan kemiskinan. Jadi, pada intinya pembangunan harus
mencerminkan perubahan total masyarakat atau penyesuaian sistem sosial
commit to user
11 keinginan individu maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya,
untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik, baik
secara materiil maupun spiritual.
2. Teori Transformasi Dan Perubahan Struktur Ekonomi.
Pembangunan Ekonomi dalam periode jangka panjang, pada dasarnya
memiliki dimensi pokok antara lain:
a. Pertumbuhan
Pertumbuhan pendapatan nasional akan membawa suatu
perubahan mendasar dalam struktur ekonomi,dari ekonomi tradisional
dengan pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang
didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri manufaktur.
b. Penanggulangan Kemiskinan
Dapat dilihat sebagai suatu hipotesis bahwa semakin tinggi laju
pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun membuat semakin tinggi
peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, semakin cepat perubahan
struktur ekonomi,dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain seperti
tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi mendukung proses tersebut.
· Perubahan atau Transformasi ekonomi
· Keberlanjutan pembangunan masyarakat agraris menjadi masyarakat
commit to user
12 Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan
kesinambungan pertumbuhan dan penanggulangan kemiskinan, sekaligus
pendukung bagi kelanjutan pembangunan. Pada kenyataannya, pertumbuhan
ekonomi tidak disertai dengan perubahan struktur tenaga kerja yang
berimbang artinya titik balik untuk aktivitas ekonomi tercapai lebih dahulu
dibanding titik balik penggunaan tenaga kerja. Sehingga terjadi
masalah-masalah yang seringkali diperdebatkan diantaranya apakah pangsa PDB
sebanding dengan penurunan pangsa serapan tenaga kerja sektoral dan
industri mana yang berkembang lebih cepat, agroindustri atau industri
manufaktur. Apabila transformasi kurang seimbang dikuatirkan akan terjadi
proses pemiskinan dan eksploitasi sumber daya manusia pada sektor primer.
Proses perubahan struktur perekonomian ditandai dengan:
a) Merosotnya pangsa sektor primer (pertanian)
b) Meningkatnya pangsa sektor sekunder (industri)
c) Pangsa sektor jasa kurang lebih konstan, tetapi kontribusinya akan
meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Dalam menganalisis struktur ekonomi terdapat dua teori utama, yaitu
teori Arthur Lewis (Teori migrasi) dan Hollins Chenery (Teori transformasi
struktural). Dalam Teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian
suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu perekonomian
tradisional di pedesaan yang didominasi sektor pertanian dan perekonomian
modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama. Di pedesaan,
commit to user
13
suplai tenaga kerja. Akibat over supply tenaga kerja ini, tingkat upah menjadi
sangat rendah. Sebaliknya, di perkotaan, sektor industri mengalami
kekurangan tenaga kerja. Hal ini menarik banyak tenaga kerja pindah dari
sektor pertama ke sektor kedua sehingga terjadi suatu proses migrasi dan
urbanisasi.selain itu tingkat pendapatan di negara bersangkutan meningkat
sehingga masyarakat cenderung mengkonsumsi macam-macam produk
industri dan jasa. Hal ini menjadi motor utama pertumbuhan output di
sektor-sektor nonpertanian.
Teori Chenery memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan
proses perubahan ekonomi di suatu negara yang mengalami transformasi dari
pertanian tradisional ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan
ekonomi.
Faktor-faktor penyebab transisi ekonomi:
1) Kondisi dan Struktur awal ekonomi dalam negeri
Suatu negara yang pada awal pembangunan ekonomi sudah
memiliki industri-industri dasar yang relatif kuat akan mengalami proses
industrialisasi yang lebih pesat.
2) Besarnya pasar dalam negeri
Pasar dalam negeri yang besar merupakan salah satu faktor insentif
bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi, termasuk industri, karena menjamin
commit to user
14
3) Pola distribusi pendapatan
Merupakan faktor pendukung dari faktor pasar. Tingkat
pendapatan tidaklah berarti bagi pertumbuhan industri-industri bila
distribusinya sangat pincang.
4) Karakteristik Industrialisasi
Mencakup cara pelaksanaan atau strategi pembangunan industri
yang diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan
industri, dan insentif yang diberikan.
5) Keberadaan sumber daya alam
Ada kecenderungan bahwa negara yang kaya SDA mengalami
pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, terlambat melakukan
industrialisasi, tidak berhasil melakukan diversifikasi ekonomi (perubahan
struktur) daripada negara yang miskin SDA.
6) Kebijakan perdagangan luar negeri
Negara yang menerapkan kebijakan ekonomi tertutup (inward
looking policy), pola hasil industrialisasinya akan berkembang tidak
efisien dibandingkan negara-negara yang menerapkan outward looking
commit to user
15
3. Teori Basis Ekonomi
Teori basis ekonomi mengemukakan bahwa laju pertumbuhan
ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan daerah dalam
memenuhi permintaan akan barang dan jasa dari daerah lain. kemampuan
suatu daerah untuk mengekspor produknya akan memicu timbulnya efek
pengganda (multiplier effect). pertumbuhan industri-industri yang
menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku
untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan menciptakan
peluang kerja (job creation).
Menurut Robinson (2006:28) Teori basis ekonomi (economic base
theory) mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut.
Kegiatan ekonomi dikelompokan atas kegiatan basis dan kegiatan nonbasis.
Hanya kegiatan basis yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah.
Strategi pembangunan daerah yang muncul yang didasarkan pada teori
ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan kepada dunia usaha yang
mempunyai pasar secara nasional maupun internasional. Implementasi
kebijakannya mencakup pengurangan hambatan/batasan terhadap
perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah
commit to user
16 Teori basis ekonomi bahwa pertumbuhan ekonomi regional sangat
tergantung pada permintaan (demand) yang bersifat ekstern dari luar
daerahnya. menurut hoover (1984:316-317), pertumbuhan beberapa sektor
basis akan menentukan pembangunan daerah secara keseluruhan, sementara
sektor non basis hanya merupakan konsekuensi-konsekuensi dari
pembangunan daerah. barang-barang dan jasa-jasa dari sektor basis yang
diekspor akan menghasilkan pendapatan bagi daerah serta meningkatkan
konsumsi dan investasi. peningkatan pendapatan tidak hanya menyebabkan
kenaikan permintaan terhadap sektor basis, tetapi juga akan meningkatkan
permintaan terhadap sektor non basis, yang pada akhirnya akan mendorong
pula kenaikan investasi sektor non basis.
Selanjutnya Glasson (1990: 63) mendefinisikan kedua sektor tersebut
sebagai berikut :
a. kegiatan sektor basis (basic activities) adalah kegiatan sektor ekonomi
yang mengekspor barang dan jasa-jasa ke tempat lain di luar batas
perekonomian masyarakat yang bersangkutan, artinya bahwa sektor ini
dalam aktifitasnya mampu melayani baik pasar domestik maupun pasar di
luar daerah itu.
b. kegiatan sektor non basis (non basic activities) yaitu kegiatan sektor
ekonomi yang hanya mampu menyediakan barang dan jasa-jasa yang
dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas
commit to user
17 Menurut teori ini bahwa suatu daerah tidak akan berkembang apabila
tidak terjadi peningkatan dari sektor ekspor di daerah tersebut, namun pada
kenyataannya suatu daerah dapat berkembang walaupun terjadi penurunan
ekspor, jika pada sisi lain sektor non ekspor dapat tumbuh dan berkembang
sehingga mengimbangi penurunan sektor ekspor tersebut, dan hal ini
merupakan salah satu kelemahan teori ini. namun demikian, para ilmuwan dan
praktisi tetap memanfaatkannya dalam kegiatan-kegiatan penelitian empirik.
penggunaan teori ini dalam studi empirik dimaksudkan untuk
mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang termasuk sektor basis maupun
sektor non basis disuatu wilayah atau daerah.
4. Konsep Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefinisikan sebagai faktor-faktor
apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dan
penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses
pertumbuhan (Boediono 1999:2). Menurut Schumpeter dan Hicks dalam
Jhingan (2003:4), ada perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan
pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan perubahan
spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa
mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya,
sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara
perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk.
commit to user
18 pengembangan sumber-sumber yang tidak atau belum dipergunakan, kendati
penggunanya telah cukup dikenal.
Menurut Simon Kuznet dalam Jhingan (2003:57), yang dimaksud
pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan
suatu negara (daerah) untuk menyediakan semakin banyak barang-barang
ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan
kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang
diperlukannya.
Atas sudut pandang tersebut, penelitian ini menggunakan istilah
pertumbuhan ekonomi yang akan dilihat dari sudut pandang Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan
membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB
sebelumnya (PDRBt – 1).
Laju Pertumbuhan ekonomi =
Menurut ahli ekonomi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi (Sadono, 1996:425) yaitu:
a) Tanah dan kekayaan alam
Kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk membangun
perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari
proses pertumbuhan ekonomi. Dalam setiap negara dimana pertumbuhan
ekonomi baru bermula terdapat banyak hambatan untuk mengembangkan
commit to user
19 kekayaan alam terdapat kekurangan modal, kekurangan tenaga ahli dan
kekurangan pengetahuan para pengusaha untuk mengembangkan kegiatan
ekonomi modern di satu pihak, dan terbatasnya pasar bagi berbagai jenis
barang kegiatan ekonomi di lain pihak, sehingga membatasi kemungkinan
untuk mengembangkan berbagai jenis kegiatan ekonomi.
Apabila negara tersebut mempunyai kekayaan alam yang dapat
diusahakan dengan menguntungkan, hambatan yang baru saja dijelaskan
akan dapat diatasi dan pertumbuhan ekonomi dipercepat kemungkinannya
untuk memperoleh keuntungan tersebut dan menarik
pengusaha-pengusaha dari negara-negara/daerah-daerah yang lebih maju untuk
mengusahakan kekayaan alam tersebut. Modal yang cukup, teknologi dan
teknik produksi yang modern, dan tenaga-tenaga ahli yang dibawa oleh
pengusaha-pengusaha tersebut dari luar memungkinkan kekayaan alam itu
diusahakan secara efisien dan menguntungkan.
b) Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja
Penduduk yang bertambah dapat menjadi pendorong maupun
penghambat pertumbuhan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan
memperbesar jumlah tenaga kerja dan penambahan tersebut akan
memungkinkan negara tersebut menambah produksi. Selain itu pula
perkembangan penduduk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui
perluasan pasar yang diakibatkannya. Besarnya luas pasar dari
barangbarang yang dihasilkan dalam suatu perekonomian tergantung
commit to user
20 Akibat buruk dari pertambahan penduduk pada pertumbuhan
ekonomi dapat terjadi ketika jumlah penduduk tidak sebanding dengan
faktor-faktor produksi lain yang tersedia. Ini berarti penambahan
penggunaan tenaga kerja tidak akan menimbulkan pertambahan dalam
tingkat produksi atau pun kalau bertambah, pertambahan tersebut akan
lambat sekali dan tidak mengimbangi pertambahan jumlah penduduk.
c) Barang-barang modal dan tingkat teknologi
Barang-barang modal penting artinya dalam meningkatkan atau
mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi, barang-barang modal yang
sangat bertambah jumlahnya dan teknologi yang telah menjadi bertambah
modern memegang peranan yang penting sekali dalam mewujudkan
kemajuan ekonomi yang tinggi itu. Apabila barang-barang modal saja
yang bertambah, tetapi tingkat teknologi tidak mengalami perkembangan
maka kemajuan yang akan dicapai akan jauh lebih rendah.
d) Sistem sosial dan sikap masyarakat
Sikap masyarakat dapat menentukan sampai dimana pertumbuhan
ekonomi dapat dicapai. Di sebagian masyarakat terdapat sikap masyarakat
yang dapat memberikan dorongan yang besar pada pertumbuhan ekonomi.
Sikap itu diantaranya adalah sikap menghemat untuk mengumpulkan lebih
besar uang untuk investasi, sikap kerja keras dan kegiatan-kegiatan
mengembangkan usaha, dan sikap yang selalu menambah pendapatan dan
keuntungan. Disisi lain sistem sosial dan sikap masyarakat yang masih
commit to user
21 menghambat masyarakat untuk menggunakan cara-cara produksi yang
modern dan yang produktivitasnya tinggi. Oleh karenanya pertumbuhan
ekonomi tidak dapat dipercepat.
e) Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan
Adam Smith menunjukkan bahwa spesialisasi dibatasi oleh
luasnya pasar, dan spesialisasi yang terbatas membatasi pertumbuhan
ekonomi. Pandangan ini menunjukkan bahwa sejak lama orang telah lama
menyadari tentang pentingnya luas pasar dalam pertumbuhan ekonomi.
Apabila luas pasar terbatas, tidak ada dorongan kepada para pengusaha
untuk menggunakan teknologi modern yang tingkat produktivitasnya
tinggi. Karena produktivitasnya rendah maka pendapatan para pekerja
tetap rendah, dan ini selanjutnya membatasi pasar.
5. Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah
Perlu kita ketahui bahwa pertumbuhan ekonomi regional dianalisa
melalui pendekatan teori-teori, yaitu : (Lincolin, 1999)
a. Teori Ekonomi Neo Klasik
Peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam
menganalisis pembangunan daerah (regional) karena teori ini tidak
memiliki dimensi spasial yang signifikan. Namun demikian, teori ini
memberikan dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu
keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi. Artinya, sistem
commit to user
22
mengalir tanpa restriksi (pembatasan). Oleh karena itu, modal akan
mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju daerah yang berupah
rendah.
b. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)
Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu utama
pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan
permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan
industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal termasuk tenaga kerja dan
bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan
penciptaan peluang kerja (job creation). Strategi pembangunan daerah
yang muncul yang didasarkan pada teori ini adalah penekanan terhadap arti
penting bantuan (aid) internasional. Implementasi kebijakannya mencakup
pengurangan hambatan atau batasan terhadap perusahaan-perusahaan yang
berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah tersebut.
c. Teori Lokasi
Para ekonomi regional sering mengatakan bahwa ada 3 faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan daerah yaitu lokasi, lokasi, dan lokasi.
Pernyataan tersebut sangat masuk akal jika dikaitkan dengan
pengembangan kawasan industri. Perusahaan cenderung untuk
meminimumkan biayanya dengan cara memilih lokasi yang
memaksimumkan peluangnya untuk mendekati pasar. Model
pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik adalah
commit to user
23 variabel lainnya yang mempengaruhi kualitas atau suitabilitas suatu lokasi
misalnya upah tenaga kerja, biaya energi, ketersediaan pemasok,
komunikasi, fasilitas-fasilitas pendidikan dan latihan (diklat), kualitas
pemerintah daerah dan tanggungjawabnya, dan sanitasi. Perusahaan-
perusahaan yang berbeda membutuhkan kombinasikombinasi yang berbeda
pula atas faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu, seringkali masyarakat
berusaha untuk memanipulasi biaya dari faktor-faktor tersebut untuk
menarik perusahaan-perusahaan industri.
d. Teori Tempat Sentral
Teori tempat sentral (central place theory) menganggap bahwa ada
hierarki tempat (hierarchy of place). Setiap tempat sentral didukung oleh
sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumber daya industri
dan bahan baku. Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman
yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya.
Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi
daerah, baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Misalnya, perlunya
melakukan pembedaan fungsi antara daerah-daerah yang bertetangga
(berbatasan). Beberapa daerah bisa menjadi wilayah penyedia jasa
sedangkan lainnya hanya sebagai daerah pemukiman. Seorang ahli
pembangunan ekonomi daerah dapat membantu masyarakat untuk
commit to user
24 e. Teori Kausasi Kumulatif
Kondisi daerah-daerah kota yang semakin buruk menunjukkan
konsep dasar dari tesis kausasi kumulatif (cumulative causation) ini.
Kekuatan kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antara
daerah-daerah tersebut (maju versus terbelakang). Daerah yang maju
mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibandingkan daerah-daerah
lainnya. Hal ini yang disebut Myrdal (1957) sebagai back wash effect.
f. Model Daya Tarik (Attraction)
Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang
mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi
pasarnya terhadap industrialis melalui pemberian subsidi dan insentif.
6. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai
perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumberdaya-sumberdaya public
yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor
swasta dalam menciptakan nilai sumberdaya-sumberdaya swasta secara
bertanggung jawab (Lincolin, 1999).
Tahap pertama perencanaan bagi setiap organisasi yang tertarik dalam
pembangunan ekonomi daerah adalah menentukan peran yang akan dilakukan
commit to user
25 daerah dalam proses pembangunan ekonomi daerah yaitu sebagai (Lincolin,
1999):
a. Entrepreneur
Perannya sebagai entrepreneur, pemerintah daerah bertanggung
jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis. Pemerintah daerah bisa
mengembangkan suatu usaha sendiri (BUMN). Aset-aset pemerintah
daerah harus dapat dikelola dengan lebih baik sehingga secara ekonomis
menguntungkan.
b. Koordinator
Pemerintah daerah dapat bertindak sebagai koordinator untuk
menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi
pembangunan di daerahnya. Perluasan dalam peranan ini dalam
pembangunan ekonomi bisa melibatkan kelompok-kelompok dalam
masyarakat dalam proses pengumpulan dan pengevaluasian informasi
ekonomi, misalnya tingkat kesempatan kerja, angkatan kerja,
pengangguran dan sebagainya. Dalam perannya sebagai koordinator,
pemerintah daerah bisa juga melibatkan lembaga-lembaga pemerintah
lainnya, dunia usaha, dan masyarakat dalam penyusunan sasaran ekonomi,
rencana-rencana, dan strategi-strategi. Pendekatan ini sangat potensial
dalam menjaga konsistensi pembangunan daerah dengan nasional (pusat)
dan menjamin bahwa perekonomian daerah akan mendapatkan manfaat
commit to user
26 c. Fasilitator
Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui
perbaikan lingkungan attitudinal (perilaku atau budaya masyarakat) di
daerahnya. Hal ini akan mempercepat proses pembangunan dan prosedur
perencanaan serta pengaturan penetapan daerah yang lebih baik.
d. Stimulator
Pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan
pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan
mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan
menjaga agar perusahaan-perusahaan yang telah ada tetap berada di daerah
tersebut. Stimulasi ini dapat dilakukan dengan cara antara lain : pembuatan
brosur-brosur, pembangunan kawasan industri, pembuatan outlet untuk
produk-produk industri kecil, membantu industri-industri kecil melakukan
pameran.
Ada 3 implikasi pokok dari perencanaan pembangunan ekonomi
daerah (Lincolin, 1999) :
1) Perencanan pembangunan ekonomi daerah yang realistik memerlukan
pemahaman tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan
nasional (horizontal dan vertikal) di mana daerah tersebut merupakan
bagian darinya, keterkaitan secara mendasar antara keduanya, dan
commit to user
27
2) Sesuatu yang tampaknya baik secara nasional belum tentu baik untuk
daerah, dan sebaliknya yang baik bagi daerah belum tentu baik secara
nasional.
3) Perangkat kelembangaan yang tersedia untuk pembangunan daerah,
misalnya, administrasi, proses pengambilan keputusan, otoritas
biasanya sangat berbeda pada tingkat daerah dengan yang tersedia
pada tingkat pusat. Selain itu, derajat pengendalian kebijakan sangat
berbeda pada dua tingkat tersebut. Oleh karena itu, perencanaan
daerah yang efektif harus bisa membedakan apa yang seyogyanya
dilakukan dan apa yang dapat dilakukan, dengan menggunakan
sumberdaya-sumberdaya pembangunan sebaik mungkin yang
benar-benar dapat dicapai, dan mengambil manfaat dari informasi yang
lengkap yang tersedia pada tingkat daerah karena edekatan para
perencananya dengan obyek perencanaan.
B. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
1. Penelitian oleh Widiyanta (2009) dengan Judul Analisis Perubahan
Struktur Ekonomi Di Kabupaten Sukoharjo Periode Sebelum Dan
Selama Propeda Tahun 1999 Sampai 2006. Penelitian ini bertujuan
untuk (1) Untuk mengetahui kondisi perekonomian di setiap kecamatan di
Kabupaten Sukoharjo, yang dihitung dari besaran pertumbuhan dan
sumbangan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), antara era
commit to user
28
status perkembangan wilayah di setiap kecamatan kabupaten Sukoharjo,
yang dihitung dari besaran pertumbuhan PDRB dan PDRB Perkapita,
antara sebelum dan selama pelaksanaa Propeda. (3) Untuk mengetahui
kondisi basis ekonomi sektoral di setiap kecamatan di kabupaten
Sukoharjo, antara era sebelum dan selama pelaksanaan Propeda. Data
yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh
dari beberapa sumber, dengan cara mengambil data-data statistik yang
diperlukan. Penelitian ini dilakukan di kabupaten Sukoharjo yang terdiri
dari 12 kecamatan. Metode yang digunakan adalah Model Matriks
Potensi Daerah, Model Metodologi Klassen, dan LQ (Location Qoetion).
Hasil yang didapat hampir semua daerah wilayah kabupaten Sukoharjo
termasuk kategori daerah terbelakang baik sebelum propeda maupun
selama propeda. Dengan menggunakan Tipologo Klassen, didapat
pergeseran status perekonomian yang berbeda-beda di masing-masing
kecamatan di kabupaten Sukoharjo. Misalnya di Kecamatan Kartasura
memiliki status maju dan tumbuh yangn terjadi pada tahun 2000, 2003,
2005, 2006, sedangkan pada 2001, 2002, 2004 maju namun tertekan.
Dengan perhitungan LQ didapat bahwa pad athu 2000 sampai 2006
rata-rata dibidang pertanian, industri, pengelohan, bangunan, perdagangan
hotel, dan restoran, angkutan dan komunikasi, jasa dan pemerintahan
termasuk sektor basis. Sedangkan yang termasuk di sektor non basis
adalah pertambangan, listrik, air dan keuangan. Berdasarkan hasil-hasil
tersebut maka diajukan saran-saran agar memerintah meningkatkan
commit to user
29
2. Penelitian oleh Shanti Indriyani (2010) dengan Judul Analisis Struktur
Ekonomi, Sektor Basis Dan Sektor Potensial Ekonomi Kabupaten
Sukoharjo Selama Otonomi Daerah ( 2001-2008 ). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi pola kontribusi
sektoral dan laju pertumbuhan PDRB secara sektoral, sektor
manakahyang menjadi sektor basis perekonomian, bagaimana kondisi
struktur ekonomi, dan manakah yang menjadi sektor potensial di
Kabupaten Sukoharjo selama otonomi daerah (2001-2008). Penelitian
ini menggunakan data sekunder yaitu Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
Tahun Dasar 2000 selama otonomi daerah tahun 2001-2008. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis
kontribusi sektoral, analisis lajupertumbuhan, analisis Location
Quotient, analisis Shift Share, analisis Model Rasio Pertumbuhan dan
analisis Overlay. Hasil analisis pola kontribusi sektoral Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sukoharjo Selama
Otonomi Daerah menunjukkan perkembangan yang relatif stabil dari
tahun ke tahun. Hasil analisis pola laju pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sukoharjo Selama Otonomi
Daerah menunjukkan perkembangan yang relatif stabil dari tahun ke
tahun. Sektor basis Kabupaten Sukoharjo Selama Otonomi Daerah
adalah Sektor Industri dan Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan
commit to user
30 menunjukkan peningkatan yang relatif stabil dari tahun ke tahun.
Struktur ekonomi Kabupaten Sukoharjo Selama Otonomi Daerah
menunjukkan peningkatan dilihat dari kinerja pertumbuhan PDRB.
Sektor potensial menurut analisis Model Rasio Pertumbuhan di
Kabupaten Sukoharjo Selama Otonomi Daerah adalah sektor industri
dan sektor angkutan dan komunikasi. Sedangkan menurut analisis
Overlay adalah sektor industri.
Dari hasil analisis tersebut maka dapat diajukan beberapa saran yaitu
pemerintah daerah diharapkan mampu mempromosikan daerahnya
dengan melakukan beberapa perbaikan dari segi sarana dan prasarana,
birokrasi serta iklim usaha yang kondusif, mengembangkan dan
meningkatkan sektor yang telah menjadi sektor basis melalui
penerapan kebijakan yang tepat sasaran. Mengembangkan dan
memajukan sektor potensial dan kebijakan yang diambil harus
diarahkan untuk lebih terkonsentrasi pada sektor ekonomi yang
tumbuh lebih cepat serta tidak mengabaikan sektor ekonomi yang
tumbuh lambat serta meningkatkan produktivitas dibidang pertanian.
3. Penelitian Hastarini Dwi Atmanti (2010) dengan Judul Analisis
Pertumbuhan Ekonomi Dan Studi Unggulan Di Kabupaten/Kota
Se-Jawa Tengah. Mayoritas Kabupaten/Kota di Bakorlin I dan Bakorlin II
rnempunyai sektor unggulan pada sektor pertanian Dorninasi sektor
pertanian sebagai sektor unggulan tidak terjadi pada Bakorlin III.
commit to user
31 uuggulan kecuali Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes yang
ditopang kurang dari sama dengan dua sektor unggulan. Kondisi yang
unik terjadi pada sektor industri pengolahan, di mana tidak ada
satupun wilayah kabupaten/kota di Bakorlin III yang memiliki sektor
unggulan di sektor ini kecuali Kabupaten Cilacap. Dengan rnelihat
hasil perhitungan dapat diketahui bahwa semua kabupaten/kota di
Bakorlin I mempunyai kontribusi positif terhadap Produk Dornestik
Regional Bruto. sebagian besar wilayah di Bakorlin I memiliki nilai
proportional share yang positif kecuali Kabupaten Kudus. Kabupaten
Sukoharjo. Kota Salatiga dan Kota Sukoharjo, dan seluruh wilayah di
Bakorlin I tidak memiliki keuntungan lokasional yang disebabkan oleh
tidak memiliki sumber daya yang melimpah/efisien. Kontribusi yang
positif terhadap PDRB juga dimiliki oleh kabupaten/kota di Bakorlin
II. Spesialisasi pada sektor yang secara nasional tumbuh cepat
ditunjukkan oleh sebagian besar kabupaten/kota di Bakorlin II dan
tidak ada satupun wilayah di Bakorlin.II yang tidak mempunyai
keuntungan lokasional. Untuk wilayah Bakorlin III, hasil dari analisis
shift share secara umum tidak jauh berbeda dengan dua wiiayah
Bakorlin sebelumnya. Kesamaan kondisi umum tergambarkan pada
nilai NS yang positif, sebagian besar berspesialisasi pada sektor-sektor
yang secara nasional tumbuh dengan cepat dan seluruh daerah tidak
merniliki keuntungan lokasional seperti di Bakorlin I dan Bakortin II
commit to user
32 Berdasarkan Model Rasio Pertumbuhan (MRP), pada Bakorlin I sektor
vang masuk kedalam kriteria potensial adalah sektor keuangan,
perdagangan. hotel,industri pengolahan dan pengangkutan. Pada
Bakorlin II dan III. sektor yang potensial yaitu industri pengolahan,
keuangan dan perdagangan. Dalam tataran praktis, menginterpretasi
hasil analisis ini harus hati-hati karena harus memahami karaktenstik
masing-masirtg sektor.
Dari hasil analisis overlay, Sektor perdagangan, industri pengolahan,
dan keuangan merupakan sektor yang potensial dalam pertumbuhan
dan kontribusi pada Bakorlin I. Pada Bakorlin II hanya ada satu yaitu
sektor perdagangan, dan Bakorlin III mempunyai sektor industri
pengolahan dan keuangan.
Secara umum ketimpangan di Jawa Tengah dalam kondisi
ketimpangan vang moderat. Hal ini terlihat dari nilai Indeks
Williamson yang rata-rata sebesar 0.5. Sektor unggulan tidak
berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan perturnbuhan ekonorni
yang diukur dengan Indeks Williamson. Dengan menggunakan kriteria
kesenjangan relatif menurut Bank Dunia. ketimpangan di Jawa Tengah
selama periode 2002 sampai 2006 tergolong rendah. Ini dapat dilihat
dari 40% kabupaten/kota yang berpendapatan terendah menerima lebih
commit to user
33 Berdasarkan hasil perhitungan regresi dapat diketahui bahwa di
Bakorlin I variabel kontribusi sektor unggulan terhadap PDRB
berpengaruh signifikan terhadap ketirnpangan pertumbuhan ekonomi
(Indikator Kesenjangan Relatif) pada α = 10%, Pengaruh variabel
kontribusi sektor unggulan terhadap ketimpangan pertumbuhan
ekonomi yang signifikan tidak terjadi di Bakorlin II. Kemampuan
variabel kontribusi sektor unggulan sebagai variable independen
menjelaskan variabel dependen adalah sebesar 22,2% dan nilai r
(koefisien kolelasi) sebesar -0,471. Di Bakorlin III. pengaruh variabel
kontribusi sektor unggulan terhadap ketimpangan pertumbuhan
ekonomi adalah signifikan. Kemampuan variabel independen
menjelaskan variabel dependen hanya sebesar 13,7%, keeratan
hubungan tergolong rendah serta memiliki arah hubungan yang positif
(r = 0.37 ).
4. Penelitian Bayu Wijaya Dan Hastarini Dwi Atmanti (2006) dengan
Judul Analisis Pengembangan Wilayah Dan Sektor Potensial Guna
Mendorong Pembangunan Di Kota Salatiga. Penelitian ini
menggunakan analisis LQ digunakan untuk mengetahui dan
menentukan sektor ekonomi yang merupakan sektor basis dan yang
non basis. Dengan menggunakan besarnya PDRB Provinsi Jawa
Tengah selama periode 1994-2002 sektor ekonomi yang tergolong
sektor basis atau berpotensi ekspor dengan rata-rata indeks LQ-nya >1
commit to user
34 3,40 sektor Bangunan nilai LQ sebesar 1,32 pengangkutan dan
komunikasi dengan rata-rata indeks LQ-nya 2,62 kemudian sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan rata-rata indeks
LQ-nya 2,18 sektor basis yang terakhir yaitu sektor jasa-jasa dengan
rata-rata indeks LQ-nya 2,92. Dengan detnikian sektor-sektor tersebut
mempunyai potensi untuk dikembangkan guna meningkatkan laju
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Kota Salatiga. Sedangkan
yang tennasuk sektor non basis dengan rata-rata indeks LQ<1 yaitu
sektor pertanian dengan rata-rata indeks LQ-nya sebesar 0,28 sektor
pertambangan dan penggalian dengan rata-rata indeks LQ-nya sebesar
0,52 sektor industri pengolahan dengan rata-rata indeks LQ-nya 0,71
kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan rata-rata
indeks LQ-nya 0,50. Walaupun merupakan sektor non basis dan hanya
mampu melayani kebutuhan dalam perekonomian daerah
bersangkutan (lokal), bukan berarti tidak dapat dikembangkan namun
sektor ini harus dipacu untuk dapat lebih berkembang sehingga dapat
menjadi sektor basis.
Metode ini Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui proses
pertumbuhan ekonomi suatu daerah dalam kaitannya dengan
perekonomian acuan, yaitu wilayah yang lebih luas. Dalam hal ini
adalah wilayah Kota Salatiga dikaitkan dengan Provinsi Jawa Tengah.
Variabel yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto
commit to user
35 pada tahun 1994/1995 komponen pertumbuhan PDRB toal Kota
Salatiga (Gj) adalah sebesar 14785,71 padahal pertumbuhan PDRB
total Jateng (Nj) sebesar 15113,32 ini berarti terjadi penyimpangan
dari National Share dalam pertumbuhan PDRB, dalam hal ini
diperoleh nilai penyimpangan negatif sebesar 327,61 dan ini
menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB Kota Salatiga lebih lambat
dari pada Pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah. Dan untuk tahun
1995/1996 dari kedua komponen tersebut masih terjadi penyimpangan
yang berarti pertumbuhan Kota Salatiga lebih lambat dari pada
pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
(Gj) sebesar 15574,55 dan nilai (Nj) sebesar 16105,76 dan diperoleh
nilai penyimpangan negative sebesar 531,21.
Pada Tahun 1996/1997 nilai (Gj) turun menjadi 8815,62 dan nilai (Nj)
juga mengalami penurunan menjadi 7151,90 untuk nilai (Gj-Nj)
penyimpangan naik menjadi sebesar 1663,72 menunjukkan
pertumbuhan PDRB Kota Salatiga masih lebih cepat dibanding
Provinsi Jawa Tengah, tahun 1997/1998 laju pertumbuhan PDRB Kota
Salatiga lebih cepat dari pada laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa
Tengah. Hal ini ditandai dengan nilai (Gj) sebesar -3710,72 dan nilai
(Nj) sebesar -28769,26 sehingga penyimpangannya mempunyai nilai
positif. Pada tahun 1998/1999 nilai (Gj) sebesar 4312,9 dan nilai (Nj)
sebesar 8425,80 dan nilai penyimpangannya negatif 4112,89. Hal ini
commit to user
36 lambat dari pada laju pertumbuhan PDRB di Provinsi Jawa Tengah.
Untuk tahun 1999/2000 laju pertumbuhan PDRB Kota Salatiga jugs
masih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan Provinsi Jawa
Tengah, hal ini ditunjukkan dengan nilai (Gj) sebesar 8761,04 dan
nilai (Nj) sebesar 9645,57 sehingga masih terjadi penyimpangan
dengan nilai negatif 884,53.
Pada tahun 2000/2001 laju pertumbuhan PDRB Kota Salatiga lebih
cepat dibangdingkan dengan laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa
Tengah, hal ini karena nilai penyimpangannya adalah positif, dan nilai
(Gj) adalah sebesar 9282,57 dan nilai (Nj) sebesar 8471,20. pada tahun
2001/2002 nilai (Gj) adalah 10055,30 dan nilai (Nj) sebesar 9166,09
dengan nilai penyimpangan positifyaitu 7123,03 sehingga laju
pertumbuhan PDRB Kota Salatiga lebih cepat jika dibanding dengan
laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Tengah. dapat diketahui
bahwa Kota Salatiga berspesialisasi pada sektor ekonomi yang tumbuh
lebih cepat dan mempunyai daya saing yang meningkat dibandingkan
dengan sektor yang sama di Provinsi Jawa Tengah dimana ditunjukkan
pada nilai komponen (Dj>0). Berdasarkan perhitungan rata-rata maka
yang termasuk sektor yang mendapat prioritas untuk dikembangkan
adalah adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor
bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Hal ini berarti
commit to user
37 menunjukkan sektor yang tumbuh dengan cepat dan daya saingnya
kuat. Kota Salatiga diharapkan mampu untuk mengembangkan sektor
di atas dam melalui kebijakan-kebijakannya diharapkan mampu
meningkatkan perolehan PDRB dan Kota Salatiga dapat berkembang
maju. Sedangkan untuk sektor yang mempunyai rata-rata (Dj) negatif
(Dj<0) adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas,
dan air bersih dan sektor perdagangan, hotel.dan restoran. Hal ini
menunjukkan sektor-sektor tersebut daya saingnya rendah sehingga
pertumbuhannya lambat.
C. Kerangka Analisis
Pembangunan daerah merupakan hal yang sangat penting untuk
meningkatkan dan mengembangkan perekonomian suatu daerah. Sebagian
integral dan merupakan penjabaran pembangunan nasional, pembangunan
daerah dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai sasaran pembangunan
serta meningkatkan hasil pembangunan daerah untuk masyarakat secara adil
dan merata. Seiring dengan meningkatnya pembangunan daerah maka peran
masing-masing sektor juga akan mengalami perubahan, yang pada akhirnya
mengubah struktur perekonomian daerah.
Salah satu indikator dalam menilai terjadinya perubahan struktur
ekonomi di suatu daerah dapat dilihat melalui Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Dengan melihat data PDRB Kabupaten Sukoharjo dan PDRB
commit to user
38 potensial di Kabupaten Sukoharjo. Untuk mengetahui perubahan struktur
ekonomi, maka digunakan alat analisis Shift Share (SS) serta digunakan
analisis Location Quotient (LQ), dan untuk mengetahui identifikasi sektor
unggulan digunakan Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Matrik potensial dan
Model Tipologi Klassen guna melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang
potensial terutama struktur ekonomi di wilayah studi.
Gambar 2.1. Kerangka Analisis
Kondisi Perekonomian Kab. Sukoharjo
Struktur Ekonomi
Identkifikasi Sektor Unggulan
· Shift share
· LQ
· MRP
· Matrik Potensi
commit to user
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk studi analisis
deskriptif mengenai hasil analisis pertumbuhan (laju pertumbuhan) serta
analisis kuantitatif untuk mengetahui struktur ekonomi dan sektor potensial
dalam perekonomian daerah. Sedangkan lokasi yang diambil untuk penelitian
ini adalah Kabupaten Sukoharjo.
B. Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang merupakan data runtut waktu (time series) dari PDRB Kabupaten
Sukoharjo dan Propinsi Jawa Tengah selama priode waktu 2006-2010. Data
sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung tetapi
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data
diperoleh dari sumber, seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Sukoharjo dan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah serta studi pustaka
yang relefan dengan penelitian ini, dengan mengambil data-data statistik serta
commit to user
40
C. Definisi Operasional Konsep Penelitian
1. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)
PDRB merupakan jumlah nilai tambah (value added) yang timbul
dari semua unit produksi di dalam suatu wilayah dalam jangka waktu
tertentu dan dinyatakan absolut dalam rupiah per tahun (BPS Provinsi
Jawa Tengah). Untuk menghindari adanya fluktuasi kenaikan
harga/inflasi, PDRB yang dipakai adalah PDRB atas dasar harga konstan
tahun 2000, sehingga perkembangan agregat terjadi dari tahun ke tahun
merupakan perkembangan produksi riil.
2. Laju pertumbuhan sektor
Laju kenaikan sumbangan sektor ekonomi terhadap PDRB yang
diukur dalam satuan persen.
3. Sektor basis
Sektor basis merupakan sektor ekonomi yang memiliki spesialisasi
atau lebih dominan di wilayah studi dibandingkan dengan wilayah
referensi.
4. Sektor potensial
Sektor potensial merupakan sektor ekonomi yang tingkat
pertumbuhannya dominan tetapi dari sisi kontribusi terhadap PDRB relatif
commit to user
41
D. TEKNIK ANALISIS
A. Teknik Analisis Struktur Ekonomi menggunakan :
1. Analisis Shift Share
Adalah salah satu teknik kuantitatif yang biasa digunakan
untuk menganalisis Struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur
ekonomi wilayah adminitratif yang lebih tinggi sebagai pembanding
atau referensi. Analisis ini menggunakan 3 informasi dasar yang
berhubungan satu sama lain yaitu ( Tri, 2006:112)
a. Pertumbuhan ekonomi referensi propinsi atau nasional yang
menunjukan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional
terhadap perekonomian daerah.
b. Pergeseran proposional menunjukan perubahan relative kinerja
suatu sector di daerah tertentu terhadap sector yang sama di
referensi propinsi atau nasional. Pergeseran proposional ini disebut
juga pengaruh bauran industri. Pengukuran ini memungkinkan kita
untuk dapat mengetahui apakah perekonomian yang terkonsentrasi
pada industri tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang di
jadikan referensi.
c. Pergeseran diferensial, yang menunjukan tingkat kekompetitifan
suatu sector tertentu di suatu daerah dibanding tingkat propinsi.
Pergeseran diferensial ini disebut juga pengaruh keunggulan