PERAN ORANG TUA SEBAGAI PENDIDIK TERHADAP PERTUMBUHAN ROHANI ANAK USIA 7-9 TAHUN
DI SD INPRES MANDAI MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Dalam Menyelesaikan Stratum Satu (S1) Program Studi Pendidikan Agama Kristen Protestan Pada
Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar
Oleh JUFRI NPM: 11022096
SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR
Abstrak
Jufri. “Peran Orang Tua Sebagai Pendidik Terhadap Pertumbuhan Rohani Anak Usia 7-9 Tahun Di SD Inpres Mandai Makassar.” (Dibimbing oleh Pdt. Sarce Rien Hana Sibarani, M.Th).
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah menjelaskan peran orang tua sebagai pendidik terhadap pertumbuhan rohani anak usia 7-9 tahun di SD Inpres Mandai Makassar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka kesimpulannya adalah sebagai berikut: Pertama, orang tua memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat penting dalam mendidik anak-anak yang semuanya mengarah kepada pengembangan atau pembentukan manusia yang beriman dan menjadi manusia rohani sebagai makhluk sosial dan mulia dari ciptaan Allah sendiri. Secara khusus bagi para orang tua harus mendidik anak-anak yang mengarah kepada pertumbuhan rohani yang mutlak harus dilaksanakan, karena orang tualah yang merupakan pendidik utama bagi anak-anak sesuai dengan yang diamanatkan oleh Allah. Kedua, para orang tua telah melaksanakan tanggung jawab mereka kepada anak dengan baik, tetapi bimbingan yang mereka berikan harus berulang-ulang sehingga anak benar-benar bisa mengerti seperti yang dikatakan Alkitab agar diajarkan secara berulang-ulang. Ketiga, orang tua adalah teladan bagi anak-anak. Tingkah laku dan perbuatan orang tua adalah didikan yang dapat secara langsung dilihat dan ditiru oleh anak. Oleh sebab itu orang tua harus memberikan teladan yang baik dan benar dalam pertumbuhan rohani anak mereka.
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya orang tua memiliki peran penting dalam hal mendidik anak-anak, sebab orang tua merupakan pendidik yang paling utama dalam kehidupan
anak-anak. Akan tetapi banyak orang tua yang menyerahkan anak mereka untuk dididik oleh guru atau pihak sekolah tanpa menyadari bahwa dalam keluarga adalah tempat yang paling pertama di mana anak menerima pendidikan. Reni Akbar- Hawadi juga mengatakan, “Orang tua lebih mengandalkan pihak sekolah.
Padahal, seharusnya ayah dan ibu membuat perencanaan pendidikan bagi anaknya
untuk menghasilkan efek domino yang positif bagi anak-anaknya disemua jenjang pendidikan.”1 Stephen Tong mengatakan, “Keluarga merupakan unit dasar masyarakat, unit dasar dari gereja, unit dasar dari dunia ini.”2 Daniel Yonathan Messa mengatakan,
Pendidikan dimulai dari dalam keluarga karena tidak ada orang yang tidak dilahirkan dalam keluarga. Jauh sebelum ada lembaga pendidikan yang disebut sekolah, keluarga telah ada sebagai lembaga yang memainkan peran penting dalam pendidikan yakni sebagai peletak dasar. Dalam dan dari keluarga orang mempelajari banyak hal, dimulai dari bagaimana berinteraksi dengan orang lain, menyatakan keinginan dan perasaan, menyampaikan pendapat, bertutur kata, bersikap, berperilaku, hingga bagaimana menganut nilai-nilai tertentu
1 Reni Akbar-Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak; Mengenal Sifat, Bakat, dan
Kemampuan Anak (Jakarta: Grasindo, 2001), 17.
sebagai prinsip dalam hidup. Intinya, keluarga merupakan basis pendidikan bagi setiap orang. 3
Kehidupan seorang anak akan sangat dipengaruhi oleh pola didikan dari orang tua. Didikan yang diperoleh seorang anak sangat berbeda-beda, tergantung karakter dan kepribadian orang tua yang mendidik mereka. Oleh sebab itu, sejak
dini orang tua harus menyadari untuk selalu mendidik anak-anak mereka dengan hal-hal yang dapat menumbuhkan kerohanian seorang anak dalam keluarga seperti
rajin berdoa, membaca alkitab, dan mendorong anak untuk ikut sekolah minggu atau ke gereja. Robert R. Boehlke berkata, “Pengaruh orang tua Kristen atas anak-anak amat bermakna dan bukanlah hal-hal sepele saja. Jadi, tidak ada alasan yang mutlak perlu untuk mengabaikan bimbingan rohani bagi anak-anak.”4
Pertumbuhan rohani merupakan proses untuk menjadi serupa dengan Yesus Kristus, dikatakan dalam kitab Roma 8: 29, “ Sebab semua orang yang
dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-dipilih-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi sulung di antara banyak saudara.” Sebagai pendidik orang tua bertanggung jawab mengasuh dan
mendidik anaknya agar kehidupan mereka berkenan kepada Tuhan, karena
kehidupan rohani anak adalah cermin bagi orang-orang yang ada disekitarnya.
3 Daniel Yonathan Messa, “Pentingnya Pendidikan Dalam Keluarga,” diakses 11 Februari
2016, http://www.kompasiana.com/atonimeto/pentingnya-pendidikan-dalam keluarga_54f68f92a333117d028b510d.
4 Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran & Praktek Pendidikan Agama
untuk itu diharapkan kepada para orang tua agar tidak menyerahkan anak-anak mereka untuk dididik secara penuh oleh guru di sekolah, sebab anak-anak yang berada di sekolah pemerintah memiliki jam belajar yang sangat terbatas secara
khusus mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen.
Seperti halnya yang terjadi di SD Inpres Mandai Makassar, jam mengajar
untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen sudah ditentukan dua jam satu kali seminggu, namun pada keyataannya terkadang guru hanya mangajar satu jam bahkan terkadang kurang dari satu jam karena menyesuaikan dengan anak-anak
yang beragama Islam yang sedang mengikuti ceramah atau ibadah jumat di lapangan, dan ruangan yang disediakan hanya satu kelas untuk semua anak didik
dari kelas I-VI dengan dua orang tenaga pengajar sehingga suasana belajar mengajar berdesak-desakan, oleh sebab itu para guru tidak dapat memberikan pengajaran atau mendidik anak secara maksimal.
Untuk itu para orang tua diharapakan sejak dini harus menyadari perannya sebagai pendidik, bahwa didikan atau ajaran dari orang tua dalam keluarga
mendidik anak mereka sesuai dengan Firman Tuhan. Mary Go Setiawani mengatakan, “Orang muda yang disebut dalam ayat tersebut bisa mencakup baik anak-anak maupun remaja/pemuda dan ini merupakan nasihat dan janji yang amat penting!”5
Mendidik anak menurut jalan yang patut baginya selalu merupakan tugas yang besar dan penting disetiap generasi karena semua yang terlibat dalam proses membesarkan anak…. Perkembangan anak dan cara pandang tentang hidup merupakan hasil dari proses mendidik. Disitulah anak akan mengembangkan pemikiran mereka tentang Tuhan, manusia, diri mereka (pentingnya diri, sumber keamanan, tujuan dalam hidup), dan tentang lingkungan dan cara pandang dunianya. Tapi semakin jauh lingkungan keluar dari kebenaran Alkitab dan nilai, prioritas dan kepercayaannya, lebih sulit tugas kita mendidik anak.”6
Oleh sebab itu diharapkan setiap orang tua bisa mendidik anak mereka sesuai dengan Firman Tuhan. Karena hal ini sangat penting, maka penulis
mengangkat judul tentang: PERAN ORANG TUA SEBAGAI PENDIDIK TERHADAP PERTUMBUHAN ROHANI ANAK USIA 7-9 TAHUN DI SD INPRES MANDAI MAKASSAR.
Pokok Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah pokok yang akan
dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah sejauh mana peran orang tua sebagai
5 Mary Go Setiawani, Pembaharuan Mengajar (Bandung: Kalam Hidup, 2000), 13. 6“Dasar Alkitab untuk Mendidik Anak,” diakses 11 Februari 2016,
pendidik terhadap pertumbuhan rohani anak usia 7-9 tahun di SD Inpres Mandai Makassar ?
Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah menjelaskan peran orang tua sebagai pendidik terhadap pertumbuhan rohani anak usia 7-9
tahun di SD Inpres Mandai Makassar.
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penulisan skripsi ini adalah :
Pertama, tulisan skripsi ini dapat menjadi materi bacaan yang dapat menambah wawasan para pembaca.
Kedua, tulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para orang tua bahkan yang akan menjadi orang tua, bahwa peran orang tua sangat diharapakan untuk memberi pendidikan yang dapat memengaruhi
pertumbuhan rohani anak-anak dalam keluarga.
Ketiga, tulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah koleksi bahan bacaan perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar.
Keempat, untuk memenuhi salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan Stratum Satu (S1), Program Studi Pendidikan Agama Kristen
Protestan pada Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar.
Adapun metode penelitian yang dipakai oleh penulis untuk menyusun skripsi ini adalah metode penelitian kuantitatif yaitu pengambilan data melalui buku-buku, wawancara pada anak usia 7-9 tahun di SD Inpres Mandai Makassar
serta menyebarkan angket (kuesioner) untuk pengambilan data dari orang tua anak usia 7-9 tahun, dan observasi.
Batasan Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi pada pokok tertentu yaitu peran orang tua sebagai pendidik terhadap pertumbuhan rohani anak usia 7-9
tahun yang beragama Kristen di SD Inpres Mandai Makassar.
Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dalam penulisan skripsi ini, penulis menguraikannya dalam setiab bab. Adapun pokok-pokok yang menjadi pembahasan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I, merupakan pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, batasan penulisan, dan
sistematika penulisan.
Bab II, membahas tentang tinjauan pustaka, di antaranya menjelaskan pengertian orang tua, tanggung jawab orang tua, pertumbuhan rohani anak usia
Bab III, metodologi penelitian yang terdiri atas gambaran umum letak lokasi penelitian, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV, merupakan pembahasan hasil penelitian dan observasi terhadap pertumbuhan rohani anak usia 7-9 tahun yang beragama Kristen di SD Inpres
Mandai Makassar.
Bab V, merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran dari