• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Tingkat Modernitas denga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan antara Tingkat Modernitas denga"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan antara Tingkat Modernitas dengan Tingkat Partisipasi dalam Penggunaan KB Permanen di Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang Jawa Timur

Skripsi

Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosiologi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Minat utama Sosiologi Pembangunan

Disusun Oleh : Aini Lutfi 125120101111032

Program Studi Sosiologi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Brawijaya Malang

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia dalam jangka panjang akan selalu dibayangi oleh masalah

kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena itu, usaha langsung untuk

melakukan pembangunan perlu memperhitungkan faktor kependudukan yang merupakan

sasaran utama bagi pembangunan. Usaha perluasan lapangan kerja, pendidikan, kesehatan,

penyediaan pangan dan kebutuhan pokok lainnya semuanya didasari dari fenomena

kependudukan yang dihadapi.

Oleh karena itu, pengetahuan mengenai perkembangan penduduk Indonesia

merupakan dasar terpenting dari perencanaan pembangunan. Bertitik tolak dari penduduk

sebagai sasaran pembangunan yang dari waktu ke waktu terus berkembang pesat dengan

segala aspeknya, maka menselaraskan hasil pembangunan agar merata dan adil sampai

ketangan masyarakat perlu rasanya mengadakan keseimbangan antara kedua faktor yaitu

jumlah penduduk dan hasil dari pembangunan.

Program keluarga berencana dapat mendukung upaya pengendalian pertumbuhan

penduduk. Program keluarga berencana yang berkualitas dapat mewujudkan keluarga yang

sejahtera, sehat, mandiri, maju, mempunyai jumlah anak yang ideal, bertanggung jawab,

memiliki wawasan ke masa depan, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

(3)

(Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk Keluarga

Berencana) adalah penekanan upaya menghormati hak-hak reproduksi dalam meningkatkan

kualitas kehidupan keluarga.

Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan

jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Keluarga Berencana menurut

WHO (World Health Organization) Expert Committee 1970 adalah tindakan membantu

individu atau pasangan suami istri untuk :

1. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.

2. Mendapat kelahiran yang memang diinginkan.

3. Mengatur interval diantara kehamilan.

4. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungannya dengan umur suami istri.

5. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Keluarga Berencana atau disingkat KB merupakan program yang ada di hampir setiap

Negara berkembang, termasuk Indonesia, program ini bertujuan untuk mengontrol jumlah

penduduk dengan mengurangi jumlah anak yang dilahirkan oleh perempuan usia 15- 49

tahun, yang kemudian disebut dengan angka kelahiran total atau total fertility rate (TFR).

dengan pengaturan jumlah anak tersebut diharapkan keluarga yang mengikuti program ini

dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas kehidupan mereka.

Permasalahan partisipasi KB hampir merata di seluruh Indonesia tak terkecuali di

Kota Malang. Data partisipasi KB di Kota Malang masih tergolong rendah dimana hal

(4)

usia subur. Adapun data lengkap tentang angka partisipasi KB di kota Malang adalah sebagai

berikut :

Tabel 1.1 Partisipasi KB di Kota Malang

No Kecamatan Pasangan

Usia Subur

Prevalensi

KB Aktif

Tidak Ikut

KB

Presentase

1 Blimbing 29,248 21,587 7,661 26,19%

2 Klojen 17,276 12,749 4,527 26,20%

3 Kedung

Kandang

30,215 22,298 7,917 26,22%

4 Sukun 30,131 22,236 7,895 26,25%

5 lowokwaru 25,459 18,788 6,671 26,91%

Jumlah 132,329 97,658 34,671 26,61%

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa bahwa dari lima kecamatan yang

ada di kota malang angka partisipasi KB secara keseluruhan 73,9% dan yang tidak

berpartisipasi 26,61%. Dari data tersebut angka tidak ikut KB tertinggi adalah di kecamatan

lowokwaru malang dengan total 6.671 pasangan usia subur dari total 25.459 atau sekitar

26,91%. Dari data tersebut peneliti memilih kecamatan Lowokwaru sebagai lokasi

penelitian.Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa bahwa dari lima kecamatan yang ada di kota malang angka partisipasi KB secara keseluruhan 73,9% dan yang tidak berpartisipasi 26,61%. Dari data tersebut angka tidak ikut KB tertinggi adalah di kecamatan lowokwaru malang dengan total 6.671 pasangan usia subur dari total 25.459 atau sekitar 26,91%. Dari data tersebut peneliti memilih kecamatan Lowokwaru sebagai lokasi penelitian

Untuk melakukan program KB dibutuhkan alat kontrasepsi. Kontrasepsi ada dua

macam yaitu kontrasepsi permanen dan non permanen. Kontrasepsi permanen sering disebut

juga dengan kontrasepsi menetap, yaitu membuat kemampuan untuk hamil menjadi sulit

(5)

cara operasi, baik pada pria maupun wanita. Pada wanita disebut Tubektomi yaitu

pemotongan saluran tabung Fallopi (oviduk), pada pria disebut Vasektomi yaitu pemutusan

saluran sperma. Sedangkan KB non permanen adalah metode kontrasepsi di mana

kemampuan hamil dapat dikembalikan , kontrasepsi non permanen banyak sekali jenisnya

yaitu, pil kb, susuk (implan), cervical cup, suntikan, IUD ( Ultra Uterine Divice) dan

kondom.

(6)

Menurut data SDKI tahun 2012, pemakaian KB MKJP masih tergolong rendah, terutama vasektomi atau KB pria, keikutsertaan pria dalam menjadi akseptor KB masih tergolong rendah sekali yaitu 0,3% . Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan mereka terhadap hak-hak dan kesehatan reproduksi serta kesetaraan dan keadilan gender. Demikian pula penyelenggaraan KB dan kesehatan reproduksi masih belum mantap jika dilihat dari aspek kesetaraan dan keadilan gender (Parwieningrum, 2009). Masih banyak masyarakat yang belum paham tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi hal ini adalah fakta yang mendukung rendahnya partisipasi masyarakat untuk mengikuti KB MKJP, Sebagian besar masyarakat hanya mengetahui Puskesmas, bidan dan apotik untuk membeli alat kontrasepsi jangka pendek atau non permanen yang keberhasilanya tidak seratus persen dan juga menjadikan hanya wanita atau istri yang dijadikan objek program KB. Salah satu faktor yang mendukung rendahnya partisipasi KB MKJP dalam ber-KB yaitu pengetahuan. Upaya meningkatkan pengetahuan melalui promosi kesehatan masih kurang, adanya masyarakat yang belum bisa menerima hal baru yaitu masih terpaku pada hal yang lama, tidak mau menerima metode dan tehknologi baru, masyarakat cenderung pasif untuk ikut serta dalam mengikuti kebijakan pemerintah yang selalu mengalami perkembangan, Masyarakat yang demikian bisa disebut masyarakat yang tidak modern masyarakat yang belum memasuki dunia modern.

Modern menurut Anthony Gidens mendefinisikan modern sebagai dunia refleksif.

Dunia modern menimbulkan “keterasingan pengalaman” atau proses yang berkaitan dengan

penyembunyian yang memisahkan rutinias kehidupan sehari-hari dari fenomena-fenomena

kegilaan, kriminalitas, penyakit dan kematian, dan seksualitas. Keterasingan terjadi sebagai

akibat dari mengingkatnya peran sistem abstrak dalam kehidupan sehari-hari.

Keterasingan ini akan membawa kita kepada keamanan ontologis yang semakin besar.

Dalam masyarakat yang bertipe tradisional (tidak modern) aktivitas individu tidak ditentukan

(7)

mengacu pada pradeterminasi, berupa kebiasaan, tradisi, atau nilai. Di sisi lain, masyarakat

post-tradisional lebih cenderung tidak memperhatikan kebiasaan-kebiasaan yang “pakem.

Dengan demikian, masyarakat kota Malang pengguna KB non permanen masih terpengaruh

tradisi lama dan tidak ingin mengikuti kemajuan tehknologi kesehatan dan mematuhi

perkembangan kebijakan pemerintah, sedangkan manusia modern menurut Alex Inkeles

adalah sebagai berikut:

Ciri-ciri Manusia Modern Menurut Alex Inkeles, dalam (Maryati:2001) terdapat 9

(Sembilan) ciri manusia modern yakni:

1. Memiliki sikap hidup untuk menerima hal-hal baru dan terbuka untuk perubahan.

2. Memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat atau opini mengenai lingkungannya

sendiri atau kejadian yang terjadi jauh di luar lingkungannya serta dapat bersikap

demokratis.

3. Menghargai waktu dan lebih banyak berorientasi ke masa depan dari pada masa lalu.

4. Memiliki perencanaan dan pengorganisasian

5. Percaya diri

6. Perhitungan

7. Menghargai harkat hidup manusia lain

8. Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi

9. Menjunjung tinggi suatu sikap di mana imbalan yang diterima seseorang harus sesuai

dengan prestasinya dalam masyarakat

(8)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagiamana hubungan antara tingkat modernitas dengan tingkat partisipasi dalam penggunaan KB Permanen di Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang Jawa

Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Melihat hubungan antara tingkat modernitas dengan tingkat partisipasi dalam

penggunaan KB Permanen di Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang Jawa Timur 2. Untuk menganalisis hubungan antara tingkat modernitas dengan tingkat partisipasi

dalam penggunaan KB Permanen) di Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang.

Jawa Timur

1.4 Manfaat Peneliian

Manfaat Akademis

Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum

mengenai kondisi, keadaan dan permasalahan tentang hubungan tingkat modernitas dengan

bagaimana upaya masyarakat untuk mewujudkan masyarakat yang aktif berpatisipasi

menggunakan KB permanen yang dianjurkan pemerintah.

1. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak yang

berwenang untuk menangani masalah pengendalian penduduk yaitu DP3AP2KB dalam

setiap kegiatan sosialisasi KB yang diadakan sebagai sebuah proses untuk menekan laju

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan penelitian selanjutnya, ada beberapa penelitian. Pertama adalah penelitian dari Ayu Fitri yang berjudul Hubungan Tingkat Pendidikan dan Penggunanan Alat Kontrasepsi dengan Jumlah Anak yang Dilahirkan Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Pemanggilan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Kelebihan penelitian Ayu Fitri adalah dapat mengkaji hubungan tingkat pendidikan dengan jumlah anak yang dilahirkan oleh wanita pasangan usia subur (PUS) dan dapat mengkaji hubungan

penggunaan alat kontrasepsi dengan jumlah anak yang dilahirkan oleh wanita

pasangan usia subur (PUS) serta dapat mengkaji hubungan tingkat pendidikan dan

penggunaan alat kontrasepsi dengan jumlah anak yang dilahirkan wanita pasangan

usia subur. Sehingga dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwasanya ada hubungan antara tingkat pendidikan dan penggunaan alat kontrasepsi dengan jumlah

anak yang dilahirkan wanita PUS di Desa Pemanggilan Kecamatan Natar Kabupaten

Lampung Selatan. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian hipotesis didapatkan

nilai Qxy Tied T sebesar 0,84 yang menunjukkan hubungan yang sangat kuat. Wanita

PUS dengan pendidikan rendah (tidak tamat SD sampai tamat SMP) yang

menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek (Non MKJP) memiliki jumlah anak

yang dilahirkan lebih banyak dengan rata-rata 3,40 anak dan wanita PUS dengan

(10)

memiliki jumlah anak yang dilahirkan lebih sedikit dengan rata-rata 3,25 anak.

Sedangkan wanita PUS dengan pendidikan tinggi yang menggunakan alat kontrasepsi

jangka pendek (Non MKJP) memiliki jumlah anak yang dilahirkan dengan rata-rata

2,56 anak dan wanita PUS dengan pendidikan tinggi yang menggunakan alat

kontrasepsi jangka panjang (MKJP) memiliki jumlah anak yang dilahirkan dengan

rata-rata 1,8 anak.

Penelitian terdahulu yang kedua yaitu penelitian dari Ni Putu Dewi Sriwahyuni, Nunuk Suryani, Pancrasia Murdani K, yang berjudul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Akseptor KB Pria tentang Vasektomi serta Dukungan Keluarga dengan Partisipasi Pria dalam Vasektomi di Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng . Kelebihan dari penelitian ini adalah dapat menganalisis hubungan pengetahuan akseptor KB pria tentang vasektomi dengan partisipasi pria dalam

Vasektomi, hubungan sikap akseptor KB pria tentang vasektomi dengan partisipasi

pria dalam Vasektomi dan hubungan dukungan keluarga dengan partisipasi pria dalam

vasektomi serta hubungan pengetahuan , sikap akseptor KB Pria tentang vasektomi

dan dukungan keluarga secara bersama-sama dengan partisipasi pria dalam vasektomi

di Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng. Sehingga dari penelitian tersebut

didapatkan hasil bahwa ada kecenderungan bahwa akseptor KB pria yang tingkat

pengetahuannya tinggi tentang vasektomi, cenderung ikut berpartisipasi dalam

vasektomi dibandingkan dengan akseptor KB pria yang pengetahuannya rendah. Hal

ini terlihat bahwa akseptor KB pria yang pengetahuannya rendah, sebanyak 22,0%

ikut berpartisipasi dalam vasektomi dan 71,7% tidak berpartisipasi dalam vasektomi,

sedangkan pada akseptor KB pria dengan tingkat pengetahuan tinggi, sebanyak 78,0%

ikut berpartisipasi dalam vasektomi dan 28,3% tidak ikut berpartisipasi dalam

(11)

tinggi tentang vasektomi, cenderung ikut berpartisipasi dalam vasektomi

dibandingkan dengan akseptor KB pria yang memiliki sikap rendah. Hal ini terlihat

bahwa akseptor KB pria yang sikapnya rendah, sebanyak 29,3% ikut berpartisipasi

dalam vasektomi dan 65,2% tidak berpartisipasi dalam vasektomi, sedangkan pada

akseptor KB pria dengan sikapnya tinggi, sebanyak 70,7% ikut berpartisipasi dalam

vasektomi dan 34,8% tidak ikut berpartisipasi dalam vasektomi serta adanya

kecenderungan bahwa akseptor KB pria yang memiliki dukungan keluarga tinggi,

cenderung ikut berpartisipasi dalam vasektomi daripada akseptor KB pria yang

dukungan keluarganya rendah. Hal ini terlihat bahwa akseptor KB pria yang

dukungan keluarganya rendah, sebanyak 41,5% ikut berpartisipasi dalam vasektomi

dan 65,2%tidak berpartisipasi dalam vasektomi, sedangkan pada akseptor KB pria

dengan dukungan keluarga tinggi, sebanyak 58,5% ikut berpartisipasi dalam

vasektomi dan 34,8% tidak berpartisipasi dalam vasektomi.

Penelitian terdahulu yang terakhir adalah penelitian dari Oktaviani

Mulyaningtyas Rahmayanti yang berjudul Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan

Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi PUS dalam pelaksanaan Program Berencana di

Desa Menganti Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Kelebihan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pendapatan dengan

tingkat partisipasi PUS dalam program Keluarga Berencana di desa Meganti

Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Sehingga dari penelitian tersebut

didapatkan hasil bahwa pendapatan yang tinggi dan tingkat pendidikan yang tinggi

biasanya lebih memilih alat kontrasepsi yang bersifat semi permanen yaitu

implant/susuk atau spiral, dibandingkan dengan pendapatan yangrendah mereka lebih

memilih menggunakan pil atau suntik, dari 100 sampel didapat 45 orang

(12)

juga rendah yaitu sebesar 34, 62 % dan dari 100 sampel sebanyak 25 %

berpendapatan tinggi sehingga pendapatan rendah keikutsertaan PUS dalam program

Keluarga Berencana juga rendah.

 Akseptor KB pria yang pengetahuanya rendah,

(13)

sebanyak 70,7% ikut

Pengertian Modern menurut Anthony Gidens mendefinisikan modern sebagai dunia

refleksif. Dunia modern menimbulkan “keterasingan pengalaman” atau proses yang

(14)

fenomena-fenomena kegilaan, kriminalitas, penyakit dan kematian, dan seksualitas.

Keterasingan terjadi sebagai akibat dari mengingkatnya peran sistem abstrak dalam

kehidupan sehari-hari. Keterasingan ini akan membawa kita kepada keamanan ontologis

yang semakin besar. Dalam masyarakat yang bertipe tradisional (tidak modern) aktivitas

individu tidak ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan yang berlebihan, karena pilihan

yang tersedia telah mengacu pada pradeterminasi, berupa kebiasaan, tradisi, atau nilai. Di sisi

lain, masyarakat post-tradisional lebih cenderung tidak memperhatikan kebiasaan-kebiasaan

yang “pakem. Dengan demikian, masyarakat kota Malang pengguna KB non permanen masih

terpengaruh tradisi lama dan tidak ingin mengikuti kemajuan tehknologi kesehatan dan

mematuhi perkembangan kebijakan pemerintah.

Ciri-ciri Manusia Modern Menurut Alex Inkeles, dalam (Maryati:2001) terdapat 9

(Sembilan) ciri manusia modern yakni:

1. Memiliki sikap hidup untuk menerima hal-hal baru dan terbuka untuk perubahan.

2. Memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat atau opini mengenai lingkungannya

sendiri atau kejadian yang terjadi jauh di luar lingkungannya serta dapat bersikap

demokratis.

3. Menghargai waktu dan lebih banyak berorientasi ke masa depan dari pada masa lalu.

4. Memiliki perencanaan dan pengorganisasian

5. Percaya diri

6. Perhitungan

7. Menghargai harkat hidup manusia lain

8. Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi

9. Menjunjung tinggi suatu sikap di mana imbalan yang diterima seseorang harus sesuai

(15)

 Syarat-syarat Modernisasi

Menurut Soerjono Soekanto (1987:137) terdapat beberapa syarat-syarat modernisasi

yaitu:

1.) Cara pikir yang ilmiah yang sudah melembaga dan tertanam kuat dalam kalangan

pemerintah maupun masyarakat luas.

2.) Sistem administrasi Negara yang baik dan benar-benar mewujudkan birokrasi.

3.) Sistem pengumpulan data yang baik, teratur dan terpusat pada suatu lembaga atau

Badan tertentu seperti BPS (Biro Pusat Statistik).

4.) Penciptaan iklim yang menyenangkan terhadap modernisasi terutama media

massa

5.) Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin diri.

6.) Sentralisasi wewenang dalam perencanaan sosial yang tidak mementingkan

kepentingan pribadi atau golongan. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dimbil

kesimpulan bahwa pengertian modernisasi adalah proses perubahan sosial dimana

masyarakatnya sedang memperbaharui dirinya dengan cara mendapatkan ciri-ciri

dan memenuhi syarat-syarat sebagai masyarakat modern.

2.2.2 Partisipasi Pembangunan menurut Cohen dan Uphoff

Menurut Cohen dan Uphoff (1977) partisipasi dalam pembangunan berarti mengambil

bagian atau peran dalam pembangunan, baik dalam bentuk pernyataan mengikuti kegiatan,

memberi masukan berupa pemikiran, tenaga, waktu keahlian, modal, dana dan atau materi,

serta ikut memanfatkan dan menikmati hasilnya (Rizqina, 2010: 15).

Selanjutnya Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi menjadi 4 jenis sesuai

(16)

1. Partisipasi dalam pembuatan keputusan dan kebijakan organisasi, adalah proses dimana

prioritas-prioritas pembangunan dipilih dan dibentuk program yang sesuai dengan

kepentingan masyarakat. dalam partisipasi ini masyarakat diberi kesempatan untuk

mengemukakan pendapat untuk menilai suatu rencana, dan menilai suatu keputusan atau

kebijaksanaan yang sedang berjalan.

2. Partisipasi dalam kegiatan operasional pembangunan berdasarkan program yang telah

ditetapkan. Bentuk partisipasi masyarakat dapat dilhat dari keaktifan berpartisipasi,

bentuk-bentuk yang dipartisipasikan misalnya tenaga, fikiran, materi dan atau uang.

3. Partisipasi dalam memanfaatkan hasil-hasil pembangunan yang dicapai dalam pelaksanaan

pembangunan, partisipasi dalam pemanfaatan ini selain dapat dilihat dari pemanfaatan

pembangunan juga dapat dilihat dari dampak pembangunan terhadap tingkat kehidupan

masyarakat.

4. Partisipasi dalam evaluasi, masyarakat dilibatkan secara langsung atau tidak langsung

dalam mengawasi atau menilai suatu program yang telah berjalan. Bentuk partisipasinya

bisa berupa pemberian kritik/protes dan pemberian saran (Rizqina, 2010: 20-21).

Menggunakan konsep partisipasi Uphoff dan Cohen ini peneliti akan mengukur tingkat

partisipasi masyarakat menggunakan KB permanen.

1.3 Definisi Opersional Variabel

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua variable yaitu variable bebas (variable

X) dan variable terikat (variable Y). variable X dalam penelitian ini adalah tingkat

(17)

kabupaten Malang Jawa Timur. dalam penggunaan KB permanen. Berikut penurunan

teori/konsep, variable, indikator dan item dalam penelitian ini :

Tabel 2: Teori/Konsep, Variabel, Indikator dan Item Modernitas

Teori/ Konsep Variabel Indikator Item

Modernitas (Alex

Inkeles) Tingkat Modernitas (X)

 Sikap  Keingintauhan

mengenai KB

 Demokratis  Keikutsertaan dalam

(18)

 Tindakan ingin

 Percaya Diri  Tanggung jawab pada setiap kegiatan yang

 Perhitungan  Tindakan

(19)

kelebihan dan

Tabel 3 Teori/Konsep, Variabel, Indikator, Item Partisipasi Pembangunan

Teori/Konsep Variabel Indikator Item

 Sikap  Keikutsertaan

(20)

resiko dan

manfaat  program Mengetahui manfaat yang didapat setelah meleksanakan program KB permanen  Melakukan

Evaluasi

 Tindakan melakukan evelauasi atau penilaian terhadap program yang sudah dijalankan yaitu KB

permanen

 Memberikan saran untuk

menginformasikan kepada masyarakat atau kelauarga lain mengenai program KB permanen

1.4 Kerangka Pemikiran

Gambar 1 : Kerangka Berpikir Hubungan Tingkat Modernisasi dengan Tingkat Partisipasi Penggunaan KB Permenen di Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang Jawa Timur

Tingkat Modernitas

(21)

Berawal dari adanya Permasalahan partisipasi KB hampir merata di seluruh Indonesia tak

terkecuali di Kota Malang. Data partisipasi KB di Kota Malang masih tergolong rendah dimana

hal tersebut dapat dilihat dari angka partisipasi yang hanya mencapai 65% dari total pasangan usia

subur, Untuk melakukan program KB dibutuhkan alat kontrasepsi. Kontrasepsi ada dua macam

yaitu kontrasepsi permanen dan non permanen. Kontrasepsi permanen sering disebut juga dengan

kontrasepsi menetap, yaitu membuat kemampuan untuk hamil menjadi sulit dikembalikan atau

tidak dapat hamil kembali. Usaha kontrasepsi permanen dilakukan dengan cara operasi, baik pada

pria maupun wanita. Pada wanita disebut Tubektomi yaitu pemotongan saluran tabung Fallopi

(oviduk), pada pria disebut Vasektomi yaitu pemutusan saluran sperma. Cara ini sangat dianjurkan

oleh pemerintah karena memeberikan manfaat jangka panjang yaitu untuk mengurangi jumlah

anak dalam keluarga dan menekan laju pertumbuhan penduduk kota Malang. Tak banyak

masyarakat yang mengetahui juga berani dan mampu mengikuti program penggunaan KB

Permanen, karena masih terpengaruh tradisi lama dan tidak ingin mengikuti kemajuan tehknologi

kesehatan dan mematuhi perkembangan kebijakan pemerintah, sikap masyarakat yang seperti itu

dianggap sebagai sikap yang tidak modern, tidak mau menerima penemuan dan tradisi baru yang

merupakan hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan tehknologi di bidang kesehatan yang

sudah diuji keamanan dan keberhasilanya di dunia kesehatan.

Seperti yang dijelaskan oleh Alex Inkeless mengenai ciri – ciri masyarakat modern, yaitu

sikap ingin tahu yang tinggi, percaya diri, demokratis, perhitungan, percaya dan menerapkan ilmu

pengetahuan dan tehknologi juga berorientasi pada masa depan serta mempuyai perencanaan dan

pengorganisasian, sikap – sikap masyarakat yang seperti itu dinilai sebagai sikap yang modern,

dengan adanya sikap – sikap yang modern inilah yang dapat mempengaruhi pemikiran dan

(22)

diketahui bahwa adanya modernitas menjadi salah satu alasan terciptanya partisipasi masyarakat

dalam penggunaan KB permanen.

2.5 Hipotesis

Bedasarkan teori – teori dan pemikiran diatas maka dapat diperkirakan bahwa tingkat

modernitas mempengaruhi tingkat partisipasi penggunaan KB permanen di kecamatan

Lowokwaru kabupaten Malang. Jawa Timur.

H0 : Tidak ada hubungan tingkat modernisasi dengan tingkat partisipasi penggunaan

KB permanen

H1 : Ada hubungan tingkat modernisasi dengan tingkat partisipasi penggunaan KB

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mendiskripsikan dan menganalis hubungan antara tingkat modernitas dengan tingkat partisipasi dalam penggunaan KB permanen di kecamatan Lowokwaru kabupaten Malang Jawa Timur. Rumusan tujuan dan masalah tersebut disusun untuk menjawab hipotesis penelitian. Penelitian ini termasuk pada penelitian korelasiaonal dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, metode analisis statistik deskriptif inferensial, dan tehnik analisis datanya korelasi dan regresi baik tunggal maupun ganda.

(24)

Statistik inferensial yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis statistik paramerik. Sugiyono (2003:171) menjelaskan bahwa dalam statistik inferensial terdapat statistik parametrik dan non parametrik. Dalam penggunaanya tergantung pada asumsi dan jenis data yang diggunakan. Penggunaaan statistik parametrik harus secara random, sedangkan dalam statistik non parametrik tidak harus memenuhi asumsi – asumsi tersebut. Oleh karena itu sebelum melakukan analisis tiap hipotesis yang diajukan, data yang diperolah terlebih dahulu dicari normalitasnya.

Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian dengan karateristik penalaran logis dan deduktif yaitu berbasis pemgetahuan, hubungan sebab akibat, menguji teori, melakukan uji analisis statistik dan objektif. (Danim 2002 :34). Kerlinger (Creswell 1994:82) mendefinisikan pendekatan kuantitatif yaitu a set of inttereleted constructs (variables), definition and propositions that present systematic view phenomena by specipving relations among variables

with purpose of explaining natural phenomena by specipving relations among variables with

purpose of explaining natural phenomena’ (pendekatan kuantitatif sebagai suatu keterkaitan

dari variabel, rumusan dan dalil- dalil yang tersusun secara sistematis, khusunya hubungan antara variabel- variabel dengan tujuan untuk menjelaskan hubungan fenomena tersebut, pendekatan kuantitatif pada penelitian ini digunakan pada tahap uji coba.

(25)

kuesioner. Yaitu daftar pertanyaan atau peryataan untuk mengumpulkan jawaban dari sejumlah responden (sampel). Adapun tehnik korelasionel berkaitan dengan pengukuran hubungan-hubungan antara dua atau lebih variabel yaitu dengan mengkorelasikan Skor data modernitas dengan partisipasi.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Malang tepatnya di kelurahan Lowokwaru , alasan

peneliti melakukan penelitian di tempat tersebut karena Dinas pengendalian penduduk,

pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak (DP3AP2KB) sedang mengintesifkan

program pengendalian penduduk melalui penggunaan KB permanen seluruh daerah di kota

Malang, tak terkecuali kecamatan Lowokwaru dan alasan pemilihan kecamatan Lowokwaru

adalah bedasarkan data partisipasi KB di Kota Malang presentase kecamatan Lowokwaru

(26)

3.3Populasi

Menurut Ida Bagoes dan Kasto (dalam Singarimbun dan Effendi, 1995) bahwa populasi adalah jumlah keseluruhan dan unit analisa yang ciri – cirinya akan diduga. Bisa dikatakan bahwa ciri – ciri dalam populasi tersebut merupakan sejumlah penduduk atau individu yang paling memiliki sifat yang sama (S, Hadi 1993) . pupulasi juga didefinisikan sebagai keseluruhan subjek. (Arikunto, 1991). Sehingga dari penjelasan populasi tersebut maka dapat diartikan sebagai jumlah keseluruhan dari individu sebagai subjek penelitian dan memiliki karateristik yang sama. Populasi dalam penelitian ini berfokus pada seluruh masyarakat kecamatan Lowokwaru yang tergolong dalam PUS (pasangan usia subur) yang diharapkan untuk mengikuti program KB terutama KB permanen agar suapaya dapat membantu pemerintah dalam upaya pengendalian penduduk di kota Malang dan mengurangi jumlah anak yang dilahirkan. Bedasarkan data Dinas pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan pengendalian penduduk (DP3AP2KB) tahun 2016 jumlah keseluruhan pasangan usia subur (PUS) adalah 25.459 ribu jiwa Sehingga total keseluruhan populasi adalah sebesar 25.459.

3.4Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2007: 61). Sampel juga dikatakan sebagai bagian dari analisis yang terdapat dalam populasi (Neuman, 2000). Sampel bisa berupa suatu metode pengambilan yang dilakukan secara ideal dan memiliki sifat (a) dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dan mewakili seluruh populasi. (b) menggunakan tehnik pengambilan sampel yang besar (Idrus,2009).Untuk menentukan sampel maka dapa;;t menggunakan rumus Slovin yaitu ( Krisyanto, 2006) :

(27)

n= N N(d²)+1

n= 25. 459 25.459(0,1²)+1

n=25.459 255,59

n=99,608

n=100

Dari perhitungan sampel menggunakan rumus slovin tersebut maka dalam penelitian ini

membutuhkan 100 sampel yang dapat mewakili populasi pasangan usia subur kecamatan

Lowokwaru kota Malang. Selanjutnya, dalam pemilihan sampel, peneliti menggunakan

teknik random sampling. Penggunaan teknik tersebut karena adanya penghematan waktu,

biaya dan tenaga serta kemungkinan memperoleh hasil yang akurat lebih besar mnegingat

jumlah populasi yang cukup banyak.

3.5Jenis Data

(28)

3.6 Sumber Data

3.6.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat peneliti menurut cara memperolehnya yang biasanya didapat ketika turun lapang. Sehingga data primer didapatkan secara langsungdari objek penelitian atau justru responden sendiri. Data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara yakni :

a. Observasi

Observasi menrupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi melalui pengamatan secara langsung dilapangan, guna melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Idrus, 2009). Observasi dalam penelitian ini dilakukan beberapa kali dalam tahap prasurvey yang diharapkan mampu mengetahui fenomena atau gejala yang terjadi di lapangan. Sehingga peneliti bisa mengetahui variabel yang didapat dari adanya observasi ini.

b. Anget atau Kuesioner

Angket atau kuesioner dalah metode yang memberikan sejumlah pertayaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Menurut Masri Singarimbun dan Tri Handayani (dalam Singarimbun & Effendi, 1995). Tujuan pook pembuatan kuesioner adalah a) untuk memperoleh informasi dengan reliable dan validitas yang tinggi, hal ini perlu diperhatikan oleh peneliti dalam menyusun kuesioner. Pertayaan – pertayaan yang disusun harus sesuai dengan hipotesa dan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner semi terbuka yang memungkinkan jawaban sudah disediakan terlebih dahulu sehingga responden masih diberi opsi jawaban yang lain juga,

c. Wawancara

(29)

mendapatkan data pendukung untuk memperkuat jawaban dari angket atau kuesioner. Bisa dibilabg wawancara merupakan proses komunikasi yang sangat menentukan dalam proses penelitian. Hasil yang didapat menjadi lebih mendalam karena mampu menggali secara lebih mendetail. Dalam pelaksanaanya, wawancara pada penelitian ini dilakukan secara semi stuctured dimana interview dengan pertanyaan yang terstukturyang kemudian satu persatu diperdalam dalam menggali keterangan lebih lanjut. Dengan model seperti ini, maka diharapkan semua variabel yang ingin digali dala penelitian ini dapat diperoleh secara lengkap dan mendalam (Briman, 2004).

3.6.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data ang digunakan untuk mendukung data primer. Data sekunder biasanya diperoleh oleh peneliti melalui media perantara atau secara tidak langsung. Umumnya data sekunder berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)yang dipublikasikan atau tidak (Briman, 2004). Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah data arsip Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2KB) kota Malang. Selain itu data sekunder lain pada penelitian ini juga didapatkan dari buku atau jurnal penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan referensi dalam melakukan penelitian.

3.7Teknik Analisis Data

(30)

Korelasi merupakan angka yang menunjukan arah dan kuatnya hubungan atar dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk hubungan positif atau negatif. Dikatakan positif jika nilai suatu variabel ditingkatkan maka akan meningkatkan variabel lain, dan sebaliknya jika dua variabel atau lebih diturunkan maka akan menurunkan variabel yang lainya. Dikatakan negatif, jika nilai suatu variabel dinaikan maka akan menurunkan variabel yang lain, serta sebaliknya jika suatu variabel diturunkan maka akan menaikan variabel lain.

Kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. Korelasi koofisien positif terbesar adalah 1. An koefisien korelasi negatif terbesar adalah -1 dan sedangkan yang terkecil adalah 0. Bila hubungan anatara dua variabel mempuyai koefisien korelasi 1 atau -1 maka hubungan tersebut sempurna. Dalam hal ini, arti kejadian- kejadian pada variabel yang mempuyai satu akan dapat dijelaskan atau diprediksi oleh variabel yang lain tanpa kesalahan (eror). Semakin kecil koefisien korelasi, maka akan semakin besar eror untuk membuat prediksi. Sebenarnya, besar koefisien korelasi dapat diketahui bedasarkan penyebaran titik – titik pertemuan antara dua variabel. Bila titik- titik itu terdapat dalam satu garis, maka koefisien korelasinya 1 atau -1. Namun jika titik- titik membantu lingkaran, maka koefisien korelasinya 0.

Uji korelasi yang digunakan menggunakan korelasi rank kendal digunakan untuk menguji dua variabel atau lebih (Priyosududibjo, 2010). Sehingga, dalam penelitian ini dikaitkan dalam dua variabel yakni tingkat modernitas dengan partisipasi penggunaaan KB permanen rank kendal. Penggunaan metode analisis korelasi rank kendal memiliki asumsi (1) Sampel lebih dari 10, (2) Memiliki dua variabel atau lebih, dan skala data paling rendah adalah berskala ordinal (3) Bisa ditingkatkan ke analisa Parsial. Statistik uji yang dinggunakan ialah :

(31)

Keterangan :

τ = Koefisien korelasi kendal Tau yang besarnya (-1 < τ < 1)

A = Jumlah rangking atas

B = Jumlah rangking bawah

N = Jumlah anggota sampel

3.8 Uji Keabsahan Data 3.81 Uji Validitas

Validitas menunjukan sejauh mana skor atau nilai atau ukuran yang diperoleh benar- benar menyatakan

hasil pengukuran atau pengamatan yang ingi diukur (Agung, 1990). Validitas pada umumnya dipermasalahkan berkaitan dengan hasil pengukuran psiologis atau non fisik. Macam – macam validitas umunya digolongkan dalam tiga katagori besar, yaitu validitas isi (Conten Validity), Validitas bedasarkan kriteria (Criterian Related Validity), Validitas Construc. Pada penelitian ini akan dibahas hal menyangkut validitas untuk menguji apakah pertayaan- pertayaan itu telah mengukur aspek yang sama. Untuk itu dipergunakanlah validitas kontruck.

Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel/ item dengan skor total variabel. Cara mengukur validitas konstruck yaitu dengan mencari korelasi antara masing- masing pertayaan dengan skor total menggunakan rumus tehnik korelasi product moment. Dalam penelitian tentang hubungan tingkat modernitas dengan partisipasi dalam pengunaan KB permanen di kecamatan Lowokwaru kabupaten Malang Jawa Timur. Peneliti menggunakan rumus product moment (Arikunto, 1993) :

Rxy = N Σxy – (Σx) (Σy) √N Σx2 – (Σx)2 (Σx2 – (Σy)2)

(32)

X = skor suatu butir/item Y = skor total

Jika nilai probabilitas < 0,05 berarti data yang dimasukkan adalah valid atau bisa dilihat dari

Nilai r kemudian dikonsultasikan dengan rtabel (rkritis). Bila rhitung dari rumus di atas lebih

besar dari rtabel maka butir tersebut valid, dan sebaliknya.

Daftar pustaka

Mochtar, Rustam, 1998.dalam Sejarah Keluarga Berencana. Jakarta : Rinika Cipta.

Hartono, hanafi. 2004. Dalam Seajarah Keluarga Berencana. Bandung: PT Sinar Baru

Algensindo .

Evaluasi keluarga berencana nasional kota malang tahun 2012, kantor DP3AP2KB Jl. Ki

Ageng Gribig no.5 Malang.

Iskandar.2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif).

Jakarta: GP Press.

Koentjaraningrat. 1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat.Jakarta, Indonesia : PT

(33)

www.menkokesra.go.id diakses pada tanggal 10 Januari 2018 pukul 20.14

www.bkkbn.go.id diakses pada tanggal 10 Januari 2018 pukul 20.20

http://www.alumnifkumi.org/artikel.html?

id=PEMILIHAN_METODE_KONTRASEPSI_JANGKA_PANJANG , 2016

http://makola.malangkota.go.id/tentang-kami/ diakses pada tanggal 12 Januari 2018 pukul

18.20

http://digilib.unila.ac.id/21887/2/SKRIPSI%20TANPA%20BAB

%20PEMBAHASAN.pdf diakses pada tanggal 21 Febuari 2018 pada pukul 18.24

https://www.neliti.com/id/publications/13501/hubungan-pengetahuan-dan-sikap-akseptor-kb-pria-tentang-vasektomi-serta-dukungan diakses pada tanggal 25

Febuari 2018 pukul 20.00

https://www.neliti.com/id/publications/13501/hubungan-pengetahuan-dan-sikap-akseptor-kb-pria-tentang-vasektomi-serta-dukungan diakses pada tanggal 25 Febuari

2018 pada pukul 20.15

http://digilib.unila.ac.id/2283/11/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 4 Maret 2018 pada pukul 19.23

https://repositori.unikom.ac.id diakses pada tanggal 5 Maret 2018 pada pukul 20.15

https://ejournal.unsrat.ac.id diakses pada tanggal 7 Maret 2018 pukul 15.03

Kuesioner Penelitian

1. Apakah bapak/ibu menggunakan program KB? a. Iya

b. Tidak

2. KB jenis apa yang bapak/ibu gunakan ?

a. KB non permanen (pil kb, susuk (implan), cervical cup, suntikan, IUD ( Ultra Uterine Divice) dan kondom.)

b. KB permenen (vasektomi /pemutusan saluran sperma) atau tubektomi/ pemotongan saluran ovum)

c. Tidak menggunakan KB apapun 3. Dimanakah bapak/ibu melakukan KB?

a. Rumah sakit b. Bidan

c. Dilakukan sendiri di rumah dengan membeli sejenis alat atau obat KB

(34)

1. Darimanakah bapak/ibu mengetahui mengenai adanya KB permanen (Vasektomi/ pemotongan saluran sperma dan tubektomi/ pemotongan saluran ovum ?

a. Dari sisialisasi KB yang diadakan dinas keluarga berencana/ dp3ap2kb b. Dari internet dan media sosial, informasi dari keluarga, teman, tetangga c. Tidak tahu mengenai adanya KB Permanen

2. Apakah bapak /ibu pernah mengikuti sosialisasi KB yang diadakan oleh dinas KB atau dp3ap2kb kota Malang ?

a. Pernah b. Tidak pernah

3. Apakah tujuan bapak/ibu tertarik ingin menggunakan KB Permanen ?

a. Ingin lebih aman secara kesehatan, dan terjamin keberhasilanya yaitu tidak akan hamil lagi/melahirkan anak.

b. Tidak tertarik, karena alasan tertentu

4. Alasan bapak/ibu menggunakan KB permanen ?

a. Mengurangi jumlah anak dalam keluarga (2 anak cukup)

b. Tidak menggunakan KB permanen karena masih ingin punya anak lagi (lebih dari 2)

5. Apakah bapak/ibu mempuyai rasa takut untuk mengikuti KB permanen? a. Takut

b. Tidak takut

6. Apakah bapak/ibu merasa keberatan (dari segi biaya) menggunakan KB Permanen? a. Iya, karena biaya untuk KB permanen lumayan mahal

b. Tidak, karena biaya yang dikeluarkan sebanding dengan hasil 7. Manakah yang bapak/ibu pilih

a. KB permanen (vasektomi dan tubektomi)sebagai hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi di bidang medis

b. KB non permanen (pil kb, susuk (implan), cervical cup, suntikan, IUD ( Ultra Uterine Divice) dan kondom.) yang merupakan cara lama KB untuk menunda kehamilan saja Partisipasi

1. Dengan adanya sosialisasi dan informasi mengenai KB permanen apakah bapak/ibu sudah menggunakan KB permanen ?

a. Iya sudah b. Belum

2. Apakah bapak ibu sudah percaya diri dengan memperhitungkan waktu, modal dan efek dari KB permanen ?

a. Sudah b. Belum

3. Apakah bapak/ibu sudah mendapat manfaat dari penggunaan KB permanen? a. Sudah

b. Belum karena belum menggunakan KB permanen

4. Apakah bapak/ibu sudah menginformasikan KB permanen yang bapak/ibu gunakan kepada keluarga atau orang lain yang bapak/ibu kenal ?

(35)

Gambar

Tabel 1.1 Partisipasi KB di Kota Malang
Tabel 2:  Teori/Konsep, Variabel, Indikator dan Item Modernitas
Tabel 3 Teori/Konsep, Variabel, Indikator, Item Partisipasi Pembangunan
Gambar 1 : Kerangka Berpikir Hubungan Tingkat Modernisasi dengan Tingkat Partisipasi Penggunaan KB Permenen di Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang Jawa Timur

Referensi

Dokumen terkait

l\renetapkan Dosen Penasehat Akademik Tahap Saiana pada Prograrn Stud Sariana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya TA 2016/20'17 sebagaimana

merupakan salah satu komoditas pangan penting yang perlu dikonsumsi manusia dalam rangka memenuhi pola makan yang seimbang. Kabupaten Karo berada pada dataran tinggi maka

Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (variabel independen atau X) terhadap variabel terikat (variabel dependen atau

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Dalam pemberian imunisasi pada bayi dan anak dapat dilakukan dengan.. beberapa imunisasi yang

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Apakah ada perbedaan perilaku prososial yang signifikan pada anggota Jemaat Dewasa Muda GKI Petrus.. Jayapura

Hasil Kegiatan : Membimbing kelompok tani dalam pelaksanaan panen raya kegiatan demonstrasi farm melalui penghitungan ubinan tanaman padi guna mengetahui produksi

According to the result of needs analysis questionnaire that distributed previously, it can be concluded that the needs of junior high students on reading materials