• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 RENCANA SISTEM PERKOTAAN - 3-Revisi Rencana Struktur Ruang RTRW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "3.1 RENCANA SISTEM PERKOTAAN - 3-Revisi Rencana Struktur Ruang RTRW"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

3.1 RENCANA SISTEM PERKOTAAN

Sistem perkotaan terdiri atas PKN, PKW, dan PKL. PKN dan PKW ditentukan oleh pemerintah, sedangkan PKL ditetapkan dalam RTRW Provinsi berdasarkan usulan pemerintah kota, sedangkan untuk mendorong perkembangan kawasan perbatasan ditentukan PKSN. Sistem perkotaan dalam RTRW Kota Jayapura Tahun 2013-2033 lebih bersifat menegaskan penetapan sistem perkotaan berdasarkan hirarki kebijakan di atasnya.

(2)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 2

3.2 RENCANA PUSAT-PUSAT PELAYANAN

3.2.1 RENCANA KEPENDUDUKAN

Dalam RTRW Kota Jayapura, rencana kependudukan dilakukan untuk menjamin pemanfaatan ruang yang optimal dan terjaganya fungsi kawasan lindung. Untuk mewujudkan penyebaran penduduk yang sesuai dengan daya dukung alam dan kecenderungan perkembangan Kota Jayapura, maka penyebaran penduduk diarahkan pada kawasan non lindung. Pada akhir tahun perencanaan diperkirakan jumlah penduduk di Kota Jayapura adalah 864.698 jiwa penduduk. Berdasarkan jumlah penduduk tersebut, maka Kota Jayapura dari kota sedang menuju ke kota besar. Mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan, pengembangan kegiatan, dan pola distribusi penduduk, maka rata-rata pertumbuhan penduduk Kota Jayapura 4,6%. Pertimbangan dalam menentukan distribusi penduduk di Kota Jayapura adalah:

a. pengembangan kependudukan diarahkan ke Distrik Muara Tami; dan

b. pengembangan kependudukan di Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, Distrik Abepura, Distrik Heram diarahkan sebagai wilayah pengendalian pembangunan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka distribusi penduduk pada akhir tahun perencanaan adalah:

a. jumlah penduduk di Distrik Jayapura Utara pada tahun 219.043 jiwa penduduk atau 25,3% penduduk. Distrik ini merupakan pengembangan kawasan perumahan vertikal kepadatan tinggi dan perumahan horisontal kepadatan sedang, yang ditunjang oleh kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan, kesehatan, peribadatan, ruang terbuka hijau;

b. jumlah penduduk di Distrik Jayapura Selatan pada tahun 225.428 jiwa penduduk atau 26,1% penduduk. Distrik ini merupakan pengembangan kawasan perumahan vertikal kepadatan tinggi dan perumahan horisontal kepadatan sedang, yang ditunjang oleh kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan, kesehatan, ruang terbuka hijau;

(3)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 3

d. jumlah penduduk di Distrik Heram 136.335 jiwa penduduk atau 15,8% penduduk. Distrik ini merupakan pengembangan kawasan perumahan vertikal kepadatan sedang dan perumahan horisontal kepadatan sedang, yang ditunjang oleh kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan, kesehatan, peribadatan, ruang terbuka hijau; dan

e. jumlah penduduk di Distrik Muara Tami 37.508 jiwa penduduk atau 4,3% penduduk. Distrik ini merupakan pengembangan kawasan perumahan vertikal kepadatan sedang dan perumahan horisontal kepadatan sedang, yang ditunjang oleh kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan, kesehatan, peribadatan, ruang terbuka hijau.

TABEL III.1 RENCANA DISTRIBUSI KEPENDUDUKAN KOTA JAYAPURA, 2013-2033

DISTRIK STATUS PEMERINTAHAN PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK TAHUN (JIWA)

KAMPUNG KELURAHAN 2013 2018 2033 2028 2033

DISTRIK JAYAPURA UTARA 89.104 111.572 139.705 174.933 219.043 Jayapura Selatan 1. Numbai 11.424 14.305 17.912 22.429 28.085 DISTRIK JAYAPURA SELATAN 91.701 114.824 143.778 180.032 225.428 Abepura 1. Asano 10.133 12.688 15.887 19.893 24.909 DISTRIK ABEPURA 100.225 125.498 157.143 196.767 246.383 Heram 1. Waena 21.623 27.075 33.902 42.451 53.155

2. Hedam 14.910 18.669 23.377 29.272 36.653 3. Yabansai 13.786 17.263 21.616 27.066 33.891 4. Yoka 2.772 3.470 4.345 5.441 6.813 5. Waena 2.369 2.966 3.714 4.650 5.823

(4)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 4

DISTRIK STATUS PEMERINTAHAN PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK TAHUN (JIWA)

KAMPUNG KELURAHAN 2013 2018 2033 2028 2033 TOTAL PENDUDUK KOTA JAYAPURA 351.747 440.442 551.502 690.567 864.698

Sumber: Hasil Rencana Tim RTRW Kota Jayapura, 2012

TABEL III.2 RENCANA KEPADATAN PENDUDUK KOTA JAYAPURA, 2013-2033

DISTRIK STATUS PEMERINTAHAN LUAS (KM2)

DISTRIK JAYAPURA UTARA 51,00 13.836 17.325 21.693 27.163 34.013 Jayapura

(5)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 5

DISTRIK

STATUS PEMERINTAHAN LUAS (KM2)

KEPADATAN JUMLAH PENDUDUK (JIWA/KM2)

KAMPUNG KELURAHAN 2013 2018 2023 2028 2033

Muara Tami 1. Koya Barat 62,70 933 1.169 1.464 1.833 2.295 2. Koya Timur 110,50 704 881 1.104 1.382 1.730 3. Holtekamp 63,30 208 260 326 408 510 4. Koya Tengah 75,60 77 97 121 152 190 5. Skouw Sae 72,70 117 147 184 230 288

6. Mosso 72,70 90 112 141 176 221

7. Skouw Yambe 81,50 120 150 188 236 295 8. Skouw Mabo 87,70 120 150 188 236 295 DISTRIK MUARA TAMI 626,70 2.369 2.967 3.715 4.651 5.824 TOTAL KEPADATAN KOTA JAYAPURA 940,00 54.619 68.392 85.637 107.231 134.270

Sumber: Hasil Rencana Tim RTRW Kota Jayapura, 2012

3.2.2 RENCANA PUSAT PELAYANAN

Rencana sistem pusat pelayanan yang dimaksud terdiri atas pusat pelayanan kota, subpusat pelayanan kota, dan pusat lingkungan.

3.2.2.1 Rencana Pusat Pelayanan Kota

Pusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional. Pusat pelayanan kota dikembangkan berdasarkan pada aspek strategis lokasi, konektivitasnya terhadap jaringan jalan, potensi eksisting, serta mendukung peran/fungsi Kota Jayapura berdasarkan kebijakan tata ruang pada skala yang lebih tinggi, yaitu RTRW Provinsi Papua dan RTRWN.

Pusat pelayanan kota yang dimaksud adalah Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan. Fungsi pusat pelayanan kota adalah:

a. pusat perdagangan dan jasa yang melayani Kota Jayapura, Kabupaten Keerom, Kabupaten Jayapura, bahkan negara Papua Neuw Guinea;

b. pusat pelayanan transportasi darat yang melayani Kota Jayapura, kabupaten lainnya di Provinsi Papua dan keluar dari Provinsi Papua, serta negara Papua Neuw Guinea; dan

c. pusat perkantoran dan pemerintahan kota yang melayani Kota Jayapura dan kabupaten-kabupaten di Provinsi Papua.

Pengembangan fasilitas meliputi:

a. fasilitas sosial pendukung kegiatan perdagangan dan jasa; b. fasilitas sosial pendukung kegiatan transportasi;

(6)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 6 3.2.2.2 Rencana Subpusat Pelayanan Kota

Subpusat pelayanan kota merupakan fungsi kota yang melayani subwilayah kota. Pengembangan subpusat kota berfungsi sebagai penyangga pusat pelayanan kota, meratakan pelayanan pada skala subwilayah kota, serta mendukung keserasian perkembangan kegiatan pembangunan antar pusat permukiman. Dalam penentuannya memperhatikan aspek strategis fungsi pusat pelayanan bagi skala kota maupun regional, aksesibilitas pada jaringan prasarana, potensi eksisting, serta keterkaitan dengan Pusat Pelayanan Kota.

Subpusat pelayanan kota yang dimaksud dikembangkan di sebagian Distrik Jayapura Utara, sebagian Distrik Jayapura Selatan, sebagian Distrik Abepura, sebagian Distrik Heram, serta sebagian Distrik Muara Tami.

a.

Subpusat Jayapura Utara

Subpusat Jayapura Utara berkedudukan di sebagian Kelurahan Gurabesi dan sebagian Kelurahan Bhayangkara Distrik Jayapura Utara. Aktivitas yang sudah berkembang dan potensi pengembangan perekonomian (perdagangan dan jasa), pendidikan, serta kesehatan menjadi pertimbangan dalam menentukan Subpusat Jayapura Utara. Fungsi yang diarahkan adalah pusat perdagangan dan jasa, pertahanan dan keamanan, pendidikan, dan kesehatan.

b.

Subpusat Jayapura Selatan

Subpusat Jayapura Selatan berkedudukan di sebagian Kelurahan Numbai Distrik Jayapura Selatan. Pertimbangan dalam menentukan subpusat ini adalah aktivitas yang telah berkembang di kawasan ini dan berskala nasional maupun kota. Fungsi yang diarahkan adalah pusat transportasi laut, serta transportasi darat skala kota.

c.

Subpusat Abepura

Subpusat Abepura berkedudukan di sebagian Kelurahan Kotabaru dan sebagian Kelurahan Wai Mhorock, karena perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan, dan perumahan berada di subpusat ini. Fungsi yang diarahkan pada subpusat ini adalah pusat pemerintahan distrik, perdagangan dan jasa skala kota, transportasi, dan pendidikan.

d.

Subpusat Heram

(7)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 7

Kabupaten Jayapura menjadikan pertimbangan dalam menentukan Subpusat Heram. Fungsi yang diarahkan pada subpusat ini adalah perdagangan dan jasa, pendidikan, serta pertahanan dan keamanan.

e.

Subpusat Muara Tami

Subpusat Muara Tami berkedudukan di sebagian Kampung Skouw Mabo Distrik Muara Tami. Perkembangan Kota Jayapura diarahkan pada Distrik Muara Tami dan terhubungkan dengan jalan arteri primer (jaringan jalan nasional). Fungsi yang diarahkan adalah perdagangan dan jasa, perkantoran, dan pariwisata.

3.2.2.3 Rencana Pusat Lingkungan

Rencana pusat lingkungan merupakan fungsi kota yang skala lingkungan wilayah kota. Dalam penentuannya memperhatikan aspek strategis fungsi pusat pelayanan bagi skala lingkungan, aksesibilitas pada jaringan prasarana, potensi eksisting, serta keterkaitan dengan SubPusat Pelayanan Kota. Pusat lingkungan diarahkan pada fungsi-fungsi pelayanan skala lingkungan wilayah kota, yaitu:

1. Kelurahan Tanjung Ria; 2. Kelurahan Mandala; 3. Kelurahan Trikora; 4. Kelurahan Hamadi; 5. Kelurahan Vim; 6. Kelurahan Wahno; 7. Kelurahan Yobe; 8. Kelurahan Asano; 9. Kelurahan Awiyo; 10. Kelurahan Abepantai; 11. Kampung Waena;

12. Kelurahan Koya Timur; dan 13. Kelurahan Koya Barat.

Pusat lingkungan ini dilengkapi dengan sarana lingkungan perkotaan skala lingkungan untuk melayani kawasan permukiman, meliputi:

(8)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 8

b. sarana perdagangan dan jasa skala lingkungan, seperti warung/kios, pasar lingkungan;

c. sarana kesehatan skala lingkungan, seperti posyandu; d. sarana peribadatan skala lingkungan;

e. sarana ruang terbuka hijau skala lingkungan, seperti taman lingkungan dan lapangan olahraga lingkungan; dan

f. sarana pelayanan umum skala lingkungan.

TABEL III.3 RENCANA SISTEM PUSAT PELAYANAN

NO SKALA PELAYANAN FUNGSI PELAYANAN LOKASI FASILITAS UTAMA

1 Pusat Pelayanan Kota Perdagangan dan jasa  Kel. Entrop  Pertokoan

Transportasi darat  Kel. Entrop  Terminal Angkutan Darat Perkantoran dan

Perdagangan dan jasa  Subpusat Jayapura Utara

 Subpusat Abepura

 Subpusat Heram

 Subpusat Muara Tami

 Pertokoan

 Jasa

Pemerintahan distrik  Subpusat Abepura  Kantor distrik Pertahanan dan

keamanan

 Subpusat Jayapura Utara

 Subpusat Jayapura Selatan

 Perkantoran pertahanan dan keamanan Transportasi laut  Subpusat Jayapura Selatan  Pelabuhan Penumpang

 Pelabuhan Barang

 Terminal Angkutan Darat Transportasi darat  Subpusat Jayapura Selatan

 Subpusat Abepura

 Subpusat Muara Tami

 Terminal angkutan darat

3 Pusat Lingkungan Pelayanan lokal  Kelurahan Tanjung Ria

 Kelurahan Mandala

(9)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 9

Gambar 3.1 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Jayapura

(10)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 10

(11)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 11

3.3 RENCANA SISTEM PRASARANA UTAMA

Rencana sistem prasarana utama adalah arahan pengembangan sarana dan prasarana sistem jaringan transportasi, yaitu transportasi darat dan transportasi laut.

3.2.1 RENCANA TRANSPORTASI DARAT

Rencana transportasi darat terdiri atas sistem jaringan jalan, jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan, jaringan jalur kereta api, serta jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan.

3.2.1.1 RENCANA SISTEM JARINGAN JALAN

Rencana sistem jaringan jalan di Kota Jayapura adalah sistem jaringan jalan jalan primer dan sekunder. Pengembangan pola jaringan jalan di Kota Jayapura dilakukan dengan mempertimbangkan:

a. mengamankan fungsi jaringan jalan arteri;

b. meningkatkan kondisi jaringan jalan pada wilayah yang potensial dalam kegiatan perekonomian;

c. pengembangan jalan-jalan keseluruh arah pemekaran untuk merangsang perkembangan kota;

d. menghindari adanya pemusatan-pemusatan lalu lintas pada kawasan tertentu, khususnya di pusat kota;

e. penegasan fungsi/hirarki jalan; dan f. pendistribusian arus lalu lintas.

Berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, disebutkan bahwa jalan diklasifikasikan menjadi jalan umum dan jalan khusus.

 Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan propinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Penetapan status jalan umum ini didasarkan pada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum.

(12)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 12

Rencana pengembangan jaringan jalan di Kota Jayapura adalah:

1. Rencana sistem jaringan jalan primer berupa jaringan jalan arteri primer dan kolektor primer yang meliputi:

a. peningkatan jaringan jalan arteri primer Jalan Raya Abepura-Batas (BTS) Kota Jayapura;

b. peningkatan jaringan jalan arteri primer Jalan Tasangkapura; c. peningkatan jaringan jalan arteri primer Jalan Argapura; d. peningkatan jaringan jalan arteri primer Jalan Koti;

e. peningkatan jaringan jalan arteri primer Jalan Abepura-Arso;

f. peningkatan jaringan jalan arteri Jalan Holtekamp-Koya-Skouw/BTS Papua Neuw Guinea;

g. peningkatan jaringan jalan arteri primer Jalan Amphibi-Jalan Kelapa Dua Entrop-Jalan Yos Sudarso;

h. peningkatan jaringan jalan kolektor primer Jalan Samratulangi-Sulawesi-Tanjung Ria-Angkasa-Trikora;

i. peningkatan jaringan jalan kolektor primer Jalan Soa-Siu-Jalan Sumatera; j. peningkatan jaringan jalan kolektor primer Jalan Balaikota;

k. peningkatan jaringan jalan kolektor primer Jalan Kodam Lama-Kawasan Kantor Walikota-Jaya Asri-Skyline-Kampung Buton-Rumah Sakit Bhayangkara-Buper Waena-Kampung Harapan Sentani;

l. peningkatan jaringan jalan kolektor primer Jalan Brimob-Kotaraja Dalam;

m. peningkatan jaringan jalan kolektor primer Jalan SPG-Kampwalker-Uncen Baru; dan

n. peningkatan jaringan Jalan Irian-Jalan Ahmad Yani-Jalan Percetakan.

2. Rencana sistem jaringan jalan sekunder terdiri atas jaringan jalan arteri sekunder dan kolektor sekunder yang meliputi:

a. peningkatan jaringan jalan arteri sekunder Jalan Waena-Jalan Yoka;

b. pengembangan dan peningkatan jaringan jalan kolektor sekunder Jalan Ring Road Jayapura-Sentani;

c. pengembangan dan peningkatan jaringan jalan kolektor sekunder Jalan Jembatan Holtekamp

(13)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 13

e. peningkatan jaringan jalan kolektor sekunder Jalan pertigaan Argapura-Jl. KS. Tubun-Jl. Perikanan;

f. peningkatan jaringan jalan kolektor sekunder Jalan Melati-Jalan Gerilyawan; g. peningkatan jaringan jalan kolektor sekunder Jalan BLK-Pantai Base G; dan h. peningkatan jaringan jalan kolektor sekunder Jalan Sulawesi-Jalan

Angkasa-Jalan Sampan.

TABEL III.4 RENCANA FUNGSI JALAN DI KOTA JAYAPURA

NO RENCANA FUNGSI JALAN NAMA JALAN

1 Arteri Primer a. Jalan Raya Abepura-Batas (BTS) Kota Jayapura b. Jalan Tasangkapura

c. Jalan Argapura d. Jalan Koti

e. Jalan Abepura-Arso

f. Jalan Holtekamp-Koya-Skouw/Batas (BTS) PNG

g. Jalan Amphibi-Jalan Kelapa Dua Entrop-Jalan Yos Sudarso 2 Arteri Sekunder  Jalan Waena-Jalan Yoka

3 Kolektor Primer a. Jalan Samratulangi-Sulawesi-Tanjung Ria-Angkasa-Trikora b. Jalan Soa-Siu-Jalan Sumatera

c. Jalan Balaikota

d. Jalan Kodam Lama-Kawasan Kantor Walikota-Jaya Asri-Skyline-Kampung Buton-Rumah Sakit Bhayangkara-Buper Waena-Kampung Harapan Sentani

e. Jalan Brimob-Kotaraja Dalam f. Jalan SPG-Kampwalker-Uncen Baru 4 Kolektor Sekunder a. Ring road Jayapura-Sentani

b. Jalan Jembatan Hamadi-Holtekamp

c. Pertigaan Argapura-Jl. KS. Tubun-Jl. Perikanan d. Jl. Melati-Jl. Gerilyawan

e. Jalan BLK-Pantai Base-G

f. Jalan Sulawesi-Jalan Angkasa-Jalan Sampan

5 Lokal  Seluruh jalan yang menghubungkan pusat lingkungan dengan kawasan peruntukan perumahan.

(14)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 14

(15)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 15

3.2.1.2 RENCANA JARINGAN PRASARANA LALU LINTAS DAN ANGKUTAN

JALAN

Rencana jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan terdiri atas:

1. Pengembangan dan Peningkatan Terminal Penumpang

Terminal penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindahan intra dan/atau moda transportasi, serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.

Pengembangan sistem terminal ditentukan oleh fungsi Kota Jayapura sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan permasalahan internal lalu lintas kota. Atas dasar hal tersebut, maka pengembangan sistem terminal penumpang di Kota Jayapura adalah:

a. pengembangan Terminal Tipe A Kelapa Dua Entrop di Distrik Jayapura Selatan yang untuk melayani pergerakan dalam kota dan antar negara;

b. pengembangan terminal batas kota Waena di Distrik Heram. Terminal ini direncanakan tipe B dan merupakan terminal sistem moda terpadu atau penggunaan multimoda yang melayani pergerakan dalam dan keluar kota melalui darat dan air (Danau Sentani). Terminal ini menjadi persinggahan angkutan antar kabupaten, yaitu Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Sarmi. Terminal multimoda ini menjadi alternatif akses untuk menuju transportasi udara di Sentani Kabupaten Jayapura;

c. pengembangan terminal antarkota di Kelurahan Koya Barat (Distrik Muara Tami). Terminal ini direncanakan dengan tipe C, yang menghubungkan Kota Jayapura dengan Kabupaten Keerom;

d. peningkatan Terminal Pasar Youtefa di Distrik Abepura yang merupakan terminal tipe C; dan

e. peningkatan Terminal Mesran di Kelurahan Numbay Distrik Jayapura Selatan sebagai terminal dalam kota dengan tipe C.

2. Rencana Penataan Terminal Angkutan Barang

(16)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 16

3.2.1.3 RENCANA JARINGAN PELAYANAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN

JALAN

Rencana sistem pelayanan angkutan jalan terdiri atas:

1. Jaringan trayek angkutan penumpang

Moda angkutan umum di Kota Jayapura sangat penting dalam menunjang pergerakan masyarakat. Jaringan angkutan pelayanan umum yang ada di Kota Jayapura berupa angkutan kota, yaitu angkutan dengan mempergunakan mobil bus umum dan/atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur. Trayek angkutan kota ini melintas pada ruas jalan utama, sedangkan ruas jalan yang tidak dilintasi oleh angkutan kota dilayani oleh angkutan orang yang dikenal dengan istilah ojeg. Jaringan angkutan pelayanan umum Kota Jayapura harus memberikan standar pelayanan minimal, yaitu keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan, dan keteraturan. Untuk itu, rencana peningkatan jaringan trayek angkutan umum adalah:

a. peningkatan jaringan trayek angkutan penumpang dalam kota, yaitu Terminal Mesran-Terminal Entrop-Terminal Youtefa-Terminal Batas Kota Waena-Terminal Koya Barat, terutama melalui penataan trayek angkutan umum dalam kota;

b. peningkatan jaringan trayek angkutan penumpang antar kota-kabupaten, yaitu Terminal Entrop-Terminal Batas Kota di Waena-Terminal Koya Barat. Peningkatan trayek angkutan penumpang ini direncanakan dapat langsung dari Kota Jayapura menuju ke beberapa kabupaten di Provinsi Papua, yaitu Kabupaten Jayapura, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Pegunungan Bintang; dan

c. jaringan angkutan lintas batas negara yang nantinya akan melintas menuju ke Terminal A di Entrop.

TABEL III.5 TRAYEK ANGKUTAN DALAM KOTA

NO KODE TRAYEK JARINGAN TRAYEK JARAK (KM) WARNA KAPASITAS KETERANGAN

1 IA Term. Entrop- Koya Barat (STMP) Skouw PP.

35 Bebas

Warna

(17)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 17 NO KODE TRAYEK JARINGAN TRAYEK JARAK (KM) WARNA KAPASITAS KETERANGAN

5 IV Terminal

Terminal Youtefa-Yoka-Puai PP. 13,5 Bebas Warna 19 E Jayapura lokal Jayapura Permai-Jl. Samratulangi-Jl.

(18)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 18 NO KODE TRAYEK JARINGAN TRAYEK JARAK (KM) WARNA KAPASITAS KETERANGAN

23 I1 Terminal

Terminal Youtefa -BTN Puskopad PP 3,9 Biru 245-3485

8 Trayek ranting. Kendaran mobil penumpang umum 30 M STMP-Skouw STMP-Koya Barat-Koya

Timur-Skouw

Terminal Youtefa -Terminal Koya Trayek ranting.

Kendaraan mobil penumpang umum

32 Rencana trayek Koya Lokal

Koya Barat-Koya Tengah-Holtekamp Trayek ranting.

Kendaraan mobil

Sumber: Masterplan Transportasi Kota Jayapura, 2013 dan Hasil Analisa Tim Penyusun, 2013

2. Rencana Pengaturan Rute Angkutan Barang

Pengaturan trayek angkutan barang yang dimaksud adalah angkutan barang pada umumnya, yaitu barang yang tidak berbahaya dan tidak memerlukan sarana khusus. Rencana Pemerintah Provinsi Papua untuk mengembangkan Peti Kemas di Distrik Depapre Kabupaten Jayapura masih terkendala dengan masalah lahan. Pengembangan tersebut juga didukung dengan pergudangan peti kemas, sehingga rute angkutan barang yang mengangkut peti kemas tidak diarahkan melintas di jaringan dalam kota dan angkutan barang yang masuk ke dalam jaringan dalam kota adalah angkutan barang pada umumnya.

(19)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 19

Kota Jayapura, kecuali untuk angkutan peti kemas diatur lebih lanjut oleh Peraturan Walikota. Larangan melintas di jalan dalam kota pada pukul 06.00 WIT-08.00 WIT dan 12.00 WIT-15.00 WIT, sedangkan angkutan peti kemas dapat melintas pada pukul 08.00 WIT-12.00 WIT dan 15.00 WIT-06.00 WIT.

3.2.1.4 RENCANA JARINGAN KERETA API

Pengembangan jaringan jalan rel kereta api di Kota Jayapura

mempertimbangkan kondisi topografi, pusat pertumbuhan, dan pusat produksi barang dalam skala besar. Pengembangan jaringan pelayanan transportasi kereta api yang melintas di Kota Jayapura adalah Lintas Jayapura-Sarmi-Nabire dengan lokasi stasiun berada di Kota Jayapura, Depapre, Sarmi, Trimuris, Botawa, dan Nabire.

3.2.1.5 RENCANA SISTEM JARINGAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU, DAN

PENYEBERANGAN

Angkutan sungai dan danau adalah kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, banjir kanal, dan terusan untuk mengangkut penumpang dan/atau barang yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan danau. Angkutan penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya.

Rencana sistem jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan di Kota Jayapura adalah:

a. pengembangan dermaga penyeberangan Danau Sentani di Terminal Batas Kota Waena Distrik Heram. Rencana pembangunan dermaga penyeberangan danau ini merupakan terminal multimoda yang juga melayani transportasi darat. Angkutan penyeberangan danau ini diharapkan menjadi jalur alternatif pergerakan, ketika ruas jalan utama mengalami kemacetan dan menjadi terminal bagi masyarakat di Kabupaten Jayapura yang tinggal di pulau-pulau di Danau Sentani untuk menuju ke Kota Jayapura. Pengembangan dermaga penyeberangan danau ini masih dalam tahap pembebasan lahan dan direncanakan akan dikelola oleh ASDP;

(20)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 20

c. peningkatan Dermaga Enggros di Kampung Enggros Distrik Abepura; d. peningkatan Dermaga Tobati di Kampung Tobati Distrik Jayapura Selatan;

e. peningkatan Dermaga Hamadi di Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan untuk menuju ke Kampung Tobati;

f. peningkatan Dermaga Tahima Soroma/Kayopulo di Kampung Tahima Soroma

Distrik Jayapura Utara;

g. peningkatan Dermaga Weref di Kelurahan Numbai Distrik Jayapura Selatan; dan h. peningkatan Dermaga Teluk Seko di Kampung Skouw Sae Distrik Muara Tami.

3.2.2 RENCANA TRANSPORTASI LAUT

Sistem jaringan transportasi laut terdiri dari tatanan kepelabuhan dan alur pelayaran.

A. Tatanan Kepelabuhan

Wilayah Kota Jayapura tidak hanya terdiri atas daratan, tetapi juga perairan. Tatanan kepelabuhan merupakan sistem kepelabuhan nasional yang memuat hierarki, peran, fungsi, klasifikasi, jenis penyelenggaraan kegiatan, keterpaduan intra dan antarmoda, serta keterpaduan dengan sektor lainnya. Tatanan kepelabuhan harus menjaga fungsi pertahanan dan keamanan negara, dengan tidak menutup akses pelabuhan dan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan kapal TNI Angkatan Laut.

Pelabuhan menjadi salah satu pintu masuk ke Kota Jayapura. Pelabuhan Yos Sudarso atau yang lebih dikenal dengan Pelabuhan Jayapura merupakan pelabuhan utama di Provinsi Papua dengan hirarki Nasional. Hirarki pelabuhan yang ditetapkan berdasarkan peran dan fungsinya, maka Pelabuhan Jayapura merupakan Pelabuhan Utama. Pelabuhan utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam Pelabuhan Angkatan Laut di Porasko, Pelabuhan APO termasuk dalam wilayah kerja dari Pelabuhan Jayapura.

Pengelolaan pelabuhan ini berada di PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia IV dengan batas lingkungan kerja adalah:

 Batas Daerah Lingkungan Kerja Daratan Pelabuhan Jayapura yang berlokasi di Jalan Koti, luasnya lebih kurang 47.271 m2, dimulai dari As Dermaga Umum 1;  Batas Daerah Lingkungan Kerja Daratan Pelabuhan Jayapura yang berlokasi di

(21)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 21

 Batas Daerah Lingkungan Kerja Perairan Pelabuhan Jayapura luasnya 688 Ha dimulai dari Tanjung Coberi; dan

 Batas Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Jayapura, yaitu perairan di sekeliling Daerah Lingkungan Kerja Perairan Pelabuhan yang luasnya 505 Ha dimulai dari Tanjung Coberi.

Luas pelabuhan tersebut mencapai 7.355 m2 dengan fasilitas pelabuhan mencakup gudang penumpukan seluas 4.525 m2 dan kapasitasnya 7.000 ton/m2, terminal penumpang seluas 500 m2 dengan kapasitas 500 orang, dermaga utama di Kelurahan Numbai sepanjang 132 m dan Kelurahan Bhayangkara sepanjang 33 m, serta kolam pelabuhan dengan luas perairan 138,9 ha. Rencana pengelolaan transportasi laut di Kota Jayapura adalah:

1. peningkatan fungsi dan kinerja pelabuhan, yaitu:

a. Pelabuhan Jayapura tetap berfungsi sebagai pelabuhan utama, yaitu pelabuhan penumpang dan pelabuhan kontainer/peti kemas; dan

b. pelabuhan khusus migas di Pertamina Dok VII Kelurahan Imbi Distrik Jayapura Utara dan pelabuhan khusus pengangkut batubara di Kampung Holtekamp Distrik Muara Tami;

2. pengoptimalan dan peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan, yang meliputi:

a. peningkatan dermaga pelabuhan utama yang berfungsi untuk kapal penumpang (kapal putih);

b. pengoptimalan dermaga pelabuhan perintis di APO agar tetap aman dan nyaman sebagai pelabuhan yang menunjang pelabuhan utama di Pelabuhan Jayapura; dan

c. penataan pelabuhan peti kemas/kontainer di Pelabuhan Yos Sudarso, Kelurahan Numbai.

B. Alur Pelayaran

(22)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 22

1. pengembangan pusat industri, perdagangan, dan pariwisata; 2. pengembangan wilayah;

3. rencana umum tata ruang;

4. keterpaduan intra-dan antarmoda transportasi; dan 5. perwujudan wawasan nusantara.

Rencana pengembangan jaringan pelayanan transportasi laut dilakukan dengan peningkatan kualitas dan sistem alur pelayaran penumpang dan barang, serta pengendalian terhadap aktivitas budi daya pada jalur pelayaran kapal. Sistem alur pelayaran angkutan laut niaga berjadwal dan angkutan laut perintis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

TABEL III.6 RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN TRANSPORTASI LAUT

NO

A Angkutan Laut Niaga Berjadwal

1 Jayapura-Nabire-Manokwari- Sorong-Makassar-Surabaya-Tanjung Priok (KM. Labobar)

7 hari 15.136 GRT

1 Jayapura-Nabire-Manokwari- Sorong-Makassar-Surabaya-Tanjung Priok (KM. Labobar)

7 hari 15.136 Semarang (KM. Sinabung)

7 hari 14.716

(23)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 23

21 hari 750 DWT 1 Jayapura-Sarmi-Kaipuri-Serui-Waren-Nabire-P.

Roon-29 hari 200 DWT 2 Jayapura-Sarmi-Serui-Waren- Nabire-Wasior-Manokwari- Sorong-Bintuni-babo-Fak-fak- Kaimana-Pomako-Agats-Merauke PP

29 hari 200 DWT

3 Jayapura-P. Anus-P. Yamna-P. Wakde-Sarmi-P. Liki-Teba-D.

13 hari 350 DWT 4 Jayapura-Sarmi-Pulway-Koweda-Waren-P.

Nau-Serui-12 hari 350 DWT 5 Jayapura-Kaipuri-Koweda-

Waren-Serui-Ansus-Wooi-19 hari 500 DWT 6 Biak-P. Insobabi-Miosbipondi-P. Mapia-Miosbipondi-Insobabi-Miosbipondi-P.

(24)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 24

(25)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 25

3.4 RENCANA SISTEM PRASARANA LAINNYA

3.3.1 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN ENERGI DAN

LISTRIK

Rencana penyediaan jaringan energi dan listrik di Kota Jayapura ditujukan untuk menjamin keandalan dan kesinambungan penyediaan energi bagi kebutuhan rumah tangga, jasa, perdagangan, industri, dan transportasi dengan memperhatikan faktor konservasi dan diversifikasi energi. Pertimbangan dalam mengembangan sistem jaringan energi dan listrik di Kota Jayapura adalah:

1. kemudahan mendapatkan sambungan jaringan listrik, terutama masyarakat yang belum terlayani jaringan listrik PLN pada kawasan yang diizinkan untuk dibangun; 2. perkembangan sosial ekonomi masyarakat akan meningkatkan perkembangan

kebutuhan dari perkembangan penyediaan energi listrik;

3. perkembangan teknologi akan meningkatkan perkembangan penyediaan suplai energi listrik, terutama dalam mengembangkan energi listrik terbarukan untuk mengatasi krisis energi,melalui pembangkit listrik tenaga hidro (air), tenaga surya (matahari), tenaga angin (potensi wilayah pantai), serta penggunaan system hybrid (sistem pergantian tenaga listrik);

4. energi listrik dinilai sangat berhasil guna dan berdaya guna bagi penunjang kehidupan kota;

5. kebijaksanaan untuk penghematan tenaga listrik;

6. setiap rumah tangga akan dilayani jaringan listrik dengan kebutuhan daya 1.300 watt. Adapun karakteristik rumah tangga (domestik) adalah:

a. pelanggan adalah individu yang tinggal di perumahan;

b. penggunaan listrik untuk kegiatan rumah tangga, alat elektronik, dan penerangan di malam hari;

c. penggunaan di siang hari tidak terlalu besar; dan d. waktu penggunaan puncak antara pukul 17.00-24.00.

7. Standar kebutuhan bukan domestik 30% dari kebutuhan domestik, kecuali Pusat Pelayanan Kota yang lebih berkembang dengan kegiatan bukan domestik adalah 80% dari kebutuhan domestik dengan karakteristik sebagai berikut:

a. pelanggan adalah perusahaan yang berada di kawasan industri, perkantoran, perdagangan dan jasa skala besar;

(26)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 26

c. penggunaan di siang hari lebih besar dengan beban puncak 07.00-18.00. 8. Standar penerangan jalan adalah 30% dari kebutuhan domestik:

a. kebutuhan penerangan jalan primer (250 watt/lampu), jalan sekunder (150-200 watt), dan jalan lingkungan (20,40 watt);

b. penempatan titik posisi tiang lampu jalan pada jalan primer 50-100 meter/tiang lampu, jalan sekunder 100-200 meter/tiang lampu, jalan lingkungan disesuaikan dengan kepadatan rumah, dan titik lokasi yang memerlukan perhatian khusus adalah persimpangan, jembatan. Sistem penempatan lampu penerangan jalan adalah:

a) sistem penempatan menerus, yaitu sistem penempatan lampu penerangan jalan yang menerus di sepanjang jalan/jembatan; dan

b) sistem penempatan parsial, yaitu sistem penempatan lampu penerangan jalan pada suatu daerah tertentu atau pada suatu panjang jarak tertentu sesuai keperluannya.

Pemasangan lampu jalan dibeberapa tempat memerlukan perhatian khusus, antara lain:

a) lebar ruang milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan; b) tempat-tempat dimana kondisi lengkung horisontal (tikungan jalan); c) tempat yang luas, seperti persimpangan, tempat parkir;

d) jalan-jalan berpohon;

e) jalan-jalan yang mempunyai nilai sejarah untuk keperluan estetis;

f) jalan-jalan dengan lebar median yang sempit, terutama untuk pemasangan dibagian median; dan

g) jembatan sempit/panjang, serta jalan lingkungan yang banyak

berinterferensi dengan jalannya.

(27)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 27

a. perlu disediakan ruang aman, yaitu ruang sekeliling penghantar atau kawat listrik SUTT atau SUTET yang harus dibebaskan dari kegiatan manusia;

b. tanah, bangunan, dan tanaman yang berada di bawah sepanjang jalur SUTT atau SUTET sebagai ruang aman tetap digunakan oleh pemiliknya sesuai dengan rencana tata ruang;

c. ruang aman meliputi jarak bebas horisontal dan vertikal. Jarak bebas horisontal adalah jarak antara titik tengah menara dengan benda terdekat. Jarak bebas vertikal adalah ketinggian minimal antara penghantar dengan tanah;

d. jarak bebas horisontal minimal untuk SUTT ditetapkan 20 m ke kanan kiri dari titik tengah menara untuk menara tunggal dan 15 m untuk menara ganda, sementara jarak bebas vertikal bergantung pada letak menara tersebut dan beberapa faktor lainnya;

e. jarak bebas horisontal minimal untuk SUTET ditetapkan 32 m ke kanan kiri dari titik tengah menara, sementara jarak bebas vertikal bergantung pada letak menara tersebut dan beberapa faktor lainnya;

f. faktor-faktor yang menentukan ruang aman adalah ketegangan, kekuatan angin, dan suhu di sekitar kawat penghantar:

a) Tegangan, makin besar tegangan yang bekerja pada penghantar makin besar jarak minimum (clearance), yaitu jarak yang terpendek yang diizinkan antara kawat penghantar dengan benda atau kegiatan lain sesuai dengan angka-angka yang tertera pada tabel berikut ini;

b) Angin, makin besar tekanan angin, makin besar ayunan kawat penghantar ke kiri atau ke kanan dan pada satu gawang (jarak antara dua menara) ayunan yang terbesar karena pengaruh angin adalah pada kawat penghantar yang lengkungannya paling rendah, sedangkan ayunan semakin kecil ke arah menara; dan

c) Suhu kawat penghantar, makin besar suhu yang mempengaruhi kawat penghantar makin mengendor kawat penghantar tersebut, sehingga andongannya menjadi lebih besar dan kenaikan suhu tersebut disebabkan oleh suhu disekeliling dan suhu yang diakibatkan oleh besarnya arus yang mengalir pada kawat penghantar tersebut.

(28)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 28

dibentuk dengan menetapkan ketinggian menara direncanakan sedemikian rupa, sehingga kuat medan listrik dan medan magnet yang dibangkitkan SUTT atau SUTET berada di bawah ambang batas yang direkomendasikan Badan Kesehatan Dunia (WHO/World Health Organization) dengan ketentuan tertentu.

Ketentuan lebar sempadan jaringan tenaga listrik yang dapat digunakan sebagai RTH adalah:

a. garis sempadan jaringan tenaga listrik adalah 64 meter yang ditetapkan dari titik tengah jaringan tenaga listrik; dan

b. ketentuan jarak bebas minimum antara penghantar SUTT dan SUTET dengan tanah dan benda lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

TABEL III.7 JARAK BEBAS MINIMUM SUTT DAN SUTET

NO LOKASI SUTT SUTET SUTM SUTR SALURAN KABEL

66 kV 150 kV 500 kV SKTM SKTR

1 Bangunan beton 20 m 20 m 20 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m 2 Pompa bensin 20 m 20 m 20 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m 3 Penimbunan bahan bakar 50 m 20 m 50 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m 4 Pagar 3 m 20 m 3 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m 5 Lapangan terbuka 6,5 m 20 m 15 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m 6 Jalan Raya 8 m 20 m 15 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m 7 Pepohonan 3,5 m 20 m 8,5 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m 8 Bangunan Tahan Api 3,5 m 20 m 8,5 m 20 m 20 m 20 m 20 m 9 Rel kereta api 8 m 20 m 15 m 20 m 20 m 20 m 20 m 10 Jembatan besi/tangga besi/kereta listrik 3 m 20 m 8,5 m 20 m 20 m 20 m 20 m 11 Dari titik tertinggi tiang kapal 3 m 20 m 8,5 m 20 m 20 m 20 m 20 m 12 Lapangan olahraga 2,5 m 20 m 14 m 20 m 20 m 20 m 20 m 13 SUTT lainnya penghantar udara

tegangan rendah, jaringan telekomunikasi, televisi dan kereta gantung

3 m 20 m 8,5 m 20 m 20 m 20 m 20 m

Sumber: Permen PU No. 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka hIjau di Kawasan Perkotaan

(29)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 29

Rencana pengembangan jaringan dan pelayanan listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik Kota Jayapura hingga akhir tahun perencanaan meliputi pembangkit listrik dan jaringan prasarana energi.

1. pembangkit listrik, yaitu fasilitas untuk kegiatan memproduksi tenaga listrik, meliputi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Pengembangan sistem pembangkit tenaga listrik dilakukan dengan memperhatikan:

a. peningkatan kebutuhan kegiatan rumah tangga, industri, perkantoran, perdagangan dan jasa, serta transportasi. Kebutuhan kapasitas pembangkit listrik yang ada saat ini dilakukan melalui rencana pemenuhan kebutuhan listrik domestik hingga akhir tahun perencanaan adalah 224.821.371 watt, kebutuhan nondomestik adalah 96.095.814 watt, dan penerangan jalan 67.446.411 watt (lihat Tabel III.8). Total kebutuhan adalah 388.363.596 watt;

b. kapasitas pemenuhan tenaga listrik pada saat beban puncak; dan

c. berada di lokasi aman terhadap kegiatan lain dengan memperhatikan jarak bebas dan jarak aman.

Rencana pembangkit listrik di Kota Jayapura terdiri dari:

a. pengoptimalan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Yarmockh dengan kapasitas terpasang 4.592 (empat ribu lima ratus sembilan puluh dua) Kilo Watt yang terletak di Kelurahan Numbai Distrik Jayapura Selatan;

b. pengoptimalan PLTD Waena dengan kapasitas terpasang 33.923 (tiga puluh tiga ribu sembilan ratus dua puluh tiga) Kilo Watt terletak di Kelurahan Yabansai Distrik Heram;

(30)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 30

Sumber: KLHS Kota Jayapura Tahun 2011

Gambar 3.5 Pembangunan PLTU Kota Jayapura

(31)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 31

TABEL III.8 RENCANA KEBUTUHAN JARINGAN LISTRIK, 2013-2033

NO WILAYAH KOTA JAYAPURA

TAHUN 2013 (WATT) TAHUN 2018 (WATT) TAHUN 2023 (WATT) TAHUN 2028 (WATT) TAHUN 2030 (WATT) KEB.

1 Kel. Angkasapura 1.517.772 455.332 455.332 1.900.488 570.146 570.146 2.379.707 713.912 713.912 2.979.765 893.929 893.929 3.731.130 1.119.339 1.119.339

2 Kel. Trikora 1.809.145 542.743 542.743 2.265.332 679.599 679.599 2.836.548 850.965 850.965 3.551.801 1.065.540 1.065.540 4.447.409 1.334.223 1.334.223

3 Kel. Mandala 1.725.438 517.631 517.631 2.160.517 648.155 648.155 2.705.304 811.591 811.591 3.387.463 1.016.239 1.016.239 4.241.632 1.272.490 1.272.490

4 Kel. Tanjung Ria 4.770.956 1.431.287 1.431.287 5.973.981 1.792.194 1.792.194 7.480.356 2.244.107 2.244.107 9.366.573 2.809.972 2.809.972 11.728.410 3.518.523 3.518.523

5 Kel. Imbi 3.370.374 1.011.112 1.011.112 4.220.234 1.266.070 1.266.070 5.284.391 1.585.317 1.585.317 6.616.881 1.985.064 1.985.064 8.285.367 2.485.610 2.485.610

6 Kel. Bhayangkara 4.397.301 1.319.190 1.319.190 5.506.107 1.651.832 1.651.832 6.894.505 2.068.351 2.068.351 8.632.995 2.589.899 2.589.899 10.809.856 3.242.957 3.242.957

7 Kel. Gurabesi 5.471.247 1.641.374 1.641.374 6.850.855 2.055.257 2.055.257 8.578.339 6.862.671 2.573.502 10.741.418 8.593.135 3.222.425 13.449.931 10.759.945 4.034.979

8 Kp. Kayobatu 104.723 31.417 31.417 131.130 39.339 39.339 164.195 49.258 49.258 205.597 61.679 61.679 257.440 77.232 77.232

DISTRIK JAYAPURA UTARA

23.166.957 6.950.087 6.950.087 29.008.643 8.702.593 8.702.593 36.323.345 15.186.173 10.897.004 45.482.493 19.015.457 13.644.748 56.951.175 23.810.318 17.085.352

1 Kel. Numbai 2.970.360 891.108 891.108 3.719.354 1.115.806 1.115.806 4.657.211 3.725.769 1.397.163 5.831.555 4.665.244 1.749.467 7.302.016 5.841.613 2.190.605

2 Kel. Argapura 2.559.660 767.898 767.898 3.205.094 961.528 961.528 4.013.278 3.210.622 1.203.983 5.025.249 4.020.200 1.507.575 6.292.396 5.033.917 1.887.719

3 Kel. Hamadi 6.693.373 2.008.012 2.008.012 8.381.147 2.514.344 2.514.344 10.494.503 8.395.602 3.148.351 13.140.754 10.512.604 3.942.226 16.454.274 13.163.419 4.936.282

4 Kel. Ardipura 5.750.865 1.725.260 1.725.260 7.200.980 2.160.294 2.160.294 9.016.750 2.705.025 2.705.025 11.290.377 3.387.113 3.387.113 14.137.313 4.241.194 4.241.194

5 Kel. Entrop 5.613.728 4.490.982 1.684.118 7.029.263 5.623.410 2.108.779 8.801.733 7.041.387 2.640.520 11.021.143 8.816.914 3.306.343 13.800.189 11.040.151 4.140.057

6 Kp. Tahima

23.842.314 9.959.558 7.152.694 29.854.296 12.470.920 8.956.289 37.382.234 25.198.033 11.214.670 46.808.387 31.551.867 14.042.516 58.611.400 39.507.858 17.583.420

1 Kel. Asano 2.634.463 790.339 790.339 3.298.758 989.627 989.627 4.130.560 1.239.168 1.239.168 5.172.105 1.551.631 1.551.631 6.476.282 1.942.885 1.942.885

2 Kel. Awiyo 4.292.935 1.287.880 1.287.880 5.375.423 1.612.627 1.612.627 6.730.869 2.019.261 2.019.261 8.428.097 2.528.429 2.528.429 10.553.292 3.165.988 3.165.988

3 Kel. Yobe 2.645.861 793.758 793.758 3.313.031 993.909 993.909 4.148.431 1.244.529 1.244.529 5.194.483 1.558.345 1.558.345 6.504.302 1.951.291 1.951.291

4 Kel. Kota Baru 2.882.735 864.820 864.820 3.609.633 1.082.890 1.082.890 4.519.824 1.355.947 1.355.947 5.659.525 1.697.857 1.697.857 7.086.607 2.125.982 2.125.982

5 Kel. Vim 4.805.864 1.441.759 1.441.759 6.017.691 1.805.307 1.805.307 7.535.088 2.260.526 2.260.526 9.435.105 2.830.532 2.830.532 11.814.223 3.544.267 3.544.267

6 Kel. Wai Mhorock 3.324.068 997.220 997.220 4.162.251 1.248.675 1.248.675 5.211.788 1.563.536 1.563.536 6.525.971 1.957.791 1.957.791 8.171.533 2.451.460 2.451.460

7 Kel. Wahno 2.893.421 868.026 868.026 3.623.014 1.086.904 1.086.904 4.536.579 1.360.974 1.360.974 5.680.504 1.704.151 1.704.151 7.112.877 2.133.863 2.133.863

8 Kel. Abe Pantai 993.088 297.927 297.927 1.243.502 373.050 373.050 1.557.058 467.117 467.117 1.949.679 584.904 584.904 2.441.303 732.391 732.391

9 Kp. Enggros 141.412 42.424 42.424 177.070 53.121 53.121 221.719 66.516 66.516 277.626 83.288 83.288 347.632 104.290 104.290

(32)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 32 NO WILAYAH KOTA

JAYAPURA

TAHUN 2013 (WATT) TAHUN 2018 (WATT) TAHUN 2023 (WATT) TAHUN 2028 (WATT) TAHUN 2030 (WATT) KEB.

ABEPURA 26.058.597 7.817.579 7.817.579 32.629.427 9.788.828 9.788.828 40.857.132 12.257.139 12.257.139 51.159.500 15.347.850 15.347.850 64.059.673 19.217.902 19.217.902

1 Kel. Waena 5.621.920 1.686.576 1.686.576 7.039.521 2.111.856 2.111.856 8.814.578 2.644.373 2.644.373 11.037.227 3.311.168 3.311.168 13.820.329 4.146.099 4.146.099

2 Kel. Hedam 3.876.536 1.162.961 1.162.961 4.854.027 1.456.208 1.456.208 6.077.999 1.823.400 1.823.400 7.610.602 2.283.181 2.283.181 9.529.661 2.858.898 2.858.898

3 Kel. Yabansai 3.584.451 1.075.335 1.075.335 4.488.291 1.346.487 1.346.487 5.620.041 1.686.012 1.686.012 7.037.167 2.111.150 2.111.150 8.811.631 2.643.489 2.643.489

4 Kp. Yoka 720.595 216.178 216.178 902.297 270.689 270.689 1.129.816 338.945 338.945 1.414.706 424.412 424.412 1.771.433 531.430 531.430

5 Kp. Waena 615.872 184.761 184.761 771.167 231.350 231.350 965.622 289.686 289.686 1.209.109 362.733 362.733 1.513.993 454.198 454.198

DISTRIK HERAM 14.419.373 4.325.812 4.325.812 18.055.304 5.416.591 5.416.591 22.608.056 6.782.417 6.782.417 28.308.812 8.492.644 8.492.644 35.447.047 10.634.114 10.634.114

1 Kel. Koya Barat 1.563.010 468.903 468.903 1.957.132 587.140 587.140 2.450.635 735.190 735.190 3.068.577 920.573 920.573 3.842.337 1.152.701 1.152.701

2 Kel. Koya Timur 1.178.669 353.601 353.601 1.475.878 442.763 442.763 1.848.029 554.409 554.409 2.314.020 694.206 694.206 2.897.514 869.254 869.254

3 Kp. Holtekamp 347.652 104.296 104.296 435.315 130.594 130.594 545.082 163.525 163.525 682.528 204.758 204.758 854.631 256.389 256.389

TAMI 3.967.011 1.190.103 1.190.103 4.967.316 1.490.195 1.490.195 6.219.854 1.865.956 1.865.956 7.788.227 2.336.468 2.336.468 9.752.075 2.925.623 2.925.623 TOTAL

KEBUTUHAN KOTA JAYAPURA

91.454.252 30.243.139 27.436.276 114.514.986 37.869.127 34.354.496 143.390.621 61.289.718 43.017.186 179.547.420 76.744.286 53.864.226 224.821.371 96.095.814 67.446.411

(33)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 33

2. Pengembangan jaringan prasarana energi terdiri dari:

a. pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik, yaitu penyaluran tenaga listrik dari satu sumber pembangkitan ke suatu sistem distribusi atau kepada konsumen, atau penyaluran tenaga listrik antarsistem. Jaringan transmisi tenaga listrik yang menyalurkan tenaga listrik untuk kepentingan umum disebut juga dengan jaringan transmisi nasional yang dapat merupakan jaringan transmisi tegangan tinggi, ekstra tinggi, dan/atau ultra tinggi.

Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik di Kota Jayapura adalah pengembangan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) tegangan 70 (tujuh puluh) kilo Volt yang melintas di Kampung Holtekamp, Kampung Koya Koso, Kampung Nafri, Kelurahan Abepantai, Kelurahan Asano, Kelurahan Wai Mhorock, Kelurahan Wahno, dan Kelurahan Entrop. Direncanakan terdapat 67 TIP dengan panjang 21,72 km melintas pada kawasan area penggunaan lain (62 TIP) dan hutan produksi yang dapat dikonversi (6 TIP), yaitu:

 20 (dua puluh) TIP berada di Kampung Holtekamp;  7 (tujuh) TIP berada di Kampung Koya Koso;  20 (dua puluh) TIP berada di Kampung Nafri;  3 (tiga) TIP berada di Kelurahan Abepantai;  4 (empat) TIP berada di Kelurahan Asano;

 3 (tiga) TIP berada di Kelurahan Wai Mhorock; dan  10 (sepuluh) TIP berada di Kelurahan Wahno;

b. pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) tegangan 70 (tujuh puluh) kilo Volt melintas dari Genyem Kabupaten Jayapura menuju Kelurahan Yabansai Distrik Heram dan Kelurahan Wahno Distrik Abepura. Direncanakan terdapat 19 TIP yang tersebar sebagai berikut:

 9 (sembilan) TIP berada di Kelurahan Yabansai Distrik Heram; dan  10 (sepuluh) TIP berada di Kelurahan Wahno Distrik Abepura;

(34)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 34

d. pengembangan jaringan dan GI distribusi PLTA Genyem dengan panjang 200 (dua ratus) kilo meter sirkuit dari PLTA Genyem ke GI Skyline;

Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Genyem dengan kapasitas terpasang 2x10 (dua kali sepuluh) Mega Watt terletak di Kabupaten Jayapura. Pengembangan PLTA Genyem juga akan melayani Kota Jayapura; e. peningkatan depo bahan bakar minyak terletak di Kelurahan Imbi Distrik

Jayapura Utara; dan

f. pengembangan sumber energi pembangkit tenaga listrik alternatif terletak di seluruh wilayah Kota Jayapura. Pengembangan sumber energi pembangkit tenaga listrik alternatif ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

 kapasitas penyediaan tenaga listrik dapat diandalkan dan berkesinambungan;  berada di lokasi yang aman dari kegiatan lain dengan memperhatikan jarak

bebas dan jarak aman; dan

(35)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 35

(36)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 36

3.3.2 RENCANA SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI

Interkoneksi pusat kegiatan antar wilayah di Kota Jayapura maupun dengan wilayah luar sangat membutuhkan dukungan sistem komunikasi dan akses informasi. Rencana pengembangan sistem jaringan ini dilakukan dengan sistem terestrial yang menggunakan media transmisi jaringan kabel serat optik dan tembaga, serta gelombang mikro. Pengembangan sistem jaringan lainnya adalah satelit. Rencana penyediaan sambungan telepon Kota Jayapura dengan perhitungan, yaitu 1 SST untuk 100 penduduk, sedangkan telepon umum adalah 1 SST untuk 1.000 Jiwa. Kebutuhan telepon pada Kota Jayapura pada akhir tahun perencanaan mencapai 8.647 SST untuk

sambungan rumah tangga dan 865 SST untuk kepentingan telepon umum (lihat Tabel

III.9).

TABEL III.9 RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI

NO WILAYAH KOTA JAYAPURA

(37)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 37 NO WILAYAH KOTA

JAYAPURA

TAHUN 2013 TAHUN 2018 TAHUN 2023 TAHUN 2028 TAHUN 2033 TELP

Sumber: Hasil Analisis Tim RTRW Kota Jayapura, 2012

Kota Jayapura sebagai Pusat Kegiatan Nasional merupakan kawasan pengembangan/peningkatan pelayanan sistem jaringan telekomunikasi. Secara umum rencana pengembangannya diterapkan dengan jaringan mikro digital yang melintasi seluruh kabupaten/kota di Provinsi Papua. Rencana pelayanan telekomunikasi di Kota Jayapura adalah:

1. Rencana Sistem Telekomunikasi Jaringan Kabel

a) Pengembangan jaringan primer dilakukan berupa pengembangan jaringan serat optik. Pengembangan prasarana telepon pada umumnya berada pada kewenangan perusahaan PT. Telkom, sehingga rencana kebutuhan prasarana telepon diarahkan pada prediksi kebutuhan atau permintaan jaringan serat optik sebagai jaringan primer terhadap kebutuhan sambungan telepon dan penyediaan telepon umum. Rencana pengembangan jaringan serat optik dilakukan melalui jalan-jalan utama yang menghubungkan setiap Stasiun Telepon Otomatis (STO) di seluruh distrik di Kota Jayapura. Pengembangan jaringan serta optik dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

 mengintegrasikan dengan jaringan utilitas lain, apabila telah tersedia sistem jaringan perpipaan terpadu atau tunneling terpadu bawah tanah. Jaringan utilitas lain, seperti jaringan angkutan massal, prsarana jalan, dan utilitas;  memperhatikan rencana tata ruang; dan

 memperluas jaringan untuk pemerataan pelayanan.

b) Pengembangan jaringan sekunder dilakukan pada ruas-ruas jalan lokal dengan jaringan kabel udara.

c) Bangunan pengelolaan jaringan telepon berupa STO. Perletakan STO pada setiap 3.000-10.000 sambungan dengan radius pelayanan 3-5 km dihitung dari capper center, yang berfungsi sebagai pusat pengendali jaringan dan tempat

(38)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 38

Kelurahan Koya Barat, Kelurahan Koya Timur, Kampung Holtekamp, Kampung Skouw Mabo, Kampung Skouw Sae, Kampung Skouw Mabo, dan Kampung Mosso. Telepon umum, diletakan pada jalur amenitas atau dalam fasilitas umum. Terletak pada setiap radius 300 meter dan/atau pada titik potensial kawasan, dengan besaran sesuai kebutuhan dan bahan yang digunakan adalah bahan yang memiliki durabilitas tinggi, seperti metal dan terlindungi terhadap cuaca (hujan dan panas matahari).

2. Rencana Sistem Telekomunikasi Jaringan Nirkabel

Semakin berkembang pesatnya industri telekomunikasi telepon selular (ponsel), jumlah infrastruktur menara telekomunikasi BTS (Base Transceiver Station) akan terus bertambah. Di dalam Peraturan Menteri Nomor 02/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi dan diperkuat dengan SKB 4 Menteri (Dalam Negeri nomor 18 Tahun 2009, Pekerjaan Umum nomor 07/PRT/M/2009, Kominfo nomor 3/P/2009 dan BKPM nomor 3/P/2009) tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi, maka perlu dilakukan penataan menara bersama yang diawali dengan penyusunan Masterplan Radio Networking Planning (RNP). Proses Peraturan yang mengatur Pembangunan Menara Terpadu Telekomunikasi (Penataan Menara) yang paling tidak memenuhi sejumlah faktor persyaratan yang terkait dengan masalah keamanan lingkungan masyarakat, kesehatan, kekuatan konstruksi, estetika tata kota, dan lain sebagainya. Untuk kawasan menara telekomonikasi diarahkan pada lokasi yang sudah ada, pengembangannya diperhitungkan dalam kajian yang lebih mendetail. Pembangunan menara harus sesuai dengan standar baku tertentu untuk menjamin keamanan lingkungan dengan memperhitungkan faktor-faktor yang menentukan kekuatan dan kestabilan konstruksi menara antara lain:

a. tempat/space penempatan antena dan perangkat telekomunikasi untuk penggunaan bersama;

b. ketinggian menara; c. struktur menara;

(39)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 39

Izin mendirikan menara di kawasan tertentu, yaitu kawasan bandar udara/pelabuhan, kawasan pengawasan pertahanan dan keamanan, kawasan cagar budaya, kawasan pariwisata, atau kawasan hutan lindung harus memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku untuk kawasan yang dimaksud. Ke depannya, perlu ada penataan untuk tower bersama, seperti yang terdapat di menara telekomunikasi di Polimak Kelurahan Ardipura.

TABEL III.10 RENCANA PENGEMBANGAN BTS TELKOMSEL

NO BTS EXISTING PLAN PEMB. BTS

JAYAPURA INNER 1 JAYAPURA INNER 2

1 SMU 5 Angkasa Tanah Hitam Rooftop Pertamina 2 Pasir 2 RSUD Abepura Dok 5 Atas

3 DOC 9 Saga Mall Rooftop Kantor Gubernur 4 Kantor PU Zipur Padang Bulan Gulfcamp 2

5 STO Base G Uncen Lama Rooftop Masjid Jaya Asri 6 Hotel Yasmin Indor Yoka Colo Isat Perumnas 3 7 DPO JPR Waena Colo Isat Kotaraja Saga 8 Pelabuhan JPR PLTD Waena TBG Depapre

9 Gulf Camp Telkom Abepura Perumnas 4

10 Polimak Kotaraja Abepura Pantai

11 Hasrat Abadi Rektorat Uncen 12 Hotel Relat Skyline 13 Kantor Walikota Buper 14 Kelapa Dua TTC Jpr 15 Polimak 2 Teluk Youtefa 16 Bumi Cenderawasih Furia

17 Entrop ISTJ

18 RS Doc 2 19 UPND Jpr 20 Hamadi 21 RRI

22 Gor Jayapura

(40)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 40

(41)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 41

3.3.3 RENCANA SISTEM JARINGAN SUMBERDAYA AIR KOTA

Pola pengelolaan sumberdaya air (SDA) adalah kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air, dan pengendalian daya rusak air. Rencana sistem jaringan sumberdaya air kota terdiri dari:

a. sistem jaringan sumberdaya air lintas negara, provinsi, kabupaten, dan kota; b. wilayah sungai;

c. pengembangan irigasi;

d. pengembangan jaringan air baku untuk air bersih; dan e. sistem pengendalian banjir.

A. SISTEM JARINGAN SUMBERDAYA AIR LINTAS NEGARA, PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA

Sistem jaringan sumberdaya air lintas negara, provinsi, kabupaten, dan kota adalah Sungai Memberamo dan Sungai Tami. Sungai Tami melintas di Kota Jayapura dan Kabupaten Keerom.

B. WILAYAH SUNGAI

Wilayah sungai yang termasuk dalam lintas negara yang melintas di Kota Jayapura adalah wilayah Sungai Mamberamo-Tami-Apauvar. Berdasarkan Laporan Pendahuluan Penyusunan Rancangan Pola Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Memberamo-Tami-Apauvar Tahun 2012, diketahui bahwa wilayah sungai ini mempunyai luas 108.937,24 km2, sedangkan luas wilayah sungai ini yang melintas di Kota Jayapura adalah 910,47 km2.

Berdasarkan RTRWP Papua, pentingnya pengembangan sistem sumberdaya air di Provinsi Papua, termasuk Kota Jayapura tidak boleh terlepas dari prinsip utama pengelolaan sumberdaya air adalah pengelolaan wilayah sungai. Rencana pengelolaan wilayah sungai yang dimaksud meliputi:

(42)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 42

b. pemeliharaan daerah hulu sungai melalui langkah-langkah pelestarian kawasan, pengamanan kawasan penyangga, pelestarian dan pengamanan sumber air, pencegahan erosi, serta pencegahan pencemaran air;

c. pengamanan daerah tengah sungai melalui langkah-langkah pelestarian air, pengembangan irigasi, penyediaan air baku, pelestarian air pada badan sungai, dan pencegahan banjir; dan

d. pemeliharaan daerah hilir sungai melalui langkah-langkah pengembangan irigasi, penyediaan air baku, pengendalian banjir, pelaksanaan sistem drainase, pengendalian air bawah tanah, pencegahan pencemaran air, dan pengamanan daerah pantai.

C. PENGEMBANGAN JARINGAN IRIGASI

Pengembangan jaringan irigasi ditujukan untuk mendukung percepatan

swasembada pangan beras, menopang ketahanan pangan nasional, dan

pengembangan budi daya perikanan air tawar. Potensi pengembangan irigasi di Kota Jayapura berada di Distrik Muara Tami. Daerah irigasi tersebut adalah Daerah Irigasi Koya dengan luas potensial 5.000 ha dengan pengembangan sebagai irigasi teknis (Laporan Akhir Masterplan Pengembangan Minapolitan Budidaya di Kota Jayapura, 2011:IV-1). Debit rencana maksimum adalah 1.500 m3/detik.

Rencana pengembangan jaringan irigasi dilakukan melalui peningkatan jaringan irigasi. Jaringan ini membutuhkan pemeliharaan/rehabilitasi. Permasalahan yang ada adalah bahwa bendungan tersebut tidak dapat secara kontinyu mengairi areal pertanian akibat kerusakan saluran, sedimentasi yang tinggi, dan miss-management dalam operasional bendungan. Bendungan Tami baru digunakan untuk mengairi sekitar 1.400 ha lahan pertanian, sehingga masih menyimpan potensi mengairi sekitar 3.600 lahan pertanian. Jika diasumsikan kedalaman rata-rata lahan pertanian (sawah) adalah 0,5 m dan kedalaman rata-rata kolam ikan adalah 1 m, maka Bendungan Tami tersebut masih potensial untuk mengairi kolam-kolam ikan seluas 1.800 ha di Distrik Muara Tami. Artinya bahwa kebutuhan air untuk pengembangan budi daya air tawar di Distrik Muara Tami dapat tercukupi dari Bendungan Tami.

(43)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 43 D. PENGEMBANGAN JARINGAN AIR BAKU UNTUK AIR BERSIH

Rencana pengembangan jaringan air baku untuk air bersih terdiri dari:

1. pemeliharaan dan optimalisasi sumber air baku eksisting yang terdiri dari:

a. Sungai APO (Army Post Office)

Sungai APO yang terletak di bagian Utara Kota Jayapura mengalir dengan hulu sungainya berada di tubuh G. Merahriboh. Intakenya terletak pada ketinggian 463 m dpl dan berjarak sekitar 5,5 km dari pusat Kota Jayapura, mengalir dengan debit sekitar 13 liter/detik (1996), air masih cukup jernih. Sumber air sungai ini dimanfaatkan untuk dikonsumsi masyarakat di Distrik Jayapura Utara dan Distrik Jayapura Selatan, dengan daerah tangkapan sekitar 1 km2. Penggunaan lahan sampai saat ini masih terlihat rapat oleh hutan, diharapkan kondisi ini akan tetap demikian, sehingga debit akan stabil atau mungkin meningkat. Sungai ini mempunyai panjang dari hulu ke hilir sekitar 3.550 m, intake terletak pada 1.150 m dari hulu sungai, debit andalan adalah 5,5 liter/detik.

Sungai APO ini mengalir pada batuan keras atau batuan bersifat massif, dengan ketebalan pelapukan umumnya <2 m, maka sumber air kali ini berasal dari resapan air hujan yang masuk celahan, rekahan dan tanah lapukan kemudian muncul secara gravitasi ke tempat yang lebih rendah berupa cekungan atau permukaan tanah yang telah membentuk alur-alur yang akhirnya masuk pada alur yang lebih besar. Kondisi tutupan lahan masih berupa hutan dan semak belukar sangat membantu proses peresapan air hujan ke tanah, melalui rekahan dan celahan atau pori-pori tanah lapukan secara perlahan. Indikasi tutupan lahan masih lebat adalah kualitas air yang jernih, debit stabil, baik musim hujan maupun musim kemarau. Sungai APO kualitas airnya masih cukup baik, jernih, tetapi semakin ke arah hilir sudah terlihat adanya perubahan warna, yaitu mulai agak keruh dan di bagian muara sungai sudah tercemar oleh air pasang dari laut.

b. Sungai Anafre

(44)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 44

air sekitar 1 km2 merupakan Anak Sungai Kloofkamp. Penggunaan lahan tangkapan air masih cukup lebat berupa hutan, kondisi ini diharapkan masih tetap seterusnya. Sungai Anafre dimanfaatkan untuk mengaliri konsumen Distrik Jayapura Utara dan Distrik Jayapura Selatan.

Sungai Anafre ini mengalir pada batuan keras atau batuan bersifat massif, keras, relatif kedap air dengan ketebalan pelapukan umumnya < 1, maka secara umum sumber air kali ini berasal dari resapan air hujan yang masuk ke lahan, rekahan, dan tanah lapukan kemudian muncul secara gravitasi ke tempat yang lebih rendah berupa suatu cekungan atau permukaan tanah yang telah membentuk alur-alur yang akhirnya masuk pada alur yang lebih besar. Sungai ini sebetulnya merupakan anak cabang dari kali Kloofkamp, bercabang sekitar Batu Putih, Sungai Anafre sendiri panjangnya dari hulu ke pertemuan dengan Sungai Kloofkamp sekitar 4.225 m, sedangkan intake terletak di hulu sungai dengan debit andalan adalah 14,5 L/dt. Penyadapan air dilakukan di ujung atau di hulu sungai, diperkirakan bahwa sumber air Kali Anafre merupakan mata air, yaitu aliran air tanah yang muncul ke permukaan air tanah.

Vegetasi masih berupa hutan dan semak belukar sangat membantu proses peresapan air hujan ke dalam tanah, melalui rekahan dan celahan ataupun pori-pori tanah lapukan secara perlahan. Salah satu indikasi tutupan lahan masih lebat adalah kualitas air yang jernih, debit stabil baik musim hujan maupun musim kemarau secara fisik kualitas airnya masih cukup baik, jernih, tetapi semakin ke arah hilir sudah terlihat perubahan warna, yaitu agak mulai keruh atau kurang jernih.

c. Sungai Kloofkamp

Sungai ini terletak di sisi selatan Sungai Anafre atau di atas wilayah Gurabesi atau Polimak, mempunyai daerah tangkapan air sekitar 7 km2, berjarak sekitar 7 km dari pusat Kota Jayapura. Terdapat 9 Intake yang terletak pada ketinggian antara 67-227 m dpl. Kualitas air sungai ini masih cukup baik, jernih, tidak berbau, tetapi kadang sungai ini tercemar oleh aktivitas manusia yang menggunakan secara langsung, sehingga kadang air menjadi keruh. Debit terukur sungai ini adalah 242 L/dt (1996). Wilayah pelayanan Sungai Kloofkamp adalah Distrik Jayapura Utara dan Distrik Jayapura Selatan.

(45)

Bab III Rencana Struktur Ruang

| III - 45

secara umum sumber air kali ini berasal dari resapan air hujan yang masuk celahan, rekahan dan tanah lapukan kemudian muncul secara gravitasi ketempat yang lebih rendah berupa suatu cekungan atau permukaan tanah yang keras membentuk alur-alur yang akhirnya masuk pada alur yang lebih besar. Di bagian hilir, yaitu di sekitar Batu Putih dan Gajah Putih, sungai ini melewati sebaran batu gamping, maka secara teori bahwa pada sebaran batu gamping ini akan mendapat tambahan air tanah berupa mata air kecil-kecil atau rembesan-rembesan. Sungai Kloofkamp ini mempunyai panjang dari hulu ke hilir sekitar 7.450 m dan intakenya terletak pada 2.250 m, 2.625 m, dan 3.850 m dengan debit andalan adalah 190 L/dt.

Vegetasi mesih berupa hutan dan semak belukar sangat membantu proses peresapan air hujan ke dalam tanah, melalui rekahan dan celahan ataupun pori-pori tanah lapukan secara perlahan. Salah satu indikasi tutupan lahan masih lebat adalah kualitas air yang jernih, debit stabil baik musim hujan maupun musim kemarau.

d. Sungai Entrop

Sungai ini terletak di sekitar Kota Entrop dan berhulu di bagian atas dari Entrop, memiliki daerah tangkapan air seluas 5 km2, intake sebanyak 11 buah terletak pada ketinggian antara 21-108 m dpl. Berjarak 11,5 km dari Kota Jayapura. Kualitas air sungai masih cukup baik, air jernih, debit terukur sekitar 145 L/dt, sungai ini mengaliri konsumen untuk Distrik Jayapura Utara dan Distrik Jayapura Selatan.

Di bagian hulu Kali Entrop mengalir pada sebaran batu gamping kemudian ke arah hilir melewati sebaran batuan keras atau batuan bersifat massif, keras, relatif kedap air dengan ketebalan pelapukan umumnya <1 m, maka secara umum sumber air sungai ini berasal dari resapan air hujan yang masuk celahan, rekahan dan tanah lapukan kemudian muncul secara gravitasi ke tempat yang lebih rendah berupa suatu cekungan atau permukaan tanah yang telah membentuk alur-alur yang akhirnya masuk pada alur yang lebih besar. Sungai Entrop ini mempunyai panjang dari hulu ke hilir sekitar 5.850 m, dan intake terletak pada 2.475 m dan 3.850 m dengan debit andalan adalah 95 L/dt.

Gambar

TABEL III.1
TABEL III.2
TABEL III.3
TABEL III.4 RENCANA FUNGSI JALAN DI KOTA JAYAPURA
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu pada kawasan terbangun di perdesaan (misalnya pada zona permukiman sebagian digunakan untuk fasilitas umum,

Posisi kawasan perencanaan pada arahan RTRW Kota Gorontalo berada pada rencana pola ruang sebagai permukiman dan pengembangan drainase makro yaitu pengembangan dan

Kriteria pengembangan kawasan permukiman formal golongan masyarakat menengah bawah di Kecamatan Driyorejo dengan memperhatikan faktor ketersediaan jaringan drainase. Saluran

e) Kelurahan Koya Barat, Kelurahan Koya Timur, Kampung Koya Tengah, Kampung Holtekamp, dan Kampung Skouw Mabo terletak di Distrik Muara Tami. Kawasan peruntukan perumahan

Arahan pengelolaan Kawasan Perkotaan (permukiman perkotaan, perindustrian, pariwisata, jasa perniagaan dan kawasan perkotaan lainnya); yang memuat norma-norma strategi penanganan

kawasan pertanian lahan basah yang tersebar pada wilayah Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Tabalong, Tanah

Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis

ii HALAMAN PENGESAHAN REDESAIN SALURAN PEMBUANG PADA SISTEM JARINGAN DRAINASE KAWASAN PERMUKIMAN DI KELURAHAN CIPAMOKOLAN, BANDUNG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan