• Tidak ada hasil yang ditemukan

RKPD 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RKPD 2014"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU

2.1 Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1.1 Aspek Geografi

Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang berada 200 km arah barat daya dari kota Surabaya dan 800 km dari

ibu kota Jakarta. Kabupaten Ponorogo terletak pada 111’7’ hingga 111’52’ Bujur Timur dan 7’49 hingga 8’20’ Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Ponorogo

secara langsung berbatasan dengan Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Nganjuk disebelah Utara. Disebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Trenggalek. Disebelah Selatan dengan Kabupaten Pacitan. Sedangkan disebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah.

(2)

Luas wilayah Kabupaten Ponorogo 1.371,78 km2 terbagi dalam 21 kecamatan yang terdiri dari 307 desa/ kelurahan dengan topografi yang bervariasi mulai dari daratan rendah sampai pegunungan dengan sebaran 79% terletak di ketinggian kurang dari 500m dpl meliputi 245 desa/ kelurahan, 14,4% berada diantara 500m dpl hingga 700m dpl meliputi 44 desa dan sisanya 5,9% pada ketinggian diatas 700m dpl meliputi 18 desa. Luas wilayah untuk masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Luas Wilayah Kabupaten Ponorogo Menurut Wilayah Kecamatan Tahun 2012

No Kecamatan Luas Wilayah (km2)

(3)

2.1.1.2 Aspek Demografi

Data penduduk berdasarkan survey kependudukan yang dilakukan badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo pada tahun 2011 sebesar 860.093 jiwa dengan sebaran di kecamatan Ponorogo mempunyai jumlah penduduk terbesar yakni 74.795 jiwa, dikuti Kecamatan Babadan sebesar 62.968 jiwa dan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah kecamatan Pudak sebesar 8.943 jiwa.

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Kabupaten Ponorogo berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2011

No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Rasio

1 Ngrayun 27.880 27.849 55.729 100,11

(4)

Gambar 2.2

Jumlah penduduk di Kabupaten Ponorogo Tahun 2011

Komposisi pendudukKabupaten Ponorogo antara penduduk laki-laki dengan perempuan hampir seimbang. Dari jumlah penduduk 860.093 jiwa yang laki-laki sebanyak 430.326 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 429.767 jiwa. Lebih jelas dapat dilihat dalam gambar 2.3.

Gambar 2.3

(5)

Jumlah pencari kerja yang terdaftar pada tahun 2011 tercatat sebesar 4.030 orang mengalami penurunan 34 persen dibanding pada tahun 2010 yang mencapai angka 6.113 orang dan pada tahun 2009 jumlah pencari kerja mencapai angka yang cukup besar yaitu 36.341 orang. Apabila dilihat dari tingkat pendidikan jumlah pencari kerja yang paling besar adalah lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama sebesar 1.873 orang dan terkecil pada tingkat pendidikan Sarjana Muda berjumlah 162 orang. Dengan demikian terlihat bahwa tingkat pendidikan akan menggambarkan kualifikasi jenjang dari pencari kerja.

Gambar 2.4

Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2011

(6)

Tabel 2.3

Penduduk Berumur 15 tahun ke atas menurut kegiatan Kabupaten PonorogoTahun 2011

KEGIATAN Tahun 2011

Orang %

Angkatan Kerja 472.067 70,05

1 Bekerja 451.450 66,99

2 Mencari Pekerjaan 10.711 1,58

3 Mempersiapkan Usaha 556 0,08

4 Tidak Mungkin Mendapatkan Pekerjaan 9.174 1,36 5 Sudah Punya Pekerjaan Tetapi Belum

Bekerja

176 0,02

Bukan Angkatan Kerja 201.826 29,95

1 Sekolah 38.598 5,72

2 Mengurus Rumah Tangga 123.246 18,28

3 Lainnya 39.982 5,93

Total 673.893 100,00

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 70,05

Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) 95,63

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 4,37

(7)

Tabel 2.4

Penduduk Berumur 15 tahun ke atas Yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Kabupaten Ponorogo Tahun 2011

Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

Orang %

1 Pertanian 230.896 51,14

2 Industri Pengolahan 43.330 9,59

3 Bangunan 32.193 7,13

4 Perdagangan 72.298 16,01

5 Angkutan dan Komunikasi 6.063 1,34

6 Keuangan dan Jasa 4.640 1,03

7 Pertambangan dan Penggalian, LGA 62.020 13,76

Jumlah 451.450 100,00

2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

A. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Ponorogo

(8)

Perkembangan dan pergeseran struktur ekonomi menunjukkan perkembangan kegiatan pembangunan yang terjadi baik yang dilakukan secara sektoral maupun lintas sektor. Sektor ekonomi yang mendukung PDRB meliputi sektor primer, sekunder dan tersier. Kontribusi sektor primer sebesar 36,46% meliputi: sektor pertanian, pertambangan dan galian. Sektor sekunder mempunyai kontribusi sebesar 8,49% terdiri dari sektor industri pengolahan, sektor LGA dan kontruksi sedangkan sektor Tersier meliputi sektor PHR, Angkutan dan Komunikasi memberikan kontribusi sebesar 55,06%.

Gambar 2.5

Struktur Ekonomi Kabupaten Ponorogo Tahun 2011

A.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000

(9)

mengalami peninhgkatan secara terus menerus sebagaiman terlihat dalam tabel berikut.

Gambar 2.5

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Ponorogo Tahun 2007 - 2011

(10)

Tabel 2.5

Nilai dan Kontribusi Sektor Dalam PDRB ADHK Tahun Dasar 2000 Kabupaten Ponorogo (juta rupiah) 2010-2011

No Sektor 2010 2011

Rp. % Rp. %

1 Pertanian 1.174.625,55 35,26 1.193.914,57 33,75

2 Pertambangan dan Penggalian 74.228,39 2,23 77.532,95 2,19

3 Industri Pengolahan 151.929,44 4,56 160.532,22 4,54

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 56.079,61 1,68 59.215,40 1,67

5 Konstruksi 70.569,91 2,12 77.856,46 2,20

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

920.381,59 27,63 1.019.089,52 28,81

7 Pengangkutan dan Komunikasi 176.337,36 5,29 197.618,46 5,59

8 Keuangan, Sewa, Jasa Perusahaan

239.007,96 7,18 260.509,18 7,36

9 Jasa – Jasa 467.989,60 14,05 491.599,36 13,90

PDRB ADHK 3.331.058,41 100,00 3.537.868,11 100,00

A.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) 2000

(11)

Tabel 2.6

Nilai dan Kontribusi Sektor Dalam PDRB ADHB Tahun Dasar 2000 Kabupaten Ponorogo (juta rupiah) 2010-2011

No Sektor 2010 2011

Rp. % Rp. %

1 Pertanian 2.661.965,76 35,73 2.903.580,37 34,55

2 Pertambangan dan Penggalian 142.094,11 1,91 160.467,67 1,91

3 Industri Pengolahan 373.755,34 5,02 417.086,30 4,96

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 102.956,98 1,38 110.568,43 1,32

5 Konstruksi 155.707,45 2,09 185.843,36 2,21

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

2.064.054,83 27,71 2.410.135,46 28,68

7 Pengangkutan dan Komunikasi 389.974,80 5,23 456.360,23 5,43

8 Keuangan, Sewa, Jasa Perusahaan

539.503,87 7,24 620.435,30 7,38

9 Jasa – Jasa 1.019.672,17 13,69 1.140.468,01 13,57

PDRB ADHB 7.449.685,32 100,00 8.404.945,14 100,00

B. Pertumbuhan Ekonomi

(12)

Gambar 2.6

Pertumbuhan ekonomi Nasional, Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten Ponorogo Tahun 2007 – 2012

(13)

pada sektor skunder (sektor perdagangan dan industri) atau sektor tersier (sector jasa dan keuangan).

Tabel 2.7

Capaian PDRB ADHK dan PDRB ADHB Kabupaten Ponorogo Tahun 2006 - 2012

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo, 2013

B.1 Pertumbuhan Menurut Sektor

(14)

Gambar 2.7

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo menurut Sektor Tahun 2008 – 2012

B.2 PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita

(15)

Gambar 2.8

PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2011

(16)

Gambar 2.9

Inflasi menurut Indeks Implisit PDRB Tahun 2008 – 2011

D. Kemiskinan

(17)

Tabel 2.8

Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten Ponorogo, Provinsi dan Nasional Tahun 2008 – 2012

Tahun Nasional (%)

Provinsi (%)

Ponorogo

Jumlah %

2008 15,42 18,51 144.480 16,13

2009 14,15 16,68 127.514 14,63

2010 13,33 15,26 113.006 13,22

2011 12,49 13,85 109.792 12,84

2012 11,70 13,08 96.965* 11,34*

Sumber Data : TNP2K Tahun 2012

* Target terkoreksi Gambar 2.10

Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten Ponorogo, Provinsi dan Nasional Tahun 2008 – 2012

Keterangan :

(18)

E. Angka Kriminalitas

Kriminalitas merupakan segala macam bentuk tindakan dan perbuatan yang merugikan secara ekonomis dan psikologis yang melanggar hukum yang berlaku dalam Negara Indonesia dengan norma – norma sosial dan agama. Kriminalitas yang terjadi di Kabupaten Ponorogo dengan jenis tindak pidana pencurian dengan pemberatan, pencurian dengan kekerasan, pencurian kendaraan bermotor, pencurian kayu jati (illegal loging), pencurian hewan/ternak, penganiayaan berat, penganiayaan ringan, pembunuhan, pembakaran, judi, miras, sajam, korupsi, migas (BBM) dan lain – lain dari tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011 cenderung mengalami peningkatan.

Tabel 2.9

Angka Kriminalitas di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2012

No Uraian Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah Tindak Kriminalitas

372 591 558 798 1.300

2 Jumlah Penduduk 895.921 899.328 855.281 856.573 857.623 3 Angka Kriminalitas (%) 0,04 0,06 0,06 0,09 0,15

2.1.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial A. Angka Melek Huruf

(19)

mengalami peningkatan sebesar 0,98 %. Artinya penduduk usia 15 tahun keatas yang buta huruf berkurang sebesar 0,98 %. Sedangkan untuk Tahun 2010 dan 2011 berturut – turut angka melek huruf Kabupaten Ponorogo adalah 85,73% dan 87,26%.

Gambar 2.11

Angka Melek Huruf Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2011

B. Angka Rata - Rata Lama Sekolah

(20)

Gambar 2.12

Rata – rata Lama Sekolah Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2011

C. Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni

Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum disuatu tingkat pendidikan. Sedangkan Angka Partisipasi Murni (APM) adalah presentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk dari usia yang sama. APK pada jenjang pendidikan SD/MI/Paket A tahun 2010 sebesar 106,48 untuk jenjang SLPT/MTs sebesar 97,73 dan jenjang SMU/SMK/MA sebesar 70,11.

Tabel 2.10

Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni pada jenjang Pendidikan SD/MI/Paket A di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2011

No Tahun APK APM

1 2008 113,73 97,42

2 2009 113,30 97,71

3 2010 112,30 97,08

4 2011 112,67 97,16

(21)

Tabel 2.11

Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni pada jenjang Pendidikan SLTP/MTs di Kabupaten Ponorogo

Sumber: Inmakro Provinsi Jatim, 2012

Tabel 2.12

Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni pada jenjang Pendidikan SMU/SMK/MA di Kabupaten Ponorogo

Sumber: Inmakro Provinsi Jatim, 2012

D. Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu

(22)

Tabel 2.13

Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2011

No Tahun AKB AKI

1 2008 13,50 103,39

2 2009 8,31 115,70

3 2010 13,90 123,38

4 2011 15,20 105,20

5 2012 15,15 98,82

E. Usia Harapan Hidup

Indikator derajad Kesehatan dapat dilihat dari Usia Harapan Hidup (Life Expectancy Rate). Meningkatnya usia harapan hidup masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya meningkatnya gizi dan meningkatnya tingkat kesadaran terhadap pentingnya hidup sehat. Usia harapan hidup masyarakat Kabupaten Ponorogo dari tahun 2008 – 2011 mengalami peningkatan. Tahun 2008 sebesar 60 th, Tahun 2009 sebesar 69,3 th, tahun 2010 sebesar 69,60 th dan tahun 2011 sebesar 69,90 th.

Gambar 2.13

(23)

F. Rasio Penduduk Yang Bekerja

Mengacu kepada Ponorogo Dalam Angka Tahun 2012 bahwa jumlah penduduk yang bekerja yang masuk pada angkatan kerja di Kabupaten Ponorogo Tahun 2011 berjumlah 451.450 orang dari angkatan kerja berjumlah 472.067 orang, terdiri dari laki – laki 273.549 orang dan perempuan berjumlah 177.901 orang. Dari data penduduk yang bekerja dibandingkan dengan angkatan kerja akan diperoleh angka rasio penduduk yang bekerja.

Tabel 2.14

Jumlah Penduduk yang Bekerja, Angkatan Kerja dan Rasio di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2011

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo, 2012

2.1.2.3 Fokus Seni Budaya dan Olah Raga

(24)

Tabel 2.15

Perkembangan Seni Budaya dan Olah Raga di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2012

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo, 2012

2.1.3 ASPEK PELAYANAN UMUM 2.1.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib Urusan Pendidikan

Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Angka Partisipasi Sekolah (APS) menunjukkan besaran penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah. APS merupakan ukuran daya serap pemerataan dan akses terhadap Pendidikan khususnya penduduk usia sekolah. APS terdiri dari Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan sedangkan APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah ditingkat pendidikan tertentu.

(25)

Gambar 2.14

Perkembangan APS menurut kelompok Usia di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2011

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo, 2012

2.1.3.2

2.1.4 ASPEK DAYA SAING DAERAH 2.1.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani yaitu dengan membandingkan kemampuan tukar produk / komoditas yang dihasilkan / yang dijual petani dengan produk yang dihasilkan petani baik untuk produksi (usaha) maupun untuk konsumsi rumah tangga. Pada tahun 2006 NTP mencapai 112,23, tahun 2007 mencapai 115,99, tahun 2008 mencapai 118,89 dan tahun 2009 mencapai 118,06.

0 20 40 60 80 100 120

16 - 18 tahun 13 - 15 tahun 7 - 12 tahun

2011

2010

2009

(26)

Gambar 2.15

Nilai Tukar Petani di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2011

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo, 2013

2.2.1.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

(27)

Gambar 2.16

Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2011

Gambar 2.17

(28)

2.2.1.3. Fokus Iklim Investasi A. Angka Kriminalitas

Tindak kejahatan yang terjadi di Kabupaten Ponorogo dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi (naik turun), tahun 2008 jumlah total 372 kali tindak kejahatan meningkat menjadi 591 kali tindak kejahatan pada tahun 2009. Namun demikian pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 558 kali dibanding tahun 2009, tetapi meningkat pada tahun 2011 menjadi 798 kali.

Tabel 2.16

Jenis dan Jumlah Kejahatan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009 - 2011

Uraian 2009 2010 2011

1. Pencurian dengan pemberatan 100 133 97

2. Pencurian dengan kekerasan 4 2 2

2.2.1.4 Fokus Sumber Daya Manusia A. Kualitas Tenaga Kerja

(29)

Gambar 2.18

Tingkat Pendidikan Pencari Kerja di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2011

B. Tingkat Ketergantungan

Tingkat ketergantungan dihitung berdasarkan perbandingan antara banyaknya penduduk yang belum produktif (umur dibawah 15 tahun) dan tidak produktif (umur diatas 65 tahun) dengan jumlah penduduk yang termasuk usia produktif secara ekonomi (umur 15 – 64 tahun).

Tabel 2.17

Tingkat Ketergantungan Usia Produktif di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009 - 2011

No Uraian 2009 2010 2011

1 Umur <15 tahun 194.278 187.694 188.757

2 Umur 15 – 64 tahun 641.337 575.390 579.629

3 Umur diatas 64 tahun 63.713 97.197 92.707

(30)

Gambar 2.19

Tingkat Ketergantungan Usia Produktif di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009 - 2011

2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun Lalu.

(31)

Adapun capaian kinerja Program dan Kegiatan dalam RKPD Tahun 2012 adalah sebagai berikut :

1. Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan

Pertumbuhan Ekonomi merupakan tolok ukur perkembangan suatu daerah yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan pemerataan pertumbuhan maka akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya meningkat pula pendapatannya. Capaian pertumbuhan ekonomi tahun 2011 sebesar 6,21 % menandakan bahwa ekonomi Kabupaten Ponorogo bergerak kearah positip dari tahun sebelumnya yang juga tumbuh sebesar 5,78 %. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo banyak dipicu oleh sector dominan yaitu sector pertanian, sector perdagangan, hotel dan restoran dan sector jasa lainnya. Walaupun kenyataanya sector pertanian tingkat pertumbuhannya dari tahun ke tahun mengalami penurunan, sedangkan untuk sector perdagangan, hotel dan restoran dalam kurun waktu lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang sangat positip. Hal ini merupakan pertanda adanya pergeseran transpormasi structural dari sector primer menuju ke sector sekunder.

Gambar 2.20

(32)

2. Pendidikan Berkualitas dan Terjangkau

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap warga Negara yang harus tersedia, terjangkau dan sekaligus berkualitas. Pendidikan juga sebagai upaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup, pendewasaan pola pikir, upaya merubah tingkah laku menuju kea rah yang lebih baik. Untuk melihat tingkat kualitas pendidikan dapat dilihat dari angka melek huruf, angka partisipasi sekolah, angka partisipasi murni, angka partisipasi kasar, angka putus sekolah, angka kelulusan, rata – rata nilai Ujian Nasional, rasio pendidik yang memiliki sertifikat pendidik, tingkat pendidikan yang ditamatkan dan rata – rata lama sekolah.

Tabel 2.18

Target dan Realisasi Kinerja Pendidikan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 – 2011

2 Tidak buta Aksara (penduduk >

15 th) 98,87 98,89 99,05 99,20

12 Rasio Pendidik yg bersertifikat 4,76 10,77 15,73 26,49

(33)

3. Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan

Kompleksnya permasalahan di Bidang Kesehatan seperti infrastruktur kesehayan yang masih belum optimal, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan yang terbatas merupakan kendala yang harus diatasi sehingga kinerja bidang kesehatan akan menjadi optimal. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja kesehatan adalah mendorong masyarakat hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap kesehatan, memberikan subsidi pembiayaan kepada masyarakat khususnya masyarakat miskin melalui jaminan kesehatan. Kinerja bidang kesehatan dapat dilihat dari meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi, menurunnya angka kematian ibu melahirkan dan menurunnya prevalensi gizi buruk pada balita.

Tabel 2.19

Target dan Realisasi Kinerja Kesehatan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 – 2011 1 Cakupan Balita Gizi buruk yg

mendapat perawatan 70,83 100,00 100,00 100,00 2 Cakupan kunjungan Bayi 84,59 65,34 87,00 97,97 3 Cakupan kunjungan Ibu hamil 82,99 63,25 87,00 91,66 4 Cakupan pelayanan Anak Balita 87,95 55,74 88,00 75,43 5 Cakupan peserta KB aktif 91,53 35,09 69,00 78,92 6 Cakupan pelayanan dasar Maskin 35,34 28,74 15,00 28,84 7 Cakupan pelayanan Kesehatan

rujukan Maskin 2,79 2,26 1,50 1,50

8 Indeks Harapan Hidup 74,68 69,93 75,17 70,24

4. Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

(34)

prioritaskan. Penyediaan infrastruktur seperti transportasi, ketenagalistrikan, jalan, jembatan, sumber daya air, perumahan, sarana air minum dan infrastruktur pedesaan menjadi hal yang wajib untuk diutamakan.

Tabel 2.20

Target dan Realisasi Kinerja Infrastruktur di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 – 2011 1 Panjang Jalan Kabupaten dalam

kondisi baik 41,71 44,91 46,06 46,06

2 Luas Irigasi Kabupaten dalam

kondisi baik 3,53 15,48 16,35 89,90

3 Rumah Tangga bersanitasi 80,47 87,59 87,76 87,76

4 Kawasan Kumuh 2,80 2,76 2,75 2,58

5. Penanganan Kemiskinan

Kemiskinan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan terbatasnya aksebilitas terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan. Masalah kemiskinan merupakan masalah nasional yang harus menjadi perhatian semua pihak untuk diupayakan penurunannya melalui program kegiatan yang langsung menyentuh kepentingan masyarakat.

Tabel 2.21

(35)

Program penanganan kemiskinan harus dikoordinasikan dengan sungguh sungguh agar sasarannya tidak tumpang tindih antara program satu dengan program program yang lainnya antara sumber pendanaan yang satu dengan lainnya, mengingat bahwa penanganan kemiskinan menjadi atensi dan tanggug jawab semua pihak yakni pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat melaui wadah TKPKD (Tim koordinasi penanggulangan kemiskinan daerah).

6. Perluasan Kesempatan Kerja

Perluasan penciptaan lapangan kerja merupakan upaya pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran yang dari ke hari semakin bertambah cukup besar seiring dengan bertambahnya lulusan sekolah yang memasuki usia kerja dan tidak dibarengi dengan tersedianya lapangan kerja yanag memadai. Dampak social dari bertambahnya pengangguran sangat significant yakni bersifat multidimensional. Ditahun 2011 saja jumlah penduduk yang bekerja mencapai 451.450 jiwa dari angkatan kerja yang ada 472.067 orang atau rasio penduduk yang bekerja disbanding dengan angkatan kerja hanya mencapai 95,63%. Tingkat pengangguran terbuka tahun 2010 mencapai 3,83% masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan TPT propinsi yang mencapai 4,25% dan TPT nasional mencapai 7,14%.

Tabel 2.22

Prosentase Target dan Realisasi Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2011

Tahun Target RPJMD (%) Capaian (%) Keterangan

Gambar

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Ponorogo
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Gambar 2.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Emal, Zain (2006), dalam skripsinya yang berjudul Analisa Dan Koordinasi Sinyal Antar Simpang Pada Ruas Jalan Diponegoro Surabaya mengambil kesimpulan bahwa keempat

Adanya pengaruh model problem based learning terhadap keterampilan proses sains siswa pada penelitian ini dapat dilihat dari nilai rata-rata keterampilan proses sains

Lampiran J: Regresi Kepuasan Kerja Pegawai, Kualitas Pelayanan Internal, dan Kepuasan Masyarakat Sunter Jaya.. Model Summary .353 a .125 -.010 .59155 Model 1 R R Square Adjusted

Al-Aswad membaca (mengkhatamkan) al-Qur`an setiap dua malam di bulan Ramadhan.. An-Nakha'i melakukan hal itu khusus pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan,

Penelitian tentang GIS juga telah diaplikasikan pada Sistem Informasi Geografis Pencarian Data Penduduk (Rusidy, 2003) yang di dalamnya membahas tentang kelebihan

LILY JANIYANI: Pengaruh Elevasi Lahan dan Posisi Pelepah Terhadap Anatomi Dan Sifat Fisik Pada Fenomena Pelepah Sengkleh Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq.).. Dibimbing

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa, keruntuhan bronjong tejadi pada awal dan akhir tikungan, dan setelah diperkuat dengan perkuatan gabungan arah horizontal dan

(5) There is a significant relationship between competence teachers’ Aqidah Akhlak with student achievement in Islamic Junior High School Darul Huda Wonodadi