• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

2.1.1.1 Aspek Geografi

BAB II

EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU 2.1 Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi

Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang berada 200 km arah barat daya dari kota Surabaya dan 800 km dari ibu kota Jakarta. Kabupaten Ponorogo terletak pada 111’7’ hingga 111’52’ Bujur Timur dan 7’49 hingga 8’20’ Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Ponorogo secara langsung berbatasan dengan Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Nganjuk disebelah Utara. Disebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Trenggalek. Disebelah Selatan dengan Kabupaten Pacitan. Sedangkan disebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah.

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Ponorogo

(2)

Luas wilayah Kabupaten Ponorogo 1.371,78 km2 terbagi dalam 21 kecamatan yang terdiri dari 307 desa/ kelurahan dengan topografi yang bervariasi mulai dari daratan rendah sampai pegunungan dengan sebaran 79% terletak di ketinggian kurang dari 500m dpl meliputi 245 desa/ kelurahan, 14,4% berada diantara 500m dpl hingga 700m dpl meliputi 44 desa dan sisanya 5,9% pada ketinggian diatas 700m dpl meliputi 18 desa. Luas wilayah untuk masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Luas Wilayah Kabupaten Ponorogo Menurut Wilayah Kecamatan Tahun 2012

No Kecamatan Luas Wilayah (km2)

1 Ngrayun 148,76 2 Slahung 90,34 3 Bungkal 54,01 4 Sambit 59,83 5 Sawoo 124,71 6 Sooko 55,33 7 Pudak 48,92 8 Pulung 127,55 9 Mlarak 37,20 10 Siman 37,95 11 Jetis 22,41 12 Balong 56,96 13 Kauman 36,61 14 Jambon 57,48 15 Badegan 52,35 16 Sampung 80,61 17 Sukorejo 59,58 18 Ponorogo 22,31 19 Babadan 43,93 20 Jenangan 59,44 21 Ngebel 59,50 JUMLAH 1.371,78

(3)

2.1.1.2 Aspek

Demografi Data penduduk berdasarkan survey kependudukan yang dilakukan badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo pada tahun 2011 sebesar 860.093 jiwa dengan sebaran di kecamatan Ponorogo mempunyai jumlah penduduk terbesar yakni 74.795 jiwa, dikuti Kecamatan Babadan sebesar 62.968 jiwa dan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah kecamatan Pudak sebesar 8.943 jiwa.

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Kabupaten Ponorogo berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2012

No Kecamatan 2010 2011 2012 1 Ngrayun 55.416 55.729 55.530 2 Slahung 49.267 49.543 49.416 3 Bungkal 34.240 34.435 34.370 4 Sambit 35.566 35.767 35.680 5 Sawoo 54.696 55.004 54.883 6 Sooko 21.767 21.889 21.845 7 Pudak 8.893 8.943 8.916 8 Pulung 45.993 46.253 46.106 9 Mlarak 36.138 36.347 36.194 10 Siman 41.655 41.890 41.755 11 Jetis 29.049 29.212 29.135 12 Balong 41.565 41.797 41.694 13 Kauman 40.015 40.239 40.124 14 Jambon 38.929 39.148 38.998 15 Badegan 29.082 29.236 29.129 16 Sampung 35.845 36.048 35.981 17 Sukorejo 49.564 49.846 49.713 18 Ponorogo 74.379 74.795 74.569 19 Babadan 62.615 62.968 62.775 20 Jenangan 51.508 51.798 51.659 21 Ngebel 19.099 19.206 19.151 TOTAL 855.281 860.093 857.623 SEX RATIO 99.98 99.37 99.44

(4)

Gambar 2.2

Jumlah penduduk di Kabupaten Ponorogo Tahun 2012

Komposisi penduduk Kabupaten Ponorogo Tahun 2012 antara penduduk laki-laki dengan perempuan hampir seimbang. Dari jumlah penduduk 857.623 jiwa yang laki-laki sebanyak 427.614 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 430.009 jiwa. Lebih jelas dapat dilihat dalam gambar 2.3.

Gambar 2.3

Komposisi Penduduk Laki-laki dan Perempuan Kabupaten Ponorogo Tahun 2012

Ngrayun Slahung Bungkal Sambit Sawoo Sooko

Pudak Pulung Mlarak Siman Jetis Balong

Kauman Jambon Badegan Sampung Sukorejo Ponorogo Babadan Jenangan Ngebel

427,614 430,009

Laki-laki Perempuan

(5)

2.1.1.3 Angkatan

Kerja Jumlah pencari kerja yang terdaftar pada tahun 2012 tercatat sebesar 7.769 orang mengalami peningkatan sebesar 48,13 persen dibanding pada tahun 2011 yang mencapai angka 4.030 orang dan pada tahun 2010 jumlah pencari kerja mencapai angka yang cukup besar yaitu 6.113 orang. Apabila dilihat dari tingkat pendidikan jumlah pencari kerja yang paling besar adalah lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama sebesar 3.922 orang dan terkecil pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar berjumlah 319 orang. Dengan demikian terlihat bahwa tingkat pendidikan akan menggambarkan kualifikasi jenjang dari pencari kerja.

Gambar 2.4

Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2012

Tingkat Partispasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan tingkat penduduk usia kerja 15 tahun ke atas yang mempunyai pekerjaan selama seminggu yang lalu baik yang bekerja maupun yang sementara tidak bekerja karena suatu sebab seperti menunggu panenan. TPAK kabupaten Ponorogo tahun 2012 mencapai 73,41 %

SD (319 org) SLTP (3.922 org) SLTA (2.602 org) SARMUD (391 org) SARJANA (535 org)

(6)

dan Tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 3,26 % mengalami penurunan dari tahun 2011 menjadi sebesar 4,37 % turun sebesar 1,11 %.

Tabel 2.3

Penduduk Berumur 15 tahun ke atas menurut kegiatan Kabupaten PonorogoTahun 2012 KEGIATAN Tahun 2011 2012 Angkatan Kerja 472.067 494.714 1 Bekerja 451.450 478.573 2 Pengangguran Terbuka 10.711 16.141

Bukan Angkatan Kerja 201.826 179.194

1 Sekolah 38.598 43.639

2 Mengurus Rumah Tangga 123.246 78.773

3 Lainnya 39.982 56.782

Total 673.893 673.908

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 63.54 73.41

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 4.37 3.26

Sementara itu berdasarkan lapangan usaha utama, penduduk yang bekerja bergerak pada sektor pertanian, industri pengolahan dan lainya sebagaimana dalam tabel berikut :

(7)

A. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Ponorogo Tabel 2.4

Penduduk Berumur 15 tahun ke atas Yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Kabupaten Ponorogo Tahun 2012

Lapangan Pekerjaan Tahun 2012

Orang %

1 Pertanian 247.833 51,78

2 Industri Pengolahan 36.558 7,63

3 Bangunan 39.740 8,30

4 Perdagangan 82.973 9,33

5 Angkutan dan Komunikasi 8.385 1,75

6 Keuangan dan Jasa 62.849 13,13

7 Pertambangan dan Penggalian, LGA 235 0,04

Jumlah 478.573 100,00

2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Perekonomian Kabupaten Ponorogo Tahun 2012 menunjukkan tren pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni tahun 2011, utamanya di sektor pengangkutan dan komunikasi, perdagangan hotel dan restoran serta sektor kontruksi. Dinamika positif perekonomian tersebut memberikan dorongan dan sekaligus harapan dalam mempercepat akselerasi perbaikan ekonomi sehingga ekonomi Kabupaten Ponorogo pada tahun 2012 mampu tumbuh sebesar 6,52 persen dari target RPJMD sebesar 5,97 persen dan mengalami kenaikan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada tahun 2011 sebesar 6,21 persen.

(8)

A.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000

dilakukan secara sektoral maupun lintas sektor. Sektor ekonomi yang mendukung PDRB meliputi sektor primer, sekunder dan tersier. Kontribusi sektor primer sebesar 35,70% meliputi : sektor pertanian, pertambangan dan galian. Sektor sekunder mempunyai kontribusi sebesar 8,46% terdiri dari sektor industri pengolahan, sektor LGA dan kontruksi sedangkan sektor Tersier meliputi sektor PHR, Angkutan dan Komunikasi memberikan kontribusi sebesar 55,84%.

Gambar 2.5

Struktur Ekonomi Kabupaten Ponorogo Tahun 2012

Nilai PDRB ADHK Kabupaten Ponorogo Tahun 2012 mencapai Rp. 3.768.417.450.000,00 mengalami kenaikan sebesar Rp. 230.549.340.000,00 (6,12 %) dari tahun 2011 sebesar Rp. 3.537.868.110.000,00. Apabila dilihat dari tahun ke tahun selama 5 tahun terakhir pertumbuhan nilai PDRB ADHK mengalami peningkatan secara terus menerus sebagaiman terlihat dalam tabel berikut. Tersier, 55.84 Sekunder, 8.46 Primer, 35.7

(9)

Gambar 2.6

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2012

Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan sebagaimana disampaikan diatas tersebut berasal dari sektor pertanian; Perdagangan Hotel dan restoran; Jasa-jasa; Persewaan; Angkutan dan komunikasi; Industri pengolahan; Pertambangan dan penggalian; konstruksi bangunan serta Listrik, Gas dan Air.

500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000 3,500,000 4,000,000 2008 2009 2010 2011 2012 2,998,669 3,148,982 3,331,058 3,537,868 3,768,417

PDRB ADHK

(10)

A.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) 2000

Tabel 2.5

Nilai dan Kontribusi Sektor Dalam PDRB ADHK Tahun Dasar 2000 Kabupaten Ponorogo (juta rupiah) 2011-2012

No Sektor 2011 2012

Rp. % Rp. %

1 Pertanian 1.193.914,57 33,75 1.229.499,54 32,63

2 Pertambangan dan Penggalian 77.532,95 2,19 79.396,43 2,11

3 Industri Pengolahan 160.532,22 4,54 170.137,42 4,51

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 59.215,40 1,67 62.590,90 1,66

5 Konstruksi 77.856,46 2,20 84.758,73 2,25

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.019.089,52 28,81 1.122.704,83 29,79 7 Pengangkutan dan Komunikasi 197.618,46 5,59 216.298,72 5,74 8 Keuangan, Sewa, Jasa

Perusahaan 260.509,18 7,36 282.482,40 7,50

9 Jasa – Jasa 491.599,36 13,90 520.548,47 13,81

PDRB ADHK 3.537.868,11 100,00 3.768.417,45 100,00

Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten Ponorogo Tahun 2012 mencapai Rp. 9.486.200.090.000,00. Naik dari tahun 2011 sebesar Rp. 8.404.945.130.000,00. Selama tiga tahun terakhir yakni tahun 2010, 2011 dan 2012 struktur Perekonomian Kabupaten Ponorogo didominasi oleh Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran dan Sektor Jasa – Jasa. Sektor Pertanian dari tahun ke tahun mengalami penurunan sebesar 0,71 point, Tahun 2011 memberikan kontribusi sebesar 34,55 % dan tahun 2012 sebesar 33,84 % sedangkan sektor Perdagangan Hotel dan Restoran, Sektor Bangunan, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dan Sektor Keuangan Jasa Perusahaan mengalami peningkatan.

(11)

B. Pertumbuhan Ekonomi

Tabel 2.6

Nilai dan Kontribusi Sektor Dalam PDRB ADHB Tahun Dasar 2000 Kabupaten Ponorogo (juta rupiah) 2011-2012

No Sektor 2011 2012

Rp. % Rp. %

1 Pertanian 2.903.580,37 34,55 3.210.357,52 33,84

2 Pertambangan dan Penggalian 160.467,67 1,91 175.984,18 1,86

3 Industri Pengolahan 417.086,30 4,96 466.820,55 4,92

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 110.568,43 1,32 118.680,46 1,25

5 Konstruksi 185.843,36 2,21 217.100,32 2,29

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.410.135,46 28,68 2.790.641,75 29,42 7 Pengangkutan dan Komunikasi 456.360,23 5,43 517.426,38 5,45 8 Keuangan, Sewa, Jasa

Perusahaan 620.435,30 7,38 712.782,39 7,51

9 Jasa – Jasa 1.140.468,01 13,57 1.276.406,55 13,46

PDRB ADHB 8.404.945,14 100,00 9.486.200,09 100,00

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo dapat dilihat dari Product Domestic Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan (ADHK) tahun dasar 2000 yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo pada tahun 2009 sebesar 5,16%, tahun 2010 sebesar 5,78% naik 0,62 point dan pada tahun 2011 ekonomi mampu tumbuh sebesar 6,21%. Sementara itu capaian pertumbuhan ekonomi Tahun 2012 pada posisi angka sangat sementara mampu tumbuh sebesar 6,52%. Dengan demikian ekonomi Kabupaten Ponorogo tahun 2012 mampu tumbuh melebihi target dalam RPJMD Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 – 2015 sebesar 6,15 % dan melebihi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011, bahkan kalau dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional lebih tinggi 0,32 digit dimana ekonomi nasional tahun 2012 tumbuh sebesar 6,20%.

(12)

Gambar 2.7

Pertumbuhan ekonomi Nasional, Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten Ponorogo Tahun 2007 – 2012

Nilai PDRB ADHK 2000 yang merupakan indikator pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 mencapai 3.768.417,45 juta. Apabila dilihat dari struktur PDRB maka sektor paling dominant adalah sektor Pertanian memberikan kontribusi sebesar 33,84 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 2,98 %, sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi sebesar 29,42 % dengan tingkat pertumbuhan sebesar 10,17 % sedangkan jasa-jasa memberikan kontribusi sebesar 13,46% dengan tingkat pertumbuhan sebesar 5,89 %. Kalau dilihat trend selama 5 tahun terakhir maka tampak pada sektor pertanian, kontribusi terhadap PDRB terus mengalami penurunan sedangkan pada sektor perdagangan, hotel restoran dan Jasa-jasa kontribusi terhadap PDRB mengalami peningkatan terus menerus. Penurunan kontribusi sektor pertanian pada PDRB merupakan indikasi adanya transformasi structural dari perekonomian yang bertumpu pada sektor primer (sektor pertanian) menuju perekonomian yang bertumpu pada

5.69 5.5 4.74 6.08 6.6 6.3 6.11 6.16 5.01 6.68 7.22 7.27 6.56 5.68 5.16 5.78 6.21 6.52 0 1 2 3 4 5 6 7 8 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Nasional Jawa Timur Kab. Ponorogo

(13)

B.1 Pertumbuhan Menurut Sektor

sektor skunder (sektor perdagangan dan industri) atau sektor tersier (sector jasa dan keuangan).

Tabel 2.7

Capaian PDRB ADHK dan PDRB ADHB Kabupaten Ponorogo Tahun 2006 - 2012 NO TAHUN PDRB ADHB (Juta Rupiah) PDRB ADHK (Juta Rupiah) 1 2006 4.396.397,29 2.694.520,72 2 2007 5.002.064,19 2.871.341,71 3 2008 5.805.450,60 3.034.363,54 4 2009 6.575.434,92 3.190.837,45 5 2010 7.449.774,32 3.331.058,41 6 2011 8.404.945,13 3.537.868,11 7 2012 9.486.200,08 3.768.417,45

Sumber : BPS Kabupaten Ponorogo, 2013

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo tahun 2012 sebesar 6,52 %. Secara sektoral laju pertumbuhan yang paling besar adalah sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (10,17 %), sektor Angkutan dan Komunikasi (9,45 %) dan sektor keuangan, persewaan jasa perusahaan mampu tumbuh sebesar 8,43 %. Ke empat sektor tersebut apabila dilihat selama kurun waktu lima tahun terakhir mulai tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012 mengalami pertumbuhan yang terus meningkat. Sementara itu sektor yang laju pertumbuhannya paling kecil adalah sektor pertambangan dan galian yang hanya mampu tumbuh sebesar 2,40 % dan tingkat pertumbuhannya mengalami penurunan terus menerus yakni 2009

(14)

B.2 PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita

tumbuh sebesar 3,95 % tahun 2010 tumbuh sebesar 4,20 % dan tahun 2011 tumbuh sebesar 4,45%.

Gambar 2.8

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo menurut Sektor Tahun 2008 – 2012

Salah satu indikator yang juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dan kemajuan ekonomi suatu daerah adalah PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita. Kedua indikator tersebut dipengaruhi oleh jumlah penduduk pertengahan tahun. PDRB Perkapita Kabupaten Ponorogo pada tahun 2012 Rp. 11,061 juta meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar Rp. 9,812 juta, dan tahun 2010 mencapai Rp. 8,710 juta. Sedangkan pendapatan regional perkapita Kabupaten Ponorogo tahun 2012 sebesar Rp. 10,330 juta, naik dari tahun 2011 dan tahun 2010 masing – masing sebesar Rp. 9.164 juta dan Rp. 8,135 juta.

0 2 4 6 8 10 12 14 2008 2009 2010 2011 2012 Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan L, G dan Air Bersih Bangunan PHR

Angkutan & Kom Keuangan, P & JSP

(15)

C. Inflasi

Gambar 2.9

PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 - 2012

Inflasi suatu barang dapat dilihat dari tingkat perkembangan harga suatu barang dan dapat dihitung dengan melihat perubahan indek implisit yang diturunkan dari pembagian PDRB ADHB dengan PDRB ADHK. Perkembangan laju inflasi barang – barang di Kabupaten Ponorogo mengalami fluktuatif dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Inflasi tahun 2012 sebesar 5,96 % lebih rendah dibanding tahun 2011 sebesar 6,23 % dan tahun 2010 sebesar 9,49 %.

8,135,328.02 9,164,662.29 10,330,987.27 8,710,219.58

9,812,292.85

11,061,037.42

2010 2011 2012

(16)

D. Kemiskinan

Gambar 2.10

Inflasi menurut Indeks Implisit PDRB Tahun 2010 – 2012

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan (pangan), pakaian (sandang), tempat berlindung (papan), terbatasnya aksesibilitas terhadap pelayanan dasar pendidikan dan terbatasnya aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan. Jumlah penduduk miskin Tahun 2010 secara nasional mencapai 13,33 % atau 31,02 juta jiwa penduduk hidup dibawah garis kemiskinan dan tingkat Provinsi sebesar 15,25 % sedangkan Kabupaten Ponorogo sebesar 13,22 % atau 127.514 jiwa mengalami penurunan sebesar 14.508 jiwa dari tahun 2009 sebesar 14,63 % atau 113.006 jiwa dengan garis kemiskinan tahun 2009 sebesar Rp. 177.006,00 per bulan dan tahun 2010 sebesar Rp. 193.047,00 per bulan. Pada tahun 2011 prosentase penduduk miskin sebesar 105.867 jiwa atau 12,29 %, masih belum memenuhi target RPJMD 2010 – 2015 sebesar 8,79 % dan pada tahun 2012 prosentase penduduk miskin sebesar 11,70 % atau 100.400 jiwa belum mampu mencapai target RPJMD sebesar 7,65 %, tahun 2013 turun menjadi 7,08 % dan tahun 2014 menjadi 7,00 %.

9.49 6.23 5.96 0 2 4 6 8 10 2010 2011 2012

(17)

Tabel 2.8

Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten Ponorogo, Provinsi dan Nasional

Tahun 2008 – 2012

Tahun Nasional (%) Provinsi (%) Jumlah Ponorogo %

2008 15,42 18,51 144.480 16,13

2009 14,15 16,68 127.514 14,63

2010 13,33 15,26 113.000 13,22

2011 12,49 13,85 105.867 12,29

2012 11,70 13,08 199.400 11,70

Sumber Data : TNP2K Tahun 2012 * Target terkoreksi Gambar 2.11

Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten Ponorogo, Provinsi dan Nasional Tahun 2008 – 2012 15.42 14.15 13.33 12.49 12.25 18.51 16.68 15.26 13.85 13.08 16.13 14.63 13.22 12.29 11.70 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00 2008 2009 2010 2011 2012

(18)

E. Angka Kriminalitas

A. Angka Melek Huruf

Kriminalitas merupakan segala macam bentuk tindakan dan perbuatan yang merugikan secara ekonomis dan psikologis yang melanggar hukum yang berlaku dalam Negara Indonesia dengan norma – norma sosial dan agama. Kriminalitas yang terjadi di Kabupaten Ponorogo dengan jenis tindak pidana pencurian dengan pemberatan, pencurian dengan kekerasan, pencurian kendaraan bermotor, pencurian kayu jati (illegal loging), pencurian hewan/ternak, penganiayaan berat, penganiayaan ringan, pembunuhan, pembakaran, judi, miras, sajam, korupsi, migas (BBM) dan lain – lain dari tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012 cenderung mengalami peningkatan.

Tabel 2.9

Angka Kriminalitas di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2012

No Uraian 2008 2009 Tahun 2010 2011 2012 1 Jumlah Tindak Kriminalitas 372 591 558 798 1.300 2 Jumlah Penduduk 895.921 899.328 855.281 856.573 857.623 3 Angka Kriminalitas (%) 0,04 0,06 0,06 0,09 0,15

2.1.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial

Angka Melek Huruf di cerminkan dari kemampuan membaca dan menulis. Kemampuan baca tulis dianggap penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya. Hal ini terkait langsung bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas. Angka Melek Huruf atau disebut juga Angka Melek Aksara adalah tolok ukur penting dalam mempertimbangkan kemampuan sumber daya manusia yang didasarkan pada pemikiran bahwa melatih orang yang mampu baca tulis lebih murah daripada melatih orang yang buta aksara. Secara

(19)

B. Angka Rata – Rata Lama Sekolah

rata – rata Angka Melek Huruf di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009 sebesar 85,76 % naik dari Tahun 2008 sebesar 84,93 % atau mengalami peningkatan sebesar 0,98 %. Artinya penduduk usia 15 tahun keatas yang buta huruf berkurang sebesar 0,98 %. Sedangkan untuk Tahun 2010, 2011 dan 2012 berturut – turut angka melek huruf Kabupaten Ponorogo adalah 85,73 %, 87,32 % dan 88,99 %.

Gambar 2.12

Angka Melek Huruf Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2012

Indikator yang digunakan untuk mengetahui rata – rata tingkat pendidikan adalah dengan mengetahui rata – rata lama sekolah yaitu rata – rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk diseluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani. Rata – rata lama sekolah (MYS) penduduk Kabupaten Ponorogo tahun 2009 mencapai 6,61 tahun meningkat dari tahun 2008 sebesar 6,46 tahun. Pada tahun 2010 mencapai 6,68 tahun, pada tahun 2011 mencapai 6,69 tahun dan pada tahun 2012 mencapai 7,18.

84.93 85.72 85.73 87.32 88.99 82 83 84 85 86 87 88 89 90 2008 2009 2010 2011 2012

(20)

C. Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu

Gambar 2.13

Rata – rata Lama Sekolah Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2012

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator pencapaian target MDGs. AKB Kabupaten Ponorogo dari tahun 2008 sampai dengan 2012 mengalami fluktuasi yang cukup tinggi, hal ini memberikan gambaran adanya naik turunnya kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat. Disamping Angka Kematian Bayi indikator lain dalam melihat derajad kesehatan masyarakat dengan melihat Angka Kematian Ibu.

Tabel 2.10

Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2012

No Tahun AKB AKI

1 2008 13,50 103,39 2 2009 8,31 115,70 3 2010 13,90 123,38 4 2011 15,20 105,20 5 2012 15,15 98,82 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 2008 2009 2010 2011 2012 6.46 6.61 6.68 6.99 7.18

(21)

D. Umur Harapan Hidup

E. Rasio Penduduk Yang Bekerja

Indikator derajad Kesehatan dapat dilihat dari Umur Harapan Hidup (Life Expectancy at Birth). Meningkatnya usia harapan hidup masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya meningkatnya gizi dan meningkatnya tingkat kesadaran terhadap pentingnya hidup sehat. Usia harapan hidup masyarakat Kabupaten Ponorogo dari tahun 2008 – 2012 mengalami peningkatan. Tahun 2008 sebesar 60,00 th, Tahun 2009 sebesar 69,30 th, tahun 2010 sebesar 69,60 th dan tahun 2011 sebesar 69,90 th serta tahun 2012 sebesar 72.00 th.

Gambar 2.14

Umur Harapan Hidup Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2012

Mengacu kepada Ponorogo Dalam Angka Tahun 2013 bahwa jumlah penduduk yang bekerja yang masuk pada angkatan kerja di Kabupaten Ponorogo Tahun 2012 berjumlah 478.573 orang dari angkatan kerja berjumlah 494.714 orang. Dari data penduduk yang bekerja dibandingkan dengan angkatan kerja akan diperoleh angka rasio

69.31 69.30 69.60 69.90 72.00 67.50 68.00 68.50 69.00 69.50 70.00 70.50 71.00 71.50 72.00 72.50 2008 2009 2010 2011 2012 UHH

(22)

2.1.2.3 Fokus Seni Budaya dan Olah Raga

Tabel 2.11

Jumlah Penduduk yang Bekerja, Angkatan Kerja dan Rasio di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2012

Tahun Penduduk yang Bekerja Angkatan Kerja Rasio Penduduk Bekerja / Angkatan Kerja (%)

2008 493.096 512.193 96,27

2009 527.254 546.117 96,55

2010 474.044 492.942 96,17

2011 451.450 472.067 95,63

2012 478.573 494.714 96,74

Sumber : BPS Kabupaten Ponorogo, 2012 Dalam rangka mengembangkan sektor kepariwisataan salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan seni budaya melalui beberapa even regional, nasional maupun internasional. Untuk melihat perkembangan seni dan budaya dilakukan dengan mengevaluasi jumlah, jenis, organisasi kesenian yang ada di masing – masing Kecamatan. Organisasi kesenian yang cukup dikenal di Kabupaten Ponorogo adalah Reog. Melalui berbagai even untuk melestarikan sekaligus mengembangkan kesenian Reog dimaksud cukup berhasil, hal ini dapat dilihat perkembangan kesenian Reog dari tahun 2008 – 2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Tabel 2.12

Perkembangan Seni Budaya dan Olah Raga di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2012

No Capaian 2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah Group Kesenian 776 784 824 754 767

2 Jumlah Gedung Kesenian 1 1 1 1 1

3 Jumlah Club Olah Raga 156 156 156 156 156

4 Jumlah lapangan Olah Raga 148 148 176 176 176 Sumber : BPS Kabupaten Ponorogo, 2012

(23)

Angka Partisipasi Sekolah (APS)

2.1.3 ASPEK PELAYANAN UMUM 2.1.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib

Urusan Pendidikan

Angka Partisipasi Sekolah (APS) menunjukkan besaran penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah. APS merupakan ukuran daya serap pemerataan dan akses terhadap Pendidikan khususnya penduduk usia sekolah. APS terdiri dari Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan sedangkan APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah ditingkat pendidikan tertentu.

APS pada kelompok usia 7 – 12 tahun Kabupaten Ponorogo Tahun 2012 sebesar 98,80 % dan untuk usia 13 – 15 tahun sebesar 97,50 % dan usia 16 – 18 tahun sebesar 65,70 % sedangkan untuk angka buta huruf usia 15 tahun keatas sebesar 9,40 %.

Gambar 2.15

Perkembangan APS menurut kelompok Usia di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2012

Sumber : BPS Kabupaten Ponorogo, 2013

0 20 40 60 80 100 120 16 - 18 tahun 13 - 15 tahun 7 - 12 tahun 2012 2011 2010 2009 2008

(24)

Nilai Tukar Petani

2.1.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan

2.1.4 ASPEK DAYA SAING DAERAH 2.1.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani yaitu dengan membandingkan kemampuan tukar produk / komoditas yang dihasilkan / yang dijual petani dengan produk yang dihasilkan petani baik untuk produksi (usaha) maupun untuk konsumsi rumah tangga. Pada tahun 2008 NTP mencapai 102,74, tahun 2009 mencapai 106,88, tahun 2010 mencapai 108,46, tahun 2011 mencapai 112,53, tahun 2012 mencapai 115,79 dan tahun 2013 mencapai 118,92.

Gambar 2.16

Nilai Tukar Petani di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2013

Sumber : BPS Kabupaten Ponorogo, 2013 102.74 106.88 108.46 112.53 115.79 118.92 90 95 100 105 110 115 120 125 2008 2009 2010 2011 2012 2013

NTP

(25)

2.2.1.2 Fokus Fasilitas Wilayah / Infrastruktur

Berdasarkan penggunaan lahan di Kabupaten Ponorogo meliputi lahan untuk pekarangan/bangunan, tegal, kebon, ladang, hutan negara seluas 39.199 Ha dan untuk lahan sawah seluas 34.800 Ha. Dari luas lahan sawah tersebut yang merupakan sawah dengan pengairan teknis seluas 30.091 Ha, sedangkan sisanya lahan sawah berpengairan setengah teknis, non teknis dan tadah hujan.

Gambar 2.17

Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2012

Gambar 2.18

Luas Areal Pertanian dan Produksi Pertanian di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2012 5,000.00 10,000.00 15,000.00 20,000.00 25,000.00 30,000.00 35,000.00 2008 2009 2010 2011 2012 Tanah Sawah Tanah Kering

luas panenProduksi (Ribuan) 20,000 40,000 60,000 80,000 2008 2009 2010 2011 2012 luas panen Produksi (Ribuan)

(26)

A. Angka Kriminalitas

A. Kualitas Tenaga Kerja

2.2.1.3. Fokus Iklim Investasi

Tindak kejahatan yang terjadi di Kabupaten Ponorogo dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi (naik turun), tahun 2008 jumlah total 372 kali tindak kejahatan meningkat menjadi 591 kali tindak kejahatan pada tahun 2009. Namun demikian pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 558 kali dibanding tahun 2009, tetapi meningkat pada tahun 2011 menjadi 798 kali.

Tabel 2.13

Jenis dan Jumlah Kejahatan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009 - 2012

Uraian 2009 2010 2011 2012

1. Pencurian dengan pemberatan 100 133 97 51

2. Pencurian dengan kekerasan 4 2 2 4

3. Curanmor 56 42 35 34 4. Pencurian kayu 19 12 18 7 5. Pencurian Hewan 0 4 0 0 6. Penganiayaan berat 15 13 7 9 7. Penganiayaan ringan 21 10 8 2 8. Pembunuhan 0 2 3 3 9. Pembakaran 2 1 3 0 10. Judi 153 90 156 182 11. Miras 38 68 275 838 12. Sajam 2 4 3 2 13. Korupsi 2 1 1 0 14. BBM 1 1 1 3 15. Lain – lain 179 175 189 165 Jumlah 591 558 798 1.300

2.2.1.4 Fokus Sumber Daya Manusia

Kualitas tenaga kerja sangat tergantung dari tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang yang didukung oleh keterampilan yang memadai, maka akan semakin tinggi pula kualitas tenaga kerja, sehingga probabilitas untuk mencari pekerjaan akan lebih mudah.

(27)

B. Tingkat

Ketergantungan

Gambar 2.19

Tingkat Pendidikan Pencari Kerja di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009 - 2012

Tingkat ketergantungan dihitung berdasarkan perbandingan antara banyaknya penduduk yang belum produktif (umur dibawah 15 tahun) dan tidak produktif (umur diatas 65 tahun) dengan jumlah penduduk yang termasuk usia produktif secara ekonomi (umur 15 – 64 tahun).

Tabel 2.14

Tingkat Ketergantungan Usia Produktif di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009 - 2011

No Uraian 2009 2010 2011

1 Umur <15 tahun 194.278 187.694 188.757

2 Umur 15 – 64 tahun 641.337 575.390 579.629

3 Umur diatas 64 tahun 63.713 97.197 92.707

4 Tingkat Ketergantungan 40,22 % 48,64 % 48,56 % - 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 2009 2010 2011 2012 SARJANA SARMUD SLTA SLTP SD

(28)

Gambar 2.20

Tingkat Ketergantungan Usia Produktif di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009 - 2011

2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD tahun lalu.

Pada hakekatnya tujuan Pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui pelaksanaan Program dan Kegiatan yang ditetapkan dalam dokumen perencanaan tahunan yaitu Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang memuat visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih. Untuk dapat menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah pada tahun n+1 atau tahun yang akan dating maka diperlukan data dasar dan capaian kinerja tahun sebelumnya (n-1) dan tahun berjalan. RKPD Tahun 2015 disusun berdasarkan capaian target kinerja RKPD Tahun 2013 sebagaimana tertuang dalam Perbup Nomor 24 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2013. RKPD Tahun 2013 memuat 13 Program prioritas dan 3 Program prioritas lainnya yang merupakan hasil usulan aspirasi masyarakat melalui Musrenbang (perencanaan partisipatif), program prioritas Pemerintah dan Pemerintah Daerah Provinsi (perencanaan Top Down) dan dipadukan dengan perencanaan tekhnokratik.

40.22 48.64 48.56 0 10 20 30 40 50 60 2009 2010 2011

Tingkat Ketergantungan

(29)

1. Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan

Adapun capaian kinerja Program dan Kegiatan dalam RKPD Tahun 2013 adalah sebagai berikut :

Pertumbuhan Ekonomi merupakan tolok ukur perkembangan suatu daerah yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan pemerataan pertumbuhan maka akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya meningkat pula pendapatannya. Capaian pertumbuhan ekonomi tahun 2012 sebesar 6,52 % menandakan bahwa ekonomi Kabupaten Ponorogo bergerak kearah positip dari tahun sebelumnya yang juga tumbuh sebesar 6,21 %. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo banyak dipicu oleh sector dominan yaitu sector pertanian, sector perdagangan, hotel dan restoran dan sector jasa lainnya. Walaupun kenyataanya sector pertanian tingkat pertumbuhannya dari tahun ke tahun mengalami penurunan, sedangkan untuk sector perdagangan, hotel dan restoran dalam kurun waktu lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang sangat positip. Hal ini merupakan pertanda adanya pergeseran transpormasi structural dari sector primer menuju ke sector sekunder.

Gambar 2.21

Target dan Capaian Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009 – 2012 0 2 4 6 8 2009 2010 2011 2012 5.1 5.89 5.97 6.15 5.1 5.8 6 6.34 5.16 5.78 6.21 6.52 Realisasi RKPD RPJMD

(30)

2. Pendidikan Berkualitas dan Terjangkau 3. Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap warga Negara yang harus tersedia, terjangkau dan sekaligus berkualitas. Pendidikan juga sebagai upaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup, pendewasaan pola pikir, upaya merubah tingkah laku menuju kea rah yang lebih baik. Untuk melihat tingkat kualitas pendidikan dapat dilihat dari angka melek huruf, angka partisipasi sekolah, angka partisipasi murni, angka partisipasi kasar, angka putus sekolah, angka kelulusan, rata – rata nilai Ujian Nasional, rasio pendidik yang memiliki sertifikat pendidik, tingkat pendidikan yang ditamatkan dan rata – rata lama sekolah.

Tabel 2.15

Target dan Realisasi Kinerja Pendidikan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2011

No Uraian Target (%) 2011 Capaian (%)

1 APK PAUD 65,44 61,46

2 Tidak buta Aksara (penduduk > 15 th) 99,05 99,20

3 APS SD / MI 0,06 0,08 4 APS SMP / MTs 0,50 0,36 5 APS SMA / SMK / MA 0,90 1,58 6 AL SD / MI 99,28 98,60 7 AL SMP / MTs 97,94 97,94 8 AL SMA / SMK / MA 96,09 98,14 9 Rata-rata Nilai UN SD / MI 7,25 7,55 10 Rata-rata Nilai UN AL SMP / MTs 7,46 7,60

11 Rata-rata Nilai UN AL SMA / SMK / MA 7,59 7,75

12 Rasio Pendidik yg bersertifikat 15,73 26,49

13 IPM 71,41 71,15

Kompleksnya permasalahan di Bidang Kesehatan seperti infrastruktur kesehayan yang masih belum optimal, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan yang terbatas merupakan kendala yang harus diatasi sehingga kinerja bidang kesehatan akan menjadi

(31)

4. Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

optimal. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja kesehatan adalah mendorong masyarakat hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap kesehatan, memberikan subsidi pembiayaan kepada masyarakat khususnya masyarakat miskin melalui jaminan kesehatan. Kinerja bidang kesehatan dapat dilihat dari meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi, menurunnya angka kematian ibu melahirkan dan menurunnya prevalensi gizi buruk pada balita.

Tabel 2.16

Target dan Realisasi Kinerja Kesehatan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2011 – 2012

No Uraian Target 2012 2011

(%) Capaian (%) Target (%) Capaian (%) 1 Cakupan Balita Gizi buruk yg mendapat perawatan 100,00 100,00 100,00 100,00 2 Cakupan kunjungan Bayi 88,00 95,79 87,00 97,97 3 Cakupan kunjungan Ibu hamil 86,00 77,51 87,00 91,66 4 Cakupan pelayanan Anak Balita 78,00 78,04 88,00 75,43 5 Cakupan peserta KB aktif 70,00 83,13 69,00 78,92 6 Cakupan pelayanan dasar Maskin 100,00 223,39 15,00 28,84 7 Cakupan pelayanan Kesehatan rujukan Maskin 100,00 10,62 1,50 1,50

8 Indeks Harapan Hidup 70,48 72,00 75,17 70,24

Infrastruktur menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat dalam kerangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebagai sector penggerak. Seperti kita yakini bersama bahwa infrastruktur merupakan pemicu pembangunan suatu kawasan dimana pembangunan infrastruktur berbasis wilayah semakin penting untuk di prioritaskan. Penyediaan infrastruktur seperti transportasi, ketenagalistrikan, jalan, jembatan, sumber daya air, perumahan, sarana air minum dan infrastruktur pedesaan menjadi hal yang wajib untuk diutamakan.

(32)

5. Penanganan Kemiskinan

Tabel 2.17

Target dan Realisasi Kinerja Infrastruktur di Kabupaten Ponorogo Tahun 2011 – 2012

No Uraian Target 2012 2011

(%) Capaian (%) Target (%) Capaian (%) 1 Panjang Jalan Kabupaten dalam kondisi baik 48,03 85,78 46,06 46,06 2 Luas Irigasi Kabupaten dalam kondisi baik 16,39 89,95 16,35 89,90 3 Rumah Tangga bersanitasi 88,01 88,27 87,76 87,76

4 Kawasan Kumuh 2,72 2,72 2,75 2,58

Kemiskinan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan terbatasnya aksebilitas terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan. Masalah kemiskinan merupakan masalah nasional yang harus menjadi perhatian semua pihak untuk diupayakan penurunannya melalui program kegiatan yang langsung menyentuh kepentingan masyarakat.

Tabel 2.18

Prosentase Target dan Realisasi Kinerja Penangan Kemiskinan Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2012

No Tahun Target RPJMD (%) Capaian (%) Keterangan

1 2008 10,68 16,13

2 2009 10,68 14,63

3 2010 9,72 13,22

4 2011 8,79 12,84

5 2012 7,65 11,70

Program penanganan kemiskinan harus dikoordinasikan dengan sungguh sungguh agar sasarannya tidak tumpang tindih antara program satu dengan program program yang lainnya antara sumber pendanaan yang satu dengan lainnya, mengingat bahwa penanganan

(33)

6. Perluasan

Kesempatan Kerja

kemiskinan menjadi atensi dan tanggug jawab semua pihak yakni pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat melaui wadah TKPKD (Tim koordinasi penanggulangan kemiskinan daerah).

Perluasan penciptaan lapangan kerja merupakan upaya pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran yang dari ke hari semakin bertambah cukup besar seiring dengan bertambahnya lulusan sekolah yang memasuki usia kerja dan tidak dibarengi dengan tersedianya lapangan kerja yanag memadai. Dampak social dari bertambahnya pengangguran sangat significant yakni bersifat multidimensional. Ditahun 2011 saja jumlah penduduk yang bekerja mencapai 451.450 jiwa dari angkatan kerja yang ada 472.067 orang atau rasio penduduk yang bekerja disbanding dengan angkatan kerja hanya mencapai 95,63%. Tingkat pengangguran terbuka tahun 2010 mencapai 3,83% masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan TPT propinsi yang mencapai 4,25% dan TPT nasional mencapai 7,14%.

Tabel 2.19

Prosentase Target dan Realisasi Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2012

No Tahun Target RPJMD (%) Capaian (%) Keterangan

1 2008 3,73 3,73

2 2009 3,45 3,45

3 2010 3,83 3,83

4 2011 2,02 4,37

5 2012 1,86 3,26

Upaya terus menerus dilakukan untuk semaskin mengurangi pengangguran dengan melaksanakan program kegiatan dalam upaya menciptakan peluang kesempatan kerja baik melalui program kegiatan yang langsung menyentuh atau menyerap tenaga kerja maupun melalui upaya pemberdayaan.

Gambar

Gambar 2.1  Peta Kabupaten Ponorogo

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran J: Regresi Kepuasan Kerja Pegawai, Kualitas Pelayanan Internal, dan Kepuasan Masyarakat Sunter Jaya.. Model Summary .353 a .125 -.010 .59155 Model 1 R R Square Adjusted

Ilmu Sarf, suatu ilmu yang membahaskan kaedah pembinaan kalimah, wazan atau sighah binaan kalimah tersebut serta peranan kalimah yang dibina di atas wazan atau

Realisasi Belanja Bantuan Sosial Menjadi realisasi tertinggi yaitu sebesar Rp 12,74 T atau 49,95%.. PAGU DAN REALISASI KEMENKES MENURUT

Ketahuan atau knowledge ini merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, beladiri, cara menyulam.

Revisi karena penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP di atas pagu APBN untuk satker BLU terkait perubahan rincian anggaran yang disebabkan panambahan

RAJA DEWANU PUTRA

Demikian Berita Acara Pembukaan (download) Penawaran File I ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat diketahui dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Desfa

bahwa untuk melakukan penyesuaian jenis dan tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Riset dan Teknologi sebagaimana diatur