27 V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kepemimpinanadalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Pemberdayaan berarti memampukan, memberi kesempatan, dan mengijinkan yang dapat diartikan baik melalui inisiatif sendiri maupun dipicu orang lain. Pemberdayaan tidak cukup hanya dengan membangun kemampuan dan memberinya peluang untuk berbuat, tetapi pemberdayaan juga berkaitan dengan nilai. Pemberdayaan memerlukan tingkat kejujuran yang tinggi, keterbukaan, dan integritas.
Berkaitan dengan hal itu, maka Beberapa implementasi dari peran Majelis Jemaat GKI Palsigunung dalam pemberdayan anggota jemaatnya, yakni: pertama, Melibatkan Jemaat Dalam Pelayanan; kedua, Menumbuhkan Kepercayaan; ketiga, Mengembangkan Potensi Berdasarkan Karunia Pelayanan; keempat, Mempersiapkan Untuk Menjadi Pemimpin dimasa Mendatang; kelima, Mendelegasikan Wewenang.
Pemberdayaan ini dilakukan melalui pelatihan di gereja pusat dan di sinode, pembentukan komisi seni untuk mengembangkan talenta musik anggota jemaat, memberikan pemahaman Alkitab melalui PA, memberikan pelatihan bagi guru-guru Sekolah Minggu setiap bulan, mengadakan pelatihan ketrampilan dalam meningkatkan kulitas sumber daya manusia (sebulan sekali), membekali anggota jemaat dengan pengetahuan praktis (dengan kegiatan ketrampilan jahit-menjahit, pelatihan permesinan, pelatihan bahasa), pembinaan pejabat gerejawi, pembekalan calon Majelis jemaat, pengembangan calon pendeta (seminar dan lokakarya). Investasi ini terdiri dari berbagai macam antara lain mendidik anggota jemaat dengan proyek-proyek pelatihan, mengembangkan mereka dengan lokakarya-lokakarya kepemimpinan dan hal yang menyangkut dengan kebutuhan pemimpin gereja, dan menyediakan fasilitas studi di dalam dan luar negeri untuk anggota jemaat yang potensial dan disiapkan sebagai pemimpin gereja.
28 5.2 Saran
Beberapa saran yang ingin penulis berikan bagi gereja antara lain sebagai berikut:
1. Perlu meningkatkan partisipasi warga jemaat dalam kegiatan-kegiatan terutama yang berkaitan dengan proses perumusan visi-misi, penentuan tujuan-tujuan, dan penyusunan program.
2. Perlu tersedianya cukup “ruangan” bagi warga jemaat untuk terlibat, baik secara praktis maupun dalam hal-hal penentuan kebijakan.
3. Gereja perlu melibatkan warga jemaat dalam pengambilan keputusan-keputusan, terutama yang menyangkut mereka sendiri secara langsung.