• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING TIPE PRE SOLUTION POSING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PENGAJUAN MASALAH KELAS VIII SMP DARUL ULUM TAPEN JOMBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING TIPE PRE SOLUTION POSING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PENGAJUAN MASALAH KELAS VIII SMP DARUL ULUM TAPEN JOMBANG."

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN

PENDEKATAN

PROBLEM POSING TIPE PRE SOLUTION POSING

UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA

DALAM PENGAJUAN MASALAH KELAS VIII

SMP DARUL ULUM TAPEN JOMBANG

SKRIPSI

Oleh:

YUNI SELVYANI NIM. D04211020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

PEN ERAPAN PEMBELAJARAN D ENGAN PEND EKATAN PROBLEM POSING TIPE PRE SOLUTION POSING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS S IS WA DALAM PENGAJUAN MAS ALAH KELAS VIII

S MP DARUL ULUM TAPEN JOMBANG

Oleh: YUN I S ELVYAN I

ABS TRAK

Kreativitas merupakan kemampuan dasar yang sangat penting untuk dimiliki siswa dan pendidik dalam kegiatan belajar mengajar. Peningkatan kreativitas siswa harus diperhatikan dalam pembelajaran. Salah satu alternatif yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran matematika agar siswa menjadi kreatif dalam pembelajaran matematika adalah dengan pendekatan problem posing tipe pre solution posing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatan kreativitas siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan problem posing tipe pre solution posing.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau biasa disebut Quasi Eksperimen karena pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan kelas eksperimen tanpa adanya kelas kontrol. Populasi pada penelitian ini adalah kelas VIII-A sampai kelas VIII-E SM P Darul Ulum Tapen Jombang. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A SM P Darul Ulum Tapen Jombang. Pengumpulan data dengan uji kemampuan awal, uji kemampuan akhir dan wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan uji analisis data wilcoxon.

Dari hasil penelitian menggunakan Uji Wilcoxon dapat disimpulkan bahwa tingkat kreativitas matematika siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pedekatan problem posing tipe pre solution posing tidak sama dengan tingkat kreativitas matematika siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing tipe pre solution posing.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

PERSETUJUAN PEM BIM BING SKRIPSI...ii

PENGESA HAN TIM PENGUJI SKRIPSI... iii

HALAMAN PERSEM BA HAN ...iv

HALAMAN MOTTO...vi

ABSTRAK... DAFTAR TABEL ...xi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ...ix

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAM BAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Bela kang ...3

B. Ru musan Masalah ...3

C. Tujuan Penelit ian ...4

D. Manfaat Penelit ian ...4

E. Batasan Masalah ...4

F. Definisi Operasioanal...5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...6

A.

Berp ikir Kreatif ...6

B.

Kreativ itas ...7

C.

Pengajuan Masalah (Problem posing)...11

D.

Kreativ itas Siswa dalam Pengajuan Masalah...13

E.

Pengelolaan Pe mbe laja ran oleh Gu ru...16

F.

Aktivitas Siswa da la m Ke lo mpok...18

G.

Hipotesis Penelitian ...19

H.

Materi Limas ...19

BAB III METODE PENELITIA N ...24

A. Jenis Penelit ian ...24

B. Rancangan Penelitian ...24

C. Tempat Pene lit ian ...24

D. Populasi dan Sa mpel Penelitian ...25

E. Variabel Penelitian ...25

(8)

G. Prosedur Penelit ian ...26

H. Instrumen Penelitian ...27

I. Metode Pengumpulan Data ...30

J. Teknik Analisis Data ...32

BAB IV HASIL DA N PEM BAHASA N ...39

A. Deskripsi Proses Penerapan Pembelaja rn Matematika dengan Pendekatan Problem Posing tipe pre solution posing...39

B. Pe mbahasan Hasil Penelitian ...42

C. Deskripsi Tingkat Kreativ itas Siswa Kelas VIII-A SM P Da rul Ulu m Tapen Jombang ...47

BAB V PENUTUP ... ... 65

A. Kesimpulan ...65

B. Saran...65

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika me rupakan salah satu mata pela jaran wajib yang harus dipelajari siswa dijenjang pendidikan forma l. Agar pembela jaran leb ih bermakna maka siswa harus berperan sebagai subyek, artinya siswa diberi kesempatan untuk mene mukan sendiri konsep-konsep yang mere ka pelaja ri sendiri, agar kreativ itas siswa dapat berkembang.

Kreativ itas adalah hasil dari proses interaksi antara individu dan lingkungannya. Kreativitas pada umu mnya dipaha mi sebagai proses mencari dan mene mukan atau menghasilkan gagasan -gagasan baru yang berguna baik bagi individu yang bersangkutan maupun lingkungannya1. Seseorang me mpengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan demikian baik perubahan didala m individu maupun didala m ling kungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. Implikasinya adalah bahwa ke ma mpuan kreatif dapat ditingkat kan me la lui pendidikan2.

Kenyataannya banyak sekali kendala yang harus dihadapi oleh guru, salah satunya adalah sistem evaluasi yang cenderung mengukur hasil bela jar siswa hanya dari aspek penguasaan materi. Berka itan dengan kendala tersebut, Munandar mengung kapkan bahwa kendala terhadap gerakan kreativitas terletak pada tes yang hanya menuntut siswa mencari satu jawaban yang benar.

Salah satu alternatif solusinya adalah me mberikan beberapa soal yang menantang kepada siswa yang mensyaratkan pemiki ran kreatif3. Na mun kenyataannya berpikir kreatif ja rang dilatih kan sehingga kema mpuan intele ktual siswa tidak bisa berke mbang dengan seimbang. Ha l tersebut bisa mengakibatkan rendahnya berpikir kreatifsiswa4. Untuk mengatasi rendahnya berpikir kreat if

1M. As’ad Djalali, Tipe Kepribadian Kode Warna dan Kreativitas, (Surabaya: Anima Indonesian Psychological Journal, 2004), vol. 20 No 1, h.24.

2 Utami munandar,1999, Kreativitas dan Keberbakatan strategi mewujudkan potensi kreatif dan bakat,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)h.14

3Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.406. 4

(10)

2

siswa, perlu dilaku kan perbaikan pada pembe laja ran saat ini dan perlu dipikirkan juga cara atau metode yang dapat mendorong ketera mpilan berpikir kreatif dala m pe mbelaja ran.5

Silver mengungkapkan untuk mengetahui kreat ivitas seseorang dapat melalu i dua pendekatan, yaitu pendekatan pengajuan masalah dan pendekatan pemecahan masalah6. Jensen (dalam Yuan dan Srira man) berpendapat bahwa siswa yang kreatif dala m mate mat ika , harus dapat mengajukan pertanyaan matemat ika yang me mperluas dan me mperda la m pe rmasalahan asli serta dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan cara yang beragam7. Sehingga menurut peneliti pendekatan yang cocok diterapkan adalah pendekatan pengajuan masalah.

Pendekatan pengajuan masalah (problem posing) merupakan salah satu pendekatan yang bercirikan konstruktivisme ya kni pembela jaran yang menekankan peserta didik untuk mengaju kan masalah yang dituangkan dala m bentuk soal yang dapat me mot ivasi peserta didik untuk berfikir kritis sekaligus dialogis, kreatif dan intera ktif.

Pendekatan problem posing diharapkan dapat membuat siswa untuk mene mukan pengetahuan yang bukan diakibatkan dari ketidaksengajaan, me lainkan mela lui upaya me reka untuk mencari hubungan-hubungan dalam informasi yang dipelaja rinya. Se ma kin luas informasi yang dimiliki a kan sema kin mudah pula dala m mene mu kan hubungan-hubungan tersebut.

Siswono juga meje laskan bahwa, ke ma mpuan berfikir kreatif seseorang tebentuk dalam tiga aspek yaitu kefasihan, fle ksibilitas dan kebaruan8. Ket iga indikator dari berp ikir kreatif tersebut dapat digali me lalu i kegiatan pengajuan masalah.

5

Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, (jakarta: Erlangga, 2009), h.407. 6

, Edward A ,Silverd.1997. Fostering Creativity Through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Problem Posing.

http://www.emis.de/journal/ZDM/zdm97a3.pdf . Diakses tanggal 1 Mei 2016 7 Xianwei, Sriraman dan Yuan, Barath.2010.An Exploratory Study of Relationships

between Student ‘Creativity and Mathematical Probelm Posing Abilties’.

http://www.umt.edu/math/reports/sriraman/Yuansriranan.22 2010.pdf . diakses tanggal 12 januari 2016

8 T atag Y.E, Siswono.2004. Mendorong Berpikir Kreatif Siswa dalam Pengajuan Masalah (problem posing).http;//tatagyes.files.wordpress.com/2009/11/paper04.berpikir

(11)

3

Sesuai latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, maka peneliti terta rik untuk mene lit i masalah dengan mengambil judul : Penerapan Pendekatan Pembela jaran dengan Pendekatan Problem Posing tipe Pre Solution Posing untuk men ingkatkan kreativitas siswa dalam pengajuan masalah ke las VIII SMP Daru l Ulu m Tapen Jombang.

B. Rumusan Masal ah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat di ambil rumusan masalah yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pembelajaran dengan pendekatan problem posing tipe pre solution posing untuk men ingkatkan kreativitas siswa dala m pengajuan masalah?

2. Bagaimana kreat ivitas siswa sebelum mengikuti pe mbe laja ran dengan menggunakan pendekatan problem posing tipe pre solution posing?

3. Bagaimana kreativ itas siswa setelah mengikut i pembe laja ran dengan menggunakan pendekatan problem posing tipe pre solution posing?

4. Apakah penerapan pembela jaran pendekatan problem posing tipe pre solution posing dapat meningkatkan kreativ itas siswa dala m pengajuan masalah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan ru musan masalah di atas, maka dapat ditarik tujuan penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui proses penerapan pembelaja ran dengan menggunakan pendekatan problem posing tipe pre solution posing dalam meningkat kan kreativitas siswa dala m pengajuan masalah

2. Untuk mengetahui kreativitas siswa sebelum mengikuti pembela jaran dengan menggunakan pendekatan problem posing tipe pre solution posing

3. Untuk mengetahui kreativitas siswa setelah mengikuti pembela jaran dengan menggunakan pendekatan problem posing tipe Pre solution posing.

(12)

4

D. Manfaat Pe nelitian

Manfaat penelitian yang dila kukan adalah: 1. Bagi siswa

a. Dapat digunakan sebagai sarana yang dapat me mbantu siswa dalam me maha mi materi khususnya bagi siswa yang menjadi subjek uji coba, meraka mendapat pengalaman belaja r menggunakan pendekatan problem posing tipe pre solution posing.

b. Dapat me latih siswa berpikir kreatif dala m mengajukan masalah

2. Bagi Guru

a. Dapat dijadikan alte rnatif dala m me milih pe mbelaja ran dengan pendekatan problem posing tipe pre solution

posing yang nantinya dapat diterapkan dalam

pembela jaran d i ke las dan dapat dijadikan sebagai referensi atau masukan bagi guru untuk me latih siswa berpikir kreatif mela lui pendekatan pembelaja ran mate mat ika pengajuan masalah.

b. Dapat mengubah pendekatan dalam me laksanakan proses pembela jaran dari teacher center atau guru sebagai pusat belajar menjad i student center atau siswa men jadi pusat belajar.

3. Bagi Peneliti

Dapat me mbe rikan pengetahuan dan peng alaman baru dala m pembe laja ran dengan pendekatan problem posing untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam pengajuan masalah, sehingga dapat diterapkan dalam proses pembela jaran selanjutnya.

E. Batasan Pe nelitian

Agar me mpe roleh ga mbaran yang je las dan tepat serta terhindar dari adanya beragam inteprestasi dan meluasnya masalah dala m me maha mi isi skripsi ini, ma ka penulis me mberikan batasan masalah sebagai berikut :

(13)

5

2. Penerapan pendekatan problem posing tipe pre solution posing ini diaplikasikan hanya untuk me lihat apakah penerapan ini bisa meningkatkan kreat ivitas atau tidak.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan penafsiran dalam penelit ian ini, ma ka peneliti me mberikan istilah yang didefinisikan sebagai berikut:

1. Proses pembela jaran dengan pendekatan problem posing dalam penelitian in i adalah dilihat dari ke ma mpuan guru dalam me la ksanakan RPP me lalu i catatan lapangan dan aktivitas siswa.

2. Pe mbela jaran dengan pendekatan problem posing adalah pembela jaran dengan pengajuan masalah atau soal dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai 3. Problem posing tipe pre solution posing yaitu pembuatan soal

berdasarkan situasi atau informasi yang diberikan.

4. Kretiv itas adalah ke ma mpuan untuk menciptakan, perihal untuk berkreasi9. Kreativ itas dalam penelitian in i hanya dilihat dari aspek kefasihan, fleksib ilitas dan kebaruan.

(14)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Berpikir Kreatif

Berbagai definisi mengenai berpikir telah didefin isikan oleh para ahli. Tilaa r mengungkapkan bahwa berfikir kreat if termasuk ketra mpilan, kesenian, dan keputusan kreatif1. Dapat dikatakan bahwa berpikir kreatif me rupakan keputusan yang didasrkan kepada keputusan kritis dan keputusan kreatif. Weisberg (dala m Tilaar) menyatakan berpikir kreatif terjadi apabila secara intensional seseorang mengahasilkan produk baru atau ketika seseorang tersebut melaksanakan tugas. Suatu produk yang baru (novelty) dihasilkan oleh seseorang disebut produk kreatif, dan orang yang mengahs ilkannya disebut manusia kreat if2

Apa perbedaan antara berpikir biasa (ordinary thinking) dengan berpikir kreat if? Weisberg (dala m Tilaar) menge muka kan e mpat kara kteristik berpikir biasa yaitu :

1. Proses berpikir biasa me mpunyai struktur. Pikiran kita mengikuti secara beraturan, yaitu berhubungan satu dengan yang lain.

2. Berp ikir biasa berhubungan dengan masa la lu. Dengan kata lain p ikiran kita menunjukkan kesina mbungan dengan masa lalu.

3. Pengetahuan dan konsep mengarahkan dengan pikiran kita. Dengan kata la in proses berpikir d iarahkan dari atas ke bawah (top-down)

4. Berp ikir b iasa dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Dengan kata lain proses berpikir sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan.

Bagaimana dengan berpikir kreatif? Tilaar menge muka kan bahwa: “Da la m berpikir kreatif b iasanya tidak me mpunyai koherensi struktural bahkan ke mung kinan mengingkari adanya

logika”3

. Apabila di dala m berpikir biasa terikat kepada peng aruh lingkungan, maka di dala m berpikir kreatif dapat terjadi analogi dengan sesuatu yang jauh yang tidak terdapat disekitar si pemikir

1 H.A.R T ilaar.Pengembangan Kreativitas dan Entrepeneurship (Jakarta:Kompas) 2

Ibid

(15)

7

tersebut. Berdasarkan proses berpikir biasa dapat dike mbangkan proses berpikir kreat if, dengan menghadapkan siswa kepada situasi-siatuasi yang problematik, ka rena masalah dapat di jadikan sumber kreativitas.

Berdasarkan pendapat para ahli yang diuraikan di atas, maka berpikir kreatif dapat diartikan sebagai kegiatan mental dala m menghasilkan ide baru berdasarkan kumpu lan informasi dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya.

B. Kre ati vi tas

Kreat ivitas merupakan ka jian yang menarik karena masing -masing pakar me mbe rikan pengertian yang berbeda. Tidak ada pengertian umu m yang diterima dan digunakan untuk sebuah penelitian. Dala m mengka ji kreativ itas, Taylor dan Ba ron (dala m Siswono) menyebutkan empat aspek berbeda yaitu (1) produk kreatif, (2) proses kreatif, (3) pengembangan alat ukur kreativitas, (4) kara kteristik personalitas dan motivasi orang kreatif4. Selanjutnya, Moneey (dalam Siswo mo) juga mendefin iskan kreativ itas dalam e mpat aspek, yaitu: (1) produk yang diciptakan, (2) proses penciptaan, (3) individu pencipta dan (4) ling kungan yang menjadi asal penciptaan5. Pe mbag ian pendekatan tersebut tidak menunjukkan adanya pemisahan dalam pendefinisian kreativ itas. Pendekatan semacam ini me mbe rikan penekanan pada salah satu aspek tertentu. Untuk me mfo kuskan kajian, banyak ahli yang me mberikan penekanan pada aspek tertentu, seperti pada aspek produk.

Welsch (dalam Cra wford) menje laskan kreativ itas adalah proses menghasilkan produk yang unik dengan transformasi produk yang ada6. Bergstom, Hurlock (dala m Siswono) juga menyebutkan bahwa kreativitas menekankan pe mbuatan sesuatu yang baru dan berbeda7. Leb ih lanjut Hurlock men jelaskan bahwa

4

Siswono, TEY. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pem ecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. (Surabaya:Unesa University Press.2008) hal. 5

5 Ibid, hal.5

6 Claudio Le’on, crawford dkk.2008.

Does Extrem e Programm ing Suport Collaborative Creativity Proceeding of the International Multi Conference of Engineers and Computer Scientists 2008. Vol I IMECS 2008.19-21 march 2008, Hong kong

(16)

8

kreativ itas adalah kema mpuan seseorang untuk menghasilkan ko mposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak dikenal pe mbuatnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas , kreativitas dapat diartikan sebagai hasil dari berpikir kreat if seseorang dalam menghasilkan sesuatu yang baru dengan mengko mbinasikan ide -ide yang sebelumnya sudah ada dalam p ikiran seseorang.

Lebih lanjut para ahli juga mengungkapkan tentang hal-hal yang dapat dipertimbangkan dala m mengukur kreativitas seseorang. Diantaranya menurut Torrance (He rdian, 2010) menyatakan bahwa indikator dala m ke ma mpuan berpikir ada lah sebagai berikut8 :

1. Kelancaran (fluency)

Yang dima ksud dengan kelancaran adalah dapat menghasilkan banyak ide dalam berbagai kategori atau bidang.

2. Keaslian (originality)

Keaslian adalah me miliki ide-ide baru untuk me mecahkan persoalan

3. Elaborasi (elaboration)

Elaborasi adalah ke ma mpuan me mecahkan masalah secara detail

Sedangkan Guilford (dala m Herd ian) menyebutkan bahwa ke ma mapun berpikir kreatif me miliki indikator-indikator sebagai berikut9 :

1. Kepekaan (problem sensitivity)

Kepekaan adalah ke ma mpuan mendeteksi, mengenali, dan me maha mi serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah

2. Kelancaran (fluency)

Ke lancaran adalah ke ma mpuan untuk menghasilkan banyak gagasan

3. Kelu wesan (flexibility)

8 Herdian, “Model Pembelajaran Problem posing tipe pre solution posing”, http://herdy07.wordpress.com/2009/ 04/19/model-pembelajaran-problem-posing/html.diakses pukul 14:15,pada 26 april 2016

(17)

9

Kelu wesan adalah kema mpuan untuk mengemu kakan bermaca m-maca m pe mecahan atau pendekatan terhadap masalah

4. Keaslian (originality)

Keaslian adalah ke ma mpuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tida k klise, dan jarang diberikan kebanyakan orang.

5. Elaborasi (elaboration)

Elaborasi adalah ke ma mpuan untuk mena mbah suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merinc inya secara detail, yang di dala mnya terdapat berupa tabel, grafik, model dan kata-kata.

Se mentara itu Tilaar mengamb il beberapa indikator da i Torrance dan Gilford, yaitu sebagai berikut : ke lnacaran atau kefasihan, fle ksibilitas, originalitas, dan elaborasi10. Untuk leb ih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut :

1. Kefasihan

Kefasihan atau kelancaran merupakan ke ma mpuan untuk menghasilkan pemikiran atau pertanyaan dalam ju mlah yang banyak.

2. Fle ksibilitas

Fle ksibilitas me rupakan ke mmapuan untuk menghasilkan banyak maca m pe mikiran, dan mudah berpindah dari jen is pemikiran tertentu pada jensi pe mikiran lainnya.

3. Originalitas

Originalitas me rupakan ke ma mpuan untuk berpikir dengan cara baru atau dengan ungkapan yang unik, dan ke ma mpuan untuk menghasilkan pemikiran-pe mikiran yang tidak la zim daripada pemikiran yang jelas diketahui.

4. Elaborasi

Elaborasi merupakan ke ma mpuan untuk mena mbah atau me rinc i hal-hal yang detail dari suatu objek, gagasan atau situasi.

Torrance menyusun tes Torrance untuk mengetahui ke ma mpuan berpikir kreatif yang terdiri dari bentuk verbal dan bentuk figural. Tes tersebut disusun sedemikian rupa untuk me mbuat aktifitasnya menarik dan menantang. Tes Torrance

(18)

10

banyak diaplikasikan untuk mengetahui ke ma mpuan berpikir kreatif seseorang. Aspek-aspek ini digunakan untuk mengukur ke ma mpuan berpikir kreatif yang bersifat umum dan penekanannya pada produk kreatif. Siswono mengacu pada pendapat silver dan para ahli la innya menyatakan bahwa dala m penerapannya kriteria tersebut dapat berke mbang sesuai dengan bidang kajiannya. Misalnya dalam lingkup mate mat ika mene kankan pada tiga aspek, yaitu ke fasihan, kebaruan dan fle ksibilitas

Penelit ian ini menggunakan 3 indikator kreativ itas, yaitu kefasihan, kebaruan dan fle ksibilitas. Kefasihan diart ikan sebagai ke ma mpuan untuk mengajukan pertanyaan dalam ju mlah banyak, kebaruan diartikan ke ma mpuan untuk mengajukan pertanyaan

yang “tidak biasa”. Fleksibilitas diartikan kemampuan untuk

mengaju kan pertanyaan yang emmpunyai beraga m penyelesaian Siswono me ru muskan tingkat berpikir kreatif dala m mate mat ika , yaitu sebagai berikut11 :

Tabel 2.1

Tingkat Ber pikir Kre atif

Tingkat Kar akteristik

Tingkat 4 (Sangat Kreatif)

Siswa ma mpu menunjukkan ke fasihan, fle ksibilitas, dan kebaruan dalam mengaju kan masalah,

atau siswa ma mpu menunjukkan fle ksibilitas dan kebaruan dalam mengajukan masalah Tingkat 3

(Kreatif)

Siswa ma mu menunju kkan kefasiahn dan kebaruan dala m mengaju kan masalah,

atau siswa ma mpu menunjukkan kefasihan dan fle ksibilitas dala m mengajukan masalah Tingkat 2

(Cu kup Kreat if)

Siswa hanya mampu menujukkan fle ksibilitas atau kebaruan dalam mengajukan masalah Tingkat 1

(Kurang Kreatif)

Siswa hanya ma mpu menunjukkan kefasihan dala m mengaju kan masalah

Tingkat 0 (Tida k Kreatif)

Siswa t idak ma mpu menujukkan ket iga aspek indikator berpikir kreatif (ke fasihan, fle ksibilitas, dan kebaruan) dalam mengaju kan masalah.

(19)

11

C. Pengajuan Masal ah (Problem posing tipe pre solution posing) Dala m pe mbela jaran mate mat ika sangat diperlukan kreativitas, baik guru maupun siswanya. Pengajuan masalah merupakan suatu usaha untuk menggali kreat ivitas siswa dalam me maha mi materi yang diberikan. Ada banyak definisi pengajuan masalah yang dike mu kakan oleh para ah li yang telah me lakukan penelitian. Diantaranya, Cankoy dan Darbaz menge muka kan bahwa pengajuan masalah dapat mengajarkan siswa untuk menganalisa suatu masalah dengan melalu i tiga hal, ya itu : pengulangan masalah, visualisasi masalah, dan penalaran kualitatif tentang masalah. Pengajuan masalah me rupakan strategi penting dan me mbe rikan kontribusi untuk ketramp ilan me mecahkan masalah. Jika seseorang tidak dapat me maha mi masalah, ma ka ia t idak dapat me milih strategi yag tepat untuk menyelesaikanny a12

Dala m penelitian yang telah dilakukan oleh Novianto menunjukkan bahwa keg iatan awal pengajuan masalah siswa proses translating. Dala m proses translating ini, siswa menterje mahkan informasi yang diberikan ke pengetahuan yang dimiliki dan ke topik yang diing inkan. Siswa mena mbahkan informasi ketika siswa tidak ma mpu menterje mah kan informasi yang diberikan. Se lanjutnya hasil dari translating tersebut dijadikan bahan bagi siswa untuk me mbuat sol-soal. Selain mena mbah informasi, siswa juga mengubah informasi yan g ada dala m pe mbuatan soal. Siswa mengaju kan soal baru berdasarkan : 1) Modifikasi soal yang pernah di dapatkan siswa, 2) Modifikasi soal yang telah dibuat di nomor sebelumnya, 3) Ko mbinasi dari modifikasi soal yang pernah didapatkan dan dari soal yang telah dibuat dinomor sebelu mnya.

Silver (da la m siswono) mengklasifikasikan ada tiga tipe model pembela jaran Problem posing tipe pre solution posing yang dapat dipilih guru. Pe milihan tipe in i dapat disesuaikan dengan tingkat kecerdasan peserta didiknya13, yaitu:

a. Pengajuan pre-solusi (pre-solution posing)

12

http://www.efdergi.hacettepe.edu.tr/english/abstracts/38/pdf/OSMAN%20CANKOY.pdf . Diakses pada 21 januari 2016

(20)

12

Pengajuan pre solusi adalah pembuatan soal berdasarkan situasi atau informasi yang diberikan.

Contoh :

Diberikan sebuah grafik garis dengan dua garis yang berpotongan disalah satu titik. Gra fik tersebut menunjukkan rekor waktu (dala m detik) dari perenang pria dan wanita pada suatu kejuaraan. Garis -garis pada grafik merupakan kecenderungan perubahan rekor waktu perenang pria dan wanita dari tahun ke tahun.

Buatlah soal atau pertanyaan terkait dengan grafik yang diberika!

Misal contoh pertanyaan yang dibuat siswa adalah : “Adakah

rek or yang sama antara perenang pria dan wanita?

b. Pengajuan di dala m solusi (within-solution posing)

Pengajuan di dalam solusi adalah pembuatan soa l yang sedang diselesaikan. Ha l ini dima ksudkan untuk penyederhanaan dari soal yang sedang diselesaikan, sehingga akan me mudahkan penyelesaian soal sebelumnya.

Contoh :

Sebanyak 24.000 galon air dimasukkan keda la m kola m dengan kecepatan tetap. Setelah 4 ja m kola m tersebut baru

terisi 58nya.

Pertanyaan: “Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengisi kolam tersebut?”

Beberapa soal yang mungkin dibuat oleh siswa, sebagai berikut :

1. Berapa galon a ir untuk mengisi penuh kola m tersebut? 2. Berapa galon air yang dapat dimasukkan dala m waktu 1

men it?

3. Berapa galon air yang dapat dimasukkan dala m waktu 1 ja m?

c. Pengajuan setelah solusi (post-solution posing)

Pengajuan setelah solusi adalah siswa me modifikasi soal yang telah diselesaikan untuk menghasilkan soal-soal baru yang lebih menantang. Beberapa tekn ik yang dapat digunakan untuk me mbuat soal dala m kegiatan in i adalah sebagai berikut:

(21)

13

2. Menambah informasi atau data pada soal semula. 3. Mengubah nilai data yang diberikan, tetapi tetap

me mpe rtahankan kondisi atau situasi soal semula. 4. Mengubah situasi atau kondisi soal semula, tetapi tetap

me mpe rtahankan data atu informasi yang ada pada soal semula.

Contoh :

Luas persegipanjang dengan panjang 4 m, dan lebar 2 m adalah 8 m2.

Contoh soal-soal yang dapat disusun adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana jika panjangnya bukan 4 m, tetapi 3 m,

bagaimana dengan luas persegipanjang tersebut? 2. Apa yang terjadi jika panjang dan lebarnya menjadi

dua kali panjang dan lebar se mula?

3. Bagaimana jika panjangnya diubah menjad i dua ka li panjang semula dan lebarnya menjadi setengah lebar semula, apa kah luasnya akan tetap?

4. Tentukan panjang dan lebarnya jika luasnya sama dengan dua kali luas semula?

Pengajuan soal dalam penelitian ini adalah pengajuan pre -solusi karena siswa d iminta untuk me mbuat soal mate matika berdasarkan informasi yang telah diberikan.

D. Kre ati vi tas Siswa dal am Pe ngajuan Masal ah

Sintawati dan Abdurrahman menyatakan bahwa kreativitas siswa sagat diperlukan oleh siswa, mengingat bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang berke mbang saat ini sangat pesat dan me mungkinkan siapa saja b isa me mpe roleh informasi secara cepat, mudah, dan melimpah dari berbagai sumber14. Seja lan dengan hal itu salah satu proses penilaian yang diukur dala m kuriku lu m 2013 adalah tingkat berpikir siswa mu lai dari rendah sampai tinggi. Sedangkan proses pembelajarannya menekan kan ke ma mpuan berbahasa sebagai alat ko munikasi, pe mbawa pengetahuan dan berpikir logis, sistematis dan kreatif. Berpikir kreatif merupakan bagian dari berp ikir tingkat t inggi. Salah stu pendekatan dalam pe mbela jaran mate matika yang dapat

(22)

14

menu mbuhkan ke ma mpuan berpikir kreatif ada lah pengajuan masalah. Se la in itu, pengajuan masalah juga dapat menumbuhkan minat bela jar siswa terhadap mate matika.

Mahmudi menge muka kan bahwa pengajuan masalah me rupakan salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembela jaran mate matika15. Berbagai studi menunjukkan bahwa metode pengajuan masalah dapat mengembangkan kema mpuan -ke ma mpuan mate mat is tingkat tinggi, seperti -ke ma mpuan pemecahan masalah dan ke ma mpuan berpikir kreatif mate mat is. Sela in sebagai metode pembelaja ran, pengajuan masala h dapat pula digunakan untuk menilai hasil bela jar mate matika, te rutama untuk menila i ke ma mpuan-ke ma mpuan mate matis tingkat tinggi.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pengajuan masalah merupakan salah satu upaya untuk menggali dan mengarahkan sikap kreatif yang dimiliki oleh siswa. Da la m pengajuan masalah, siswa diminta untuk me mbuat pertanyaan dari informasi yang diberikan. Be rtanya merupakan pangkal dari suatu kreativ itas. Dengan pengajuan masalah, siswa diberi kesempatan untuk aktif secara mental, fisik dan sosial, serta me mberikan kesempatan kepada siswa untuk berkreativ itas dalam me mbuat dan men jawab masalah yang diaju kan.

Pengajuan masalah berkaitan dengan kema mpuan guru me mot ivasi siswa me lalu i peru musan masalah atau situasi yang menantang, sehingga siswa dapat mengajukan pertanyaan yang dapat diselesaikan dan berakibat kepada peningkatan kema mpuan siswa dala m me mecahkan masalah.

Siswono menyatakan hubungan komponen-ko mponen kreativ itas tersebut sebagai acuan untuk melihat kreativitas siswa dala m mengajukan masalah (soal) mate matika16. Penjabaran dari hubungan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kefasihan dala m pengajuan masalah mengacu pada ke ma mpuan siswa dala m me mbuat masalah seka ligus penyelesaiannya yang beragam.

Dala m pengajuan masalah, masalah dikatakan beraga m apabila masalah itu menggunakan konsep yang sama dengan

15Mahmudi, “Pelaksanaan Pendekatan

Problem posing tipe pre solution posing dalam

Pembelajaran” ,

(23)

15

masalah sebelumnya, tetapi dengan atribut-atribut yang berbeda.

2. Fle ksibilitas dalam pengajuan masalah mengacu pada ke ma mpuan siswa mengajukan masalah yang me mpunyai cara penyelesaian yang berbeda-beda.

3. Kebaruan dala m pengajuan masalah mengacu pada ke ma mpuan siswa mengajuakn suatu masalah yang berbeda dari masalah yang diaju kan sebelumnya. Dua masalah yang diajukan berbeda bila konsep matemat ika atau konteks yang digunakan berbeda atau tidak biasa dibuat oleh siwa pada tingkat pengetahuannya.

Dari berbagai pendapat para ahli, Siswono menyimpulkan bahwa untuk menggali ketiga aspek berpikir kreat if tersebut,diperlukannya tugas yang sesuai dengan pengajuan masalah. Kriteria tugas yang sesuai dengan pengajuan masalah antara lain adalah bersifat divergen dalam ja waban maupun cara penyelesaiannya, berkaitan dengan lebih dari satu konsep atau pengetahuan matemat ika siswa yang sudah dipelajari sebelu mnya, informasi harus mudah dimengerti, je las tertangkap ma kna atau artinya, tidak menimbu lkan penafsiran ganda, dan susunan kalimatnya menggunakan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Dari ko mponen kreativitas (kefasihan, fle ksibelitas dan kebaruan) terlihat je las bahwa terdapat hubungan erat antara proses berpikir kreatif dengan pengajuan masalah. Se ma kin banyak soal yang diajukan siswa dala m pengajuan masalah, ma ka a kan semakin terlihat kreativitas siswa tersebut, dengan catatan soal yang diajukan harus sesuai dengan informasi atau situasi yang diberikan.

Pengajuan masalah yang dima ksud dalam penelitian ini adalah siswa diminta untuk me mbuat soal mate mat ika berdasarkan informasi yang telah diberikan. Dari soal/ masalah yang dibuat siswa selanjutnya diadakan wawancara, ke mudian menganalisisnya menggunakan indikator yang diungkapkan Silver untuk men ila i kreativ itas yaitu: kefasihan, fleksib ilitas dan kebaruan17. Kefasihan diartikan sebagai ke ma mpuan seseorang untuk menghasilkan banyak soal yang berbeda. Fleksibilitas diartikan sebagai

(24)

16

ke ma mpuan seseorang untuk menghasilkan soal yang dapat dikerja kan dengan banyak cara, fleksib ilitas digali lewat wawancara, apakah siswa tersebut bisa menje laskan cara penyelesaian yang berbeda atau tidak. Sedangkan kebaruan diartikan sebagai kema mpuan seseorang untuk menghasilkan soal

yang “tidak biasa” antara satu dengan yang lain dalam konsep

ataupun konteksnya, tidak b iasa dibuat siswa dapat diketahui me la lui wa wancara, dengan menanyakan apakah sebelumnya siswa tersebut sudah pernah membuat, me mbaca atau mengerja kan soal yang telah dibuat.

Berdasarkan pernyataan Silver te rsebut, maka hubungan ko mponen kreativitas (produk berp ikir kreatif) dengan pengajuan masalah dala m penelitian ini ada lah sebagai berikut :

Tabel 2.2

Hubungan Komponen Kreati vitas deng an Pengajuan Masalah

No Komponen

Kre ati vi tas Pengajuan Masal ah 1 Kefasihan Siswa me mbuat banyak masalah

yang dapat dipecahkan

2 Fle ksibilitas Siswa mengajukan masalah yang me mpunyai cara penyelesaian yang berbeda-beda

3 Kebaruan Siswa me meriksa beberapa masalah yang diajukan, ke mudian mengajua kn suatu masalah yang berbeda (tidak biasa atau baru)

E. Beber apa faktor yang Me mpeng aruhi Proses Pembel ajara Beberapa fa ktor yang me mpengaruhi proses pembela jaran adalah :

1. Aktivitas siswa

(25)

17

dala m keadaan le mah sedangkan kondisi psikologis seperti perhatian, pengamatan, ingatan dan sebagainya berpengaruh terhadap kegiatan belajar seseorang18.

Aktivitas siswa merupakan faktor yang sangat penting dala m proses belajar mengajar dengan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing. Problem posing tipe pre

solution posing dibawah naungan paham k onstruktivisme,

selama proses belajar mengajar berlangsung diharapkan siswa terlibat a ktif dan sungguh-sungguh dalam se mua keg iatan untuk mene mukan suatu prosedur atau konsep.

Aktivitas siswa yang sesuai dengan prinsip dan kara kteristik dala m Pendekatan Problem posing tipe pre solution posing19 adalah :

a. Mendengar/me mperhatikan penjelasan guru

b. Merespon motivasi guru, me mbaca dan me maha mi LKS c. Mengerjakan LKS secara berkelo mpok

d. Berd iskusi dengan teman sekelo mpok

e. Berd iskusi dengan guru, me mp resentasikan hasil pengerjaan kelo mpok

f. Mendengar/me mperhatikan presentasi ke lo mpok lain g. Menanggapi hasil pengerjaan ke lo mpok lain

h. Mencatat/menulis catatan yang relevan dengan kegiatan pembela jaran

i. Perila ku yang tidak relevan dengan KBM (bergurau, jalan-ja lan, mengganggu teman dala m kelo mpo k dan me la mun)

2. Pengelolaan pembe laja ran oleh Gu ru

Penguasaan materi dan cara penyampaiannya me rupakan syarat mutlak bagi seorang guru. Seseorang guru yang tidak menguasai materi Mate matika dengan baik, tidak mungkin ia dapat mengajar mate matika dengan baik. De mikian juga seorang guru yang tidak menguasai berbagai cara penyampaian dapat menimbu lkan kesulitan siswa dala m me maha mi pela jaran Mate matika20.

18 Herman, Hudoyo, Teori Dasar Mengajar Matematika.(Jakarta : Depdikbud) h 77 19

(26)

18

Ke ma mpuan guru yang sesuai dengan prinsip dan kara kteristik dala m mengelola pe mbela jaran Matematika dengan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing21 me liputi :

a. Menyampaikan tujuan pe mbela jaran b. Memotivasipeserta didik untuk belaja r

c. Menjelaskan materi dengan benar dan dengan bahasa yang mudah dimengerti peserta didik

d. Mengorganisasikan siswa kedala m kedala m kelo mpok belajar dengan me mbagikan LKS

e. Memberi kese mpatan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipaha mi dari LKS

f. Memberi wa ktu yang cukup kepada peserta didik untuk mengerjakan LKS secara berke lo mpok

g. Memberikan peserta didik untuk me mp resentasikan hasil diskusinya

h. Memberikan kese mpatan kelo mpok la in untuk me mbe rikan tanggapan serta sanggahan

i. Memberikan pujian terhadap pendapat kelompok j. Menegaskan ke mbali kesimpulan materi

k. Menyampaikan materi yang akan dipela jari selanjutnya F. Akti vitas Siswa Dal am Kelompok

Dala m proses pembelaja ran siswa diharap kan dapat me mbangun sendiri pengetahuannya, ini bera rti para siswa harus secara aktif terlibat selama pe mbela jaran. Se ma kin akt if siswa semakin efe ktif pe mbela jaran. Agar siswa ma mpu mengkonstruksi pengetahuannya dengan pemikirannya sendiri sesuai dengan situasinya maka , situasi mengajar dan lingkungan belajar perlu juga disesuaikan dengan kebutuhan siswa salah satunya mela lui model pe mbela jaran kooperatif. Aktiv itas pembela jaran kooperatif mene kankan pada kesadaran siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keteramp ilan kepada siswa yang me mbutuhkan atau anggota lain dalam kelo mpo knya, sehingga belajar kooperatif dapat saling men guntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi.

Berdasarkan penelitian yang dilaku kan Slavin tentang pengaruh pembela jaran kooperatif te rhadap hasil belaja r pada semua tingkat

(27)

19

kelas dan semua bidang studi menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil bela jar a kade mik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan kelo mpok ontrol.22

G. Hi potesis Penelitian

H0 : Tingkat kreat ivitas siswa sebelum mengikuti pe mbe laja ran dengan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing sama dengan Tingkat kreativitas siswa sesudah mengikuti pembela jaran dengan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing

H1 : Tingkat kreat ivitas siswa sebelum mengikuti pe mbe laja ran dengan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing tidak sama dengan Tingkat kreat ivitas siswa sesudah mengikuti pe mbela jaran dengan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing

H. MATERI LIMAS

Gambar 2.1

Contoh atap rumah ber bentuk limas

Pada bagian atap rumah d iatas, dapat digambar sebagai berikut:

(28)

20

Gambar 2.2 Bangun limas

Dala m mate matika ga mbar di tas disebut sebagai limas. Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah bidang segibanyak sebagai sisi alas dan sisi-sisi tegak berbentuk segitiga. Limas diatas dibatasi sebuah alas yang berbentuk persegi panjang dan empat sisi tegak yang berbentuk segitiga. Berikut ini maca m-maca m limas di antaranya :

Gambar 2.3

Gambar mac am-mac am li mas

C

T

D

B

A

F

ting

Titik

punc

Sisi

al

Limas

segitiga

Limas

segi

Limas

segi lima

beratura

(29)

21

Luas per mukaan limas :

Gambar 2.4

Gambar limas dan jaring-jaring limas

1. Perhatikan ga mbar ja ring-jaring limas segie mpat diatas ! limas tersebut me miliki sebuah sisi alas yang berbentuk persegi dan me miliki 4 buah sisi tegak yang berbentuk segitiga

2. Bidang ABCD me rupakan sisi alas dari Limas.

3. Bidang ABE, BCE, CDE, dan ADE me rupakan sisi tegak dari Limas.

4. Luas Permukaan Limas bisa didapat dari menghitung luas jaring-ja ringnya.

Luas Permu kaan Limas = Luas Jaring-Ja ring Limas =luas alas+ 4 sisi tegak

Volume limas

Perhatikan dua bangun bangun ruang A dan B di bawah ini. Ga mbar 2.5 berbentuk balo k dan gambar 2.6 berbentuk limas. Bangun-bangun tersebut me mpunyai ukuran luas alas yang sama, dan tinggi limas sama dengan tinggi balok.

KESIMPULAN

(30)

22

Gambar 2.5 gambar 2.6

Apabila bangun ruang B di isi penuh dengan pasir ke mudian dituangkan ke dala m bangun ruang A, ma ka bangun ruang A terisi 1 3 bagiannya.

Sela in dengan percobaan di atas, untuk menentukan volume limas dapat pula diperoleh mela lui teori mate matis. Ya itu me lalu i pemotongan kubus pada diagonal ruangnya. Seperti tampak d i bawah ini:

Gambar 2.7 Gambar limas dal am kubus

Kubus ABCD.EFGH dengan panjang AB = a dan T adalah titik potong diagonal ruangnya. T.ABCD adalah bangun ruang berbentuk limas

Dala m kubus ABCD.EFGH diatas terdiri atas 6 buah limas yang ukurannya sama.

Tinggi limas T.ABCD = 1 2

× a

Luas alas limas T.A BCD = a × a Vo lu me kubus = 6 × V.limas T.A BCD

a3 = 6 × V.limas T.A BCD

C

T

D

[image:30.419.72.352.67.387.2]
(31)

23

V.limas T.ABCD = 1 3

× 1 2 a

× a2

=13× t × luas alas

KESIMPULAN

Ru mus Volu me Limas = = 1 3

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini ada lah penelitian eksperimen se mu atau biasa disebut Quasi Ek sperimen karena penelit i hanya menggunakan kelas eksperimen tanpa adanya kelas kontrol. Dengan desain pre-test post-test satu kelompok (one group pre-test post-test design), yaitu sebuah desain penelitian yang digunakan dengan cara me mberikan tes awal dan tes akhir terhadap subjek penelitian.

B. Rancangan Penelitian

Penelit ian ini menggunakan rancangan penelitian one group pre-test post-test design. Dala m penelitian in i hanya ada satu objek penelitian yang berfungsi sebagai kelo mpok k ontrol (sebelum dikenakan perlakuan) maupun ke lo mpok ek sperimen (setelah dikenakan perla kuan). Adapun rancangan penelitian adalah sebagai berikut :

Keterangan :

O1:Tingkat kreat ivitas mate mat ika siswa sebelum mengikuti pembela jaran dengan menggunakan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing

X :Perla kuan (Pe mbela jaran dengan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing)

O2 :Tingkat kreat ivitas mate matika siswa setelah mengikuti pembela jaran dengan menggunakan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing

C. Te mpat Penelitian

Penelit ian ini dilaks anakan pada tanggal 18 Mei – 31 Mei 2016 di ke las VIII A SMP Da rul Ulu m Tapen Jo mbang.

(33)

25

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi penelitian

Dala m penelitian in i, populasi yang digunakan adalah sebanyak 147 siswa dari ke las VIII-A sa mpai dengan VIII-E SMP Darul Ulu m Tapen Jombang tahun pelajaran 2015-2016. 2. Sa mpel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Random Sampling atau secara acak, ka rena menurut pendapat guru bidang studi ke ma mpuan awal setiap ke las adalah sama atau homogen (tidak dibedakan antara anak-anak berke ma mpuan tinggi dengan anak-anak berke ma mpuan rendah). Sehingga diperoleh sampel penelitian yaitu kelas VIII A SMP Darul Ulu m Tapen Jo mbang sebanyak 30 siswa.

E. Vari abel Peneliti an

Penelit ian in i terdiri dari dua variabel, yaitu variabe l independen dan variabel dependen.

1. Variabel Independen

Variabel independen dari penelitian ini adalah pembele jaran mate matika dengan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen dari penelit ian ini adalah kreativ itas siswa dalam pengajuan soal mate mat ika

F. Hi potesis Penelitian

Dari ura ian di atas, maka a kan dike mu kakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Tingkat kreat ivitas siswa sebelum mengikuti pe mbelaja ran dengan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing sama dengan Tingkat kreat ivitas siswa sesudah mengikuti pembela jaran dengan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing

(34)

26

G. Prosedur pe nelitian

Berdasarkan rancangan diatas maka prosedur penelitian in i adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Dala m tahap ini peneliti menyiapkan beberapa hal yang harus dila kukan sebelum penelit ian antara la in :

i. Pe mbuatan kesepakatan dengan kepala sekolah dan guru bidang studi Matematika d i sekolah yang akan dijadikan tempat penelit ian, me liputi:

a. Kelas yang akan digunakan dala m penelitian

b. Waktu yang akan digunakan untuk me laksanakan penelitian

c. Materi yang akan digunakan dala m penelit ian d. Pengamat yang akan mengikuti proses penelitian. ii. Penyusunan perangkat pembela jaran yang meliputi :

a. Rencana Pela ksanaan Pembe laja ran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembela jaran (RPP) yang terdiri dari sebuah RPP (terdapat pada lampiran A) untuk satu kali perte muan. RPP ini dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing dan divalidasi.

b. Le mbar Keg iatan Siswa (LKS)

Le mbar Kegiatan Siswa (LKS) yang terdiri dari satu LKS untuk satu kali perte muan (terdapat pada la mpiran A). LKS in i dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimb ing dan divalidasi.

iii. Penyusunan instrumen penelit ian yang me liputi :

a. Le mbar pengamatan pengelolaan pembelaja ran mate mat ika dengan Pendekatan Problem posing tipe pre solution posing untuk meningkat kan kreat ivitas siswa oleh guru

b. Soal tes kreat ivitas siswa

iv. Mengkonsultasikan instrumen kepada dosen pembimbing 2. Tahap Pelaksanaan

Tahap setelah itu adalah tahap pelaksanaan yang mana dala m tahap ini ada beberapa langkah yakni :

(35)

27

ii. Melakukan pe mbe laja ran dengan pendek atan Problem posing tipe pre solution posing.

Sela ma pe mbelaja ran berlangsung, dilaku kan pengamatan terhadap aktivitas guru dalam mengelola pembela jaran dan akt ivitas siswa selama meng ikuti pembela jaran. Proses pembelajaran tersebut berlangsung selama satu kali pertemuan dan peneliti bertindak sebagai guru yang mengelola pembela jaran sedangkan guru bidang studi sebagai pengamat untuk mengamat i pembe laja ran berlangsung.

iii. Setelah dila kukan pe mbela jaran dengan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing diadakan post-test kreativ itas untuk mengetahui bagaimana peningkatan kreativ itas siswa.

iv. Mengumpulkan data yang diperoleh dari penelitian yang dila kukan

v. Menganalisis data hasil penelit ian

Data yang telah terku mpul berupa data pengelolaan kelas dan data tes kreativitas siswa dianalisis.

vi. Menyimpulkan hasil penelitian yang telah dila kukan. H. Instrumen Penelitian

Berdasarkan Instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data dala m penelit ian in i adalah :

1. Le mbar Pengamatan Pengelolaan Kelas bagi guru untuk pembela jaran Matemat ika dengan Pendekatan Problem posing tipe Pre Solution Posing

(36)

28

[image:36.419.64.350.66.520.2]

pembela jaran Matemat ika yang menggunakan Pendekatan Problem posing tipe pre solution posing ini diisi dengan kategori 1, 2, 3 dan 4. Kategori 1 bera rti kurang ba ik, diberikan jika guru tida k me la ksanakan kegiatan dala m RPP. Kategori 2 bera rti cukup baik, diberikan jika guru me la ksanakan kegiatan dala m RPP dengan kurang sempurna. Kategori 3 berart i baik, diberikan jika guru mala ksanakan kegiatan dala m RPP dengan sempurna. Kategori 4 berart i sangat baik, d iberikan jika guru ma laksanakan kegiatan dala m RPP dengan sangat sempurna. Le mbar penga matan pengelolaan kelas ini mengacu pada langkah – langkah dalam Pe mbela jaran kooperatif. Adapun sintaks atau fase-fase pembela jaran kooperatif, adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Sintaks atau Fase-fase Pembelajar an Kooper atif

Fase Peran Gur u

1. Menyampaikan tujuan dan

me mot ivasi peserta didik

Menyampaikan se mua tujuan pelaja ran yang ingin dicapai dala m pe mbela jaran tersebut dan me motivasi peserta didik untuk belajar

2. Menyajikan informasi

Menyajikan informasi kepada peserta didik dengan cara demonstrasi atau lewat bahan bacaan

3. Mengorganisasi siswa ke dala m kelo mpok-kelo mpok bela jar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara me mbentuk ke lo mpok bela jar dan me mbantu setiap kelo mpok agar me la kukan transisi secara efisien 4. Memb imbing

kelo mpok bekerja dan belajar

Memb imbing ke lo mpok dala m bela jar, yaitu pada saat mereka mengerja kan tugas

5. Evaluasi Mengevaluasi hasil bela jar tentang materi yang telah dipela jari ke lo mpok atau masing-masing ke lo mpok me mp resentasikan hasil kerjanya. 6. Memberikan

penghargaan

(37)

29

hasil yang baik. Misalnya me mberi hadiah

2. Le mba r Pengamatan Aktiv itas Siswa

Le mbar pengamatan aktivitas siswa (terdapat pada la mpiran A) digunakan untuk menga mati aktiv itas siswa selama pe mbela jaran mate mat ika dengan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing berlangsung. Le mbar pengamatan aktivitas siswa ini berisi perila ku -perila ku yang ke mungkinan dila kukan siswa sela ma pe mbela jaran dike las antara lain :

1) Mendengarkan / me mperhatikan penjelasan guru 2) Merespon motivasi guru, me mbaca dan me maha mi LKS 3) Mengerjakan LKS secara berkelo mpok

4) Berd iskusi dengan teman sekelo mpok

5) Berd iskusi dengan guru, me mp resentasikan hasil pengerjaan kelo mpok

6) Menanggapi hasil pengerjaan ke lo mpok lain

7) Mendengarkan / me mperhatikan presentasi kelompok lain

8) Mencatat / menulis catatan yang relevan dengan kegiatan pembe laja ran

9) Perila ku yang tidak relevan dengan KBM (bergurau, berjalan-ja lan, mengganggu teman dalam ke lo mpok dan me la mun).

3. Le mbar Tes Kreat ivitas siswa.

Tes ini berupa perintah untuk me mbuat soal-soal atau masalah-masalah mate matika yang harus dikerja kan siswa dala m rentang waktu tertentu untuk mengetahui peningkatan kreativ itas siswa sbaik sebelum maupun s etelah mengikuti pembela jaran.

Pengajuan soal yang diajukan oleh siswa diukur desuai indikator kreativitas yaitu kefasihan, fle ksibilitas dan kebaruan.

4. Le mbar wa wancara

(38)

30

akhir. Adapun jadwal wawancara dengan masing -masing subyek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2

Jadwal Pel aksanaan Wawanc ara

No No.

Absen Nama Kode L/P Tanggal

1 13 Ira Agustina S1 P

2 Juni 2016

2 9 Ginanja r Ariya Saputra S2 L

2 Juni 2016

3 1 Ahmad Sebta S3 L 2 Juni

2016

4 11 Herlina Putri Kusuma S4 P

2 Juni 2016

5 10 Fika Aprilia S5 P

2 Juni 2016

I. Metode Pe ngumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini ya itu: 1. Pengamatan

Pengamatan, me liputi kegiatan pe muatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Dala m penelitian in i, pengamatan dila kukan pada saat kegiatan pembela jaran. Pengamatan dilaku kan dengan menggunakan le mbar pengamatan. Le mba r pengamatan terdiri dari:

a. Le mbar Peng amatan Pengelol aan Pe mbelajar an Mate matika de ngan Pendekatan Problem Posing tipe Pre Solution Posing

[image:38.419.58.349.92.447.2]
(39)

31

b. Le mbar Pe ngamatan Akti vi tas Siswa

Dala m me mpero leh data aktivitas siswa selama berlangsungnya pembela jaran dengan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing pada materi limas dila kukan pengamatan dengan menggunakan le mbar penga matan aktiv itas siswa yang berisi ite m-ite m mengenai ke jadian dan tingkah laku yang digambarkan akan terjad i.

Siswa yang diamati sebanyak 2 kelo mpok yang beranggotakan 6 siswa heterogen yang dipilih secara acak untuk dia mati bagaimana akt ivitasnya selama pembela jaran berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh 2 orang pengamat yang sebelumnya telah d iberi pembeka lan me lalu i diskusi antara penelit i dengan pengamat yang berkaitan dengan cara menggunakan le mbar penga matan aktiv itas siswa.

2. Wawancar a

Wawancara digunakan untuk mengetahui aspek kreat ivitas siswa pada aspek fleksibilitas dan kebaruan. Dalam penelitian ini wawancara dilaku kan setelah menganalisis ja waban siswa pada saat tes. Penelit i a kan me milih 5 responden untuk diwa wancarai berdasarkan tingkat berpikir kreat if. 5 subyek tersebut diantaranya:

Tabel 3.4

Nama-nama Subyek Wawanc ara

No No.

Absen Nama Kode L/P Tingkat

1 13 Ira Agustina S1 P Tingkat 3

2 9 Ginanja r Ariya

Saputra S2 L

Tingkat 1

3 1 Ahmad Sebta S3 L Tingkat 1

4 11 Herlina Putri Kusuma S4 P Tingkat 4

[image:39.419.65.356.159.483.2]
(40)

32

3. Le mbar Tes kreati vi tas siswa

Tes yang digunakan terdiri dari dua tahap, yaitu : a. uji ke ma mpuan a wal

Uji ke ma mpuan awa l adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui ke ma mpuan kreativitas matemat ika siswa dalam mengajukan soal pada materi prisma sebelum diberikan perlakuan. Perlakuan dala m penelian ini ya itu pembe laja ran dengan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing.

b. Uji ke ma mpuan a khir

Uji ke ma mpuan akh ir adalah tes yang digunakan untuk mengetahui ke ma mpuan kreativitas matemat ika siswa setelah mendapatkan perlakuan pembelaja ran mate mat ika dengan menggunakan teknik Problem posing tipe pre solution posing.

J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian in i dianalisis secara deskriptif,ya itu :

1) Analisis hasil pengamatan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru

Hasil penga matan pengelolaan kelas untuk pembelaja ran Matematika dengan menggunakan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing dianalisis dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yang digunakan untuk mendeskripsikan data.

Kegiatan yang dilakukan untuk menganalisis hasil penilaian rata-rata tiap kegiatan dala m keterla ksanaan pembela jaran adalah sebagai berikut:1

i. Mencari rata-rata setiap aspek dari seluruh pertemuan Mencari rata-rata setiap aspek dari seluruh pertemuan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

1 Ihsan Wakhid,Sumaryono, ”Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

Realistik untuk Melatihkan Kemampuan Berpikir Kritis” (Skripsi: IAIN tidak

(41)

33

Keterangan:

: rata-rata aspek ke-

� : skor penila ian pada pengamat ke- terhadap langkah ke-

: banyaknya pertemuan

ii. Mencari rata-rata aspek dari seluruh perte muan

Mencari rata-rata aspek dari seluruh pertemuan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Keterangan:

: rata-rata aspek ke-

: rata-rata setiap aspek ke- terhadap kegiatan ke- : banyaknya setiap aspek dala m kegiatan ke - iii. Mencari rata-rata kategori

Mencari rata-rata kategori dapat dihitung menggunakan ru mus berikut :

Keterangan:

: rata-rata kategori ke -

: rata-rata aspek ke- terhadap kegiatan ke- : banyaknya aspek dalam keg iatan ke- iv. Mencari ju mlah rata-rata keseluruhan

Mencari ju mlah rata-rata keseluruhan dapat dihitung dengan menggunakan ru mus berikut:

=

=1

=

=1

=

=1
(42)

34

Keterangan:

JRK : Ju mlah rata-rata keseluruhan : rata-rata kategori ke - : banyaknya kegiatan

[image:42.419.64.352.75.508.2]

Kegiatan berikutnya yang dilakukan adalah mencocokkan hasil ju mlah rata-rata keseluruhan dengan kriteria sebagai berikut:2

Tabel 3.5

Kriteri a Penil aian Jumlah Rata-rata Keseluruhan Kegiatan dal am Ke terlaksanaan Pe mbel ajaran Skor Rata-rata Total Ke terangan

3,00 < 4,00 Sangat Baik

2,00 < 3,00 Ba ik

1,00 < 2,00 Kurang Ba ik

1,00 Tidak Ba ik

2) Analisis data aktivitas siswa

Data pengamatan aktiv itas siswa selama kegiatan pembela jaran d ianalisis dengan cara :

Aktivitas pembe lajaran =

× 100%

Dari hasil pengamatan aktiv itas siswa di atas, ditentukan banyaknya persentase nilai rata-rata pada setiap indikator-indikator. Aktiv itas siswa dikatakan efe ktif jika persentase aktivitas siswa yang mendukung KBM lebih besar daripada persentase aktivitas s iswa yang tidak mendukung KBM. 3) Analisis tes kema mpuan berpikir kreat if

Tes kema mpuan berpikir kreat if dila kukan untuk mengetahui tingkat berpikir kreat if siswa. Adapun langkah -langkah dala m menganalisis hasil tes tersebut adalah sebagai berikut :

a. Mengoreksi hasil soal-soal atau masalah-masalah mate mat ika yang telah dikerjakan siswa menggunakan rubrik penskoran yang telah dibuat

(43)

35

b. Menganalisis hasil soal-soal atau masalah-masalah mate mat ika yang telah dikerjakan siswa berdasarkan tiga ko mponen dalam ke ma mpuan berpikir kreat if siswa, antara lain :

1. Kefasihan , ya itu ke ma mpuan siswa untuk me mbuat banyak masalah yang dapat dipecahkan.

2. Fle ksibilitas, yaitu ke ma mpuan siswa untuk me mbuat masalah yang me mpunyai ca ra penyelesaian yang berbeda-beda.

3. Kebaruan, yaitu kema mpuan siswa untuk me mbuat soal yang tidak biasa (baru)

Dan hasil soal-soal atau masalah-masalah yang dikerjakan siswa di nilai berdasarkan tabel berikut :

Tabel 3.6

Rubrik Penskoran Kre ati vi tas Mate matika Kompo

nen Kre ati

vi tas

Skor

1 2 3 4 5

Kefasih an (Fluenc y) Tidak dapat me mbu at soal Membuat 2 sampai 3 soal namun salah satunya tidak dapat dipecahka n Membuat 3 soal dapat dipecahka

n dan

jawaban tepat

Membuat 4 soal atau lebih namun jawaban kurang tepat

Membuat 5 soal atau lebih dan jawaban benar dan tepat Fle ksib ilitas (Flexibi lity) Tidak dapat me mbu at soal yang me mpu nyai lebih dari satu Membuat 1 soal yang me mpuny ai lebih dari satu cara penyelesai an namun penyelesai

Membuat 1 soal yang me mpuny ai lebih dari satu cara penyelesai an dan benar

Membuat lebih dari 1 soal yang me mpuny ai lebih dari satu cara penyelesai an namun

[image:43.419.53.356.61.534.2]
(44)

36

cara penyele saian annya kurang tepat kurang tepat jawaban benar Kebaru an (Novelt y) Tidak dapat me mbu at soal yang baru

Membuat 1 soal yang baru namun penyelesai annya salah

Membuat 1 soal yang baru dan penyelesai annya benar

Membuat lebih dari 1 soal yang baru namun penyelesai annya salah

Membuat lebih dari 1 soal dan penyelesai annya benar

Keterangan : Skor 1 = sangat kurang Skor 2 = kurang Skor 3 = cu kup Skor 4 = ba ik Skor 5 = sangat baik

[image:44.419.51.357.69.527.2]

c. Menentukan tingkat kreativitas mate matika siswa berdasarkan kategori kreativitas mate matika yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.7

Urai an Tingkat Kre ati vi tas Mate matika Siswa

No Tingkat Urai an

1.

4 (sangat kreatif)

Siswa ma mpu menunjukkan kefasihan, fle ksibilitas, dan kebaruan dalam mengajukan masalah,

Atau siswa ma mpu menunjukkan fle ksibilitas dan kebaruan dala m mengaju kan masalah

2.

3 (kreatif)

Siswa ma mpu menunjukkan ke fasihan dan kebaruan dala m mengaju kan masalah.

Atau siswa ma mpu menunjukkan kefasihan dan fle ksibilitas dala m mengajukan masalah.

3. 2 (cukup kreatif)

Siswa hanya ma mpu menunjukkan fleksib ilitas atau kebaruan dalam mengajukan masalah. 4. 1 (kurang

kreatif)

Siswa hanya ma mpu menunjukkan ke fasihan dala m mengaju kan masalah.

5. 0

(ti dak

(45)

37

kreatif) kebaruan) dala m mengajukan masalah

d. Teknik Uji Analisis Wilcoxon

Analisis data ini dila kukan dengan me mbandingkan nila i rata-rata pre-test dan post-test. Analisis ini menggunakan wilcoxon signed – rank test. Wilcoxon signed – rank test merupakan pengganti uji t untuk menguji perbedaan rata-rata (paired test) pada statistika paramet ik.

Langkah pengujian uji ana lisis wilcoxon : 1. Hipotesis statistik :

�0 : �1= �2 �1 : �1 ≠ �2

2. Tetapkan nila i kritis yaitu 5 %

3. Menentukan skor yang diperoleh responden sebelum mendapat perla kuan ( ).

4. Menentukan skor yang diperoleh responden setelah mendapat perla kuan ( 2).

5. Menghitung selisih dari 2− (D). 6. Menentukan ranking dari selisih 2−

7. Menentukan tanda (+ atau - ) pada setiap ranking. 8. Menentukan z h itung.

Karena sampel yang digunakan lebih dari 25, ma ka d istribusinya akan mendekati distribusi norma l. Untuk itu dala m pengujiannya digunakan rumus z sebagai berikut3 :

= −�

Dimana :

T : Ju mlah jenjang/ranking yang kecil (tanda)

� = ( +1)

4

� = +1(2 +1 )

24

9. Menentukan kesimpulan, dengan ketentuan sebagai berikut :

Jika ma ka �0di tola k

3

(46)

38

Jika < maka �0 di terima 4) Analisis Data Wawancara

(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penelit i a kan me maparkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang dilaku kan di SMP Daru l Ulu m Tapen tahun ajaran 2015-2016. Data tersebut bersumber dari hasil tes tulis dan wawancara.

A. Deskripsi Proses Penerapan Pe mbelajar an Mate matika deng an Pendekatan Problem posing tipe pre solution posing

Pengambilan data dilaku kan selama 3 pertemuan di SMP Darul Ulu m Tapen Jo mbang. Materi dalam penelitian in i adalah tentang Limas. Pe rte muan pertama perkenalan dan dilanjut kan dengan melaku kan tes kreativ itas siswa yaitu pre-test yang berupa le mbar tugas pengajuan soal dengan materi pris ma yang sudah dipelaja ri bersama guru mata pe laja ran sebelumnya, perte muan kedua me mbahas materi dan perte muan yang terakh ir d ila kukan tes kreativ itas yaitu post test berupa lembar tugas pengajuan soal setelah dilakukan pe mbe laja ran dengan penerapan problem posing tipe pre solution posing.

Proses penerapan pembelaja ran dengan menggunakan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing dideskripsikan berdasarkan rancangan RPP dan data-data yang diperoleh selama penelitian. Data-data tersebut antara lain data hasil pengamatan pengelolaan pembelaja ran oleh guru, data pengamatan aktivitas siswa dan data tes kreativitas siswa. Penga matan dila kukan oleh 2 pengamat dari mahasiswa jurusan Matematika UIN Sunan Ampel Surabaya yaitu Fakhriyyatul Fuadah dan Paradita Candra Dewi. Adapun jadwal penelitiannya adalah:

Tabel 4.1

Jadwal Pel aksanaan Pe nelitian

No Tanggal Waktu Kegiatan

1. 16 Mei 2016 13.30 – 15.00

[image:47.419.52.359.425.488.2]
(48)

40

2. 18 Mei 2016 13.00 – 14.00

Membuat kesepakatan dengan kepala sekolah dan guru bidang studi tentang waktu dan kelas penelitian

3. 19 Mei 2016 14.30 – 15.00

Pela ksanaan penelitian dengan me mbe rikan pre tes yang berupa le mbar tugas pengajuan masalah

4. 30 Mei 2016 13.00 – 14.30

Pela ksanaan penelitian sesuai RPP

5. 2 Juni 2016 15.30 – 17.00

Pela ksanaan penelitian pertemuan terakhir, disini peneliti me mbe rikan post tes berupa lembar pengajuan soal dan mela kukan wa wancara dengan 5 peserta didik

1. Pertemuan Per tama

Hari / Tanggal : Sen in, 30 Mei 2016

Materi Aja r : Limas

Kegiatan Pe mbelajar an Pendahul uan

Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan me moti vasi peserta di dik

Pada awal me mula i pembe laja ran, guru menunjuk seorang siswa untuk menyebutkan contoh bangun ruang yang sudah dipelajari. Ke mudian guru bersama mu rid menyebutkan contoh bangun ruang yang telah dipelajari sebelu mnya. Setelah selesai menyebutkan contoh bangun ruang, guru bertanya

“Menurut kalian apa yang akan kita pelajari pada pertemuan hari ini?” Beberapa siswa mencoba berkomentar sesuai dengan

argumen mere ka mengenai pertanyaan yang telah dibahas. Ada

yang menjawab “Limas” ada yang menjawab “Bangun ruang”

dan ada yang menjawab “Bangun segiempat”.

(49)

41

situasi yang diberikan. Setelah mengetahui tentang materi yang akan dipelajari dan sistem penugasannya, guru menyampaikan tujuan pembela jaran, dan me mberikan mot ivasi yang berupa manfaat bela jar limas dala m kehidupan sehari-hari, misalnya dengan belajar luas permu kaan limas, kita dapat menghitung genteng yang dibutuhkan untuk atap rumah kita yang berbentuk limas.

Kegiatan Inti

Fase 2 : Menyampaikan Infor masi

Gu ru men jelaskan tentang pengertian dari limas yaitu bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah segi banyak sebagai alas dan beberapa buah segitiga yang bertemu pada satu titik puncak. Setelah mengetahui definisi dari limas, salah satu siswa di minta untuk menyebutkan unsur-unsur dari limas. Setelah siswa menjabarkan sesuai yang diketahui, la lu guru menegaskan.

Setelah mengetahui definisi dan unsur-unsur limas guru bersama siswa mencari ru mus awal dari luas permukaan limas dan mencari volu me limas sesuai yag discenariokan di LKS. Setelah mengetahui ru mus dari luas permu kaan dan volume limas, guru mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan sesuai materi yang dijelaskan.

Fase 3 : Mengorg anisasikan Peserta Di dik ke dalam Kel ompok-Kelompok Bel ajar

Gu ru mengelompokkan siswa secara heterogen dengan anggota 6 siswa. Setelah dibentuk kelo mpok dan siswa diminta untuk duduk dala m ke lo mpoknya guru mula i me mbag ikan LKS yang sesuai dengan Problem posing tipe pre

solution posing (Pengajuan masalah). Sebelu m siswa

mengerjakan LKS secara kelo mpok, guru men jelaskan sedikit tentang tugas yang harus dikerja kan siswa dan me mberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya

Gambar

Tabel 2.1  Tingkat Berpikir Kreatif
Tabel 2.2  Hubungan Komponen Kreativitas dengan Pengajuan Masalah
  Gambar 2.1 Contoh atap rumah berbentuk limas
Gambar 2.2 B
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian Sirait dan Martani (2014) menunjukan perusahaan dengan struktur kepemilikan keluarga yang berlokasi di Indonesia dan Malaysia memiliki efek yang

Hasil korelasi dengan product moment pearson pada pengujian H 3 menunjukkan ada hubungan antara kualitas relasi atasan-bawahan. dengan kebermaknaan kerja (r x1y= 0,686,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI berdampak lebih baik terhadap prestasi belajar matematika dibandingkan dengan model

perpindahan kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip kerucut dengan diameter sebagai fungsi posisi pada keadaan tak tunak serta memvariasikan nilai koefisien perpindahan

Simulasi peningkatan kestabilan lereng pada lereng HW 3 dengan memperkecil sudut kemiringan lereng menjadi 60 0 dan menurunkan muka air tanah pada lereng sebesar 2 meter.. Simulasi

Sifat fenotip yangg terlihat pada To Balo nampak sama dengan orang normal pada umumnya yang berbeda hanya karena mereka memilki kulit yang berbercak putih

1) Satuan organisasi (sekolah atau dinas pendidikan) yang mengelola sumber daya manusia yang bertugas mengidentifikasi kebutuhan organisasi secara keseluruhan, baik

pemangku kepentingan dan instansi terkait lainnya serta akun lain yang diperlukan seperti belanja sewa, belanja barang non operasional lainnya. Selain itu, pada tahap ini juga